A. LATAR BELAKANG
1. Dasar Hukum
▪ Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam
dan Ekosistemnya;
▪ Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan;
▪ Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air;
▪ Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2004 tentang Perkebunan;
▪ Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang;
▪ Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup;
2. Gambaran Umum
Indonesia memiliki tanah gambut sangat luas, yang merupakan Negara ke empat
dengan kawasan gambut terbesar di dunia setelah Kanada, Rusia, dan USA
(Immirzi dan Maltby, 1992). Kawasan gambut Indonesia juga merupakan kawasan
gambut tropika terluas di dunia yang meliputi sekitar 50% dari total kawasan
gambut tropika dunia. Selain itu, Indonesia menyimpan cadangan Karbon gambut
mencapai 46 giga ton atau sekitar 8 – 14 % dari Karbon yang terdapat dalam
Karbon dunia.
Ekosistem gambut merupakan salah satu ekosistem yang memiliki peran dan
manfaat penting bagi kehidupan manusia, dimana saat ini telah dimanfaatkan
untuk berbagai kegiatan pembangunan. Manfaat tersebut antara lain: pensuplai
air dan pengendalia banjir, potensi wisata, mata pencaharian masyarakat lokal
(pertanian, perkebunan, perikanan), stabilitas iklim, keanekaragaman hayati,
serta untuk pendidikan dan penelitian.
Selama 30 tahun lebih pengelolaan lahan gambut, kurang memperhatikan
penerapan prinsip pemanfaatan berkelanjutan. Hal ini mengakibatkan timbulnya
berbagai masalah, seperti:
a) Seluas 7.402.969 Ha (88,23 %) lahan gambut di Kalimantan termasuk rusak
sedang;
b) Pengembangan lahan gambut (PLG 1 juta Ha);
c) Kemorosotan keanekaragaman hayati;
d) Kebakaran hutan/lahan gambut, gangguan asap lintas batas, banjir, dan
subsiden, dll.
e) Masalah sosio-ekonomi (hilangnya pencaharian/peluang usaha masyarakat
setempat, dll).
Paket I :
1. KHG Sungai Jelai - Sungai Bila, Kabupaten Ketapang dan
Sukamara, Provinsi Kalimantan Tengah; (26,088 Ha)
2. KHG Sungai Seruyan - Sungai Sembuluh, Kababupaten
Seruyan, Provinsi Kalimantan Tengah; (37,411 Ha)
3. KHG Sungai Arut, Kabupaten Kotawaringin Barat, Provinsi
Kalimantan Tengah; (13,645 Ha)
3. Tujuan
4. Penerima Manfaat
Penerima manfaat dari kegiatan ini adalah Pemerintah, Pemerintah Daerah,
Swasta, Perguruan Tinggi dan Masyarakat.
a. Persiapan;
b. Pelaksanaan lapangan;
c. Penyusunan data hasil lapangan; dan
d. Penyusunan laporan.
2. Tahapan Pelaksanaan
a. Persiapan
1) Konsultasi dengan KLHK;
2) Pengumpulan Data dan Peralatan.
a) Pengumpulan Data Sekunder:
• Peta Rupa Bumi Indonesia (RBI) skala 1: 50.000 sebagai peta
dasar yang dikeluarkan oleh BIG dalam format shapefile (.shp);
• Peta KHG Nasional skala 1: 250.000;
b) Peralatan.
Peralatan yang digunakan dalam survey inventarisasi karakteristik
ekosistem gambut adalah:
• 20 set Bor Gambut (panjang minimal 14 meter);
• 10 unit GPS Handheld (GPS Navigasi, 3D, EPE maksimal 3 meter);
• 10 unit pH meter digital
• 10 unit Electrical Conductivity (EC) meter digital
• 10 unit Camera digital
• Form survey (format disediakan oleh Dit. PKG);
• Peta Kerja (dokumen disediakan oleh Dit. PKG).
b. Pelaksanaan Lapangan
Pelaksanaan lapangan meliputi kegiatan-kegiatan : Pertemuan/rapat
koordinasi dengan Pemda dan survey lapangan.
1) Pertemuan dengan Pemda.
