Anda di halaman 1dari 4

JUKNIS PEMBUATAN REKOMENDASI PENYALURAN BBM SOLAR

BERSUBSIDI KEPADA KAPAL PERIKANAN


(Perhitungan Kebutuhan BBM dan Kapasitas Tangki Kapal
Perikanan)

I. Pendahuluan
I.1. Latar Belakang
Pengumuman kenaikan harga BBM yang berlaku efektif Kenaikan
harga BBM rata-rata 29% per 1 Maret 2005 berdasarkan Peraturan
Presiden (Perpres) No. 22 tahun 2005, kemudian direvisi dengan Perpres
No.55 tahun 2005 dan kemudian dari DKP mengusulkan agar sektor
kelautan dan perikanan mendapatkan harga subsidi dengan merubah atau
revisi Perpres No.55 tahun 2005 dengan No.9 2006 mulai ternyata masih
belum dapat memenuhi harapan masyarakat.
Pada saat ini, BBM merupakan input produksi yang mempunyai
peranan sangat penting bagi kelangsungan usaha penangkapan ikan. Hal
ini karena berdasarkan hasil identifikasi dan supervisi dibeberapa pusat
kegiatan nelayan, ternyata komponen biaya BBM berkisar antara 30 50
% (untuk kelompok nelayan skala menengah keatas) dan 40 - 60% (untuk
kelompok nelayan skala kecil) dari seluruh biaya operasi penangkapan
ikan per tripnya. Sementara itu pada sisi pasar, harga jual ikan hasil
tangkapan di laut terutama yang diorientasikan untuk pangsa pasar dalam
negeri relatif tidak mengalami kenaikan. Dampak dari kenaikan yang
secara serempak serta kondisi atau musim penangkapan ikan yang masih
sulit seperti sekarang (musim barat) mengakibatkan ketidak berdayaan
nelayan untuk melaut.
Berdasarkan perhitungan sementara, kebutuhan BBM untuk operasi
kapal perikanan untuk tahun 2006 secara nasional diperkirakan mencapai
2,6 juta kilo liter per tahun. Sementara itu, pasokan BBM yang
dialokasikan oleh Pertamina untuk kapal-kapal perikanan belum sesuai
dengan kebutuhan, sehingga terjadi kekuarangan pasokan BBM yang
cukup besar. Sebagai upaya untuk mengatasi kesulitan-kesulitan yang
banyak menghimpit nelayan, saat ini Pemerintah tengah mempersiapkan
sarana prasarana untuk penyediaan BBM ke nelayan.

Untuk menunjang berlakunya Perpres No. 9 Tahun 2006 maka


dibuatlah Juknis ini sebagai petunjuk teknis pembuatan rekomendasi
kepada kapal perikanan untuk mendapatkan subsidi BBM.

I.2. Tujuan
Karena BBM merupakan input produksi yang mempunyai peranan
sangat penting bagi kelangsungan usaha penangkapan ikan. Hal ini karena
berdasarkan hasil identifikasi dan supervisi dibeberapa pusat kegiatan
nelayan

dimana

harga

BBM

memainkan

peranan

yang

vital

bagi

kelancaran operasional kapal nelayan. Dari hal tersebut diatas untuk


tujuan dari juknis ini adalah :
1. Adanya Pedoman Teknis Perhitungan BBM dan Kapasitas Tangki BBM
kapal perikanan.
2. Keakuratan data untuk rekomendasi penyaluran BBM kepada kapal
perikanan dari Pertamina.
I.3. Manfaat
Disadari memang kondisi operasional kapal perikanan tidak menentu
tujuan dan tripnya sehingga untuk mendapatkan pelayanan rekomendasi
75 KL/3 bulan harus mendapat perhitungan dan data yang akurat
sehingga pengawasan dan prosedur pemberian rekomendasi kepada
Pertamina tidak disalahgunakan oleh para nelayan. Dan harapan yang
ingin didapatkan dari Juknis ini adalah untuk dapat meningkatkan
kesejahteraan nelayan.
II. REKOMENDASI PENYALURAN BBM YANG BERSUBSIDI
II.1. Pengertian
Rekomendasi penyaluran BBM bersubsidi kepada kapal perikanan
untuk implementasi Perpres No. 9 tahun 2006 dibuat oleh Departemen
Kelautan dan Perikanan, Pelabuhan Perikanan dan Dinas Perikanan dan
Kelautan Propinsi/Kabupaten/Kota.
II.2. Verifikasi Dokumen
Untuk

mendapatkan

rekomendasi

melengkapi dokuemn sebagai berikut :

penyaluran

BBM

harus

1. Surat Permohonan;
2. Surat Ijin Usaha Penangkapan (SIUP-I);
3. Surat Ijin Penangkapan Ikan (SIPI-OI)
4. Surat Pernyataan akan bertanggung jawab apabila ada penyelewengan
terhadap Rekomendasi yang akan diberikan.
Setelah dokumen diberikan maka dokuemn yang telah dilampirkan
harus verifikasi keabsahannya kepada pihak yang terkait supaya aspek
legal dari kapal perikanan tersebut dapat dipertanggungjawabkan.
II.3. Analisa Dokumen
Selain

verifikasi

dokumen

diperlukan

juga

analisa

terhadap

dokumen yang dilampirkan meliputi estimasi perhitungan kebutuhan BBM


kapal yang diajukan dan layak tidaknya kapal tersebut mendapatkan
penyaluran sebesar 75 KL diambil didepan dengan didasarkan pada
besaran kapal tersebut. (GT, NT dan Daya Mesin Utama).
Metode untuk estimasi perhitungan BBM kapal perikanan adalah
sebagai berikut :
RUMUS UMUM :
1. Wfo = Pme x bme x S x 10-6
V
dimana :
Wfo = Weight of Fuel Oil ( ton )
S

= radius layar

= kecepatan kapal (knot)

bme = Specific Fuel Consumption (gram/KW/hr)


2. Wfo = Pme x bme x S x 10 -6
V
Pme = 350 HP x 0,7457 = 261,625 KWh
bme = 200 (gr/KW/h)
S

= 1830 mil ; V = 10 Kn; BJ = 0,85 gr/cm3

atau
Wfo = 261,625 x 200 x 1830/10 x 10-6
= 9,575 ton = 9575 kg = 11264,70 liter

Wfo = c x HP x t
9575 kg = 0,20 x 350 HP x t
9575 kg = 70 t
t = 9575 : 70
= 136,78 hari (hari operasi)

Anda mungkin juga menyukai