Anda di halaman 1dari 8

KERANGKA ACUAN KERJA

(Term of Refferemce)

IDENTIFIKASI DAN INVENTARISASI CALON


KAWASAN KONSERVASI PESISIR DAN PULAU-
PULAU KECIL
KABUPATEN TANAH ALUT

logo

BIDANG XXXXXXXX

DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN


KABUPATEN TANAH LAUT
2015
KERANGKA ACUAN KERJA
Pekerjaan
Identifikasi dan Inventarisasi Calon Kawasan Konservasi Pesisir
dan Pulau-Pulau Kecil (KKP3K)
Kabupaten Tanah Laut

1. Latar Belakang

Sebagai Negara kepulauan yang memiliki keanekaragaman hayati laut (marine


biodiversity) yang tinggi, Indonesia memiliki potensi sumberdaya alam yang
berlimpah, khususnya di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil. Wilayah pesisir dan
pulau-pulau kecil Indonesia memiliki ekosistem lengkap yang berperan sebagai
habitat bagi ikan dan organisme lainnya mencari makan (feeding ground), bertelur
(nesting ground) dan berpijah (Spawning ground).
Sekitar 55% dari seluruh produksi perikanan yang ada berasal dari wilayah pesisir,
khususnya dari ekosistem padang lamun, mangrove, terumbu karang, laguna dan
estuaria. Lebih dari 2000 jenis ikan dan 500 jenis terumbu karang menjadikan
Negara Indonesia terkenal sebagai kawasan pusat segitiga terumbu karang (The
Coral Triangle Center). Ekosistem pesisir selain memiliki fungsi bagi biota laut, juga
memiliki fungsi sebagai penyerap karbon, pemecah gelombang laut, penghasil ikan
yang sangat berguna bagi kesejahteraan masyarakat pesisir dan pulau-pulau kecil
secara khusus dan bagi seluruh rakyat Indonesia secara umum.
Pengelolaan ekosistem melalui upaya konservasi telah dipahami sebagai upaya
seimbang untuk perlindungan, pelestarian dan pemanfaatan ekosistem secara
berkelanjutan. Satu atau lebih tipe ekosistem dapat ditetapkan sebagai kawasan
konservasi perairan, pesisir dan pulau-pulau kecil yang dalam pengelolaannya
dilakukan dengan sistem zonasi. Seiring dengan perkembangan desentralisasi,
konservasi tidak lagi hanya menjadi kewenangan pemerintah pusat saja,
Pemerintah daerah juga diberi kewenangan dalam mengelola kawasan konservasi di
wilayahnya. Sistem zonasi yang memberi ruang pemanfaatan untuk perikanan
berkelanjutan dan pariwisata bahari serta kewenangan desentralisasi pengelolaan
telah menjadi paradigma baru pengelolaan kawasan konservasi perairan, pesisir dan
pulau-pulau kecil di Indonesia.
Perkembangan kawasan konservasi perairan, pesisir dan pulau-pulau kecil saat ini
(KKP 2012) telah mencapai 15,78 juta hektar melebihi target Renstra yang dipatok
seluas 15,5 juta hektar pada tahun 2014, selanjutnya kawasan akan dikembangkan
mencapai target 20 juta hektar pada tahun 2020. Namun, target utama
sesungguhnya adalah pengelolaan kawasan konservasi tersebut secara efektif untuk
mendukung perikanan berkelanjutan bagi kesejahteraan masyarakat. Upaya
pengelolaan efektif kawasan tersebut minimal dilakukan melalui pengembangan dan
penguatan kelembagaan pengelolaan, rencana pengelolaan dan zonasi kawasan
konservasi yang tepat, dukungan infrastruktur pengelolaan serta terlaksananya
kegiatan-kegiatan pengelolaan secara kolaboratif kawasan konservasi perairan yang
didukung dengan pendanaan berkelanjutan.
Wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil Kabupaten Tanah Laut memiliki potensi
sumberdaya ekosistem mangrove. Berdasarkan hasil analisis citra (RZWP-3-K
Kabupaten Tanah Laut, 2014), luas mangrove di wilayah pesisir Kabupaten Tanah
Laut berjumlah 5.600,82 ha, dimana Kecamatan Jorong merupakan kecamatan
