Anda di halaman 1dari 12

DOKUMEN

FEASIBILITY STUDY

BAB KAJIAN LINGKUNGAN


5

A. RINGKASAN MATERI

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 tahun 2009 tentang


kepariwisataan disebutkan bahwa daya tarik wisata adalah segala
sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan dan nilai berupa
keanekaragaman kekayaan alam, budaya dan hasil buatan manusia
yang menjadi sarana atau tujuan kunjungan wisatawan.

Daya tarik wisata juga disebut objek wisata merupakan potensi yang
menjadi pendorong kehadiran wisatawan ke suatu daerah tujuan
wisata. Menurut Suwantoro dalam bukunya yang berjudul Dasar-dasar
Pariwisata (1997:19), mengatakan bahwa objek dan daya tarik wisata
dikelompokkan atas :
1. Pengusahaan objek dan daya tarik wisata dikelompokkan ke dalam
pengusahaan objek dan daya tarik wisata alam, pengusahaan
objek dan daya tarik wisata budaya, pengusahaan objek dan daya
tarik wisata minat khusus.
2. Umumnya daya tarik suatu objek wisata berdasar pada:
a. Adanya sumberdaya yang dapat menimbulkan rasa senang,
indah, nyaman dan bersih.
b. Adanya aksesbilitas yang tinggi untuk dapat mengunjunginya.
c. Adanya ciri khusus/spesifikasi yang bersifat langka.

“Pengembangan Objek Wisata Alam Sukaraja Atas dan Pemerihan” 38


DOKUMEN
FEASIBILITY STUDY

d. Adanya sarana dan prasarana penunjang untuk melayani para


wisatawan yang hadir.
3. Objek wisata alam mempunyai daya tarik karena keindahan alam,
pegunungan, sungai, pantai, pasir, hutan dan sebagainya.
4. Objek wisata budaya mempunyai daya tarik tinggi karena memiliki
nilai khusus dalam bentuk atraksi kesenian, upacara-upacara adat,
nilai luhur yang terkandung dalam suatu objek buah karya
manusia pada masa lampau.

B. PERATURAN LINGKUNGAN

Peraturan Terkait Bidang Kehutanan tentang Pemanfaatan Jasa


Lingkungan antara lain yaitu :
1. P 22/ 2014 (PHKA) tentang Pelaksanaan Pengawasan, Evaluasi dan
Pembinaan Pemanfaatan Air dan Energi Air di Suaka Margasatwa,
Taman Nasional, Taman Hutan Raya dan Taman Wisata Alam
2. P 19/ 2014 (PHKA) tentang Pembangunan Sarana dan Prasarana
serta Fasilitas Penunjang Pemanfaatan Air dan Energi Air di Suaka
Margasatwa, Taman Nasional, Taman Hutan Raya dan Taman
Wisata Alam
3. P 7/ 2014 (PHKA) tentang Pedoman Inventarisasi Sumber Daya Air
di Suaka Margasatwa, Taman Nasional, Taman Hutan Raya dan
Taman Wisata Alam serta Hutan Lindung
4. P 6/ 2014 (PHKA) tentang Tata Cara Penilaian Rencana
Pengusahaan Pemanfaatan Air dan Energi Air di Suaka Margasatwa,
Taman Nasional, Taman Hutan Raya dan Taman Wisata Alam
5. P 7/ 2012 (PHKA) tentang Tata Cara Permohonan dan Penilaian
Registrasi serta Penyelenggaraan Demonstration Activities
REDD+ di Hutan Konservasi
6. P 4/ 2009 (RLPS) tentang Pedoman Monitoring dan Evaluasi Daerah
Aliran Sungai

