Fungsi : Sebagai sarana atau peralatan yang dipergunakan untuk memberikan “Perintah” dari PPKA
kepada Pengendali sarana perkeretaapian bahwa “KeretaApinya harus berhenti , berjalan hati-hati
atau boleh berjalan “.
1630
+ 4.032 550 550 + 4.032 + 4.032 550 550 + 4.032
+ 4.050 + 4.050 + 4.050 + 4.050
962 962 962 962
50
1950 1950 1950 1950 50
J10
( Jarak X )
2200 s/d 2500
1630
950 950 950
500 100
4400
4000
4000
4500
3900
3900
Roda cupit Pengubah gerak putar menjadi gerak vertikal
Untuk gerakan
lengan 90 derajat
Untuk gerakan
lengan 45 derajat
Dihubungkan dengan
lengan sinyal utama
Dihubungkan dengan
lengan sinyal muka
Roda cupit Pengubah gerak putar menjadi gerak vertikal
Menggerakan lengan sinyal 45 derajat
Untuk gerakan
lengan 90 derajat
Untuk gerakan
lengan 45 derajat
Tampak depan
Roda cupit Pengubah gerak putar menjadi gerak vertikal
Menggerakan lengan sinyal 90 derajat
Plat pengantar
Kedudukan normal
PURWANTO DW
HENDEL SINYAL ( Tampak samping kanan )
Semat pengunci
Aret hende
terkunci pada
Posisi normal
Aret hendel
sinyal
HENDEL SINYAL ( Tampak samping kanan )
Kontak hendel
Cowakan
Penggerak
Kontak hendel
Penggerak
Kontak hendel
HENDEL SINYAL ( Tampak samping kiri )
Alur pengunci
Hendel pada
Posisi ditarik
HENDEL SINYAL ( Tampak samping kanan )
Alur pengunci
Hendel pada
Posisi normal
SEMAT PENGUNCI VERTIKAL HENDEL SINYAL/WESEL
semat pengunci
Hendel wesel pada
Posisi normal (+)
semat pengunci
Hendel wesel pada
Posisi normal (--)
semat pengunci
Hendel sinyal pada
Posisi normal
SEMAT PENGANTAR PENGUNCI HENDEL SINYAL/WESEL
semat pengunci
Hendel sinyal pada
Posisi normal
SEKAT PENEKAN MEKANIK
Gambar.1 Gambar.3
Gambar.2 Gambar.4
SEKAT PENEKAN HENDEL MEKANIK
Gambar.1 Gambar.2
Gambar.4
Gambar.3
PEMASANGAN SEKAT PENEKAN MEKANIK
HENDEL- HENDEL WESEL
PURWANTO DW
HENDEL WESEL ( Tampak samping kiri )
SUKU-SUKU BEGIAN HENDEL WESEL
HENDEL WESEL ( Tampak samping kanan )
HENDEL WESEL ( Tampak samping kiri )
SEMAT PENGUNCI VERTIKAL HENDEL SINYAL/WESEL
2. Pesawat blok :
Peralatan pesawat blok terdiri :
• Kunci listrik arus bolak-balik
• Kunci listrik arus searah
• Pembangkit arus bolak balik/Induktor.
• Knop panggil
• Lonceng panggil
Knop tekan
Bendera tingkapan
Angker tingkapan
Kontak tingkapan
SISTEM BLOK 3
Garis-garis gaya magnetik
S U S U
.