dengan luas mangrove terbesar yakni 1.982,20 ha dan Kecamatan Kintap
merupakan kecamatan dengan luas mangrove terkecil yakni 430,89 ha
Ekosistem mangrove merupakan daerah pemijahan, asuhan bagi bermacam biota,
penahan abrasi, penahan amukan angin taan dan tsunami, penyerap limbah,
pencegah intrusi air laut, dan lain sebagainya, ekosistem mangrove juga mempunyai
fungsi ekonomis seperti penyedia kayu, daun-daunan sebagai bahan baku obat-
obatan, dan lain-lain. Mengingat nilai ekonomis pantai dan ekosistem mangrove yang
tidak sedikit, maka kawasan ini menjadi sasaran berbagai aktivitas yang bersifat
eksploitatif. Hal ini terlihat di wilayah pesisir Kabupaten Tanah Laut mulau dari
Kecamatan Kurau (Pantai Harapan) sampai Kecamatan Kintap (Sungai Cuka).
Berbagai pemanfaatan antara lain : pembukaan lahan mangrove sebagai lahan
tambak, permukiman, pelabuhan khusus, tambat kapal tongkang batubara, jalan
pertanian dan perkebunan. Akibat pembukaan lahan ini telah menyebabkan tingkat
kerusakan dari ringan sampai sangat berat.
Pada dasarnya kerusakan tambak dan rendahnya produktivitas hasil tambak di
wilayah pesisir Kabupaten Tanah Laut, sebagai akibat hilangnya fungsi biofisik dan
ekologi dari ekosistem mangrove. Akibat pembukaan lahan mangrove yang ditebang
habis, sehingga unsur hara dalam tanah tidak ada, selain itu fungsi mangrove
sebagai penyedia dan tempat biota juga hilang, mangrove sebagai penetral
akumulasi dari bahan pencemar maupun pencegah terjadinya banjir tidak berfungsi.
Berdasarkan penelitian (Mac Farlane dkk 2002 dalam Mukhtasor 2007),
menunjukkan jenis avicenia mempunyai toleransi yang besar dan dapat
mengakumulasi banyak jenis logam berat daripada jenis mangrove yang lain. Lebih
lanjut dikatakan bahwa peningkatan akumulasi logam ini dikarenakan translokasi
penyerapan udara melalui lenti sel ke akar. Selain itu penurunan pH sedimen
ditemukan dapat meningkatkan akumulasi logam pada akar avicenia. Peningkatan
konsentrasi logam berat pada sedimen menghasilkan tingkat akumulasi logam berat
yang lebih besar juga pada akar dan daun avicenia.
Akibat konversi lahan ini telah menyebabkan kerusakan lingkungan terutama abrasi
disempadan sungai dan sedimentasi di muara. Akibat yang terjadi selanjutnya
adalah banjir di muara sungai. Hal ini terjadi karena pada saat terjadi air pasang
dan bersamaan dengan debit sungai yang meningkat maka air akan meluap di
muara.
Selanjutnya dalam perencanaan Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
Provinsi Kalimantan Selatan (2013) dan Kabupaten Tanah Laut (2014) telah
mencadangkan kawasan mangrove di Kabupaten Tanah Laut sebagai Kawasan
Konservasi Pesisir dan Pulau-Pulau (KKP3K) khususnya kawasan mangrove di
beberapa wilayah habitat mangrove.
Oleh karena itu diperlukan kajian Identifikasi dan Inventarisasi Calon Kawasan
Konservasi Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (KKP3K) Kabupaten Tanah Laut untuk
menentukan jenis KKP3K di Kabupaten Tanah Laut.
Diharapkan dengan penetapan kawasan konservasi pesisir dan pulau-pulau kecil
dilakukan untuk mencapai sasaran pemanfaatan berkelanjutan sumber daya ikan
dan ekosistemnya, serta jasa lingkungan yang ada didalamnya, dengan tetap
menjaga kearifan lokal yang ada, sehingga dapat menjamin ketersediaan,
kesinambungan dan peningkatan kualitas nilai serta keanekaragamannya, untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat khususnya disekitar kawasan konservasi
pesisir dan pulau-pulau kecil.