“Pengembangan Objek Wisata Alam Sukaraja Atas dan Pemerihan” 39


DOKUMEN
FEASIBILITY STUDY

7. P 4/ 2009 (RLPS) tentang Pedoman Monitoring dan Evaluasi Daerah


Aliran Sungai

Peraturan Terkait Bidang Kehutanan tentang Pemanfaatan Wisata Alam


antara lain yaitu :
1. P 5/ 2015 (PHKA) tentang Perubahan Atas Perdirjen PHKA No. 3/IV-
SET/2014 Tentang Pedoman Penyusunan Desain Tapak
Pengelolaan Pariwisata Alam di Suaka Margasatwa, Taman Hutan
Raya dan Taman Wisata Alam
2. P 6/ 2012 (PHKA) tentang Pedoman Pengawasan dan Evaluasi
Pengusahaan Pariwisata Alam di Suaka Margasatwa, Taman
Nasional, Taman Hutan Raya dan Taman Wisata Alam
3. P 2/ 2012 (PHKA) tentang Pembangunan Sarana Pariwisata Alam di
Taman Nasional, Taman Hutan Raya dan Taman Wisata Alam
4. P 1/ 2012 (PHKA) tentang Pedoman Penyusunan Rencana
Pengusahaan Pariwisata Alam, Rencana Karya Lima Tahun dan
Rencana Karya Tahunan Usaha Penyediaan Sarana Wisata Alam
5. P 1/ 2012 (PHKA) tentang Pedoman Penyusunan Rencana
Pengusahaan Pariwisata Alam, Rencana Karya Lima Tahun dan
Rencana Karya Tahunan Usaha Penyediaan Sarana Wisata Alam
6. P 12/ 2011 (PHKA) tentang Pedoman Persyaratan Administrasi dan
Teknis Permohonan Izin Pengusahaan Pariwisata Alam di Suaka
Margasatwa, Taman Nasional, Taman Hutan Raya dan Taman
Wisata Alam
7. P 11/ 2011 (PHKA) tentang Pedoman Pelaporan Kegiatan
Pengusahaan Pariwisata Alam
8. P 11/ 2011 (PHKA) tentang Pedoman Pelaporan Kegiatan
Pengusahaan Pariwisata Alam
9. P 3/ 2011 (PHKA) tentang Pedoman Penyusunan Desain Tapak
Pengelolaan Pariwisata Alam di Suaka Margasatwa, Taman Hutan
Raya dan Taman Wisata Alam

“Pengembangan Objek Wisata Alam Sukaraja Atas dan Pemerihan” 40


DOKUMEN
FEASIBILITY STUDY

10. P 2/ 2011 (PHKA) tentang Pedoman Pemberian Tanda Batas Areal


Pengusahaan Pariwisata Alam di Taman Nasional, Taman Hutan
Raya dan Taman Wisata Alam

C. KARAKTERISTIK KAWASAN TNBBS

1. Kondisi Kawasan
a. Status
Kawasan Bukit Barisan Selatan ditetapkan sebagai Taman
Nasional melalui Surat Pernyataan Menteri Pertanian No.
736/Mentan/X/1982 tanggal 14 Oktober 1982 seluas 356.800
Ha. Wilayah dan batas kawasan TNBBS tidak pernah berubah
sejak ditetapkan pada tahun 1935 sebagai Suaka Margasatwa
melalui Besluit Ban der Gauvemeur General van Nederlandsch
Indie No. 48 stbl. 1935 dengan nama Sumatera Selatan I (SS I).
Kemudian berdasarkan SK Menhut No. 71/Kpts-II/1990 tanggal
15 Februari 1990 ditetapkan pula Cagar Alam Laut (CAL) Bukit
Barisan Selatan seluas ±21.600 Ha yang terintegrasi dalam
pengelolaan TNBBS Juli 2004 beserta 2 Taman Nasional lain
(TN Gunung Leuser dan TN Kerinci Seblat) ditetapkan sebagai
Cluster Natural World Heritage Site dengan nama The Tropical
Rainforest Heritage of Sumatera. Juli 2007 menjadi TN Model
melalui SK Dirjen PHKA No. 69/IV-Set/HO/2006 dan menjadi
Balai Besar TN berdasarkan Permenhut No. P03/Menhut-II/2007
tanggal 1 Februari 2007.

b. Arti Penting
Arti penting dari Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS)
antara lain yaitu :
1) Kawasan Penyangga sistem kehidupan.
2) Kawasan pengawetan hidupan liar dan ekosistem.

