A. Spesifikasi Teknis :
1) Lampu 3 Aspek 30 cm (Kuning Merah)
Lampu Peringatan terdiri dari 3 Aspek Lampu LED dengan rincian 1 aspek
berwarna Merah dan 2 aspek berwarna kuning dipasang pada tiang peringatan
(gambar terlampir) dengan persyaratan sebagai berikut :
Lampu LED di susun berderet secara vertical, harus mampu terlihat
dan dikenali dari jarak minimal 200 meter.
Lampu LED Kuning 2 buah berkedip (flashing) bergantian secara
terus menerus sepanjang tidak ada Kereta Api yang mendekat dan
akan berhenti berkedip ketika Kereta Api menginjak alat pendeteksi.
Lampu LED merah akan menyala Tenang/Steady secara bersamaan
dengan matinya lampu LED kuning mati.
Lampu LED kuning akan kembali berkedip/flashing bergantian
setelah matinya Lampu LED merah padam.
Persyaratan teknis Lampu 3 aspek :
a. Jenis Lampu : LED (Light Emitting Diode)
b. Aspek merah (1 unit) : Steady red High Red, 638 nano meter
c. Aspek kuning (2 unit) : Flashing Yellow, 690 nano meter.
d. Jumlah Led : minimal Per modul 216 buah.
e. Jarak Pandang : s/d 1000 meter.
f. Tegangan kerja : 12 Volt DC / 24 Volt DC.
g. Power Comsumption : 15 Watt.
h. Optical Beam angle : 30 derajat.
i. Lampu Berkedip/Flash : 1 detik
j. Ukuran diameter : 300 mm
k. Indek Proteksi : IP 65
Current 0,10 A
Voltage Input 12 V
B. Syarat Mutu
1) Sifat Tampak :
a. Rumah kendali dan rumah lampu aspek dalam keadaan baru, tidak cacat,
terbuat dari bahan dan bentuk yang disyaratkan.
b.Perangkat kendali dalam keadaan baru, tidak cacat, terbuat dari
bahan/komponen yang disyaratkan.
c. Perangkat lampu aspek harus dalam keadaan baru, tidak cacat dan terbuat dari
bahan/komponen yang disyaratkan.
2) Unjuk Kerja
Keandalan dari suatu alat pemberi isyarat lalu lintas harus memenuhi syarat
sebagai berikut :
1) Lampu bekerja pada kondisi kerja yang ditentukan dalam spesifikasi teknis.
2) Sistim modul harus menjamin kemudahan dan dalam waktu singkat pada saat
perawatan, perbaikan dan pengembangan.
3) Perangkat kendali harus tetap mampu bekerja bila menerima getaran yang
berasal dari pengoperasian kereta api.
4) Semua fungsi kerja dari perangkat kendali maupun perangkat Warning
Equipment harus bekerja dengan sempurna sebagaimana ditentukan dalam
spesifikasi teknis.
3) Syarat Penandaan
Papan nama untuk Warning Equipment paling sedikit harus mencantumkan
sebagai berikut :
a. Permukaan tiang bagian depan harus dibubuhi inisial ”Perhubungan” atau
logo perhubungan dan dibubuhi tulisan sumber pendanaan, tahun anggaran
dan pelaksana kegiatan yang di cat dengan warna putih atau dengan stiker
dan disertai pula dengan stiker peringatan pasal 275 UU No. 22 Tahun 2009,
contoh gambar sebagai berikut :
Logo Perhubungan
Persiapan Pengecoran.
a. Mulai mengecor harus sepengetahuan dan seijin Direksi
Proyek dan Konsultan Pengawas.
b. Sebelum mengadakan pengecoran semua cetakan/ begesting
harus dibersihkan dari segala macam kotoran.
c. Cetakan/begesting harus datar dan tegak lurus, tidak ada yang
bocor dan harus kokoh sehingga posisi dan kedudukanya tidak
berubah, tidak bergetar maupun bergeser pada waktu dan
setelah pengecoran, tetapi mudah dibongkar.
d. Perubahan/penambahan penulangan ukuran beton atau
perbedaan pelaksanaan dengan gambar kerja harus
sepengetahuan dan persetujuan Direksi.
Pengecoran
a. Untuk pengecoran beton harus seijin Direksi.
b. Perbandingan adukan harus sesuai dengan ukuran yang
dikehendaki.
c. Takaran harus baik dan kuat, sebelum dipakai harus
dimintakan persetujuan seperti ukuran yang telah tercantum
diatas.
d. Pembongkaran semua cetakan beton harus sesuai peraturan
yang berlaku.
