Anda di halaman 1dari 141

UNIVERSITAS INDONESIA

PENINGKATAN PERKEMBANGAN ANAK USIA BAYI UNTUK


MENINGKATKAN RASA PERCAYA DIRI MELALUI
PEMBERIAN TERAPI KELOMPOK TERAPEUTIK
DI RW 02,03 DAN 11 KELURAHAN TANAH BARU
BOGOR UTARA

KARYA ILMIAH AKHIR

Slametiningsih
1006801071

PROGRAM PENDIDIKAN PERAWAT SPESIALIS JIWA


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK, 2013

Peningkatan perkembangan.., Slametiningsih, FIK UI, 2013


UNIVERSITAS INDONESIA

PENINGKATAN PERKEMBANGAN ANAK USIA BAYI UNTUK


MENINGKATKAN RASA PERCAYA DIRI MELALUI
PEMBERIAN TERAPI KELOMPOK TERAPEUTIK
DI RW 02,03 DAN 11 KELURAHAN TANAH BARU
BOGOR UTARA

KARYA ILMIAH AKHIR

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar


Ners Spesialis Keperawatan Jiwa

Slametiningsih
1006801071

PROGRAM PENDIDIKAN PERAWAT SPESIALIS JIWA


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK, 2013
Peningkatan perkembangan.., Slametiningsih, FIK UI, 2013
Peningkatan perkembangan.., Slametiningsih, FIK UI, 2013
Peningkatan perkembangan.., Slametiningsih, FIK UI, 2013
Peningkatan perkembangan.., Slametiningsih, FIK UI, 2013
KATA PENGANTAR

Puji Syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan karuniaNya, sehingga Karya Ilmiah Akhir dengan judul ”Peningkatan
Perkembangan Anak Usia Bayi untuk Meningkatkan Rasa Percaya Diri
Melalui Pemberian Terapi Kelompok Terapeutik di RW 02, 03 dan 11
Kelurahan Tanah Baru, Bogor Utara” dapat terselesaikan tepat pada waktunya.

Dalam penyusunan Karya Ilmiah Akhir ini penulis banyak mendapat bantuan,
bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini
penulis menyampaikan terima kasih yang setulusnya kepada yang terhormat :
Ibu Dewi Irawaty,M.A, Ph.D, selaku Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
Indonesia beserta seluruh jajarannya, yang telah memberikan kesempatan kembali
untuk mengikuti studi di Program Pendidikan Perawat Spesialis Jiwa di Fakultas
Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.
Prof. Achiryani S.Hamid, MN., DNSc. Selaku pembimbing akademik yang telah
banyak memberikan bimbingan dan arahan dengan bijaksana serta memotivasi
selama mengikuti Program Pendidikan Perawat Spesialis Jiwa di Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Indonesia.
Prof. Dr. Budi Anna Keliat, M.App.Sc., selaku pembimbing I Karya Tulis Ilmiah yang
telah membimbing penulis dengan meluangkan waktu, sabar, bijaksana dan penuh
ketelitian dalam memberikan masukan serta motivasi dalam penyelesaian Karya
Ilmiah Akhir ini.
Ns. Ice Yulia Wardhani, M.Kep, Sp. Kep. Jiwa sebagai pembimbing II yang
membimbing penulis dengan sabar, bijaksana dan juga sangat cermat memberikan
masukan
ini. serta motivasi dalam penyelesaian Karya Ilmiah Akhir
5. Seluruh dosen di Program Pasca Sarjana Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia yang telah banyak memberikan ilmu dan pengetahuan
kepada penulis selama mengikuti Program Pendidikan Perawat Spesialis Jiwa
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.

Peningkatan perkembangan.., Slametiningsih, FIK UI, 2013


6. Bundaku tercinta dan seluruh keluarga besarku yang selalu memotivasi dan
mendoakan penulis selama mengikuti Program Pendidikan Perawat Spesialis
Jiwa pada Program Pasca Sarjana Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
Indonesia ” Terimakasih yang tak terhingga untuk untaian doa-doamu di
sepertiga malam untuk ananda, sehingga menguatkan perjalananku hingga
saat ini, insya alloh yang terbaik untuk kita semua amin”
7. Suamiku tersayang dan anak-anak yang senantiasa penuh dengan keikhlasan

dan kesabaran untuk kelancaranan studiku, ”maafkan sayang hari-harimu selalu


kutinggalkan, do’a dan keikhlasanmu menjadi motivasi terindah dan selalu
memberikan penguatan dalam perjalanan studiku hingga selesai.
Keluarga dan anak usia bayi di RW 03 dan 11 Kelurahan Tanah Baru, Bogor Utara
yang telah berpartisipasi dan bekerjasama dalam kegiatan TKT dari awal hingga
akhir, tanpa kesediaan mereka, Karya ilmiah akhir ini tidak mungkin dapat
diselesaikan.
Kepala Puskesmas Bogor Utara, Posyandu RW 03 dan RW 11, para kader, Pak RW
& RT yang telah banyak memberikan dukungan dan bantuan untuk memotivasi
warga dalam kegiatan TKT dan psikoedukasi keluarga hingga Karya ilmiah akhir
ini dapat terselesaikan.
Rekan-rekan angkatan VI Program Pendidikan Perawat Spesialis Jiwa dan semua
pihak yang telah memberikan dukungan selama penyelesaian Karya
Ilmiah Akhir ini.

Semoga amal dan budi baik bapak dan ibu mendapat pahala yang berlimpah dari
Tuhan Yang Maha Esa. Mudah-mudahan Karya Ilmiah Akhir ini bermanfaat bagi
upaya peningkatan mutu pelayanan asuhan keperawatan jiwa.

Akhirnya dengan terbuka penulis menerima masukan dan saran yang membangun
untuk perbaikan Karya Ilmiah Akhir ini.

Depok, Juli 2013


Penulis

Peningkatan perkembangan.., Slametiningsih, FIK UI, 2013


ABSTRAK

Nama : Slametiningsih
Program Studi : Ilmu Keperawatan
Judul : Peningkatan perkembangan anak usia bayi untuk
Meningkatkan rasa percaya diri melalui
pemberian terapi kelompok terapeutik di RW 02,
03 dan RW11 Kelurahan Tanah Baru
Bogor Utara

xiv + 113 halaman+11 Tabel + 3 skema

Perkembangan anak usia bayi perlu dilakukan stimulasi yang optimal, terapi kelompok
terapeutik adalah terapi spesialis keperawatan jiwa yang membantu stimulasi
perkembangan rasa percaya bayi. Tujuan dari Karya Tulis Ilmiah adalah
mengidentifikasi efek terapi kelompok terapeutik terhadap perkembangan rasa percaya
bayi. Metode yang digunakan adalah studi serial kasus dengan jumlah responded
sebanyak 20 bayi dan ibunya yang di dapatkan secara purpose . Terapi kelompok
terapeutik dilakukan tujuh sesi yang diberikan secara bertahap dan berkesinambungan
kepada bayi bayi dan melatih ibu. Hasil studi mengatakan adanya peningkatan
perkemampuan ibu dalam menstimulasi perkembangan aspek motorik, kognitif, bahasa,
emosi, moral, kepribadian, spiritual dan psikososial dan psikomotor yang berdampak
peningkatan pada perkembangan bayi. Terapi kelompok terapeutik bayi disarankan
digunakan untuk menstimulasi rasa percaya diri .

Kata Kunci : Anak Usia bayi, aspek perkembangan, perkembangan rasa percaya, terapi
kelompok terapeutik

Daftar Pustaka 70 (1991-2012)

ix

Peningkatan perkembangan.., Slametiningsih, FIK UI, 2013


ABSTARCT

Name : Slametiningsih
Field of study : Nursing Science
Topic : Increase of Infant Development to Improve Self
Confidence By Therapeutic GroupTherapy at RW 02,03
and 11 Kelurahan Tanah Baru North Bogor.

Infant development needs to be optimally simulated. Therapeutic Group Therapy is one


of psychiatric nursing specialist therapy to help stimulate trust on infant. The aim is to
identify effect of Therapeutic Group Therapy to the trust on infant. Method used a case
serial with 20 respondent of baby and her/his mother obtained with purposive sampling.
Therapeutic Group Therapy conducted with seven session and done gradually and
simultaneously to the baby and her/his mother. The result shows that there is an increased
ability of mother to stimulate her baby on motoric, cognitive, language, emotion, moral,
personality, spiritual and psychosocial aspect that affect to increased the baby’s
development. Infant Therapeutic Group Therapy suggest to stimulate self confidence.

Keywords: Baby, developmental aspect, trust development, therapeutic group therapy

Refernce 70 (1991-2012)
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................................. i
HALAMAN PENGAJUAM .......................................................................................... ii
PERNYATAAN iii
PUBLIKASI................................................................................................................
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN.......................................................................... iv
HAL v
PENGESAHAN ............................................................................................................................
PERNYATAAN vi
ORISINALITAS.........................................................................................................
.KATA vii
PENGANTAR...........................................................................................................................
ABSTRAK ix
INDONESIA .........................................................................................................
ABSTRAK x
INGGRIS ...............................................................................................................
DAFTAR xi
ISI .............................................................................................................................
DAFTAR TABEL xii
.................................................................................................................... i
DAFTAR xiv
SKEMA ....................................................................................................................
1. PENDAHULUAN ........................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................... 1
1.2 Tujuan Penulisan ....................................................................................................... 7
1.3 Manfaat 8
Penulisan ..........................................................................................................
2. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................................ 10
2.1 Teori Model Konsep Keperawatan............................................................................... 10
2.1.1 Konsep Model Stress Adaptasi....................................................................... 10
2.1.2 Konsep Model Preecede/Proceed................................................................... 21
2.1.3.Aplikasi Konsep Model Stress Adaptasi & Preeced/Procede............................ 26
2.2 Konsep Bayi........................................................................................................ 29
2.2.1 Pengertian Bayi........................................................................................ 29
2.2.2.Perkembangan Bayi................................................................................... 29
2.2.3 Faktor Predisposisi .................................. 32
2.2.4 Faktor Presipitasi...................................................................................... 33
2.2.5 Diagnosa Keperawatan................................................................................................... 36
2.2.6 Tindakan Keperawatan 36
xi
Peningkatan perkembangan.., Slametiningsih, FIK UI, 2013
2.3 Konsep Keluarga..................................................... 42
2.2.1 Pengertian Keluarga 42
2.2.2 Tugas Keluarga 43

xii
Peningkatan perkembangan.., Slametiningsih, FIK UI, 2013
2.4 Konsep CMHN (Community Mental Health Nursing ) 4
3
2.4.1 Pilar I : Manajemen Pelayanan Kesehatan Jiwa Masyarakat............................. 45
2.4.2 Pilar II : Manajemen Pemberdayaan Masyarakat........................................... 4
7
2.4.3 Pilar III : Kemitraan Lintas Sektor dan Lintas Program................................... 49
2.4.4 Pilar IV : Manajemen Kasus Kesehatan Jiwa 5
0
3. HASIL PELAKSANAAN MANAJEMEN PELAYANAN DAN ASUHAN 5
KEPERAWATAN BAYI DI RW 03 DAN RW 11 KELURAHAN TANAH 2
BARU, BOGOR UTARA
3.1 Hasil Pelaksanaan Manajemen Pelayanan di Komunitas RW 02, 03 dan 11 Kelurahan 5
2
Tanah Baru Bogor Utara .......................................................................................
3.2. Hasil Pelaksanaan Asuhan Keperawatan di Komunitas RW 03 dan RW 11 Kelurahan 5
5
Tanah Baru Bogor Utara .............................................................................................
3.2.1 Pengkajian............................................................................................... 5
5
3.2.2. Diagnosa Keperawatan....................................................................................... 6
3
3.2.3 Rencana Tindak lanjut.................................................................................. 6
3
3.2.4 Tindakan Keperawatan........................................................................................... 6
5
3.2.5 Evaluasi................................................................................................................................ 75
4. PEMBAHASAN.....................................................................................................
4.1 Karakteristik Anak Usia Bayi dan Ibu di RW 03 dan 11 Kelurahan Tanah Baru Bogor 8
0
Utara.........................................................................................................................
4.1.1. Karekteristik Bayi............................................................................................... 8
0
4.1.2. Karakteristik Ibu................................................................................................................ 86
4.1.3 Faktor Predisposisi............................................................................................................ 89
4.1.4 Faktor Presipitasi............................................................................................................... 93
4.2 Perubahan Tanda dan Gejal sebelum dan Sesudah di lakukan terapi kelompok 96
terapeutikpada
anak usia bayi................................................................................................................................
4.3 Perubahan Kemampuan dalam Pelaksanaan Terapi Kelompok Terapeutik pada Anak Usia 10
Bayi 6
di RW 03 dan RW 11 Kelurahan Tanah Baru Bogor Utara..........................................................
5. KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................................. 11
1
5.1 Simpulan ............................................................................................................ 11
xii
Peningkatan perkembangan.., Slametiningsih, FIK UI, 2013
1
5.2 Saran ................................................................................................................. 11
2

DAFTAR PUSTAKA

xii
i
Peningkatan perkembangan.., Slametiningsih, FIK UI, 2013
DAFTAR TABEL

Ta Daftar Kelompok Terapi Kelompok Terapeutik pada Anak Usia Bayi


bel dan Psikoedukasi Keluarga di RW 03 dan RW 11 Kelurahan Tanah 54
3.1 Baru
.
Bogor Utara . Periode September 2012 – 2013……………………………….
Ta Karakteristik Anak Usia Bayi di RW 03 RW 11 Kelurahan
bel Tanah Baru Bogor Utara . Periode September 2012 – 56
3.2 2013…………………….
.
Ta Karakteristik Ibu RW 11 Kelurahan Tanah Baru Bogor Utara .
bel Periode September 2012 – 57
3.3 2013…………………………………………………
Ta Distibusi Faktor Predisposisi pada Anak Uisa Bayi di RW 03 RW 11
bel Kelurahan Tanah Baru Bogor Utara . Periode September 2012 57
3.4 -2013…………..
Tab Distibusi Faktor Presipitasi pada Anak Usia Bayi di RW 03 dan RW 11
el Kelurahan Tanah Baru Bogor Utara . Periode September 2012 - 58
.3.5 2013……………
Ta Distibusi Tanda dan Gejala Anak Usia Bayi di RW 03 RW 11
bel Kelurahan Tanah Baru Bogor Utara . Periode September 2012 – 2013………..... 6
3.6 0
Ta Distribusi Sumber Koping Anak Usia Bayi, Ibu dan Kader Kesehatan Jiwa
bel di RW 03 dan RW 11 Kelurahan Tanah Baru Bogor Utara . Periode
3.7 September 2012 62
-2013…………………………........................................................................
Ta Rencana Tindakan Spesialis dalam Melaksanakan Terapi Kelompok Terapeutik
bel pada Anak Usia Bayi di RW 03 dan RW 11 Kelurahan Tanah Baru Bogor
3.8 Utara . Periode September 2012 64
-2013…………………………....................................
Ta Delapan Aspek Perkembangan yang dimiliki oleh Anak Usia sekolah di RW
bel 03 & 11 Kelurahan Tanah Baru , Periode September 2012- April 76
3.9 2013………….
Ta Kemampuan Bayi, Kemampuan Keluarga dan Kemampuan Kader dalam
bel Meningkatkan Rasa Percaya Anak Usia Bayi di RW 03 & 11 Kelurahan Tanah
3.1 Baru , Periode September 2012- April 2013…………………………………… 78
0

xiii
Peningkatan perkembangan.., Slametiningsih, FIK UI, 2013
DAFTAR SKEMA

Bagan Model Stress Adaptasi Stuart.………………………………… 11


2.1.
Bagan Model Precede -Proceed……………………………………… 22
2.2.
Bagan Kerangka Kerja Penerapan dalam Tindakan Terapi 28
2.3 Kelompok Terapeutik

xiv
Peningkatan perkembangan.., Slametiningsih, FIK UI, 2013
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pembangunan kesehatan harus berorientasi pada pembangunan manusia
berkelanjutan (sustainable development for mankind) yang dilandasi oleh
kesadaran mengenai pentingnya investasi kesehatan bagi kemajuan suatu

bangsa. Kemajuan suatu bangsa ditentukan oleh kualitas Sumber Daya Manusia
(SDM) (Soetjiningsih, 2012). Ciri sumber daya manusia yang handal yaitu
berintelektual dan produktif yang dapat tumbuh dan berkembang secara optimal
baik fisik, sosial maupun jiwanya yang dapat memenuhi tanggung jawab
kehidupannya, berfungsi dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan hal tersebut
sumber daya manusia harus lebih diperhatikan sedini mungkin sejak anak
dalam kandungan, melahirkan, bayi usia 0-18 bulan, masa toddler usia 18
bulan – 3 tahun, masa prasekolah usia 3-6 tahun, masa sekolah usia 6-12 tahun,
masa remaja usia 12-18 tahun, masa dewasa muda usia 18-40 tahun, masa
dewasa tua usia 40-60 tahun dan lansia 60 tahun keatas (Potter, 2009), sehingga
pertumbuhan dan perkembangan akan berproses dengan baik.

Pertumbuhan merupakan bertambahnya jumlah dan besarnya sel seluruh tubuh


secara kuantitatif dapat diukur, sedangkan perkembangan merupakan
bertambah sempurna fungsi alat tubuh yang dapat dicapai melalui tumbuh dan
kematangan belajar ( Wong, D.L, et al. 2011). Pertumbuhan dan perkembangan
terjadi secara simultan sepanjang daur kehidupan. Perkembangan terjadi secara
teratur mengikuti pola atau arah tertentu, setiap tahap perkembangan
merupakan
perkembangan selanjutnya. Usia bayi (0-18 bulan) merupakan tahap awal
hasil perkembangan dari tahap sebelumnya dan menjadi prasyarat bagi
mengembangkan rasa percaya atau trust terhadap pengasuhnya atau orang tua.
Perhatian yang penuh dari orang tua terhadap kebutuhan bayi dapat menimbulkan
rasa kepercayaan, yang akhirnya bayi mempunyai harapan positif dimasa
mendatang (Sadock, 2010). Anak yang memiliki rasa percaya dalam dirinya

1
Universitas Indonesa
Peningkatan perkembangan.., Slametiningsih, FIK UI, 2013
2

cenderung untuk memiliki rasa aman dan dapat mengekplorasi lingkungan yang
baru, sebaliknya jika anak tidak memiliki rasa percaya cenderung tidak memiliki
harapan, sehingga bisa terjadi penyimpangan dalam perkembangan. Faktor yang
mempengaruhi rasa percaya bayi disebabkan karena faktor genetik, lingkungan
prenatal dan post natal (Soetjiningsih, 2012). Pre natal dimana merasakan
adanya keterikatan dengan janin, sedangkan post natal ini merupakan hubungan
langsung ibu dengan bayi sentuhan dan pandangan kasih sayang orang tua

kepada bayinya akan memberikan jalinan kasih sayang yang kuat diantara
keduanya, sentuhan orang tua merupakan komunikasi memupuk cinta kasih
antara orang tua dan anaknya, dengan demikian anak akan memiliki budi
pekerti yang baik dan penuh dengan percaya diri.

Upaya - upaya pemerintah terkait dengan mengoptimalkan tumbuh kembang


masa bayi yaitu stimulasi, deteksi dini dan intervensi (Depkes, 2009). Upaya
tersebut saat ini pelaksanaanya belum optimal masih bersifat kearah fisik atau
pertumbuhan, sedangkan ke arah perkembangan belum dilaksanakan dengan
optimal. Stimulasi merupakan suatu rangsangan yang diberikan untuk mencapai
tumbuh kembang yang optimal (Nurdin, 2011). Otak bayi sangat berkembang
pesat sering disebut periode emas (golden age) . Otak bayi mempunyai satu
triliun sel otak dan bertriliun- triliun sambungan antar sel saraf otak (Wong, D.L,
et al. 2011).

Otak bayi semakin distimulasi maka akan semakin banyak mielinisasi atau
pembentukkan selubung syaraf otak akan cepat terbentuk, semakin banyak pula
cabang neuron yang dibentuk, sehingga terbentuk komunikasi sel antar otak
yang
usia 3-4 tahun itu 2012).
baik (Soetjiningsih, ibarat sponge, yang
Hasil riset akan menyerap
menunjukkan bahwaapa
otaksaja
anakyang dilihat,
sebelum
didengar, dicium, dirasakan dan disentuh dari lingkungan mereka ( Mustofa
2009). Penelitian mengenai otak manusia telah menunjukkan bahwa
perkembangan intelektual otak berkembang pesat menjadi 50% potensi otak
dewasa pada empat tahun pertama sejak anak dilahirkan. Usia empat hingga

Universitas Indonesia
Peningkatan perkembangan.., Slametiningsih, FIK UI, 2013
delapan tahun bertambah 30%, delapan tahun selanjutnya bertambah 30%, 18
selanjutnya tahun bertambah 20%. Stimulasi yang memadai akan menstimulasi
otak bayi dalam kemampuan perkembangan motorik, kognitif, bahasa, emosi,
kepribadian, moral, spiritual dan psikososial pada bayi berlangsung optimal sesuai
dengan perkembangannya.