“Pengembangan Objek Wisata Alam Sukaraja Atas dan Pemerihan” 41


DOKUMEN
FEASIBILITY STUDY

3) Kawasan pemanfaatan secara lestari dan


berkesinambungan.

2. Kondisi Fisik
a. Letak
Secara geofrafis, Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS)
terletak pada 4°29’–5°57’ LS dan 103°24’–104°44’ BT, dengan
areal seluas ±356.800 Ha. Menurut administrasi pemerintahan,
kawasan TNBBS termasuk dalam wilayah Kabupaten
Tanggamus seluas ±10.500 Ha, Kabupaten Lampung Barat
seluas ±280.300 Ha dan Kabupaten Kaur seluas ±66.000 Ha.

b. Iklim
Kawasan TNBBS dikelompokkan menjadi dua zona iklim
(Oldeman, et al, 1979).
1) Bagian Barat Taman Nasional mempunyai curah hujan
antara 3000-3500 mm per tahun,
2) Dan bagian timur Taman Nasional antara 2500-3000 mm
per tahun.

Berdasarkan klasifikasi Schmidt dan Ferguson, bagian barat


Kawasan TNBBS termasuk tipe iklim A (basah) dengan lebih
dari 9 (sembilan) bulan basah per tahun dan di bagian timur
termasuk tipe iklim B yang lebih kering dari tipe A dan
mempunyai 7 (tujuh) bulan basah per tahun. Musim hujan
berlangsung dari Bulan November sampai Mei. Musim kemarau
dari Bulan Juni sampai Agustus. Curah hujan rata-rata per
tahun 2.500-3.000 mm per tahun di bagian barat dan 3.000-
4.000 mm per tahun di bagian timur, dengan suhu berkisar
20°C-28°C.

“Pengembangan Objek Wisata Alam Sukaraja Atas dan Pemerihan” 42


DOKUMEN
FEASIBILITY STUDY

c. Geologi
Menurut Peta Geologi Sumatera yang disusun oleh Lembaga
penelitian Tanah (1965), kawasan TNBBS terdiri dari Batuan
Endapan, Batuan Vulkanik dan Batuan Plutonik dengan sebaran
paling luas adalah Batuan Vulkanik yang dijumpai di bagian
tengah dan utara Taman Nasional.

d. Tanah
Sebagian besar tanah di kawasan TNBBS adalah jenis Podsolik
Merah Kuning yang labil dan rawan erosi.

e. Topografi
Topografi kawasan TNBBS bervariasi antara 0-600 mdpl di
daerah pantai dan lebih dari 1.000 mdpl di daerah berbukit
yang terdapat di bagian selatan kawasan, rangkaian
pegunungan Bukit Barisan Selatan di bagian tengah dan bagian
utara dengan ketinggian antara 1.000–2.000 mdpl. Kondisi
lapangan di bagian timur kawasan TNBBS mempunyai
kemiringan sedang (20-40%). Kemiringan yang terjal (>80%)
terdapat di bagian utara kawasan, sedangkan bagian barat dan
selatan relatif datar (3-5%).

f. Hidrologi
Kawasan TNBBS merupakan daerah tangkapan air dan
pelindung sistem tata air di dua provinsi. Sungai-sungai utama
yang mengalir di bagian Utara adalah Nasal Kiri, Nasal Kanan,
Menula, Simpang dan Laai; Tenumbang, Biha, Marang, Ngambur
Bunuk, Tembuli, Ngaras, Pintau, Pemerihan, Semong dan
Semangka mengalir di bagian tengah dan di bagian Selatan
mengalir Canguk, Sanga, Menanga Kiri, Menanga Kanan, Paya,
Kejadian, Sulaiman dan Blambangan. Karakteristik lain dari

