Anda di halaman 1dari 16

SPESIFIKASI TEKNIS

PENGADAAN DAN PEMASANGAN EWS PERLINTASAN


SEBIDANG KERETA API DI WILAYAH DAOP 4 SEMARANG

A. Spesifikasi Teknis :
1) Lampu 3 Aspek 30 cm (Kuning Merah)
Lampu Peringatan terdiri dari 3 Aspek Lampu LED dengan rincian 1 aspek
berwarna Merah dan 2 aspek berwarna kuning dipasang pada tiang peringatan
(gambar terlampir) dengan persyaratan sebagai berikut :
 Lampu LED di susun berderet secara vertical, harus mampu terlihat
dan dikenali dari jarak minimal 200 meter.
 Lampu LED Kuning 2 buah berkedip (flashing) bergantian secara
terus menerus sepanjang tidak ada Kereta Api yang mendekat dan
akan berhenti berkedip ketika Kereta Api menginjak alat pendeteksi.
 Lampu LED merah akan menyala Tenang/Steady secara bersamaan
dengan matinya lampu LED kuning mati.
 Lampu LED kuning akan kembali berkedip/flashing bergantian
setelah matinya Lampu LED merah padam.
Persyaratan teknis Lampu 3 aspek :
a. Jenis Lampu : LED (Light Emitting Diode)
b. Aspek merah (1 unit) : Steady red High Red, 638 nano meter
c. Aspek kuning (2 unit) : Flashing Yellow, 690 nano meter.
d. Jumlah Led : minimal Per modul 216 buah.
e. Jarak Pandang : s/d 1000 meter.
f. Tegangan kerja : 12 Volt DC / 24 Volt DC.
g. Power Comsumption : 15 Watt.
h. Optical Beam angle : 30 derajat.
i. Lampu Berkedip/Flash : 1 detik
j. Ukuran diameter : 300 mm
k. Indek Proteksi : IP 65

2) Lampu Peringatan Arah Kedatangan Kereta Api


Lampu LED petunjuk arah kedatangan Kereta Api merupakan indicator yang
terpasang pada tiang yang memberitahukan arah kedatangan Kereta Api pada
perlintasan sebidang (gambar terlampir).
 Lampu LED Tanda arah panah akan menyala ketika Kereta Api
menginjak sensor deteksi sesuai kedatangan Kereta Api
 Lampu LED Tanda arah panah akan padam ketika Kereta Api
menginjak sensor deteksi realese bahwa Kereta Api sudah lewat.
Persyaratan teknis Lampu arah kedatangan kereta api :
a. Jenis Lampu : LED (Light Emitting
sDiode)
b. Jarak Pandang : s/d 1000 meter.
c. Tegangan kerja : 12 Volt DC / 24 Volt DC.
d. Tebal Box Lampu : + 1,8 mm .
3) Power Supply / Catu Daya
Merupakan catu daya yang dipergunakan untuk mensupply power ke Warning
Alarm PLC, Audio/Siriene, Sistem deteksi, Lampu Led Indikator dan Led
Indikator Arah kedatangan KA, yang dilengkapi dengan backup power bila
kondisi tidak ada matahari.
a. Catu Daya Utama : Solar Cell
1) Daya Max : 2 x 100 Wp
2) Rated Solar input : 5 / 10 A
b. Battery
1) Jenis Baterai : VRLA 100 ah x 2
2) Tegangan Kerja : 2 x 12 Volt
c. Battery Charger
1) Karakteristik : Automatic Charger
2) Kapasitas : 12 Volt DC 10 A / 24 Volt DC 10A
d. Inverter Tegangan
Merupakan modul inverter untuk merubah tegangan 12 Volt menjadi 24
Volt sebagai syarat tegangan standart Industrial.
4) Alat Pendeteksi KA (Train Detection)
a. Alat Pendeteksi Kereta Api harus berupa sensor elektromagnetik yang
mendeteksi roda Kereta (bekerja apabila dilewati KA) dengan standart
perkeretaapian yang berlaku di Indonesia, dengan spesifikasi sebagai
berikut :
Vibration Noise / Voltage
< 10 mVp
Output
< 220 mVpp
Sensor Output
< 110 mVp
Power Consumtion 1,2 Watt Peak