Kegiatan stimulasi, deteksi dan intervensi dini penyimpangan, tumbuh kembang

bayi yang menyeluruh dan terkoordinasi maka diselengarakan dalam bentuk


kemitraan antar keluarga (orang tua, pengasuh anak dan anggota keluarga
lainnya), masyarakat (kader, tokoh masyarakat, organisasi profesi, lembaga
masyarakat, dan sebagainya) dengan tenaga profesional (kesehatan,
pendidikan
kesiapan memasuki jenjang berikutnya yaitu usia toddler (Depkes, 2006).
dan sosial), akan meningkatkan kualitas tumbuh kembang usia bayi dan
Indikator keberhasila pembinaa tumbu kembang bayi tidak hany
n n h a
meningkatkan status kesehatan dan gizi bayi tetapi juga mental, emosional, sosial
dan kemandirian anak berkembang secara optimal.

Upaya pemerintah dalam mengoptimalisasi pada perkembangan usia bayi dapat


dilakukan melalui pendidikan non-formal berbentuk Kelompok Bermain (KB),
Taman Penitipan Anak (TPA), Bina Keluarga Balita (BKB) saat ini disatukan dengan
Pusyandu yang menekankan kembali fungsi orang tua nantinya bisa melayani
anaknya yang masih usia dini (Departemen Pendidikan Nasional 2007).
Pendidikan non-formal yang sudah di fasilitasi oleh pemerintah apabila
dimanfaatkan dengan baik dan sudah menjadi kesadaran dari masing-masing
masyarakat dapat meningkatkan perkembangan pada usia bayi.

Keberhasilan dalam meningkatkan perkembangan masa bayi rasa percaya diri


dipengaruhi faktor perilaku yang ditentukan oleh tiga faktor Green 1991 ( dalam
Notoatmodjo 2012) yaitu faktor predisposisi (Predisposing factor) subjeknya
adalah bayi yang perlu dikaji faktor predisposisi dan presipitasi, penilaian
terhadap delapan aspek kemampuan pada usia bayi (motorik, kognitif, bahasa,
emosi, kepribadian, moral, spiritual dan psikososial).Faktor pendukung (Enabling
factor), supaya bisa dilakukan stimulasi perkembangan masa bayi dengan baik
sehingga diperlukan petugas kesehatan yang kompeten. Faktor penguat
(Reinforcing factor) supaya tetap bisa dilakukan stimulasi dirumah maka perlu
ada adanya keluarga /ibu/caregiver dan kader kesehatan.

Pelayanan kesehatan yang harus dilakukan untuk stimulasi perkembangan masa


bayi tersebut berada ditatanan masyarakat/ komunitas bukan di rumah sakit
karena lebih berorentasi pada upaya promotif dan preventif. Keperawatan
sebagai bagian dari pelayanan kesehatan jiwa memegang peranan penting dalam
upaya peningkatan perkembangan masa bayi sesuai dengan tugas
perkembangan. Pada setting komunitas perawat Community Mental Health
Nursing (CMHN) bertanggung jawab dalam memberikan asuhan keperawatan
jiwa komunitas pada kelompok keluarga yang sehat jiwa, keluarga yang beresiko
mengalami gangguan jiwa serta keluarga yang memiliki anggota keluarga yang
mengalami gangguan jiwa ( Keliat, Panjaitan & Riasmini, 2010). Bentuk tindakan
keperawatan di komunitas dapat dilakukan kepada individu, keluarga dan
masyarakat, berupa terapi individu, terapi keluarga, terapi kelompok,
psikoedukasi kelompok, terapi suportif, kelompok swabantu, dan terapi
kelompok terapeutik (Stuart, 2009). Perawat memberikan pelayanan bukan
hanya di Puskesmas tetapi pada institusi umum yang ada di komunitas,
salah satu tindakan keperawatan untuk
mengoptimalkan perkembangan
Terapi kelompok terapeutik salah anak usia terapi,terapi
satu jenis bayi adalahkelompok
terapi kelompok
yang
terapeutik.
memberikan kesempatan kepada anggotanya untuk saling berbagi pengalaman,

saling membantu satu dengan lainnya, untuk menemukan cara menyelesaikan


masalah dan mengantisipasi masalah yang akan dihadapi dengan mengerjakan
cara yang efektif untuk mengendalikan stress (Townsend, 2009 ). Terapi
kelompok terapeutik bertujuan untuk meningkatkan hubungan yang positif
antara orang tua dan bayi, menurunkan depresi post natal pada ibu serta
perkembangan bayi menjadi optimal (Smiit, 2010). Terapi kelompok
terapeutik membantu anggotanya mencegah masalah kesehatan, mendidik dan
mengembangkan potensi anggota kelompok dan meningkatkan kualitas antara
anggota kelompok untuk mengatasi masalah kehidupan ( Keliat & Akemat,
2004). Terapi kelompok terapeutik merupakan suatu kelompok atau peer dimana
tiap anggota saling berbagi masalah baik fisik, maupun emosional atau isu tertentu
Anonim, (2006 dalam Trihidayat 2009). Terapi kelompok terapeutik dapat
diberikan pada yang sehat yang ada di komunitas dengan berbagai kelompok usia
sehingga dapat meningkatkan perkembangan dalam meningkatkan kwalitas
hidup.

Hasil penelitian Restiana (2010) menunjukkan dilakukan terapi kelompok


terapeutik pada anak usia dini mengalami peningkatan kemampuan ibu dalam
menstimulasi rasa percaya diri. Hasil penelitian membuktikan adanya pengaruh
yang bermakna terhadap rasa percaya bayi setelah diberikan stimulasi tumbuh
kembang pada delapan aspek kemampuan yaitu motorik halus dan kasar, emosi,
kognitif, bahasa, moral, spiritual, emosi dan psikososial lebih tinggi dibandingkan
dengan yang tidak diberikan terapi kelompok terapeutik. Oleh karena itu
keluarga yang mempunyai anak usia bayi perlu dilakukan terapi kelompok
terapeutik dan
psikoedukasi pada keluarga .
Karya tulis ilmiah ini dibuat berdasarkan pelaksanaan kegiatan praktek klinik
keperawatan jiwa di kelurahan Tanah Baru, Bogor Utara khususnya di RW 02, 03
dan 11 selama 24 minggu dari bulan September s/d 19 April 2013, dimulai
dengan residen 1, 2 dan pelaksanaan residen 3 selama 9 minggu mulai dari
tanggal 18 Febuari s/d 19 April 2013 dengan tujuan mengembangkan
program
berat, masalah mental emosional dan sehat, Jumlah populasi di Kelurahan Tanah
CMHN (Community Mental Health Nursing) baik yang masalah gangguan jiwa
Baru secara keseluruhan 18.529 jiwa dengan jumlah KK 16.859 jiwa, sedangkan
jumlah penduduk di RW 02, 03 dan 11 secara keseluruhan 4248 jiwa dengan
jumlah KK 1034. Jumlah yang sehat 3778, hasil laporan dari kader kesehatan jiwa
ditemukan jumlah bayi yang sehat di RW 02,03 dan 11 ada 38 bayi, 18 bayi di
RW 02 sudah dilakukan asuhan keperawatan dengan dilakukan tindakan
keperawatan yaitu tindakan keperawatan generalis penyuluhan tumbuh
kembanng usia bayi dan tindakan keperawatan spesialis terapi kelompok
terapeutik. Dua puluh bayi (6 bayi dari RW 03 dan 14 bayi dari RW 11) belum
dilakukan asuhan keperawatan, maka perlu dilakukan asuhan keperawatan pada
anak usia bayi dengan diagnosa sehat yaitu kesiapan peningkatan
perkembangan masa bayi rasa percaya, rencana tindakan keperawatan yang akan
dilakukan adalah tindakan keperawatan generalis penyuluhan tumbuh kembang,
dan tindakan keperawatan spesialis terapi kelompok terapeutik pada anak usia
bayi.

Pelaksanaan tindakan keperawatan spesialis terapi kelompok terapeutik di bagi


menjadi tiga kelompok besar, kelompok satu dari RW 03 dengan jumlah bayi
dan ibu 6 orang dan penanggung jawab kader kesehatan jiwa ada 5 orang. RW
011 ada 14 bayi dijadikan dua kelompok besar yaitu kelompok dua sebanyak bayi
dan ibu 7 orang dan penanggung jawab kader kesehatan jiwa ada 7 orang dan
kelompok tiga jumlah bayi dan ibu ada 7 orang, dan penanggung jawab kader
kesehatan jiwa sebanyak 7 orang. perawat CMHN selama tindakan terapi
kelompok terapeutik hanya dua kali hadir, dikarenakan ada tugas lain yang harus
dikerjakan tempat pelaksanaan terapi kelompok terapeutik dilakukan di
Posyandu masing-masing RW, sedangkan waktunya RW 03 dilaksanakan setiap
jumat,
sedangkan untuk di RW 11 dilakukan setiap hari Senin dan Selasa.
Kegiatan terapi kelompok terapeutik supaya berjalan dengan baik dan dapat
dihadiri oleh semua bayi dan ibunya sehingga kader kader kesehatan jiwa
menggerakan keluarga dan bayi untuk hadir dan mengikuti kegiatan
terapi
kelompok terapeutik. Kegiatan terapi kelompok terapeutik dilaksanakan sampai 1-
7 sesi dengan jumlah pertemuan 5 kali . Keberhasilan pelaksanaan tindakan
keperawatan terapi generalis dan spesialis tidak terlepas dari peran kader
kesehatan jiwa, selalu mengerakkan ibu-ibu (keluarga) dan bayi , melakukan
kunjungan rumah dalam upaya meningkatkan perkembangan masa bayi. Hal ini
menunjukkan betapa pentingnya peran kader kesehatan jiwa dalam memberikan
stimulasi perkembangan anak usia bayi dan psikoedukasi keluarga di tatanan
komunitas secara tepat dan efektif untuk meningkatkan perkembangan masa
bayi merupakan usia dalam periode emas ( golden age), sehingga dapat jadi
modal dasar yang kuat (pondasi) dengan mengembangkan kekuatan internal
dan tingkat kematangan yang memungkinkan melakukan interaksi dengan
dunia luar dan mengadopsi perilaku lingkungan, sehingga bayi menjadi percaya (
trust).

Berdasarkan pemaparan diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan study


ilmiah dalam bentuk penulisan karya ilmiah akhir tentang manajeman asuhan
dan menejemen pelayanan keperawatan pada masa bayi dan keluarga yang
diberikan terapi kelompok terapeutik menggunakan pendekatan teori konsep
model Stuart Sterss Adaptasi (2009) dan model konsep Precede –Proceed (Green
1991) di 03
dan 11, Kelurahan Tanah Baru Bogor Utara.
Tujuan Penulisan
Tujuan Umum
Diketahuinya hasil pelaksanaan terapi kelompok terapeutik pada anak usia bayi
terhadap peningkatan rasa percaya diri pada anak usia bayi di RW 03 dan 11
Kelurahan Tanah Baru Bogor Utara

Tujuan Khusus

Diketahui karakteristik masa bayi seperti usia, jenis kelamin, urutan keluarga,
jumlah saudara kandung, status pendidikan dan status ekonomi keluarga
di RW 03 dan 11 Kelurahan Tanah Baru, Bogor Utara.
1.2.2.1 Diketahui gambaran pelaksanaan terapi kelompok terapeutik: anak usia
bayi terhadap peningkatan perkembangan masa bayi di RW 03 dan 11 Kelurahan
Tanah Baru Bogor Utara.
1.2.2.2 Diketahui hasil pelaksanaan delapan aspek perkembangan anak usia bayi
setelah dilakukan terapi kelompok terapeutik pada anak usia bayi di RW 02, 03
dan 11 Kelurahan Tanah Baru Bogor Utara
1.2.2.3 Diketahui hasil pelaksanaan kemampuan bayi, ibu dan kader setelah
dilakukan tindakan terapi terapeutik pada anak usia bayi di RW 02, 03 dan 11
Kelurahan Tanah Baru Bogor Utara.
1.2.2.4 Diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan pada masa
bayi di RW 03 dan 11 Kelurahan Tanah Baru Bogor Utara

Manfaat Karya Ilmiah Akhir


Manfaat Aplikatif

Hasil karya tulis ini diharapkan dapat menjadi panduan perawat dalam
melaksanakan terapi kelompok terapeutik pada anak usia bayi di komunitas.
Meningkatkan kualitas asuhan keperawatan jiwa, khususnya kesehatan jiwa
keluarga dan kesehatan jiwa masa bayi di komunitas.
Meningkatkan dan mengembangkan berbagai strategi intervensi yang
efektif dalam pencapaian fase percaya masa bayi di komunitas.

Manfaat Keilmuan

Hasil karya tulis ilmiah ini diharapkan dapat menggunakan hasil riset terapi
kelompok terapeutik pada anak usia bayi dalam mengatasi kesehatan masa bayi.
Masukan bagi pengelola program kesehatan jiwa masyarakat di Dinas Kesehatan
Kota Bogor dalam merencanakan program-program yang lebih efektif dan dasar
dalam merumuskan kebijakan dalam menangani kesehatan masa bayi.
Sebagai evidance based practice dalam praktek keperawatan jiwa, serta

sebagai bahan dalam pembelajaran di area praktik pendidikan keperawatan.


1.3.3.4 Hasil penulisan ini dapat bermanfaat sebagai data dasar bagi penelitian
lanjutan dalam pengembangan terapi spesialis keperawatan jiwa terapi kelompok
terapeutik masa bayi.
1.3.4 Manfaat Metodologi
1.3.4.1 Dapat menerapkan hasil riset dalam melaksanakan terapi kelompok
terapeutik anak usia bayi untuk mencapai rasa percaya.
1.3.4.2 Memperoleh gambaran dalam penerapan ilmu dan konsep keperawatan
jiwa khususnya dalam menerapkan terapi spesialis pada kelompok bayi dan
memperoleh pengalaman dalam melakukan koordinasi dan kerjasama dengan
instansi terkait.
1.3.4.3 Sebagai tindak lanjut penelitian berikutnya untuk mengembangkan
pelaksanaan terapi kelompok terapeutik

Manfaat Kehidupan Profesionalisme

Dapat dijadikan data rujukan terkait dengan proses belajar mengajar yang
melibatkan mahasiswa program pasca sarjana melalui manajemen asuhan
keperawatan jiwa secara nyata di masyarakat.
Memperoleh pengalaman dan lebih percaya diri sebagai perawat
profesional dalam penerapan ilmu dan konsep keperawatan jiwa
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini akan dipaparkan tinjauan teoritis yang berkaitan dengan teori
keperawatan yang mendasari karya ilmiah akhir dengan menggunakan
pendekatan teori model stress adaptasi Stuart (2009) dan teori model
Precede/Proceed Green (1991) , dalam melakukan tindakan terapi spesialis
yaitu terapi kelompok terapeutik pada usia bayi rasa percaya.

2.1 Pendekatan Model Konseptual Keperawatan dalam Pelayanan Kesehatan


Jiwa dalam melakukan Terapi Kelompok Terapeutik pada Usia Bayi Rasa Percaya

Pencegahan Primer berfokus pada pelayanan keperawatan jiwa adalah


peningkatan kesehatan dan pencegahan terjadinya gangguan jiwa. Tujuan
pelayanan adalah mencegah terjadinya gangguan jiwa, mempertahankan dan
meningkatkan kesehatan jiwa. Target pelayanan yaitu anggota masyarakat yang
belum mengalami gangguan jiwa sesuai dengan kelompok umur yaitu anak,
remaja, dewasa, dan lanjut usia. Aktivitas pada pencegahan primer adalah program
pendidikan kesehatan, program stimulasi perkembangan, program sosialisasi
kesehatn jiwa, manajemen stress (Keliat, 2002). Hal ini sesuai dengan Stuart (2009)
bahwa kondisi sehat berada koping respon adaptif sehingga dalam melakukan
tindakan berorentasi dalam promosi kesehatan, untuk meningkatkan kualitas
hidup. Terapi kelompok terapeutik merupakan salah tindakan dalam bentuk
promosi kesehatan. Asuhan keperawatan dalam pelaksanaa peningkatan
perkembangan anak usia bayi menggunakan teori stress adaptasi (Stuart, 2009)
dan akan padukan dengan teori model Precede/Proceed (Green, 1991).

2.1.1 Konsep Model Stres Adaptasi Stuart


Model stress adaptasi Stuart (2009) memberikan asumsi bahwa lingkungan
secara alami memberikan berbagai strata sosial, dimana perawat psikiatri
disediakan melalui proses keperawatan dalam biologis, psikologis,
sosialkultural, dan konteks legal etis, bahwa sehat/sakit, adaptif dan maladaptive

10 Universitas Indonesia

Peningkatan perkembangan.., Slametiningsih, FIK UI, 2013


11

sebagai konsep yang jelas, tingkat pencegahan primer, sekunder, tersier,


termasuk didalamnya empat tindakan yaitu health promotion, maintenance, acut
dan krisis dalam penatalaksanaan psikiatri (Yosep 2009 dalam Stuart, 2009). Hal
ini menujukkan bahwa untuk perawat jiwa bukan hanya berorentasi pada jiwa
gangguan, tetapi berorentasi pada mental emosional dan sehat.

Faktor
predisposisi
Biolog Psikolog Sosialkultura
i i l
Stresor presipitasi

NatureOrigin TimingNumber

Penilaian terhadap stresor

KognitifAfektif Fisiologis Perilak Sosia


u l
Sumber koping

Kemampuan personal Dukungan sosialAset material Keyakinan positif

Mekanisme koping

Konstrukti Destrukti
f f
Rentang respon
koping
Respon Respon
Adaptif Maladaptif

2.2 Gambar Skema Model Stres Adaptasi


Stuart (Stuart, 2009)

2.1.1.1 Faktor Predisposisi


Faktor predisposisi adalah faktor yang menjadi sumber stress, yang terdiri
dari biologis, psikologis dan social cultural. Beberapa faktor yang dapat
mendukung
terjadinya kesehatan janin menurut Stuart (2009) pada saat sedang hamil.
a. Biologis
Pengkajian aspek biologis didapatkan dari ibu saat hamil tersebut meliputi
Genetik ada riwayat penyakit keturunan ( DM, hypertensi, jantung, kelainan
kromosom). Riwayat prenatal ( gizi saat ibu hamil, trouma, keracunan obat atau

Universitas Indonesia
Peningkatan perkembangan.., Slametiningsih, FIK UI, 2013
makanan), perokok, minum alkohol, kelainan hormone ( tyroid dan DM),
paparan radiasi, infeksi ( TROCH, varisella, HIV, campak dan penyakit
hepatitis), riwayat Intranatal ( lahir spontan/ caesar, BB & TB lahir, riwayat
trouma dalam persalinan, pemberian ASI. Riwayat gangguan jiwa.
b. Psikologis
Kehamilan yang diharapkan, stimulasi perkembangan janin (merasakan
keterikatan janin, merasakan gerakan janin, sering mengelus perut, sering
mengajak bicara sama janin. Melakukan bounding attachmen setelah
melahirkan, memberikan ASI sedini mungkin. Khawatiran dalam merawat
anak/sedih kehadiran anak, stress pada waktu hamil
c. Sosialkultural
Usia ibu, anak yang keberapa, pendidikan ibu dan ayah (SD, SMP, SMA, PT),
pendapatan kurang/lebih, pekerjaan tetap atau tidak tetap, status peran social:
kegagalan berperan social, latar belakang agama dan keyakinan, keikutsertaan
politik, pola komunikasi dengan keluarga.

2.1.1.2. Faktor Presipitasi

Faktor presipitasi adalah stimulasi yang dipresepsikan oleh individu sebagai


tantangan, ancaman, atau tuntutan dan memerlukan energy ekstra untuk koping
( Stuart, 2009). Tercapainya atau tidaknya rasa percaya diri tergantung pada
banyaknya stimulasi positif yang diterima bayi ketika memasuki usia bayi,
seperti stimulasi-stimulasi perkembangan dan kesempatan yang diberikan
lingkungan. Faktor presipitasi dapat dilihat dari tiga faktor :
1. Faktor-faktor biologis : Status nutrisi ( gizi seimbang, mendapatkan ASI
ekslusif, makanan tambahan pada usia 6 bulan, makanan padat setelah usia 12
bulan. Berat Badan (BB 5 bulan=2 x BB lahir, BB 1 tahun = 4 x BB lahir) TB 1
tahun 1,5 x TB lahir), immunisasi lengkap, kesehatan secara umum.

