Anda di halaman 1dari 73

KONSTRUKSI JALAN REL

dan pm 60 tahun 2012

Tenaga Perawatan Jalur Ka


Tingkat Pelaksana Jalan Rel
• Untuk mendukung
kemampuan tenaga
• Untuk Memahami Perawatan Jalur
Konstruksi Jalan Rel Kereta Api

BY : Susilo Daridin Pusat Pendidikan dan Pelatihan Ir. H. Djuanda


2
Memahami standar konstruksi Jalan Kereta Api

Memahami Jenis dan Fungsi dari Komponen Konstruksi Jalan Rel

Mampu mengklasifikasi Material Jalan Rel

Memahami Konstruksi wesel dan Persilangan

Memahami Perlintasan Sebidang

Memahami Pengertian Ruang untuk Jalan Kereta Api

Memahami Pengertian Lengkung pada Jalan Rel


Pusat Pendidikan dan Pelatihan Ir. H. Djuanda
1. PENGERTIAN JALAN REL
 Jalan rel adalah satu kesatuan konstruksi yang terbuat dari baja, beton atau
konstruksi lain yang terletak diatas, dibawah, dipermukaan tanah atau
bergantung beserta perangkatnya yang berfungsi mengarahkan jalannya kereta api.

 Jalan kereta api beserta semua perlengkapannya harus selalu terpelihara, sehingga
tiap-tiap bagiannya dapat dengan aman dan nyaman dilalui dengan kecepatan yang
diijinkan.

 Perencanaan konstruksi jalur kereta api harus direncanakan sesuai persyaratan


teknis sehingga dapat dipertanggung jawabkan secara teknis dan ekonomis. Secara
teknis diartikan konstruksi jalur kereta api tersebut harus aman dilalui oleh sarana
perkeretaapian dengan tingkat kenyamanan tertentu selama umur konstruksinya.

 Secara ekonomis diharapkan agar pembangunan dan pemeliharaan konstruksi


tersebut dapat diselenggarakan dengan tingkat harga yang sekecil mungkin dengan
output yang dihasilkan kualitas terbaik dan tetap menjamin keamanan dan
kenyamanan.
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Ir. H. Djuanda
2. FUNGSI REL

1. Guna Menerima beban dari roda dan mendistribusikan beban ini ke


bantalan atau tumpuan;
2. Mengarahkan roda ke arah lateral, gaya-gaya horizontal melintang yang
bekerja pada kepala rel disalurkan ke dan didistribusikan pada bantalan
dan tumpuan;
3. Menjadi permukaan yang halus untuk dilewati dan dengan adhesinya
rel mendistribusikan gaya-gaya percepatan dan pengereman;
4. Sebagai penghantar arus listrik untuk lintas kereta listrik;
5. Sebagai penghantar arus listrik untuk persinyalan

Tipe Rel yang digunakan di perkeretaapian Indonesia antara


lain R 25, R. 33, P. 38, R. 41/42, R. 50, R.54, R 60.

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Ir. H. Djuanda


3. KELAS JALAN REL
Pembagian Kelas Jalan Rel 1067mm Berdasarkan PM No. 60 / Tahun 2012 sesuai Tabel
berikut

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Ir. H. Djuanda


Daya angkut lintas adalah jumlah angkutan anggapan
yang melewati suatu lintas dalam jangka waktu satu
tahun.
Daya angkut lintas mencerminkan jenis serta jumlah
beban total dan kecepatan kereta api yang lewat di
lintas yang bersangkutan.
Daya angkut disebut daya angkut ( T ) dengan satuan
ton/ tahun.

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Ir. H. Djuanda


3. KOMPONEN JALAN REL
Perencanaan konstruksi jalur kereta api dipengaruhi oleh jumlah beban, kecepatan
maksimum, beban gandar dan pola operasi. Atas dasar ini diadakan klasifikasi jalur
kereta api sehingga perencanaan dapat dibuat secara tepat.

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Ir. H. Djuanda


Struktur Bagian Atas :
Rel (railpads, penambat)
Bantalan (beton, kayu, baja)
Balas (balas atas, batu pecah 2/6 cm)

Struktur Bagian Bawah :


Sub balas (balas bawah, pasir split )
Subgrade / subground (tanah timbunan)
Subsoil (tanah dasar/tanah asli)

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Ir. H. Djuanda


4. KONSTRUKSI JALAN REL
Sistem jalan rel terdiri dari konstruksi bagian atas dan konstruksi
bagian bawah

Konstruksi bagian atas harus memenuhi persyaratan :


1. Persyaratan geometri.
2. Persyaratan ruang bebas.
3. Persyaratan beban gandar.
4. Persyaratan frekuensi.

Konstruksi bagian bawah harus memenuhi persyaratan stabilitas


dan persyaratan daya dukung.

