25/11/10
Umum :
Kereta Api dikatakan selamat apabila berhasil mengangkut penumpang dan/atau barang dari stasiun asal sampai tujuan dengan selamat, aman, utuh, lancar, tepat waktu dan nyaman.
PERLINTASAN SEBIDANG (LEVEL CROSSING) ANTARA JALAN KERETA DAN JALAN RAYA
RAMBU JALAN
Berat/Massa 84 Ton
Tabrakan antara KA Mutiara Timur No, 131 Bus No N 6207 LU di JPL No. 30, km 18+0 antara sta. Sempolan-Garahan lintas Sb - Bw. Tanggal 26 Mei 2004 pukul 03.10. Korban manusia meninggal dunia 7 orang
LAIN-LAIN
SEBAB
AKIBAT
GANGGUAN PERKA
KEKUSUTAN PERKA KELAMBATAN KA PEMBATALAN KA KORBAN MANUSIA KERUGIAN MATERIEL human error
GANGGUAN PERKA
KELAMBATAN KA GANGGUAN PERKA KEKUSUTAN PERKA
KELAMBATAN KA
PEMBATALAN KA KORBAN MANUSIA KERUGIAN MATERIEL
AKIBAT
400
300
122
200
93
(54.8%)
100
85 72
31 46 60 1999
104
(26.5%)
26 65 50
(69.0%)
72 2003
18 26 35
168
43
26
28
2004
KORBAN Meninggal
2005
2006
KORBAN Luka Berat
2007
2008*
17
Jumlah Kecelakaan
Km Perjalanan KA
x 1.000.000
10 8 6 Jumlah Kecelakaan/Km.KA(Juta)
400
5.1%
38.8%
300
196 38
89 54
200 100 0
183 (3,8)
9
134 32
40
216 (4,6) 70
7 81 57
4
111 30 1
52 20
(2,7)
10
74
10
47
2 0
27
13
42
10
48
1999
2000
2001
2002
2003
Terpidana
PLH
POLRI
TIPITER
CB TCB
GPT
SPDP
PT. KA
TCB
GPA
SP3
Operator
Penyidik Perkeretaapian
Ya
PPNS
Capulbaket
Tim Teknis
Regulator
( CUKUP BUKTI ) ( TDK CUKUP BUKTI ) ( GELAR PERKARA AWAL ) ( GELAR PERKARA TENGAH )
SPDP ( SURAT PERINTAH DIMULAINYA PENYIDIKAN ) SP3 ( SURAT PERINTAH PENGHENTIAN PENYIDIKAN )
Ayat (2) : Jarak pandangan bebas minimal 500 m bagi masinis KA dan 150 m bagi pengemudi kendaraan bermotor sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf f dimaksudkan bagi masing2 untuk memperhatikan tanda2 atau rambu2, dan khusus untuk pengemudi kendaraan bermotor harus menghentikan kendaraannya
B adalah berat pengereman G adalah berat sarana kendaraan rel B = -------- x 100 % G
PERSENTASE PENGEREMAN ()
Kemampuan suatu kendaraan rel untuk melakukan pengereman, ditentukan oleh : Gaya rem yang terjadi pada roda, Berat sarana kendaraan rel, Kecepatan awal dan Karakteristik katup pengatur (control valve)
Dengan memperhatikan karakteristik katup pengatur pada kereta penumpang dan gerbong barang, kemudian didefinisikan besaran persentase pengereman , yaitu : B = -------- x 100 % G
B = P x k
f. G
(gesekan gelincir)
= Gaya tekan remblok pada roda = koefisien gesek antara roda dan remblok f = koefisien gesekan roda dan rel G = Berat sarana kendaraan rel/beban roda yang direm pada rel (wheel load)
.P f . G Kg P f . G Kg
K = .P
10 B = --------- x P x n x 7
di mana; P n = gaya blok rem pada roda = jumlah blok rem = pt x pa = koefisien yang ditentukan oleh waktu pengisian silinder rem. = koefisien yang ditentukan oleh persentase tekanan silinder rem pada reaksi pertama terhadap tekanan maksimumnya, disebut Ansprung.
pt pa
Nilai pa dan pt diperoleh dari tabel atau grafik yang diambil dari standar UIC-554-1.