2. Faktor-Faktor Psikologis : tidak langsung menangis saat ketemu bayi


dengan orang lain, menolak saat akan digendong orang tidak dikenal, menangis
bila basah, haus, lapar, sakit dan gerah, senang ketika ibu datang menghampiri,
menangis ketika ditinggalkan oleh ibunya, memandang wajah ibu.

3. Faktor sosialkultura

Umur, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan, penghasilan anak keberapa,


menerima anak dengan senang, mengajak anak bergaul, melambaikan tangan
dan memberi salam, mengajak anak bermain bersama contohnya
ciluk….ba…mengajak anak mengenal lingkungan

2.1.1.3 Tanda dan gejala

Kondisi yang dapat memicu klien mengalami gangguan kejiwaan tergantung


pada penilaian klien terhadap stressor yang diterima, bagaimana klien
berespon, apakah klien melihat stressor itu sebagai suatu tantangan yang harus
dihadapi atau sebagai ancaman yang harus dihindari (Towsend & Mary, 2009).
Penilain stressor pada perkembangan bayi meliputi 8 aspek kemampuan
meliputi :
a. Perkembangan Motorik Bayi

perkembangan motorik adalah perkembangan pengendalian gerak jasmaniah


melalui kegiatan pusat syaraf, urat syaraf dan otot yang terkoordinasi (Hurlock
1991). Keterampilan dibagi menjadi keterampilan motorik kasar dan
keterampilan motorik halus. Pada usia 0-3 bulan kemampuan motorik kasar
bayi adalah mengangkat kepala, berguling- guling serta menahan kepala tetap
tegak sedangkan kemampuan motorik halusnya melihat, meraih dan
menendang mainan gantung, memperhatikan benda berserak melihat benda-
tegak, menyangga berat, duduk sedang. Motorik halus melihat, meraih dan
benda kecil memegang benda meraba dan merasakan bentuk permukakaan.
menendang mainan gantung, memegang benda dengan kuat, memengang benda
Pada usia 3-6
dengankemampuan
bulan kedua tangan,motorik
makan sendiri, mengambil
kasar adalah benda kecil (menahan
berguling-guling, Wong, D.L, et al.
kepala
tetap
2011).
b. Perkembangan Kognitif Bayi
Kognitif adalah semua aktivitas mental yang berhubungan dengan presepsi,
pikiran, ingatan dan pengolahan informasi yang memungkinkan seseorang
memperoleh pengetahuan, memecahkan masalah, dan merencanakan masa
depan atau semua proses psikologis yang berkaitan dengan bagaimana individu
mempelajari, memperhatikan, mengamati, membayangkan, memperkirakan,

menilai dan memikirkan lingkungan. Pieget (Sadock, 2010) menggunakan istilah


sensorimotorik untuk menggambarkan stadium ini karena bayi pertama kali
mulai belajar melalui observasi sensorik, dan mereka mendapatkan
pengendalian fungsi motoriknya melalui aktivitas, eksplorasi, dan manipulasi
lingkungan. Kemampuan kognitif yang harus dimiliki bayi usia lahir sampai
dengan 2 bulan yaitu reaksi sirkuler primer yaitu menggunakan reflex motorik
dan sensorik bawaan ( mengisap, menggengam, melihat) untuk berinteraksi dan
berakomodosi dengan dunia luar. Usia 2 sampai dengan 5 bulan yaitu
mengkoordinasikan aktivitas tubuhnya sendiri dan kelima indranya misal
mengisap ibu jari. Usia 5 sampai 9 bulan reaksi sirkuler sekunder yaitu mencari
stimulasi baru dilingkungan, mulai mengantisipasi urutan prilakunya sendiri,
bertindak secara bertujuan untuk mengubah lingkungan awal perilaku
bertujuan
( Sandock, 2010).
Usia 9 bulan sampai dengan 12 bulan menunjukkan tanda awal permanensi
objek, memiliki konsep yang samar-samar bahwa benda-benda ada ada terlepas
dari dirinya sendiri, bermain ciluk-ba, meniru perilaku baru . Usia 12- 18 bulan
reaksi sirkuler tersier yaitu bayi melakukan kegiatan coba-coba yang
dilakukannya mulai bisa mengubah gerak-geriknya untuk mencapai suatu
tujuanlebih jelas, berbicara, mencari pertanyaan, menyebutkan nama gambar-
yang
gambar, bersenandung dan bernyanyi ( Sandock, 2010). Perkembangan kognitif
anak merupakan perkembangan yang perlu dirangsang dan di stimulus oleh
pihak luar terutama orang tua. Tanpa adanya rangsangan dan stimulasi dari
orang tua, maka kapasitas kognitif anak tidk dapat berkembang secara optimal.
c. Perkembangan Bahasa Bayi
Bahasa mencakup setiap sarana komunikasi dengan menyimpulkan pikiran, dan
perasaan untuk menyampaikan makna kepada orang lain (Sadock, 2010).
Kemampuan untuk memberikan respon terhadap suara berbicara, berkomunikasi
mengikuti perintah kemampuan bahasa usia 0-6 bulan adalah menunjukkan
respon terkejut terhadap suara yang keras atau tiba-tiba, berusaha melokasi suara

, memalingkan mata atau kepala, tampak mendengarkan pada pembicaraan,


mungkin berespon dengan senyum, berespon saat mendengar namanya
sendiri. Usia 7-11 bulan adalah menunjukkan selektivitas mendengar,
mendengarkan music atau bernyanyi dengan senang, mengenali jangan, panas,
namanya sendiri, melihat gambar yang disebut namanya sampai satu menit,
mendengarkan
pembicarra tanpa tergangu oleh suara lain, memiliki seruan.
Usia 12 sampai 18 bulan yaitu menunjukkan perbedaan kasar atau tidak sama,
mengerti bagian tubuh dasar, mendapatkan pengertian beberapa kata tiap
minggunya, dapat mengidentifikasi benda sederhana, mengerti sampai 150 kata
dan menggunakan 20 kata pada usia 18 bulan. Konsonan awal dan akhir sering
dilupakan ( Depkes 2006). Bayi yang sehat cenderung lebih cepat belajar bicara
ketimbang bayi yang tidak sehat motivasi berkomunikasi lebih kuat. Bayi yang
dapat menyesuaikan diri dengan baik cenderung kemampuan bicaranya lebih
baik, baik secara kuantitaitf mampu secara kualitatif ketimbang bayi yang
penyesuaian dirinya jelek. Sebagaimana dengan perkembangan kognitif,
perkembangan bahwa seseorang anak menstimulasi khsusus dari orang tua dan
pengasuh. Tanpa adanya stimulasi serta rangsangan perkembangan bahasa
memberikan
anak dampak terhadap aspek perkembangan lainnya, terutama
akan mengalami hambatan. Hambatan yang dialami dalam perkembangan
perkembangan sosial dan emosi anak.
akan
d. Perkembangan Emosi Bayi
Menurut perkembangan emosi adalah suatu reaksi kompleks yang mengaitkan
satu tingkat tinggi, kegiatan dan perubahan- perubahan secara mendalam, serta
dibarengi perasaan yang kuat atau disertai keadaan afektif, Chalpin ( 2002,
dalam Restiana, Keliat, Gayatri & Helena, 2010). Perkembangan emosi pada
tahun pertama, suasana hati ( mood) bayi sangat bervariasi dan berhubungan
erat dengan keadaan internal, seperti rasa lapar. Pada dua pertiga kedua dari

tahun pertama, suasana hati bayi semakin berhubungan dengan isyarat sosial
eksternal ( orang tua dapat menemukan yang lapar tetapi tersenyum). Jika bayi
merasa nyaman secara internal, rasa tertarik dan senang terhadap dunia
pengasuh
utamanya dapat berlaku.
Perkembangan emosi pada usia 0-1 bulan adalah adanya senyuman sosial, pada
usia 3 bulan ada senyum kesenangan, usia 3-4 bulan kehati-hatian, usia 4 bulan
keheranan, usia 4-7 bulan kegembiraan dan kemarahan, usia 5-9 bulan
ketakutan dan usia 18 bulan ada rasa malu. Piaget ( Sadock, 2010) Kebutuhan
emosi/ kasih sayang, kasih sayang dari orang tua akan menciptakan ikatan yang
erat
( bonding) dan kepercayaan dasar ( basic trust). Ikatan batin yang erat, mesra
dan selaras yang diciptakan lebih awal dan lebih permanen sangat penting,
karena turut menentukan perilaku bayi kemudian hari, menstimulasi
perkembagan otak bayi, merangsang perhatian bayi terhadap dunia luar,
menciptakan kelekatan ( attachment) antara ibu dan bayi, serta meningkatkan
rasa kepercayaan dari bayi. Pemberi ASI dapat meningkatkan ikatan batin bayi
dan ibu sehingga dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan pada
bayi.
e. Perkembangan Kepribadian Bayi
Kepribadian adalah ciri atau karakteristik seseorang yang bersumber dari
benturan-benturan yang diterima dari lingkungan misalnya keluarga pada masa
kecil dan bawaan juga seseorang sejak lahir (Sjarkawi, 2006). Perkembangan
kepribadian dan keterampilan kognitif berkembang dengan cara yang sama
dengan pertumbuhan biologis-pencapaian baru terbentuk pada keterampilan
yang dikuasai sebelumnya (Wong, D.L, et al. 2011). Masa bayi sering disebut
masa “ periode kritis” dalam perkembangan kepribadian karena pada saat ini
diletakkan dasar, dimana srtuktur kepribadian akan di bangun. Kondisi yang
menjunjung peristensi kepribadian adalah bawaan, pendidikan nilai-nilai orang
tua, memainkan peran, lingkungan sosial, seleksi dalam lingkungan sosial.
Kondisi fisik yang mempengaruhi kepribadian kelelahan, malnutrisi, kondisi
fisik yang menggangu, penyakit menahun, kelenjar
endokrin.

f. Perkembangan Moral Bayi

Perkembangan moral melibatkan pembentukan sistem nilai-nilai yang menjadi


dasar keputasan mengenai “ benar dan salah “ atau “ baik dan buruk”. Nilai-nilai
yang mendasari asumsi-asumsi tentang standar yang mengatur keputusan
moral
( Potter & Perry, 2005). Pada saat lahir, tidak ada bayi yang memiliki nurani atau
skala nilai. Akibatnya tiap bayi yang baru lahir dapat dianggap amoral. Tidak
seorang bayipun dapat diharapkan mengembangkan kode moral sendiri, maka
perlu ditumbuhkan disiplin pada masa ini untuk mengajarkan kepada bayi, apa
yang menurut dia dianggap kelompok sosial sebagai benar dan salah,
sehubungan pada masa ini timbul rasa benar dan salah adalah apa yang terasa
baik atua buruk.
g. Perkembangan Spiritual Bayi

Bayi mengenal tuhan pertama kali melalui bahasa dari kata orang yang ada
dalam lingkunganya, yang pada awalnya diterima secara acuh, tuhan bagi bayi
pada permulaan merupakan nama sesuatu yang asing dan tidak dikenalnya
serta
pertama inikebaikan
diragukan dikarenakan ia belum
niatnya. Tidak mempunyai pengalaman
adanya perhatian yang
terhadap menyenangkan
tuhan pada tahap
maupun yang menyusahkan. Namun setelah ia menyaksikan reaksi orang-orang
disekelinginya yang disertai oleh emosi atau perasaan tertentu yang makin lama
makin meluas, maka mulailah perhatiannya terhadap kata tuhan itu tumbuh .
(Islamil 2009, dalam Restiana, Keliat, Gayatri & Helena, 2010). Keyakinan
spiritual sangat berkaitan dengan bagian moral dan etis dalam konsep diri bayi.
Tahap perkembang spiritual pada masa bayi adalah tahap undifferentiated yaitu
periode masa bayi tidak memiliki konsep benar atau salah, tidak memiliki
keyakinan yang membimbing perilaku mereka. Mesti demikian, awal keimanan
terbentuk dari pengembangan rasa percaya dasar melalui hubungannya dengan
pemberi asuhan primer.

h. Perkembangan Psikososial Bayi


Perkembangan psikosial berhubungan dengan perubahan perasaan atau emosi
dan kepribadian serta perubahan dalam bagaimana individu berhubungan dengan
orang lain. Perkembangan sosial pada usia 0-2 bulan adalah bayi tidak
membedakan antara orang-orang dan merasa senang orang yang dikenal dan
yang tidak dikenal. Usia 2-7 bulan bayi mulai mengakui dan menyukai orang-
orang yang dikenal, tersenyum pada orang yang lebih dikenal. Usia 7-24 bulan
bayi mengembangkan keterikatan dengan ibu atau pengasuh pertama lainnya dan
akan berusaha untuk senantiasa dekat dengannya, akan menangis ketika berpisah
denganya ( Depkes 2006). Perkembangan psikososial selama masa bayi adalah
kepercayaan. Bayi mempelajari apa yang diharapkan dari orang-orang penting
dalam kehidupannya dan mengembangkan suatu perasaan mengenai siapa yang
mereka senangi atau yang tidak mereka senangi dan makanan apa yang mereka
sukai atau tidak di sukai.

2.1.1.4 Sumber Koping

Sumber koping suatu evaluasi terhadap pilihan koping dan strategi seseorang
( Stuart, 2009) sumber koping yang perlu dikaji pada anak usia bayi meliputi
dapat dibagi menjadi dua yaitu kemampuan internal dan kemampuan personal
( personal ability ) dan keyakinan positif ( Positivebelief), sedangkan
kemampuan eksternal bersumber dari luar individu meliputi social support ,
material asset ( Stuart, 2009). Keempat komponen tersebut akan membantu
dalam proses perkembangan pada anak usia bayi.
a. Personal Ablility ( Kemampuan Personal)
Personal ability (kemampuan personal) disini adalak kemampuan dari bayi, ibu
dan kader, adalah sebagai berikut :
1. bayi

Kemampuan mengatasi masalah yang dimiliki oleh klien dalam berespon


terhadap stressor yang dihadapi ( Stuart, 2009). Tidak langsung menangis,
dengan orang lain, menolak saat akan digendong orang yang tidak dikenal,
menangis bila bersalah, lapar, haus, sakit dan gerah, senang ketika ibu datang
menhampiri, menangis ketika ditinggalkan oleh ibunya dan memandang wajah ibu.
Personal ibu

Ibu(caregiver ) belum mengatahui cara menstimulasi perkembangan anak usia


bayi. belum tahu cara menstimulasi perkembangan anak usia bayi. atau sudah
mengetahui cara mensitumasi perkembangan anak usia bayi atau belum tahu cara
menstimulasi perkembangan anak usia bayi.
Personal ability kader

Mampu mendeteksi keluarga sehat (usia bayi, menggerakan keluarga sehat untuk
dilakukan penyuluhan dan terapi kelompok terapeutik, melakukan kunjungan
rumah pada pasien sehat, mendokumentasikan semua kegiatan.
Positivebelief ( Keyakinan Positif)

Keyakinan yang sudah ditanamkan sejak kecil dari lingkungan keluarga dan
lingkungan sekitarnya melalui proses pembelajaran ( Stuart, 2009). memiliki
keyakinan dan nilai positif.
Social Support ( Dukungan Sosial)

Dukungan sosial adalah salah satu fungsi dan ikatan sosial yang
menggambarkan kualitas hubungan interpersonal dianggap sebagai aspek
kepuasaan secara emosional dalam kehidupan individu ( Smet 1994). Dukungan
sosial yang diterima dapat membuat individu merasa percaya diri, tenang,
diperhatikan, dicintai dan kompeten. Dukungan sosial terdiri dari informasi
verbal, non verbal, dan tindakan yang diberikan oleh orang lain sehingga
mempunyai manfaat emosioanal bagi individu. Dukungan sosial dalm
perkembangan anak usia bayi meliputi : keluarga, kader kesehatan jiwa,
kelompok dan masyarakat

d. Material Asset (kekayaan materi yang dimiliki)

Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan


kesehatan yang dilakukan oleh pemerintah dan atau masyarakat. Upaya
mewujudkan kesehatan ini dilakukan oleh individu, kelompok dan masyarakat
baik secara melembaga oleh pemerintah, ataupun swadaya masyarakat (LSM),
dilihat dari sifat upaya mewujudkan kesehatan tersebut dilihat dari dua aspek
yaitu pemeliharan dan peningkatan kesehatan.

Pemeliharan kesehatan mencakup dua yaitu kuratif dan rehabilitative ,


sedangkan peningkatan upaya pemeliharan dan peningkatan kesehatan di
wujudkan dalam suatu wadah pelayanan kesehatan yang disebut dengan sarana
atau pelayanan kesehatan (Notoatmodjo, 2012). Jadi, pelayanan kesehatan
adalah tempat atau sarana yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya
kesehatan. Sarana pelayanan kesehatan primer ( primery care) adalah sarana
pelayanan kesehatan untuk kasus-kasus ringan kondisi sehat untuk kearah
pencegahan, sarana kesehatan pelayanan kesehatan bagi masyarakat, artinya
pelayanan kesehatan di masyarakat yaitu puskesmas. Poli klinik, dokter swasta,
Posyandu, posbindu, Paud (Notoatmojo, 2010). Stimulasi perkembangan untuk
usia dini merupakan suatu pelayanan kesehatan yang primer, sehingga dalam
pelaksanaannya bisa memnafaatkan pelayanan kesehatan yang di masyarakat
( Materal asett) yaitu Puskesmas, Posyandu, Paud dan BKB.

2.1.1.5 Mekanisme Koping

Mekanisme koping adalah upaya yang diarahkan pada penatalaksanaan stress,


termasuk upaya penyelesaian masalah langsung dan meknisme pertahanan yang
digunakan untuk melindungi diri ( Stuart, 2009). Terdapat 3 macam mekanisme
koping yaitu :

a. Mekanisme koping problem focusing (berfokus pada masalah) merupakan


mekanisme koping yang meliputi tugas dan usaha langsung dalam mengatasi
masalah yang mengancam individu ( Stuart, 2009)

b. Mekanisme koping cognitively focused ( yang berfokus pada kognitif),


mekanisme koping seseorang berusaha untuk mengontrol dan berusaha untuk
mengontrol arti masalah dan berusaha untuk menentralkan ( Stuart, 2009)

c. Mekanisme koping Emotion Fecused ( yang berfokus pada emosi), dimana


individu diorentasikan untuk menenangkan emosi yang mengancam ( Stuart,
2009). Pada usia bayi mekanisme koping anak menangis saat basah, lapar atau
haus.

2.1.2 Model Promosi Kesehatan Precede/proceed

Green (1980) telah mengembangkan pendekatan yang digunakan untuk


membuat perencanaan dan evaluasi kesehatan yang dikenal dengan sebagai
kerangka Precede (Predisposing, Reinforcing and Enabling Cause in Education
Diagnosis and Evaluation). Precede memberikan serial langkah yang menolong
perencanaan untuk mengenal masalah mulai dari kebutuhan pendidikan sampai
mengembangkan program untuk memenuhi kebutuhan tersebut, namun
demikian pada tahun 1991 Green menyempurnakan kerangka tersebut menjadi
Precede-Proceed ( Policy, Regulator, Organizational Construct in Educational
and Environmental Development) harus dilakukan secara bersama-sama dalam
proses perencanaan, implementasi dan evaluasi. Precede digunakan pada fase
diagnosa masalah, penetapan prioritas masalah, dan tujuan program, sedangkan
Proceed digunakan untuk menetapkan sasaran dan kreteria kebijakan, serta
implementasi dan evaluasi.
2.2 The Precede-Proceed Model of Health Program Planning & Evaluation
( Green 1991 )

2.1.2.1 Tahap 1 : Diagnosa sosial

adalah proses penentuan presepsi masyarakat terhadap kebutuhannya atau


terhadap kualitas hidupnya dan aspirasi masyarakat untuk meningkatkan
hidupnya melalui partisipasi dan penerapan berbagai informasi didesain
sebelumnya, untuk mengetahui masalah sosial digunakan indikator sosial yaitu
kehadiran, pencapaian, kenyamanan, kejahatan, kebahagian, pekerjaan,
kepadatan, diskriminasi, tempat tinggal, penghargaan diri dan hak pilih.
Penilaian dapat dilakukan atas dasar sensus ataupun statistic yang ada,
maupun
(1991, dalam Notoatmodjo, 2010). Di RW 03 dan RW 11 di dapatkan jumlah
dengan melakukan pengumpulan data secara langsung dari masyarakat, ( Green
bayi usia 0-18 bulan sebanyak 38 jiwa, yang mana data tersebut diperoleh hasil
deteksi dari kader kesehatan jiwa.
2.1.2.2 Tahap 2: Diagnosa Epidemiologi
Masalah kesehatan merupakan suatu hal yang sangat berpengaruh terhadap
kualitas hidup seseorang. Efek yang ditimbulkan dapat langsung atau tidak
langsung mempengaruhi kualitas hidup seseorang atau masyarakat ( Green
(1991, dalam Notoatmodjo, 2012). Oleh sebab itu masalah kesehatan harus
digambarkan secara rinci berdasarkan data yang ada, baik yang berasal dari
lokal, regional maupun nasional. Tahapan ini mengidentifikasi siapa kelompok

mana yang memang dijadikan sebagai masalah kesehatan dan bagaimana cara
untuk menanggulagi atau mengatasi masalah tersebut. Identifikasi anak usia
bayi usia 0-18 bulan ( bayi) untuk meningkatan perkembangan pada usia bayi,
dengan cara menstimulasi perkembangan usia anak bayi untuk mencapai rasa
percaya.