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Ir. H. Djuanda


4.1. KONSTRUKSI BAGIAN ATAS
Konstruksi jalan rel bagian atas harus memenuhi persyaratan umum dan
persyaratan geometri. Geometri jalan rel direncanakan berdasarkan pada
kecepatan rencana serta ukuran kereta yang melewatinya dengan memperhatikan
faktor keamanan, kenyamanan, ekonomi dan keserasian dengan Iingkungan
sekitamya.
Persyaratan geometri yang wajib dipenuhi persyaratan:
a. Lebar jalan rel.
Lebar jalan rel merupakan jarak minimum kedua sisi kepala rel yang diukur
pada 0-14 mm dibawah permukaan teratas rel. Lebar jalan rel terdiri dari 1067
mm dan 1435 mm.
Penyimpangan lebar jalan rel untuk lebar 1067 mm yang dapat diterima +2
mm dan -0 untuk jalan rel baru dan +5 mm dan -2 mm untuk jalan rel yang
telah dioperasikan.
Toleransi pelebaran jalan rel untuk lebar jalan rel 1435 mm adalah -3 dan
+3mm.
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Ir. H. Djuanda
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Ir. H. Djuanda
b.Kelandaian
Persyaratan kelandaian yang harus dipenuhi meliputi persyaratan landai
penentu, persyaratan landai curam dan persyaratan landai emplasemen.
Landai penentu adalah suatu kelandaian (pendakian) yang terbesar yang
ada pada suatu Iintas lurus
c. Lengkung
Terdiri dari :
- Lengkung vertical
- Lengkung horizntal
- Lengkung peralihan
d. Pelebaran jalan rel
e. Peninggian rel.

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Ir. H. Djuanda


4.2. PENAMPANG MELINTANG JALAN REL
Penampang melintang jalan rel adalah potongan pada jalan rel, dengan arah
tegak lurus sumbu jalan rel, di mana terlihat bagian-bagian dan ukuran-ukuran
jalan rel dalam arah melintang.

Penampang jalan rel pada lurusan


Pusat Pendidikan dan Pelatihan Ir. H. Djuanda
Penampang jalan rel pada lengkung

Penampang jalan rel pada timbunan


Pusat Pendidikan dan Pelatihan Ir. H. Djuanda
Penampang Melintang Jalur Rel pada bagian Lurus Jalur Ganda

Penampang Melintang Jalur Rel pada Lengkungan Jalur Ganda


Pusat Pendidikan dan Pelatihan Ir. H. Djuanda
4.3. KONSTRUKSI BAGIAN BAWAH
A. Konstruksi jalan rel bagian bawah terdiri dari :
1. Badan jalan;
2. Proteksi lereng; dan
3. Drainase
Lebar badan jalan terhadap kecepatan maksimum desain untuk pekerjaan
tanah terdapat pada tabel berikut :

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Ir. H. Djuanda


B. Jalan Rel berdasarkan Peredaman Beban Dinamis
1) Balassted Track

Ballasted Track adalah jalur kereta api dengan badan jalan dengan
lapisan balas dibawahnya, dengan bantalan dan penambat. Balas
digunakan untuk meneruskan beban dari kereta, melewatkan air dan
menjaga tumbuhnya vegetasi yang dapat menggangu struktur jalan rel.
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Ir. H. Djuanda
2) Non Ballasted Track / Slab Track

Ballasted Track / Ballastless Track / Slab Track adalah jalur kereta api yang
di desain tanpa menggunakan lapisan balas di bawahnya. Badan jalan
dibangun di atas tanah dengan struktur perkuatan menerus dari beton slab
atau hydraulic asphalt concrete atau lapisan aspal bitumen.

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Ir. H. Djuanda


C. Jalan Rel Berdasarkan Lebar Jalur (Track Gauge)
Lebar Jalur atau dikenal juga dengan Lebar Sepur merupakan jarak terkecil
antara kedua sisi kepala rel, diukur pada daerah 0-14 mm di bawah
permukaan teratas kepala rel.
Untuk seluruh kelas jalan di PT. Kereta Api Indonesia (Persero) lebar sepur
adalah 1067 mm.

14 mm
Lebar sepur
Roda kereta api

Lebar sepur pada jalan lurus = 1067

Bantalan

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Ir. H. Djuanda


a. Broad gauge/ sepur lebar dengan lebar sepur > 1.435 mm (4’8.5” ft in).
b. Standard gauge/ sepur standar dengan lebar sepur 1.435 mm (4’8.5” ft in).
c. Medium gauge/ sepur medium dengan lebar sepur antara 1.067 m -1.435 mm.
d. Narrow gauge/ sepur sempit dengan lebar sepur < 1.067 mm (3’6” ft in)