Current 0,10 A

Voltage Input 12 V

Logic Output False / True


(Uji lap)
b.Dudukan Alat Deteksi Alat Pada Rel
Dudukan Alat Deteksi tidak merusak atau melubangi profile Rel Kereta
c. Kabel Tanah / tanam dengan ukuran inti/serat minimal 15 x 1,5 mm2
5) Tiang – Tiang Peringatan Untuk Lampu 3 Aspek dan Lampu Arah Kedatangan
Kereta
Tiang – tiang peringatan Untuk Lampu 3 Aspek dan Lampu Arah Kedatangan
Kereta dengan ukuran dan tata letak pemasangannya (terlampir gambar),
persyaratan lain sebagai berikut :
a) Jenis Pipa : Pipa Galvanis
b) Diameter : 5 Dim
c) Tebal : +2.6 mm
d) Warna : Di cat atas kuning dan bawah hitam.
e) Tinggi Tiang di atas tanah : 3500 mm
6) Tiang – Tiang fiber optic
Menggunakan tiang bulat dengan ukuran pipa diameter 4 Dim Mengerucu Pipa
Diameter 3 Dim. Di cat dengan warna hitam. Adapun macam tiang FO sesuai
spesifikasi teknis sebagai berikut :
a) Tiang Tinggi 6,5 m : Pipa diameter 4 Dim panjang 6 m mengerucut pipa
diameter 3 Dim panjang 0,5 m.
7) Tiang Penyangga Solar Cell Tepi
Tiang Penyangga Solar Cell Di dudukan langsung atas tiang fiber optik
berfungsi untuk menambat Lempengan Solar Cell.
8) Tiang Penyangga Solar Cell Tengah
Tiang Penyangga Solar Cell Di dudukan pada tiang bulat diameter 4 Dim
dengan total panjang 6m berfungsi untuk menambat Lempengan Solar Cell.
9) Warning Alarm Controller
Pada kondisi normal tidak ada kereta api, lampu peringatan aspek warna kuning
akan berkedip-kedip secara terus menerus secara bergantian. Sesaat setelah
Train Detection disisi kanan/kiri mendeteksi adanya kereta yang datang, sinyal
akan disampaikan melalui kabel fiber optik ke warning controller. Selanjutnya
Warning Controller menyalakan alarm/sirene, mematikan lampu peringatan
warna kuning dan menghidupkan lampu warna merah. Sirene dan lampu merah
akan tetap menyala hingga Train Detector tengah/median (dekat perlintasan)
mendeteksi bahwa kereta telah lewat. Selanjutnya sirene dan lampu merah
mati, diganti dengan lampu kuning berkedip-kedip.
Warning Controller PLC berfungsi mengolah data tentang kedatangan KA yang
akan melintas di perlintasan sebidang, dengan fungsi sebagai berikut:
a. Menghidupkan dan mematikan bunyi alarm/sirine;
b. Menghidupkan dan mematikan Lampu LED Aspek Kuning;
c. Menghidupkan dan mematikan Lampu LED Aspek Merah;
d. Sistem deteksi akan aktif sebagai release yang terpasang di sekitar
perlintasan sebidang ketika KA sudah melewati seluruh rangkaiannya,
menyebabkan :
 Lampu Led Aspek Kuning kembali menyala berkedip
 Lampu Led Aspek Merah padam
 Lampu Led Aspek arah kedatangan KA padam
 Bunyi alarm dan sosialisasi berhenti
e. Sistem pendeteksi akan aktif sebagai reset system ketika roda KA
melewati sensor deteksi yang dipasang terjauh, sebagai indikasi KA sudah
melewati zona perlintasan sebidang dan system siap mendeteksi kembali
roda kereta api dari kedua arah.
f. PLC yang digunakan harus menggunakan PLC standar perkeretaapian atau
minimal industrial standart.
g. Interface yang digunakan harus menggunakan standart perkeretaapian atau
industrial standart.
h. Araster yang digunakan harus memenuhi standart perkeretaapian untuk
menghindari arus pendek dari peralatan.

B. Syarat Mutu
1) Sifat Tampak :
a. Rumah kendali dan rumah lampu aspek dalam keadaan baru, tidak cacat,
terbuat dari bahan dan bentuk yang disyaratkan.
b.Perangkat kendali dalam keadaan baru, tidak cacat, terbuat dari
bahan/komponen yang disyaratkan.
c. Perangkat lampu aspek harus dalam keadaan baru, tidak cacat dan terbuat dari
bahan/komponen yang disyaratkan.
2) Unjuk Kerja
Keandalan dari suatu alat pemberi isyarat lalu lintas harus memenuhi syarat
sebagai berikut :
1) Lampu bekerja pada kondisi kerja yang ditentukan dalam spesifikasi teknis.
2) Sistim modul harus menjamin kemudahan dan dalam waktu singkat pada saat
perawatan, perbaikan dan pengembangan.
3) Perangkat kendali harus tetap mampu bekerja bila menerima getaran yang
berasal dari pengoperasian kereta api.
4) Semua fungsi kerja dari perangkat kendali maupun perangkat Warning
Equipment harus bekerja dengan sempurna sebagaimana ditentukan dalam
spesifikasi teknis.
3) Syarat Penandaan
Papan nama untuk Warning Equipment paling sedikit harus mencantumkan
sebagai berikut :
a. Permukaan tiang bagian depan harus dibubuhi inisial ”Perhubungan” atau
logo perhubungan dan dibubuhi tulisan sumber pendanaan, tahun anggaran
dan pelaksana kegiatan yang di cat dengan warna putih atau dengan stiker
dan disertai pula dengan stiker peringatan pasal 275 UU No. 22 Tahun 2009,
contoh gambar sebagai berikut :
 Logo Perhubungan

 Stiker Peringatan Pasal 275 UU No. 22 Tahun 2009

APBD TA. 2023


1. SETIAP ORANG YANG MELAKUKAN PERBUATAN YANG MENGAKIBATKAN
GANGGUAN PADA FUNGSI CERMIN TIKUNGAN, MARKA JALAN, ALAT PEMBERI
ISYARAT LALU LINTAS, FASILITAS PEJALAN KAKI DAN ALAT PENGAMAN
PENGGUNA JALAN SEBAGAIMANA DIMAKSUD DALAM PASAL 28 AYAT (1)
DIPIDANA DENGAN PIDANA KURUNGAN PALING LAMA 1 (SATU) BULAN ATAU
DENDA PALING BANYAK Rp. 250.000,- (DUA RATUS LIMA PULUH RIBU
RUPIAH).
2. SETIAP ORANG YANG MERUSAK CERMIN TIKUNGAN, MARKA JALAN, ALAT
PEMBERI ISYARAT LALU LINTAS, FASILITAS PEJALAN KAKI DAN ALAT
PENGAMAN PENGGUNA JALAN SEBAGAIMANA DIMAKSUD DALAM PASAL 28
AYAT (2) DIPIDANA DENGAN PIDANA PENJARA PALING LAMA 2 (DUA) TAHUN
ATAU DENDA PALING BANYAK Rp. 50.000.000,- (LIMA PULUH JUTA RUPIAH).