Setelah beton pondasi keras sesuai umur beton yang dipersyaratkan
tiang catu daya utama bisa dipasang pada pondasi.
Panel Solar Cell dipasang pada tiang catu daya utama dan di instalasi
dengan control panel.
e. Warning Alarm Controller
Adapun tata cara pemasangannya adalah sebagai berikut :
Warning Alarm Controller diletakkan sesuai kondisi lapangan ditepi
jalur kendaraan pada perlintasan JPL.
Pembuatan lubang pondasi kedalaman dan dasar lubangnya
disesuaikan dengan gambar desain yaitu 1200x800x400 milimeter;
Box Warning Alarm Controller harus dipasang pada posisi tegak lurus,
dipasang diatas pondasi dengan ketinggian pondasi 500 milimeter
diatas permukaan tanah. Perletakan Box Warning Alarm Controller
dengan pengecoran umpak pondasi terlebih dahulu. Box Warning
Alarm Controller dilengkapi tralis sebagai pengaman;
Pemasangan bekisting pondasi sesuai gambar rencana;
Pengecoran pondasi dengan menggunakan metode cast in situ pada
lokasi bekisting pondasi. Dengan pondasi atas dimensi 500x900x300
milimeter dan dimensi bawah dimensi 800x1200x500 milimeter sesuai
gambar rencana. Adapun persyaratan material untuk campuran beton
adalah sebagai berikut:
Persyaratan umum :
a. Beton tak bertulang menggunakan campuran beton 1:2:3.
b. Kontruksi harus menggunakan peralatan-peralatan /normalisasi
yang berlaku di Indonesia seperti PBI, PMI, PKKI dan lain-
lain.
Bahan – Bahan :
a. Semen
Semen yang dipakai harus Portland dari segala merk yang
diperdagangkan dan yang segala hal memenuhi persyaratan
beton tersebut diatas (kualitas semen nusantara).
b. Agregat halus (butiran pasir )
Agregat , halus keras, bebas Lumpur,bersih/tidak boleh
tercampur tumbuh tumbuhan, biji-bijian,akar-akaran yang
nantinya akan merusak bentuk dan kualitas beton hingga
mempengaruhi penggunaan bahan material lembar akhir bestek
ini.
c. Agregat kasar (butiran batu pecah ukuran 5-30 mm)
Agregat kasar, bebas Lumpur,bersih/tidak boleh tercampur
tumbuh tumbuhan, biji-bijian,akar-akaran yang nantinya akan
merusak bentuk dan kualitas beton hingga mempengaruhi
penggunaan bahan material lembar akhir bestek ini.
d. Air
Air untuk adukan dan perawatan beton harus bersih dan bebas
dari bahan-bahan yang bersifat merusak beton dan baja
tulangan atau campuran yang mempengaruhi daya rekat semen
sebaiknya air yang dipakai untuk mengaduk beton adalah air
yang bersih.
Persiapan Pengecoran.
a. Mulai mengecor harus sepengetahuan dan seijin Direksi
Proyek dan Konsultan Pengawas.
b. Sebelum mengadakan pengecoran semua cetakan/ begesting
harus dibersihkan dari segala macam kotoran.
c. Cetakan/begesting harus datar dan tegak lurus, tidak ada yang
bocor dan harus kokoh sehingga posisi dan kedudukanya tidak
berubah, tidak bergetar maupun bergeser pada waktu dan
setelah pengecoran, tetapi mudah dibongkar.
d. Perubahan/penambahan penulangan ukuran beton atau
perbedaan pelaksanaan dengan gambar kerja harus
sepengetahuan dan persetujuan Direksi.
Pengecoran
a. Untuk pengecoran beton harus seijin Direksi.
b. Perbandingan adukan harus sesuai dengan ukuran yang
dikehendaki.
c. Takaran harus baik dan kuat, sebelum dipakai harus
dimintakan persetujuan seperti ukuran yang telah tercantum
diatas.
d. Pembongkaran semua cetakan beton harus sesuai peraturan
yang berlaku.
Setelah beton pondasi keras sesuai umur beton yang dipersyaratkan
maka box Warning Alarm Controller dan tralis box panel bisa dipasang
diatas pondasi yang disiapkan.
f. Sensor Train Detector
Alat Deteksi Peringatan Dini adalah peralatan yang digunakan untuk
mendeteksi KA yang memasuki wilayah perlintasan jalan KA
tersebut, dipasang pada 500 meter dari kiri dan kanan perlintasan.