“Pengembangan Objek Wisata Alam Sukaraja Atas dan Pemerihan” 43


DOKUMEN
FEASIBILITY STUDY

hidrologi TNBBS adalah keberadaan danau Mnjukut, Asam,


Lebar, Minyak dan Belibis. Sementara bagian tenggara, selatan
dan barat Taman Nasional dikelilingi oleh Teluk Semangka,
Tanjung Cina dan Samudera Indonesia.

3. Potensi Kawasan
a. Keanekaragaman Hayati
Kawasan ini memiliki keanekaragaman jenis hayati (biodiversity)
yang sangat tinggi baik flora maupun fauna. Potensi flora TNBBS
meliputi 514 jenis pohon dan tumbuhan bawah, 26 jenis rotan,
15 jenis bambu serta 126 jenis anggrek termasuk 2 jenis
tumbuhan langka yaitu bunga bangkai (Amorphophallus sp)
serta bunga rafflesia (Rafflesia sp). Berdasarkan hasil
identifikasi, sebanyak 137 jenis tumbuhan di TNBBS dapat
digunakan sebagai tanaman obat. Sementara itu, Fauna yang
telah teridentifikasi adalah 115 jenis mamalia, 7 jenis primata,
450 jenis burung, 9 jenis burung rangkong, 123 jenis
herpetofauna (reptil dan amphibi), 221 jenis insecta/serangga, 7
jenis moluska, 2 jenis krustasea serta 53 jenis ikan.

b. Obyek Wisata Alam


Selain kekayaan flora dan fauna kawasan ini juga kawasan ini
juga memiliki keindahan alam yang sangat menarik, seperti :
- Daerah Sukaraja Atas, dimana terdapat habitat bunga raflesia
(Rafflesia sp), bunga bangkai raksasa (Amorphophallus sp),
satwa liar primata dan burung.
- Daerah Keramat Menula, terdapat potensi wisata yang ada
meliputi hutan hujan dataran rendah primer, pantai karang,
makam keramat Syech Aminullah, satwa liar primata dan
berbagai jenis burung.

“Pengembangan Objek Wisata Alam Sukaraja Atas dan Pemerihan” 44


DOKUMEN
FEASIBILITY STUDY

- Daerah Suoh, dengan potensi wisata yang ada meliputi


Danau Asam, Danau Belibis, Danau Lebar, sumber panas
bumi, kawah gunung api lama, burung air.
- Daerah Tampang Belimbing, dengan potensi wisata yang ada
meliputi ekosistem hutan pantai dan hutan hujan dataran
rendah, Danau Menjukut, Way Blambangan, pantai pasir,
pantai karang, Teluk Belimbing, mercu suar, sawung bajo,
savana Kobokan Bandeng, Way Sleman, rusa (Cervus sp) dan
kerbau liar. Saat ini dikembangkan sebagai areal IPPA oleh PT
Adhiniaga Kreasinusa (100 Ha).
- Daerah Kubuperahu, dengan potensi wisata yang ada
meliputi Air terjun Sepapa Kanan (20 m) dan Sepapa Kiri (60
m), ekosistem hutan hujan pegunungan primer, anggrek
alam, Sungsi Sindalapai, satwa liar primata dan burung.
- Daerah Muara Canguk – Pemerihan, dengan potensi wisata
yang ada meliputi hutan pantai dan hutan hujan dataran
rendah, pantai pasir, pantai karang, Sungai Pemerihan,
Sungai Canguk, satwa liar, burung. Terdapat stasiun
penelitian nasional dan internasional yang dikelola oleh
TNBBS dengan mitra WCS-IP.

c. Potensi Sumber Daya Air


Selain itu kawasan TNBBS merupakan hulu dari 181 sungai yang
mengalir di 4 (empat) kabupaten yakni Kabupaten Lampung
Barat dan Tanggamus (Provinsi Lampung), Kabupaten Kaur
(Provinsi Bengkulu), dan Kabupaten Ogan Komering Ulu
(Provinsi Sumatera Selatan), serta merupakan DAS Semaka,
Pesisir Barat dan Sekampung. Pasokan air dari sungai yang
berhulu di kawasan TNBBS berperan sangat penting dalam
mendukung roda perekonomian masyarakat, terutama di bidang
pertanian, perikanan dan energi (mikrohidro).