Nilai persentase pengereman () harus memenuhi syarat standar, yaitu : 40 % < 120 %.
Besarnya harga k ditabelkan, sebagai berikut : Gaya rem Dalam Kg k 750 1, 58 1000 1, 50 1500 1, 37 2000 1, 27 2500 1, 19 3000 3500 1, 13 1, 10
Pasal 6 Ayat(1) Untuk melindungi keamanan & kelancaran pengoperasian KA pada perlintasan sebidang, KA mendapat prioritas berlalu lintas. Ayat(2) Untuk kemanan & kelancaraan operasi KA perlintasan wajib dilengkapi rambu peringatan,rambu larangan,marka berupa pita penggaduh,pintu perlintasan,dan isyarat suara adanya KA melintas
Dijaga
Membahayakan
Tidak Dijaga
Liar
RESMI
8.071
J U M L A H
D I J A G A
OTO MATIS
1.145
TIDAK DIJAGA
(6.926)
LIAR (?)
943 6.354 248 202 572 155 1.348 1.450 3.216 430
Resmi
Total Liar
Dijaga
Tidak Dijaga
1.159
6.490
1.159
6.820
1.162
7.167
1.145
7.240
1.145
6.926 403 Total : 8.474 4.564 540
KM No. 53 (2000) : Perpotongan/Persinggungan antara jalur KA dengan Bangunan Lain Pasal 4 Ayat (1) : Perlintasan sebidang sebagai dimaksud dalam pasal 3 ayat (2) dapat dibuat pada lokasi dengan ketentuan d. jarak perlintasan antara satu dengan lainnya pada satu jalur KA tidak kurang dari 800 m,
Kecelakaan Kereta Api dan Faktor Penyebabnya data Terhadap 101 kali kecelakan
JENIS KEJADIAN Tabrakan KA dengan KA FREKUENSI 5 PENYEBAB - Kelalaian Pegawai - Teknis FREKUENSI 5 0
19
44
0 19
44 0 0 0 4 0 0 29 0 101
4 29
JUMLAH
101
Internal
Eksternal
Bencana Alam
KETERANGAN :
INTERNAL
: - MASINIS MELANGGAR SINYAL - KESALAHAN PELAYANAN OLEH PPKA - PENJAGA PERLINTASAN TERTIDUR : : DISIPLIN PENGEMUDI DI PERLINTASAN MASIH RENDAH BANJIR, LONGSOR
- Makin banyak dibukanya pintu perlintasan baru, secara ilegal ( tidak ada rambu )
2. Petugas KA :
- Kelalaian dalam melaksanakan prosedur pengoperasian pintu KA
- daftar perjalanan kereta api masih banyak belum di perbaharui dengan yang berlaku
KESELAMATAN TRANSPORTASI
YouTube - TRUC K V S TRA IN.flv
AKIBAT
SEBAB
Hasilnya diharapkan
Berhasil (Success)
I II
I II
I II
I II
SINYAL MUKA
SISTEM INTERLOCKING
SINYAL KELUAR
SINYAL MASUK
FILOSOFI OPERASI KA
A. Satu petak jalan/blok hanya ada satu perjalanan KA
Spur Tunggal
Stasiun A Stasiun B
Spur Kembar
Stasiun A Stasiun B
PENEMPATAN SINYAL SINYAL MEKANIK PADA JALUR TUNGGAL dan PENOMORAN SINYAL
Arah hilir kilo meter kecil perkakas hendel Sinyal keluar Arah udik kilo meter besar
C Am A
II
III D
Wesel terlayan pusat
Bm
Sinyal muka
Sinyal masuk
. .
. .
