M.M.
POLITEKNIK PERKERETAAPIAN INDONESIA_ SUSENO,
Sinyal Pelindung. .
Penempatan Sinyal Masuk dan Sinyal Muka..
Hubungan antara Sinyal Masuk dan Wesel serta
Hubungan Antar Sinyal Utama..
Penjaga Samping ....
Indikasi Biasa Sinyal ..
Pembagian Jalur Kereta Api dalam Petak Blok
Luncuran.....
Jalur Simpan
Jalur Tangkap. .
POLITEKNIK PERKERETAAPIAN INDONESIA_ SUSENO,
M.M.
6
POLITEKNIK PERKERETAAPIAN INDONESIA_ SUSENO,
M.M.
7
Jenis-jenis Sinyal – Sinyal
8
SINYAL UTAMA Utama Nama
Sinyal
Aspek Indikasi Arti Keterangan
M.M.
POLITEKNIK PERKERETAAPIAN INDONESIA_ SUSENO,
menunjukkan semboyan “tidak Tidak aman
(merah)
Kereta api harus
berhenti
Masinis harus menghentikan kereta apinya dimuka
sinyal yang bersangkutan ybs
Tiga aspek
berjalan dengan
Hati - hati kecepatan kereta apinya sampai 45 km/jam sebagai
kecepatan
(kuning) persiapan untuk berhenti di muka sinyal berikutnya
terbatas dan siap
yang sedang menunjukkan aspek "tidak aman"
• Sinyal langsir
Dua aspek
• Sinyal darurat Kereta api
berjalan terus
Aman Masinis boleh menjalankan kereta apinya dengan
dengan
(hijau) kecepatan maksimum yang diizinkan
kecepatan penuh
Jenis-jenis Sinyal – Sinyal
9
Utama
Nama
Aspek Indikasi Arti Keterangan
Sinyal
M.M.
POLITEKNIK PERKERETAAPIAN INDONESIA_ SUSENO,
text Tidak aman Langsiran harus dihentikan di muka sinyallangsir
Dilarang langsir
(merah) bersangkutan
( shunting signal )
Sinyal Langsir
text Aman Langsiran boleh berjalan melalui sinyal langsir yang
Boleh langsir
(putih) bersangkutan
Tidak aman
Kereta api harus
(segitiga padam) _
berhenti
( emergency signal )
Sinyal Darurat
SINYAL
M.M.
POLITEKNIK PERKERETAAPIAN INDONESIA_ SUSENO,
Masinis harus berhati-hati dan menurunkan
Sinyal masuk
kecepatan kereta apinya sampai 45 km/jam dimulai
yang
dari sinyal muka tersebut, sebagai persiapan untuk
Hati-hati bersangkutan
berhenti dimuka sinyal masuk bersangkutan yang
menunjukkan
sedang menunjukkan tidak aman
PEMBANTU
aspek tidak aman
Sinyal muka
yang Masinis boleh menjalankan kereta apinya dengan
Aman bersangkutan kecepatan maksimum yang diizinkan mulai dari
menunjukkan sinyal muka yang bersangkutan
aspek "Aman"
Digunakan untuk
membantu masinis, agar
Sinyal Pendahuluan
Langsiran boleh melewati sinyal muka antara yang
Tanda sinyal Rute kereta api
bersangkutan, tetapi arti ini tidak berlaku untuk kereta
bekerja belum dibentuk
api yang berangkat
mengetahui kedudukan
sinyal utama
Contoh:
kecepatan kereta apinya sampai 45 km/jam dimulai
bersangkutan
Hati-hati dari sinyal muka antara, sebagai persiapan untuk
menunjukkan
berhenti dimuka sinyal berangkatnya yang sedang
aspek "tidak
menunjukkan aspek "tidak aman"
aman"
• Sinyal muka
• Sinyal ulang Aman
Sinyal keluar
yang
bersangkutan
Masinis boleh menjalankan kereta apinya dengan
kecepatan maksimum yang diizinkan mulai sinyal
menunjukkan muka antara
"Aman"
Jenis-jenis Sinyal – Sinyal
11
Utama
Nama Nama
SINYAL
Aspek Arti Keterangan
Sinyal Aspek
M.M.