C. Bahan dan Petunjuk Teknis Pemasangan


1) Bahan dan Petunjuk Teknis Pemasangan
Pengadaan dan pemasangan EWS pada perlintasan sebidang KA harus
memenuhi bahan dan kriteria sebagai berikut :
 Untuk tiang lampu Warning Equipment menggunakan tiang bulat galvanis
diameter 5” tinggi 3,5 m diatas permukaan tanah.
 Untuk tiang Patok Pengaman menggunakan tiang bulat galvanis diameter
4” dengan ketingian minimal 100 cm diatas permukaan tanah.
 Untuk tiang Fiber Optic menggunakan tiang bulat diameter 4” – 3” tinggi
sesuai .
 Untuk tiang catu daya utama menggunakan taing bulat galvanis diameter
4” – 3” tinggi sesuai gambar terlampir.
 Warning Alarm Controller diletakkan pada perlintasan JPL dengan
dilindungi tralis pengaman.
 Sensor Train Detector dipasang pada 3 titik lokasi jalur rel kereta api 2
unit di lokasi tengah perlintasan JPL dan masing-masing 2 unit di hilir dan
hulu dengan jarang masing-masing 500 m dari JPL.
 Box panel train detector dipasang pada hilir dan hulu perlintasan sebidang
KA dengan jarak masing-masing 500 m.
 Kabel tanah harus menggunakan kabel NYFGBY 15 x 1,5 mm2.
 Kabel Udara menggunakan kabel FFTH Fiber Optik 4 core untuk kabel
sensor.
2) Cara Pemasangan
a. Tiang lampu Warning Equipment
Sebelum pemasangan tiang harus dicat terlebih dahulu dengan cat menie
besi. Adapun tata cara pemasangannya adalah sebagai berikut :
 Tiang Warning Equipment dipasang dengan jarak paling dekat 60 cm
dari tepi jalur kendaraan;
 Pembuatan lubang pondasi kedalaman dan dasar lubangnya disesuaikan
dengan gambar desain yaitu 550x550x900 milimeter;
 Untuk melindungi rangkaian angkur dan pembesian dari kemungkinan
turun, dasar lubang harus diberi lapisan pasir minimal tebal 100
milimeter;
 Pemasangan rangkaian angkur dan pembesian pada lubang galian
pondasi. Rangkaian angkur terdiri dari 4 unit angkur Ø19 mm dan
pembesian pondasi Ø10 mm sesuai gambar rencana. Perletakan
rangkaian angkur dipasang diatas beton decking/ beton tahu dengan
ukuran 2,5-5 cm untuk menjamin terbentuknya selimut beton pada
pondasi;
 Pemasangan bekisting pondasi sesuai gambar rencana;
 Pengecoran pondasi dengan menggunakan metode cast in situ pada
lokasi bekisting pondasi. Dengan dimensi beton bentuk prisma segi
empat terpancung yaitu dimensi 500 x 500 milimeter tinggi 1000
milimeter sesuai gambar rencana. Adapun persyaratan material untuk
campuran beton adalah sebagai berikut:
 Persyaratan umum :
a. Beton tak bertulang menggunakan campuran beton 1:2:3.
b. Kontruksi harus menggunakan peralatan-peralatan
/normalisasi yang berlaku di Indonesia seperti PBI, PMI,
PKKI dan lain-lain.
 Bahan – Bahan :
a. Semen
Semen yang dipakai harus Portland dari segala merk yang
diperdagangkan dan yang segala hal memenuhi persyaratan
beton tersebut diatas (kualitas semen nusantara).
b. Agregat halus (butiran pasir )
Agregat , halus keras, bebas Lumpur,bersih/tidak boleh
tercampur tumbuh tumbuhan, biji-bijian, akar-akaran yang
nantinya akan merusak bentuk dan kualitas beton hingga
mempengaruhi penggunaan bahan material lembar akhir
bestek ini.
c. Agregat kasar (butiran batu pecah ukuran 5-30 mm)
Agregat kasar, bebas Lumpur,bersih/tidak boleh tercampur
tumbuh tumbuhan, biji-bijian, akar-akaran yang nantinya
akan merusak bentuk dan kualitas beton hingga
mempengaruhi penggunaan bahan material lembar akhir
bestek ini.
d. Air
Air untuk adukan dan perawatan beton harus bersih dan bebas
dari bahan-bahan yang bersifat merusak beton dan baja
tulangan atau campuran yang mempengaruhi daya rekat
semen sebaiknya air yang dipakai untuk mengaduk beton
adalah air yang bersih.
 Persiapan Pengecoran.
a. Mulai mengecor harus sepengetahuan dan seijin Direksi
Proyek dan Konsultan Pengawas.
b. Sebelum mengadakan pengecoran semua cetakan/ begesting
harus dibersihkan dari segala macam kotoran.
c. Cetakan/begesting harus datar dan tegak lurus, tidak ada yang
bocor dan harus kokoh sehingga posisi dan kedudukanya
tidak berubah, tidak bergetar maupun bergeser pada waktu
dan setelah pengecoran, tetapi mudah dibongkar.
d. Perubahan/penambahan penulangan ukuran beton atau
perbedaan pelaksanaan dengan gambar kerja harus
sepengetahuan dan persetujuan Direksi.
 Pengecoran
a. Untuk pengecoran beton harus seijin Direksi.
b. Perbandingan adukan harus sesuai dengan ukuran yang
dikehendaki.
c. Takaran harus baik dan kuat, sebelum dipakai harus
dimintakan persetujuan seperti ukuran yang telah tercantum
diatas.
d. Pembongkaran semua cetakan beton harus sesuai peraturan
yang berlaku.
 Setelah beton pondasi keras sesuai umur beton yang dipersyaratkan
tiang lampu 3 Aspek 30 cm (Kuning Merah) bisa dipasang pada
pondasi.
 Lampu 3 Aspek 30 cm (Kuning Merah) dipasang pada tiang lampu
warning equipment dan di instalasi dengan control panel.
b. Patok Pengaman
Adapun tata cara pemasangannya adalah sebagai berikut :
 Patok pengaman diletakkan 50 cm dari tiang Warning Equipment
sehingga tiang Warning Equipment aman dari hantaman kendaraan
yang keluar dari jalur kendaraan dan jalur perkeretaapian.
 Jumlah patok pengaman minimal 3 (tiga) buah untuk setiap tiang
Warning Equipment.
 Pembuatan lubang pondasi kedalaman dan dasar lubangnya