Sebelum survey lapangan dilaksanakan, terlebih dahulu dilakukan
pertemuan ini dengan Pemda Provinsi dan Pemda Kabupaten/Kota
dimana KHG berada. Pertemuannya dilaksanakan secara FGD dengan
semua stakeholders terkait termasuk wakil-wakil dari perusahan
pemegang izin dan masyarakat yang ada di lokasi KHG yang akan
disurvey.
2) Survey Lapangan.
Survey lapangan dilakukan pada Areal Penggunaan Lain (APL) non izin
sesuai rencana kerja yang telah dibuat (Format form isian inventarisasi
karakteristik eksositem gambut dan aspek social terlampir). Jenis
informasi yang diamati sebagai berikut:
JENIS DESKRIPSI
INFORMASI
Lokasi titik atau GPS Handheld (GPS Navigasi, 3D, EPE maksimal 3
koordinat + Foto meter)
Elevasi lahan GPS Handheld (GPS Navigasi, 3D, EPE maksimal 3
meter)
Air tanah, genangan, Kedalaman air tanah (dibawah permukaan
atau banjir tanah): diukur dari permukaan tanah hingga
permukaan air tanah (cm)
Banjir :
Frekuensi: berapa kali dalam setahun dan berapa
lama banjir (hari)
Penjelasan output:
Parameter berupa karakteristik kedalaman air
tanah, genangan, genangan banjir dapat
mengindikasikan kondisi hidrotopografi lahan
dan tipologi lahan berdasarkan tipe luapan.
Tutupan lahan, Hutan primer, hutan sekunder, kebun, semak
penggunaan lahan, belukar (tidak ada pepohonan): tanaman
pemanfaatan hasil budidaya semusim, pemukiman.
hutan, dan kondisinya
Kondisi tutupan tajuk dibagi menjadi tutupan
tajuk rapat, sedang dan jarang.
Penjelasan
Input : disesuaikan dengan data tersedia;
Output : cek dahulu dengan SNI jika tidak sesuai
kebutuhan dilihat kembali sesuai
kebutuhan pedoman
Berikan contoh citra yang menunjukan
tingkat kerapatan
Keberadaan flora dan Ada atau Tidak (Wawancara/Data sekunder
fauna yang dilindungi atau pengamatan)
Penjelasan:
Input : mencatat keberadaan jenis flora dan
fauna yang dilindungi disekitar titik
pengamatan
Output : ada atau tidak ada
Kondisi drainase Kerapatan drainase alami; ada atau tidaknya
alami dan buatan drainase buatan, kerapatan, serta kedalaman
muka air
Penjelasan:
Input : kerapatan dihitung dari hasil
pengamatan lapangan dan/ atau citra
Output : (sesuai kategorisasi diatas)
Kualitas air pH dan EC
Pengukuran kualitas air dilakukan terhadap
parameter kemasaman (pH) dan daya hantar
listrik (EC) dengan menggunakan pH meter dan
EC meter. Pengukuran dilakukan pada Air tanah,
air sungai dan air saluran drainase buatan.
Tipe B
Lahan yang hanya tergenangi oleh pasang besar
Tipe C
Lahan-lahan yang tidak tergenangi oleh pasang
besar maupun pasang kecil, namun kedalaman
air tanahnya sangat sangkal (< 50 cm),
Tipe D
lahan-lahan yang tidak tergenangi luapan pasang
besar maupun pasang kecil serta mempunyai
kedalaman air tanah > 50 cm
Penjelasan:
Input dan Output sama
Ketebalan gambut Dangkal (<50 cm), Sedang (50-100 cm), Agak
dalam (100-200 cm), Dalam (200-300 cm),
Sangat Dalam (>300 cm)
Penjelasan:
Input : angka aktual
Output : seperti penjelasan isi
Penjelasan:
Input : selain karakteristik bahan miniral juga
diukur kedalamannya dari permukaan
tanah.
Output : sesuai kriteria di atas
Penjelasan:
- Pengukuran dilakukan dengan sarana 20 x 30
x 30 cm3 (lapisan gambut 1 m teratas)
- Pengukuran bobot isi dengan sarana bor
gambut sayap dilakukan pada gambut
tergenang dan/atau lapisan gambut lebih dari
1 m pada setiap selang kedalaman 1 m hingga
lapisan tanah mineral.