POLITEKNIK PERKERETAAPIAN INDONESIA_ SUSENO,
Kecepatan
Kecepatan maksimum Masinis boleh menjalankan kereta apinya dengan
text maksimum sesuai yang kecepatan maksimum yang diizinkan
PELENGKAP
diizinkan
Batas kecepatan
Masinis harus mengurangi kecepatan kereta apinya
Kecepatan sampai 30 km/jam;
3
Pembatasan maksimum yang Pembatas kecepatan lain yang dapat ditunjukan ter -
• Sinyal pembatas a
b
Jurusan kiri
Kereta api
menuju jurusan
kiri
kecepatan
Sinyal utama menun jukkan aspek :
Jurusan
Sinyal penunjuk
a = Aman atau
b = Hati-hati
Kereta api
a Jurusan kanan menuju jurusan
b kanan
M.M.
POLITEKNIK PERKERETAAPIAN INDONESIA_ SUSENO,
13
M.M.
POLITEKNIK PERKERETAAPIAN INDONESIA_ SUSENO,
14
M.M.
POLITEKNIK PERKERETAAPIAN INDONESIA_ SUSENO,
M.M.
15
POLITEKNIK PERKERETAAPIAN INDONESIA_ SUSENO,
M.M.
16
POLITEKNIK PERKERETAAPIAN INDONESIA_ SUSENO,
M.M.
17
POLITEKNIK PERKERETAAPIAN INDONESIA_ SUSENO,
M.M.
18
POLITEKNIK PERKERETAAPIAN INDONESIA_ SUSENO,
M.M.
19
POLITEKNIK PERKERETAAPIAN INDONESIA_ SUSENO,
20
M.M.
POLITEKNIK PERKERETAAPIAN INDONESIA_ SUSENO,
M.M.
21
POLITEKNIK PERKERETAAPIAN INDONESIA_ SUSENO,
M.M.
22
POLITEKNIK PERKERETAAPIAN INDONESIA_ SUSENO,
M.M.
23
POLITEKNIK PERKERETAAPIAN INDONESIA_ SUSENO,
M.M.
24
POLITEKNIK PERKERETAAPIAN INDONESIA_ SUSENO,
25
M.M.
POLITEKNIK PERKERETAAPIAN INDONESIA_ SUSENO,
M.M.
26
POLITEKNIK PERKERETAAPIAN INDONESIA_ SUSENO,
M.M.
27
POLITEKNIK PERKERETAAPIAN INDONESIA_ SUSENO,
M.M.
28
POLITEKNIK PERKERETAAPIAN INDONESIA_ SUSENO,
M.M.
29
POLITEKNIK PERKERETAAPIAN INDONESIA_ SUSENO,
30
M.M.
GAMBAR LUNCURAN
30
KA
POLITEKNIK PERKERETAAPIAN INDONESIA_ SUSENO,
M.M.
31
POLITEKNIK PERKERETAAPIAN INDONESIA_ SUSENO,
M.M.
32
33
EMPLASEMEN
M.M.
POLITEKNIK PERKERETAAPIAN INDONESIA_ SUSENO,
Apakah yang dimaksud Emplasemen ?
Emplasemen adalah kumpulan dari beberapa
jalur KA beserta kelengkapannya dan merupakan
satu kesatuan.
33
PENGERTIAN JALUR - JALUR 34
M.M.
POLITEKNIK PERKERETAAPIAN INDONESIA_ SUSENO,
1.Jalur Utama
2.Jalur Langsir
3.Jalur Luncur dan Luncuran
4.Jalur Tangkap
5.Jalur Simpan
PENGERTIAN JALUR - JALUR 35
M.M.
POLITEKNIK PERKERETAAPIAN INDONESIA_ SUSENO,
Jalur utama adalah jalur kereta api di emplesemen yang dipergunakan untuk
memberangkatkan dan menerima kedatangan kereta api, dan dapat juga
digunakan untuk melaksanakan kegiatan langsir.