2. Tujuan

Tujuan dari kegiatan Identifikasi dan Inventarisasi Calon Kawasan Konservasi Pesisir
dan Pulau-Pulau Kecil di Kabupaten Tanah Laut meliputi:
1. Mengidentifikasi dan menginventarisasi calon Kawasan Konservasi Pesisir
dan Pulau-Pulau Kecil berdasarkan kondisi ekologi, sosial dan budaya dan
ekonomi.
2. Memberikan arahan rencana pengelolaan Kawasan Konservasi Pesisir dan
Pulau-Pulau Kecil di Kabupaten Tanah Laut.

3. Sasaran

Sasaran yang ingin di capai dalam kegiatan Identifikasi dan Inventarisasi Calon
Kawasan Konservasi Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Kabupaten Tanah Laut:
1. Teridentifikasi dan terpetakan baik secara ekologi, sosial dan budaya dan
ekonomi sebagai pencadangan kawasan konservasi.
2. Tersusunnya arahan rencana pengelolaan Kawasan Konservasi Pesisir dan
Pulau-Pulau Kecil Kabupaten Tanah Laut.

4. Keluaran

Keluaran kegiatan ini adalah sebagai berikut :


1. Laporan Pendahuluan
2. Laporan Akhir

3. Album Peta
4. File elektronik dari semua hasil kegiatan

5. Lingkup Kegiatan

5.1. Wilayah Studi


Wilayah studi kegiatan Identifikasi dan Inventarisasi Calon KKP3K Kabupaten Tanah
adalah kawasan konservasi yang dicadangkan dalam dokumen RZWP-3-K Provinsi
Kalimantan Selatan.

5.2. Ruang Lingkup


Kegiatan Identifikasi dan Inventarisasi Calon KKP3K meliputi aspek-aspek bahasan
materi kegiatan, yaitu :

a. Koordinasi Tim Teknis dan Pemberi Pekerjaan


Koordinasi dengan pemberi pekerjaan lebih awal dilakukan untuk
mendiskusikan semua aspek mulai dari persiapan, tujuan dan sasaran
pekerjaan, dan out put sampai pada ruang lingkup pekerjaan melalui
pembahasan Laporan Pendahuluan. Dalam rapat koordinasi/pembahasan
ini telah dilampirkan juga bahan kuisionernya. Koordinasi yang menyangkut
perbaikan laporan pendahuluan dan persiapan survei.
b. Pengumpulan Data dan Informasi
Pengumpulan data dimaksudkan untuk memperoleh data awal tentang isu,
permasalahan, kebijakan dan regulasi, potensi, pemanfaatan ruang,
rencana tata ruang/ rencana zonasi, dan pemanfaatan sumberdaya di
lokasi perencanaan yang digunakan sebagai data awal dalam membuat
peta dasar, peta tematik dan peta rencana kerja, sehingga sebelum survei
lokasi dapat dikoordinasikan lagi kepada masyarakat/pemerintah daerah
setempat mengenai lokasi yang akan disurvei.
c. Survey Lapangan
Merupakan kegiatan pencarian dan penghimpunan data yang digunakan
atau diperlukan. Dalam survey lokasi dilakukan pengumpulan data primer
dan sekunder. Data primer meliputi data yang diperoleh dengan melakukan
pengamatan dan pendataan secara langsung di lokasi dan melalui
wawancara/interview terhadap responden. Sedangkan pengumpulan data
sekunder diperoleh dari instansi/lembaga terkait atau berbagai sumber
data informasi. Survey lokasi ini dibagi dalam 3 (tiga) sub kegiatan, yaitu :
Menginventarisasi data kondisi ekologi wilayah mangrove dan data sosial
budaya.
d. Pengolahan dan Analisis Data
Setelah melakukan kegiatan-kegiatan di atas kemudian hasil-hasil
pengumpulan data dan potensi kawasan serta masukan-masukan dari hasil
konsultasi publik dilakukan analisa berdasarkan kriteria-kriteria KKP3K.
Analisa dilakukan dengan metoda pembobotan dan scoring serta dengan
menggunakan analisa SWOT sehingga akan menghasilkan arahan calon
KKP3K.