39. PEMBERITAHUAN BAHAYA. BEBERAPA BANYAK SUARA PENDK BERTURUT TURUT 39 A. KERETA API BERJALAN SEPUR SALAH BEBERAPA BANYAK SUARA PENDEK BERTURUT-TURUT TIAP-TIAP 20 DETIK DIULANGI JIKA PERJALANAN SEPUR SALAH ITU SUDAH DIATUR TERLEBIH DAHULU, SENBOYAN TIDAK PERLU DIULANGI TIAP 20 DETIK, HANYA DIULANGI ACAP KALI KERETA API HENDAK MELALUI RUMAH PENJAGA
perhatian ;
SEMBOYAN SEMENTARA
SINYAL UTAMA
SINYAL
SINYAL PEMBANTU
SEMBOYAN TETAP
RAMBU
SINYAL PELENGKAP
MARKA
SEMBOYAN WESEL
SEMBOYAN ADALAH SUATU BENDA/SUARA YANG MEMPUNYAI ARTI ATAU MAKSUD MENURUT BUNYI, WUJUD, ATAU WARNA.
SINYAL ADALAH ALAT/PERANGKAT YG DIGUNAKAN UNTUK MENYAMPAIKAN PERINTAH BAGI PENGATURAN PERJALANAN KA DGN PERAGAAN DAN ATAU WARNA
RAMBU ADALAH TANDA PERINGATAN ATAU PETUNJUK KPD MASINIS
STASIUN KA
STASIUN KA
STASIUN KA
VHF
VHF
VHF
VHF
UHF LINK
UHF LINK
VHF
TO CONSOLE EQMT
POWER SUPLY
BACKUP BATTERY
R
B24
Sumber Tegangan
N24
R
Input sistem pengucilan vital
R
B24
Sumber Tegangan
N24
R
Input sistem pengucilan vital
transmitter
reciever
relay DC power
transmitter
reciever
relay DC power
LX11B KA 10T West CS10 SH10 LX11A CS12 11T 12T East SH12
LX Cubicle
LX Cubicle
KA mendekati wilayah Perlintasan KA dari barat ke timur Pintu masih terbuka Lampu dan Sirine Peringatan masih mati Rambu untuk masinis masih padam
Tahapan 1
LX11B KA 10T West CS10 SH10 LX11A CS12 11T 12T East SH12
LX Cubicle
KA memasuki wilayah Perlintasan KA (jarak 1 s/d 1,5 km) Track Circuit 10T terduduki & Contact Select belum terinjak Pintu masih terbuka Lampu dan Sirine Peringatan masih mati
Tahapan 2
LX11B KA 10T West CS10 SH10 LX11A CS12 11T 12T East SH12
LX Cubicle
KA memasuki wilayah Perlintasan KA (jarak 1 s/d 1,5 km) Track Circuit 10T terduduki & Contact Select terinjak Lampu dan Sirine Peringatan menyala ( 15 detik) Pintu masih terbuka
Tahapan 3
LX11B KA SH12
10T
West CS10 SH10
11T
LX11A
LX Cubicle
Lampu dan Sirine Peringatan tetap menyala Pintu mulai ditutup ( 6 detik waktu proses penutupan)
Tahapan 4
LX11B KA SH12
10T
West CS10 SH10
11T
LX11A
LX Cubicle
Tahapan 5
LX11B SH12
10T
West CS10 SH10 LX11A
LX Cubicle
Lampu dan Sirine Peringatan tetap menyala Pintu Perlintasan masih tertutup
Tahapan 6
LX11B SH12
10T
West CS10 SH10
11T
LX11A
LX Cubicle
KA meninggalkan Median Track Pintu Perlintasan mulai terbuka (total waktu penutupan pintu untuk KA dengan kecepatan 60 km/jam berkisar 1,5 s/d 2 menit) Lampu dan Sirine Peringatan akan padam jika Pintu Perlintasan telah terbuka sempurna
Tahapan 7
LX11B KA 10T West CS10 SH10 LX11A CS12 11T 12T East SH12
LX Cubicle
KA meninggalkan Median Track Pintu Perlintasan terbuka Lampu dan Sirine Peringatan padam
a. b. c. d. e.
Loc. Case
f.
g.
h. i.
