DAFTAR ISI
DAFTAR ISI i
MATERI POKOK 1 PERSINYALAN ELEKTRIK...............................................................2
A. Sistem Persinyalan Elektrik.............................................................2
1. Uraian Umum...................................................................................2
1) Sistem Persinyalan...................................................................2
2) Istilah dan Batasan...................................................................2
3) Persyaratan Umum Sistem Persinyalan.................................3
B. Pengertian dan Jenis Sistem Persinyalan Elektrik............................8
1. Pengertian...................................................................................8
2. Jenis Sistem Persinyalan Elektrik..............................................9
3. Pembagian Sistem Persinyalan Elektrik...................................10
C. LATIHAN......................................................................................73
D. TES FORMATIF 1........................................................................73
E. UMPAN BALIK............................................................................74
DAFTAR PUSTAKA 75
MODUL II.2.7 TEKNIK OPERASIONAL PENGOPERASIAN FASILITAS OPERASI
(TEKNIK PERSINYALAN ELEKTRIK)
a. Jenis Semboyan
Menurut fungsinya secara umum semboyan di jalan rel dapat dibagi menjadi 3
jenis, ialah semboyan sementara, semboyan wesel dan semboyan tetap. Semboyan
sementara dan semboyan wesel pembagiannya masih sesuai dengan R.3. Sedang
semboyan tetap dapat dibagi sebagai berikut:
1) Sinyal
a) Menurut Fungsinya
Menurut fungsinya sinyal dapat dibagi menjadi 3 jenis ialah sinyal utama,
sinyal pembantu dan sinyal pelengkap.
(1) Sinyal Utama
Sinyal utama adalah sinyal yang dapat memberikan perintah kereta api
harus berhenti ataupun boleh jalan yang digunakan untuk melindungi
suatu ruang tertentu yang disediakan untuk operasi kereta api.
(a) Sinyal Masuk
Sinyal masuk dipasang dibatas masuk ke stasiun. Indikasi yang
dapat ditunjukan adalah:
kereta api harus berhenti;
kereta api boleh berjalan masuk ke stasiun dan siap untuk
berhenti;
kereta api boleh berjalan masuk dan berjalan langsung lewat
stasiun yang bersangkutan.
(b) Sinyal Keluar
MODUL II.2.7 TEKNIK OPERASIONAL PENGOPERASIAN FASILITAS OPERASI
(TEKNIK PERSINYALAN ELEKTRIK)
Sinyal keluar dipasang dibatas keluar dari stasiun. Indikasi yang
ditunjukan adalah:
kereta api harus berhenti;
kereta api boleh berjalan keluar dari stasiun.
(c) Sinyal Blok
Sinyal blok dipasang dibatas masuk petak blok di petak jalan.
Indikasi yang dapat ditunjukan:
kereta api harus berhenti;
kereta api boleh masuk ke petak blok dan siap untuk berhenti;
kereta api boleh masuk ke petak blok dengan kecepatan
maksimum yang diijinkan.
(d) Sinyal Darurat
Sinyal darurat dipasang di bawah sinyal masuk atau sinyal keluar.
Indikasi yang dapat ditunjukan:
kereta api harus berhenti;
kereta api boleh berjalan melewati sinyal masuk atau sinyal
keluar yang menunjukan aspek tidak aman dengan kecepatan
maksimum 30 km/jam.
(e) Sinyal Langsir
Sinyal langsir dipasang dibatas masuk dan batas keluar ruang
langsir. Indikasi yang dapat ditunjukan:
langsiran tidak boleh digerakkan;
langsiran boleh digerakkan.
2) Rambu
Yang termasuk rambu-rambu adalah:
a) Rambu masinis harus membunyikan seruling lokomotif dimaksudkan
Untuk memberikan perintah kepada masinis untuk membunyikan seruling
lokomotif.
b) Rambu pintu perlintasan telah ditutup dimaksudkan, untuk memberikan
indikasi kepada masinis bahwa pintu perlintasan di depannya telah ditutup.
c) Rambu pintu perlintasan masih terbuka dimaksudkan, untuk memberikan
indikasi kepada masinis bahwa pintu perlintasan di depannya masih
terbuka
d) Rambu Tanda Akhir Jalan Rel dimaksudkan, untuk memberikan indikasi
tentang akhir jalan rel yang merupakan sepur buntu. Masinis harus
menghentikan kereta apinya di depan rambu tersebut.
3) Marka
a) Marka Ujung Kawat Troli
Untuk memberi indikasi tentang ujung akhir jaringan aliran atas, dimana
masinis kereta rel listrik harus menghentikan kereta apinya di depan rambu
tersebut.
b) Marka Batas Berhenti Kereta Api
Marka batas berhenti kereta api untuk memberi indikasi kepada masinis
untuk berhenti di depan marka tersebut
c) Marka Batas Gerakan Langsir
Untuk memberi indikasi tentang batas gerakan langsiran yang menuju ke
arah kedatangan kereta api, yang masih dapat diselenggarakan tanpa
memerlukan tindakan khusus.