disesuaikan dengan gambar desain yaitu 300x300x500 milimeter;
 Tiang patok pengaman harus dipasang pada posisi tegak lurus,
ketinggian 1100 milimeter diatas permukaan tanah. Perletakan patok
pengaman dengan pengecoran tanam dengan angkur menggunakan
besi siku 30x30x1.5 mm panjang minimal 180 mm sebanyak 2 buah.
Tiang patok dipasang diatas beton decking/ beton tahu dengan ukuran
2,5-5 cm untuk menjamin terbentuknya selimut beton pada pondasi;
 Pemasangan bekisting pondasi sesuai gambar rencana;
 Pengecoran pondasi dengan menggunakan metode cast in situ pada
lokasi bekisting pondasi. Dengan dimensi beton bentuk prisma persegi
empat terpancung yaitu dimensi 300 x 300 mm tinggi 600 milimeter
sesuai gambar rencana. Adapun persyaratan material untuk campuran
beton adalah sebagai berikut:
 Persyaratan umum :
a. Beton tak bertulang menggunakan campuran beton 1:2:3.
b. Kontruksi harus menggunakan peralatan-peralatan
/normalisasi yang berlaku di Indonesia seperti PBI, PMI,
PKKI dan lain-lain.
 Bahan – Bahan :
a. Semen
Semen yang dipakai harus Portland dari segala merk yang
diperdagangkan dan yang segala hal memenuhi persyaratan
beton tersebut diatas (kualitas semen nusantara).
b. Agregat halus (butiran pasir )
Agregat , halus keras, bebas Lumpur, bersih/tidak boleh
tercampur tumbuh tumbuhan, biji-bijian, akar-akaran yang
nantinya akan merusak bentuk dan kualitas beton hingga
mempengaruhi penggunaan bahan material lembar akhir
bestek ini.
c. Agregat kasar (butiran batu pecah ukuran 5-30 mm)
Agregat kasar, bebas Lumpur, bersih/tidak boleh tercampur
tumbuh tumbuhan, biji-bijian, akar-akaran yang nantinya
akan merusak bentuk dan kualitas beton hingga
mempengaruhi penggunaan bahan material lembar akhir
bestek ini.
d. Air
Air untuk adukan dan perawatan beton harus bersih dan bebas
dari bahan-bahan yang bersifat merusak beton dan baja
tulangan atau campuran yang mempengaruhi daya rekat
semen sebaiknya air yang dipakai untuk mengaduk beton
adalah air yang bersih.
 Persiapan Pengecoran.
a. Mulai mengecor harus sepengetahuan dan seijin Direksi
Proyek dan Konsultan Pengawas.
b. Sebelum mengadakan pengecoran semua cetakan/ begesting
harus dibersihkan dari segala macam kotoran.
c. Cetakan/begesting harus datar dan tegak lurus, tidak ada yang
bocor dan harus kokoh sehingga posisi dan kedudukanya
tidak berubah, tidak bergetar maupun bergeser pada waktu
dan setelah pengecoran, tetapi mudah dibongkar.
d. Perubahan/penambahan penulangan ukuran beton atau
perbedaan pelaksanaan dengan gambar kerja harus
sepengetahuan dan persetujuan Direksi.
 Pengecoran
a. Untuk pengecoran beton harus seijin Direksi.
b. Perbandingan adukan harus sesuai dengan ukuran yang
dikehendaki.
c. Takaran harus baik dan kuat, sebelum dipakai harus
dimintakan persetujuan seperti ukuran yang telah tercantum
diatas.
d. Pembongkaran semua cetakan beton harus sesuai peraturan
yang berlaku.
 Setelah beton pondasi keras sesuai umur beton yang dipersyaratkan
maka patok pengaman siap untuk dipasang aksesoris seperti reflector
dan pelepasan bekisting pondasi.
c. Tiang Fiber Optic
Adapun tata cara pemasangannya adalah sebagai berikut :
 Tiang fiber optic diletakkan pada sisi samping jalan rel kereta api
perletakan sesuai kondisi lapangan. Jarak antara tiang ke tiang fiber
optic disesuaikan dengan desain perencanaan. Fungsi tiang fiber optic
untuk menyangga kabel udara FFTH Fiber Optik 4 core yang
fungsinya sebagai penghantar pesan ketika sensor train detector dilalui
kereta api ke control panel warning equipment.
 Jumlah tiang fiber optic disesuaikan dengan gambar perencanaan pada
masing – masing lokasi pemasangan.
 Pemasangan Pondasi Tiang FO Tepi
- Pembuatan lubang galian pondasi kedalaman dan dasar lubangnya
disesuaikan dengan gambar desain yaitu 250x250x1300 milimeter;
- Cor pondasi menggunakan dimensi 250x250x1500 milimeter
sesuai desain perencanaan;
- Untuk melindungi tiang fiber optic dari kemungkinan turun, dasar
lubang harus diberi lapisan pasir minimal tebal 100 milimeter;
- Tiang fiber optic harus dipasang pada posisi tegak lurus,
ketinggian sesuai gambar perencanaan. Perletakan tiang fiber optic
dengan pengecoran tanam dengan angkur menggunakan besi siku
30x30x1.5 mm panjang minimal 180 mm sebanyak 4 buah. Tiang
fiber optic dipasang diatas beton decking/ beton tahu dengan
ukuran 2,5-5 cm untuk menjamin terbentuknya selimut beton pada
pondasi;
- Pemasangan bekisting pondasi sesuai gambar rencana;
- Pengecoran pondasi dengan menggunakan metode cast in situ pada
lokasi bekisting pondasi.
- Pemasangan Angkur kawat sling untuk perkuatan di tiang fiber
tepi.
 Pemasangan Pondasi Tiang FO 6,5 m
- Pembuatan lubang galian pondasi kedalaman dan dasar lubangnya
disesuaikan dengan gambar desain yaitu 250x250x1300 milimeter;
- Cor pondasi menggunakan dimensi 250x250x1500 milimeter
sesuai desain perencanaan;
- Untuk melindungi tiang fiber optic dari kemungkinan turun, dasar
lubang harus diberi lapisan pasir minimal tebal 100 milimeter;
- Tiang fiber optic harus dipasang pada posisi tegak lurus,
ketinggian sesuai gambar perencanaan. Perletakan tiang fiber optic