Jalur langsir adalah jalur di emplasemen yang bukan jalur utama dan hanya
dipergunakan untuk melaksanakan kegiatan langsir.
36
PENGERTIAN JALUR - JALUR
M.M.
POLITEKNIK PERKERETAAPIAN INDONESIA_ SUSENO,
Luncuran adalah bagian jalur yang terletak setelah
penghabisan jalur utama yang digunakan untuk kereta api
datang dan berhenti yang meluncur, dapat berwujud jalur
luncur atau jalur terusan dengan panjang tertentu yang
dinyatakan dalam PDPS.
PANJANG LUNCURAN 37
M.M.
POLITEKNIK PERKERETAAPIAN INDONESIA_ SUSENO,
Untuk kereta api masuk jalur lurus dan berhenti, panjang
luncuran ditetapkan 100 meter dari penghabisan jalur utama.
M.M.
POLITEKNIK PERKERETAAPIAN INDONESIA_ SUSENO,
Jalur tangkap adalah jalur di emplasemen yang
hanya dipergunakan untuk menangkap
gelundungan sarana kereta api.
M.M.
POLITEKNIK PERKERETAAPIAN INDONESIA_ SUSENO,
Persinyalan adalah suatu Perangkat Untuk Menjaga Keselamatan Dan
Mengatur Operasi Kereta Api Yang Efisien & Efektif Dengan Prinsip :
Membagi Ruang & Waktu
Mengendalikan Laju Perka
M.M.
POLITEKNIK PERKERETAAPIAN INDONESIA_ SUSENO,
kerusakan pada sistem persinyalan, kerusakan tersebut
tidak boleh menimbulkan bahaya bagi perjalanan kereta
api.
M.M.
POLITEKNIK PERKERETAAPIAN INDONESIA_ SUSENO,
3. Susunan penempatan sinyal-sinyal di sepanjang
jalan rel harus sedemikian rupa sehingga aspek menurut
jalan rel memberikan aspek sesuai urutan yang baku,
agar masinis dapat memahami kondisi operasional
bagian petak yang akan dilalui.
M.M.
POLITEKNIK PERKERETAAPIAN INDONESIA_ SUSENO,
I. PENDAHULUAN
A. Pahami pedoman yang ada di PDPS (termasuk
peraturan lain yang terkait, misal : PD.3, PD.19
jilid 1/2, dll)
B. Mengetahui kondisi emplasemen Stasiun
42
II. PELAYANAN DI DALAM DINAS 43
A. Permulaan Dinas
M.M.
POLITEKNIK PERKERETAAPIAN INDONESIA_ SUSENO,
1. Pengechekan peralatan persinyalan
2. Menerima penyerahan dinas
B. Pelayanan selama Dinas
1. Pelayanan Perka & langsiran
2. Pelayanan Kondisi darurat (disampaikan tersendiri)
C. Akhir Dinas
1. Inventarisir kondisi peralatan persinyalan
2. Penyerahan Dinasan (serah terima dinasan)
SISTEM PERSINYALAN DAN CARA PELAYANANNYA 44
M.M.
POLITEKNIK PERKERETAAPIAN INDONESIA_ SUSENO,
- SINYAL MANUAL
Adalah sinyal yang dilayani oleh PPKA atau PRS
(Petugas Rumah Sinyal) dengan menggunakan
hendel, kruk atau sakelar
- SINYAL SEMI OTOMATIK
Adalah sinyal yang dilayani oleh PPKA, tetapi kembali
ke kedudukan normal secara otomatis
- SINYAL OTOMATIK
Sinyal yang bekerja secara otomatis dengan
perantaraan “Track Circuit” (sirkit sepur)
Peralatan Persinyalan 45
M.M.
POLITEKNIK PERKERETAAPIAN INDONESIA_ SUSENO,
Peralatan Luar
o Sinyal
o Wesel
o Pendeteksi KA (Track Circuit, Axle Counter)
Peralatan Dalam
o Pengucilan (Interlocking)
o Meja pelayanan
o Catu daya
POLITEKNIK PERKERETAAPIAN INDONESIA_ SUSENO,
M.M.