MODUL II.2.7 TEKNIK OPERASIONAL PENGOPERASIAN FASILITAS OPERASI
(TEKNIK PERSINYALAN ELEKTRIK)
d) Marka Sinyal Muka
Untuk memberi indikasi bahwa masinis menghadapi sinyal muka.
e) Marka Sinyal Blok Otomatik
Untuk memberi indikasi bahwa masinis menghadapi Sinyal Blok
Otomatik.
f) Marka Sinyal Blok Antara
Untuk memberi indikasi bahwa masinis menghadapi Sinyal Blok Antara.
(2) Setiap sinyal jalan yang berfungsi sebagai sinyal tujuan rute,kecuali
sinyal blok antara harus mensyaratkan adanya dengan luncuran kecuali
jalan kereta api di belakang sinyal tujuan tersebut adalah tanjakan
minimal 5‰ (5 permil).
(3) Dengan memperbanyak jumlah sinyal, panjang luncuran dapat
diperkecil tanpa menurunkan derajat keselamatan, karena:
(a) kecepatan kereta api dituntun secara terus menerus oleh sinyal;
(b) aspek suatu sinyal diulangi oleh sinyal yang terletak di depannya
dalam suatu urutan yang baku;
(c) derajat keselamatan bergantung pada faktor jarak tampak sinyal;
(d) sinyal dilayani oleh suatu sistem yang kehandalannya dapat
dipercaya.
b) Penjaga Samping
(1) Penjaga samping adalah suatu cara untuk memisahkan suatu jalan yang
sedang digunakan oleh suatu gerakan bakal pelanting, supaya gerakan
tersebut terhindar dari bahaya atau pengaruh yang ditimbulkan oleh
gerakan bakal pelanting yang sedang berlangsung di jalan lain yang
terhubung pada jalan yang perlu dilindungi.
(b) Perintang
(c) Sinyal
d) Pengucilan (Interlocking)
Pengucilan (interlocking) adalah suatu sistem/perangkat yangmenjamin
saling mencegah, saling mangait dan mengunci terhadap fungsi kontrol
rangkaian alat persinyalan. suatu sinyal akan dapat menunjukkan aspek
“aman” bilamana:
(1) wesel-wesel yang bersangkutan telah terkunci dalam kedudukan
sebagaimana yang dikehendaki;
MODUL II.2.7 TEKNIK OPERASIONAL PENGOPERASIAN FASILITAS OPERASI
(TEKNIK PERSINYALAN ELEKTRIK)
(2) sinyal yang berlaku untuk arah yang berlawanan telah terkunci dalam
kedudukan “tidak aman”;
(3) khusus untuk sinyal keluar bilamana petak blok telah “aman”;
(4) sepur luncur telah “aman”;
(5) penjaga samping telah terkunci dalam kedudukan sebagaimana
mestinya.
2) Di Petak Jalan
Pengertian Blok
Yang dimaksudkan dengan blok, ialah suatu bagian jalan rel dengan panjang
tertentu, yang penggunaannya untuk perjalanan kereta api diatur oleh suatu
sinyal blok atau sinyal kabin (cab signal) atau oleh kedua-duanya.
a) Jenis Blok Yang Digunakan
Syarat blok yang digunakan adalah, jenis blok yang tidak mengizinkan
kereta api masuk ke dalamnya, bila di dalam blok tersebut sedang terisi
oleh kereta api lainnya (satu petak blok KA, satu kali aman untuk satu
KA).
b) Panjang Blok
(1) Panjang blok di petak jalan adalah bagian jalan rel yang dibatasi oleh
sinyal utama yang dipasang berurutan.
(2) Bila pada kedua ujung blok dibatasi oleh stasiun yang bertugas
melayani sinyal blok, maka:
(a) Bila kedua stasiun tersebut dibuka, panjang blok adalah bagian
jalan rel yang dibatasi sinyal keluar suatu stasiun dengan sinyal
masuk stasiun berikutnya.
MODUL II.2.7 TEKNIK OPERASIONAL PENGOPERASIAN FASILITAS OPERASI
(TEKNIK PERSINYALAN ELEKTRIK)
(b) Bila kedua stasiun tersebut ditutup, panjang blok adalah bagian
jalan rel yang dibatasi sinyal keluar suatu stasiun dengan sinyal
keluar searah di stasiun berikutnya.
b. Arti Sinyal
Arti sinyal, menganut sistem persinyalan rute dengan menggunakan aspek sinyal
sebagai berikut:
1) Sinyal Utama;
2) Sinyal Masuk;
3) Sinyal Keluar; dan
4) Sinyal Blok.
MODUL II.2.7 TEKNIK OPERASIONAL PENGOPERASIAN FASILITAS OPERASI
(TEKNIK PERSINYALAN ELEKTRIK)
Dalam hal demikian kereta api 3 (jika ada) dapat berjalan memasuki blok ke 3
sampai dengan blok 2 dan berhenti sebelum sinyal blok 1.