dengan pengecoran tanam dengan angkur menggunakan besi siku
30x30x1.5 mm panjang minimal 180 mm sebanyak 4 buah. Tiang
fiber optic dipasang diatas beton decking/ beton tahu dengan
ukuran 2,5-5 cm untuk menjamin terbentuknya selimut beton pada
pondasi;
- Pemasangan bekisting pondasi sesuai gambar rencana;
- Pengecoran pondasi dengan menggunakan metode cast in situ pada
lokasi bekisting pondasi.
 Persyaratan material untuk campuran beton pondasi tiang fiber optic
adalah sebagai berikut:
 Persyaratan umum :
a. Beton tak bertulang menggunakan campuran beton 1:2:3.
b. Kontruksi harus menggunakan peralatan-peralatan /normalisasi
yang berlaku di Indonesia seperti PBI, PMI, PKKI dan lain-
lain.
 Bahan – Bahan :
a. Semen
Semen yang dipakai harus Portland dari segala merk yang
diperdagangkan dan yang segala hal memenuhi persyaratan
beton tersebut diatas (kualitas semen nusantara).
b. Agregat halus (butiran pasir )
Agregat , halus keras, bebas Lumpur,bersih/tidak boleh
tercampur tumbuh tumbuhan, biji-bijian, akar-akaran yang
nantinya akan merusak bentuk dan kualitas beton hingga
mempengaruhi penggunaan bahan material lembar akhir bestek
ini.
c. Agregat kasar (butiran batu pecah ukuran 5-30 mm)
Agregat kasar, bebas Lumpur,bersih/tidak boleh tercampur
tumbuh tumbuhan, biji-bijian, akar-akaran yang nantinya akan
merusak bentuk dan kualitas beton hingga mempengaruhi
penggunaan bahan material lembar akhir bestek ini.
d. Air
Air untuk adukan dan perawatan beton harus bersih dan bebas
dari bahan-bahan yang bersifat merusak beton dan baja
tulangan atau campuran yang mempengaruhi daya rekat semen
sebaiknya air yang dipakai untuk mengaduk beton adalah air
yang bersih.
 Persiapan Pengecoran.
a. Mulai mengecor harus sepengetahuan dan seijin Direksi
Proyek dan Konsultan Pengawas.
b. Sebelum mengadakan pengecoran semua cetakan/ begesting
harus dibersihkan dari segala macam kotoran.
c. Cetakan/begesting harus datar dan tegak lurus, tidak ada yang
bocor dan harus kokoh sehingga posisi dan kedudukanya tidak
berubah, tidak bergetar maupun bergeser pada waktu dan
setelah pengecoran, tetapi mudah dibongkar.
d. Perubahan/penambahan penulangan ukuran beton atau
perbedaan pelaksanaan dengan gambar kerja harus
sepengetahuan dan persetujuan Direksi.
 Pengecoran
a. Untuk pengecoran beton harus seijin Direksi.
b. Perbandingan adukan harus sesuai dengan ukuran yang
dikehendaki.
c. Takaran harus baik dan kuat, sebelum dipakai harus
dimintakan persetujuan seperti ukuran yang telah tercantum
diatas.
d. Pembongkaran semua cetakan beton harus sesuai peraturan
yang berlaku.
 Setelah beton pondasi keras sesuai umur beton yang dipersyaratkan
maka tiang fiber optic bisa dipasang aksesoris fiber optic dan
penggelaran kabel udara FFTH Fiber Optik 4 core dan pelepasan
bekisting pondasi.
d. Tiang Catu Daya Utama
Sebelum pemasangan tiang harus dicat terlebih dahulu dengan cat menie
besi. Adapun tata cara pemasangannya adalah sebagai berikut :
 Tiang Catu daya Utama dipasang sesuai kondisi lapangan;
 Pembuatan lubang pondasi kedalaman dan dasar lubangnya
disesuaikan dengan gambar desain yaitu 500x500x800 milimeter;
 Untuk melindungi rangkaian angkur dan pembesian dari kemungkinan
turun, dasar lubang harus diberi lapisan pasir minimal tebal 100
milimeter;
 Pemasangan rangkaian angkur dan pembesian pada lubang galian
pondasi. Rangkaian angkur terdiri dari 4 unit angkur Ø19 mm dan
pembesian pondasi Ø10 mm sesuai gambar rencana. Perletakan
rangkaian angkur dipasang diatas beton decking/ beton tahu dengan
ukuran 2,5-5 cm untuk menjamin terbentuknya selimut beton pada
pondasi;
 Pemasangan bekisting pondasi sesuai gambar rencana;
 Pengecoran pondasi dengan menggunakan metode cast in situ pada
lokasi bekisting pondasi. Dengan dimensi beton bentuk prisma segi
empat terpancung yaitu dimensi 500 x 500 milimeter tinggi 1000
milimeter sesuai gambar rencana. Adapun persyaratan material untuk
campuran beton adalah sebagai berikut:
 Persyaratan umum :
a. Beton tak bertulang menggunakan campuran beton 1:2:3.
b. Kontruksi harus menggunakan peralatan-peralatan /normalisasi
yang berlaku di Indonesia seperti PBI, PMI, PKKI dan lain-
lain.
 Bahan – Bahan :
a. Semen
Semen yang dipakai harus Portland dari segala merk yang
diperdagangkan dan yang segala hal memenuhi persyaratan
beton tersebut diatas (kualitas semen nusantara).
b. Agregat halus (butiran pasir )
Agregat , halus keras, bebas Lumpur, bersih/tidak boleh
tercampur tumbuh tumbuhan, biji-bijian,akar-akaran yang
nantinya akan merusak bentuk dan kualitas beton hingga
mempengaruhi penggunaan bahan material lembar akhir bestek
ini.
c. Agregat kasar (butiran batu pecah ukuran 5-30 mm)
Agregat kasar, bebas Lumpur,bersih/tidak boleh tercampur
tumbuh tumbuhan, biji-bijian, akar-akaran yang nantinya akan
merusak bentuk dan kualitas beton hingga mempengaruhi
penggunaan bahan material lembar akhir bestek ini.
d. Air
Air untuk adukan dan perawatan beton harus bersih dan bebas
dari bahan-bahan yang bersifat merusak beton dan baja
tulangan atau campuran yang mempengaruhi daya rekat semen
sebaiknya air yang dipakai untuk mengaduk beton adalah air
yang bersih.