2.1.2.3 Tahap 3 : Diagnosa perilaku dan lingkungan

Pada tahapan ini akan diidentifikasi masalah perilaku yang mempengaruhi


masalah kesehatan sekaligus diidentifikasi masalah lingkungan ( fisik dan sosial)
yang mempengaruhi perilaku dan status kesehatan ataupun kualitas hidup
seseorang atau masyarakat , Green (1991) dalam Notoatmojo, 2010). Kualitas
hidup adalah presepsi individu mengenai posisi mereka dalam kehidupannya
dalam lingkup budaya dan sistem nilai kehidupan mereka serta dalam
hubungan dengan tujuan, harapan, standar yang mereka anut dan perhatian
( WHO, 1996). Sesuai dengan komitmen WHO dalam meningkatkan kesehatan
fisik, mental dan kesejahteraan sosial, maka pengukuran dan keparahan
penyakit, meningkatkan kesejahteraan dan hal ini dapat dinilai dengan
peningkatkan kualitas hidup yang berhubungan dengan pemeliharan kesehatan.
Dalam hal ini dilihat perilaku ibu-
ibu yangTahap
2.1.2.4 mempunyai bayi belum
4 : Diagnosis mampu melakukan
pendidikan stimulasi pada bayinya.
dan organisasional
Determinasi perilaku dipengaruhi status kesehatan seseorang atau masyarakat
dapat dilihat 3 faktor:
a. Predisposising factor ( Faktor predisposisi)
Faktor –faktor yang dapat mempermudah atau prediposisikan terjadinya
perilaku pada diri sendiri atau masyarakat, terhadap sikap, nilai, kepercayaan,
dan pengaruh dari motivasi, dalam hal ini subjeknya adalah bayi, dengan
diberikannya terapi kelompok terapeutik diharapkan dapat melakukan 8 aspek
kemampuan (motorik, koginitif, bahasa, emosi, kepribadian, moral, spiritual dan
psikososial)
Enabling Factor ( Faktor Pendukung)

Faktor pendukung adalah fasilitas, sarana atau prasarana yang mendukung


terjadinya perilaku seseorang, dalam hal ini subjeknya adalah ibu dan keluarga
kader kesehatan jiwa
Reinforcing Factor ( Faktor Penguat)

Faktor yang dapat mempengaruhi terhadap perilaku seseorang (bayi dalam


melakukan 8 aspek kemampuan) dalam hal ini adalah perawat CMHN dan
Mahasiswa FIK-UI, tokoh masyarakat dan tokoh agama
2.1.2.5 Tahap 5: Diagnosa administrative dan kebijakan

Pada tahap ini dilakukan analisa kebijakkan, sumber daya dan peraturan yang
berlaku yang dapat memfasilitasi atau mengambat program promosi kesehatan,
untuk stimulasi perkembangan anak usia bayi sudah ada programnya di Dinas
Kesahatan Kota Bogor untuk dapat dilaksanakan di Puskesmas Bogor Utara

Pada tahap ini kita melangkah dari perencanaan dengan menggunakan Precede ke
implementasi dan evaluasi dengan menggunakan Proceed. Procede digunakan
untuk meyakinkan bahwa program tersedia, dapat dijangkau, dapat
diterima dan dapat dipertanggungjawabkan. Green (1991, dalam Notoatmodjo,
2012). Pelaksanaan tindakan yang akan dilakukan adalah terapi kelompok
terapeuitk pada usia bayi sehingga bisa mengasilkan rasa peercaya.
2.1.2.6 Tahap 6 : Implementasi Program

Tahapan implementasi program yang ditekankan pada program promosi


kesehatan melalui pendidikan kesehatan dan penerapan kebijakkan serta
peraturan terkait pengelolaan kesehatan. Green (1991 dalam Notoatmodjo,
2012). Program yang akan dilakukan adalah terapi kelompok terapeutik pada
usia bayi yang berada di wilayah RW 03 dan 11 Kelurahan Tanah baru, Bogor
Utara, kegiatan yang akan dilakukan adalah tindakkan keperawatan generalis

yaitu pendidikan kesehatan tentang pertumbuhan dan perkembangan anak usia


bayi, dan tindakan spesialis tindakan stimulasi pekembangan anak usia bayi
( mencakup delapan aspek kemampuan pada anak usia bayi) dengan 7 sesi
kegiatan yaitu sesi 1 menjelaskan konsep stimulasi fase rasa percaya, sesi 2
stimulasi perkembangan pada aspek motorik, sesi 3 stimulai perkembangan
kognitif dan bahasa, sesi 4 stimulasi emosional dan kepribadian, sesi 5 stimulasi
perkembangan moral dan spiritual, sesi 6 stimulasi perkembangan pada aspek
psikososial dan sesi 7 sharing pengalaman, dilanjutkan tindakan keperawatan
psikoedukasi keluarga meliputi 4 sesi adalah sesi 1 Proses Pelaksanaan program
Family Psyhcoeducation Sesi 1 indetifikasi masalah keluarga dalam merawat
klien anak usia bayi, sesi 2 mengidentifikasi masalah pribadi dalam merawat
anak usia infan, sesi 3 manajemen stress, sesi 4 manajemen beban dan sesi 5
manajemen pemberdayaan keluaraga.

2.1.2.7 Evaluasi Proses

Evaluasi proses dilakukan untuk menilai proses yaitu setelah dilakukan tindakan
keperawatan yaitu terapi kelompok terapeutik pada anak usia bayi dan
psikoedukasi keluarga.

2.1.2.8 Evaluasi dampak

Tahap ke delapan merupakan tahapan evaluasi jangka menengah. Evaluasi ini


meliputi perubahan perilaku dan lingkungan serta perubahan pada ( faktor
predisposing, enabling dan reinforcing) dengan jangka waktu 2-6 bulan. Hal ini
belum bisa di nilai karena dari mulai pelaksanaan terapi kelompok terapeutik
belum sampai waktunya baru 2 bulan, masih perlu memotivasi dan memonitor
perkembangan yang sudah dilakukan terapi kelompok terapeutik pada anak usia
bayi yang berada di wilayah RW 03 dan RW 11 di Kelurahan Tanah Baru,
Bogor Utara.

2.1.2.9 Evaluasi hasil

Evaluasi hasil dilakukan pada tahapan sembilan, tindakan yang dilakukan pada
tahapan ini mengukur perubahan jangka panjang berupa perubahan dalam
kesehatan dan manfaat sosial atau kualitas hidup ( Green (1991) dalan
Notoadmojo, 2012). Ini memakan waktu yang sangat lama untuk mendapatkan
hasil dapat bertahun-tahun sebelum perubahan nyata dalam kualitas hidup
terlihat.

2.1.3 Aplikasi Model Stress- Adaptasi Stuart (2009) dan Precede/Proceed


Green (1991) dalam tindakan keperawatan spesialis terapi kelompok
terapeutik pada anak usia bayi
Konsep model praktek keperawatan merupakan kerangka bagi perawat dalam
melakukan asuhannya. Konsep model dapat membantu menjelaskan hubungan,
memunculkan hipotesis dan memberikan prespektif akan adanya ide, selain itu
dapat menyediakan struktur untuk berfikir, mengobservasi, menginterpretasi
dan mengevaluasi ( Alligood, 2006). Model tersebut menjelaskan kenapa
individu berespon terhadap stressor dan menyediakan pemahaman tentang
proses dan tujuan yang diinginkan dari intervensi.

Perawat dapat meningkatkan kualitas asuhan jika tindakan didasarkan pada


model praktik keperawatan yang inklusif, holistik dan relevan dengan kebutuhan
klien, keluarga, kelompok dan komunitas. Model praktik yang di pakai dalam
memberikan asuhan keperawatan pada perkembangan anak usia bayi dengan
dengan menggunakan perpaduan konsep model model stress- adaptasi Stuart
(2009) dan Precede/Proceed Green (1991) dengan langkah sebagai berikut:
langkah 1 mempunyai tujuan ingin peningkatan kualitas hidup (rasa percaya
pada anak usia bayi), langkah 2 sasaran yang akan dicapai adalah bayi yang
sehat berada disuatu wilayah tertentu, langkah 3 mengobservasi perilaku dan
kebiasaan hidup apa yang biasa dilakukan oleh bayi dan orang tua (ibu) dalam
merawat bayinya, langkah 4 dari langkah 1-3 muncul masalah apa (analisa apa
yang harus dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut ) dengan melihat ke
tiga faktor yaitu Prediposing factor (faktor predisposisi) menurut (Stuart 2009)
persiapan peningkatan perkembangan usia bayi meliputi faktor biologi,
fisologi dan sosialkultural, menilai personal ability dalam perkembangan bayi

8 aspek kemampuan meliputi ( motorik, kognitif, bahasa, emosi, kepribadian,


moral, spritual dan psikososial). Reinforcing factor adalah faktor yang
memperkuat dalam proses tindakan terapi kelompok terapeutik dalam proses
perlu petugas kesahatan dalam hal ini yaitu perawat CMHN yang sudah dilatih,
merupakan sumber koping yaitu material asset dalam melakukan terapi
kelompok terapeutik pada anak usia bayi rasa percaya. Enabling factor yaitu
faktor pendukung yaitu ibu dan kader kesehatan jiwa yang sudah dilatih dalam
Stuart (2009) merupakan sumber koping meliputi : sosial support, personal
abilty dan positive biliefs dalam perkembangan anak usia bayi.

Langkah 5 dan 6 selanjutnya menegakkan diagnosa sehat yaitu kesiapan


peningkatan perkembangan anak usia bayi dan merencanakan dan melakukan
tindakan keperawatan bersifat health promotion yaitu tindakan keperawatan
generalis pendidikan kesehatan dan terapi spesialis yaitu terapi kelompok
terapeutik dan psikoedukasi dalam pelaksanaan tindakan tersebut melibatkan
bayi, keluarga dan kader. Langkah 7 evaluasi proses yaitu mengevaluasi sejauh
mana hasil setelah dilakukan tindakan keperawatan baik generalis dan tindakan
spesialis (menilai kemampuan terhadap bayi, keluarga dan kader) meliputi bayi
mampu melakukan dapat melakukan kedelapan aspek kemampuan, ibu dapat
menstimulasi perkembangan anak usia bayi dan kader kesehatan Jiwa dapat
melakukan penggerakan kader dalam rangka memberikan stimulasi
perkembangan anak usia bayi dan mengikuti proses terapi kelompok terapeutik
pada anak usia bayi.
Langkah 8 merupakan evaluasi dalam tahap jangka waktu panjang, perawat
CMHN koordinasi dengan kader kesehatan jiwa, langkah 9 hasil akhir dan
tindak lanjut program selanjutnya , uraian diatas terlihat dalam skema 2.3
PRECEDE

Phase 5 Phase 4 Phase 3 Phase 2 Phase 1


Education
Admistrat & Behavioral & Efidemiologi Sosial
ion cal
Ecological
and Diagnosis Envireme diagnosis Diagnosis
ntal
Policy Diagnosis
diagnosis

Health Target
Predisposing
(Bayi)
Riwayat Kesiapan
Prilakudan
Tumbanng Sikap peningkatan
orang tua gayahidup perkembangan anak
terhadap bayi perkembangan usia bayi
Rasa
HEALTH PROMOTION Ekonomi anak usia bayi Percaya
Pengetahuan
Health Education TKT
FPE

Lingkungan yang
berhubungan
dengan
perkembangan anak
Reinforcing factor : usia bayi

Ibu KKJ
Policy Regulation
Organization

Enabling
factor
Perawat
CMHN
Mahasiswa
FIK-UI
Tokoh
masyrakat
Tokoh
Agama

Phase 6 Phase 7 Phase 8


Phase 9
Implementasi Proces Impact
Outcome Evaluation
Evaluastion Evaluation
PROCEED
Sumber : Modifikasi dari Green (1991), Stuart (2009)
2.2 Konsep Bayi
2.2.1 Pengertian Bayi
Adalah tahap perkembangan bayi usia 0-18 bulan dimana pada usia ini bayi
belajar terhadap kepercayaan dan ketidakpercayaan. Masa ini merupakan krisis
pertama yang dihadapi oleh bayi (Townsend, 2009). Masa ini oleh Erikson
disebutkan sebagai masa saat kepercayaan harus ditanamkan, masa si anak harus
belajar bahwa dunia merupakan tempat yang baik baginya, dan masa ia belajar
menjadi optimis, mengenai kemungkinan-kemungkinan mencapai kepuasan.

Masa infan merupakan masa ketergantungan, masa ketidakberdayaan, dan


masa membutuhkan pertolongan orang lain. Suatu masa menuntut kesabaran
orang tua. Si bayi memperoleh ketentraman dalam kesatuannya dengan si ibu.
Kesatuan itu begitu erat sampai batas-batas kemandirian menjadi kabur.
Apabila kepercayaan ini tidak ditanamkan dimasa awal ini, ia akan menjadi
orang yang curiga dan ragu-ragu dalam menjalin hubungan. Tanpa
kepercayaan, tidak ada
perkembangan yang berarti (Sadock, 2010).
Perkembangan bayi
Pengertian

Perkembangan adalah perubahan-perubahan yang dialami oleh individu atau


organisme menuju tingkat kedewasaan (maturation) yang berlangsung secara
sistimatis, progresif, dan berkesinambungan, baik menyangkut fisik/jasmaniah
maupun psikis/rohaniah ( Gowi (2011) dalam Yusuf , 2010). Proses
perkembangan individu ini, akan terus berlanjut dan merupakan proses yang
sistematis, bersifat progresif dan berkesinambungan dalam kehidupan individu
( Walter, Keliat, Hastono & Susanti, 2010). Perkembangan merupakan proses
yang yang berkelanjutan yang tidak bisa dihentikan secara sadar yang
berlangsung sepanjang daur kehidupan manusia yang bersifat kualitatif dalam
mendukung fungsi dari pertumbuhan organ-organ secara jasmani yang dapat
memberikan kemampuan pada individu dalam beradaptasi dan berinteraksi
dengan lingkungan.

Usia bayi disebut juga dengan sebagai rasa percaya merupakan tahap awal
mengembangkan rasa percaya atau trust terhadap pengasuhnya atau orang tua
Erikson (1959, dalam Sadock, 2010). Perhatian yang penuh dari orang tua
terhadap kebutuhan bayi dapat menimbulkan rasa kepercayaan, yang akhirnya
bayi mempunyai harapan positif dimasa mendatang. Perkembangan anak usia
bayi meliputi 8 aspek kemampuan (motorik, kognitif, bahasa, kepribadian,
moral emosi, spiritual dan psikososial) yang sudah dijelaskan pada tanda &
gejala.
2.2.2.2 Perkembangan rasa percaya

Bayi yang memiliki rasa percaya dalam dirinya cenderung untuk memiliki rasa
aman dan percaya diri untuk mengeksplorasi lingkungan yang baru. sebaliknya
bayi jika tidak memiliki rasa percaya cenderung tidak memiliki harapan yang
positif, sehingga terjadi penyimpangan berupa rasa tidak percaya dan setelah
dewasa akan menjadi orang yang curiga dan tidak mampu menjalin hubungan
yang baru (Wong, D,L. et al. 2011). Masa bayi menurut Erikson merupakan
masa trust – mistrust yang merupakan dasar pembentukkan kepribadian
seseorang dimasa yang akan datang.

Kepercayaan mengandung tiga aspek yaitu pertama bayi belajar percaya pada
keamanan dan kesinambungan dari pengasuh diluarnya. Kedua bayi belajar
percaya diri dan dapat percaya kemampuan organ-organya sendiri untuk
menanggulangi dorongan-dorongan. Ketiga bayi menganggap dirinya cukup
dapat dipercaya sehingga pengasuh tak perlu waspada dan curiga (Nurdin,
2012). Rasa percaya dan tidak percaya bukan hanya muncul dan sesudah itu
selesai selama tahun-tahun pertama saja, melainkan akan muncul kembali pada
tahap-tahap perkembangan berikutnya, sehingga rasa percaya sangat penting
sekali dan untuk meningkatkan rasa percaya pada bayi maka perlu lingkungan
yang nyaman bagi bayi tersebut.
Erikson ( 1991, dalam Wong, D.L, et al. 2011) membagi tahun pertama
kehidupan menjadi dua tahap yaitu tahap oral dan sosial. Usia tiga sampai empat
bulan asuhapan makanan adalah aktivitas social terpenting yang melibatkan
bayi. Bayi baru lahir dapat mentoleransi sedikit rasa frustasi atau keterlambatan
pemuasan. Narisme primer yaitu perhatian total hanya pada diri sendiri, tetapi
untuk menjadi lebih terkontrol bayi menggunakan perilaku lebih maju untuk

berinteraksi dengan orang lain. Modalitas social melibatkan cara meraih orang
lain dengan menggengam. Pada waktu menggengam bersifat reflex tetapi
memiliki makna sosial yang kuat bagi orang tua. Respon timbal balik dari
menggengam bayi adalah pelukan dan sentuhan orang tua. Terdapat stimulasi
taktil yang menyenangkan bagi orang tua dan bayi. Modalitas yang kedua
menggigit yang lebih aktif dan agresif. Bayi belajar bahwa mereka dapat
memeluk apapun yang menjadi milik mereka lebih dapat mengontrol
lingkungan mereka sepenuhnya. Tapi menggigit juga memberi pemuasan
internal akibat rasa
tidak nyaman dari gigi dan rasa kekuatan atau control.
2.2.2.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang bayi

Secara umum terdapat dua faktor utama yang mempengaruhi terhadap


tumbuh kembang anak ( Soetjiningsih, 2012) yaitu:
a. Faktor genetik

Faktor genetik merupakan modal dasar dalam mencapai hasil akhir proses
pertumbuhan dan perkembangan, yang dapat ditentukkan kualitas dan
kuantitas pertumbuhan. Termasuk faktor genetik antara lain faktor bawaan
yang normal dan fatologik, jenis kelamin, suku bangsa atau bangsa. Potensi
genetik yang
diperoleh hasil akhir yang optimal.
bermutu hendaknya dapat berinteraksi dengan lingkungan yang positif
b. Faktor lingkungan
sehingga
Lingkungan merupakan faktor yang sangat menentukan tercapai atau tindakan
potensi bawaan. Lingkungan yang cukup baik akan memungkinkan tercapainya
potensi bawaan, sedangkan lingkungan yang kurang baik akan menghambatnya.
Faktor lingkungan dibagi menjadi : lingkungan yang mempengaruhi anak pada
waktu masih didalam kandungan (faktor prenatal) dan faktor lingkunga yang
mempengaruhi tumbuh kembang anak setelah lahir (post natal).

2.2.3 Faktor Predisposisi


Model stress adaptasi Stuart dapat menggambarkan proses terjadinya
perkembangan anak usia bayi rasa percaya dengan menganalisa faktor

predisposisi, presipitasi, penilaian terhadap stressor, sumber koping dan


mekanisme koping yang digunakan individu sehingga menghasilkan respon
bersifat konstruktif dan destruktif dalam rentang adaptif sebagai berikut : faktor
resiko yang mempengaruhi jenis dan jumlah sumber yang dapat dibangkitkan
oleh individu untuk mengatasi stress, meliputi biologis, psikologis serta sosial
budaya ( Stuart, 2009). Bayi dengan latar belakang biologis, psikologis dan
kemampuan sosial yang baik adalah modal dasar bagi bayi untuk naik kejenjang
perkembangan selanjutnya. Dalam hal ini amatlah penting bagi orang tua untuk
memperhatikan perkembangan sebelumya yaitu masa pre natal, ante natal dan
post natal karena akan mempengaruhi dalam proses perkembangan bayi untuk
mencapai rasa percaya.

