Anda di halaman 1dari 17

ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN LRT

DI PALEMBANG

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Analisis Kebijakan Publik

Dosen Pengampu:

Dr. Kismartini, M.Si


Dr. Hartuti Purnaweni, MPA

Oleh :

M. Hammam J 14020118410004

Indah Hermiati 14020118410009

MAGISTER ADMINISTRASI PUBLIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS DIPONEGORO

2019
1. Latar Belakang Masalah
Pembangunan infrastruktur sangat penting dalam meningkatkan
perekonomian suatu negara. Dimana tujuan secara umum bahwa fungsi
dasar infrastruktur selalu berkaitan dengan pembangunan wilayahnya.
Semakin banyak penyediaan infrastruktur dan dapat mengakomodasi
kebutuhan seluruh lapisan masyarakat, serta semakin banyak inovasi dan
teknologi yang diterapkan dalam pemanfaatan infrakstuktur maka wilayah
tersebut semakin tumbuh ke arah positif. Pembangunan infrastuktur
perkotaan tidak jauh dari pembangunan sistem transportasi. Transportasi
memegang peranan penting dalam pertumbuhan perekonomian. Hal
tersebut dikarenakan transportasi berhubungan dengan kegiatan – kegiatan
produksi, konsumsi, dan distribusi. Pemerintah perlu mengedepankan
pentingnya transportasi untuk memperlancar kegiatan perekonomian.
Berbagai aktifitas terkait dengan pemenuhan kebutuhan dasar memerlukan
ketersediaan infrastruktur yang baik, sekarang transportasi berperan
penting dalam mengakomodasi aktifitas sosial dan ekonomi masyarakat.
Kebijakan pengembangan sistem transportasi sekarang dan kedepan
adalah bagaimana setiap negara memainkan perannya dalam bingkai
sistem transportasi berkelanjutan (sustainable transportation). (Keahlian
& Transportasi, n.d., dalam Ade Sjafruddin).
Transportasi sebagai sarana juga dapat bermanfaat dalam
mentransfer baik barang, ide, informasi maupun orang, karena umumnya
transportasi di perkotaan selalu berkembang dengan pesat seiring
berkembangnya wilayah tersebut. Transportasi diperuntukan untuk
transportasi publik, umumnya termasuk kereta, bis, ojek, becak, dan lain-
lain. Salah satu insfakruktur transportasi terbaru yang ada di Indonesia
adalah MRT (Mass Rapid Transit ) dan LRT (Light Rail Transit ).
Negara-negara tetangga Indonesia, yakni Malaysia, Filipina dan Singapore
sudah lebih dahulu memiliki LRT & MRT. Di Singapore, LRT & MRT
sudah ada sejak tahun 1992 dan menjadi transportasi yang sangat diminati
untuk berpergian di Singapore. Malaysia juga sudah memiliki sistem LRT
& MRT tahun 1995. Pembangunan LRT & MRT dinegara tersebut
merupakan fasilitas umum yang digunakan pemerintah untuk mengatasi
kemacetan yang ada dijalan selain itu juga praktis dan lebih mudah untuk
masyarakat dalam berpergian.
Palembang ibukota provinsi Sumatera Selatan sebagai pusat kegiatan
mengakibatkan adanya peningkatan volume kendaraan yang tidak
seimbang dengan pembangunan jalan di Kota Palembang akibatnya
menyebabkan kemacetan. Kemacetan tersebut menyebabkan waktu
terbuang dalam melakukan kegiatan sosial – ekonomi masyarakat
sehingga menghambat pertumbuhan ekonomi di daerah tersebut. Untuk
mengatasi hal tersebut Pemerintah Kota Palembang melakukan upaya
dengan cara membangun suatu sistem baru berupa transportasi massal
berbasis rel yaitu LRT (Light Rail Transit). LRT adalah suatu bagian dari
solusi transportasi yang terkait dengan bagaimana mengangkut
penumpang dari satu titik asal ke titik tujuan secara cepat, efektif, dan
efisien. LRT diharapkan mampu mengatasi kemacetan yang semakin hari
kian bertambah dan memberikan layanan terbaik bagi pengguna
transportasi publik di Kota Palembang (Arif & Sofyan, 2017).
1.1 Rumusan Masalah (Substantive Problem)
1. Bagaimana kebijakan pengelolaan LRT di Kota Palembang?
2. Bagaimana upaya pihak pengelola LRT menarik minat masyarakat
untuk menggunakan LRT di Kota Palembang?
1.2 Tujuan
1. Agar pembangunan LRT dapat berjalan sesuai dengan tujuan.
2. Agar masyarakat beralih menggunakan dan memanfaatka angkutan
umum yang lebih aman sehingga dapat mengurangi kemacetan dan
kejahatan yang sering terjadi dalam angkutan umum di Kota
Palembang.
1.3 Kriteria
1. Kurangnya minat masyarakat untuk menggunakan angkutan umum
berbasis LRT karena tidak strategisnya lokasi naik turunya
penumpang.
2. LRT dianggap paling aman dari angkutan umum lainya tetapi dari
kecepatan LRT sangat lamban.
3. Masyarakat lebih memilih angkutan seperti bus, angkot, ojek yang
lebih praktis (mudah dijangkau) dari pada menggunakan LRT.
2. Metode
Metode yang digunakan dalam mencari Analisis Kebijakan
Pembangunan LRT di Palembang adalah  Literatur Review. Literature
review adalah uraian tentang teori, temuan, dan bahan penelitian lainnya
yang diperoleh dari bahan acuan untuk dijadikan landasan kegiatan
penelitian untuk menyusun kerangka pemikiran yang jelas dari perumusan
masalah yang ingin diteliti. Literature Review membantu peneliti dalam
menyusun kerangka berfikir yang sesuai dengan teori, temuan, maupun
hasil penelitian sebelumnya dalam  menyelesaikan rumusan masalah pada
penelitian yang di buat.
Menurut Hasibuan, Literatur review berisi uraian tentang teori,
temuan dan bahan penelitian lain yang diperoleh dari bahan acuan untuk
dijadikan landasan kegiatan penelitian. Uraian dalam literatur review ini
diarahkan untuk menyusun kerangka pemikiran yang jelas tentang
pemecahan masalah yang sudah diuraikan dalam sebelumnya pada
perumusan masalah. Literatur review berisi ulasan, rangkuman, dan
pemikiran penulis tentang beberapa sumber pustaka (dapat berupa artikel,
buku, slide, informasi dari internet, dan lain-lain) tentang topik yang
dibahas.
Tujuan melakukan literatur review adalah untuk mendapatkan
landasan teori yang bisa mendukung pemecahan masalah yang sedang
diteliti. Teori yang didapatkan merupakan langkah awal agar peneliti dapat
lebih memahami permasalahan yang sedang diteliti dengan benar sesuai
dengan kerangka berpikir ilmiah. Tujuan lain dari literatur review ini
adalah untuk mendapatkan gambaran yang berkenaan dengan apa yang
sudah pernah dikerjakan orang lain sebelumnya. Dalam membuat sebuah
literatur review, langkah – langkah yang harus dilakukan yaitu:
1. Formulasi permasalahan
Penulis memilih topik yang sesuai dan menarik. Selain itu,
permasalahan yang diangkat harus ditulis dengan lengkap dan tepat.
2. Mencari literatur
Literatur yang dicari harus relevan dengan penelitian. Sehingga
membantu kita untuk mendapatkan gambaran (overview) dari suatu
topik penelitian. Sumber – sumber penelitian tersebut akan sangat
membantu bila didukung dengan pengetahuan tentang topik yang
akan dikaji. Sumber – sumber tersebut akan memberikan berbagai
macam gambaran tentang ringkasan dari beberapa penelitian
terdahulu.
3. Evaluasi data
Melihat dari literature yang ada, apa saja yang menjadi kontribusi
tentang topik yang dibahas. Penulis harus mencari dan menemukan
sumber data yang sesuai dengan kebutuhan penelitian. Data bisa
berupa data kualitatif, data kuantitatif maupun kombinasi dari
keduanya.
4. Menganalisis dan Menginterpretasikan.
Mendiskusikan dan meringkas literature yang sudah ada.