 Persiapan Pengecoran.
a. Mulai mengecor harus sepengetahuan dan seijin Direksi
Proyek dan Konsultan Pengawas.
b. Sebelum mengadakan pengecoran semua cetakan/ begesting
harus dibersihkan dari segala macam kotoran.
c. Cetakan/begesting harus datar dan tegak lurus, tidak ada yang
bocor dan harus kokoh sehingga posisi dan kedudukanya tidak
berubah, tidak bergetar maupun bergeser pada waktu dan
setelah pengecoran, tetapi mudah dibongkar.
d. Perubahan/penambahan penulangan ukuran beton atau
perbedaan pelaksanaan dengan gambar kerja harus
sepengetahuan dan persetujuan Direksi.
 Pengecoran
a. Untuk pengecoran beton harus seijin Direksi.
b. Perbandingan adukan harus sesuai dengan ukuran yang
dikehendaki.
c. Takaran harus baik dan kuat, sebelum dipakai harus
dimintakan persetujuan seperti ukuran yang telah tercantum
diatas.
d. Pembongkaran semua cetakan beton harus sesuai peraturan
yang berlaku.
 Setelah beton pondasi keras sesuai umur beton yang dipersyaratkan
tiang catu daya utama bisa dipasang pada pondasi.
 Panel Solar Cell dipasang pada tiang catu daya utama dan di instalasi
dengan control panel.
e. Warning Alarm Controller
Adapun tata cara pemasangannya adalah sebagai berikut :
 Warning Alarm Controller diletakkan sesuai kondisi lapangan ditepi
jalur kendaraan pada perlintasan JPL.
 Pembuatan lubang pondasi kedalaman dan dasar lubangnya
disesuaikan dengan gambar desain yaitu 1200x800x400 milimeter;
 Box Warning Alarm Controller harus dipasang pada posisi tegak lurus,
dipasang diatas pondasi dengan ketinggian pondasi 500 milimeter
diatas permukaan tanah. Perletakan Box Warning Alarm Controller
dengan pengecoran umpak pondasi terlebih dahulu. Box Warning
Alarm Controller dilengkapi tralis sebagai pengaman;
 Pemasangan bekisting pondasi sesuai gambar rencana;
 Pengecoran pondasi dengan menggunakan metode cast in situ pada
lokasi bekisting pondasi. Dengan pondasi atas dimensi 500x900x300
milimeter dan dimensi bawah dimensi 800x1200x500 milimeter sesuai
gambar rencana. Adapun persyaratan material untuk campuran beton
adalah sebagai berikut:
 Persyaratan umum :
a. Beton tak bertulang menggunakan campuran beton 1:2:3.
b. Kontruksi harus menggunakan peralatan-peralatan /normalisasi
yang berlaku di Indonesia seperti PBI, PMI, PKKI dan lain-
lain.
 Bahan – Bahan :
a. Semen
Semen yang dipakai harus Portland dari segala merk yang
diperdagangkan dan yang segala hal memenuhi persyaratan
beton tersebut diatas (kualitas semen nusantara).
b. Agregat halus (butiran pasir )
Agregat , halus keras, bebas Lumpur,bersih/tidak boleh
tercampur tumbuh tumbuhan, biji-bijian,akar-akaran yang
nantinya akan merusak bentuk dan kualitas beton hingga
mempengaruhi penggunaan bahan material lembar akhir bestek
ini.
c. Agregat kasar (butiran batu pecah ukuran 5-30 mm)
Agregat kasar, bebas Lumpur,bersih/tidak boleh tercampur
tumbuh tumbuhan, biji-bijian,akar-akaran yang nantinya akan
merusak bentuk dan kualitas beton hingga mempengaruhi
penggunaan bahan material lembar akhir bestek ini.
d. Air
Air untuk adukan dan perawatan beton harus bersih dan bebas
dari bahan-bahan yang bersifat merusak beton dan baja
tulangan atau campuran yang mempengaruhi daya rekat semen
sebaiknya air yang dipakai untuk mengaduk beton adalah air
yang bersih.
 Persiapan Pengecoran.
a. Mulai mengecor harus sepengetahuan dan seijin Direksi
Proyek dan Konsultan Pengawas.
b. Sebelum mengadakan pengecoran semua cetakan/ begesting
harus dibersihkan dari segala macam kotoran.
c. Cetakan/begesting harus datar dan tegak lurus, tidak ada yang
bocor dan harus kokoh sehingga posisi dan kedudukanya tidak
berubah, tidak bergetar maupun bergeser pada waktu dan
setelah pengecoran, tetapi mudah dibongkar.
d. Perubahan/penambahan penulangan ukuran beton atau
perbedaan pelaksanaan dengan gambar kerja harus
sepengetahuan dan persetujuan Direksi.
 Pengecoran
a. Untuk pengecoran beton harus seijin Direksi.
b. Perbandingan adukan harus sesuai dengan ukuran yang
dikehendaki.
c. Takaran harus baik dan kuat, sebelum dipakai harus
dimintakan persetujuan seperti ukuran yang telah tercantum
diatas.
d. Pembongkaran semua cetakan beton harus sesuai peraturan
yang berlaku.
 Setelah beton pondasi keras sesuai umur beton yang dipersyaratkan
maka box Warning Alarm Controller dan tralis box panel bisa dipasang
diatas pondasi yang disiapkan.
f. Sensor Train Detector
 Alat Deteksi Peringatan Dini adalah peralatan yang digunakan untuk
mendeteksi KA yang memasuki wilayah perlintasan jalan KA
tersebut, dipasang pada 500 meter dari kiri dan kanan perlintasan.
Dengan menggunakan kabel fiber optic yang di letakakan pada tiang
FO. Informasi tentang kedatangan KA akan dikirim ke Warning
Controller melalui media kabel.
 Alat pendeteksi kedatangan kereta api dipasang pada rel tanpa
melobangi rel.
g. Box panel train detector
Adapun tata cara pemasangannya adalah sebagai berikut :
 Box Panel Train Detector diletakkan pada sisi samping jalan rel kereta
api perletakan sesuai kondisi lapangan dipasang pada hilir dan hulu
perlintasan rel kereta api sejumlah 1 unit.
 Pembuatan lubang pondasi kedalaman dan dasar lubangnya
disesuaikan dengan gambar desain yaitu 600x800x400 milimeter;
 Box Panel Train Detector harus dipasang pada posisi tegak lurus,
dipasang diatas pondasi dengan ketinggian pondasi 750 milimeter
diatas permukaan tanah. Perletakan Box Panel Train Detector dengan