Power Supply LX Interlocking Track Circuit Contact Select Level Crossing Barrier Electric Motorized Barrier Detector Illuminating Driver Sign Warning Lamp Warning Siren
Bentuk perlintas
: : : : : : : :
Andreas Kruis Semboyan 35 Zig Zag Garis Kejut Awas Kereta Api Awas Garis Kejut Patok / Portal Hati-hati untuk menegaskan jenis bahaya tersebut digunakan papan tambahan
24 a
24 b 24 c
:
: :
150 m
<150 m
<150 m <150 m
Persilangan yang paling baik antara jalan rel dan jalan raya ialah persilangan siku siku ( bentuk I tegak lurus rel). Kondisi terjelek yang mungkin terjadi ialah tidak ada rambu/tanda yang memberitahu bahwa ka akan meliwati persilangan dengan jalan
1000 mm
back
Rumija
Ruwas
2,5 m
450 m
Zona merah
Zona kuning
Zona hijau
Konstrusi perlintasan
Badan Jalan dan Track tidak boleh terjadi penurunan maupun mud pumping
Pemadatan Kepadatan lapangan yang disyaratkan yaitu 100% kepadatan kering maksimum menurut standar ASTM D 698.
Untuk mencapai kepadatan lapangan yang homogen maka pemadatan agregat bahan balas harus dilakukan lapis demi lapis ialah dan ketebalan tiap lapis setelah dipadatkan tidak boleh lebih dari 15 cm
Posisi bantalan bila, kepadatan lapisan balas tidak homogen maka penyebaran beban dan reaksi dukungan balas terhadap bantalan akan tidak merata
Akibat dari hal tersebut, tanah dasar dapat merosot turun, dan bahan balas terdesak masuk ke tanah dasar membuat cekungan (kantong balas). Selain akibat berkurangnya ketebalan lapisan balas, kantong balas juga dapat terjadi akibat dari terjadinya proses Mud Pumping (pemompaan lumpur/partikel halus).
Terbentuknya kantong balas akan dipercepat pada musim hujan, sebab keberadaan air selain mengurangi kuat dukung tanah dasar juga akan merupakan pembawa lumpur pada proses pemompaan lumpur
(1).Menunjukkan kedudukan bantalan yang mengambang sehingga terbentuk rongga, yang pada saat dibebani (dilewati kereta api) tekanan pori akan naik, (2). Selanjutnya pada saat bebannya lepas partikel-partikel halus dari tanah dasar tersedot masuk ke rongga (3). Pada saat terbebani kembali partikel-partikel halus yang ada dalam rongga tersebut akan didesak masuk ke sela-sela bahan balas, (4). Peristiwa tersedotnya partikel-partikel tanah dasar tersebut akan mengakibatkan balas turun menerobos tanah dasar, (5), (6). yang kemudian dapat mengakibatkan terbentuknya kantong balas.
Apabila proses terbentuknya kantong balas tersebut berlangsung lebih lanjut, semakin lama kantong balas akan semakin dalam dan lebar,
(1). Air yang ada di dalam kantong balas tersebut akan menekan tanah di sekelilingnya,
(2). Demikian seterusnya dan sewaktu tahanan geser tanah maksimum sudah terlampaui akan terjadilah runtuhan badan jalan rel, seperti yang dapat dilihat pada
Klos
Klos
188
2%
Lapisan Kerikil
Klos
Klos
188
2%
1000
10% 1
0%
10000 m
Perlintasan yang berada diatas Tanah (at grade) harus dilakukan penyelidikan tanah di lapangan dan laboratorium diantaranya :
Metoda penyelidikan tanah di lapangan: Bor tanah/Standard Penetration Test (SPT) CBR (California Bearing Ratio) Cone Penetration Test (CPT)
Metoda penyelidikan tanah di Laboratorium: Indeks tanah (Kadar air, Berat isi tanah, Berat jenis tanah, Angka pori, Derajat kejenuhan tanah, dll) Karakteristik tanah (Gradasi, Batas Atterberg) Sifat Fisik ( Kohesi/c, sudut geser/, qu dan sensitivitas, Modulus elastis/E) Sifat lain(Koefisien kompresi /Cc, Koefisien konsolidasi/Cv, Koefisien permeabilitas/k)
SPESIFIKASI LAPISAN TANAH DASAR: Mudah dipadatkan, stabil terhadap beban kereta api, air, gempa dan bebas dari penurunan tanah.
