Anda di halaman 1dari 91

CATUDAYA FASILITAS OPERASI

KERETA API
CATUDAYA FASILITAS OPERASI KERETA API
• “Catu daya Fasilitas Operasi Kereta Api” merupakan sumber energi
listrik peralatan persinyalan, telekomunikasi, dan instalasi listrik.

• Energi listrik harus tersedia terus-menerus selama peralatan fasilitas


operasi kereta api ini dioperasikan.

• Catudaya listrik dapat diperoleh dari tiga sumber yaitu :

1. Sumber catudaya utama dari Perusahaan Listrik Negara (PLN)


2. Pembangkit listrik cadangan dari Genset dan Baterai => yang
berperan mengambil alih pencatuan listrik setiap terjadi peralihan
listrik dari sumber utama bila tiba-tiba terputus/padam.
3. UPS (uninteruptable power supply) => Setiap peralatan fasilitas
operasi kereta api harus dilengkapi dengan peralatan sistem
catu daya tidak terputus atau disebut UPS (uninteruptable power
supply) yang berkualitas tinggi, untuk mendukung kelancaran
operasional kereta api.
CATUDAYA FASILITAS OPERASI KERETA API
TUJUAN PEMBELAJARAN :

A. Tujuan Pembelajaran Umum :

Mengatahui dan memahami kegiatan dalam catudaya listrik peralatan


persinyalan, telekomunikasi, dan instalasi listrik pada lingkungan
Perkeretaapian

B. Tujuan Pembelajaran Khusus :

Memahami fungsi dasar dan jenis-jenis alat/komponen catudaya listrik


untuk peralatan persinyalan, telekomunikasi, dan instalasi listrik
perkeretaapian yang berhubungan langsung dengan pengoperasian
perjalanan kereta api.
CATUDAYA FASILITAS OPERASI KERETA API
POKOK BAHASAN :

A. PENDAHULUAN
B. CATU DAYA PERSINYALAN
C. CATUDAYA TELEKOMUNIKASI
D. CATU DAYA INSTALASI LISTRIK
E. PEMBANGKIT LISTRIK CADANGAN
F. PENGOPERASIAN CATUDAYA
G. BATERAI

BAHAN BELAJAR :

Modul Catu daya Fasilitas Operasi Kereta Api


PENDAHULUAN
PENDAHULUAN

Catu daya fasilitas operasi kereta api adalah catudaya listrik yang
digunakan untuk peralatan persinyalan, telekomunikasi instalasi listrik
perkeretaapian.

Sistem catudaya yang digunakan untuk fasilitas operasi kereta api adalah
“sistem absolut kontinyu” yang dimaksud adalah catudaya listrik untuk
peralatan tidak boleh terjadi interupsi.

Untuk mewujudkan sistem absolut kontinyu harus menggunakan peralatan


"sistem catu daya tidak terputus", UPS (uninterupted power supply),
dengan cara menyediakan catudaya listrik dari 3 sumber yaitu:

1. Catudaya listrik utama dari Perusahaan Listrik Negara (PLN)


2. Pembangkit listrik cadangan (genset) dan
3. Baterai bank
PENDAHULUAN

Catudaya instalasi listrik perkeretaapi dilintas elektrifikasi untuk keperluan


fasilitas operasi keretaapi catu daya utama dari gardu listrik PLN harus
handal kemudian dihubungkan ke gardu listrik perkeretaapian untuk
disalurkan menggunakan media transmisi jaringan listrik bertegangan AC
atau DC untuk;

1. Menggerakkan kereta api bertenaga listrik.

2. Memfungsikan peralatan persinyalan kereta api yang bertenaga listrik.

3. Memfungsikan peralatan telekomunikasi

4. Memfungsikan fasilitas penunjang lainnya.


PENDAHULUAN

• Pemakaian sistem catu daya harus efektif, efisien dan handal


(reliable). Dalam penggunaan catudaya arus searah untuk peralatan
telekomunikasi pada dasarnya sangat tergantung pemakaian energi
listrik ada 4 cara (mode) yang diterapkan yaitu :

1. sistem battery mode,


2. rectifier mode,
3. paralel mode
4. change over mode

• Sedangkan untuk penggunaan sistem untuk persinyalan elektrik,


sentral telepon telekomunikasi dan sistem jaringan telekomunikasi
dengan kabel atau radio microwave harus menggunakan "sistem
catu daya tidak terputus" atau UPS (uninterupted power supply).
CATU DAYA PERSINYALAN
PEKERETAAPIAN
CATU DAYA PERSINYALAN PEKERETAAPIAN

1. Fungsi

Catu daya berfungsi untuk mensuplai daya secara terus-menerus untuk


peralatan persinyalan elektrik dalam dan luar ruangan serta peralatan
telekomunikasi di stasiun.

Catu daya ini terdiri dari:

a. Catu daya utama.


b. Catu daya darurat.
c. Catu daya cadangan.
CATU DAYA PERSINYALAN PEKERETAAPIAN

Blok Diagram Sistem UPS


CATU DAYA PERSINYALAN PEKERETAAPIAN

2. Persyaratan Penempatan.

Catu daya utama, darurat dan cadangan terletak di ruang peralatan pada
ruangan khusus yang terpisah-pisah dan berdekatan dengan ruang
interlocking. Seperti gambar dibawah ini.

Ruang Peralatan Persinyalan dan Telekomunikasi


CATU DAYA PERSINYALAN PEKERETAAPIAN

3. Persyaratan Pemasangan.

a. Catu daya utama harus dipasang dengan menggunakan trafo isolasi


(insulation transformer).

b. Catu daya darurat dipasang pada rak khusus.

c. Catu daya cadangan pondasi genset dipasang menggunakan pondasi


yang terpisah dari pondasi ruangan.

d. Bagian depan dan belakang panel pelayanan disediakan ruang yang


cukup minimal 80 cm antara dinding dengan catu daya untuk
memudahkan perawatan.

e. Dilengkapi dengan sistem pengatur sirkulasi udara dan disaring


(filter) untuk menyaring layang debu besi dari pengereman kereta api.
CATU DAYA PERSINYALAN PEKERETAAPIAN

4. Persyaratan Operasi.

a. Catu daya hanya digunakan untuk mencatu peralatan sinyal dan


telekomunikasi berada dalam ruangan peralatan ER (equipment room).

b. Catu Daya Utama

1) Dari tegangan PLN atau sumber lain;