MODUL II.2.7 TEKNIK OPERASIONAL PENGOPERASIAN FASILITAS OPERASI
(TEKNIK PERSINYALAN ELEKTRIK)
Gambar 11 Rangkaian Semboyan Sinyal di Emplasemen Kereta Api Masuk dan Berhenti di
Sepur Lurus
Gambar 12 Rangkaian Semboyan Sinyal di Emplasemen Kereta Api Masuk dan Berhenti di
Sepur Belok
Gambar 15 Rangkaian Semboyan Sinyal di Emplasemen Kereta Api Berjalan Melalui Sinyal
Utama Tidak Aman
Penjelasan:
(1) Dalam keadaan biasa sinyal masuk menunjukan aspek merah dan sinyal
muka menunjukan aspek kuning.
(2) Rute masuk dari A dan berhenti di jalur 1, sinyal muka menunjukan
aspek hijau, sinyal masuk aspek kuning dengan pembatas kecepatan
menyala “3”.
MODUL II.2.7 TEKNIK OPERASIONAL PENGOPERASIAN FASILITAS OPERASI
(TEKNIK PERSINYALAN ELEKTRIK)
(3) Rute masuk dari A jalan langsung melalui jalur 1 ke B, sinyal muka,
menunjukan aspek hijau, sinyal masuk menunjukan aspek kuning dengan
pembatas kecepatan menyala “3”, rute keluar terbentuk sinyal keluar
tetap menunjukan aspek merah menuju B akan “aman” (aspek hijau)
dengan syarat apabila kereta api telah menduduki sirkit sepur di jalur 1.
(4) Rute masuk dari A jalan langsung melalui jalur 1 ke C, sinyal muka
menunjukan aspek hijau, sinyal masuk menunjukan aspek kuning dengan
pembatas kecepatan menyala “3”, rute keluar ke C terbentuk sinyal
keluar tetap menunjukan aspek merah, akan aman (aspek hijau) dengan
syarat apabila kereta api telah menduduki sepur sirkit jalur 1.
(5) Rute masuk dari A dan berhenti di jalur 2, sinyal muka menunjukan
aspek kuning, sinyal masuk menunjukan aspek merah, sinyal keluar di
jalur 2 menunjukan aspek merah.
(6) Rute masuk dari A jalan langsung melalui jalur 2 ke B sinyal muka
menunjukan aspek hijau, sinyal keluar jalur 2 menunjukan aspek hijau
dengan pembatas kecepatan menyala “3” dan penunjuk arah ke kiri
menyala.
(7) Rute masuk dari A jalan langsung melalui jalur 2 ke D sinyal muka
menunjukan aspek hijau, sinyal masuk menunjukan aspek hijau, sinyal
keluar jalur 2 menunjukan aspek hijau.
(8) Rute masuk dari A jalan langsung melalui jalur 2 ke D sinyal muka
menunjukan aspek hijau, sinyal masuk menunjukan aspek kuning, sinyal
keluar jalur 2 menunjukan aspek merah, rute keluar menuju D terbentuk,
sinyal keluar jalur 2 “aman” (aspek hijau) dengan syarat jalur 2 sirkit
sepurnya diduduki kereta api, sinyal keluar jalur 2 menunjukan aspek
hijau, pembatas kecepatan menyala “3” dan penunjuk arah ke kanan
menyala.
(9) Rute masuk dari A berhenti di jalur 3. Sinyal mula menunjukan aspek
hijau, sinyal masuk menunjukan aspek kuning pembatas kecepatan
menyala “4”, sinyal keluar jalur 3 menunjukan aspek merah.
(10) Rute masuk dari A jalan langsung melalui jalur 3 ke D, sinyal muka
menunjukan aspek hijau, sinyal masuk menunjukan aspek kuningdengan
pembatas kecepatan menyala “4”, aspek sinyal keluar jalur 3 tetap merah
MODUL II.2.7 TEKNIK OPERASIONAL PENGOPERASIAN FASILITAS OPERASI
(TEKNIK PERSINYALAN ELEKTRIK)
rute keluar ke D terbentuk, sinyal keluar jalur 3 ke D “aman” (aspek
hijau) dengan syarat sirkit sepur jalur 3 telah diduduki kereta api.
Gambar 19 Rangkaian Semboyan Sinyal di Emplasemen Kereta Api Berjalan Melalui Sepur
Benar dan Berhenti Pada Jalur Benar
MODUL II.2.7 TEKNIK OPERASIONAL PENGOPERASIAN FASILITAS OPERASI
(TEKNIK PERSINYALAN ELEKTRIK)
Gambar 20 Rangkaian Semboyan Sinyal di Emplasemen Kereta Api Masuk di Sepur Benar
dan Berjalan Langsung Melalui Sepur Benar
e) Kereta Api dari jalur kanan Masuk Berjalan Langsung lewat Jalur Kiri
(1) Sinyal masuk J24 menunjukan aspek cahaya “hijau”;
(2) Sinyal masuk J14 menunjukan aspek cahaya merah, sedang sinyal
darurat padam;
(3) Sinyal keluar J22A menunjukan aspek cahaya merah, sinyal pembatas
kecepatan angka “3 menyala putih” dan sinyal masuk berjalan di jalur
kiri menyala putih.