Memiliki nilai CBR > 8 % dari contoh tanah yang telah direndam air selama 24 jam dengan kondisi 95% d maks. Lapisan teratas setebal 30 cm harus memiliki kepadatan sebesar 100% d maks Tebal lapisan tanah dasar sebesar 30 CM Lebar lapisan tanah dasar sama dengan lapisan dibawahnya Kemiringan lapisan tanah dasar ke arah luar sebesar 5% Lapisan tanah dasar harus terletak min 0,75 m dari permukaan air
Potongan melintang persilangan sebidang antara jalan rel dengan jalan raya menggunakan perkerasan beraspal
Potongan melintang persilangan sebidang antara jalan rel dengan jalan raya menggunakan balok kayu
Potongan melintang persilangan sebidang antara jalan rel dengan jalan raya menggunakan pelat beton
Potongan melintang persilangan sebidang antara jalan rel dengan jalan raya menggunakan pelat baja khusus
Besarnya kerenggangan dapat diketahui sebagai berikut : Kalau a = lebar sepur (track gauge)
1.Renggangan standar pada pasangan roda baru yang berdiri diatas pasangan rel baru dan bandasi baru (kedua duanya roda dan rel belum aus) Pada roda dan rel baru, renggangan minimum adalah : (a-b) = 8 mm untuk ukuran sepur sempit
2. Renggangan Keausan bandasi pada flens roda maksimum yang diperbolehkan hanya sampai batas 8 mm.
Bentuk profil roda untuk semua jenis kendaraan rel di Indonesia menggunakan standar sbb : mempunyai bidang jalan roda berbentuk konus 1 : 40 dan bentuk flens tertentu.
3. Renggangan akibat dari keausan rel/bagian kepala sebelah dalam dari luar rel. yang bisa menimbulkan bahaya keluar rel. Formula pembatasan aus rel yang dirumusakan khusus untuk rel luar dalam tikungan, misalnya untk rel R-14 (G = > 33 kg/m): e = 0,54.h 4 (mm) Dimana : e = batas aus maksimum yang diperkenankan (mm) h = tinggi kepala rel asli (sebelum aus) mm
Perhitungan perhitungan e berdasarkan rumus rumus diatas untuk R-14 yang mempunyai ukuran h = 31,5 mm adalah :
e = 0,54 x 31,5 4 = 13 mm 12 mm
Jari-jari lengkung ( R ) (meter) 500 300 250 200 R > R > R > R > R 500 300 250 200 100
Pelebaran sepur maksimum yang diperbolehkan adalah = 20 mm Yang dimaksud dengan Sudut Pengantar : dalam melewati lengkungan, ialah sudut yang dibentuk oleh gais singgung pada lengkungan itu dengan garis-sumbu dari kereta
b :"Jalan merapat" (Spieszgang). Flens roda belakang yang sebelah dalam dipaksa menekan pada rel-dalam. = besarnya "renggang" antara flens roda dan rel. s = besarnya "speling" ditambah dengan "aus" dari flens roda dan rel. e = besarnya "pelebaran-sepur" dalam tikungan.
Besarya kerenggangan/kelonggaran ( = s + )
pada lengkungan terkecil :
Roda & rel baru Roda-aus & Rel-baru Roda-aus & Rel-aus Roda baru & rel aus = 2x4 + 20 = 2x4 + 2x8 + 20 = 2x4 + 2x8 + 1x12 + 20 = 2x4 + 1x12 + 20 = = = = 28 mm 44 mm 56 mm 40 mm
FAKTOR NEGATIF DARI DAMPAK KERENGGANGAN Rangkaian KA bila bergerak membentuk snake motion Terjadi perubahan arah gaya yang terjadi pada roda dan rel, akibat ketidak konstanan friksi antara roda (bandase) dengan rel yang dapat mengakibatkan roda keluar rel
Pada saat roda bergeser kekiri d1 roda kiri > d2 roda kanan
d = lingkaran jalan
d1
d2
S S
Pada posisi ini pasangan roda itu akan segera bergeser kembali kearah kiri.
Dengan demikian akan timbul gerakn sinusoidal yang sering disebut gerakn ular atau snake motion dengan membentuk gelombang sinus yang panjangnya = meter. Panjang Gelombang Sinus () Panjang gelombang sinus itu tergantung pada tiga factor dibawah ini : - Diameter lingkaran jalan - Jarak antara kedua lingkaran jalan
= 1 : 20, = 13,1 m
Semakin besar konisitas bandasi, maka makin kecilah panjang gelombang sinus ().