2) Dilengkapi dengan sistem UPS => Mampu menyediakan daya
untuk kebutuhan beban penuh peralatan sinyal dan
telekomunikasi secara terus menerus;
3) Apabila tegangan atau frekuensi catu daya utama berubah
sampai diatas/dibawah harga toleransi yang dirancang (15%), catu
daya utama harus terputus;
4) Setelah catu daya utama bekerja kembali sekurang-kurangnya 5
menit dan telah stabil, beban penuh instalasi diambil alih lagi
oleh catu daya utama secara otomatis dan menghentikan diesel
generator secara otomatis pula
CATU DAYA PERSINYALAN PEKERETAAPIAN

c. Catu Daya Darurat

1) Dari baterai dengan kapasitas operasi minimum 2 jam pada beban


penuh;
2) Harus mampu menanggung beban sementara pada saat catu daya
utama putus/terganggu, sebelum beralih dari catu daya utama ke
catu daya cadangan (genset);
3) Pada waktu catu daya utama terputus, beban penuh instalasi
persinyalan segera diambil alih secara otomatik oleh baterai.
4) Pada saat bersamaan diesel generator mulai bekerja secara otomatik.
CATU DAYA PERSINYALAN PEKERETAAPIAN

d. Catu Daya Cadangan

1) Dari diesel generator dengan kapasitas operasi paling rendah 1,25 x


beban normal instalasi sinyal;
2) Harus dapat menanggung beban penuh pada saat catu daya utama
putus/terganggu;
3) Beban penuh harus diambil alih oleh diesel generator dalam waktu
tidak lebih dari 10 menit sejak diesel generator mulai hidup;
4) Apabila catu daya utama tidak bekerja kembali dalam waktu 5 menit,
diesel generator secara otomatik mengambil alih pemberian daya ke
instalasi;
5) Setelah catu daya utama bekerja kembali sekurang-kurangnya 5 menit
dan telah stabil, beban penuh instalasi diambil alih lagi oleh catu daya
utama secara otomatis dan menghentikan diesel generator secara
otomatis pula;
6) Di lengkapi dengan sistem pentanahan dengan nilai maksimal 1 Ohm.
CATU DAYA PERSINYALAN PEKERETAAPIAN

Blok Diagram Sistem UPS


CATU DAYA PERSINYALAN PEKERETAAPIAN

5. Persyaratan Material.

a. Catu daya utama

1) Catu daya utama,dari PLN atau sumber lain;


2) Tegangan nominal 220/380 V±10%, frekuensi 50 Hz ± 3Hz;
3) Dilengkapi "sistem catu daya tidak terputus"(UPS);
4) Dilengkapi dengan proteksi over/under voltage.

b. Catu daya darurat

5) Catu daya darurat, dari baterai dan rechargeable;


6) Kapasitas minimum tahan beroperasi 1 jam pada beban penuh.
CATU DAYA PERSINYALAN PEKERETAAPIAN

c. Catu daya Cadangan

1) Catu daya cadangan, dari diesel generator,


2) Kapasitas paling rendah 1,25 x beban normal instalasi sinyal dan
telekomunikasi;
3) Dilengkapi dengan battery charger 12 Volt, 20 A;
4) Battery untuk starter generator harus dilengkapi dengan charger
otomatis yang terhubung dengan catu daya utama;
5) Dapat dilengkapi dengan tangki bahan bakar cadangan
CATU DAYA TELEKOMUNIKASI
PEKERETAAPIAN
CATU DAYA TELEKOMUNIKASI PEKERETAAPIAN

1. Fungsi

Catu daya berfungsi untuk mensuplai daya secara terus-menerus untuk


peralatan telekomunikasi di stasiun, dan dilokasi menara telekomunikasi
diluar satsiun.

Catu daya Telekomunikasi Perkeretaapian terdiri dari :

a. Catu daya utama.


b. Catu daya darurat.
c. Catu daya cadangan.
CATU DAYA TELEKOMUNIKASI PEKERETAAPIAN

2. Persyaratan Penempatan.

a. Catu daya Telekomunikasi dalam Ruang Interlocking


Catu daya utama, darurat dan cadangan terletak di ruang peralatan
telekomunikasi pada ruangan khusus yang menjadi satu lokasi
dengan peralatan persinyalan terpisah-pisah dan berdekatan
dengan ruang interlocking. Seperti gambar dibawah ini.

Ruang Peralatan Persinyalan dan Telekomunikasi


CATU DAYA TELEKOMUNIKASI PEKERETAAPIAN

b. Catu daya Telekomunikasi di Lokasi Menara


Catu daya utama, darurat dan cadangan terletak di ruang peralatan
Radio yang berada di emplasemen atau di gunung/bukit masing-
masing peralatan mempunyai pencatudaya tersendiri antara lain;

1) Catu daya untuk radio Microwave


2) Catu daya untuk Sentral Telepon Otomatis

Ruang Peralatan Persinyalan dan Telekomunikasi


CATU DAYA TELEKOMUNIKASI PEKERETAAPIAN

3. Persyaratan Pemasangan.

a. Catu daya utama harus dipasang dengan menggunakan trafo isolasi


(insulation transformer).

b. Catu daya darurat dipasang pada rak khusus.

c. Catu daya cadangan dipasang menggunakan pondasi yang terpisah


dari pondasi ruangan.

d. Bagian depan dan belakang panel pelayanan disediakan ruang yang


cukup minimal 80 cm antara dinding dengan catu daya untuk
memudahkan perawatan.

e. dilengkapi dengan sistem pengatur sirkulasi udara.