46
Persinyalan Mekanik
PERSINYALAN :
PERSINYALAN MEKANIK
47
M.M.
POLITEKNIK PERKERETAAPIAN INDONESIA_ SUSENO,
:
1. Handel kayu
2. Krian
3. Handel tinggi
4. Alkmar
5. S&H
6. S&H dengan Blok
48
Peralatan sinyal mekanik S&H dengan Blok
M.M.
POLITEKNIK PERKERETAAPIAN INDONESIA_ SUSENO,
Pesawat blok
Lemari mistar
Perkakas handel
PEMBAGIAN PERALATAN PERSINYALAN 49
MEKANIK S&H DENGAN BLOK
M.M.
POLITEKNIK PERKERETAAPIAN INDONESIA_ SUSENO,
Dilihat dari penempatannya persinyalan mekanik dibagi
menjadi dua bagian.
M.M.
POLITEKNIK PERKERETAAPIAN INDONESIA_ SUSENO,
Rangkaian semboyan sinyal di emplasemen
kereta api masuk dan berhenti di jalur lurus
Aspek Sinyal Mekanik 51
M.M.
POLITEKNIK PERKERETAAPIAN INDONESIA_ SUSENO,
Rangkaian semboyan sinyal di emplasemen kereta api berjalan
dan langsung melalui jalur lurus
Aspek Sinyal Mekanik 52
Rangkaian semboyan sinyal di emplasemen kereta api masuk dan berhenti di jalur belok
M.M.
POLITEKNIK PERKERETAAPIAN INDONESIA_ SUSENO,
PD19 PASAL 55 AYAT 2 B : UNTUK KA LANGSUNG HARUS LEWAT JALUR LURUS, APABILA
TIDAK ADA JALUR LURUS KA TIDAK BOLEH BERJALAN LANGSUNG
(SINYAL MEKANIK PADA UMUMNYA DI RPS/PDPS LANGSUNG LEWAT BELOK TIDAK ADA)
PEMBAGIAN PERALATAN DALAM SINYAL MEKANIK
53
Peralatan dalam sinyal mekanik dibagi menjadi tiga bagian:
M.M.
POLITEKNIK PERKERETAAPIAN INDONESIA_ SUSENO,
1. Interlocking mekanik ( lemari mistar )
2. Perkakas Handel
3. Pesawat blok
Peralatan luar sinyal mekanik dibagi menjadi:
1. Peraga sinyal mekanik
2. Penggerak wesel mekanik
3. Saluran kawat tarik
4. Pengontrol kedudukan wesel ( sekat, kancing )
5. Penghalang sarana
6. kunci Jamin dan kunci klous
7. Media tranmisi
Peralatan Lemari mistar
54
1. KRUK
M.M.
POLITEKNIK PERKERETAAPIAN INDONESIA_ SUSENO,
Kruk berfungsi untuk menggerakkan penguncian/ interlocking
terhadap peralatan yang akan di lewati kereta api dan membebaskan
sinyal tertentu supaya bisa ditarik ke posisi aman, sesuai dengan
daftar penguncian.
Dilihat dari bentuknya kruk ada dua macam, kruk biasa dan kruk
bersayap.
M.M.
POLITEKNIK PERKERETAAPIAN INDONESIA_ SUSENO,
Kruk jalur, kruk yang berfungsi untuk menggerakan penguncian jalur
tertentu yang akan dilewati kereta api, sesuai dengan daftar
penguncian yang telah dibuat dalam interlocking. Kruk jalur
mempunyai warna hitam di tengahnya.
2. ROSET
M.M.
POLITEKNIK PERKERETAAPIAN INDONESIA_ SUSENO,
• Roset merupakan tempat kedudukan posisi Kruk, sayap
bawah kruk masuk pada salah satu cowakan roset
• Roset untuk kruk 2 kedudukan mempunyai 2 cowakan
• Untuk kruk 3 kedudukan roset mempunyai 3 cowakan.