MODUL II.2.7 TEKNIK OPERASIONAL PENGOPERASIAN FASILITAS OPERASI
(TEKNIK PERSINYALAN ELEKTRIK)
f) Kereta Api Berjalan Melalui Jalur Kiri Masuk Berhenti di Jalur kanan
(1) Sinyal masuk J24 menunjukan aspek cahaya merah;
(2) Sinyal masuk J14 menunjukan aspek cahaya merah, sedang sinyal
darurat menyala segitiga putih;
(3) Sinyal keluar J22A menunjukan aspek cahaya merah, sinyal pembatas
kecepatan padam dan sinyal berjalan di jalur kiri padam;
(4) Sinyal keluar J12A menunjukan aspek cahaya merah.
Gambar 22 Rangkaian Semboyan Sinyal di Emplasemen Kereta Api Masuk Melalui Jalur
Kiri dan Masuk Berhenti Pada Jalur Benar
g) Kereta Api dari Jalur Kiri Masuk dan Berhenti Pada Jalur kiri
MODUL II.2.7 TEKNIK OPERASIONAL PENGOPERASIAN FASILITAS OPERASI
(TEKNIK PERSINYALAN ELEKTRIK)
(1) Sinyal masuk J24 menunjukan aspek cahaya merah;
(2) Sinyal masuk J14 menunjukan aspek cahaya merah, sedang sinyal
darurat menyala segitiga putih;
(3) Sinyal keluar J22A menunjukan aspek cahaya merah, sinyal pembatas
kecepatan padam dan sinyal masuk berjalan di jalur kiri padam;
(4) Sinyal keluar J12A menunjukan aspek cahaya merah.
Gambar 23 Rangkaian Semboyan Sinyal di Emplasemen Kereta Api Melalui Sepur Tunggal
Sementara dan Berhenti Pada Jalur Salah
h) Kereta Api dari Jalur Kiri Berjalan Langsung Melalui Jalur Kanan
(1) Sinyal masuk J24 menunjukan aspek cahaya merah;
(2) Sinyal masuk J14 menunjukan aspek cahaya merah, sedang sinyal
darurat menyala segitiga putih;
(3) Sinyal keluar J22A menunjukan aspek cahaya hijau, sinyal pembatas
kecepatan padam dan sinyal masuk berjalan di jalur kiri padam.
MODUL II.2.7 TEKNIK OPERASIONAL PENGOPERASIAN FASILITAS OPERASI
(TEKNIK PERSINYALAN ELEKTRIK)
Gambar 24 Rangkaian Semboyan Sinyal di Emplasemen Kereta Api Melalui Sepur Tunggal
Sementara dan Masuk Berjalan Masuk Melalui Jalur Benar Menuju ke Sepur Benar
i) Kereta Api Yang Berjalan Melalui Sepur Tunggal Sementara dan Masuk
Berjalan Langsung Melalui Jalur Benar menuju ke Sepur Tunggal
Sementara
(1) Sinyal masuk J24 menunjukan aspek cahaya merah;
(2) Sinyal masuk J14 menunjukan aspek cahaya merah, sedang sinyal
darurat menyala segitiga putih;
(3) Sinyal keluar J22A menunjukan aspek cahaya merah, sinyal pembatas
kecepatan menunjukan angka 3 menyala dan sinyal masuk berjalan di
jalur kiri putih;
(4) Sinyal keluar J12A menunjukan aspek cahaya merah.
MODUL II.2.7 TEKNIK OPERASIONAL PENGOPERASIAN FASILITAS OPERASI
(TEKNIK PERSINYALAN ELEKTRIK)
Gambar 25 Rangkaian Semboyan Sinyal di Emplasemen Kereta Api Berjalan Melalui Sepur
Tunggal Sementara dan Masuk Berjalan Langsung Melalui Jalur Benar Menuju ke Sepur
Tunggal Sementara
j) Kereta Api Yang Berjalan Melalui Sepur Tunggal Sementara dan Masuk
Berjalan Langsung Melalui Jalur Salah menuju ke Sepur Tunggal
Sementara
(1) Sinyal masuk J24 menunjukan aspek cahaya merah;
(2) Sinyal masuk J14 menunjukan aspek cahaya merah, sedang sinyal
darurat menyala segitiga putih;
(3) Sinyal keluar J22A menunjukan aspek cahaya merah, sinyal pembatas
kecepatan padam dan sinyal masuk berjalan di jalur kiri padam;
(4) Sinyal keluar J12A menunjukan aspek cahaya merah.
Gambar 28 Perbandingan Waktu Sistem Blok Dengan Luncuran dan Tanpa Luncuran
Keterangan:
Keadaan 1: Sistem blok tanpa luncuran.