Dengan menggunakan kabel fiber optic yang di letakakan pada tiang
FO. Informasi tentang kedatangan KA akan dikirim ke Warning
Controller melalui media kabel.
Alat pendeteksi kedatangan kereta api dipasang pada rel tanpa
melobangi rel.
g. Box panel train detector
Adapun tata cara pemasangannya adalah sebagai berikut :
Box Panel Train Detector diletakkan pada sisi samping jalan rel kereta
api perletakan sesuai kondisi lapangan dipasang pada hilir dan hulu
perlintasan rel kereta api sejumlah 1 unit.
Pembuatan lubang pondasi kedalaman dan dasar lubangnya
disesuaikan dengan gambar desain yaitu 600x800x400 milimeter;
Box Panel Train Detector harus dipasang pada posisi tegak lurus,
dipasang diatas pondasi dengan ketinggian pondasi 750 milimeter
diatas permukaan tanah. Perletakan Box Panel Train Detector dengan
pengecoran umpak pondasi terlebih dahulu. Box panel train detector
dilengkapi tralis sebagai pengaman;
Pemasangan bekisting pondasi sesuai gambar rencana;
Pengecoran pondasi dengan menggunakan metode cast in situ pada
lokasi bekisting pondasi. Dengan dimensi beton bentuk kubus yaitu
box panel dimensi 550 x 750 milimeter tinggi 1150 milimeter sesuai
gambar rencana. Adapun persyaratan material untuk campuran beton
adalah sebagai berikut:
Persyaratan umum :
a. Beton tak bertulang menggunakan campuran beton 1:2:3.
b. Kontruksi harus menggunakan peralatan-peralatan
/normalisasi yang berlaku di Indonesia seperti PBI, PMI,
PKKI dan lain-lain.
Bahan – Bahan :
a. Semen
Semen yang dipakai harus Portland dari segala merk yang
diperdagangkan dan yang segala hal memenuhi persyaratan
beton tersebut diatas (kualitas semen nusantara).
b. Agregat halus (butiran pasir )
Agregat , halus keras, bebas Lumpur,bersih/tidak boleh
tercampur tumbuh tumbuhan, biji-bijian,akar-akaran yang
nantinya akan merusak bentuk dan kualitas beton hingga
mempengaruhi penggunaan bahan material lembar akhir
bestek ini.
c. Agregat kasar (butiran batu pecah ukuran 5-30 mm)
Agregat kasar, bebas Lumpur,bersih/tidak boleh tercampur
tumbuh tumbuhan, biji-bijian,akar-akaran yang nantinya akan
merusak bentuk dan kualitas beton hingga mempengaruhi
penggunaan bahan material lembar akhir bestek ini.
d. Air
Air untuk adukan dan perawatan beton harus bersih dan bebas
dari bahan-bahan yang bersifat merusak beton dan baja
tulangan atau campuran yang mempengaruhi daya rekat semen
sebaiknya air yang dipakai untuk mengaduk beton adalah air
yang bersih.
Persiapan Pengecoran.
a. Mulai mengecor harus sepengetahuan dan seijin Direksi
Proyek dan Konsultan Pengawas.
b. Sebelum mengadakan pengecoran semua cetakan/ begesting
harus dibersihkan dari segala macam kotoran.
c. Cetakan/begesting harus datar dan tegak lurus, tidak ada yang
bocor dan harus kokoh sehingga posisi dan kedudukanya tidak
berubah, tidak bergetar maupun bergeser pada waktu dan
setelah pengecoran, tetapi mudah dibongkar.
d. Perubahan/penambahan penulangan ukuran beton atau
perbedaan pelaksanaan dengan gambar kerja harus
sepengetahuan dan persetujuan Direksi.
Pengecoran
a. Untuk pengecoran beton harus seijin Direksi.
b. Perbandingan adukan harus sesuai dengan ukuran yang
dikehendaki.
c. Takaran harus baik dan kuat, sebelum dipakai harus
dimintakan persetujuan seperti ukuran yang telah tercantum
diatas.
d. Pembongkaran semua cetakan beton harus sesuai peraturan
yang berlaku.
