KULIAH : 14
PERLINTASAN SEBIDANG KERETA API
Regulasi
• Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian
• Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2016 tentang Perubahan Atas
Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Kereta Api
• Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2017 tentang Perubahan Atas
Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2009 tentang Penyelenggaraan
Perkeretaapian
• Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 36 Tahun 2011 tentang
Perpotongan dan/atau Persinggungan Antara Jalur Kereta Api dengan
Bangunan Lain
• Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Darat Nomor
SK.770/KA.401/DRJD/2005 tentang Pedoman Teknis Perlintasan Sebidang
Antara Jalan dengan Jalur Kereta Api
Definisi
• Kereta api adalah sarana perkeretaapian dengan tenaga gerak, baik
berjalan sendiri maupun dirangkaikan dengan sarana perkeretaapian
lainnya, yang akan ataupun sedang bergerak di jalan rel yang terkait
dengan perjalanan kereta api.
• Prasarana perkeretaapian adalah:
– Jalur kereta api adalah jalur yang terdiri atas rangkaian petak jalan rel
yang meliputi ruang manfaat jalur kereta api, ruang milik jalur kereta
api, dan ruang pengawasan jalur kereta api, termasuk bagian atas dan
bawahnya yang diperuntukkan bagi lalu lintas kereta api
– Stasiun kereta api adalah tempat pemberangkatan dan
pemberhentian kereta api
– Fasilitas pengoperasian kereta api adalah segala fasilitas yang
diperlukan agar kereta api dapat dioperasikan
Definisi
• Jalan rel adalah satu kesatuan konstruksi yang terbuat dari baja,
beton atau konstruksi lain yang terletak di permukaan, di bawah
dan di atas tanah atau bergantung beserta perangkatnya yang
mengarahkan jalannya kereta api;
• Perpotongan adalah suatu persilangan jalan kereta api dengan
bangunan lain maupun tidak sebidang;
• Persinggungan adalah keberadaan bangunan lain di jalur kereta api,
baik seluruhnya maupun sebagian yang tidak berpotongan;
• Bangunan adalaah bangunan jalan, jalur kereta api khusus, terusan,
saluran air, kabel, pipa dan/atau prasarana lain.
Perpotongan Antara Jalur Kereta Api Dengan Bagunan Lain
• Perpotongan antara jalur kereta api dengan bangunan lain dapat berupa
perpotongan sebidang atau perpotongan tidak sebidang (keberadaannya
dapat di atas maupun di bawah jalur kereta api);
• Perpotongan antara jalur kereta api dengan jalan disebut perlintasan.
Perlintasan dibuat tidak sebidang, kecuali bersifat SEMENTARA dalam
hal:
– Letak geografis yang tidak memungkinkan membangun perlintasan tidak
sebidang;
– Tidak membahayakan dan mengganggu kelancaran operasi kereta api dan
lalu lintas di jalan;
– Pada jalur tunggal dengan frekuensi dan kecepatan kereta api rendah.
• Pengecualian harus mendapat izin dari Direktur Jenderal untuk jangka
waktu 1 (satu) tahun dan dapat diperpanjang sampai (dua) kali.
PM 36/ 2011
1. Permukaan jalan harus satu level dengan kepala rel dengan toleransi 0,5
cm
2. Terdapat permukaan datar sepanjang 60 cm diukur dari sisi terluar jalan
rel
3. Maksimum gradien untuk dilewati kendaraan dihitung dari titik tertinggi
di kepala rel adalah:
a. 2 % diukur dari sisi terluar pemukaan datar sebagaimana dimaksud pada
butir 2 untuk jarak 9,4 meter
b. 10 % untuk 10 meter berikutnya dihitung dari titik terluar sebagaimana
dimaksud pada butir (a) sebagai gradien peralihan
4. Lebar perlintasan untuk satu jalur jalan maksimum 7 meter
5. Sudut perpotongan antara jalan rel dengan jalan harus 90° dan panjang
jalan yang lurus minimal harus 150 meter dari as jalan rel
Maksimum Gradien di Perlintasan Sebidang
Kelengkapan Perlintasan Sebidang
Rambu, marka, alat pemberi isyarat lalu lintas, dan petugas penjaga
pintu perlintasan, sesuai peraturan yang berlaku.