2.2.3.1 Faktor Biologis

Faktor biologis meliputi: Riwayat Pre natal Gizi ibu pada saat hamil harus
diperhatikan karena akan berpengaruh terhadap pertumbuhan dan
perkembangan janin, terutama dalam perkembangan otak janin. Mekanis yang
disebabkan karena trouma dan cairan ketuban yang kurang dapat
menyebabkan kelainan bawaan pada bayi yang akan dilahirkan. Toxsin/zat
kimia masa organogenesis
disebabkan karena obat-obatan yang dapat menyebabkan kelainan bawaan, ibu
adalah masa yang sangat peka terhadap zat-zat teratogen misalnya
hamil yang perokok dapat sering melahir bayi dengan berat lahir rendah.
yang
Hormon –horman yang berperan pada pertumbuhan janin, adalah somatotropin,
horman plasenta, hormone teroid dan hormone insulin. Radiasi pada janin
sebelum umur 18 minggu dapat menyebabkan kematian janin, kerusakan otak
dan cacat bawaan. Infeksi intrauterine sering menyebabkan cacat bawaan
contohnya Troch.

Post natal , dalam tumbuh kembang anak tidak sedikit peraan ibu dalam ekologi
anak, yaitu peran ibu sebagai pra genetic faktor yaitu pengaruh biologisnya
terhadap pertumbuhan janin dan pengaruh psikobiologisnya terhadap
pertumbuhan post natal dan perkembangan kepribadiaan. Pemberian ASI sedini
mungkin segera setelah bayi lahir, merupakan stimulasi dini terhadap tumbuh
kembang anak keuntungan untuk bayi nilai gizi ASI yang tinggi adanya zat anti
pada ASI yang melindungi terhadap macam infeksi.

2.2.3.2 Faktor Psikologis

Faktor fisiologis meliputi : Kepribadian, Keterampilan verbal, Moral, Konsep Diri


( menangis ketika di tinggal, senang ketika ibu datang menghampiri.) Menolak
saat di gendong orang yg tidak dikenal motivasi ( senang diajak bicara dan
bermain, dipeluk). Proses pemberian ASI sedini mungkin akan terjadi interaksi
timbal balik antara ibu dan anak yang terjadi pada proses menyusui karena bayi
merasakan adanya sentuhan, kata-kata dan tatapan kasih sayang dari ibunya,
serta mendapatkan kehangatan yang penting untuk tumbuh
kembangnya, sehingga menimbulkan rasa percaya diri.

2.2.3.3 Faktor Sosialkultural

Usia 0-18 bulan, Gender : laki-laki/perempuan, status sosial : anak kandung


atau anak angkat, anak keberapa dari berapa bersaudara, pengalaman sosial : di
gandeng , dipeluk dan di buai menangis di beri minum dan makan saat haus dan
lapar diajak bermain dan bicara Diterima sebagai anggota keluarga dan
masyarakat.
2.2.4 Faktor Presipitasi
Gejala pencetus yang menyebabkan seseorang mengalami perkembangan
khususnya untuk anak usia bayi adalah faktor kesehatan, lingkungan, sikap dan
prilaku individu (Stuart, 2009).

2.2.4.1 Faktor Biologis


Faktor biologis pada anak usia bayi yang harus diperhatikan adalah asupan

nutrisi gizi seimbang, mendapatkan ASI ekslusif selama 6 bulan, makanan


tambahan 6 bulan, makanan padat 12 bulan. BB 5 bulan 2 x BB lahir, BB 1 tahun
3 x BB lahir, BB 2 tahun 4 x BB lahir TB 1 tahun 1,5 x TB lahir, kelelahan fisik,
infeksi dan penyakit fisik, kelelahan fisik, infeksi dan penyakit fisik. Hal ini akan
menjadi anak tumbuh dan berkembang sehingga akan
berpengaruh dalam pertumbuhan otak, yang menjadi dasar proses
perkembangan
2.2.4.2 Faktor Psikologis

Pada tahun pertama kehidupan, hubungan yang erat mesra dan selaras antara
anak dengan ibu merupakan syarat mutlak untuk menjamin tumbuh kembang
yang selaras secara fisik, mental maupun psikologis. Berperannya kehadiran ibu
akan menjalin rasa percaya dan rasa aman bagi bayinya ini diwujudkan dengan
kontak fisik ( kulit/mata) dan psikis sedini mungkin, dengan diberikan ASI akan
menunjukkan rasa cinta, kasih sayang dan merasa aman. Bayi sering diajak
anak berbicara dengan lembut, panggil bayi sesuai namanya, sering memeluk
dan mencium anak membujuk ketika anak rewel akan menunjukkan rasa
percaya
diri pada bayi.
2.2.4.3 Faktor Sosial Budaya

Anak keberapa, jenis kelamin, pendidikan pendapatan orang tua, pekerjaaan


orang, agama, hubungan komunikasi dengan keluarga, latar belakang budaya
beinteraksi dengan yang lain. Ikut dalam kegiatan social. Anak sering diajak
untuk proses sosialisasi dengan lingkungan anak memerlukan teman sebaya, dan
mengenal lingkungan disekitarnya sehingga bayi tidak akan asing jika bertemu
dengan orang lain dan lingkungan baru.

2.2.4.3 Sumber koping bayi


Sumber koping adalah strategi yang membentuk dalam memecahkan masalah
yang dihadapi. Sumber koping didapatkan dari dalam diri dan luar bayi. Sumber
koping internal dihubungkan dengan kemampuan yang dimiliki bayi dalam

mengatasi masalah (Merry & Towsend, 2009). Sumber koping yang berasal dari
dalam diri bayi adalah kemampuan bayi (personal ability) dan keyakinan positif
terhadap pelayanan kesehatan, sedangkan sumber koping yang berasal dari
luar
diri bayi adalah dukungan keluarga (sosial support) dan material asset.
Kemampuan personal adalah kemampuan yang dimiliki bayi itu sendiri untuk
mencapai pembentukkan rasa percaya diri positif, untuk melihat kemampuan
yang dimiliki pada bayi tidak bisa dilakukan secara verbal tetapi bisa melihat
non verbal dan perilaku sebagai berikut tidak langsung menangis saat bertemu
dengan orang lain, menolak saat digendong orang yang tidak dikenal, menangis
jika basah, lapar, haus sakit dan gerah, senang ketika ibu datang menghampiri,
menangis ketika ditinggalkan oleh ibunya dan dapat memandang wajah ibu.
Berbagai dukungan bisa didapatkan bayi dari lingkungannya seperti keluarga
( orang tua dan saudara).

Dukungan lainnya yang dapat diberikan pada bayi dalam membentuk identitas
diri adalah material asset yang dapat mendukung perkembangan bayi. Keluarga
dituntut untuk dapat memenuhi kebutuhan bayi dengan cara bekerja,
mencari
rumah, tabungan,
penghasilan, pegangan
mencoba keluargakebutuhan
memenuhi yang sewaktu-waktu
sehari-hari. kiranya dapat
Aset pribadi
seperti
digunakan untuk kepentingan bayi . Dukungan kepada bayi bisa juga berasal
dari pelayanan kesehatan yang didapatkan bayi dalam bentuk asuransi
kesehatam, pelayanan kesehatan terdekat di lingkungannya seperti puskesmas,
klinik pengobatan, bidan / dokter.
2.2.5 Diagnosis keperawatan
Perilaku bayi yang muncul dapat dianalisa lebih lanjut, apakah bayi berada pada
perkembangan yang normal yaitu pembentukan rasa percaya diri ataukah
terjadi penyimpangan perkembangan tidak percaya. Diagnosis keperawatan
adalah kesiapan peningkatan perkembangan bayi dengan karakteristik
perilaku: Menangis ketika ditinggalkan oleh ibunya, menangis saat basah, lapar,
haus, dingin, panas, sakit, menolak atau menangis saat digendong oleh orang

yang tidak dikenalnya, segera terdiam saat digendong, dipeluk atau dibuat
(Keliat, Helena & Farida, 2011). Dengan memperhatikan karakteristik perilaku
pada bayi merupakan hal yang sangat penting karena untuk menentukan
diagnosa keperawatan khususnya untuk bayi.

2.2.6 Tindakan Keperawatan

Mencapai tugas perkembangan bayi, diperlukan beberapa tindakan yang


menjadi tindakan keperawatan generalis dan tindakan keperawatan spesialis.
Tindakan keperawatan bertujuan : bayi merasa aman dan nyaman, bayi dapat
mengembangkan rasa percaya diri ( Keliat, Helena, & Farida, 2011).

2.2.6.1 Tindakan keperawatan generalis

Tindakan keperawatan generalis dapat diberikan adalah dengan cara health


promotion ( promosi kesehatan ) dengan cara pendidikan kesehatan kepada
keluarga dengan tujuan mampu menjelaskan tumbuh kembang anak usia bayi
(Stuart, 2009). Keluarga mampu menjelaskan perilaku yang mengambarkan
perkembangan normal dan menyimpang ( Keliat, Helena & Farida, 2011)

2.2.6.2 Tindakan keperawatan spesialis


Tindakan keperawatan spesialis pada anak usia bayi adalah bisa dilakukan
secara individu, kelompok dan keluarga. Tindakan spesialis yaitu terapi untuk
keluarga berupa terapi dalam bentuk family psikoeducation therapy (FPE) dan
terapi kelompok terapeutik usia bayi ( Stuart, 2009), diberikannya terapi
spesilialis membantu anggota keluarga dalam meningkatkan pengetahuan
tentang pertumbuhan dan perkembangan melalui informasi dan edukuasi yang
dapat mendukung terhadap pencegahan dan peningkatan dukungan kesehatan
bagi anggota keluarga. Tujuan utama dari psikoedukasi keluarga adalah saling
bertukar informasi tenteng perawatan kesehatan mental tentang pertumbuhan
dan perkembangan anak usia bayi, membantu keluarga dalam menstimulasi
tumbuh kembang anak usia bayi sehat, dan membantu pengobatan yang
dibutuhkan gejala lainnnya ( Verocalis, Carson &Shoemaker, 2006). Selain itu

untuk meningkatkan pengetahuan anggota keluarga tentang stimulasi tumbuh


kembang anak usia bayi, memberikan dukungan kepada keluarga dalam upaya
meningkatkan kemampuan hidup sehat sesuai dengan tahap
perkembangannya, dan melatih keluarga untuk lebih menggungkapkan
perasaan, bertukar
pandangan antara anggota keluarga dan orang lain.
Tindakan keperawatan spesialis pada anak usia bayi bisa dilakukan secara
kelompok yaitu dengan terapi kelompok terapeutik.
Terapi Kelompok Terapeutik
a. Definisi

Kelompok adalah kumpulan orang yang mempunyai hubungan dengan orang


lain, independen, dan mempunyai norma, terapi kelompok terapeutik
merupakan salah satu jenis terapi dari terapi kelompok yang memberi
kesempatan kepada anggotanya untuk saling berbagi pengalaman, saling
berbagi pengalaman, saling membantu satu dengan lainnya, untuk menemukan
cara menyelesaikan masalah dan mengantisipasi masalah yang akan dihadapi
dengan menganjarkan cara yang efektif untuk mengendalikan stress. Kelompok
terapeutik lebih berfokus pada hubungan didalam kelompok, interaksi antara
anggota kelompok dan
mempertimbangkan isu yang selektif (Townsend, 2009).
2. Tujuan
Kelompok terapeutik mempunyai tujuan bersama seperti tujuan kelompok yang
mempunyai kekuatan untuk menolong anggota dengan konsisten dalam
mengidentifikasi hubungan yang destruktif dan merubah perilaku maladaptive.
Setiap kelompok mempunyai struktur dan identitas (Stuart, 2009).

3. Prinsip Kelompok Terapeutik


Segera menolong klien, melibatkan dukungan keluarga dan system sosial,
berfokus pada kondisi sekarang, menurunkan stress dengan cara memberikan
dukungan, menggunakan tehnik klarifikasi dan pemecahan masalah, membantu
pasien untuk mengatasi krisis dimasa yang akan datang dan secepatnya mencari
pertolongan bila mengalami stress Rockland ( 1989, dalam Trihadi, Keliat &
Hastono, 2009)

4. Aplikasi Terapi Kelompok Tearpeutik

Pelaksanaan terapi kelompok terapeutik ini panduan dimodifikasi dalam


mengadopsi tahapan terapi kelompok terapeutik oleh Mackenzie ( 1997),
modikasi dari Townsend (2009), berupa tiga langkah terapi kelompok terapeutik
yang berisi fase dari orentasi, fase kerja, dan fase terminasi. Menurut Trihadi,
Keliat & Hastono (2009) terdiri dari 6 sesi yaitu sesi 1. Konsep stimulasi rasa
percaya bayi, sesi 2 stimulasi pada aspek motorik, sesi 3 stimulasi pada aspek
kognitif. Sesi 4. Stimulasi pada aspek emosional, sesi 5. Stimulasi pada aspek
psikososial dan sesi 6 berbagi pengalaman. Pada KIA ini terapi kelompok
terapeutik dilakukan pada keluarga yang mempunyai bayi. Tujuan diharapkan
keluarga mampu meningkatkan kemampuan kognitif dan psikomotor keluarga
dalam memberikan stimulasi perkembangan bayi usia 0-18 bulan.Terapi
kelompok terapeutik diharapkan dapat meningkatkan kemampuan keluarga
baik secara kognitif maupun psikomotor dalam memberikan stimulasi
perkembangan
pada
Terapimasa bayi.
ini dilakukan pada kelompok keluarga yang menpunyai anggota keluarga
pada masa bayi, dimana setiap keluarga memiliki tugas untuk memberikan
kebutuhan perkembang bayinya sesuai dengan tahap tumbuh kembangnya yang
terdiri dari aspek motorik, kognitif, bahasa, emosional, kepribadian, moral,
spiritual dan psikomotor.Adapun indikasi dilakukan terapi ini adalah pada
keluarga yang mempunyai anggota keluarga pada masa bayi. Terapi kelompok
terapeutik dapat membantu mangatasi stress emosional yang diakibatkan karena
terjadi penyimpanan perilaku karena tidak terpenuhi. Kebutuhan perkembangan,
serta penyakit fisik, krisis tumbuh kembang, atas penyesuaian sosial.

Pelaksanaan terapi ini menggunakan area di komunitas dapat dilakukan di rumah

atau pada kegiatan posyandu, balai pertemuan, ataupun sarana lainnya yang
tersedia dimasyarakat. Metode yang dilakukan adalah dinamika kelompok,
diskusi, serta tanya jawab dan role play. Strategi pelaksanaan terapi kelompok
terpeutik dibagi menjadi tujuh sesi. Modifikasi tahapan terapi kelompok
terpeutik ( Mackenzie, 1997), Townsend, 2009, Trihadi, 2009 dan Stuart ,2009)
serta kombinasi dengan aspek perkembangan Wong : 2011, Depkes 2006,
Santroc, 2007).

5. Orentasi

Dimulai dari persiapan buku kerja sebagai panduan, bekerjasama dengan kader
untuk mengidentifakasi peserta ( bayi dan orang tuanya) . Pada tahap ini
pemimpin kelompok mengorentasikan anggota pada tugas utama dan
melakukan kontrak yang terdiri dari tujuan, kerahasian, waktu pertemuan
selama 75 menit, struktur, kejujuran dan aturan komunikasi, norma perilaku,
rasa memilki atau
kohesif antara anggota kelompok.
6 Fase Kerja
Fase ini meliputi 7 sesi yaitu :
a) Sesi Pertama

Konsep stimulasi turst bayi : pada sesi ini kegiatan yang dilakukan adalah
mendiskusikan pengalaman yang dihadapi oleh keluarga dalam mengasuh bayi
pada masa ini, kebutuhan tahap tumbuh kembang masa bayi, penyimpangan
perilaku masa bayi, dan bagaimana selama ini memberikan kebutuhan
perkembangannya. Hasil dari sesi pertama ini keluarga mengetahui kebutuhan
perkembangan masa bayi, penyimpangan perilaku masa bayi serta masalah yang
muncul dan kebutuhan sesuai tahap perkembangan masa bayi.

b) Sesi Dua
Penerapan stimulasi pada aspek motorik : pada sesi ini kegiatan yang dilakukan
adalah melakukan stimulasi perkembangan pada aspek motorik yaitu melatih
untuk mengangkat kepala, menahan kepala tetap tegak, melonjak, duduk,

merangkak, menarik keposisi berdiri, berjalan, membungkuk, belajar naik


tangga sedangkan kemampuan motorik halusnya memegang benda dengan
kuat, memasukkan benda dalam wadah, membuat bunyi-bunyian,
menyembunyikan dan mencari mainan, menyusun balok, menggambar. Hasil
yang diharapkan dari sesi dua ini keluarga mampu memberikan stimulasi
perkembangan pada aspek motorik dan mencoba mempraktekkan pada bayi.
Disamping ini keluarga mengetahui sejauh mana kemampuan yang sudah bisa
dicapai oleh bayi sesuai
dengan apa yang sudah diajarkan.
c) Sesi Tiga

Penerapan stimulasi pada spek kognitif dan bahasa : pada sesi ini kegiatan yang
dilakukan adalah melakukan stimulasi perkembangan aspek kognitif dan bahasa
yaitu melatih bayi menunjukkan bagian-bagian tubuhnya yaitu dengan cara
menyebutkan dan menunjukkan bagian-bagian tubuhnya secara berulang-
ulang, memilik gambar-gambar yang menarik dan berwarna-warni serta
menyebutkan nama gamber yang ditunjuk tersebut, menempelkan berbagai
macam gantungan gambar yang menarik dan warna-warni dan mengajak bayi
melihat gambar tersebut. Sedangkan tehnik stimulasi perkembangan pada
aspek bahasa
mukanya adalah
kearah suara tersebut, melatih menirikuan kata-kata yaitu berbicara
mengajarkan bayi mencari sumber suara yaitu dengan melatih bayi
dengan bayi berulang –ulang beberapa kata berkali-kali dan usahakan agar bayi
memalingkan
menirukannya. Setiap hari berbicara dengan bayi sesering mungkin. Pada sesi ini
keluarga mampu memberikan stimulasi perkembangan pada aspek kognitif dan
bahasa serta mnegetahui tahapan apa yang sudah dicapai dan apa yang belum
tercapai.

d) Sesi Empat
Penerapan stimulasi aspek emosional dan kepribadian pada sesi ini kegiatan
yang dilakukan adalah melakukan stimulasi perkembangan aspek emosinal dan
kepribadian yang meliputi memeluk dan mencium bayi, menina bobokan bayi,

memberikan makan jika lapar, memberikan minum jika haus serta mengganti
popok jika basah, mengajak bayi keluar untuk mengamati benda-benda dan
keadaan sekitarnya, meniru ocehan dan mimik muka bayi, mengayun bayi serta
membawa bayi melihat dirinya sendiri dicermin yang tidak mudah pecah. Pada
akhir sesi ini harapan keluarga mampu untuk memberikan stimulasi
perkembangan pada aspek emosional dari kepribadian dengan memenuhi
kebutuhan rasa aman dan nyaman bayi.

e) Sesi Lima

Penerapan stimulasi pada aspek moral dan spiritual : pada sesi ini kegiatan yang
dilakukan adalah melakukan stimulasi perkembangan aspek moral dan spiritual
meliputi : menggunakan disiplin untuk memandu, mengendalikan dan
melindungi bayi, membuat komitmen dan patuh sesuai dengan keadaan
misalnya melatih menggunakan tangan kanan jika makan maupun jika
memberikan dan menerima sesuatu, melatih mengucapkan terima kasih jika
ada yang memberi, membaca dongeng, mendengarkan suara adzan, membaca
kitab suci, membaca doa ketika makan, sesudah makan maupun mau tidur.
Pada akhir sesi ini diharapakan keluarga mampu untuk memberikan stimulasi
perkembangan
melindungi bayi.aspek
moral dan spiritual dengan menggunakan disiplin untuk memandu dan

f) Sesi Enam
Penerapan stimulasi pada aspek psikososial : pada sesi ini kegiatan yang
dilakukan adalah melakukan stimulasi bermain ciluk ba, melihat dirinya dikaca,
bermain bersosialisasi seperti makan bersama-sama, pergi ke tempat-tempat
umum, memanggil bayi sesuai dengan namannya, memberikan pujian jika bayi
berhasil melakukan sesuatu. Pada akhir sesi ini keluarga mampu memberikan
stimulasi perkembangan pada aspek psikososial dengan mempraktekan
bagaimana mengajari bayi untuk berinteraksi dengan lingkungan sekitar
termasuk teman sebaya.

g) Sesi Tujuh

Sesi terakhir berbagi pengalaman setelah dilatih untuk memberikan stimulasi


perkembangan pada bayi terkait perkembangan pada aspek motorik, kognitif,
emosional, kepribadian, moral, spiritual dan psikososial. Pada sesi ini kegiatan
yang dilakukan adalah menanyakan cara stimulasi yang telah diajarkan dan apa
manfaatnya bagi bayi serta berbagai pengalaman antar anggota mengenai
stimulasi perkembangan yang telah dilakukan selama ini. Keluarga mempunyai
komitmen untuk selalu memberikan stimulasi perkembangan pada bayinya.