Hasil pengolahan dan analisis data yang akan digunakan untuk konsultasi
publik dengan para stakeholders di daerah seperti masyarakat, pemerintah
daerah, lembaga swadaya masyarakat dan yang lainnya, data kemudian di
masukkan ke dalam analisa.
e. Pembahasan dan Konsultasi Publik
Kegiatan ini bertujuan untuk mensosialisasikan hasil kegiatan identifikasi
dan penilaian potensi KKP3K serta arahan usulan bentuk calon KKP3K.
Sasaran yang akan dicapai pada kegiatan pembahasan dan konsultasi
publik ini adalah untuk memberikan informasi mengenai usulan dan
rekomendasi bentuk calon Identifikasi dan Inventarisasi Calon KKP3K
kepada masyarakat, pemerintah daerah dan para stakeholders terkait
lainnya.

f. Pelaporan
Setelah dilakukan serangkaian survey dan konsultasi publik maka tahap
selanjutnya dilakukan penyusunan laporan hasil kegiatan. Pelaporan ini
berisikan mengenai hasil-hasil kegiatan yang telah dilakukan. Format
pelaporan kegiatan identifikasi calon KKP3K dapat dibuat dengan kerangka
laporan sebagai berikut:

1. PENDA HULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2. Tujuan
1.3. Sasaran
1.4. Keluaran dan Manfaat
1.5. Ruang Lingkup Kegiatan
2. METODOLOGI
2.1. Pendekatan Studi
2.2. Pengumpulan Data
2.3. Analisis Data
3. KEADAAN UMUM LOKAS I KEGIATAN
3.1. Administrasi dan Geografi Wilayah
3.2. Iklim dan Topografi
3.3. Kondisi Ekologi Calon KKP antara lain
3.4. Sosial dan Budaya
3.4.1. Kependudukan
3.4.2. Etnis/Suku dan Budaya
3.4.3. Sarana dan Prasarana
3.4.4. Mata Pencaharian Masyarakat Sekitar Kawasan
3.4.5. Tingkat Kesejahteraan Masyarakat Sekitar Kawasan
3.5. Perekonomian
3.5.1. Kegiatan Ekonomi Secara Umum
3.5.2. Kegiatan Ekonomi di Wilayah Sekitar Kawasan
3.5.3. Ketenagakerjaan
3.5.4. Pendapatan Perkapita
3.6. Persepsi Masyarakat
4. ANALISA POTENSI CKKP3K
4.1. Identifikasi Isu Calon KKP
4.1.1. Potensi dan Peluang Pengembangan KKP
4.1.2. Masalah dan Kelemahan
4.2. Kriteria Penetapan Calon KKP
4.3. Pertimbangan dalam Penetapan KKP
5. ARAHAN RENCANA PENGELOLAAN KKP3K
5.1. Penetapan Status KKP
5.2. Rekomendasi Batas KKP
5.3. Usulan Umum Rencana Pengelolaan KKP
6. SARAN DAN REKOMENDASI

6. Waktu Pelaksanaan

Kegiatan ini direncanakan selama 4 (empat) bulan pada tahun anggaran 2015,
dengan Jadwal Pelaksanaan sebagai berikut:

Bulan
No Uraian Kegiatan
1 2 3 4
Persiapan, Penyusunan dan
1
Pembahasan Laporan Pendahuluan
2 Pengumpulan Data dan Informasi
3 Survey Lapangan
4 Pengolahan dan Analisis Data
5 Pembahasan dan Konsultasi Publik
6 Pelaporan

7. Pendanaan dan Biaya

Kegiatan ini direncanakan pada tahun anggaran 2015 dengan sumber dana dari
APBD. Dengan menghabiskan anggaran sebesar Rp. 150.000.000,- (seratus lima
puluh juta rupiah).

8. Tim Ahli

Adapun tenaga ahli yang dibutuhkan dalam kegiatan ini terdiri atas :
a. Tenaga Ahli, terdiri atas
1. Ketua Tim/Ahli Ekologi Kelautan
2. Ahli Sosial Ekonomi
3. Ahli SIG dan Inderaja

4. Ahli Lingkungan
b. Tenaga pendukung
1. Tenaga Surveyor/Lapangan
2. Juru Gambar/GIS operator

9. Penutup

Demikian kerangka acuan ini disusun untuk dapat menjadi pedoman dalam
pelaksanaan kegiatan Identifikasi dan Inventarisasi Calon KKP3K Kabupaten Tanah
Laut.
Tanah Laut, Maret 2015
Kepala Bidang Pelaksana Kegiatan
xxxxxxxxxxxxxxxx

_________________ _________________
NIP. NIP.

Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan


Kabupaten Tanah Laut

___________________
NIP.

Anda mungkin juga menyukai