Keadaan 2: Sistem blok yang di lengkapi luncuran.
(3) Berdasarkan alasan tersebut di atas, maka sinyal blok di petak jalan
tidak dilengkapi luncuran.
(3) Sesuai dengan ketentuan apabila daerah luncuran masih terinjak oleh
langsiran:
(a) Petak jalan yang bersangkutan dilengkapi dengan sistem blok,
maka pemberian blok untuk kereta api yang menuju ke stasiun
melalui petak jalan tempat langsiran, tidak akan dapat dilakukan.
Pemberian blok baru akan dapat dilaksanakan kalau seluruh
langsiran telah meninggalkan luncuran tersebut.
Contoh:
(b) Pada sepur kembar, bila rute untuk kereta api berikutnya telah
dibentuk ke sepur yang sama yaitu ke sepur 1, maka sinyal masuk
JIO akan menunjukkan aspek “hati-hati” segera setelah seluruh
rangkaian kereta api yang di mukanya melewati sinyal ke luar
J12B. Hal ini berdasarkan atas pertimbangan, bahwa kereta api
yang di mukanya baru berangkat dari stasiun yang bersangkutan
sehingga kereta api tersebut tidak mungkin dapat diberhentikan lagi
tepat dalam daerah luncuran di belakang sinyal keluar J12B.
(3) Pada sepur tunggal,bila dua kereta api masuk ke stasiun dalam waktu
yang bersamaan,sinyal masuk sisi lawan harus tetap menunjukkan
aspek “tidak aman” untuk menjamin adanya jarak aman antara kedua
kereta api tersebut, bila panjang luncuran di belakang sinyal keluar
yang bersangkutan lebih pendek dari 100 m.
MODUL II.2.7 TEKNIK OPERASIONAL PENGOPERASIAN FASILITAS OPERASI
(TEKNIK PERSINYALAN ELEKTRIK)
Gambar 36 Jarak Berhenti Kereta Api di Depan Sinyal Blok Yang Menunjukan Aspek Tidak
Aman
c) Sinyal masuk
(1) Gangguan sinyal masuk dapat terjadi karena gangguan pada sirkit
sepur, sirkit sinyal, wesel atau gangguan lainnya.
(2) Kereta api harus diberhentikan di muka sinyal masuk yang terganggu
dan menunjukkan aspek “tidak aman”.
(3) Kereta api boleh berjalan lagi melalui sinyal masuk yang menunjukkan
aspek “tidak aman”, setelah diberi izin dengan cara:
(a) Sesuai ketentuan yang tercantum dalam Reglemen 19 Jilid 1 Pasal
26 ayat B.
(b) Menggunakan sinyal darurat yang dilayani oleh pemimpin
perjalanan kereta api.
(4) Kereta api yang telah diberi izin melalui sinyal yang menunjukkan
aspek “tidak aman” tersebut boleh berjalan dengan kecepatan
maksimum 30 km/jam.
Gambar 37 Kecepatan Kereta Api Masuk Yang Telah Diberi Ijin Masuk Bila Sinyal
Menunjukan Aspek Tidak Aman
MODUL II.2.7 TEKNIK OPERASIONAL PENGOPERASIAN FASILITAS OPERASI
(TEKNIK PERSINYALAN ELEKTRIK)
d) Sinyal Keluar
(1) Gangguan sinyal keluar dapat terjadi karena gangguan pada sirkit
sepur, sirkit sinyal, wesel, sirkit blok atau gangguan lainnya.
(2) Kereta api dapat diberangkatkan melalui sinyal keluar yang
menunjukkan aspek “tidak aman”, setelah diberi izin dengan cara:
(a) Sesuai ketentuan yang tercatum dalam reglemen 19 jilid 1 pasal 26
ayat B.
(b) Menggunakan sinyal darurat yang dilayani oleh pemimpin
perjalanan kereta api.
(3) Setelah mendapat ijin tersebut di atas, kereta api dapat diberangkatkan
melalui sinyal keluar yang menunjukkan aspek “tidak aman” dengan
kecepatan maksimum 30 km/jam sampai kereta api tersebut melewati
wesel terjauh pada rute yang bersangkutan.
Gambar 38 Kecepatan Kereta Api Masuk Yang Telah Diberi Ijin Berangkat Melalui Sinyal
Yang Menunjukan Aspek Tidak Aman
Gambar 39 Kecepatan Kereta Api Masuk Yang Telah Diberi Ijin, Berangkat Melalui Sinyal
Yang Menunjukan Aspek Tidak Aman Menghadapi Sinyal Blok
(5) Pemberian ijin melalui sinyal yang menunjukkan aspek tidak aman
dengan menggunakan sinyal darurat:
(a) Sebelum pemimpin perjalanan kereta api melayani sinyal darurat,
ia harus meyakinkan dahulu bahwa rute yang akan dilalui kereta
api yang bersangkutan dalamkeadaan aman tidak isi bakal
pelanting.