Dibagian luar dari profil "bandasi konisitas diperbesar menjadi = 1 : 8, dimana panjang gelombang sinus menjadi = 8,3 meter. Maksudnya apabila roda sudah mulai menggeser sampai pada lereng itu, maka cepat-cepat akan kembali ketengah
Pada bandasi roda yang silinder (tidak ada konisitas) , di mana = 1 : takterhingga (atau = 0) , maka terdapat = takterhingga Secara teoritis dengan bandasi yang selindris kereta itu akan berjalan lebih tenang pada arah lateral h (horisontal) , sebab tidak ada gerak "sinusoidal" ( = takterhingga)
Akan tetapi dalam prakteknya akan merugikan karena apabila pasanganroda itu sudah menempel pada salah satu sisi akan tetap berada disitu, dan tidak ada hasrat untuk kembali ketengah atau kesebelah sisi yang lain, sehingga akan terjadi keausan sepihak yang tidak simetris dan tidak terbagi rata antara sisi kiri dan kanan.
Terjadi perubahan arah gaya yang terjadi pada roda dan rel, akibat ketidak konstanan friksi antara roda (bandase) dengan rel yang dapat mengakibatkan roda keluar rel
M
Untuk masing masing harga a terdapatlah harga perbandingan atau persentase dari H/Q , yaitu sebagai berikut :
Tinjau berapa besarnya derajat keamanan terhadap bahaya keluar-rel menurut "Diagram Faktor keamanan keluar-rel Untuk sudut B = 60 , perbandingan persentase H/Q. = 32,6 % dicapai angka faktor keamanan keluarrel, sebesar "n" = 2,4. (Keadaan ini Cukup aman : n > 2)
Hal tersebut benar namun ada faktor lain yang berdampak akibat ausnya rel/roda sbb :
Apabila flens roda aus sudut B menjadi besar, bahaya keluar rel akan berkurang, tetapi jarak b menjadi besar sehingga bahaya keluar rel akan bertambah
Momen yang memutar roda
V1 = f . N sin B
Persamaan momen
pada titik putar A
V1 = K . r + My Perbandingan keamanan keluar rel (n1) K . r + My n1 = b . V1 Pada keadaan aus nilai n1 dapat < dari nilai n
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
SOSIALISASI UNTUK MEMBINA DISIPLIN MASYARAKAT DENGAN MELALUI BEBERAPA MEDIA ATAU LANGSUNG. MENGGALANG POTENSI MASYARAKAT SETEMPAT UNTUK TURUT SERTA MENGAMANKAN PERLINTASAN SEBIDANG BAIK RESMI MAUPUN LIAR PENEGAKAN HUKUM (LAW ENFORCEMENT) TERHADAP PELANGGAR PINTU PERLINTASAN MELENGKAPI PERSYARATAN MINIMAL KELENGKAPAN DI GARDU PENJAGA PINTU PERLINTASAN (BEL GENTA & GAPEKA) DENGAN PERALATAN KOMUNIKASI MELENGKAPI SEMUA RAMBU LALU LINTAS JALAN RAYA DI PERLINTASAN SEBIDANG DENGAN PITA GADUH MELENGKAPI PINTU PERLINTASAN MEKANIK DENGAN ALARM PERINGATAN MENYATUKAN PERLINTASAN YANG BERDEKATAN SESUAI DENGAN KM 53 TAHUN 2000 (JARAK MINIMAL 800 M)
8.
9.