Teknik literatur review hal ini untuk meriview sebuah literatur kita
bisa melakukannya dengan beberapa cara, antara lain:
a. Mencari kesamaan (Compare).
b. Mencari ketidaksamaan (Contrast).
c. Memberikan pandangan (Criticize).
d. Membandingkan (Synthesize).
e. Meringkas (Summarize)
3. Pembahasan dan Hasil
Pembahasan
3.1 Transportasi
Transportasi adalah kegiatan pemindahan barang (muatan) dan
penumpang dari suatu tempat ke tempat lain (Andriansyah, 2015). Konsep
transportasi didasarkan pada adanya perjalanan antara asal dan tujuan.
Sesuai dengan perkembangan transportasi, transportasi dituntut agar
berlangsung secara aman, cepat, nyaman, dan ekonomis baik dari segi
waktu ataupun tarif yang sesuai dengan lingkungan
3.2 Transportasi Massal
Transportasi massal adalah sebuah sarana berkendara yang membuat
banyak orang dapat berpindah dari suatu tempat ke tempat lain dan
mampu memberikan efisiensi waktu, tempat, dan biaya di berbagai
wilayah. Ada beberapa jenis transportasi massal yang umum dipergunakan
di perkotaan antara lain:
1. Bus Rapid Transit
Bus Rapid Transit didefinisikan sebagai moda transportasi massal
cepat beroda karet yang fleksibel dan mengkombinasikan elemen-
elemen halte, kendaraan, pelayanan, jalur khusus dan Intelligent
Transportation System (ITS) kedalam sistem yang terpadu dan
mempunyai indentitas yang kuat.
2. Heavy Rail Transit System
Heavy Rail Transit adalah sistem angkutan menggunakan kereta
berkinerja tinggi, mobil rel bertenaga listrik yang beroperasi di jalur-
jalur khusus eksklusif, biasanya tanpa persimpangan, dengan bangunan
stasiun besar (Kittelson & Associates, 1999).
3. Commuter Line
Commuter Rail atau kereta komuter atau kereta pinggiran
merupakan porsi operasional jalur kereta penumpang yang membawa
penumpang di dalam wilayah perkotaan atau antara wilayah perkotaan
dengan wilayah pinggiran, namun berbeda dari jenis Metro dan LRT
dalam tataran bahwa kereta penumpang secara umum lebih berat,
jauhnya jarak rata-rata lebih panjang, dan pengoperasiannya dilakukan
di luar jalur-jalur yang merupakan bagian dari sistem jalan kereta dalam
sebuah wilayah.
4. Monorail
Monorail atau Monorel merupakan inovasi kendaraan berbasis rel
dimana sesuai dengan namanya kereta ini hanya terdiri dari rel tunggal,
berbeda dengan kereta pada umumnya yang memiliki 2 (dua) rel paralel.
5. Light Rail Transit (LRT)
Light Rail Transit (LRT) adalah sistem jalur kereta listrik
metropolitan yang dikarakteristikkan atas kemampuannya menjalankan
gerbong atau kereta pendek satu per satu sepanjang jalur-jalur khusus
eksklusif pada lahan bertingkat, struktur menggantung, subway, atau
biasanya di jalan, serta menaikkan dan menurunkan penumpang pada
lintasan atau tempat parkir mobil (Kittelson & Associates, 1999).
3.3 Jadwal Perjalanan Kereta Api
Berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor: PM.35 Tahun
2011 tentang Tata Cara dan Standar Pembuatan Grafik Perjalanan Kereta
Api (GAPEKA). GAPEKA adalah pedoman pengaturan pelaksanaan
perjalanan kereta api yang digambarkan dalam bentuk garis yang
menunjukan stasiun, waktu, jarak, kecepatan, dan posisi perjalanan kereta
api mulai dari berangkat, bersilang, bersusulan, dan berhenti yang
digambarkan secara grafis untuk pengendalian perjalanan kereta api.
Jadwal kereta api yang dibuat harus sesuai dengan pedoman yang telah
tertera pada aturan tersebut.
3.4 Kinerja Operasi
Untuk mengukur tingkat keberhasilan atau kinerja angkutan ada
beberapa parameter yang harus dilihat, antara lain:
1. Faktor Muat (Load Factor) Berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal
Perhubungan Darat Nomor: SK.687/AJ.206/DRJD/2002 tentang
Pedoman Teknis Penyelenggaraan Angkutan Penumpang Umum di
Wilayah Perkotaan dalam Trayek Tetap dan Teratur (2002), Load
Factor (LF) merupakan perbandingan kapasitas terjual dan kapasitas
tersedia untuk satu perjalanan yang biasa dinyatakan dalam persen (%).
2. Waktu Antara (Headway) Berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan
Nomor: PM.35 Tahun 2011 tentang Tata Cara dan Standar Pembuatan
Grafik Perjalanan Kereta Api waktu antara (headway) adalah selang
waktu kereta api datang dan atau berangkat suatu kereta api dengan
kereta api berikutnya.
3. Waktu tempuh adalah waktu perjalanan kereta api dari lokasi stasiun
keberangkatan hingga stasiun akhir. Waktu tempuh dapat dipengaruhi
oleh kecepatan perjalanan, panjang rute perjalanan, waktu naik turun
penumpang, dan waktu tunda.
4. Waktu Naik Turun Penumpang (Dwelling Time) Besarnya waktu
berhenti tiap kendaraan pada perhentian sepanjang rute akan
mempengaruhi efisiensi dari sistem angkutan secara keseluruhan.
Adapun waktu ini terdiri dari 2 waktu tundaan, yaitu waktu naik turun
penumpang (dwelling time) dan waktu tunda. Menurut Clark (1984),
Light Rail Transit (LRT) membutuhkan dwelling time sebesar 15-30
detik untuk setiap stasiunnya.
5. Waktu sirkulasi (𝐶𝑇) adalah waktu perjalanan kereta api dari stasiun
awal keberangkatan hingga ke kembali ke stasiun awal keberangkatan.
Waktu sirkulasi merupakan waktu tempuh dari keberangkatan sampai
waktu kepulangan. Waktu tempuh adalah waktu yang dibutuhkan dari
perjalanan dari stasiun awal ke stasiun akhir.
6. Kapasitas Lintas adalah banyaknya kereta api yang dapat dioperasikan
pada satu petak jalan per satuan waktu.
4. Hasil
Jenis angkutan LRT (Light Rail Transit ) pertama kali di Indonesia
mulai dioperasikan di Provinsi Sumatera Selatan. LRT Palembang
dibangun pada tahun 2015 dan sudah mulai diuji coba pada awal bulan
Agustus lalu. LRT Palembang direncanakan akan beroperasi secara full
dan berbayar mulai tanggal 3 September 2018. Sedangkan LRT di Jakarta
baru selesai dibangun dan mulai tahap ujicobanya dimulai dari tanggal 21
Agustus 2018. Pembangunan LRT (Light Rail Transit ) di Palembang
dilakukan untuk menyambut Asia Games di Indonesia tahun 2018 yang
dilaksanan pada tanggal 18 Agustus sampai 2 September di Jakarta (ibu
kota) dan Palembang (Sumatera Selatan). (Bisnis.com, 2018)
Proyek pembangunan LRT membentang sejauh 25 KM dari bandara
Internasional Sultan Mahmud Badaruddin II sampai kawasan OPI Mall
Jakabaring. Proyek ini memakan dana APBN senilai 7,2 triliun rupiah.
Dasar hukum proyek ini melalu Perpres Nomor 116 Tahun 2015 dan
Perpres 55 Tahun 2016 tentang Perubahan atas Peraturan Presiden Nomor
116 Tahun 2015 tentang Percepatan Penyelenggaraan Kereta Api
Ringan/Light Rail Transit di Provinsi Sumatera Selatan  tanggal 20
Oktober 2015 lalu.
Palembang merupakan salah satu kota besar di Indonesia yang
memiliki tingkat perekonomian yang semakin meningkat. Berdasarkan
masterplan percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi Indonesia
(MP3EI) 2011- 2015, Koridor ekonomi wilayah Sumatera diharapkan
menjadi pusat produksi dan pengolahan sumber daya alam sebagai
cadangan energi bangsa. Salah satu misi dari pemerintah kota Palembang
adalah dengan meningkatkan perekonomian melalui meningkatkan
hubungan antar daerah melalui jejaring yang terkoneksi baik dari dalam