(-)
+ + + +
- - - Arus Induktor 220V / 12 Hz
Spul A
Permanen magnit
Angker
S U S U S U S Perubahan polaritas kutub Spul B
Spul B
+ + +
- - - - Arus Induktor 220V / 12 Hz
SISTEM BLOK 1
Blok Kedudukan normal
2 5 sepur
Terkunci
Blok ke B KETERANGAN Tunggal
a Bebas A
1 a – b terputus 1
2 a – c terhubung 5
b c
a
a – b terhubung
a – c terputus
b c
Stasiun A Stasiun B
SISTEM BLOK 2
Blok Kedudukan normal
2 5 sepur
Bebas
Blok ke B Tunggal
Terkunci A
1 1
2 5
Min 10
putaran
Stasiun A Stasiun B
SISTEM BLOK 2
A memberi warta berangkat kepada B
2 5 sepur
Terkunci
Blok ke B Tunggal
Bebas A
21 1
5
Min 10
putaran
Stasiun A Stasiun B
TINGKAPAN BLOK JALUR TUNGGAL SISTEM BLOK A
Lonceng panggil
Knop panggil
tingkapan kontak rel
Knop tekan
Nama Tingkapan
Induktor
PURWANTO DW
Plat petujuk pelayanan
28
28
FILOSOFI BLOK MEKANIK JALUR TUNGGAL
.B
.A
A Minta blok kepada B
1.
B memberi aman kepada A ( sptg A ) dan ( blok ke B ) putih
2.
Blok Sepr Lwt Lwt Sepr Blok
3. Ke tnggl di A Menarik sinyal berangkatnya di tnggl Ke
B B B A A A
Setelah KA berangkat dan telah melewati wesel ujung,
4. A mengembalikan sinyal berangkatnya,kemudian A memberi
Warta berangkat kepada B ( blok ke B) kembali merah,sptg B
dan (Lwt di A ) Putih.
NEGATIVE CHECK : 1. A dapat menarik sinyal berangkatnya apabila tingkapan “ Blok ke B” telah Putih.
2. A dapat memberi warta berangkat apabila sinyal berangkat dan kruk sudah dikembalikan normal
3. Setelah sinyal berangkat diturunkan, kemudian apabila ditarik lagi harus tidak bisa karena telah
terkunci sekat hendel mekanik.
4. B dapat memberi warta masuk apabila sinyal masuk dan kruk sudah dikembalikan normal serta
tingkapan arus rata sudah membingkas putih.
PURWANTO DW
FILOSOFI BLOK MOBIS JALUR TUNGGAL
.B
.A (I3T)
J14
J12B
J32B
B Minta blok kepada A
1.
A memberi aman kepada B dengan menekan tombol TKB+ TPB. Hingga
2.
indikator arah blok masuk menyala “merah”. Di B tingkapan blok ke A
menjadi putih. Lwt Sepr Blok
di tnggl Ke
A A A
B menarik sinyal berangkat ke A dari jalur II , Setelah KA berangkat dan
3. telah melewati wesel ujung , B mengembalikan sinyal berangkatnya
kemudian B memberi warta berangkat kepada A dengan menekan
tingkapan Blok ke A sehingga tingkapan ini dan trek blok menjadi
merah sedangkan tingkapan ( sptg A ) menjadi putih
NEGATIVE CHECK : 1. B dapat menarik sinyal berangkatnya apabila tingkapan “blok ke A” telah membingkas putih
2. B dapat memberi warta berangkat kepada A apabila di B sinyal berangkat dan kruk telah
dikembalikan normal .
3. Setelah sinyal berangkat diturunkan, kemudian apabila ditarik lagi harus tidak bisa karena telah
terkunci oleh sekat hendel mekanik.
4. A dapat memberi warta masuk apabila sinyal masuk telah kembali merah dan trek blok padam.
PURWANTO DW
TINGKAPAN BLOK JALUR GANDA SISTEM BLOK III
Kunci listrik arus bolak-b
Kruk sinyal
PURWANTO DW
FILOSOFI BLOK MEKANIK JALUR GANDA
A B
NEGATIVE CHECK : 1. A dapat menarik sinyal berangkatnya apabila tingkapan “ Blok ke B” telah Putih.
2. A dapat memberi warta berangkat apabila sinyal berangkat dan kruk sudah dikembalikan normal
3. Setelah sinyal berangkat diturunkan, kemudian apabila ditarik lagi harus” tidak bisa” karena telah
terkunci oleh sekat hendel mekanik.
4. B dapat memberi “aman” kepada A untuk memberangkatan KA berikutnya apabila tingkapan
arus rata sudah membingkas “ merah” dan sinyal masuk dan kruk telah dikembalikan normal.