PENUTUPAN PERLINTASAN SEBIDANG YANG SUDAH DIBANGUN FLY OVER DAN UNDER PASS
MENGOPTIMALKAN PINTU PERLINTASAN OTOMATIS PADA PERLINTASAN SEBIDANG YG TELAH DILENGKAPI DGN PERALATAN OTOMATIS (KHUSUSNYA DI WILAYAH JABODETABEK)
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
SOSIALISASI UNTUK MEMBINA DISIPLIN MASYARAKAT DENGAN MELALUI BEBERAPA MEDIA ATAU LANGSUNG. MENGGALANG POTENSI MASYARAKAT SETEMPAT UNTUK TURUT SERTA MENGAMANKAN PERLINTASAN SEBIDANG BAIK RESMI MAUPUN LIAR PENEGAKAN HUKUM (LAW ENFORCEMENT) TERHADAP PELANGGAR PINTU PERLINTASAN MELENGKAPI PERSYARATAN MINIMAL KELENGKAPAN DI GARDU PENJAGA PINTU PERLINTASAN (BEL GENTA & GAPEKA) DENGAN PERALATAN KOMUNIKASI MELENGKAPI SEMUA RAMBU LALU LINTAS JALAN RAYA DI PERLINTASAN SEBIDANG DENGAN PITA GADUH MELENGKAPI PINTU PERLINTASAN MEKANIK DENGAN ALARM PERINGATAN MENYATUKAN PERLINTASAN YANG BERDEKATAN SESUAI DENGAN KM 53 TAHUN 2000 (JARAK MINIMAL 800 M)
8.
9.
PENUTUPAN PERLINTASAN SEBIDANG YANG SUDAH DIBANGUN FLY OVER DAN UNDER PASS
MENGOPTIMALKAN PINTU PERLINTASAN OTOMATIS PADA PERLINTASAN SEBIDANG YG TELAH DILENGKAPI DGN PERALATAN OTOMATIS (KHUSUSNYA DI WILAYAH JABODETABEK)
GAMBAR. 1
JL. RSU AL
JL. MARGOREJO
PEMUK IMAN
IAIN
RSU. AL
JPL.25 JPL.24
JPL.19
JPL.20 JPL.21
JPL.22 JPL.23
WONOKROMO GAMBAR. 2
JL. MARGOREJO
JL. RSU AL
JL. JETIS
PEMU KIMAN
IAIN
RSU. AL
JPL.22 JPL.19
JPL.25
JL. KUTISARI
WARU
JL. KUTISARI
WARU
JL. JETIS
TAMAN
WALIKOTA JAKTIM
DI TUTUP
FLY OVER KLENDER BARU
DI TUTUP
JL. PD KOPI I
BUARAN
KETERANGAN :
EXSISTING
PROGRAM JANGKA
MENGOPTIMALKAN PINTU PERLINTASAN OTOMATIS PADA PERLINTASAN SEBIDANG YG TELAH DILENGKAPI DGN PERALATAN OTOMATIS (KHUSUSNYA DI WILAYAH JABODETABEK)
KEBON SEREH
JNG KAUM SELATAN CIPINANG LONTAR PISANGAN LAMA
PISANGAN LAMA
LX OTOMATIS
LX OTOMATIS
STASIUN JATINEGARA
JPL 52
STASIUN CIPINANG
LX OTOMATIS
KETERANGAN : 1. ANGKUTAN KOTA YANG MELINTAS M02 2. ANGKUTAN PASAR INDUK / BULOG 3. KENDARAAN LAINNYA
1. Sosialisasi untuk membina disiplin masyarakat (mentaati rambu-rambu di pintu perlintasan, tidak menyerobot dll) dengan melalui media elektronik atau langsung
2. Penegakan hukum (Law enforcement) terhadap pelanggar pintu perlintasan 3. Pembinaan SDM terhadap Penjaga Pintu Perlintasan (PJL) agar disiplin menjalankan tugas sesuai protap
PROGRAM JANGKA PANJANG 1. OTOMATISASI PERLINTASAN SEBIDANG 2. PENUTUPAN PERLINTASAN SEBIDANG DENGAN MEMBANGUN UNDER PASS ATAU FLY OVER
MEKANIK
FO/UP
DITUTUP
N
DIJAGA MANUAL
FO/UP
N
RESMI ELEKTRIK OTOMATIS
N
PERLINTASAN TDK DIJAGA
N
FO/UP
SEMI OTOMATIS
FO/UP
Y
DITUTUP TDK RESMI (LIAR)
?