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Ir. H. Djuanda


1. REL
Rel adalah batang logam baja landasan jalan yang berfungsi menerima beban dari
roda dan menditribusikan beban ke bantalan dengan bidang yang lebih luas serta
sebagai penghantar arus Listrik bagi sinyal / wesel Elektrik.
Fungsi Rel adalah :
a. Menerima beban dari roda dan menditribusikan beban ini ke bantalan atau
tumpuan;
b. Mengarahkan roda ke arah lateral, gaya-gaya horizontal melintang yang bekerja
pada kepala rel disalurkan ke dan didistribusikan pada bantalan dan tumpuan;
c. Menjadi permukaan yang halus untuk dilewati dan dengan adhesinya rel
mendistribusikan gaya-gaya percepatan dan pengereman;
d. Sebagai penghantar arus listrik untuk lintas kereta listrik;
e. Sebagai penghantar arus listrik untuk persinyalan
Penggunaan Rel secara umum :
a. Rel untuk jalan Rel
b. Rel untuk Crene/ derek
c. Rel untuk evalator
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Ir. H. Djuanda
Tipe Rel Berdasarkan Panjangnya :
1. Rel standar adalah rel yang panjangnya 25 m.
2. Rel pendek adalah rel yang panjangnya maksimal 100 m.
3. Rel panjang adalah rel yang panjangnya maksimal 300 m.
4. Rel panjang menerus (RPM) adalah rel yang panjangnya > 300 m.

1.1 PENAMPANG JALAN REL


Karekteristik penampang rel harus memenuhi persyaratan teknis, mekanis
serta ketentuan dimensi.
Persyaratan mekanis sebagai berikut :
- Minimum perpanjangan (elongation) 10%
- Kekuatan Tarik (tensile strength) 90 kg/mm²
- Kekerasan kepala rel tidak boleh kurang dari 240 BHN
Penampang rel harus memenuhi ketentuan dimensi rel seperti pada table
berikut :

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Ir. H. Djuanda


C

E
R
x

H
D
x garis netral
R501
R

G
F
yb
y
B
y

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Ir. H. Djuanda


Rel dipasang dengan kemiringan 1:20 atau 1: 40 sesuai kemiringan bandasi roda
dan tipe plat landas yang dipergunakan

Pada jalan rel normal, rel dipasang miring kedalam dengan sudut < 1 : 20 untuk
rel yang menggunakan alat penambat rigid,
untuk alat penambat elastis miring kedalam dengan sudut < 1 : 40

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Ir. H. Djuanda


1.2 TIPE DAN JENIS REL
Tipe rel untuk masing-masing kelas jalan berdasarkan PD 10 tercantum dalam
tabel berikut :

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Ir. H. Djuanda


1.3. SAMBUNGAN REL
Sambungan Rel adalah konstruksi yang mengikat dua ujung rel sedemikian
rupa sehingga operasi kereta api tetap aman dan nyaman.
Fungsi:
1. Mempertahankan dua ujung rel yang disambung pada bidang yang sama
baik horisontal maupun vertikal.
2. Harus mampu menahan seluruh gaya yang bekerja pada rel sehingga
kedudukan sepur tetap dipertahankan.
3. Harus mampu mengakomodasi pemuaian rel.

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Ir. H. Djuanda


Jenis sambungan :
1. Sambungan Melayang/Menggantung/ Suspended Joint

2. Sambungan Menumpu /Supported Joint

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Ir. H. Djuanda


Diameter lubang bout dan jarak antara lubang berdasarkan tipe rel

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Ir. H. Djuanda


Penempatan sambungan di sepur ada dua macam yaitu :
a) Penempatan secara siku , dimana kedua sambungan berada pada satu garis yang
tegak lurus terhadap sumbu sepur.
b) Penempatan secara berselang-seling, dimana kedua sambungan rel tidak berada
pada satu garis yang tegak lurus terhadap sumbu sepur

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Ir. H. Djuanda


Sambungan rel di jembatan

Setiap sambungan menggunakan 2 buah pelat sambung yang mempunyai


bentuk dan panjang yang sama.
Pelat penyambung dipasang pada badan rel sehingga kekokohan pelat
sambung didapat dari bidang singgung antara permukaan bawah kepala rel
dan permukaan atas kaki rel dengan pelat sambung, sehingga disyaratkan agar
kemiringan pada tempat-tempat tersebut antara rel dengan pelat sambung
harus sesuai.
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Ir. H. Djuanda
REL R.54 REL R.54

PLAT SAMBUNG PLAT SAMBUNG

BANTALAN

BAUT SAMBUNG 60 CM

KONSTRUKSI PLAT SAMBUNG PADA REL R.54

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Ir. H. Djuanda


2. BANTALAN (SLEEPER)
Bantalan berfungsi :
1. Meneruskan beban dari rel ke balas dengan bidang sebaran yang lebih luas.
2. Mempertahankan kedudukan lebar jalur
3. Sebagai isolator untuk aliran listrik pada sistim persinyalan

Bantalan dapat terbuat dari bahan kayu, baja ataupun beton.