CATU DAYA TELEKOMUNIKASI PEKERETAAPIAN

4. Persyaratan Operasi.

a. Catu daya hanya digunakan untuk mencatu peralatan sinyal dan


telekomunikasi berada dalam ruangan peralatan ER (equipment room).

b. Catu Daya Utama

1) Dari tegangan PLN atau sumber lain;


2) Dilengkapi dengan sistem UPS => Mampu menyediakan daya
untuk kebutuhan beban penuh peralatan sinyal dan
telekomunikasi secara terus menerus;
3) Apabila tegangan atau frekuensi catu daya utama berubah
sampai diatas/dibawah harga toleransi yang dirancang (15%), catu
daya utama harus terputus;
4) Setelah catu daya utama bekerja kembali sekurang-kurangnya 5
menit dan telah stabil, beban penuh instalasi diambil alih lagi
oleh catu daya utama secara otomatis dan menghentikan diesel
generator secara otomatis pula
CATU DAYA TELEKOMUNIKASI PEKERETAAPIAN

c. Catu Daya Darurat

1) Dari baterai dengan kapasitas operasi minimum 2 jam pada beban


penuh;
2) Harus mampu menanggung beban sementara pada saat catu daya
utama putus/terganggu, sebelum beralih dari catu daya utama ke
catu daya cadangan (genset);
3) Pada waktu catu daya utama terputus, beban penuh instalasi
persinyalan segera diambil alih secara otomatik oleh baterai.
4) Pada saat bersamaan diesel generator mulai bekerja secara otomatik.
CATU DAYA TELEKOMUNIKASI PEKERETAAPIAN

d. Catu Daya Cadangan

1) Dari diesel generator dengan kapasitas operasi paling rendah 1,25 x


beban normal instalasi sinyal;
2) Harus dapat menanggung beban penuh pada saat catu daya utama
putus/terganggu;
3) Beban penuh harus diambil alih oleh diesel generator dalam waktu
tidak lebih dari 10 menit sejak diesel generator mulai hidup;
4) Apabila catu daya utama tidak bekerja kembali dalam waktu 5 menit,
diesel generator secara otomatik mengambil alih pemberian daya ke
instalasi;
5) Setelah catu daya utama bekerja kembali sekurang-kurangnya 5 menit
dan telah stabil, beban penuh instalasi diambil alih lagi oleh catu daya
utama secara otomatis dan menghentikan diesel generator secara
otomatis pula;
6) Di lengkapi dengan sistem pentanahan dengan nilai maksimal 1 Ohm.
CATU DAYA TELEKOMUNIKASI PEKERETAAPIAN

Model Genset 10KVA


CATU DAYA TELEKOMUNIKASI PEKERETAAPIAN

5. Persyaratan Material.

a. Catu daya utama

1) Catu daya utama,dari PLN atau sumber lain;


2) Tegangan nominal 220/380 V±10%, frekuensi 50 Hz ± 3Hz;
3) Dilengkapi "sistem catu daya tidak terputus"(UPS);
4) Dilengkapi dengan proteksi over/under voltage.

b. Catu daya darurat

5) Catu daya darurat, dari baterai dan rechargeable;


6) Kapasitas minimum tahan beroperasi 1 jam pada beban penuh.
CATU DAYA TELEKOMUNIKASI PEKERETAAPIAN

c. Catu daya Cadangan

1) Catu daya cadangan, dari diesel generator,


2) Kapasitas paling rendah 1,25 x beban normal instalasi sinyal dan
telekomunikasi;
3) Dilengkapi dengan battery charger 12 Volt, 20 A;
4) Battery untuk starter generator harus dilengkapi dengan charger
otomatis yang terhubung dengan catu daya utama;
5) Dapat dilengkapi dengan tangki bahan bakar cadangan
CATU DAYA INSTALASI LISTRIK
CATU DAYA INSTALASI LISTRIK

1. Catu daya Instalasi listrik terdiri dari :

a. Catu daya listrik.


b. Peralatan transmisi tenaga listrik.

2. Catu Daya Listrik terdiri dari

a. Catu daya listrik arus bolak balik


b. Catu daya listrik arus searah.
c. Catu daya listrik magnet

3. Transmisi Tenaga Listrik terdiri dari

a. Peralatan transmisi tenaga listrik aliran atas.

b. Peralatan transmisi tenaga listrik aliran bawah


CATU DAYA INSTALASI LISTRIK

4. Definisi dan Fungsi Peralatan

a. Definisi
Catu Daya Listrik adalah catu daya yang dipergunakan untuk
menggerakan kereta api bertenega listrik / magnet yang meliputi :

1) Catu daya listrik arus bolak balik

2) Catu daya listrik arus searah.

3) Catu daya listrik magnet


CATU DAYA INSTALASI LISTRIK

b. Fungsi

Catu Daya Listrik berfungsi untuk menyediakan catu daya


untuk kebutuhan kereta api listrik sesuai dengan jenisnya sbb

a) Menyuplai catu daya listrik arus bolak balik 20 KV

b) Menyuplai catu daya listrik arus searah 1500 V

c) Menyuplai catu daya listrik magnet yang mampu untuk


mengangkat dan mendorong kereta maglev
CATU DAYA INSTALASI LISTRIK

5. Catu Daya Listrik Arus Bolak Balik

Peralatan Catu Daya Listrik Arus Bolak Balik minimal meliputi;

• Power Receiving Equipment

• Transformer Equipment

• Feeding Equipment

• Common Equipment
CATU DAYA INSTALASI LISTRIK

a. Definisi

Catu daya listrik arus bolak balik adalah peralatan catu daya yang
mampu menyediakan daya listrik arus bolak balik yang mempunyai
tegangan dan frekuensi tertentu yang dapat menggerakkan kereta api
bertenaga listrik serta peralatan persinyalan, telekomunikasi dan
peralatan penunjang lainnya.

b. Fungsi

Catu daya listrik arus bolak balik berfungsi untuk menyuplai catu daya
listrik arus bolak balik yang akan digunakan untuk menggerakan kereta
api bertenaga listrik yang langsung dapat mengambil daya listrik dari
sumber arus bolak balik
Catu daya listrik arus bolak balik mampu menyediakan daya untuk
peralatan persinyalan / telekomunikasi dan peralatan pendukung
lainnya.
Catudaya Instalasi Listrik Arus Bolak-balik
CATU DAYA INSTALASI LISTRIK

6. Catu Daya Listrik Arus Searah

Definisi

Catu daya listrik arus searah adalah catu daya yang mampu mengubah
daya listrik arus bolak balik menjadi daya listrik arus searah /
menghasilkan daya listrik arus searah dengan tegangan tertentu untuk
menggerakan kereta api bertenaga listrik dan menyediakan daya untuk
peralatan sinyal, telekomunikasi dan alat pendukung lainnya

Fungsi

1) Catu daya listrik arus searah berfungsi untuk menyuplai catu daya
listrik arus searah yang akan digunakan untuk menggerakan kereta api
bertenaga listrik yang langsung dapat mengambil daya listrik dari
transmisi tenaga listrik aliran atas.
2) Catu daya listrik arus searah mampu menyediakan daya untuk
peralatan persinyalan / telekomunikasi dan peralatan pendukung
lainnya.
CATU DAYA INSTALASI LISTRIK

Peralatan Catu Daya Listrik Arus Searah meliputi ;

a. Bagian penerima (receiving)


Tegangan masuk 20 kV AC yang datang dari PLN diterima oleh gardu
listrik melalui kubikel 20kV Incoming (disebut Cubicle H1). Di dalam
kubikel 20kV Incoming terdapat beberapa peralatan antara lain:

• Disconnecting Switch
• Voltage Detector
• Lightning Arrester
• Disconnecting switch for grounding system
CATU DAYA INSTALASI LISTRIK

• Disconnecting Switch berfungsi sebagai pemisah antara sisi PLN


dengan sisi Incoming gardu listrik dan merupakan alat pengaman
pada saat melakukan pemeliharaan. Disconnecting switch di sisi ini
disebut juga insulating switch karena buka - tutup saklar ini dilakukan
saat gardu tidak berbeban.