pengecoran umpak pondasi terlebih dahulu. Box panel train detector
dilengkapi tralis sebagai pengaman;
 Pemasangan bekisting pondasi sesuai gambar rencana;
 Pengecoran pondasi dengan menggunakan metode cast in situ pada
lokasi bekisting pondasi. Dengan dimensi beton bentuk kubus yaitu
box panel dimensi 550 x 750 milimeter tinggi 1150 milimeter sesuai
gambar rencana. Adapun persyaratan material untuk campuran beton
adalah sebagai berikut:
 Persyaratan umum :
a. Beton tak bertulang menggunakan campuran beton 1:2:3.
b. Kontruksi harus menggunakan peralatan-peralatan
/normalisasi yang berlaku di Indonesia seperti PBI, PMI,
PKKI dan lain-lain.
 Bahan – Bahan :
a. Semen
Semen yang dipakai harus Portland dari segala merk yang
diperdagangkan dan yang segala hal memenuhi persyaratan
beton tersebut diatas (kualitas semen nusantara).
b. Agregat halus (butiran pasir )
Agregat , halus keras, bebas Lumpur,bersih/tidak boleh
tercampur tumbuh tumbuhan, biji-bijian,akar-akaran yang
nantinya akan merusak bentuk dan kualitas beton hingga
mempengaruhi penggunaan bahan material lembar akhir
bestek ini.
c. Agregat kasar (butiran batu pecah ukuran 5-30 mm)
Agregat kasar, bebas Lumpur,bersih/tidak boleh tercampur
tumbuh tumbuhan, biji-bijian,akar-akaran yang nantinya akan
merusak bentuk dan kualitas beton hingga mempengaruhi
penggunaan bahan material lembar akhir bestek ini.
d. Air
Air untuk adukan dan perawatan beton harus bersih dan bebas
dari bahan-bahan yang bersifat merusak beton dan baja
tulangan atau campuran yang mempengaruhi daya rekat semen
sebaiknya air yang dipakai untuk mengaduk beton adalah air
yang bersih.
 Persiapan Pengecoran.
a. Mulai mengecor harus sepengetahuan dan seijin Direksi
Proyek dan Konsultan Pengawas.
b. Sebelum mengadakan pengecoran semua cetakan/ begesting
harus dibersihkan dari segala macam kotoran.
c. Cetakan/begesting harus datar dan tegak lurus, tidak ada yang
bocor dan harus kokoh sehingga posisi dan kedudukanya tidak
berubah, tidak bergetar maupun bergeser pada waktu dan
setelah pengecoran, tetapi mudah dibongkar.
d. Perubahan/penambahan penulangan ukuran beton atau
perbedaan pelaksanaan dengan gambar kerja harus
sepengetahuan dan persetujuan Direksi.
 Pengecoran
a. Untuk pengecoran beton harus seijin Direksi.
b. Perbandingan adukan harus sesuai dengan ukuran yang
dikehendaki.
c. Takaran harus baik dan kuat, sebelum dipakai harus
dimintakan persetujuan seperti ukuran yang telah tercantum
diatas.
d. Pembongkaran semua cetakan beton harus sesuai peraturan
yang berlaku.
 Setelah beton pondasi keras sesuai umur beton yang dipersyaratkan
maka box panel train detector dan tralis box panel bisa dipasang diatas
pondasi yang disiapkan.
h. Kabel Tanah NYFGBY 15 x 1,5 mm2
Ada dua pemasangan kabel tanah sesuai jenis lokasi pamasangan kabel
sebagai berikut :
 Under Road Crossing (URX)
- Persilangan kabel dengan jalan umum/raya (Under Road
Crossing menggunakan pipa PVC jenis AW sebagai pelindung
yang dipasang sesuai gambar rencana, dengan cara diboring.
- Pembuatan galian di jalan umum/raya harus dikoordinasikan dengan
instansi terkait guna menghindari kemacetan lalu- lintas.
- Jarak minimal sisi jalan dengan galian minimal 2 meter.
 Under Track Crossing (UTX)
- Persilangan kabel dengan jalan KA (Under Track Crossing)
menggunakan pipa PVC jenis AW sebagai pelindung yang
dipasang di bawah rel KA sesuai gambar rencana, dengan cara
diboring .
- Pembuatan galian sebagai tempat memasukkan pipa pelindung
kedalam tanah harus menghindari longsornya badan jalan atau batu
ballas ke dalam galian.
- Jarak minimal as rel dengan galian adalah 3 meter dengan tetap
memperhatikan struktur jalan rel.
i. Kabel Udara FFTH Fiber Optik 4 core
 Kabel udara FFTH Fiber Optik 4 core adalah media untuk mengirim
informasi tentang kedatangan KA dari train detector ke Warning
Controller. Selanjutnya warning controller akan bekerja untuk
memberikan isyarat kedatangan Kereta dengan menyalanya Lampu 3
Aspek 30 CM EWS dengan nyala lampu warna merah tanda kereta
api akan melewati perlintasan.
 Pemasangan kabel FFTH Fiber Optik 4 core dengan cara penggelaran
kabel yang dipasang pada tiang fiber optic di sisi samping rel kereta
api.
j. Prinsip Dasar Pemasangan / Instalasi
 Alat Peringatan Dini pada perlintasan sebidang harus memenuhi
persyaratan teknis sesuai Surat Direktur Jenderal Perkeretaapian
Nomor KA. 403/B.32/ DJKA/05/10 tentang Persyaratan Teknis
Pembangunan Shelter dan Peralatan Peringatan Dini di Perlintasan KA
Sebidang.
 Alat Peringatan Dini pada perlintasan sebidang harus dipasang diluar
batas profil ruang bebas jalan rel dengan mempertimbangkan rencana
pembangunan jalan rel dan tidak mengganggu struktur bangunan rel.
 Alat Pendeteksi Kedatangan Kereta Api pada peralatan peringatan
dini perlintasan sebidang dipasang sedemikian sehingga: interval
waktu antara alarm mulai berbunyi sampai dengan kereta api berada
di perlintasan sebidang adalah minimum 45 detik.
 Pemasangan peringatan dini dipasang sesuai gambar terlampir.
 Instalasi Load Speaker:
- Pengkabelan Melalui dalam galvanis
- Load Speaker terpasang di pipa galvanis
 Instalasi Lampu Peringatan: pengkabelan melalui dalam galvanis
- Pengkabelan melalui dalam galvanis
- Lampu peringatan terpasang di pipa galvanis
- Instalasi panel di control box
 Commisioning test: Dilaksanakan sebelum dioperasikan