Pemilihan didasarkan pada kelas yang sesuai dengan klasifikasi jalan rel di
Indonesia.
Baik bantalan beton, baja maupun kayu, pada jalan lurus jumlah bantalan yang
dipergunakan adalah 1.667 buah tiap kilometer panjang.
Pada lengkungan, jarak bantalan diambil sebesar 60 cm diukur pada rel luar

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Ir. H. Djuanda


3.1 Bantalan Kayu
Ada tiga jenis menurut ukuran dan penggunaannya :
1. Bantalan biasa ukuran 200 x 22 x 13 cm
2. Bantalan jembatan ukuran 200 x 22 x 18 cm
3. Bantalan wesel ukuran bervariasi antara 200 – 400 cm x 22 cm x 13 cm.

Jenis Kayu yang dipakai :


Kayu yang dipakai dari jenis kayu rimba
 Jenis kayu untuk kwalitas I : Ulin, Merbau, Damar, Giam, Kulim, Pooti, Lara,
Gofasa, Bangkirai, Laban, Tembesi.
 Jenis kayu untuk kwalitas II : Keruwing, Kempas, Bungur, Belangeran, Resak,
Kapur, Rengas, Bintangur.
Keunggulan bantalan kayu:
a. Elastis mampu meredam getaran
b. Ringan dan mudah dikerjakan disesuaikan dengan kebutuhan
c. Mudah dilakukan penggantian

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Ir. H. Djuanda


Kelemahan Bantalan Kayu:
 Mudah terbakar
 Umur bantalan pendek
 Nilai sisa rendah

Syarat Fisik yang harus dipenuhi:


1. Utuh dan padat, tidak terdapat mata kayu, tidak berlubang bekas ulat, lurus
2. Bentuk penampang melintang bantalan kayu harus berupa empat persegi
panjang pada seluruh tubuh bantalan

Syarat Mekanis :
1. Mutu kayu yang dipergunakan untuk bantalan kayu, harus memenuhi
ketentuan Peraturan Bahan Jalan Rel Indonesia (PBJRI)
2. Bantalan kayu pada bagian tengah maupun bagian bawah rel, harus mampu
menahan momen maksimum sebesar:
 Kelas kayu I ; momen maksimum 800 kg-m
 Kelas kayu II ; momen maksimum 530 kg-m
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Ir. H. Djuanda
3.2 Bantalan Baja
o Pada ujung-ujung bantalan baja ditekuk sedemikian rupa maksudnya untuk
mencengkeram balas untuk pertahanan horisontal.
o Bentuk bantalan baja pada irisan melintang menyerupai hurup U gunanya
untuk mencengkeram balas sehingga mempunyai pertahanan longitudinal.
o Bentuk seperti itu diperlukan karena berat bantalan besi yang ringan ± 50 kg
dan gesekan antara besi dengan balas juga kecil.

Keunggulan bantalan baja:


a. Ringan sehingga mudah diangkut
b. Tidak terkena pelapukan
c. Umur konstruksi/pelayanan tahan lama
d. Nilai sisa cukup tinggi

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Ir. H. Djuanda


Kelemahan bantalan baja:
1. Dapat terkena karat / korosi bila terkena karat berat bantalan jadi mudah
pecah/retak
2. Dapat menghantarkan listrik jadi tidak sesuai dengan lintas yang menggunakan
sinyal elektrik.
Untuk menghindari karat maka disyaratkan sepur selalu dalam keadaan kering,
untuk itu maka balas harus selalu bersih agar mudah meloloskan air

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Ir. H. Djuanda


3.3 Bantalan beton
Bantalan beton yang digunakan di Indonesia tipe mono-block atau Bantalan
Beton Blok Tunggal.
Dari cara pembuatannya ada dua jenis yaitu :
Bantalan beton blok tunggal Pretension dan Bantalan beton blok tunggal
Posttension.
Keunggulan :
a. Karena berat maka kestabilannya baik.
b. Umur konstruksi panjang
c. Cocok untuk sistim persinyalan elektrik
d. Tahan api (tidak mudah terbakar)
Kelemahan:
a. Lebih kaku dibanding dengan bantalan kayu
b. Berat sehingga pemasangannya secara manual sulit dan mahal
c. Kemungkinan terjadi kerusakan pada saat pengiriman/pengangkutan
d. Nilai sisa sangat kecil
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Ir. H. Djuanda
BALAS
Lapisan balas dan sub-balas pada dasarnya adalah terusan dari lapisan tanah
dasar dan terletak di daerah yang mengalami konsentrasi tegangan yang
terbesar akibat lalu lintas kereta pada jalan rel, oleh karena itu material
pembentukannya harus sangat terpilih.
Fungsi Balas adalah :
1. Meneruskan dan menyebarkan beban yang diterima bantalan ke tanah dasar
2. Meloloskan air sehingga tidak terjadi genangan air disekitar bantalan dan rel.
3. Menahan bergesernya bantalan baik arah melintang akibat gaya horisontal
maupun membujur searah sepur akibat gaya rem, tanjakan/turunan, jejakan
roda terhadap rel, perubahan suhu dll.
4. Kemiringan lereng lapisan balas atas tidak boleh lebih curam dari 1 : 2.