Peralatan Lemari
mistar 57
Kruk dan Roset
M.M.
POLITEKNIK PERKERETAAPIAN INDONESIA_ SUSENO,
No lajur Kruk
Roset
M.M.
POLITEKNIK PERKERETAAPIAN INDONESIA_ SUSENO,
mengerti peralatan mana saja yang harus dilayani untuk
memasukan atau memberangkatkan ka dari/ke stasiun sebelahnya,
maka dibuat plat petunjuk pada setiap kruk dan peralatan yang
akan dilayaninya sebagai petunjuk dalam melayani perkakas handel.
M.M.
POLITEKNIK PERKERETAAPIAN INDONESIA_ SUSENO,
MKeterangan bersifat umum
Merah
Handel pada lajur tersebut terkunci pada posisi “ tidak biasa”
apabila kruk tersebut di balik
Nama handel sinyal yang bebas apabila kruk tersebut dibalik
Nama handel sinyal ditulis disudut kiri bawah
WARNA TULISAN PADA PELAT 61
PETUNJUK
Kuning
M.M.
POLITEKNIK PERKERETAAPIAN INDONESIA_ SUSENO,
No kruk yang menjadi “ bebas “ apabila kruk di balik
Ditulis di sudut kanan bawah
Hijau
No kruk yang harus dibalik/dilayani terlebih dahulu
sebelum kruk ini dapat dibalik.
Di tulis disudut kanan bawah
PERKAKAS HANDEL 62
M.M.
POLITEKNIK PERKERETAAPIAN INDONESIA_ SUSENO,
menggerakan paralatan luar sesuai dengan
kebutuhan yang diperlukan dalam suatu
interlocking mekanik / penguncian mekanik.
M.M.
POLITEKNIK PERKERETAAPIAN INDONESIA_ SUSENO,
Handel sinyal adalah handel yang dipergunakan untuk menggerakan
lengan sinyal dari posisi tidak aman ke posisi aman dan dari posisi
boleh jalan ke posisi tidak boleh jalan, saat handel posisi di bawah
lengan sinyal menunjukan semboyan tidak boleh jalan dan saat
handel sinyal posisi di atas menunjukan semboyan boleh jalan.
Warna plat alamat pada handel sinyal berwarna merah
Handel
wesel
Handel wesel adalah handel yang dipergunakan untuk membalik
wesel dari posisi + ke posisi – dan dari posisi – ke posisi +. Saat
handel wesel posisi di bawah wesel tersebut dalam posisi +, ketika
handel wesel posisi di atas wesel tersebut dalam posisi –
Warna plat alamat pada handel wesel berwarna putih
MACAM-MACAM HANDEL 64
Handel kancing
M.M.
POLITEKNIK PERKERETAAPIAN INDONESIA_ SUSENO,
Handel kancing adalah handel yang digunakan untuk
menggerakan kancing dari posisi mengancing ke tidak
mengancing dan sebaliknya, saat handel dibawah posisi
mengancing dan saat di atas posisi tidak mengancing.
M.M.
POLITEKNIK PERKERETAAPIAN INDONESIA_ SUSENO,
1
1.Perkakas Hendel.
2. Plat alamat hendel Sinyal.
3. Plat alamat hendel wesel.
4. Roda rantai 1a1
2
3 4
Sekat handel mekanik 66
M.M.
POLITEKNIK PERKERETAAPIAN INDONESIA_ SUSENO,
Kontak Hendel
M.M.
POLITEKNIK PERKERETAAPIAN INDONESIA_ SUSENO,
bebas ( tidak
mengunci )
HENDEL WESEL
semat 18 berpenampang bulat,............. 68
mengunci hendel sinyal dalam
po-si2 normal
M.M.
POLITEKNIK PERKERETAAPIAN INDONESIA_ SUSENO,
SUKU PENGHUBUNG
18 BI
PERALATAN BLOK
69
Pesawat blok adalah perangkat persinyalan yang dipergunakan untuk :
M.M.