maupun luar negeri. Jejaring tersebut tentunya harus didukung dengan
meningkatnya sarana dan prasarana di dalam kota maupun akses yang
sistem transportasi yang memadahi dan modern sehingga memberi citra
positif terhadap kota. Untuk mendukung misi yang telah dicanangkan
pemerintah kota Palembang tersebut, Pemerintah Provinsi Sumatera
Selatan berencana membangun Light Rail Transit (LRT) sebagai salah
satu transportasi massal yang mampu mengangkut penumpang dengan
jumlah sedang yang sesuai dengan kebutuhan penumpang untuk
memudahkan aksesibilitas warga Palembang. Hal ini tentunya menjadi
awal yang baik untuk perkembangan transportasi darat di kota Palembang
yang di prediksi akan mengalami kemacetan di beberapa ruas jalan pada
tahun 2018.
Dengan adanya LRT yang beroperasi di kota Palembang, masyarakat
diharapkan mulai dapat beralih dari kebiasaan menggunakan kendaraan
pribadi yang mengakibatkan kemacetan dan polusi yang akan mengurangi
efisiensi waktu transportasi berbagai kepentingan khususnya pergerakan
perekonomian kota Palembang. Akan tetapi, LRT merupakan sarana
transportasi baru dan tentunya masih awam bagi masyarakat kota
Palembang mengingat LRT Palembang merupakan LRT pertama yang
akan beroperasi di Indonesia. Oleh karena itu, perancangan dengan
memerhatikan kebutuhan-kebutuhan khusus seperti konfigurasi, hingga
akomodasi penyandang disable. Disisi lain, bentuk dan pewarnaan sebagai
pengenalan corak khas daerah Palembang akan menjadi hal yang
dikembangkan.
Tujuan pembangun LRT selain untuk menyambut Asian Games di
Palembang ternyata memiliki berbagai masalah transportasi yang harus
segera dibenahi. Tidak dapat dipungkiri jumlah kendaraan yang memadati
jalanan kota semakin meningkat seiring dengan berkembangnya kota
Palembang. Hampir sebagian jalan kota Palembang rusak, baik jalan
dalam kota maupun akses jalan keluar kota. Hampir seluruh ruas jalan
yang dilalui konstruksi LRT mengalami kemacetan parah. Terutama di
jalan-jalan yang memiliki ruas dua jalur yang dipersempit menjadi satu
jalur, seperti di daerah Demang, Polda, angkatan 45, dan sekitar kantor
gubernur Sumatera Selatan. Sesungguhnya jika menitik balik pada tujuan
dari pembangunan LRT sendiri, pemerintah berupaya untuk
menanggulangi kemacetan yang ada di kota Palembang. Selain itu, visi
pemerintah untuk menghilangkan kemacetan di Palembang belum terlihat
untuk saat ini mengingat proyek LRT justru memperparah kemacetan yang
terjadi di berbagai lokasi di Palembang.  Kemudian, proyek LRT juga
menggunakan biaya yang tidak sedikit.  Hal ini terlihat sangat boros
karena pengeluaran dan pendapatan tidaklah sebanding yaitu 9 miliar
pengeluaran dan 1 miliar pendapatan. Selain itu melihat kondisi Kota
Palembang yang sering mati listrik realisasi dari LRT tidak akan berjalan
secara maksimal mengingat operasi ini menggunakan listrik. Proses dan
pelaksanaan sejauh ini, pembangunan LRT dirasa berjalan begitu lambat
karena sampai saat ini pun pembangunan belum masuk ke tahap
pemasangan kerangka untuk jalur LRT. Bahkan pembangunan juga dirasa
tidak begitu merata terutama di daerah titik pusat kemacetan, situs
konstruksi terlihat diabaikan. 
Kemacetan yang sering terjadi juga juga diakibatkan karena tidak
seimbangnya antara pertumbuhan jumlah kendaraan dengan ruas jalan.
Transportasi umum sebenarnya banyak di kota Palembang namun
masyarakat memilih beralih untuk menggunakan kendaraan pribadi karena
alasan keamanan yang terjadi saat menggunakan transportasi umum.
Tabel Jumlah Kendaraan di Sumatera Selatan