“Pengembangan Objek Wisata Alam Sukaraja Atas dan Pemerihan” 45


DOKUMEN
FEASIBILITY STUDY

Masyarakat sekitar kawasan TNBBS mengandalkan pasokan air


dari TNBBS sebagai pembangkit listrik tenaga air skala kecil
(mikrohidro) terutama bagi masyarakat yang tidak mendapat
pasokan listrik dari PLN. Tercatat sedikitnya terdapat 215
mikrohidro dengan kapasitas listrik total yang dihasilkan
860.000 – 1.000.000 Watt atau setara dengan Rp. 559 juta – Rp.
650 juta/tahun.

Menurut BPS Lampung Barat, Tanggamus dan Kaur, sumber air


yang berasal dari TNBBS mengaliri sawah seluas ± 81.000 Ha
dengan produksi padi ± 383.623 ton/tahun setara dengan Rp
767,246 milyar/th (asumsi 1 kg gabah Rp. 2.000,-). Produksi
perikanan darat yang dipengaruhi oleh pasokan air dari kawasan
TNBBS di Lampung Barat (± 639 ton/thn), Tanggamus (4.990
ton/thn) dan Kaur (351 ton/thn). Secara keseluruhan jika
dirupiahkan setara dengan Rp 71,760 milyar.

d. Potensi Karbon
Kawasan TNBBS sebagai salah satu kawasan konservasi dengan
luas 356.800 ha dan berbagai tipe penutupan lahan mampu
menyerap dan menyimpan cadangan karbon sebesar 67.409.059
ton. Kerusakan kawasan hutan TNBBS tentu akan sangat
berpengaruh terhadap penutupan lahan dan akan berimplikasi
negatif terhadap daya serap karbon yang berdampak pada
perubahan iklim mikro di sekitar TNBBS.

e. Potensi Geologi/Sumber Panas Bumi


Kawasan TNBBS memiliki sumber panas bumi yang cukup
potensial untuk dimanfaatkan yang terletak di daerah Suoh dan
sekitar Kayu Are, daerah Sekincau. Panas bumi Sekincau – Suoh

“Pengembangan Objek Wisata Alam Sukaraja Atas dan Pemerihan” 46


DOKUMEN
FEASIBILITY STUDY

merupakan juga sebagai obyek wisata alam yang dapat


dikembangkan sebagai cadangan alternatif energi Pembangkit
Tenaga Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) yang relatif murah
dibandingkan dengan bahan bakar minyak dengan total
cadangan 430 MW. Merujuk kepada begitu banyaknya manfaat
dan potensi strategis yang dimiliki TNBBS bagi perikehidupan
berkelanjutan, sehingga dalam pertemuan World Heritage
Committee ke-28 di Suzhou, China, yang berlangsung pada
tanggal 28 Juni 2004 sampai dengan 7 Juli 2004, TN. Gunung
Leuser, TN. Kerinci Seblat dan TN. Bukit Barisan Selatan resmi
ditetapkan sebagai Cluster World Natural Heritage of Sumatera.