POLITEKNIK PERKERETAAPIAN INDONESIA_ SUSENO,
1. Mengatur perjalanan kereta api, dari satu stasiun ke stasiun
sebelahnya atau dari stasiun ke pos blok dan sebaliknya.
2. Menghubungkan penguncian di stasiun mekanik yang mempunyai
pelayanan lebih dari satu.
M.M.
POLITEKNIK PERKERETAAPIAN INDONESIA_ SUSENO,
Tingkapan kecil
Knop panggil
Knop Tekan
Kunci listrik
Kontak Tingkapan
(kontak kerja) Pemutar induktor
Induktor
POLITEKNIK PERKERETAAPIAN INDONESIA_ SUSENO,
M.M.
71
INDUKTOR
INDUKTOR PESAWAT BLOK
KONTAK TINGKAPAN
72
M.M.
POLITEKNIK PERKERETAAPIAN INDONESIA_ SUSENO,
Kontak kerja
Kontak kerja
Kontak kerja
Konfigurasi Persinyalan S&H + Blok
73
Stasiun A Stasiun B
KA
M.M.
POLITEKNIK PERKERETAAPIAN INDONESIA_ SUSENO,
PK
M.M.
POLITEKNIK PERKERETAAPIAN INDONESIA_ SUSENO,
2. Plombir terdiri dari atas plombir benang dan kawat
3. Memasang plombir kawat/benang tanggung jawab kupt sintelis
4. Pada peralatan persinyalan mekanik, peralatan yang terkait dengan
hubungan blok keluar diplombir kawat, agar bagian dalamnya tidak
dapat diubah oleh orang yang tidak berhak.
5. Plombir kawat pada peralatan persinyalan tidak boleh diputus oleh
petugas pelayanan persinyalan dan hanya boleh oleh petugas
perawatan persinyalan.
PLOMBIR
75
6. Plombir benang pada peralatan persinyalan saat terjadi gangguan boleh
M.M.
POLITEKNIK PERKERETAAPIAN INDONESIA_ SUSENO,
diputus oleh petugas pelayanan persinyalan dan harus segera melapor
kepada Kupt sintelis dan harus dicatat.
7. Plombir kawat pada hendel wesel putus krn wesel terlanggar harus
dilakukan pembetulan hendel wesel pd posisinya dgn tuas pengungkit
(terplombir benang menjadi diputus) dan segera dilaporkan kepada Kupt
sintelis dan harus dicatat.
8. Apabila petugas pelayanan persinyalan melakukan pemutusan plombir
kawat, harus dikenai sanksi sesuai dgn peraturan perusahaan dan untuk
PPKA selain sanksi juga pencabutan Keterangan kecakapan (O.50)
WESEL
TERLANGGAR 76
Tindakan pada saat wesel terlanggar :
M.M.
POLITEKNIK PERKERETAAPIAN INDONESIA_ SUSENO,
1. Rangkaian tidak boleh mundur.
2. Wesel yang terlanggar tidak boleh dibalik.
3. Bebaskan semua rangkaian dari wesel dengan cara rangkaian
disuruh terus maju sampai bebas wesel yang terlanggar.
4. Periksa wesel dan kembalikan handel ke kedudukan semula dengan
halfboom / tuas pengungkit roda wesel.
5. Ppka/Prs mencoba melayani wesel dengan membalik handel wesel.
6. Ppka / prs memasang tongklem pada wesel yang terlanggar.
7. Ppka segera lapor ke petugas sinyal.
POLITEKNIK PERKERETAAPIAN INDONESIA_ SUSENO,
M.M.
77
WESEL TERLANGGAR
Proses I :
POLITEKNIK PERKERETAAPIAN INDONESIA_ SUSENO,
M.M.
78
WESEL TERLANGGAR
Proses II :
POLITEKNIK PERKERETAAPIAN INDONESIA_ SUSENO,
M.M.
79
WESEL TERLANGGAR
Proses III :
POLITEKNIK PERKERETAAPIAN INDONESIA_ SUSENO,
M.M.
80