Sumber: bps.sumsel.go.id
Berdasarkan data penambahan jumlah kendaraan yang terus
meningkat di Palembang. Hal ini terlihat pada tabel di atas dari tahun
2015-2016 semua jenis kendaraan mengalami peningkatan, namun pada
tahun 2017 semua jenis kendaraan mengalami penurunan. Jadi puncak
kenaikan kendaraan terjadi pada tahun 2016 dari jumlah kendaraan tahun
2015 sebanyak 572.381 menjadi 667.786 pada tahun 2016 dan mengalami
penurun pada tahun 2017 dengan jumlah 514.245 kendaraan. Kemacetan
yang sering terjadi karena jumlah penambahan jumlah kendaraan tidak
sesuai dengan pembangunan insfrastruktur yang ada. Proses untuk
mencegah kemacetan yang akan terjadi pemerintahan telah menargetkan
beberapa pembangunan insfaktruktur.
Adanya pembangunan LRT  masih memiliki nilai positif bagi
masyarakat Palembang kedepannya. Walaupun pembangunan LRT
sekarang menyebabkan kemacetan, namun kembali pada tujuan LRT
dibangun yaitu untuk mempermudah transportasi di Palembang. Jika LRT
dapat beroperasi dengan baik maka tentu transportasi dapat menjadi salah
satu ikon keberhasilan pembangunan infrastruktur Indonesia
Gambar Stasiun LRT
Alternatif Kebijakan
Tabel Alternatif Kebijakan