(b) Wesel-wesel harus dilayani sesuai keperluan, kemudian dikancing
dengan menggunakan kruk sepur bila stasiun tersebut dilengkapi
dengan perkakas hendel mekanik, atau dengan menggunakan
tombol kancing bila stasiun tersebut dilengkapi dengan perangkat
sinyal elektrik.
(c) Bila stasiun tersebut dilengkapi perangkat sinyal elektrik dan meja
pelayanannya dilengkapi tombol pembentukan rute darurat, maka
MODUL II.2.7 TEKNIK OPERASIONAL PENGOPERASIAN FASILITAS OPERASI
(TEKNIK PERSINYALAN ELEKTRIK)
wesel-wesel akan disetel ke kedudukan yang diperlukan secara
otomatis dan tersekat dalam kedudukan tersebut.
(d) Setelah sinyal darurat dilayani, sinyal ini akan menunjukan aspek
“perintah jalan” selama 90 detik. Pelayanan ini dicatat oleh
pesawat pencatat sinyal darurat.
(e) Setelah waktu 90 detik dilampaui, sinyal darurat akan padam
kembali. Bila pada saat itu kereta api masih belum berjalan melalui
sinyal masuk atau sinyal keluar yang bersangkutan, maka
pelayanan sinyal darurat harus diulang kembali sampai akhirnya
kereta api berjalan melalui sinyal tersebut.
(f) Setiap kenaikan angka pada pesawat pencatat harus dicatat dalam
buku “Penjagaan Kenaikan Pesawat Pencatat” disertai dengan
alasan terjadinya kenaikan angka tersebut.
(g) Kereta api yang masuk dengan menggunakan sinyal darurat harus
dihentikan dimuka sinyal keluar yang bersangkutan atau di muka
semboyan 3 yang dilihatkan oleh seorang pegawai sebagai batas
berhentinya kereta api yang bersangkutan.
d. Perangkat Sinyal
1) Peralatan Dalam
a) Relai
(1) Elemen sirkit yang sangat penting pada perangkat sinyal elektrik
adalah relai, yang dapat didefinisikan sebagai alat pengendali arus,
yang dapat menyambung atau memutuskan sirkit lainnya bergantung
pada kedudukannya apakah menarik atau jatuh.
(2) Relai yang banyak digunakan dalam teknik sinyal adalah relai arus
rata, yang angker dan sistem kontaknya akan kembali pada kedudukan
biasanya secara otomatis, bilamana arus mengalir dalam kumparan
diputuskan.
(3) Relai arus rata terdiri dari bagian:
(a) Sistem magnetik;
(b) Kontak.
(4) Sistem relai magnetik arus rata terdiri dari bagian kumparan:
(a) Kumparan;
MODUL II.2.7 TEKNIK OPERASIONAL PENGOPERASIAN FASILITAS OPERASI
(TEKNIK PERSINYALAN ELEKTRIK)
(b) Inti;
(c) Pemikul;
(d) Celah udara;
(e) Pasak penghenti;
(f) Angker.
b) Catu Daya
(1) Peralatan Catu Daya
Catu daya harus dapat menjamin kebutuhan beban instalalsi sinyal
terpenuhi, serta mampu bekerja secara terus menerus tanpa mengalami
hambatan terputus, maka harus tersedia peralatan catu daya yang
sesuai dengan kapasitas penggunaannya. Karena demikian pentingnya
catu daya ini sebagai sumber tenaga yang akan memberi daya kepada
semua peralatan sinyal tanpa terputus, maka tidak hanya diperlukan
adanya satu unit peralatan daya saja. Untuk itu harus tersedia:
MODUL II.2.7 TEKNIK OPERASIONAL PENGOPERASIAN FASILITAS OPERASI
(TEKNIK PERSINYALAN ELEKTRIK)
(a) catu daya utama;
(b) catu daya darurat;
(c) catu daya cadangan.
Dari ketiga unit catu daya tersebut di atas satu sama lain harus
dibuatkan sistem pemindahan hubungan yang akan bekerja secara
otomatis apabila catu daya utama mengalami gangguan, demikian pula
sebaiknya apabila catu daya utama sudah kembali normal.
c) Panel Pengendalian
Yang dimaksud dengan panel pengendalian ialah unit yang dipergunakan
untuk melayani dan mengendalikan seluruh bagian peralatan sinyal, baik
yang ada di emplasemen (peralatan luar) maupun yang ada didalam
ruangan (peralatan dalam) untuk mengatur dan menyelenggarakan
pengamanan keluar masuknya kereta api di emplasemen, yang seluruh
indikasinya dapat dideteksi dari panel pengendalian tersebut. Besar
kecilnya panel pengendalian yang digunakan bergantung pada luas dan
panyangnya emplasemen yang dilayani.
(1) Bentuk
Ada beberapa macam bentuk panel pengendalian antara lain:
(a) Pada emplasemen kecil atau sedang digunakan panel pengendalian
meja, yang dapat dilayani baik sambil duduk maupun sambil
berdiri.