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Ir. H. Djuanda


Syarat-syarat umum balas:
1. Mempunyai kekerasan sehingga tidak mudah pecah akibat pembebanan.
2. Tahan lama tidak cepat aus/pecah oleh beban dan tahan cuaca.
3. Pecahan besudut dengan ukuran 2/6 cm
4. Mempunyai gradasi yang cukup sehingga dapat saling mengikat/mengunci
dan saling gesek.
5. Mempunyai koefisien permeabilitas tinggi sehingga mudah untuk
mengalirkan air.

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Ir. H. Djuanda


Sub Balas
Lapisan sub-balas berfungsi sebagai lapisan penyaring (filter) antara tanah dasar
dan lapisan balas harus dapat mengalirkan air dengan baik. Tebal minimum
lapisan balas bawah adalah 15 cm.
Lapisan sub-balas terdiri dari kerikil halus, kerikil sedang atau pasir kasar yang
memenuhi syarat standar saringan ASTM.

Persyaratan sub balas sebagai berikut :


1. Material sub-balas dapat berupa campuran kerikil (gravel) atau kumpulan
agregat pecah dan pasir;
2. Material sub-balas tidak boleh memiliki kandungan material organik lebih
dari 5%;
3. Untuk material sub-balas yang merupakan kumpulan agregat pecah dan
pasir, maka harus mengandung sekurang kurangnya 30% agregat pecah;
4. Lapisan sub-balas harus dipadatkan sampai mencapai 100% Yd menurut
percobaan ASTM D 698.

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Ir. H. Djuanda


PENAMBAT
Penambat rel adalah suatu komponen yang menambatkan rel pada bantalan
sedemikian rupa sehingga kedudukan rel adalah tetap, kokoh dan tidak bergeser

Fungsi penambat :
1. Menyerap gaya – gaya rel dengan elastis dan menyalurkan ke bantalan. Daya
jepit vertical pada rel harus tetap kuat dalam segala kondisi, walaupun dalam
keadaan aus, dalam tahanan longitudinal untuk membatasi pemuaian pada
RPM, dan untuk menahan rel merayap.
2. Meredam sebanyak mungkin getaran dan pukulan akibat gerakan sarana.
3. Menahan lebar spoor dan kemiringan rel pada batas tertentu.
4. Mengisolasi aliran listrik dari rel ke bantalan terutama pada bantalan beton
dan besi

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Ir. H. Djuanda


Penambat pada bantalan beton.
Alat penambat yang digunakan adalah alat penambat jenis elastis yang terdiri
dari sistem elastis tunggal dan sistem elastis ganda. Pada bantalan beton terdiri
dari shoulderlinsert, clip, insulator dan rail pad. Tidak diperlukan pelat landas,
tetapi dalam hal ini tebal karet alas (rubber pad) rel harus disesuaikan dengan
kecepatan maksimum.

Penambat pada bantalan kayu dan baja.


Terdiri dari pelat landas (baseplate), clip, tirpon (screw spike)/baut dan cincin
per (lock washer).Jenis penambat yang dipergunakan adalah penambat elastic
dan penambat kaku.

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Ir. H. Djuanda


Penambat rigid / kaku
Penambat kaku terdiri atas tirpon , mur dan baut.
Penambat kaku tidak boleh dipakai untuk semua kelas jalan rel.

Penambat elastis
Penambat elastis terdiri dari penambat elastis tunggal dan elastis ganda.
Penambat elastik ganda dapat dipergunakan pada semua kelas jalan rel, tetapi
tidak dianjurkan untuk jalan rel kelas 5.
Penambat elastik ganda terdiri dari pelat landas, pelat atau batang jepit
elastik,alas rel, tirepon, mur dan baut. Contoh: Pandrol, F type, DE clip, KA clip,
Nabla.

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Ir. H. Djuanda


WESEL DAN PERLINTASAN SEBIDANG
Wesel merupakan konstruksi jalan rel yang paling rumit dengan beberapa
persyaratan dan ketentuan pokok yang harus dipatuhi. Untuk pembuatan
komponen-komponen wesel yang penting khususnya mengenai komposisi
kimia dari bahannya.
Wesel terdiri atas komponen - komponen sebagai berikut :
1. Lidah
2. Jarum beserta sayap - sayapnya
3. Rel lantak
4. Rel paksa
5. Sistem penggerak

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Ir. H. Djuanda


BAGAN WESEL

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Ir. H. Djuanda


Wesel harus memenuhi syarat material sebagai berikut :
a. Kandungan mangaan (Mn) pada jarum mono blok harus berada dalam
rentang (11-14) %.
b. Kekerasan pada lidah dan bagian lainnya sekurang-kurangnya sama dengan
kekerasan rel
c. Celah antara lidah wesel dan rel lantak pada posisi terbuka tidak boleh
kurang dari 125 mm.
d. Celah (gap) antara rel lantak dan rel paksa pada ujung jarum 34mm.
e. Jarak antara jarum dan rel paksa (check rail) untuk lebar jalan rel 1067 mm:
- Untuk Wesel rel R 54 paling kecil 1031 mm dan paling besar 1043 mm.
- Untuk Wesel jenis rel yang lain, disesuaikan dengan kondisi wesel.
f. Pelebaran jalan rel di bagian lengkung dalam wesel harus memenuhi
peraturan radius lengkung.
g. Desain wesel harus disesuaikan dengan sistem penguncian wesel.