PURWANTO DW
SIRKIT BLOK JALUR GANDA STASIUN R
SIRKIT BLOK JALUR GANDA STASIUN S
PERALATAN SINYAL LUAR RUANGAN
Persyaratan Peraga Sinyal Mekanik
•Harus dapat menampilkan keluaran dari proses interlocking yang berupa tanda, kedudukan
atau Peragaan yang mempunyai arti tertentu
•Sinyal utama harus dapat menunjukan aspek “aman” atau “tidak aman” sedangkan untuk
sinyal muka harus dapat menunjukan aspek “aman” atau “aman dengan kecepatan
terbatas”
•Peragaan sinyal-sinyal tersebut di atas harus dapat terlihat dengan jelas dalam berbagai
cuaca baik siang maupun malam dari jarak yang disyaratkan.
•Lengan sinyal harus terlihat jelas dari kabin pengendali sarana KA pada jarak yang
disyaratkan.
•Dalam kedudukan biasa (tidak aman) lengan sinyal harus datar dan tegak lurus terhadap
poros tiangnya.
•Pada kedudukan biasa, lengan sinyal muka harus miring ke bawah membentuk sudut 45°
terhadap poros tiangnya
•Bagian lengan yang panjang terhadap porosnya harus mempunyai kelebihan momen
sebesar ± 1 kgm, agar apabila sinyal ditarik aman, kemudian terjadi kawat tariknya putus,
lengan sinyal harus jatuh kembali ke kedudukan biasa (tidak aman) (prinsip Fail safe).
Peraga sinyal mekanik terdiri dari :
• Sinyal masuk
• Sinyal keluar/blok
• Sinyal muka
• Sinyal langsir
• Sinyal ulang
Penggerak wesel mekanik
• Merupakan peralatan untuk mengubah kedudukan suatu wesel dari kedudukan
lurus ke kedudukan belok atau sebaliknya
• Penggerak wesel harus bisa mengikuti gerakan lidah wesel yang dilalui dari arah
yang salah (dilanggar) tanpa menimbulkan kerusakan / membahayakan perjalanan KA
Penggerak wesel mekanik terdiri dari :
• Penggerak wesel mekanik tipe ISS (External locking)
• Penggerak wesel mekanik tipe NS ( Internal locking)
Pengunci kedudukan akhir lidah wesel.
• Merupakan peralatan yang dapat mengunci dan menjamin kedudukan akhir lidah wesel
sehingga “Aman” untuk dilalui KA.
• Pengunci kedudukan akhir lidah wesel harus dapat mengikuti gerakan lidah wesel yang
dilalui sarana KA dari arah yang salah (dilanggar), tanpa menimbulkan kerusakan atau
membahayakan gerakan sarana KA tersebut.
HISTORIS PEMASANGAN DAN FUNGSI SINYAL MUKA MEKANIK
I. Pada saat puncak kecepatan KA max 45 Km/jam. 1. Sinyal masuk dipasang tanpa sinyal muka.
2. Masinis mencari-cari lokasi sinyal masuk.
X
. 3. Masinis sering mengerem mendadak,
kadang-kadang melanggar sinyal masuk.
A
II. Pada saat puncak kecepatan KA max 60 Km/jam. `` 1. Didepan sinyal masuk dipasang patok T
yang berfungsi Sebagai tanda bahwa
pada lokasi dipatok T tersebut Sinyal
masuk terlihat jelas.
2. Sebagai rambu bahwa pada jarak
tertentu Kereta api telah mendekati
X
. sinyal masuk.
3. Patok T bersifat statis tidak dapat
T A memberikan indikasi kepada Masinis
tentang kedudukan sinyal masuk
sudah dilayani atau belum.
PURWANTO DW
III. Pada saat puncak kecepatan KA max 80 Km/jam. a. Dipasang sinyal muka yang berfungsi:
- Memberikan Aspek / indikasi kepada
. Masinis bahwa sinyal masuk sudah
dilayani atau belum.
Am A
- Sebagai rambu bahwa pada jarak
tertentu KA akan mendekati sinyal
masuk.