(b) Pada stasiun yang bentuk emplasemennnya panjang tetapi tidak
terlalu lebar, dipakai panel layanan pilar, sedang pelayanannya
dilakukan dengan menggunakan tombol-tombol pada meja yang
terpisah.
(c) Pada stasiun yang besar yang bentuk emplasemennya panjang dan
lebar, dipakai panel dinding (Mimic Panel), sedang pelayanannya
dilakukan dengan menggunakan tombol-tombol pada meja yang
terpisah.
2) Peralatan Luar
a) Sirkit Sepur
(1) Pengertian
Sirkit sepur (track circuit) adalah suatu sirkit listrik yang digunakan
untuk mendeteksi kehadiran bakal pelanting pada suatu bagian jalan
rel, untuk mengendalikan perangkat sinyal, baik secara langsung
maupun tidak langsung.
Pada jembatan besi rasuk dalam yang tidak dapat diisolasi, sehingga
ditempat tersebut tidak dapat dibentuk sirkit sepur.
Contoh:
c) Sinyal
(1) Perangkat Sinyal Cahaya
Sinyal cahaya adalah alat untuk mengirimkan informasi dari operator
sinyal (PpKa) kepada masinis, juga memberikan umpan-balik kontrol
kepada operator melalui lampu indikator pada panel kontrol. Cahaya
lampu harus dapat dilihat jelas pada jarak 500 m untuk sinyal utama,
baik pada siang maupun malam hari juga pada saat cuaca buruk
dengan berkabut. Indikasi yang disampaikan adalah dengan
MODUL II.2.7 TEKNIK OPERASIONAL PENGOPERASIAN FASILITAS OPERASI
(TEKNIK PERSINYALAN ELEKTRIK)
menggunakan cahaya warna dan disesuaikan dengan aspeknya.
Konstruksi dan sistem optiknya harus disusun sesuai dengan keperluan
teknis dan operasional. Sehingga cahaya yang keluar tidak boleh
menyilaulan mata tetapi terang dan jelas. Lensa dengan kualitas tinggi
harus harus dapat menjamin bahwa bias memancarkan cahaya dengan
jarak jauh dengan menggunakan lampu sinyal dengan daya yang
rendah. Sinyal cahaya warna bisa terdiri dari dua aspek sinyal maupun
tiga aspek sinyal dan masing-masing type terdiri dari satu unit lampu
dengan susunan lampu vertikal, kecuali untuk sinyal langsir berbentuk
diagonal. Jarak tampak sinyal adalah 500 m pada siang hari dan harus
masih terlihat jelas bila tegangannya turun sampai 80% tegangan
nominalnya. Perangkat lampu sinyal cahaya terdiri dari bola lampu
sebagai sumber cahaya dan sistem optik untuk mengatur penyebaran
cahaya yang optimal dan sesuai kurva cahaya yang diinginkan. Bentuk
penyebaran cahaya pada jarak 500 m harus diatur sehingga dengan
gambar di bawah dengan sudut penyebaran 3 derajat ke kiri dan ke
kanan.
Jarak tampak sinyal ditentukan dari kuat cahaya lampu sinyal dengan
satuan cd (candela) terdiri dari atas hubungan sebagai berikut:
S [m] = K √ I [cd]
dimana: S = jarak tampak sinar yang diinginkan [m]
I = kuat cahaya axial dalam cd (candela)
K = konstanta tergantung spesifikasi masing-masing Negara:
(1) DB (Jerman) k = 5,488.
(2) AAR (standard) k= 13,63.
MODUL II.2.7 TEKNIK OPERASIONAL PENGOPERASIAN FASILITAS OPERASI
(TEKNIK PERSINYALAN ELEKTRIK)
(c) Sumber cahaya atau bola lampu terletak tepat pada titik apinya dan
membentuk sudut 120 derajat dengan bagian tepi lensa.
(d) Kaca reflektor ditempatkan di bagian atas sumber cahaya
membentuk sudut 60 derajat sehingga memperkuat sumber cahaya.
(e) Latar belakang dengan warna abu-abu dan tidak boleh
memantulkan sinar
MODUL II.2.7 TEKNIK OPERASIONAL PENGOPERASIAN FASILITAS OPERASI
(TEKNIK PERSINYALAN ELEKTRIK)
(f) Untuk pemberi warna hijau, kuning, merah digunakan kaca
berwarna dari bahan tertentu (Borosilicate glass) yang ditempatkan
di bagian dalam lensa diantara sumber cahaya dan lensa.
(g) Lensa pengarah, sesuai dengan nomor kode yang menyatakan
sudut belok diperlukan untuk menempatkan arah cahaya bila jalur
berbelok.
(h) Untuk menghindari sinar matahari dipasang kerudung sinar
matahari.