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Ir. H. Djuanda


JENIS WESEL
A. Wesel Biasa
a. Wesel biasa b. Wesel tergeser
1) Wesel biasa kiri 1) Wesel searah tergeser
2) Wesel biasa kanan 2) Wesel berlawanan arah tergeser

b. Wesel dalam lengkung C. Wesel Inggris


1) Wesel searah lengkung 1) Wesel inggris lengkap
2) Wesel berlawanan arah lengkung 2) Wesel inggris tak lengkap
3) Wesel simetris

B. Wesel tiga jalan


a. Wesel biasa
1) Wesel biasa searah
2) Wesel biasa berlawanan arah

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Ir. H. Djuanda


Pusat Pendidikan dan Pelatihan Ir. H. Djuanda
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Ir. H. Djuanda
PERLINTASAN SEBIDANG (LEVEL CROSSING)
A. Syarat Perlintasan Sebidang
1. Lebar perlintasan sebidang bagi jalan raya dalam keadaan pintu terbuka
atau tanpa pintu, harus sama dengan lebar perkerasan jalan raya yang
bersangkutan.
2. Daerah pandangan pada perlintasan merupakan daerah pandangan segitiga
di mana jarak-jaraknya ditentukan berdasarkan pada kecepatan rencana
kedua belah pihak. Jarak-jarak minimum untuk berbagai kombinasi
kecepatan adalah seperti yang tercantum dalam table dan dijelaskan dalam
gambar
3. Daerah pandangan segitiga harus bebas dari benda-benda penghalang
setinggi 1,00 meter ke atas.
4. Sudut perpotongan perlintasan sebidang diusahakan sebesar 90o dan bila
tidak memungkinkan sudut perpotongan harus lebih besar dari pada 30o.
Kalau akan membuat perlintasan baru, jarak antara perlintasan baru
dengan yang sudah ada tidak boleh kurang dari 800 meter
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Ir. H. Djuanda
B. Konstruksi perlintasan sebidang
1. Konstruksi perlintasan sebidang dapat dibuat dari bahan beton semen,
aspal dan kayu.
2. Perlintasan sebidang yang dijaga dilengkapi dengan rel-rel lawan untuk
menjamin tetap adanya alur untuk flens roda kecuali untuk konstruksi
lain yang tidak memerlukan rel lawan.
3. Lebar alur adalah sebesar 40 mm dan harus selalu bersih benda-benda
penghalang.
4. Panjang rel lawan adalah sampai 0,8 meter di luar lebar perlintasan dan
dibengkokan ke dalam agar tidak terjadi tumbukan dengan roda dari
rangkaian. Sambungan rel di dalam perlintasan harus dihindari.

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Ir. H. Djuanda


Pusat Pendidikan dan Pelatihan Ir. H. Djuanda
Jarak-Jarak Minimum Untuk Berbagai Kombinasi Kecepatan
Kecepatan kendaraan di jalan raya (km/jam)
Kecepatan Mulai
Sedang bergerak
kereta api bergerak
(km/jam)
0 20 40 60 80 100 120
Panjang pada pihak jalan rel (meter) A
40 185 97 75 78 85 94 100
60 273 145 112 116 127 141 158
80 363 193 150 155 170 188 210
90 409 217 168 174 191 212 237
100 454 241 187 194 212 235 263
110 500 266 206 213 233 259 289
120 545 290 224 233 255 282 316

Panjang pada pihak jalan raya (meter) B


28 57 102 162 233 322

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Ir. H. Djuanda


BADAN JALAN REL
Badan jalan merupakan lapisan tanah, baik dalam keadaan asli maupun dalam
bentuk diperbaiki ataupun dalam bentuk buatan yang memikul beban yang
dikerjakan oleh lapisan balas atas dan balas bawah
Fungsi Badan Jalan Rel
1. Menahan beban-beban yang ada di atasnya.
2. Membentuk alinemen vertikal dan alinemen horizontal dari kontruksi jalan
rel.
3. Mengalirkan air kesaluran drainase di kanan-kiri tubuh jalan rel

Badan jalan dapat berupa :


1. Badan jalan di daerah timbunan, atau
2. badan jalan di daerah galian

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Ir. H. Djuanda


Badan jalan di daerah timbunan dapat berupa :
1. Tanah dasar;
2. Tanah timbunan; dan
3. Lapis dasar (subgrade).