• Voltage detector berfungsi sebagai indikator yang menunjukkan


stand-by atau tidaknya tegangan Incoming PLN. Voltage detector
merupakan indikator tegangan 3 phasa yang masuk dari PLN. Melalui
alat ini kita dapat mengetahui tegangan tiap phasa yang datang dari
PLN apakah ada atau tidak.

• Lightning arrester berfungsi sebagai alat pengaman/ proteksi


pemotong surge tegangan (fluktuasi tegangan). Lightning arrester
yang dipasang di sisi ini menggunakan arrester tipe gapless dengan
kapasitas breaking impuls 24,5 kV.
CATU DAYA INSTALASI LISTRIK

• Disconnecting Switch Grounding Sistem (89GR) berfungsi sebagai


pengaman dan dilakukan jika tegangan PLN telah dipadamkan dari
gardu PLN. Konstruksinya sama dengan DS Incoming, akan tetapi
posisi normalnya itu interconnect dengan DS Incoming.
CATU DAYA INSTALASI LISTRIK

Kubikel selanjutnya yang dihubungkan paralel dengan cubicle 20 kV


Incoming (H1) adalah kubikel H2.

Di dalam cubicle H2 terdapat beberapa peralatan antara lain:

• Vacum circuit breaker (VCB), yaitu alat pemutus di sisi tegangan AC.
• Alat-alat ukur (indicator), misalnya ampere meter, volt meter, PF
meter, WH meter.
• Current Transformer dan Potential Transformer
• Disconnecting switch grounding sistem
• Voltage detector
• Alat proteksi / relay pengaman
Catudaya Instalasi Listrik Arus Searah 1500V
CATU DAYA INSTALASI LISTRIK

b. Bagian konfersi/ Pengubah (Converter)

Pada intinya, gardu listrik untuk elektrifikasi perkeretaapian yang juga


disebut gardu Traksi adalah suatu unit peralatan yang berfungsi sebagai
pengubah tegangan arus bolak-balik / AC menjadi tegangan arus searah /
DC.
Unit peralatan yang berfungsi sebagai alat konversi / pengubah pada
gardu listrik adalah sbb:

1. Trafo / transformator
Trafo adalah peralatan yang berfungsi sebagai penaik/ penurun besarnya
tegangan. Trafo yang digolongkan sebagai alat konversi disini sering
disebut trafo utama (Main Transformer) penurun tegangan (step down)
dari 20 kV AC menjadi 1.2 kV AC.
CATU DAYA INSTALASI LISTRIK

2. Rectifier

Rectifier adalah unit peralatan yang berfungsi sebagai pengubah


tegangan AC menjadi tegangan DC.

Rectifier yang dipakai di gardu traksi sekarang menggunakan jenis Silicon


rectifier dengan sistem penyearah 3 phase gelombang penuh yang
merubah tegangan 1,2kV AC menjadi 1500 volt DC – 12 pulsa

Tegangan 1.2kV AC adalah keluaran (outgoing) trafo utama dan


selanjutnya masuk Silicon rectifier untuk dirubah menjadi tegangan 1500
volt DC. Tegangan 1500 volt DC ini disebut tegangan nominal.
CATU DAYA INSTALASI LISTRIK

c. Bagian penyulang (out going)

Tegangan 1500 volt DC keluaran Silicon rectifier masuk ke HSCB Utama


yang selanjutnya disalurkan ke HSCB-HSCB Cabang dan kemudian
melewati Disconnecting Switch dan disalurkan ke Jaringan Aliran Atas
sesuai kebutuhan/ jalur yang direncanakan.

Di dalam cubicle DC terdapat beberapa peralatan, yaitu:

1. HSCB (High Speed Circuit Breaker)


HSCB adalah komponen utama gardu listrik yang berfungsi sebagai
alat pemutus arus disisi tegangan DC.
2. DS (Disconnecting Switch)
DS berfungsi sebagai alat pemisah antara sisi keluaran HSCB dengan sisi
Jaringan aliran atas.
3. Arrester
Unit peralatan ini berfungsi sebagai alat proteksi / pemotong surge
tegangan terutama yang diakibatkan dari induksi petir.
kV AC.
CATU DAYA INSTALASI LISTRIK

4. Current Transformer DC
Berfungsi untuk menurunkan arus DC dan digunakan untuk
pengukuran dan indikasi ke alat proteksi (50F).
5. Ampere meter DC
Berfungsi untuk mengetahui besaran arus DC yang keluar ke
jaringan aliran atas.
6. Rele arus lebih (50F dan 54)
7. LBD (Lingked Breaking Device)
Berfungsi meneruskan sinyal pemutusan HSCB di posisinya ke LBD
lawan pasangannya dan selanjutnya LBD pasangan tersebut
memerintahkan HSCB-nya untuk trip.
Out going panel
CATU DAYA INSTALASI LISTRIK

d. Bagian tegangan rendah (low Voltage)

Tegangan AC Low Voltage ini didapat dari:


1. Tegangan 1,2kV AC 3 phase (Outgoing main transformer) masuk ke
trafo bantu dan dirubah menjadi 380 volt AC 3 phase.
2. Tegangan 6kV AC 3 phase dari trafo distribusi/ jaringan distribusi
masuk ke trafo cadangan dan dirubah menjadi 380 volt AC 3 phase.