Pelayanan sinyal muka dilayani satu
hendel bersamaan dengan sinyal
masuk. Yang berarti bahwa setiap
pelayanan sinyal masuk maka sinyal
A.I /Am muka ikut tertarik.
b. Pada realisasi pelayanannya
ternyata berat karena satu hendel
menggerakan dua lengan sinyal serta
A.II/Am bertambah panjangnya kawat tarik.
c. Keluhan dari bidang Operasi tersebut
ditindak lanjuti yaitu dengan memisah
kan hendel sinyal muka dengan hendel
sinyal masuk, dan dilayani masing-
masing dengan satu hendel.
PURWANTO DW
IV Pada puncak kecepatan KA 90 Km/jam atau lebih 1. Sinyal muka dilayani dengan satu hendel
pelayanann KA masuk ke Sepur belok
X
. sinyal muka sering tidak ditarik,karena
biasanya ditahan ”semboyan 7” dulu
I
Am A II disinyal masuk lalu setelah masinis
membunyikan ” semboyan 35” barulah
600 m 500 m
sinyal masuk ditarik aman.
AI 2. Dampak hal tsb diatas adalah lama-
kelamaan Masinis akan berpersepsi
AI bahwa apabila KA masuk kesepur
AII belok sinyal muka tidak ditarik.
Demikian juga PPKA karena KA nya
AII telah melewati sinyal muka, maka
PPKA berpendapat sinyal muka tidak
Am perlu ditarik. Hal inilah menyebabkan
Am terjadinya kesalahan persepsi yang
berkelanjutan.
1100 m
3. Kesalahan ini bila tidak diluruskan maka
akan berpotensi menyebabkan terjadi
nya kecelakaan.
PURWANTO DW
PENGONTROL KEDUDUKAN WESEL
R1
.
..
3
1 3
o
II
Am A 2o
I
AII
AII
AI
AI
KW3
PENGONTROL KEDUDUKAN WESEL
1, W.1 dilayani setempar dengan bandul wesel
2. W.2,W.3 terlayan pusat dilayani dengan hendel wesel. BKW1
3. W1 kedudukan normal dikontrol dengan buka kancing
hendel dalam kedudukan normal wesel terkancing
4. W.2 kedudukan normal dikontrol dengan sekat. Apabila
hendel sinyal ditarik maka sekaligus menyekat wesel.
Mistar/jidar A
Roda sekat/kancing
Pengontrol kedudukan wesel ( sekat / kancing ) 2jalur KA
Mistar/jidar B
Pengontrol kedudukan wesel ( sekat / kancing ) 3jalur KA
MEDIA TRANSMISI / KAWAT TARIK SINYAL & WESEL
Roda kawat
PURWANTO DW
II. Penguncian Lidah Wesel
a. Penguncian lidah wesel dengan kunci jamin/clauss
b. Penguncian lidah wesel dengan claw
c. Penguncian lidah wesel dengan arrow lock
d. Penguncian lidah wesel penguncian dalam.
PURWANTO DW
Penguncian lidah wesel jenis Arrow lock ( lidah rapat )
Penguncian lidah wesel jenis Arrow lock ( lidah buka )
•Wesel disebut terlanggar apabila dilewati Sarana KA dari C ke A.
A B
Penggerak wesel
PURWANTO DW
Bandul penggerak wesel terlayan setempat
PURWANTO DW
WESEL TERLAYAN PUSAT DENGAN PENGGERAK RODA WESEL ISS EKSTERNAL LOCKING
PURWANTO DW
TANDA WESEL
SEKAT WESEL
PURWANTO DW
Roda penggerak wesel ISS ( External locking )
Tampak depan
Tampak samping
Penguncian wesel dengan klaw / kait
Lidah rapat
Lidah buka
Pengerjaan penguncian wesel
WESEL TERLAYAN PUSAT DENGAN PENGGERAK RODA WESEL NS INTERNAL LOCKING
SEKAT / KANCING
JIDAR B
STANG WESEL
PURWANTO DW
Roda wesel NS dan sekat tegak tunggal
PURWANTO DW
Roda penggerak wesel NS ( Internal locking )
Tampak atas
Tampak samping
Roda penggerak wesel NS ( Internal locking )
Tampak atas
Tampak samping
Penguncian penggerak wesel NS
Pengunci penghalang sarana ( Kunci jamin )
Pengunci penghalang sarana ( Kunci Clauss )
FLANK PROTECTION / PENJAGA SAMPING
.