D. Pemeliharaan
Untuk terjaminnya fungsi Early Warning System ( EWS ) guna ketertiban,
keamanan dan kelancaran gerakan arus lalu lintas perlintasan kereta api maka :
1) Segala benda-benda yang mengakibatkan halangan bagi pandangan pemakai
jalan terhadap Warning Equipment harus dihilangkan.
2) Disekitar tiang harus dijaga kebersihan dari rumput-rumput yang tumbuh atau
kotoran-kotoran lainnya.
3) Mengadakan pengecatan kembali terhadap tiang, box bila ternyata cat-catnya
sudah pudar.
4) Pemeliharaan terhadap keadaan teknis peralatan
a. Membebaskan modul-modul akibat dari kotoran debu.
b. Memeriksa dan membersihkan terminal-terminal kabel dari debu dan
kotoran.
c. Memeriksa keadaan kabel-kabel apabila ada yang terkelupas segera
dibungkus kembali dengan isolasi yang bermutu baik.
d. Membersihkan reflektor, kaca dan terminal Warning Equipment dari
pengaruh debu dan kotoran.
e. Mengganti LED yang putus.

Sragen, 17 Juli 2023


CV. PRAMULYATAMA

(M. Budiyawan, ST)


Direktur

Anda mungkin juga menyukai