Contoh Perlintasan Sebidang Berpintu
Contoh Perlintasan Sebidang Tidak Berpintu
PERDIRJEN HUBDAT NO: SK.770/KA.401/DRJD/2005
PENENTUAN PERLINTASAN SEBIDANG
Penentuan Perlintasan Sebidang
1. Perlintasan sebidang antara jalan dengan jalur kereta api, terdiri dari:
a. Perlintasan sebidang yang dilengkapi dengan pintu:
• Otomatis
• Tidak otomatis baik mekanik maupun elektrik
b. Perlintasan sebidang yang tidak dilengkapi pintu.
2. Perlintasan sebidang apabila melebihi ketentuan mengenai:
a. Jumlah kereta api yang melintas pada lokasi tersebut sekurang-
kurangnya 25 kereta/hari dan sebanyak-banyaknya 50 kereta api/hari;
b. Volume lalu lintas harian rata-rata (LHR) sebanyak 1.000 – 1.500
kendaraan pada jalan dalam kota dan 300-500 kendaraan pada jalan
luar kota;
c. Hasil perkalian antara volume lalu lintas harian rata-rata (LHR)
dengan frekeunsi kereta api antara 12.500-35.000 smpk;
Maka harus ditingkatkan menjadi perlintasan tidak sebidang
Grafik Area Perlintasan Sebidang Berdasarkan Frekuensi Kereta Api
Per Hari dan Volume Harian Lalu Lintas Rata-Rata
Ketentuan dan Kelengkapan Perlintasan Sebidang
Perlintasan sebidang yang dilengkapi Perlintasan sebidang yang dilengkapi dengan
dengan pintu tidak otomatis baik elektrik pintu otomatis harus memenuhi ketentuan:
maupun mekanik harus dilengkapi dengan: 1. Pintu dengan persyaratan kuat dan ringan,
1. Genta/isyarat suara dengan kekuatan anti karat serta mudah dilihat dan memenuhi
115 db pada jarak 1 meter kriteria failsafe
2. Daftar semboyan 2. Pada jalan dipasang pemisah lajur
3. Petugas yang berwenang 3. Pada kondisi darurat petugas yang
4. Daftar dinasan petugas berwenang mengambil alih fungsi pintu
5. Gardu penjaga dan fasilitasnya
6. Daftar perjalanan kereta api sesuai Perlintasan sebidang yang tidak dilengkapi pintu
Grafik Perjalananan Kereta Api apabila:
(Gapeka) 1. Jumlah kereta api yang melintas pada lokasi
7. Semboyan bendera berwarna merah tersebut sebanyak-banyaknya 25 kereta/hari
dan hijau serta lampu semboyan 2. Volume lalu lintas harian rata-rata (LHR)
8. Perlengkapan lainnya seperti senter, sebanyak-banyaknya 1000 kendaraan pada
kotak P3K, jam dinding jalan dalam kota dan 300 kendaraan pada
9. Pintu dengan persyaratan kuat dan jalan luar kota
ringan, anti karat serta mudah dilihat 3. Hasil perkalian antara volume lalu lintas
dan memenuhi kriteria failsafe untuk harian rata-rata (LHR) dengan frekuensi
pintu elektrik kereta api sebanyak-banyaknya 12.500 smpk
PERSYARATAN PRASARANA JALAN DAN K.A.