FLY OVER/ UP
Pasal 197 (1) Setiap orang yang menghilangkan, merusak, dan/atau melakukan perbuatanyang mengakibatkan rusak dan tidak berfungsinya prasarana perkeretaapian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 180, dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun. (2) Dalam hal tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ay at (1) mengakibatkan kecelakaan dan/atau kerugian bagi harta benda, dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun. (3) Dalam hal tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengakibatkan luka berat bagi orang, dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun. (4) Dalam hal tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengakibatkan matinya orang, dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun.
Karena Perbuatannya
Mengakibatkan
Pasal 198
(1) Penyelenggara Prasarana Perkeretaapian yang tidak menempatkan tanda larangan secara jelas dan lengkap di ruang manfaat jalur kereta api dan di jalur kereta api sebagaimana dimaksud dalam Pasal 81 yang mengakibatkan kerugian bagi harta benda, dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan pidana denda paling banyak Rp250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah).
(2) Dalam hal tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengakibatkan luka berat bagi orang, dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan pidana denda paling banyak Rp800.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
(3) Dalam hal tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengakibatkan matinya orang, dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan pidana denda paling banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah).
Pasal 199 Setiap orang yang berada di ruang manfaat jalan kereta api, menyeret barang di atas atau melintasi jalur kereta api tanpa hak, dan menggunakan jalur kereta api untuk kepentingan lain selain untuk angkutan kereta api yang dapat mengganggu perjalanan kereta api sebagaimana dimaksud dalam Pasal 181 ayat (1), dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) bulan atau denda paling banyak Rp 15.000.000,00 (lima belas juta rupiah). Pasal 200 Pemilik Prasarana Perkeretaapian yang memberi izin pembangunan jalan, jalur kereta api khusus, terusan, saluran air dan/atau prasarana lain yang memerlukan persambungan, dan perpotongan dan/atau persinggungan dengan jalur kereta api umum yang tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 92 ayat (1), dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp2.000.000.000,00 (dua milyar rupiah).
Pasal 201 Setiap orang yang membangun jalan, jalur kereta api khusus, terusan, saluran air, dan/atau prasarana lain yang menimbulkan atau memerlukan persambungan, perpotongan, atau persinggungan dengan jalan kereta api umum tanpa izin pemilik Prasarana Perkeretaapian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 92 ayat (2), dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah).
Pintu perlintasan Merupakan fungsi dan tanggung jawab pemerintah yang penyelenggaran dilimpahkan kepada PT KAI (Persero) Pemerintah Mengeluarkan izin untuk penyelenggaraan/pe ngadaan pintu perlintasan (baik sebidang,fly over,dan under pass) Penyelenggaraan (PT KAI) Berupa pemeliharaan, perbaikan,pengoparasian melalui skema dan mekanisme tertentu, pemerintah melimpahkan urusan penyelenggaraan kepada PT KAI (persero) dalam format IMO (Infra-structure Maintenance and Operation)
PENYIDIKAN
BAB XVI PENYIDIKAN Pasal 186 (1) Pejabat pegawai negeri sipil tertentu di bidang perkeretaapian dapat diberi kewenangan khusus sebagai penyidik sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana untuk melakukan penyidikan atas pelanggaran ketentuan dalam Undang-Undang ini.
Untuk kelancaran arus lalu lintas pada perlintasan sebidang perlu dilakukan pengawasan rutin pada setiap titik-titik perlintasan Pengawasan dilakukan a. Ditjen Perkeretaapian untuk perlintasan di jalan nasional b. Gubernur untuk perlintasan di jalan propinsi c. Bupati/walikota untuk perlintasan di jalan kabupaten/kota Polri, PPNS bid LLAJ dan PPNS bid Perkeretaapian berkewajiban melakukan penegakan hukum terhadap pelanggaran lalin pd perlintasan sebidang.
Trem di kawasan hunian terpadu atau superblok Rasuna Epicentrum di kawasan Kuningan, Jakarta.
PERLINTASAN SEBIDANG MEMANG SANGAT MEMBAHAYAKAN UNTUK PENGGUNA JALAN YANG TIDAK DISIPLIN DALAM MEMATUHI PERUNDANGAN YANG TELAH DITETAPKAN, TETAPI BUKAN BERARTI MUSUH UNTUK PERKEMBANGAN TEKNOLOGI TRANSPORTASI