Selanjutnya tegangan AC Low Voltage ini dicabangkan menjadi beberapa


suplai / spare antara lain:
a. Tegangan 380 volt AC 3 phase masuk ke charger battery dirubah
menjadi tegangan 100 volt DC dan digunakan untuk keperluan
pengisian battery, rangkaian control, closing coil, control current,
dan untuk remote supervisory
b. Tegangan 220 volt AC 1 phase yang diturunkan menjadi 100 volt AC
untuk keperluan power source lampu-lampu penerangan, indicator,
rele-rele, receptacle, dan untuk power source LBD.
c. Tegangan 380 volt AC / 220 volt AC digunakan untuk blower,
penerangan, power source LBD.
CATU DAYA INSTALASI LISTRIK

Masing-masing kubikel, baik kubikel 20kV Incoming, Pengubah/


converter, maupun kubikel Outgoing DC mempunyai perlengkapan
kontrol dan perlengkapan pengaman (misalnya rele-rele), serta saluran
yang menghubungkan kontrol antar ketiga kubikel. Perlengkapan-
perlengkapan kontrol dan pengaman tadi mendapat catu daya dari
kubikel AC / DC Low Voltage, sehingga bila kubikel AC / DC Low Voltage
tidak bekerja, maka secara keseluruhan seluruh kubikel gardu listrik tidak
dapat beropersi.
Siklus Aliran Daya
siklus aliran dayanya sbb :

 Catu daya masuk dari PLN dengan tegangan masuk 20 kV AC.


 Setelah melalui peralatan switching dan pengukuran, dilakukan penurunan
tegangan dari 20 kV menjadi 1.2 kV AC melalui Main Transformer.
 Tegangan dari Main transformer kemudian disearahkan/ diubah menjadi
tegangan DC dengan menggunakan Silicon rectifier 1.2 kVAC/1500 VDC.
 Selain melewati Silicon Rectifier, aliran daya juga melewati trafo bantu 20
kV/ 6kV yang digunakan untuk keperluan sistem persinyalan (untuk gardu-
gardu tertentu).
 Keluaran trafo 6 kV disalurkan ke PDL dan ada juga yang masuk ke trafo 6
kV / 380 volt.
 Tegangan keluaran trafo 6 kV / 380 volt selanjutnya ada yang masuk ke
trafo step down, penyearah tegangan, charger battery. Di sisi tegangan ini,
tegangan digunakan sebagai tegangan untuk kontrol.
 Untuk keluaran rectifier, akan disalurkan ke jaringan aliran atas dengan
melewati HSCB dan DS.
 KRL memperoleh catu daya dari jaringan (bertegangan posistif), dan rel
digunakan sebagai penghantar tegangan negatif, yang dihubungkan
dengan sisi negatif Silicon rectifier.
Power Distribution Line (PDL).
Definisi sistem power distribution line (sistem PDL) adalah :

Sistem saluran penghantar daya listrik dengan tegangan 6kV AC dari


substation ke peralatan Suplai Daya Signal Hut (SDSH) dan transformator
pintu perlintasan

Hubungan Antara Bagian Listrik Aliran Atas adalah seperti pada gambar
berikut:
Gardu Listrik Perkeretaapian ( Gardu Traksi ) melayani suplai daya 1500 volt
untuk beroperasinya kereta listrik (KRL).

Gardu listrik ini berfungsi mengkonversi daya listrik agar bisa dimanfaatkan
oleh krl, sedangkan sumber daya listrik utama adalah dari tegangan
menengah 20kV dari PLN.

Suplai daya 1500 volt DC ditransmisikan oleh gardu listrik melalui jaringan
listrik aliran atas (jaringan catenary) sepanjang rel dengan perantara kawat
kontak, atau dikenal dengan nama kawat trolley.

Jaringan catenary ini memiliki ciri yaitu dengan dibangunnya tiang-tiang


transmisi beserta kelengkapan-kelengkapannya berupa kawat-kawat dan
kabel-kabel pendukung sepanjang rel lintas yang dielektrifikasi.

Selain adanya saluran transmisi 1500 volt DC, di bentangan kawat catenary
juga terdapat jaringan transmisi tegangan menengah 6kV AC, atau yang lebih
dikenal dengan nama jaringan Power distribution line (PDL).
Jaringan ini menyalurkan daya listrik bertegangan 6kV dari beberapa gardu
listrik (tidak semua gardu listrik) untuk keperluan-keperluan persinyalan atau
keperluan-keperluan lain yang berhubungan dengan operasional kereta dan
gardu listrik.

Jaringan PDL dibentangkan berupa kabel transmisi udara yang ditempatkan di


tiang-tiang catenary sebagai bagian dari konstruksi catenary untuk kawat-
kawat suplai daya 1500 volt DC. Untuk lebih jelas lihat gambar berikut.
Power Distribution Line atau yang dikenal dengan jaringan 6kV adalah
jaringan distribusi tegangan menengah 6 kV AC yang ditransmisikan
sepanjang konstruksi jaringan listrik aliran atas.

Jaringan transmisi 6kV diambil dari gardu listrik.

Jaringan distribusi ini digunakan untuk:

a. Suplai daya persinyalan


b. Telekomunikasi
c. Pintu-pintu perlintasan (elektrik)
d. Penerangan setasiun

Untuk 6 kV yang datangnya dari gardu listrik, tegangan tersebut berasal dari
tegangan keluaran trafo 20 kV / 6 kV, atau yang lebih dikenal dengan trafo
distribusi.
Untuk lebih jelas dapat dilihat contoh Skema gardu listrik yang dilengkapi
dengan trafo trafo 20 kV / 6 kV dan yang tanpa dilengkapi dengan trafo 20
kV / 6 kV
Skema gardu traksi dengan Trafo 20 kV/ 6 kV
Skema gardu traksi tanpa Trafo 20 kV/ 6 kV

Dari PDL
Dari trafo distribusi gardu listrik, tegangan 6 kV ini didistribusikan ke gardu-
gardu listrik lain (sebelahnya) dan peralatan-peralatan persinyalan/
telekomunikasi melalui kabel-kabel (kabel PDL) yang dibentangkan melalui
tiang-tiang aliran atas.

Mengenai bentuk fisik dari kabel-kabel 6 kV tersebut, ada yang dibentangkan


dengan menggunakan 3 kabel (r, s, dan t), ada pula yang memakai sistem 1
kabel berinti 3 yang dipisahkan isolasi.
Tegangan listrik 6kV yang akan digunakan untuk peralatan-peralatan gardu
atau peralatan persinyalan harus diturunkan dahulu melalui transformator/
trafo sesuai kebutuhan.