D. DAMPAK PENGEMBANGAN OBJEK WISATA TERHADAP LINGKUNGAN

1. Dampak Positif Pengembangan Objek Wisata Alam


a) Dalam rangka pengembangan objek wisata alam di kawasan
Sukaraja Atas dan Pemerihan, tentu saja berpengaruh positif
terhadap lingkungan di daerah tersebut. Mengingat daya tarik
objek wisata alam adalah terletak pada potensi keindahan
alamnya, oleh karena itu tentu saja konservasi atau pelestarian
alami di daerah menjadi sangat penting.
b) Selain itu, saya tarik benda-benda pra sejarah juga harus dijaga
dalam meningkatkan potensi objek wisata alam, maka
konservasi terhadap situs arkeologi dan bersejarah pun tentu
akan dilakukan juga di kawasan Sukaraja Atas dan Pemerihan.
c) Dengan adanya konservasi atau pelestarian alam yang dilakukan
dalam menjaga keindahan alam di daerah Sukaraja Atas dan
Pemerihan, tentu saja akan meningkatan kondisi lingkungan.
d) Penataan hasil konservasi terhadap lingkungan akan
meningkatkan pesona lingkungan di kawasan Sukaraja Atas dan
Pemerihan. Dengan meningkatnya pesona lingkungan , maka

“Pengembangan Objek Wisata Alam Sukaraja Atas dan Pemerihan” 47


DOKUMEN
FEASIBILITY STUDY

daya Tarik terhadap objek wisata alam pun pasti akan


meningkat.
e) Seiring dengan terus meningkatkan kunjungan dari wisatawan
dan semakin dikenalnya kawasan objek wisata alam Sukaraja
Atas dan Pemerihan tentunya akan meningkatan pula
infrastruktur yang ada di kawasan tersebut.
f) Meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap lingkungan dan
untuk terus bekerjasama dalam menjaga kelestarian lingkungan
agar potensi objek wisata alam yang terdapat di daerah Sukaraja
Atas dan Pemerihan dapat dikembangkan terus-menerus dan
menghasilkan banyak dampak positif.

2. Dampak Negatif Pengembangan Objek Wisata Alam


a) Semakin banyaknya kunjungan di kawasan Sukaraja Atas dan
Pemerihan tentu akan menimbulkan polusi pada lingkungan.
b) Mengingat Kawasan TNBBS merupakan hulu dari 181 sungai
yang mengalir di 4 (empat) kabupaten yakni Kabupaten
Lampung Barat dan Tanggamus (Provinsi Lampung), Kabupaten
Kaur (Provinsi Bengkulu), dan Kabupaten Ogan Komering Ulu
(Provinsi Sumatera Selatan). Merupakan DAS Semaka, Pesisir
Barat dan Sekampung., maka pembuangan limbah akibat
pengembangan kawasan objek wisata alam harus diminimalisir
sebelum terjadi dampak yang besar terhadap lingkungan.
c) Eksplorasi yang berlebihan terhadap situs pra sejarah juga akan
berdampak negative, seperti merusak kebanggaan arkeologi dan
sejarah.

“Pengembangan Objek Wisata Alam Sukaraja Atas dan Pemerihan” 48


DOKUMEN
FEASIBILITY STUDY

E. REKOMENDASI

Pengembangan objek wisata alam Sukaraja Atas dan Pemerihan di


kawasan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) memiliki
beberapa dampak terhadap lingkungan berupa dampak positif yang
harus dimanfaatkan dan dampak negativf yang harus diperhatikan
dan dicegah.

Pada kajian lingkungan di atas telah dijelaskan perihal-perihal yang


menjadi dampak positif dan negatif dari rencana pengembangan
objek wisata alam Sukaraja Atas dan Pemerihan TNBBS, maka pihak
pelaksana pengembangan kawasan sebisa mungkin akan
memperhatikan dan meminimalkan dampak negatif yang ditimbulkan
dari pengembangan objek wisata alam agar rencana pengembangan
ini dapat diterima dengan baik dan berdampak baik pula bagi
lingkungan sekitar kawasan.

“Pengembangan Objek Wisata Alam Sukaraja Atas dan Pemerihan” 49

Anda mungkin juga menyukai