X
I
5 6
II Y
D
Rute berangkat ke Y dari jalur II, wesel 5 disyaratkan berkedudukan kearah badug.
I
.
X
CI 23A
II Y
C II 23B
III Z
C III 13
PURWANTO DW
JALUR EFEKTIF
Definisi
•Jalur efektif adalah jalan rel untuk menempatkan rangkaian sarana KA pada batas yang
“aman” dari kemungkinan tertumbur/terserempet oleh pergerakan KA atau langsiran
dari jalur lain.
•Jalur efektif dapat dibatasi oleh : sinyal, patok bebas wesel, bantalan putih, rambu batas
berhenti KA, ataupun trek sirkit/axle counter.
•Panjang jalur efektif ideal adalah 270 m dengan asumsi (12 kereta x 20m) + (2 lok x 15m)
= 240m + 30m = 270m atau dibulatkan menjadi 300m.
•Panjang Jalur efektif tiap-tiap emplasemen harus dicantumkan pada daftar penggunaan
sepur / jalur KA ataupun dalam RPS (Reglemen Pengamanan Setempat), hal ini untuk
mengantisipasi penempatan suatu KA yang akan bersilang/disusul terkait dengan
panjang rangkaian KA yang bersangkutan.
PURWANTO DW
SEPUR EFEKTIF PADA SISTEM PERSINYALAN MEKANIK
PURWANTO DW
Sepur efektif pada sistem persinyalan Elektrik
x y
PURWANTO DW
MENENTUKAN PATOK BEBAS WESEL
1. MENENTUKAN PATOK BEBAS WESEL SECARA MATEMATIS.
1950mm
195
0m
2. Tarik garis A-C m
L
4. Tarik garis DC AD sepanjang 1950mm
5. Geser garis BC sehingga BC berpotongan
dengan garis AC dititik C.
6. Geser garis DC sehingga DC berpotongan
dengan garis AC dititik C.
7. Titik C itulah patok bebas wesel.
PURWANTO DW
PENJELASAN DAN FUNGSI, SEPUR LUNCUR, SEPUR TANGKAP, SEPUR SIMPANG, SEPUR SIMPAN,
DAN LUNCURAN
2. Sepur Tangkap
- Sepur Tangkap ialah sepur - Sepur tangkap berfungsi
badug yang terpasang untuk menangkap sarana
sebelum masuk suatu KA yang meluncur / larat
emplasemen apabila sepur dari arah tanjakan supaya
tersebut terhubung dengan tidak meluncur kearah
jalan KA dengan tanjakan sepur raya atau sepur KA
8 permil atau lebih. di emplasemen.
- Kedudukan normal jalur
KA harus mengarah ke
sepur tangkap yang
kondisinya harus selalu
kosong (tidak boleh
diduduki sarana KA).
PURWANTO DW
Sepur tangkap r mil
p e
Sepur tangkap > 8
j akan
Tan
II
1 O 3
O 2O
.
I
r mil
8 pe
Sepur tangkap III n>
an jaka
O T
O
II
O
O O
I
. PURWANTO DW
NO JENIS PENJELASAN FUNGSI
3 Sepur Simpang - Sepur Simpang ialah jalur - Untuk bongkar muat
KA yang menyimpang dari barang kebutuhan industri.
sepur raya baik di - Dapat terhubung dengan
emplasemen atau di jalan jalur-jalur rel untuk
bebas yang dilindungi oleh pemeliharaan Sarana
alat pengamanan. /prasarana KA atau jalur-
- Sepur simpang bukan sepur jalur untuk langsiran.
KA
- Sepur simpang dapat
berada di emplasemen
ataupun di jalan bebas.