Sebagai contoh:

• Untuk pintu perlintasan, 1 phase 6 kV diturunkan dengan transformator


tiang 6 kV/220 volt kapasitas 3 kVA, sehingga setiap ada pintu
perlintasan elektrik selalu ada trafo tiang.

• Untuk peralatan-peralatan persinyalan di stasiun, tegangan 6 kV


diturunkan di signal hut atau sinyal kabin menjadi tegangan 380 / 220 volt
3 phase.

Tegangan 6kV ini oleh gardu-gardu digunakan untuk suplai daya kontrol,
proteksi, dan untuk kebutuhan-kebutuhan tegangan rendah lainnya yang
dibutuhkan oleh sistem gardu listrik.
Sistem penyuplaian daya 6kV dihubungkan interkoneksi sehingga kalau terjadi
salah satu penyuplai daya mati maka penyuplain daya dapat diganti / diisi dari
gardu lain.

Satu gardu bisa memperoleh daya lebih dari 1 sisi / gardu dan bekerja secara
interkoneksi.

Untuk lebih jelas dapat dilihat gambar berikut ini.


I. Input dari PLN 20 Kv
Input PLN 20 KV

DS
DS

Input PLN 20 KV
VCB
VCB

DS

VCB VCB VCB VCB VCB

Trafo
Trafo
Y 20 KV Y Trafo 4530 KVA/20 KV Y Trafo 4530 KVA/20 KV Y Y 20 KV
20 KV
6 KV 1,2 KV 6 KV
1,2 KV 1,2 KV

VCB _ _
6 KV
_ Rectifier
Rectifier 4000 KW VCB VCB
Rectifier 4000 KW 4000 KW
+ + +
HSCB HSCB
HSCB

HSCB HSCB HSCB HSCB


HSCB HSCB
II. JC (Jaringan Catenary) +

KRL KRL 1500 V DC KRL


_
. .
PSM
III. SC/SH
Air Swicth 6 KV/3 Phasa/RST
1 Phasa 3 KVA 3 KVA

. . . .
6 KV 6 KV 6 KV
220 V 220 V 220 V

20 KV Ke Pintu Perlintasan Pintu Perlintasan 20 KVA 20 KVA


P= 6 KV 6 KV 6 KV 6 KV

. . .
380 V/220 V Y Y 380/220 V
.
380 V/220 V 380/220 V
20 KVA

Ke Peralatan Sinyal
Fungsi utama PDL sebenarnya adalah untuk suplai daya listrik signal cabin/
hut.

Signal cabin suplai daya 380 volt disuplai dari dari 2 sumber 6kV dari 2 gardu
yang berbeda.

Selain 2 suplai daya 6kV dari 2 sumber yang berbeda tersebut, biasanya ada
juga yang mempunyai sumber 380 dari PLN.

Signal cabin/ hut mempunyai back-up genset sebagai pengganti 380 dari PLN
PERALATAN PERALATAN PDL

Peralatan-peralatan yang ditempatkan di gardu listrik yang menjadi bagian


dari sistem PDL terdiri dari:

1. Trafo distribusi
Trafo distribusi diletakkan di sekitar gardu listrik dan merupakan bagian
dari peralatan gardu listrik.
Tidak semua gardu lisrik dilengkapi dengan trafo distribusi.

Kapasitas trafo yang dipakai adalah 200kVA atau ada juga yang
menggunakan trafo kapasitas 630kVA.

Trafo ini berfungsi sebagai konverter penurun tegangan dari 20kV AC


menjadi 6kV yang kemudian ditransimiskan ke jaringan 6kV untuk
disalurkan ke peralatan-peralatan persinyalan, telekomunikasi, gardu
listrik atau ke peralatan-peraltan lainnya
2. LBS
Load Breaking Switch (LBS) adalah peralatan pemisah sisi yang dilengkapi
dengan motor penggerak hendle. Alat ini berfungsi sebagai pemutus
rangkaian dalam keadaan berbeban dan dilakukan secara manual.
LBS berfungsi sebagai switch pemutus sebelum rangkaian melewati trafo
distribusi.

3. VCB
VCB diletakkan di keluaran trafo 6kV untuk disalurkan ke jaringan PDL.
Peralatan-peralatan PDL yang ditempatkan di lokasi yang memanfaatkan
jaringan transmisi 6kV antara lain:

1. Auxilliary transformeter
Auxilliary transformer (trafo bantu) adalah trafo yang berfungsi
menurunkan tegangan agar bisa dipakai oleh peralatan.
Trafo bantu yang ditempatkan di gardu listrik atau diperalatan suplai daya
persinyalan menggunakan trafo kapasitas 20, 30, 50-100kVA yang
menurunkan tegangan 6kV menjadi 380-400 volt AC.

Untuk peralatan pintu perlintasan menggunakan trafo 3kVA yang


menurunkan tegangan 6kV menjadi 220V.

2. Air switch
Air switch adalah peralatan semacam LBS yang berfungsi sebagai switch
penghubung/ pemutus jaringan transmisi yang akan mensuplai suplai
daya 6kV. Suplai daya untuk signal hut/ cabin dihubungkan secara serie
dari 1 sumber. Suplai daya ini diback up 2 sumber yang berbeda dan
dipilih secara manual/ remote.
3. Switch Interlocking
Switch ini berfungsi sebagai saklar pemilih sumber yang akan dipakai.
Berkerjanya switch ini secara interlocking.

4. Metering/ switching

5. Trafo bantu PJL.


Trafo yang diletakkan di sekitar pintu perlintasan elektrik. Berfungsi sebagai
penurun tegangan 6kV menjadi 220V.
Secara Umum Sistem PDL meliputi hal-hal sebagai berikut:

a. SDSH
b. PDL
c. Transformator SDSH
d. Panel kontrol
e. Transformator pintu perlintasan

a. Suplai Daya Signal Hut ( SDSH )


SDSH adalah peralatan catu daya bagian dari sistem PDL yang berfungsi
untuk mengubah tegangan 6kV AC menjadi tegangan 380 / 220V AC yang
digunakan untuk menyuplai peralatan persinyalan, telekomunikasi dan
peralatan pendukung lainnya.

b. Power Distribution Line ( PDL )


PDL adalah saluran penghantar daya listrik dengan tegangan 6kV AC yang
dapat berupa:
1. Kabel (cable)
2. Kawat (wire)
Dengan spesifikasi teknis tertentu.
c. Transformator Suplai Daya Signal Hut ( Transformator SDSH )
Transformator SDSH adalah peralatan listrik yang berada di SDSH dan di
pintu perlintasan, berfungsi mengubah tegangan sistem PDL sebesar 6kV
AC menjadi tegangan rendah 380V / 220V AC untuk suplai daya peralatan
persinyalan dan telekomunikasi.