(i) Untuk sinyal dua aspek maupun tiga aspek secara vertikal dalam
satu unit perangkat sinyal, dilengkapi kotak pengontrol yang berisi
papan penghubung kabel antara kabel-kabel dari lampu sinyal
dengan kabel tanah yang menuju ke ruang rele dan dari sumber
daya. Juga didalam kotak kontrol harus terdapat pengatur tegangan
dan tahanan variabel untuk membatasi arus yang mengalir ke
lampu sehingga usia pakai lampu lebih panjang.
Sumbu jalur jalan harus berada di dalam kurva tersebut. Setelah tempat
kedudukan sinyal ditetapkan, langkah berikutnya adalah penyetelan
tinggi dan arah cahaya sesuai dengan ketinggian mata masinis, dengan
bantuan papan pengukur tinggi cahaya diukur dari titik dimana jarak
tampak ditentukan dibagian sebelah kanan jalur (lihat gambar di bawah
ini).
Agar supaya usia lampu cukup lama maka sangat tergantung pada kuat
arus yang mengalir ke filament-nya, maka perlu diadakan pengaturan
kuat arus yang mengalir ke filament pada siang hari dan malam hari
melalui tahanan pengatur. Pengaturan tahanan adalah sekitar 95%
tegangan nominal untuk siang hari dan 75% tegangan nominal untuk
malam hari. Pengaturan ini ditempatkan dipanel pelayanan atau di
ruang rele, sesuai dengan rencana PLN untuk berangsur-angsur
MODUL II.2.7 TEKNIK OPERASIONAL PENGOPERASIAN FASILITAS OPERASI
(TEKNIK PERSINYALAN ELEKTRIK)
mengganti jala-jala tegangan rendah 3 x 110/220 Volt dengan jala-jala
tegangan rendah 3 x 220/380 Volt, maka untuk catu daya harus
digunakan tegangan 3 x 220/380 Volt, demikian pula untuk catu daya
cadangannya.
d) Peralatan Blok
(1) Alat Pendeteksi Kereta Api
Sebagai alat pendeteksi kereta api dalam petak blok dapat digunakan:
(a) Penghitung Gandar
Penghitung gandar digunakan sebagai alat pendeteksi kereta api
dalam petak blok bilamana:
jalan rel pada petak blok dilengkapi dengan bantalan besi;
petak blok dilalui oleh berbagai jenis traksi;
petak blok yang sangat panjang;
kecepatan kereta api yang melalui petak blok sangat tinggi;
jumlah gandar yang melalui petak blok sangat banyak.
(b) Pendeteksi Akhiran Kereta Api
Pendeteksi akhiran kereta api digunakan sebagai alat pendeteksi
kereta api dalam petak blok, bilamana:
dikehendaki untuk mendeteksi gerbong akhir rangkaian kereta
api;
petak blok dilalui oleh berbagai jenis traksi;
petak blok yang sangat panjang;
jalan rel pada petak blok dilengkapi dengan bantalan besi.
(c) Sirkit Sepur
Bilamana dikehendaki agar derajat keselamatan perjalanan kereta
api dalam petak blok tinggi, maka sebagai alat pendeteksi kereta
api dalam petak blok harus menggunakan sirkit sepur.
(b) Dipakai untuk memberi peringatan pada pemakai jalan raya bahwa
kereta api akan melewati daerah perlintasan. Peralatan yang
dipakai:
unit pembangkit suara (seruling tanda bahaya);
sepasang atau dua pasang lampu kedip dan lampu silang datar;
indikator penunjuk arah.
(e) Panel
C. LATIHAN
1. Apa yang dimaksud persinyalan ?
2. Apa yang dimaksud semboyan ?
3. Apa yang dimaksud sinyal ?
4. Apa yang dimaksud rambu ?
5. JPOD singkatan dari ?
6. Ada berapa fungsi secara umum semboyan di jalan rel ? Sebutkan !
7. Berdasarkan cara pelayanan, sinyal dibagi menjadi berapa ? Sebutkan !
8. Apa yang dimaksud sinyal blok ?
9. Sebutkan beberapa gangguan sinyal masuk ?
10. Sebutkan persyaratan umum sistem persinyalan elektrik ?
A. TES FORMATIF 1
MODUL II.2.7 TEKNIK OPERASIONAL PENGOPERASIAN FASILITAS OPERASI
(TEKNIK PERSINYALAN ELEKTRIK)
B. UMPAN BALIK
Cocokkan jawaban dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 1 yang terdapat pada bagian
akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang tepat. Kemudian, gunakan formula berikut
untuk mengetahui tingkat penguasaan terhadap materi Kegiatan Belajar MATERI
POKOK 1.
Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat meneruskan dengan
Kegiatan Belajar MATERI POKOK 2. Jika masih di bawah 80%, Anda harus
mengulangi materi Kegiatan Belajar MATERI POKOK 1, terutama bagian yang belum
dikuasai.
MODUL II.2.7 TEKNIK OPERASIONAL PENGOPERASIAN FASILITAS OPERASI
(TEKNIK PERSINYALAN ELEKTRIK)
DAFTAR PUSTAKA