Badan jalan di daerah galian dapat berupa :


1. Tanah dasar; dan
2. Lapis dasar (subgrade).

DRAINASE JALAN REL


Pengertian Drainase
Jalan rel harus dijamin selalu kering, salah satu caranya adalah dengan
memasang drainase yang disusun sedemikian rupa sehingga dapat mengalirkan
air jauh dari jalan rel.

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Ir. H. Djuanda


Fungsi Drainase
(1). Menjaga agar tidak terjadi genangan air pada jalan rel
(2). Menjaga konsistensi tanah sehingga badan jalan tetap kokoh

Jenis-jenis Drainase
1. Drainase permukaan
Fungsinya untuk membuang air yang ada dipermukaan tanah daerah jalan rel.
Bentuknya dapat berupa saluran terbuka memanjang jalan rel dan saluran
melintang jalan rel. Saluran melintang dapat berupa gorong-gorong,
opendoorlat dsb.

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Ir. H. Djuanda


2. Drainase bawah permukaan
Fungsinya untuk menjaga agar elevasi muka air tanah tidak mendekati
permukaan tanah tempat badan jalan rel berada.
Bentuknya dapat berupa pipa berlubang yang dipasang di bawah permukaan di
sisi kanan dan kiri badan jalan rel. Pipa dipasang diatas timbunan pasir tebal 10
cm,kemudian diatasnya dilapisi dengan kerikil setebal 15-20 cm kemudian
ditutup dengan batu bronjol. Sekeliling galian dilapisi dengan lapisan filter
berupa injuk ataupun geosintetis

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Ir. H. Djuanda


3. Drainase lereng
Fungsinya untuk mencegah air permukaan pada permukaan lereng tidak
mengalir ke jalan rel karena dapat menggerus kaki lereng yang akan berakibat
rusaknya badan jalan rel, dan mencegah longsornya lereng.

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Ir. H. Djuanda


RUANG BANGUN DAN RUANG BEBAS
Ruang bebas adalah ruang diatas sepur yang senantiasa harus bebas dari segala
rintangan dan benda penghalang; ruang ini disediakan untuk lalu lintas rangkaian
kereta api.
Ruang bangun adalah ruang disisi sepur yang senantiasa harus bebas dari segala
bangunan tetap seperti antara lain tiang semboyan, tiang listrik dan pagar.
Batas ruang bangun diukur dari sumbu sepur pada tinggi 1 meter sampai 3,55
meter.
Jarak ruang bangun tersebut ditetapkan sebagai berikut :
a. Pada lintas bebas :
2,35 sampai 2,53 m di kiri kanan sumbu sepur
b. Pada emplasemen :
1,95 m sampai 2,35 di kiri kanan sumbu sepur
c. Pada jembatan :
2,15 m di kiri kanan sumbu sepur

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Ir. H. Djuanda


Pusat Pendidikan dan Pelatihan Ir. H. Djuanda
1950
BATAS IV + 6200
+ 6045
+ 5900
Tinggi kawat aliran listrik terbesar
+ 5500
2500 Tinggi normal kawat aliran listrik
BATAS III + 5000
1300 + 4845
BATAS II + 4700
1100 + 4500
BATAS I + 4320
+ 4050 + 4020
2550 Tinggi kawat aliran listrik terendah
+ 3550

Peron Tinggi Peron Rendah

1950 1950

1300 + 1000
1600
1530 + 750
1300 + 450
KR ± 0 1000 1000 + 200
+ 40

Batas I Untuk jembatan dengan kecepatan sampai 60 km/jam


Batas II Untuk ‘viaduk’ dan terowongan dengan kecepatan sampai 60 km/ jam
dan untuk jembatan tanpa pembatasan kecepatan.
Batas III Untuk ‘viaduk’ baru dan bangunan lama kecuali terowongan dan
jembatan
Batas IV Untuk lintas kereta listrik
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Ir. H. Djuanda
Lengkung adalah dua garis lurus yang perpanjangannya saling membentuk sudut,
dihubungkan dengan lengkung yang berbentuk lingkaran dengan atau tanpa
lengkung peralihan.
Lengkung Horisontal adalah : Dua garis lurus yang perpanjangannya saling
membentuk sudut, dihubungkan dengan lengkung yang berbentuk lingkaran
dengan atau tanpa lengkung peralihan.
Pada umumnya bentuk lengkung horizontal ada 3 macam yaitu :
a. Lengkung Sederhana yaitu lengkung yang dibuat hanya dengan 1 (satu) Jari-jari (Radius)

R R

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Ir. H. Djuanda


b. Lengkung majemuk (Compound Curve) yaitu lengkung yang tersusun dari
2(dua) atau lebih Jari-jari yang bersambungan dalam satu arah.