d. Panel Kontrol
Panel kontrol adalah peralatan listrik di SDSH yang berfungsi untuk
mengoperasikan dan memantau status peralatan daya listrik di SDSH.

e. Transformator Pintu Perlintasan


Transformator pintu perlintasan adalah peralatan catu daya bagian dari
sistem PDL yang berfungsi untuk mengubah tegangan 6kV AC menjadi
tegangan 220V AC yang digunakan untuk menyuplai peralatan pintu
perlintasan sebidang kereta api dengan jalan raya.
Interkoneksi Sistem Power Distribution Line

(1) Karena digunakan untuk menyuplai peralatan persinyalan dan


telekomunikasi yang penting bagi keselamatan perjalanan kereta api,
sistem PDL harus memiliki interkoneksi satu sama lain untuk menjamin
kontinuitas suplai daya listrik.

(2) Interkoneksi adalah keterkaitan suplai daya listrik 6kV AC antara


substation yang memiliki fasilitas suplai daya listrik 6kV AC dengan SDSH,
sehingga jika terjadi salah satu substation dengan fasilitas suplai daya
listrik 6kV AC gagal melakukan penyuplaian ke sistem PDL (mengalami
gangguan) atau dipadamkan tegangannya untuk keperluan pekerjaan
pemeliharaan, substation lain yang mempunyai fasilitas suplai daya listrik
6kV AC dapat mengambil alih penyuplaian.

(3) Interkoneksi antara substation yang memiliki fasilitas suplai daya listrik
6kV AC dengan SDSH antara lain adalah seperti di bawah ini:
Interkoneksi Sistem Power Distribution Line
Perencanaan Sistem Power Distribution Line

Perencanaan sistem PDL meliputi:

a. Sistem daya dan tegangan


b. Komposisi sistem PDL
c. Jatuh tegangan sistem PDL
d. Phasa dan keseimbangan phasa
e. Spesifikasi teknis dasar

a. Sistem Daya dan Tegangan

Sistem daya dan tegangan meliputi sebagai berikut:

a. Sistem daya dari sistem PDL tegangan menengah adalah 3 phasa, 3 kawat,
6000V AC, 50Hz.
b. Sistem daya dari sistem PDL tegangan rendah adalah 3 phasa, 4 kawat,
380/220V AC, 50Hz atau 1 phasa 2 kawat 220V AC, 50Hz.
b. Komposisi Sistem Power Distribution Line

Komposisi sistem PDL sebagaimana meliputi sebagai berikut:

a. Instalasi PDL tegangan menengah secara umum terpasang di atas, pada


tiang jaringan catenary.
b. Instalasi PDL tegangan rendah mengikuti PUIL (Persyaratan Umum Instalasi
Listrik).

c. Jatuh Tegangan Sistem Power Distribution Line

Jatuh tegangan sistem ditentukan sebagai berikut:

a. Untuk tegangan menengah maksimum 6%


b. Untuk tegangan rendah maksimum 5%
d. Phasa dan Keseimbangan Phasa

Untuk menjaga keseimbangan phasa ketentuan berikut harus dipenuhi,


antara lain:

a. Semua transformator satu phasa 6kV/220V untuk persinyalan antara


SDSH atau antara substation dan SDSH adalah:
- Terhubung phasa
- Terhubung untuk meningkatkan pengaturan phasa

b. Semua transformator tiga phasa 6kV/380-220V untuk peralatan


persinyalan di stasiun harus dihubungkan seperti pada gambar dibawah
e. Spesifikasi Teknis Dasar Peralatan Sistem Power Distribution Line

Spesifikasi teknis sebagaimana dimaksud adalah :

a. Transformator daya sistem PDL

Type Oil-immersed self-cooling


Rated capacity 200, 500kVA
Kind of rating / jenis peringkat Continuous
Number of phases 3
Rated frequency 50Hz
Primary voltage 20kV
Secondary voltage 6kV
Connection Delta-delta
Impedance voltage
5%
(Rated capacity 75ºC)
Note :
Pengertian Impedance voltage

Nilai impedansi sebuah tranformator umumnya dicantumkan pada


name plate transformator itu sendiri dalam satuan persen (%) ,
misalnya 2% , 3%, 5% dst.
Pengertian nilai tersebut adalah , bahwa drop tegangan yang timbul
karena impedansi adalah sekian persen dari tegangan yang diterapkan.

Sebagai contoh, sebuah transformator dengan rasio 20.000 / 6.000 volt


memiliki persen impedansi (Z%) sesuai name plate sebesar 5%, maka
drop tegangan pada transformator tersebut adalah :

Vdrop = V x Z(%) ,

Vdrop = 20.000 x 5/100

Vdrop = 1.000 Volt


b. AC Load break switch
Rated voltage 7.2kV
Rated current 200A
Rated short time current 8.0kA
Rated short circuit making
20kA
current
Breaking mode Air
Solenoid operating
Operating system
Manual operating
Note :
Pengertian Rated voltage :
Adalah Nilai Tegangan Nominal LBS dapat bekerja dengan baik

Pengertian Rated Current :


Adalah Nilai Arus Nominal LBS dapat bekerja dengan baik

Pengertian Rated short time current


Adalah Nilai Arus Listrik sebagai proteksi Waktu hubung Pendek dari LBS
tersebut

Pengertian Rated short circuit making current


Adalah Kapasitas kemampuan hubung pendek, yaitu nilai maksimum
arus hubung pendek untuk dialirkan pada LBS tersebut
c. Transformator untuk peralatan persinyalan
Station with interlocking
3 phase transformer
system
Station without interlocking
Single phase transformer
system
Type Oil-immersed self-cooling
Single phase 3kVA
Rated capacity
Three phase 10, 15, 20, 30, 50kVA
Primary voltage 6000V
Single phase 220V
Secondary voltage
Three phase 380/220V
Rated frequency 50Hz
Connection Three phase PrimaryΔ, Secondaryλ
d. Power Distribution Line
Wire
Material Polyethylene insulate wire (OE insulated wire)
Cross section 38mm²
Cable
6kV CV Cable (cross-linked polyethylene
Material
insulated polyvinilchloride sheathed cable)
Cross section 35mm² or more
Bending radius Single-core 10 times outter diameter of cable
Multi-core 8 times outter diameter of cable
Suspension Messenger wire 90mm²
Underground instalastion Concrete throughs, steel / concrete pipes
Polyethylene insulate wire (OE insulated wire)