PURWANTO DW
No JENIS PENJELASAN FUNGSI
LUNCURAN - Luncuran ialah: Track/ sepur yang - Memberikan jaminan
dipersiapkan untuk mengamankan KA keamanan terhadap KA
yang sedang proses masuk apabila tidak yang sedang proses masuk,
5.a KA . . 2 dapat diberhentikan didepan titik yang apabila tidak dapat
X Y
1
≥100 m disyaratkan. (patok bebas/sinyal sepur diberhentikan pada titik
Luncuran keluar/rambu batas berhenti KA), yang disyaratkan, baik
5.b yang berupa: patok bebas
KA . . 3 4
X
1 2 . . Y - Panjang luncuran minimum100m dihitung yang berfungsi sebagai
dari titik yang disyaratkan dan dianggap batas sepur KA, sinyal
≥100 m
Luncuran
cukup untuk jarak pengereman semenjak sepur keluar ataupun
masinis mulai melakukan pengereman. rambu batas berhenti KA.
5.c I
Y
X
1 2
II 4 .. 5
- Pada gambar 5c, KA masuk dari X ke
III 3 Sep II dapat dilakukan bersamaan dengan
m 100≥ ≥100 m z KA berangkat ke Y. Badug sep III kiri
Luncuran Luncuran
dapat disebut sepur luncur, juga dapat
5.d digunakan sebagai luncuran KA masuk
. ≥100 m
X I L dari Y atau Z.
II Y
≥100 m
L - Pada gambar 5e untuk KA masuk dari X
5.e Long Siding
y ke sep I/II luncuran dapat ditiadakan
L=O karena Track berikutnya adalah tanjakan
X II
Tanjakan ≥ 8 %o
≥100 m I - Pada gambar 5f sepur simpang dapat
5.f .
Luncuran
- digunakan sebagai luncuran dari X masuk
. 3
ke sep II asalkan jarak bantalan putih
. I terhadap perintang R ≥ 100 m dan wesel 2
.
II 2
SSP.PG …. terlayan pusat
R
≥100 m
Bantalan putih
Luncuran
PURWANTO DW
Persyaratan umum sistem persinyalan
• Terpenuhinya azas keselamatan ( fail safe ), artinya jika terjadi
suatu kerusakan / gangguan pada system persinyalan, maka
kerusakan tersebut tidak boleh menimbulkan bahaya bagi
perjalanan Kereta api
1. Kondisi normal .
Am A D
CATATAN:
1. KA jalan langsung harus lewat jalur lurus.
2. Peralatan Interlocking dilengkapi “Kruk jalan langsung”
3. Peragaan sinyal A,Am tidak berbeda antara KA masuk berhenti dijalur lurus, dengan KA berjalan langsung.
4. Pada emplasemen besar dengan 3 jurusan atau lebih dan tidak ada jalur lurusnya, maka untuk kebutuhan
kelancaran operasional KA, Interlocking mekanik dapat didesain KA berjalan langsung lewat jalur belok.
contoh : Empl Manggarai, Jatinegara sewaktu masih Mekanik.
PEMASANGAN PATOK T DAN SINYAL PENDAHULU MASUK
PADA PERSINYALAN MEKANIK
. 1. Sinyal masuk tidak terlihat dari sinyal
muka.
A 2. Patok T dipasang pada lokasi dimana
sinyal masuk terlihat dengan jelas.
3. Jarak patok T terhadap sinyal masuk
tidak ditentukan tergantung dilokasi
T dimana sinyal masuk dapat terlihat.
PURWANTO DW
Mj.10
Sinyal ulang
CONTOH PRINSIP INTERLOCKING
220V PADAM
A B
220V MENYALA
A B
220V PADAM
A B
PURWANTO DW
JPL.25
11B
CONTOH PRINSIP INTERLOCKING
J 22B 13A
X (10AT) (10BT) (11T) (13T) Y
I
J 10 11 (12T) J 12B 13
II +
SW
R F1
asal
SW
(10BT) 11( N) JPL 25 (12T) 13(R) (13T)
Tujuan
F2
P
R SW
110 V
J10 Kedudukan normal
0
_
R F1 SW
A B
220V
110V output
input