R1

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Ir. H. Djuanda


c. Lengkung S terjadi bila dua lengkung berbeda arah saling bersambungan.Antara
lengkung harus ada bagian lurus minimum sepanjang 20 m di luar lengkung
peralihan.
Lurusan min 20 m
diluar MBA

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Ir. H. Djuanda


LENGKUNG VERTIKAL
Lengkung vertikal adalah proyeksi sumbu jalan rel pada bidangvertikal yang
melalui sumbu jalan rel tersebut; alinemen vertikal terdiri dari garis lurus,
dengan atau tanpa kelandaian, dan lengkung vertikal yang berupa busur
lingkaran.

Jari – jari peralihan


Untuk kecepatan > 100 Km/jam -- R = 10.000 m
Variasi Kemiringan 1 mm setiap 10 m
Untuk kecepatan < 100 Km/jam -- R = 5.000 m
Gambar. 10
Variasi Kemiringan 2 mm setiap 10 m
Gambar. 11 R R

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Ir. H. Djuanda


LENGKUNG PERALIHAN
Lengkung peralihan adalah suatu lengkung dengan jari-jari yang berubah
beraturan. Lengkung peralihan dipakai sebagai peralihan antara bagian yang
lurus dan bagian lingkaran dan sebagai peralihan antara dua jari-jari lingkaran
yang berbeda.
Lengkung peralihan dipergunakan pada jari-jari lengkung yang relatif kecil.

LENGKUNG TANPA PERALIHAN


Bila lengkung yang dipasang tidak menggunakan peralihan maka tetap dipasang
jarak peralihan pertinggian, yang dipasang diluar lengkung dengan jarak sama
dengan rumus panjang lengkung peralihan yaitu;
PLT = 0,01 x V x h
Sesuai dengan R 13 jilid 1 ditetapkan jarak peralihan pertinggian (Plt) sbb;
Untuk V s/d 45 km/j Plt = 400 h
Untuk V 45 s/d 59 km/j Plt = 600 h
Untuk V > 60 km/j Plt = 1000 h
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Ir. H. Djuanda

GB
AB
A BA A

La La
Len AB
MB an
gku
ng
alih per
per a
k ung Llih
aa/2n
BA Len
g MB
M /2 A
La

R
GRAFIK PERTINGGIAN R

T = 5,95 V²/R

MBA MB ABA ABA AB MBA

Skema Pemasangan Lengkung Dengan Lengkung Peralihan


Pusat Pendidikan dan Pelatihan Ir. H. Djuanda
B

Garis tangen Sudut puncak


Garis tangen

A C
AB
MB
Jari-jari / radius R
R
Grafik pertinggian pada lengkung tanpa lengkung peralihan

T = 5,95 V² / R

PLt PL PLt
Menurut R 13 jilid 1 Menurut R 13 jilid 1
Untuk V = s/d 45 km/jam a= 400 Untuk V = s/d 45 km/jam a= 400
Untuk V = 45 – 59 km/jam a= 600 Untuk V = 45 – 59 km/jam a= 600
Untuk V = > 60 km/jam a= 1000 Untuk V = > 60 km/jam a= 1000
Menurut PD 10 Menurut PD 10
Lt = 0,01.V.T Lt = 0,01.V.T

Skema Pemasangan Lengkung Tanpa Peralihan

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Ir. H. Djuanda


PENINGGIAN JALAN REL
1. Pada lengkungan elevasi rel luar dibuat lebih tinggi dari pada rel dalam untuk
mengimbangi gaya sentrifugal yang dialami oleh rangkaian kereta.
2. Peninggian rel dicapai dengan menempatkan rel dalam pada tinggi semestinya
dan rel luar lebih tinggi.
3. Pada lengkung peralihan peninggian diatur berangsur dari 0 s.d. peninggian
yang disyaratkan.
4. Besar peninggian maksimum untuk lebar jalan rel 1067 mm adalah 110 mm
dan untuk lebar jalan rel 1435 mm adalah 150 mm.
5. Peninggian normal (hn) ditetapkan dengan rumus sebagai berikut :
REL LUAR
REL DALAM

h (pertinggian)

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Ir. H. Djuanda


PELEBARAN JALAN REL
a. Perlebaran jalan rel dilakukan agar roda kendaraan rel dapat melewati lengkung
tanpa mengalami hambatan.
b. Perlebaran jalan rel dicapai dengan menggeser rel dalam kearah dalam.
c. Perlebaran jalan rel dicapai dan dihilangkan secara berangsur sepanjang
lengkung peralihan.
d. Besar perlebaran jalan rel dengan lebar jalan rel 1067 mm untuk berbagai jari-jari
tikungan adalah seperti yang tercantum dalam Tabel berikut :

Jari-jari minimum dan Pelebaran sepur (1067 mm)


Pusat Pendidikan dan Pelatihan Ir. H. Djuanda
Besar perlebaran jalan rel dengan lebar jalan rel 1435 mm untuk berbagai jari-jari
tikungan adalah seperti yang tercantum dalam TabeI berikut :

Jari-jari minimum dan Pelebaran sepur (1435 mm)

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Ir. H. Djuanda


PT KERETA API INDONESIA (PERSERO)
http://edukai.kai.id

Anda mungkin juga menyukai