6kV CV Cable (cross-linked polyethylene insulated polyvinilchloride sheathed cable)

1.....stranded bare copper


2.....inner layer of semi-conducting material
3.....core insulation of cross-linked polyethylene
4.....outer layer of semi-conducting material
5.....semi-conducting tape
6.....screen of copper wires
7.....inner covering over laid-up cores
8.....outer sheath of polyvinylchloride (PVC), red
Persyaratan Pendinasan ( commissioning ) Sistem Power Distribution
Line

Commissioning adalah pengujian atau melakukan pengujian operasional


suatu pekerjaan secara real / nyata maupun secara simulasi untuk
memastikan bahwa pekerjaan tersebut telah dilaksanakan dan memenuhi
semua peraturan yang berlaku.

(1) Untuk dapat dioperasikan, sistem PDL / peralatan sistem PDL harus
memenuhi persyaratan-persyaratan pendinasan yang sekurang-
kurangnya meliputi:
a. Uji material
b. Uji instalasi
c. Uji operasi
d. Uji beban

(2) Pengujian untuk menyatakan terpenuhinya persyaratan pendinasan


sistem PDL / peralatan sistem PDL dilakukan bersama antara unit
LAA / dan unit atau pihak lain yang terkait.
Uji Material
Uji material adalah untuk memastikan bahwa material sistem PDL /
peralatan sistem PDL memenuhi persyaratan untuk dapat didinaskan,
meliputi hal-hal sebagai berikut:
a. Kuantitas
Kuantitas material sistem PDL harus memenuhi jumlah yang disyaratkan
untuk dapat didinaskan.
b. Kualitas
Kualitas material yang digunakan untuk pendinasan sistem PDL /
peralatan sistem PDL harus memenuhi persyaratan berupa:
 Tidak rusak atau cacat
 Memenuhi spesifikasi teknis yang disyaratkan.
 COO (Certificate of origin) yang menerangkan asal / perolehan
barang.
 COM (Certificate of manufacture) berupa surat keterangan dari
pabrikan yang menerangkan spesifikasi teknis material beserta
hasil pengujian dan keterangan lain yang diperlukan.
 Factory test
Uji instalasi
Uji instalasi adalah untuk memastikan bahwa instalasi sistem PDL
memenuhi persyaratan untuk dapat didinaskan, sekurang-kurangnya
meliputi hal-hal sebagai berikut:

a. Continutity test
b. Meggering test
c. Dielectric strength test
d. Earthing test
e. Phase-sequence test

Continuity Test (Tes Kontinuitas) : Tes kontinuiti artinya meyakinkan


bahwa semua instalasi tersambung atau tidak putus.

Meggering test : adalah mengukur tahanan isolasi instalasi


Dielectric strength test : adalah adalah pengukuran kekuatan listrik suatu
bahan sebagai isolator. Kekuatan dielektrik didefinisikan sebagai tegangan
maksimum yang diperlukan untuk menghasilkan kerusakan dielektrik
melalui material dan dinyatakan sebagai Volt per satuan ketebalan.
Kekuatan dielektrik yang lebih tinggi menunjukkan kualitas isolator yang
lebih baik.

Earthing test : adalah alat mengukur nilai resistansi dari grounding,


Besarnya tahanan tanah sangat penting untuk diketahui sebelum
dilakukan pentanahan dalam sistem pengaman dalam instalasi listrik. Yang
tujuannya adalah untuk mengetahui besar tahanan tanah pada suatu
area.

Phase-sequence test : adalah Pengukur urutan fase digunakan untuk


mendeteksi urutan pasokan dalam rangkaian listrik tiga fase.
Uji Operasi
Uji operasi adalah untuk memastikan bahwa operasi peralatan sistem PDL
memenuhi persyaratan pendinasan, sekurang-kurangnya meliputi hal-hal
sebagai berikut:

a. Operasi peralatan
b. Operasi peralatan kontrol
c. Operasi peralatan proteksi
d. Interlocking antar peralatan

Uji Beban
Uji beban adalah untuk memastikan bahwa sistem PDL mampu
menanggung beban yang berupa persinyalan, telekomunikasi dan
peralatan pendukung lainnya sesuai desain awal.
Keselamatan Dalam Pekerjaan Di Sistem Power Distribution Line

(1) Dalam melaksanakan pekerjaan pemeliharaan atau penanggulangan


gangguan di sistem PDL, personil LAA harus melakukan koordinasi
dengan unit terkait

(2) Dalam melaksanakan pekerjaan pemeliharaan atau penanggulangan


gangguan di sistem PDL, prosedur pemadaman dan menghidupkan
tegangan substation yang menyuplai sistem PDL dilakukan oleh
operator peralatan RSCS ( Remote Supervisory Control System ) atas
permintaan kepala resor atau kepala distrik LAA terkait atau oleh
personil pemeliharaan LAA yang ditunjuk setelah meyakinkan
keamanan dan keselamatan personil dan peralatan

(3) Dalam hal operasi peralatan substation dilakukan oleh operator


peralatan RSCS berdasar permintaan personil pemeliharaan LAA,
ketentuan mengenai operasi peralatan substation melalui peralatan
RSCS dan secara langsung berlaku.
(4) Sebelum dan sesudah melaksanakan pekerjaan pemeliharaan atau
penanggulangan gangguan sistem PDL, personil LAA harus selalu
berkoordinasi dengan operator peralatan RSCS dan unit-unit terkait

(5) Dalam hal status penyuplaian sistem PDL tidak bisa dipantau dan
dikendalikan oleh operator peralatan RSCS, personil koordinator LAA
berkoordinasi dengan unit-unit terkait dan personil pemeliharaan LAA
yang bertanggung jawab atas pemadaman dan menghidupkan
kembali tegangan substation melalui peralatan RSCS dan secara
langsung.

(6) Dalam hal pekerjaan yang berhubungan dengan pihak luar, koordinasi
juga harus dilakukan dengan pihak luar tersebut.

(8) Ketentuan-ketentuan keselamatan sebelum, selama dan setelah


pekerjaan sistem PDL dilakukan harus dipenuhi dan diyakinkan oleh
kepala resor atau kepala distrik LAA.

Anda mungkin juga menyukai