Setelah beton pondasi keras sesuai umur beton yang dipersyaratkan
maka box panel train detector dan tralis box panel bisa dipasang diatas
pondasi yang disiapkan.
h. Kabel Tanah NYFGBY 15 x 1,5 mm2
Ada dua pemasangan kabel tanah sesuai jenis lokasi pamasangan kabel
sebagai berikut :
Under Road Crossing (URX)
- Persilangan kabel dengan jalan umum/raya (Under Road
Crossing menggunakan pipa PVC jenis AW sebagai pelindung
yang dipasang sesuai gambar rencana, dengan cara diboring.
- Pembuatan galian di jalan umum/raya harus dikoordinasikan dengan
instansi terkait guna menghindari kemacetan lalu- lintas.
- Jarak minimal sisi jalan dengan galian minimal 2 meter.
Under Track Crossing (UTX)
- Persilangan kabel dengan jalan KA (Under Track Crossing)
menggunakan pipa PVC jenis AW sebagai pelindung yang
dipasang di bawah rel KA sesuai gambar rencana, dengan cara
diboring .
- Pembuatan galian sebagai tempat memasukkan pipa pelindung
kedalam tanah harus menghindari longsornya badan jalan atau batu
ballas ke dalam galian.
- Jarak minimal as rel dengan galian adalah 3 meter dengan tetap
memperhatikan struktur jalan rel.
i. Kabel Udara FFTH Fiber Optik 4 core
Kabel udara FFTH Fiber Optik 4 core adalah media untuk mengirim
informasi tentang kedatangan KA dari train detector ke Warning
Controller. Selanjutnya warning controller akan bekerja untuk
memberikan isyarat kedatangan Kereta dengan menyalanya Lampu 3
Aspek 30 CM EWS dengan nyala lampu warna merah tanda kereta
api akan melewati perlintasan.
Pemasangan kabel FFTH Fiber Optik 4 core dengan cara penggelaran
kabel yang dipasang pada tiang fiber optic di sisi samping rel kereta
api.
j. Prinsip Dasar Pemasangan / Instalasi
Alat Peringatan Dini pada perlintasan sebidang harus memenuhi
persyaratan teknis sesuai Surat Direktur Jenderal Perkeretaapian
Nomor KA. 403/B.32/ DJKA/05/10 tentang Persyaratan Teknis
Pembangunan Shelter dan Peralatan Peringatan Dini di Perlintasan KA
Sebidang.
Alat Peringatan Dini pada perlintasan sebidang harus dipasang diluar
batas profil ruang bebas jalan rel dengan mempertimbangkan rencana
pembangunan jalan rel dan tidak mengganggu struktur bangunan rel.
Alat Pendeteksi Kedatangan Kereta Api pada peralatan peringatan
dini perlintasan sebidang dipasang sedemikian sehingga: interval
waktu antara alarm mulai berbunyi sampai dengan kereta api berada
di perlintasan sebidang adalah minimum 45 detik.
Pemasangan peringatan dini dipasang sesuai gambar terlampir.
Instalasi Load Speaker:
- Pengkabelan Melalui dalam galvanis
- Load Speaker terpasang di pipa galvanis
Instalasi Lampu Peringatan: pengkabelan melalui dalam galvanis
- Pengkabelan melalui dalam galvanis
- Lampu peringatan terpasang di pipa galvanis
- Instalasi panel di control box
Commisioning test: Dilaksanakan sebelum dioperasikan
D. Pemeliharaan
Untuk terjaminnya fungsi Early Warning System ( EWS ) guna ketertiban,
keamanan dan kelancaran gerakan arus lalu lintas perlintasan kereta api maka :
1) Segala benda-benda yang mengakibatkan halangan bagi pandangan pemakai
jalan terhadap Warning Equipment harus dihilangkan.
2) Disekitar tiang harus dijaga kebersihan dari rumput-rumput yang tumbuh atau
kotoran-kotoran lainnya.
3) Mengadakan pengecatan kembali terhadap tiang, box bila ternyata cat-catnya
sudah pudar.
4) Pemeliharaan terhadap keadaan teknis peralatan
a. Membebaskan modul-modul akibat dari kotoran debu.
b. Memeriksa dan membersihkan terminal-terminal kabel dari debu dan
kotoran.
c. Memeriksa keadaan kabel-kabel apabila ada yang terkelupas segera
dibungkus kembali dengan isolasi yang bermutu baik.
d. Membersihkan reflektor, kaca dan terminal Warning Equipment dari
pengaruh debu dan kotoran.
e. Mengganti LED yang putus.