PADA PERLINTASAN SEBIDANG
Persyaratan Prasarana Jalan dan KA
pada Perlintasan Sebidang
Gambar: Kondisi dimana kendaraan dapat mengamati kereta atau dapat berhenti
Rumus Jarak Pandang
𝑉𝑣2
𝑑𝐻 = 0,28. 𝑉𝑣. 𝑡 + + 𝐷 + 𝑑𝑒
254.𝑓
𝑉𝑇 𝑉𝑣2
𝑑𝑇 = 0,28 . 𝑉𝑣. 𝑡 + +2𝐷+𝐿+𝑊
𝑉𝑣 254. 𝑓
2. Persamaan dasar hubungan antara jarak pandang dengan kecepatan kendaraan
dan kereta pada saat kendaraan mulai bergerak (bergerak dari posisi=0):
𝑉𝐺 𝐿 + 2. 𝐷 + 𝑊 − 𝑑𝑎
𝑑𝑇 = 0,28. 𝑉𝑇 + +𝐽
𝑎1 𝑉𝐺
Keterangan:
dT = Jarak pandang terhadap jalan rel (m)
VT = Kecepatan kereta api (km/jam)
VG = Kecepatan maksimum kendaraan pada gigi-1, diasumsikan: 2,7
meter/detik
a1 = percepatan kendaraan pada gigi-1, diasumsikan: 0,45 meter/detik2
L = panjang kendaraan, disumsikan: 20 meter
D = jarak dari garis stop atau dari bagian depan kendaraan terhadap rel
terdekat, diasumsikan: 4,5 meter
J = waktu persepsi/ reaksi, diasumsikan: 2 detik
W = jarak antara rel-rel terluar, diasumsikan: 1,5 meter
𝑑𝑎 = jarak kendaraan yang apada saat akselerasi untuk mencapai kecepatan
maksimum pada gigi-1, dalam (meter)
𝑉𝐺2 2,7 2
𝑑𝑎 = = = 8,1 𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟
2𝑎1 2 . (0,45)
Tabel. Hubungan Jarak Pandang dengan Kecepatan
𝑉𝑣2
𝑑𝐻 = 0,28. 𝑉𝑣. 𝑡 + + 𝐷 + 𝑑𝑒
254.𝑓
𝑉𝑇 𝑉𝑣2
𝑑𝑇 = 0,28 . 𝑉𝑣. 𝑡 + +2𝐷+𝐿+𝑊
𝑉𝑣 254. 𝑓
dengan :
D = 4,5 meter
de = 3 meter
L = 20 meter
W = 1,5 meter
f = -0,00065.Vv+0.192 = -0,00065x60+0.192 = 0,153
t = 2,5 detik
• Sehingga jarak pandang henti yang aman bagi mobil terhadap
persilangan adalah :
𝑉𝑣2
𝑑𝐻 = 0,28. 𝑉𝑣. 𝑡 + + 𝐷 + 𝑑𝑒
254.𝑓
= (0,28 x 60 x 2,5) + [602/(254 x 0,153)] + 4,5 + 3
= 142 meter
𝑉𝑇 𝑉𝑣2
𝑑𝑇 = 0,28 . 𝑉𝑣. 𝑡 + +2𝐷+𝐿+𝑊
𝑉𝑣 254.𝑓
= 60/60 x [(0,28x60x2,5) + {602/(254x0,153)} + 2x4,5 + 20 + 1,5]
= 165 meter.
Sehingga kesimpulan dari kasus tersebut adalah:
• Pada saat mobil kira-kira telah pada posisi 142 meter dari
perlintasan, harus bersiap-siap untuk menghentikan kendaraannya
(menurunkan kecepatan), karena pada jarak tersebut akan dapat
menghentikan kendaraan dengan aman dari garis persilangan,
sedangkan pada jarak tersebut kereta api telah mencapai jarak 165
meter dari persilangan.
1. pita penggaduh dapat berupa suatu marka jalan atau bahan lain yang
dipasang melintang jalur lalu lintas dengan ketebalan maksimum 4 cm.
2. lebar pita penggaduh minimal 25 cm
3. jarak antara pita penggaduh minimal 50 cm
4. pita penggaduh yang dipasang sebelum perlintasan sebidang minimal 3
pita penggadu
5. pita penggaduh sebaiknya dibuat dengan bahan thermoplastik atau
bahan yang mempunyai pengaruh yang setara yang dapat
mempengaruhi pengemudi.
Spesifikasi Lampu Isyarat pada Perlintasan Sebidang
Unit lampu terdiri dari sepasang lampu merah berkedip, apabila menyala
dapat memberikan perintah kepada pengguna jalan untuk berhenti dengan
spesifikasi sebagai berikut:
1. Garis tengah lensa merah berkisar antara 200 – 300 mm dilengkapi
reflektor dan kap lampu.
2. bola lampu menggunakan arus rata-rata 240V/20 w atau dengan
menggunakan lampu led dengan daya 60 - 100 w (?).
3. waktu pergantian menyalanya kedua lampu 60 kali/menit
4. tinggi lampu dari permukaan jalan 2.500 mm untuk lampu silang datar
biasa dan 5.400 mm untuk lampu silang datar dengan tiang tumpang
sudut.
5. garis tengah tiang 140 mm di cat kuning dengan plat dasar di cat hitam
dan dilengkapi tangga.
Spesifikasi Pemberi Sinyal Suara