- Pada setiap lapisan gambut dicatat informasi
tentang keberadaan bahan berbentuk kayu
(kenampakan batang utuh)
Perkembangan Kriteria Kerusakan Fungsi Lindung :
kondisi atau tingkat • Terdapat drainase buatan
kerusakan lahan • Tereksposnya sedimen berpirit dan/atau
gambut kwarsa
• Kondisi tutupan lahan yang tidak mendukung
fungsi lindung
Kriteria Kerusakan Fungsi Budidaya :
• Terdapat drainase buatan
• Tereksposnya sedimen berpirit dan/atau
kwarsa
Penjelasan:
Input : identifikasi terhadap singkapan
sedimen tentang kandungan pirit,
mengestimasi luas sebaran sedimen
berpirit yang terbuka.
Output : sesuai kriteria diatas
Karakteristik tanah 1. Pada lapisan gambut, karakteristik yang
dan kedalaman diamati adalah ketebalan, warna, dan tingkat
lapisan pirit dekomposisi. Pada tanah mineral dan/atau
bahan mineral di bawah gambut karakteristik
yang diamati adalah lapisan dan ketebalannya,
dan pada setiap lapisan ditetapkan tekstur,
warna, konsistensi, pH dan EC lapang. Alat
yang digunakan adalah bor mineral dan/atau
bor gambut
2. Kedalaman lapisan pirit diukur dari
permukaan tanah sampai bahan yang
mengandung pirit (gambut maupun mineral).
Penjelasan:
Input : diukur pH air dengan pH H2O2.
Output : kedalaman lapisan pirit (secara
kualitatif jika sudah terbuka akan
ditemukan bercak kuning jerami
ditanah, pada air akan terlihat jernih
dan pH sangat masam, dan jika belum
terbuka, tercium bau belerang, atau
dites dengan H2O2 terdeteksi adanya
pirit.
Kearifan Lokal Data dan Informasi tentang Kearifan Lokal dapat
diperoleh dari wawancara dengan masyarakat,
tokoh masyarakat, aparat desa, wakil perguruan
tinggi, dan dunia usaha atau lainnya yang sudah
menetap lama di areal KHG yang disurvey.
Data dan informasi tentang Kearifan Lokal yang
menunjang perlindungan dan kelestarian
ekosistem gambut.
Data dan Informasi dapat berupa diskripsi terkait
Kearifan Lokal yang sampai saat ini
keberadaanya masih ada dan berlaku di
masyarakat setempat.
Aspirasi Masyarakat Data dan Informasi tentang Aspirasi Masyarakat
dapat diperoleh dari masyarakat, tokoh
masyarakat, aparat desa, wakil perguruan tinggi,
dan dunia usaha atau lainnya.
Data dan Informasi Aspirasi Masyarakat ini dapat
berupa diskripsi tentang apa-apa yang diinginkan
dari masyarakat dari perlindungan dan
pengelolaan ekosistem gambut, termasuk
pemanfaan dan pengendalian kerusakan
ekosistem gambut.
Catatan:
Pada saat pelaksanaan di lapangan, Tim KLHK akan melakukan monitor
dan evaluasi. Apabila terdapat kesalahan atau kejanggalan pada data
C. HASIL PEKERJAAN
Hasil pekerjaan dalam kegiatan Inventarisasi Karakteristik Ekosistem Gambut pada 10
(sepuluh) KHG di Provinsi Kalimantan Tengah adalah sebagai berikut:
Pendidikan-
No. Posisi Tugas
Pengalaman
1. Ketua Tim Ilmu Tanah/ • Bertanggung jawab sebagai pemimpin tim untuk
(1 org) Geografi/Geodesi mengelola, mengkoordinasikan dan
Minggu ke-
No Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8
1 Persiapan
a. Konsultasi dengan KLHK
b. Pengumpulan Data Sekunder
c. Penyusunan Peta Kerja
d. Penyusunan Laporan Pendahuluan
e. Rapat pemantapan perencanaan dengan KLHK
2 Pertemuan dengan Pemda
3. Pelaksanaan survey lapangan
4. Penyusunan data hasil survey lapangan
5. Penyusunan dan pembahasan laporan akhir
6. Finalisasi Laporan dan Pencetakan Peta Titik
Pengamatan Karakteristik KHG skala 1:50.000
ttd