7 Fase Terminasi

Terminasi dapat dilakukan pada akhir tiap sesi atau beberapa sesi yang
merupakan suatu paket dengan memperhatikan pencapaian tujuan. Terminasi
yang sukses ditandai oleh perasaan puas dan pengalaman kelompok akan
digunakan secara individual pada kehidupan sehar-hari.

Keluarga
Definisi
Menurut Friedman (1998,dalam Restiana,Keliat, Gayatri & Helena, 2010)
keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih bersama dengan keterikatan

aturan dan emosional dan individu mempunyai peran masing-masing yang


merupakan bagian dari keluarga. Menurut Sayekti ( 1994, dalam Restiana,
Keliat, Gayatri & Helena, 2010) Dengan demikian keluarga adalah suatu
ikatan/persekutauan hidup atas dasar perkawinan antara orang dewasa yang
berlainan jenis hidup bersama atau seorang laki-laki atau seorang perempuan
yang sudah sendirian dengan atau tanpa anak, baik anaknya sendiri atau adopsi
dan tinggal dalam.

2.3.2 Tugas Keluarga


Keluarga dapat mewujudkan perannya secara baik, menurut Maglaya (2009)
ada 5 (lima) tugas yang harus dipenuhi. Berikut ini dijabarkan kelima tugas
tersebut pada keluarga dengan anggota keluarga pada anak usia bayi.

2.3.2.1 Mengenal masalah kesehatan keluarga pada masa anak usia bayi
Keluarga harus mengenal tumbuh kembang bayi serta penyimpangan yang
terjadi jika mengalami gangguan tumbuh kembang. Pengetahuan yang harus
dimiliki keluarga untuk memenuhi tumbuh kembang bayi adalah tentang tahap
tumbuh kembang bayi dan kebutuhan yang harus dipenuhi sesuai dengan
karekteristik usia bayi, penyimpangan perilaku yang ditimbulkan dari tidak
terpenuhinya kebutuhan tumbuh kembang bayi, masalah yang timbul akibat
tidak atau kurang terpenuhinya kebutuhan tumbuh kembang bayi, serta upaya
untuk mencegah agar tidak timbul masalah tumbuh kembang bayi dan strategi
koping dan tehnik problem solving serta memanfaatkan sumber-sumber yang
tersedia seperti terapi kelompok terapeutik ( Townsend, 2009). Pernyataan
diatas dapat disimpulkan bahwa keluarga mempunyai tugas untuk mrngenal
tanda- tanda tumbuh kembang anak usia bayi supaya dapat memberkan
stimulasi secara
benar.
2.3.2.2 Mengambil kemutuskan dalam memberikan stimulasi

Menstimulasiperkembangananakusiabayiyangditunjukkandengan memberikan
kebutuhan tumbuh kembang bayi sesuai dengan umumnya serta
mengkomunikasikan pada anggota keluarga yang lian agar ikut berperan
dalam
memberikan stimulasi perkembangan pada anak. Jadi dapat disimpulkan bahwa
untuk mengoptimalkan stimulasi anak usia bayi bukan merupakan tugas ibu saja
tetapi tugas seluruh anggota keluarga.
2.3.2.3 Merawat Keluarga
Dalam merawat keluarga pada usia bayi sering kali keluarga telah mengambil
tindakan yang tepat dan benar tetapi keluarga memiliki keterbatasan yang telah
diketahui oleh keluarga sendiri. Keluarga harus mengetahui bagaimana cara
menstimulasi aspek perkembangan pada bayi mencakup aspek perkembangan
motorik, kognitif, bahasa, emosional, spiritual, moral, emosi dan psikosoisal
(Townsend, 2009). Keluarga diharpakan mampu memberikan tindakannyang

tepat supaya tidak terjadi penyimpangan perilaku terkait dengan tugas


perkembangan anak usia bayi. keluarga juga hendaknya senantiasa
memberikan reinforcement dapat meningkatkan rasa percaya (Santrock, 2007).
Pemberian penghargaan yang tepat oleh keluarga atau care giver akan
meningkatkan rasa
percaya diri .
2.3.2.4 Modifikasi lingkungan keluarga

Dalam menjalin kesehatan keluarga. Keluarga harus memberikan lingkungan


yang nyaman agar dapat terbina trust dengan yang lain. Rasa trust terbentuk
pada masa bayi jadi menumbuhkan rasa trust pada masa ini sangat penting
sekali. Tidak hanya lingkungan saja yang bisa di modifikasi tetapi media yang
digunakan untuk perkembangan anak usia bayi tidak perlu menggunakan alat
yang mahal tetapi bisa dimanfaatkan media yang ada di rumah.

2.3.2.5 Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan

Keluarga harus mampu memanfaatkan pelayanan kesehatan seperti


Puskesmas, Posyandu, balai pengobatan dan melihat sumber-sember yang
tersedia didalam keluarga itu sendiri yang dapat digunakan untuk memenuhi
kebutuhan tumbuh
keluarga dipengaruhi
kembang oleh berbeberapa
anggota keluarga. faktorkelima
Terlaksanannya yaitu tugas
tahap perkembangan
perkembangan
keluarga, kondisi fisik dan emosional keluarga, status ekonomi keluarga, nilai
budaya, etik, spiritual keluarga, sumber-sumber yang ada pada keluarga dan
masyarakat serta karakteristik dari tumbuh kembang sesuai dengan usia
( Friedman, 1998). Dapat disimpulkan bahwa untuk menunjangnya optimalnya
tumbuh kembang bayi maka diperlukan kesehatan yang optimal juga dari anak
untuk kesehatan keluarga harus mampu memanfaatkan sarana pelayanan
kesehatan yang ada yaitu posyandu, balai pengobatan dan Puskesmas.

2.4 Konsep CMHN (Community Mental Helth Nursing)


Program manajemen pelayanan keperawatan khususnya keperawatan jiwa di

komunitas dilaksanakan melalui program CMHN. Menurut Stuart (2009) tujuan


dari CMHN yaitu memberikan pelayanan, konsultasi, edukasi, dan informasi
mengenai prinsip-prinsip kesehatan jiwa kepada masyarakat, menurunkan
angka risiko terjadinya gangguan jiwa, dan meningkatkan penerimaan
masyarakat terhadap praktik kesehatan jiwa. Townsend (2009) menyatakan
terdapat tiga konsep yang dikembangkan dalam pelayanan kesehatan jiwa
masyarakat, yaitu pencegahan primer, pencegahan sekunder, dan pencegahan
tersier. Pencegahan primer bertujuan untuk menurunkan insiden gangguan jiwa
di masyarakat, pencegahan sekunder bertujuan untuk meminimalkan gejala
awal gangguan jiwa dan secara langsung menurunkan prevalensi dan lamanya
ganguan jiwa. Sedangkan pencegahan tersier bertujuan untuk menurunkan
gejala sisa yang
berhubungan dengan gangguan jiwa (rehabilitasi).
Manajemen pelayanan CMHN yang dikembangkan saat ini (Keliat, Panjaitan &
Riasmini, 2010) terdapat 4 pilar, yaitu manajemen pelayanan kesehatan jiwa
masyarakat, manajemen pemberdayaan masyarakat, kemitraan lintas sektor
dan lintas program dan manajemen kasus kesehatan yang akan dilaksanakan
oleh perawat CMHN dan kader kesehatan. Pada laporan karya ilmiah akhir
ini
menganggkat masalah pertumbuhan dan perkembangan anak usia bayi
yang
dijadikan salah satu target pengelolaan asuhan keperawatan.

2.4.1 Pilar I, Manajemen Pelayanan Kesehatan Jiwa Masyarakat.


Perencanaan adalah keseluruhan proses pemikiran dan penentuan secara matang
hal-hal yang akan dikerjakan di masa mendatang dalam rangka pencapaian
tujuan yang telah ditetapkan (Siagian, 1990). Perencanaan dapat juga diartikan
sebagai suatu rencana kegiatan tentang apa yang harus dilakukan, bagaimana
kegiatan itu dilaksanakan, di mana kegiatan itu dilakukan.

Kegiatan perencanaan yang digunakan dalam pelayanan keperawatan jiwa


komunitas meliputi perencanaan yang akan dilaksanakan oleh Perawat CMHN
dan kader kesehatan. Perencanaan bulanan perawat CMHN adalah melakukan

kegiatan asuhan keperawatan pada kelompok bayi dalam menstimulasi


perkembangan bayi sehingga tercapainya perkembangan fase rasa percaya diri
yang optimal dan memberikan psikoedukasi keluarga tentang stimulasi
pertumbuhan dan perkembangan bayi, diharapkan orang tua mampu
memberikan stimulasi sesuai dengan usia perkembangannya.

Rencana bulanan Kader Kesehatan Jiwa meliputi bersama orang bayi membuat
jadwal kegiatan stimulasi pertumbuhan dan perkembangan bayi sesuai dengan
jadwal, mendampingi kegiatan perawat CMHN dalam melakukan stimulasi
tumbuh kembang bayi dan psikoedukasi keluarga, melakukan deteksi keluarga
dengan bayi , menggerakkan keluarga untuk mengikuti penyuluhan/stimulasi
tumbuh kembang bayi , melakukan kunjungan rumah kepada keluarga untuk
pemantauan stimulasi tumbuh kembang bayi dan melakukan rujukan jika
terjadi penyimpangan kepada Perawat CMHN dan mendokumentasikan semua
kegiatan.

Pengorganisasian adalah pengelompokan aktivitas untuk mencapai suatu


tujuan, penugasansuatukelompoktenagakeperawatanuntukpengkoordinasian
aktivitas yang tepat, baik vertikal maupun horizontal, yang bertanggung jawab
untuk mencapai tujuan Desa Siaga Sehat Jiwa. Pengorganisasian kegiatan dan
tenaga dalam pelayanan kesehatan di komunitas menggunakan pendekatan
lintas sektoral dan lintas program. Perawat CMHN bertanggung jawab terhadap
wilayah binaaan, toma dan kader bertanggung jawab terhadap keluarga yang
mempunyai bayi di setiap RW. Kader Kesehatan Jiwa bertanggung
jawab
terhadap masing-masing RW yang melakukan kegiatan Desa Siaga Sehat
Jiwa(Keliat, Helena & Farida, 2010).

Stimulasi perkembangan anak usia bayi dalam kegiatan perlu pendekatan lintas
sector yaitu dengan aparat kelurahan yang hubungannya masayarakat sehingga
kelurahan dapat menginformasikan kepada masyarakat bahwa ada program yang
sedang dilakukan terkait dengan perkembangan anak usia bayi. Lintas program
hal ini kerja sama dengan Dinas Kesehatan dan Puskesmas kecamatan serta bisa
bekerjasama dengan program gizi sehingga dalam pelaksanaan bisa dilakukan
berbarengan menilai pertumbuhan dan Perawat CMHN menilai dari segi
perkembangan.

2.4.2 Pilar II, Manajemen Pemberdayaan Masyarakat.


Strategi pemberdayaan masyarakat bermanfaat untuk mengidentifikasi,
mengatasi masalah dan mempertahankan kesehatan diwilayahnya.
Pemberdayaan masyarakat merupakan proses pengembangan potensi baik
pengetahuan atau keterampilan masyarakat sehingga mereka mampu mengontrol
diri dan terlibat dalam memenuhi kebutuhan mereka sendiri (Helvie,1998).
Pemberdayaan kader kesehatan jiwa sebagai tenaga potensial yang ada di
masyarakat diharapkan mampu mendukung program CMHN yang diterapkan di
masyarakat.

Kompetensi perawat CMHN dan kader kesehatan dalam pengelolaan RWSSJ


yang ada di masyarakat perlu ditingkatkan melalui pemberdayaan sumber-
sumber yang ada guna mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
Kompetensi kader kesehatan jiwa dalam melakukan kegiatan perlu
dipertahankan, dikembangkan, dan ditingkatkan melalui manajemen
pemberdayaan kader yang konsisten disesuaikan dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Pengembangan kader digambarkan sebagai suatu
proses pengelolaan motivasi staf sehingga dapat melaksanakan kegiatan dengan
baik. Hal ini merupakan penghargaan bagi kader melalui manajemen SDM yang
baik, kader mendapatkan penghargaan (compensatory reward) sesuai dengan
apa yang telah dikerjakan.

Manajemen pemberdayaan kader kesehatan Jiwa di RW Siaga Sehat Jiwa


berfokus pada proses rekruitmen, seleksi, orientasi, penilaian kinerja, dan
pengembangan kader. Rekruitmen kader adalah suatu proses pencarian dan
pemikatan para calon kader yang mempunyai kemampuan dalam

mengembangkan Desa Siaga Sehat Jiwa. Proses seleksi adalah serangkaian


kegiatan yang digunakan untuk memutuskan apakah calon kader diterima atau
tidak sebagai kader kesehatan. Proses seleksi ini penting, karena akan diperoleh
sumber daya manusia yang mempunyai motivasi dan kemampuan yang tepat
sesuai dengan yang dibutuhkan.

Setiap kader yang akan melaksanakan program kesehatan jiwa akan melalui
masa orientasi yaitu mengikuti sosialisasi Program CMHN dan pelatihan Kader
Kesehatan Jiwa. Orientasi yang dilakukan mencakup informasi budaya kerja
dan informasi umum tentang visi, misi, filosofi, dan kebijakan Desa Siaga Sehat
Jiwa. Penilaian kinerja Kader Kesehatan Jiwa dilakukan untuk memantau dan
mengevaluasi kemampuan kader dalam melaksanakan program kesehatan jiwa
komunitas. Penilaian kinerja kader dengan cara supervisi langsung (observasi)
atau tidak langsung (melalui dokumentasi laporan).

Pengembangan kemampuan Kader Kesehatan Jiwa merupakan salah satu


proses yang berhubungan dengan manajemen SDM yang bertujuan membantu
kader mencapai kinerja sesuai dengan posisinya dan untuk penghargaan
terhadap
Kader
kinerjaKesehatan
yang telahJiwa yangmelalui
dicapai, mempunyai kinerjakader
penyegaran baik dapat sebagai nara
atau pelatihan sumber
lanjutan.
bagi kader yang baru.

Kader kesehatan jiwa yang berperan dalam perkembangan anak usia bayi antara
lain harus mampu mendeteksi bayi yang sehat, menggerakan saat akan dilakukan
penyuluhan , mendampingi saat melaksanakan stimulasi perkembangan anak
usia bayi, melakukan kunjungan rumah serta dapat mendokumentasikan kegiatan
terapi kelompok terapeutik yang sudah dilakukan.

2.4.3 Pilar III, Kemitraan Lintas Sektor dan Lintas Program.


Kemitraan adalah membangun dan mempertahankan hubungan dengan
profesional dan berbagai sektor lainnya terkait di masyarakat dengan tujuan

untuk menyelesaikan masalah, menciptakan program baru dan


mempertahankan dukungan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat
(Helvie, 1998). Kemitraan dalam pelayanan kesehatan di komunitas merupakan
bentuk strategi kemitraan lintas program dan lintas sektor yang terintegrasi
atas prinsip kesetaraan,
keterpaduan, kesepakatan dan keterbukaan (Depkes R.I., 2000).

Bentuk kemitraan antara masyarakat dan professional dilakukan melalui


keputusan yang diambil secara bersama-sama dalam meningkatkan kualitas
pelayanan kesehatan. Hasil yang diharapkan dari upaya pengembangan
kemitraan adalah semua sektor baik pemerintah, swasta maupun masyarakat
mampu menyelenggarakan pelayanan dan pembinaan sesuai bidang, peran,
kemampuan, dan kesepakatan bersama terhadap pelayanan kesehatan jiwa
komunitas.

Pelaksanaan kemitraan tingkat kecamatan dan kelurahan diprakarsai oleh pihak


puskesmas sebagia pemberi pelayanan kesehatan di wilayah kecamatan
bekerjasama dengan perawat CMHN untuk melakukan negosiasi dengan sektor
terkait yaitu unsur kecamatan serta Lembaga/Organisasi yang ada di
masyarakat
(PKK, LKMD, dll) dalam rangka menggerakkan dukungan dana, sarana dan
prasarana serta kebijakan terhadap pelaksanaan program CMHN. Dinas
Kesehatan Kabupaten berperan sebagai pembina program secara keseluruhan
sesuai dengan tanggung jawab sektor masing-masing. Pembinaan tersebut dapat
dilakukan secara efektif dengan membentuk tim / penanggung jawab di tingkat
kecamatan, kelurahan dan RW/RT.

Untuk meningkatkan kerjasama lintas sektor maka perlu dilakukan pertemuan


secara berkala berupa rapat koordinasi yang merupakan media komunikasi
antara tim kesehatan dengan sektor terkait baik pemerintah maupun non
pemerintah untuk membahas kebijakan dan berbagai dukungan yang diberikan
pada kelompok anak usia bayi. Kegiatan yang dilakukan Lintas Program di

tingkat Dinas Kesehatan Kabupaten adalah menggalang kerjasama dengan


subdin lain yang ada dinas kesehatan dalam mengintegrasikan program CMHN
dengan program kesehatan yang ada di Dinkes terutama berkaitan dengan
pelayanan kesehatan pada anak usia bayi.

Pilar IV, Manajemen Kasus Kesehatan Jiwa.

Keperawatan kesehatan jiwa komunitas yang profesional mempunyai ciri


praktek yang didasari oleh keterampilan intelektual, teknikal, dan interpersonal.
Pendekatan yang digunakan adalah proses keperawatan yang meliputi
pengkajian, menetapkan diagnosa keperawatan, perencanaan tindakan,
implementasi dan evaluasi. Perawat CMHN bertanggung jawab memberikan
asuhan keperawatan jiwa komunitas kepada kepada pasien, keluarga, kelompok
dan komunitas secara sistematis dan terorganisir kepada kelompok keluarga
yang sehat. (IC-CMHN, 2006)

Dalam melakukan asuhan keperawatan, perawat CMHN dibantu oleh kader


kesehatan jiwa dalam memberikan stimulasi pertumbuhan dan perkembangan
anak usia bayi. Pemberian asuhan keperawatan oleh perawat CMHN dilakukan
melalui pendekatan individual dengan menggunakan manajemen kasus,
pendekatan kelompok dengan menggunakan metode pendidikan kesehatan,
terapi kelompok terapeutik dalam menstimulasi tumbuh kembang anak usia bayi
Untuk kader kesehatan bertanggung jawab untuk menggerakkan bayi dan orang
tua mengikuti kegiatan stimulasi tumbuh kembang bayi , melakukan supervisi
untuk memantau perkembangan bayi dan orang tua dalam menstimulasi serta
melakukan rujukan jika terjadi penyimpangan ke perawat CMHN dan
mendokumentasikan kegiatan yang dilakukan.
BAB 3
HASIL PELAKSANAAN MANAJEMEN PELAYANAN DAN
ASUHAN KEPERAWATAN BAYI DI RW02 03 DAN RW 11
KELURAHAN TANAH BARU, BOGOR UTARA

Pada bab ini akan di uraikan tentang manajemen pelayanan dan asuhan
keperawatan pada anak usia bayi di RW 03 dan RW 11 Kelurahan Tanah
Baru, Bogor Utara yang menjadi lahan praktik spesialis keperawatan jiwa,
3.1 Hasil Pelaksanaan Manajemen Pelayanan di Komunitas RW 02, 03 dan
RW 11 Kelurahan Tanah Baru, Bogor Utara.
Kelurahan Tanah Baru merupakan salah satu kelurahan yang ada di wilayah
Kecamatan Bogor Utara. Pelaksanaan manajemen pelayanan Kelurahan
Tanah Baru terdiri dari 11 RW yaitu RW 01 s/d RW 11. Penulis bertanggung
jawab untuk mengelola 3 RW ( RW 02, RW 03 dan RW 11), dalam pelaksanaan
manajemen pelayanan di komunitas kelurahan Tanah Baru dimulai dengan
MMD (Musyawarah Masyarakat Desa) di masing-masing RW, dengan tujuan
mensosialisasikan dan pembentukan RW peduli sehat jiwa hasil yang
disepakati rekruitmen kader kesehatan jiwa, dari RW 02 sebanyak 15 orang ,
RW 03 sebanyak 11 orang dan RW 11 sebanyak 15 orang, sekaligus
terbentuknya struktur pengurus RW siaga sehat jiwa , visi, misi dan filosofi
pembentukan peduli sehat jiwa dari masing-masing RW 02, RW 03 dan RW 11
di Kelurahan Tanah Baru, Bogor Utara. RW siaga sudah terbentuk, dilanjutkan
dengan pelatihan kader kesehatan jiwa dilaksanakan di Kelurahan Tanah Baru
Bogor Utara dari seluruh RW ( RW 01 s/d RW 11) dengan tujuan tersedianya
kader kesehatan jiwa di Tanah Baru khususnya di RW 02, 03 dan 11.