Penilaian Alternatif
1. Alternatif Pertama (kebijakan subsidi)
Dengan tujuan efisiensi penggunaan ekonomi melalui kriteria
dampak biaya yang dikeluarkan dan melihat kondisi saat ini dinilai baik
karena, dengan adanya subisi harga tidak melonjak tinggi. Dilihat dari segi
sosial kebijakan subsidi juga dinilai baik yaitu meringankan masyarakat
dan untuk tujuan keselamatan dengan kriteria membuat nyaman pengguna
angkutan umum karena melihat kondisi saat ini masih sering rawan
kejahatan dinila baik sekali karena dengan harga yang hampir sama
(dengan harga Rp.5000-Rp.10.000) dengan angkutan lain tetapi lebih
membuat nyaman dan aman penumpang.
2. Alternatif Kedua (kecepatan)
Dengan tujuan efisiensi penggunaan ekonomi melalui kriteria
dampak biaya yang dikeluarkan dan melihat kondisi saat ini dinilai buruk
karena, kecepatan LRT hanya 21,5 Km per jam . Dilihat dari segi sosial
kebijakan subsidi juga dinilai baik yaitu meringankan masyarakat dan
untuk tujuan keselamatan dengan kriteria membuat nyaman pengguna
angkutan umum karena melihat kondisi saat ini masih sering rawan
kejahatan dinila baik sekali karena dengan harga yang hampir sama (5000)
dengan angkutan lain tetapi lebih membuat nyaman dan aman penumpang.
3. Alternatif Ketiga (lokasi)
Dengan tujuan efisiensi penggunaan ekonomi melalui kriteria
dampak biaya yang dikeluarkan dan melihat kondisi saat ini dinilai buruk
karena tidak strategis pemangunan lokasi naik turunnya penumpang.
Dilihat dari segi sosial kebijaka lokasi juga dinilai buruk karena dengan
lokasi yang jauh (tidak strategis) masyarakat lebih memilih angkutan
umum yang lebih praktis dan untuk tujuan keselamatan dinilai baik
penumpang lebih aman.
4. Alternatif keempat (penyadaran masyarakat melalui sosialisasi)
Dengan tujuan efisiensi penggunaan ekonomi melalui kriteria
dampak biaya yang dikeluarkan dan melihat kondisi saat ini dinilai baik
karena dengan sosialisasi mengenalkan kepada masyarakat dengan
menggunakan LRT dapat mengurangi kemacetan dan lebih membuat
aman. Dilihat dari segi sosial kebijakan alternatif sosialisasi dinilai baik
sekali dapat mengurangi pemborosan bbm, ramah lingkungan (tidak
menyebabkan polusi) dan untuk tujuan keselamatan dengan kriteria ini
dinilai baik sekali dengan menggunakan LRT dapat menurunkan angka
kejahatan yang sering terjadi di kendaraan umum dan angka kecelakaan di
jalan raya.
Dari ke empat alternatif, alternatif Penyadaran masyarakat melalui
sosialisasi. Yang dinilai efektif dalam menyadarkan masyarkat pentingnya
penggunaan angkutan umum sehingga, KRL di Palembang berjalan sesuai
dengan tujuan.
5. Kesimpulan
Rekomendasi
1. Masyarakat dapat beralih menggunakan LRT sebagai transportasi utama
dengan melakukan pendekatan sosialisasi tentang manfaat menggunakan
LRT seperti aman, nyaman, dan murah.
2. Meski sosialisasi sudah berjalan, pemerintah perlu memperbaiki letak
lokasi stasiun naik turunnya penumpang (strategis) untuk memudahkan
penumpang. Jika tidak ada perubahan/penambahan lokasi masyarakat akan
kembali beralih ke angkutan umum yang praktis dengan lokasi yang
terjangkau.
3. Perlunya evaluasi bagi pihak LRT agar tujuan dari LRT dapat teralisasi
dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA

Jurnal & Buku


Andriansyah, Menejemen Transportasi Dalam Kajian dan Teori, Jakarta: Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Prof. Dr. Moestopo Beragama,
2015.
Andriansyah. 2015. Manajemen Transportasi dalam Kajian dan Teori, Jakarta::
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Prof. Dr. Moestopo
Beragama.
Arif & Sofyan. 2017. Analisis Teknis Operasional Light Rail Transit Kota
Bandung, Reka Rencana, Jurnal Online Institut Teknologi Nasional, Vol. 3
No. 4.
Bps Sumatera Selatan, Jumlah Kendaraan Umum di Sumatera Selatan, diakses di
bps.sumsel.go.id.
Dampak pembangunan LRT sebagai transportasi, terdapat di
https://www.google.co.id/search?
q=analisi+pembangunan+lrt&oq=analisi+pembangunan+lrt&aqs=chrome..6
9i57.7281j0j7&sourceid=chrome&ie=UTF-8.
Federal Reserve Bank of St.Louis. (2004). Tersedia di The Costs and Benefits of
Light Rail
Hasibuan, Zainal A. 2007. Metodologi Penelitian Pada Bidang Ilmu Komputer
Dan Teknologi Informasi:Konsep, Teknik, Dan Aplikasi. Jakarta: Fakultas
Ilmu Komputer Universitas Indonesia.
Irfan & Agus. 2017. Desain Carbody Eksterior-Interior Light Rail Transit untuk
Kota Palembang dengan Konsep Iconic dan Modern, Jurnal Sains & Seni
ITS. Vol. 6 No. 2
Keahlian, K., & Transportasi, R. (n.d.). Pembangunan Infrastruktur Transportasi
untuk Menunjang, 1–11, 2013.
Litman, Todd (2009) Smart Transportation Economic Stimulation: Infrastructure
That Support Economic Development.
Wright, Lloyd dan Fjellstorm, Karl. 2002. Opsi Angkutan Massal. Institut for
Transpotation and Development Policy dan GTZ: Germany.

Peraturan – Peraturan
Direktur Jenderal Perhubungan Darat. 2002. Keputusan Direktur Jenderal
Perhubungan Darat Nomor: SK.687/AJ.206/DRJD/2002 Tentang Pedoman
Teknis Penyelenggaraan Angkutan Penumpang Umum di Wilayah Perkotaan
dalam Trayek Tetap dan Teratur, Jakarta: Departemen Perhubungan
Republik Indonesia Direktorat Jenderal Perhubungan Darat.
Menteri Perhubungan. 2011. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor: PM.35
Tahun 2011 Tentang Tata Cara dan Standar Pembuatan Grafik Perjalanan
Kereta Api, Jakarta: Menteri Perhubungan Republik Indonesia.
Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 116 Tahun 2015, Tentang Percepatan
Penyelenggaraan Kereta Api Ringan.

Website dan Link


https://metodepenelitiana.wordpress.com/literature-review-2/
http://jurnalsumatra.com/impian-menjadi-kenyataan/
Hadijah Alaydrus. 2018. LRT Palembang Diyakini Rampung Juli 2018 diakses 1
Juni 2019. https://ekonomi.bisnis.com/read/20180623/98/808738/lrt-palembang-
diyakini-rampung-juli-2018

Anda mungkin juga menyukai