Pelatihan kader kesehatan jiwa berlangsung selama 2 hari tanggal 27 Desember


2012, kegiatan hari pertama dilaksanakan di dalam ruangan /kelas, metode yang
digunakan dengan ceramah, diskusi dan role play, materi yang disampaikan
adalah program RW siaga sehat, deteksi keluarga sehat, deteksi keluarga
beresiko masalah psikososial dandeteksi kelompok keluarga dengan gangguan
jiwa di masyarakat, menggerakan individu, keluarga dan kelompok sehat jiwa,
resiko masalah psikososial, gangguan jiwa, mengikuti TAK dan rehabilitasi ,

52 Universitas Indonesia

Peningkatan perkembangan.., Slametiningsih, FIK UI, 2013


53

kunjungan rumah pada pasien yang telah mandiri, rujukkan kasus masalah
psikososial atau gangguan jiwa pada petugas puskesmas setempat dan
dokumentasi kegiatan kader kesehatan jiwa. Hari kedua masing-masing kader
kesehatan jiwa langsung terjun ke wahana praktek/ masyarakat sesuai dengan
masing-masing wilayah kader kesehatan jiwa dengan tujuan untuk
mengaplikasikan apa yang sudah dilaksanakan di dalam kelas di hari pertama.
Kader kesehatan jiwa bersama mahasiswa melaksanakan rapat bulan untuk
membuat rencana kerja bulan. Pendampingan dan pembimbingan bersama kader
melakukan kunjungan rumah di RW 02, 03 dan 11 dan supervisi kader kesehatan
jiwa.

Hasil deteksi keluarga yang dilakukan oleh kader didapatkan dari masing-masing
RW : jumlah KK, jumlah penduduk, daftar dan jumlah pasien gangguan jiwa,
pasien dengan masalah resiko yaitu psikososial dan pasien sehat dengan rincian
sebagai berikut: RW 02 terdiri dari enam RT ( Rt 01, 02, 03, 04, 05 dan 06)
jumlah penduduk RW 02 berdasarkan data ± 378 KK, jumlah penduduk ±1387,
jumlah pasien gangguan jiwa 5 orang, pasein gangguan mental emosional ±132
orang , dan sehat± 1294 orang ( jumlah bayi 10). RW 03 terdiri empat RT yaitu
RT 01,RT 02, RT 03 dan RT 05. Jumlah penduduk RW 03 berdasarkan data yaitu
± 318 kepala keluarga, dengan jumlah penduduk ± 1448 jiwa dengan jumlah
pasien gangguan jiwa berat sebanyak 2 orang, pasien gangguan mental emosional
178 orang dan pasien sehat 1268 orang (jumlah bayi 14). RW 11 berdasarkan data
jumlah penduduk sebanyak ± 338 kepala keluarga, ± 1416 jiwa dengan jumlah
pasien gangguan jiwa berat sebanyak 2 orang, pasien gangguan mental emosional
150 orang dan pasien sehat sebanyak 1263 orang (jumlah bayi 14). Jumlah bayi
di RW 02, 03 dan 11 ada 38 bayi.

Delapan belas bayi (RW 02 ada 10 bayi dan RW 03 ada 8 bayi ) sudah dilakukan
asuhan keperawatan dengan dilakukan tindakan keperawatan generalis
penyuluhan tumbuh kembang anak usia bayi dan tindakan keperawatan spesialis
yaitu terapi kelompok terapeutik dan psikoedukasi keluarga, adapun 20 bayi (RW
03 ada 6 bayi dan RW 11 ada 14 bayi), belum dilakukan asuhan keperawatan,

Universitas Indonesia
Peningkatan perkembangan.., Slametiningsih, FIK UI, 2013
sehingga penulis tertarik melakukan dan melaporkan asuhan keperawatan yang
sudah dilakukan terhadap 20 bayi di RW 03 dan RW 11 Kelurahan Tanah Baru,
Bogor Utara dengan kondisi bayi sehat, yang dilakukan tindakan keperawatan
generalis yaitu penyuluhan tentang pertumbuhan dan perkembangan anak usia
bayi dan tindakan keperawatan spesialis yaitu terapi kelompok terapeutik dan
psikoedukasi keluarga berada di RW 03 dan RW 11 . Daftar kelompok tergambar
pada tabel 3.1 dan 3.2 dibawah ini :
Tabel 3.1
Daftar Kelompok Terapi Kelompok Terapeutik pada Anak Usia Bayi di RW 03
dan RW 11 Kelurahan Tanah Baru Bogor Utara
Periode September 2012 – April 2013
(n = 20)

N Kelomp Juml Tempa R PJ Kader


o ok ah t W
1 I 7 Posyan 1 Ny Ani, ny St Maemunah, Ny
du 1 Susmiyati, Ny Unah, Ny
Suginem, Ny Intan, Ny Dedeh
2 II 7 Posyan 1 Ny. Kris, Ny Ratna, Ny Ina, Ny
du 1 Endang, Ny St mutmainah, Ny
Nining, Ny Eti
3 III 6 Posyan 0 Ny Desi, Ny Eka dan Ny Yati,
du 3 Ny Euis, Ny Ros

Proses pelaksanaan terapi kelompok terapeutik pada anak usia bayi dapat berjalan
dengan baik melibatkan berbagai pihak yaitu keluarga yang mempunyai anak
usia bayi, kader kesehatan jiwa dari masing-masing RW, perawat CMHN dan
mahasiswa Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. Komitmen dalam
pelaksanaan terapi kelompok terapeutik , Keluarga (ibu) setiap melaksanakan
terapi kelompok terapeutik harus hadir, ibu dapat melihat dan melakukan cara
menstimulasi perkembangan anak usia bayi. Kader dapat menggerakkan
masyarakat ( ibu yang mempunyai anak usia bayi) untuk mengikuti penyuluhan
dan terapi kelompok terapeutik , melakukan kunjungan rumah pada pasien sehat
yang sudah dilakukan terapi kelompok terapeutik. Perawat CMHN melaksanakan
terapi kelompok terapeutik. Mahasiswa bekerjasama dengan perawat CMHN
dalam melaksanakan terapi kelompok terapeutik pada anak usia bayi.

Hasil yang diperoleh dalam terapi kelompok terapeuti untuk kader memonitor
dan evaluasi latihan stimulasi oleh klien dan keluarga. Klien ( bayi) mengalami
peningkatan pencapaian delapan aspek kemampuan perkembangan anak usia bayi
dengan rasa percaya diri. Keluarga mampu melakukan stimulasi tumbuh kembang
anak usia bayi. Perawat CMHN memonitor pertumbuhan dan perkembangan anak
usia bayi yang sudah dilakukan terapi kelompok terapeutik bersama kader
kesehatan jiwa.

3.2 Hasil Pelaksanaan Asuhan Keperawatan di Komunitas RW 03 dan RW


11 Kelurahan Tanah Baru, Bogor Utara
Praktek klinik spesialis keperawatan jiwa di wilayah kelurahan Tanah Baru,
Bogor Utara , penulis bekerjasama dengan kader kesehatan jiwa RW 03 dan RW
11 selama kurang lebih 8 bulan mulai bulan September 2012 sampai April 2013
guna mengembangkan asuhan keperawatan perkembangan anak usia bayi rasa
percaya diri . Penulis akan memaparkan terlebih dahulu pengkajian anak usia bayi
yang diberikan terapi kelompok terapeutik. Paparan pengkajian berupa
karakteristik klien dan ibu(caregiver), diagnosa keperawatan yang ditegakkan,
rencana tindakan keperawatan dan tindakan keperawatan yang dilakukan dan hasil
dari tindakan keperawatan, di RW 03 dan RW 11 Kelurahan Tanah Baru, Bogor
Utara.

3.2.1 Pengkajian
Asuhan keperawatan yang diberikan kepada anak usia bayi dengan kesiapan
peningkatan perkembangan rasa percaya dimulai sejak dilakukan deteksi dini anak
usia bayi di RW 03 dan RW 11 Kelurahan Tanah Baru, Bogor Utara. Berikut ini
dipaparkan hasil pengkajian yang meliputi karekteristik klien dan ibu (data
demografi), faktor predisposisi, presipitasi, tanda dan gejala serta sumber koping.
dapat di uraikan dibawah ini.
3.2.1.1 Karakteristik Bayi

Penulis menjelaskan Karakteristik bayi ( data demografi) RW 02 dan RW 03


Kelurahan Tanah Baru, Bogor Utara , meliputi : usia, jenis kelamin, urutan
keluarga dan jumlah saudara kandung dapat dilihat pada tabel 3.2
Tabel 3.2
Karakteristik anak usia bayi di RW 03 dan RW 11
Kelurahan Tanah Baru Periode September 2012 – April 2013
(n=20)
N Varia n (
o bel %
)
1 Usia
Anak usia bayi (0-3 bulan) 4 20
Anak usia bayi (4-6 bulan) 9 45
Anak usia bayi (7-9 bulan) 4 20
Anak usia bayi (10-12 3 15
bulan)
2 Jenis Kelamin
Laki-laki 8 40
Perempuan 1 60
2
3 Urutan kelahiran
Anak pertama 1 50
Anak kedua 0 30
Anak ketiga 6 15
Anak ke lima 3 5
1
4 Jumlah saudara kandung
Belum mempunyai soudara 1 55
Kandung 2-3 orang 1 40
4-6 orang 8 5
1

Berdasarkan tabel 3.2 dapat dijelaskan bahwa usia bayi di RW 03, Kelurahan
Tanah Baru, Bogor Utara terbanyak pada usia bayi 4-6 bulan 45%, didominasi
oleh anak usia bayi perempuan sebanyak 60%. Anak usia bayi lahir anak pertama
50%, dengan jumlah saudara kandung tidak ada (anak pertama) terbanyak adalah
55 %.

3.2.1.2 Karakteristik ibu


Penulis menjelaskan Karakteristik ibu yang mempunyai anak usia bayi ( data
demografi) RW 02 dan RW 03 Kelurahan Tanah Baru, Bogor Utara , meliputi
usia, status pendidikan, dan status sosial ekonomi keluarga, seperti yang terlihat di
tabel 3.3
Berdasarkan tabel 3.3 diatas menunjukkan, usia ibu yang mempunyai anak usia
bayi di RW 03 dan RW 11 di Kelurahan Tanah Baru Bogor Utara berusia 18-24
tahun 60 %, dengan tingkat pendidikan mayoritas SD sebanyak 50 % dan rata-
rata status ekonomi rendah sebanyak 60 %.
Tabel 3.3
Karakteristik Ibu di RW 03 dan
RW 11 Kelurahan Tanah Baru Periode September 2012 – April 2013
(n=20)
N Variabel n (
o %
)
1 Usia
18-24 1 60
25 – 40 tahun 2 40
8
2 Tingkat
Pendidikan 1 50
SD 0 30
SMP 6 20
SMA 4
3 Status ekonomi keluarga
Ekonomi rendah 1 60
Ekonomi menengah 2 40
8

3.2.1.3 Faktor Predisposisi


Faktor predisposisi adalah faktor resiko yang menjadi sumber terjadinya stress
yang mempengaruhi tipe dan sumber untuk menghadapi stress baik biologis,
psiokososial dan sosialkultural ( Stuart 2009). Faktor predisposisi anak usia bayi
meliputi faktor biologis, psikologis dan sosialkultural diwilayah RW 03 dan RW
11 Kelurahan Tanah Baru, Bogor Utara, ada pada tabel 3.4
Berdasarkan tabel 3.4 diatas menunjukkan, ketiga faktor predisposisi pada anak
usia bayi di RW 03 dan RW 11 Kelurahan Tanah Baru Bogor Utara, yang tidak
bermasalah aspek biologis yang terbanyak 92.5%, diikuti oleh aspek sosial 80
%, dan aspek psikologis 70%
Tabel 3.4
Faktor Predisposisi pada Anak Usia Bayi
di RW 03 dan RW 11 Kelurahan Tanah
Baru
Periode September 2012 – April 2013
(n=20)
N Faktor Predisposisi n (%)
o
1 Biologis
Tidak ada riwayat penyakit 16 80
genetic dalam keluarga (DM,
hypertensi dll)
Riwayat kesehatan ibu hamil ( gizi 20 100
ibu baik waktu hamil, mekanis,
tidak
terpapar toxin, tidak terpapar radiasi)
ANC dilakukan rutin 18 9
Riwayat intra natal ( lahir spontan, 0
BB normal, tidak ada riwayat
trouma dalam persalinan, menerima 20
ASI ekslusif dan pemberian nutrisi) 1
0
0
Rata-rata 18.5 92.5
Lanjutan Tabel
3.4
2 Psikologis
Kehamilan yang diharapkan 18 9
0
Stimulasi perkembangan janin 10 5
0
(merasakan keterikatan janin,
merasakan gerakan janin, mengajak
janin bicara dalam melakukan setiap
kegiatan) 14 7
0
Melaksanakan bounding attchmen
setelah melahirkan dan memberikan
ASI segera mungkin .
Rata-rata 14 7
20 0
Pekerjaan ibu atau suami 100
20
Selalu ada komunikasi dengan suami 100
dalam kehamilannya
20
Dukungan sosial dari berbagai pihak 100

Rata-rata 16 80

3.2.1.4 Faktor Presipitasi


Faktor presipitasi merupakan suatu stimulasi sebagai ancaman tantangan atau
kesempatan oleh klien ( Stuart, 2009) . Distribusi predisposisi dapat dilihat pada
tabel 3.5
Berdasarkan tabel 3.5 diatas menunjukkan, ketiga faktor presipitasi pada anak
usia bayi di RW 03 dan RW 11 Kelurahan Tanah Baru, yang tidak bermasalah
aspek biologis 93%, diikuti oleh aspek sosial 87.5% dan aspek psikologis 75%.
Tabel 3.5
Distribusi Faktor Presipitasi Anak Usia Bayi
di RW 03 dan RW 11 di Kelurahan Tanah Baru, Bogor
Utara Periode September 2012 – April 2013
(n=20)
N Faktor Presipitasi n (%)
o
1 Biologis
Nutrisi : Gizi seimbang ( mendapatkan 16 8
ASI ekslusif 6 bulan pertama, makan 0
tambahan lebih dari usia 6 bulan,
makanan pada setelah 12 bulan)
20
Berat Badan (BB) dan Tinggi Badan 1
(TB) ( BB 5 bulan = 2 x BB lahir, BB 1 0
tahun = 4 x BB lahir, TB 1 tahun 1,5 x 20 0
TB lahir)
Immunisasi lengkap
1
0
0
Rata-rata 18.6 93.3
Lanjutan Tabel 3.6

2. Psikologis
Tidak langsung menangis saat bertemu 16 80
dengan orang lain
Menolak saat akan digendong orang 18 90
yang tidak dikenal
Menangis bila basah, lapar, haus, sakit 18 90
dan gerah
Senang, ketika ibu datang menghampiri 18 90
Menangis ketika ditinggalkan oleh
ibunya 18 90
Memandang wajah ibu 18 90
Rata-rata 15 75
3 Sosialkultural
Menerima anak dengan senang 20 100
Mengajak anak bergaul, melambaikan 16 80
tangan, memberi salam
Mengajak anak bermain bersama 16 80
seperti ciluk ba
Mengajak anak mengenal lingkunganya 18 90
Rata-rata 17.5 87.5

3.2.1.5 Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala dapat dilihat dari aspek kognitif, afektif, fisiologis, perilaku dan
sosial ( Stuart, 2009), sedangkan untuk klien dengan kondisi sehat ada delapan
aspek kemampuan perkembangan tingkat usia yaitu meliputi aspek motorik,
kognitif, bahasa, emosi, kepribadian, moral, , spiritual dan psikososial. Tabel 3.7
menjelaskan secara rinci tentang distribusi penilaian terhadap stressor pada 20
anak usia bayi yang berada di RW 03 dan RW 11 Kelurahan Tanah Baru Bogor
Utara.

Berdasarkan tabel 3.6 diatas menunjukkan, tanda dan gejala dari delapan aspek
kemampuan perkembangan anak usia bayi di RW 03 dan RW 11 Kelurahan
Tanah Baru , Bogor Utara, aspek yang terbanyak aspek bahasa (94,2%), diikuti
aspek kognitif (92.5%), aspek emosi ( 88%), aspek motorik (80%), aspek
psikososial (60%), aspek moral (40%), aspek kepribadian (39,1%) dan aspek
spiritual (29%).
Tabel 3.6
Distribusi Tanda dan Gejala Anak Usia Bayi
di RW 03 dan RW 11 di Kelurahan Tanah Baru, Bogor
Utara Periode September 2012 – April 2013
(n=20)

No Variabel perkembangan Rasa Percaya


n %
1 Aspek motorik
Mengangkat kepala 18 9
0
Menggerakkan kepala ke kiri dan kekanan 18 9
0
Berbalik tengkurup ke terlentang 19 9
5
Mempertahankan kepala tegak dan stabil 19 9
5
Melihat, meraih dan menendang mainan 18 9
0
19
Memperhatikan benda bergerak 9
5
Rata-rata 16 80
2 Aspek kognitif
Mengisap, menggengam, melihat 18 90
Mengisap ibu jari 18 90
Tertawa saat di ajak bercanda 20 100
Mengenal orang tua saat melihatnya 20 100
Mencari mainan yang di stimulasi dengan warna 20 100
dan bunyi
Bermain ciluk ba, tepuk tangan langsung berespon 14 70
Saat di panggil namanya menoleh 20 100
Tersenyum jika di beri mainan yang lucu 16 80
Rata-rata 18.5 92.5
3 Aspek Bahasa
Mengoceh spontan 18 90
Tertawa keras saat di berikan stimulasi terhadap 18 90
suara keras atau tiba-tiba
Berusaha memalingkan mata atau kepala 19 95
Tampak mendengarkan pada pembicaran, berespon
dengan senyum 20 100
Berespon saat di panggil namanya
Dapat mengatakan 2 suku kata yang sama 20 100
misalnya ma-ma 18 90
Menirukan 2-3 kata yang mudah di tiru oleh anak 18 90
Rata-rata 18.8 94,2
4 Aspek emosi `
Mengenal dan mengekspresikan sikap perasaan 20 100
aman dan nyaman (saat basah, haus, lapar)
Tersenyum ketika di ajak bicara 18 90
Mengajak mengamati benda-benda dan keadaan
sekitarnya 18 90
Meniru ocehan muka bayi
14 70
Memeluk dan mencium 18 90
Rata-rata 17.6 88
Lanjutan Tabel 3.7
5 Aspek kepribadian
Merasa aman dan kasih sayang 8 80
Mengajak tersenyum 8 40
Mengajak bayi mengenal benda-benda disekitarnya 7 35
Meniru ocehan dan mimik muka bayi 6 30
Menina bobokan 10 50
Berusaha meraih mainan 8 40

Rata- 7. 39.
rata 8 1
6 Aspek moral
Menggunakan tangan kanan jika meminta dan 6 30
menerima
Mengetahui mana yang baik dan salah 10 50

Rata- 8 4
7 Aspek spiritual rata 0
Berdoa sebelum dan sesudah makan 5 2
Mendengarkan saat membaca kitab 7 5
suci Membaca dongeng agama 5 3
Mendengar adzan Membaca doa 7 5
mau tidur 5 2
Rata-rata 5.8 25
93
8 Aspek Psikososial 5
Tidak membedakan antara orang-orang yang 16 82
05
dikenal dan yang tidak dikenal
Menyukai orang-orang yang dikenal dan 16 8
0
dikenal/ibu
tersenyum
Melambaikan tangan dan sambil 7 3
Menangis ketika berpisah dengan orang berkata
yang 20 1
da…dah Bermain ciluk ba… 7 05
03
Rata- 13. 6
5
rata 2 0

3.2.1.6 Sumber
Koping

Sumber koping merupakan kekuatan yang dimiliki terhadap berbagai stressor


yang dihadapi Stuart ( 2009). Sumber koping terdiri dari kemmpuan individu
( personal abillitiy), dukungan social ( social support), ketersedian materi (ma
terial assets) dan kepercayaan ( positive belief). Perkembangan anak usia bayi di
RW 03 dan RW 11 Kelurahan Tanah Baru, Bogor Utara dalam meningkatan
perkembangan anak usia bayi perlunya kemampuan bayi, kemampuan keluarga,
kemampuan kader, dukungan sosial, ketersedian materi, dan keyakinan positif.
Tabel 3.7 menjelaskan secara rinci tentang distribusi sumber koping pada anak
usia bayi, ibu dan kader di RW 03 dan RW 11 Kelurahan Tanah Baru, Bogor
Utara.
Tabel 3.7
Distribusi Sumber Koping Anak Usia Bayi, Ibu dan Kader Kesehatan Jiwa
di RW 03 dan RW 11 di Kelurahan Tanah Baru, Bogor Utara
Periode September 2012 – April 2013
(n=20)
N Sumber n %
o Koping
1 Kemampuan Bayi
. Tidak langsung menangis saat bertemu dengan orang
lain Menolak saat akan digendong orang yang tidak 16 8
18 0
dikenal Menangis bila basah, lapar, haus, dakit dan
18 9
gerah Senang, ketika ibu datang menghampiri
18 0
Menangis ketika ditinggalkan oleh ibunya
18 9
Memandang wajah ibu 0
18
9
0
9
0
9
0
2 Kemampuan Ibu
Belum mengetahui & mensdemonstrasikan cara 16 8
menstimulasi perkembangan anak usia bayi 0
Sudah mengetahui dan mendemonstrasikan cara 4
menstimulasi perkembangan anak usia bayi 2
0
3 Kemampuan Kader
Mendeteksi keluarga sehat (usia anak bayi) 20 1
Mengerakkan keluarga sehat (usia anak bayi) 20 0
untuk penyuluhan dan terapi kelompok terapeutik 0
Melakukan kunjungan rumah pada pasien sehat 5 1
Mendokumentasikan semua kegiatan 5 0
0

2
5
2
5
4 Dukungan Kelompok /masyarakat
Kelompok tidak memberi motivasi 20 1
Kelompok tidak tahu cara merawat 16 0
0
8
0
5 Ketersediaan materi dan pelayanan
kesehatan Pembiayaan RS (ekonomi)
o Askes 3 3
o Jamkesmas / Jamkesda 10 5
o Pribadi 7 5
Akses dari tempat tinggal menuju pelayanan kesehatan 0
(Posyandu) 1
o Jauh - 5
o Dekat
2
0 -
1
0
0
6 Keyakinan yang positif
Merasa yakin masalah dapat diatasi 2 1
Merasa tidak yakin masalah dapat 0 0
diatasi 0 0
0

Berdasarkan tabel 3.7 diatas menunjukkan sumber koping pada anak usia bayi di
RW 03 dan RW 11 di Kelurahan Tanah Baru, Bogor Utara kemampuan bayi
sebagian besar tidak langsung menangis 80% saat ketemu orang tua, kemampuan
ibu sebagian besar 80% belum mengetahui dan mendemonstrasikan cara
menstimulasi perkembangan anak usia bayi, kemampuan kader dalam mendeteksi
dan menggerakan dalam penyuluhan terapi kelompok terapeutik 100% sedangkan
untuk melakukan kunjungan rumah berdasarkan dan mendokumentasikan hasil
tindakan 25%, Dukungan masyarakat memberikan motivasi 100% sedangkan
kelompok tidak tahu cara merawat 80%, material asset sebagian besar (50%)
jamkesmas, pembiayaan dari jamkesmas, dari ASKES PNS (15%) dan biaya
pribadi (35%). Jarak pelayanan kesehatan untuk mendapatkan memfasilitasi
dalam pertumbuhan dan perkembangan anak usia bayi yang dilakukan di
Posyandu 100% bahwa bisa terjangkau atau dekat. keluarga pada secara
keseluruh memiliki keyakinan positif (100%) keyakinan terhadap kemampuan
petugas yang dalam menstimulasi perkembangan anak usia bayi rasa percaya.

3.2.2 Diagnosis Keperawatan


Diagnosis keperawatan pada anak usia bayi di RW 03 dan RW 11 di Kelurahan
Tanah Baru, Bogor Utara, merupakan diagnosis sehat yaitu kesiapan
peningkatan perkembangan anak usia bayi rasa percaya.

3.2.3 Rencana Tindakan Keperawatan


Rencana asuhan keperawatan yang akan dilakukan kepada bayi dan keluarga di
Berdasarkan upaya dalam stimulasi perkembangan anak usia bayi di RW 03 dan
RW 11 Kelurahan Tanah Baru, Bogor Utara. Rencanan tindakan meliputi :
a. Rencana Tindakan Keperawatan Generalis
Rencana tindakan generalis adalah rencana tindakan yang dilakukan secara
umum, yang akan diberikan kepada :
1. Bayi
Rencana tindakan generalis yang akan dilakukan pada bayi adalah : Panggil
bayi sesuai dengan namanya, gendong dan peluk bayi saat menangis, identifikasi
kehidupan dasar bayi yang terganggu (lapar, haus, basah dan sakit) saat
menangis dan penuhi kebutuhan tersebut. Bicara dengan bayi saat merawatnya,
ajak bayi bermain (bersuara lucu, memperhatikan benda berwarna menarik,
menggerakan benda) (Keliat, Helena & Farida, 2011)
2 . Keluarga
Rencana tindakan generalis yang akan dilakukan kepada keluarga : Jelaskan
perkembangan dan pertumbuhan anak usia bayi, jelaskan cara memupuk rasa
percaya bayi pada keluarga : panggil bayi sesuai namanya, berespon secara
konsisten terhadap kebutuhan bayi : susui segera saat bayi menangis, ganti
popok jika basah, lindungi dari bahaya jatuh, kurangis stress bayi, berikan
lingkungan yang aman, ajak bermain. Demonstrasikan cara memupuk rasa
percaya bayi .

b. Rencana Tindakan Keperawatan Spesialis


Rencana tindakan keperawatan spesialis dilakukan dengan menganalisa
kebutuhan dan pendekatan yang tepat yang diberikan kepada klien dengan
pendekatan individu dan kelompok. Rincian rencana kegiatan terdapat dalam
tabel 3.8

Tabel 3.8
Rencana Tindakkan Spesialis dalam Pelaksanaan Terapi Kelompok Terapeutik
pada anak usia bayi di RW 03 dan RW 11 Kelurahan Tanah BaruBogor Utara
Periode September 2012 – April 2013
(n = 20)

N T FPE WAKTU
O K (KELUARG
T A)
KEL I KEL II KEL III
(RW (RW 11) (RW 11)
03)
1 Sesi I : penjelasan Sesi I dan II 15 11 Mar 12 Ma
- Identifikasi et ret
masalah keluarga: Maret
konsep stimulasi dalam merawat 2013 20 20
fase rasa percaya klien dan masalah
pribadi Care 13 13
Sesi II : Giver Perawatan
Stimulasi
perkembangan klien oleh
pada keluarga
aspek motorik
2 Sesi III : Evaluasi sesi I 22 18 Mar 19 Ma
Stimulasi dan II et ret
20 20
perkembanga Maret 13 13
n
2013
kognitif dan
bahasa
3 Sesi IV Evaluasi sesi 29 25 Mar 26 Ma
Stimulasi I, II dan III et ret
perkembanga 20 20
n -Manajemen
emosional 13 13
stress oleh
Maret
keluarga
dan kepribadian -Manajemen beban 2013
keluarga
Lanjutan tabel 3.9
4 Sesi V Evaluasi sesi III 5 Apr 1 Apr 2 April
Stimulasi dan IV il il 2013
20 20
perkembanga
13 13
n
moral dan
spiritual
5 Sesi VI Sesi V 10 Apr 8 Apr 9 April
Stimulasi Pemberdayaan il il 2013
20 20
perkembangan Komunitas
13 13
pada aspek Keluarga
psikososial
Sesi
VII
Shari
ng
pengalaman

3.2.4 Tindakan Keperawatan

Tindakan keperawatan yang akan dilakukan pada diagnosis kesiapan peningkatan


perkembangan anak usia bayi di RW 03 da, RW 11 Kelurahan Tanah Baru Bogor
Utara, meliputi tindakan keperawatan generalis dan tindakan keperawatan
spesialis.
a. Tindakan keperawatan generalis

Tindakan keperawatan generalis dilaksanakan di RW0 3 Kelurahan Tanah Baru


Bogor Utara dilaksanakan pada tanggal 8 Maret 2013 jam 09.00 di Posyandu RW
03. Satu hari sebelum dilakukan terapi generalis, kader kesehatan jiwa
menggerakan kepada masing-masing ibu dan bayi yang akan dilakukan tindakan
keperawatan generalis supaya hadir pada tepat waktu. Pelaksananya semua
peserta anak usia bayi dan orang tua hadir dalam tindakan keperawatan
generalis,
kader kesehatan
Kegiatan tindakanjiwa hadir sebanyak 5 orang
keperawatangeneralis dan11perawatan
di RW KelurahanCMHN
Tanah hadir.
Baru,
Bogor Utara, kader kesehatan jiwa sehari sebelumnya menggerakkan kepada ibu
yang mempunyai anak usia bayi supaya hadir pada hari Senin, 4 Maret 2013 jam
09.00 untuk penyuluhan perkembangan anak usia bayi, dalam pelaksanaannya
semua bayi dan orang tua di wilayah RW 11 hadir. Kader yang hadir ada 15
kader kesehatan jiwa, perawat CMHN tidak bisa hadir kegiatan dilakukan adalah
sebagai berikut :
1. Bayi
Tindakan keperawatan generalis yang dilakukan pada bayi saat memanggil bayi
sesuai dengan namanya bayi menengok dan tersenyum, saat mengendong dan
dipeluk saat bayi menangis, bayi diam ( tidak menangis lagi), mengidentifikasi
kehidupan dasar bayi yang terganggu ( lapar, haus, basah dan sakit) saat menangis
dan dipenuhi kebutuhan tersebut ( saat bayi menangis karena haus, ibu langsung
memberikan ASI dengan belaian dan penuh kasih sayang, bayi langsung diam dan
merasa aman dan nyaman. Mengajak bicara dengan bayi saat merawatnya ( ibu
saat menganti popok, memberi tahu ke bayi bahwa popoknya basah “ kanza
popoknya basah ya, ibu ganti dulu ya sayang…….” Bayi tersenyum. Mengajak
bayi bermain ( bersuara lucu, memperhatikan benda berwarna menarik,
menggerakan benda), ibu memberikan mainan kencringan dengan warna yang
menyolok ada warna merah, hijau, ping, putih, kuning dan biru “ lihat anak ku,
kencringan ini warnanya adalah merah…., putih, dan yang ini biru……. ada
bunyi lagi kendengarankan …….., wah anak ibu pinter ya…….(respon anak
melihat kemainan yang di pegang oleh ibunya.

2 . Keluarga
Tindakan keperawatan generalis yang dilakukan pada keluarga menjelaskan
perkembangan dan pertumbuhan anak usia bayi, menjelaskan cara memupuk rasa
percaya bayi pada keluarga : panggil bayi sesuai namanya, ibu memanggil
anaknya: “ Aldi anak mamah yang ganteng…”, berespon secara konsisten
terhadap kebutuhan bayi : sesuai segera saat bayi menangis, lapar ( haus) ibu
segera mengambil bayinya sambil menagatakan “ anak ibu yang ganteng haus ya,
ayo kalau begitu mamah kasih mimi dulu ya ( ibu sambil mempraktekkan cara
minum ASI yang benar) baca do’a dulu (sambil membacakan doa sebelum
makan), selesai memberikan ASI, ibu mengatakan (sudah kenyang ya
sayang……. pinter anak mama), kita baca doa dulu ya (ibu membacakan doa
setelah makan), memberikan lingkungan yang aman (tempat bayi di bawah
dengan dialasi kasur), mengajak bermain dengan menggunakan media untuk
mendemonstrasikan cara memupuk rasa percaya bayi .
b. Tindakan Keperawatan spesialis
Tindakan keperawatan spesialis yaitu terapi kelompok terapeutik dan pada anak
usia bayi rasa percaya diri yang berada di wilayah 03 dan RW 11 Kelurahan
Tanah Baru, Bogor Utara, dilakukan secara kelompok, sesuai dengan kesepakatan
awal untuk jadwal RW 03 setiap hari jumat jam 09.00 untuk kelompok I dengan
jumlah peserta 6 bayi dan ibunya, sedangan untuk RW 11 setiap hari Senin dan
Selasa kelompok II dimulai jam 09.00 dengan jumlah bayi masing-masing
kelompok 7 bayi kesetiap kelompok membutuhkan 5 kali pertemuan dangan
pelaksanaan 7 sesi.

Tahap pelaksanaan diawali dengan kegiatan pre-test untuk mengumpulkan data


perkembangan anak usia bayi, identitas diri (ibu dan bayi), karakteristik
demografi, pola asuh keluarga dan hubungan sosial anak usia bayi pada 3
kelompok. Pre-test dilakukan oleh penulis sebelum pelaksanaan terapi kelompok
terapeutik didampingi oleh kader kesehatan jiwa. RW 11 Kelurahan Tanah Baru,
Bogor Utara dengan jumlah bayi 14 orang dibagi menjadi 2 kelompok yaitu
kelompok I dan II didampingi oleh masing-masing kader sebanyak 15 kader,
kegiatannya dilakukan sesuai jadwal yang telah disepakati yaitu kelompok I jam
9.00, sedangkan setiap hari Senin dan untuk kelompok 2 jam 09 WIB, setiap hari
Selasa, bertempat di Posyandu RW 11 kelurahan Tanah Baru, Bogor Utara. RW
03 dengan jumlah bayi 6 orang, hanya 1 kelompok didamping oleh masing-
masing kader kesehata jiwa yaitu sebanyak 5 orang, kegiatan dilakukan sesuai
dengan kesepakatan yaitu setiap hari Jumat jam 09.00. Masing-masing kelompok
terapi kelompok terapeutik dilakukan sebanyak 5 pertemuan. Lama kegiatan rata-
rata berlangsung 60 menit / pertemuan. Adapun rinciaan kegiatan sebagai berikut :

Sesi 1 & II ( Penjelasan konsep stimulasi rasa percaya dan Stimulasi


perkembangan motorik halus dan kasar) untuk kelompok 1 tanggal 15 Maret
2013, kel II tanggal 11 Maret 2013 dan kelompok III tanggal 12 Maret 2013.
Jumlah kader kesehatan jiwa yang hadir dari RW 03 5 orang, RW 11 kader
kesehatan jiwa sebanyak 15 orang. Ibu yang mempunyai bayi usia 0-12 bulan
hadir ke posyandu, di hadiri oleh perawat CMHN.
Sesi I : Simulasi Konsep Rasa
Percaya Keluarga
Pelaksanaan pada sesi 1 dengan metode ceramah dan diskusi media
menggunakan lembar balik : menjelaskan ciri-ciri perkembangan anak usia bayi
normal ( rasa percaya diri dan menjelaskan penyimpangan anak usia bayi),
dilanjutkan dengan diskusi untuk ibu-ibu dapat mengevaluasi kemasing-masing
kemampuan bayinya apakah ada di ciri-ciri bayi normal atau penyimpangan,
setelah mampu menilai masing-masing bayi orang tua diberikan leaflet untuk bisa
di baca di rumah, dan diberikan PR supaya selalu menilai perkembangan anak
setiap hari.

Sesi II : Menstimulasi Motorik Halus dan Kasar


Bayi
Pelaksanaan stimulasi motorik kasar dengan metode demontrasi dengan cara bayi
terlentang kedua tangan perawat memegang tangan kanan dan kiri bayi sambil di
regangkan lihat reaksi kepala bayi akan mengangkat kepala. Bayi ditelungkupkan
kemudian panggil namanya, maka bayi akan mengangkat kepalanya. Letakkan
mainan dilantai maka bayi akan mengambil mainan dengan cara merangkak.
Pegang bayi pada bagian ketiaknya, maka kaki bayi akan mengencang dan
menekuk. Bayi didudukkan disandaran ibu, lalu diberikan mainan kemudian bayi
akan mengambil mainan tersebut dan ia tidak akan bersandar lagi pada ibunya.
Pelaksanaan cara menstimulasi motorik Halus : mengajari bayi untuk memegang
sebuah benda yaitu dengan memberi sebuah benda atau mainan dan bayi
memasukkan benda tersebut kedalam wadah. Mengajari bayi membuat baunyi-
bunyian yaitu dengan memukul benda atau kecringan.

Ibu
Ibu mempraktekkan cara menstimulasi bayi mengangkat kepala, bermain
melonjak, ibu memparaktekkan cara duduk, cara merangkak, mencari mainan,
memberikan pujian bila bayi berhasil melakukan tindakan motor kasar dan halus
motor, ibu memberikan semangat pada bayi untuk mencoba kembali.
Pelaksanaan tersebut diawali dengan domonstrasi oleh perawat dan dilanjutkan
oleh masing-masing ibu dapat meredemonstrasikan langsung pada bayinya. Ibu
diminta latihan mepraktekkan di rumah (PR) yang sudah didemonstrasikan
dengan diberikannya buku kerja kepada ibu-ibu untuk dapat mengisi untuk
melanjutkan latihan menstimulasi perkembangan anak usia bayi untuk aspek
motorik halus dan kasar.

Sesi III : Stimulasi Kognitif dan Bahasa

Dilaksanakan untuk kelompok I tanggal 22 Maret 2013, jumlah kader kesehatan


jiwa yang hadir ada 5 orang, Kelompok II tanggal 18 Maret 2013, jumlah kader
kesehatan jiwa yang hadir 7 orang, dan Kelompok III tanggal 19 Maret 2013
jumlah kader kesehatan jiwa yang hadir ada 7 orang. Sebelum dilaksanakan
kegiatan sesi III, penulis melakukan evaluasi yang sudah dilakukan sebelumnya
yaitu sesi I dan II, dengan menanyakan buku kerja apakah sudah di coba
dilakukan di rumah dalam menstimulasi perkembangan anaknya dan
mengevaluasi kemampuan yang dimiliki oleh bayi, 100% semua ibu-ibu mengisi
buku kerja, selanjutkan melakukan sesi 1 & 2 sebagai berikutnya :

Bayi

Pelaksanaan dalam stimulasi aspek kognitif : terapis mendemontrasikan cara


memilih gambar yang menarik, menyebutkan warna-warni yang ada digambar
dan menyebutkan nama gambar. Melatih bayi menunjukkan bagian-bagian
tubuh ( kepala sampai kaki). Aspek bahasa : Mengajak bayi bicara ( mengeluarkan
suara) dan mempraktekkan cara menirukan kata-kata dengan mengulang
beberapa
kata berkali-kali.

Ibu
Aspek kognitif : ibu dapat mendemontrasikan kembali yang sudah di praktekkan
oleh terapi terhadap bayinya, memberikan kesempatan anak untuk mencoba
menujukkan warna dalam menstimulasi perkembangan anak usia bayi dalam
aspek kognitif ibu mendemontrasikan untu mengajak bicara kepada bayi, cara
mengeluarkan suara, ibu mempraktekkan cara mencari sumber suara, ibu
mempraktekkan cara menirukan kata-kata. Ibu memberikan kesempatan kepada
bayi untuk mencoba, ibu memberikan pujian bila anak berhasil dan ibu
memberikan semanga bila tidak berhasil.

Sesi IV : Stimulasi Emosi dan Kepribadian


Dilaksanakan pada untuk kelompok I tanggal 29 Maret 2013, jumlah kader
kesehatan jiwa yang hadir ada 5 orang, Kelompok II tanggal 25 Maret 2013,
jumlah kader kesehatan jiwa yang hadir 7 orang, dan Kelompok III tanggal 26
Maret 2013 jumlah kader kesehatan jiwa yang hadir ada 7 orang. Jumlah peserta
ada dua orang yang tidak ikut karena lagi ada kepentingan keluarga. Sebelum
dilaksanakan kegiatan sesi IV, penulis melakukan evaluasi yang sudah dilakukan
sebelumnya yaitu sesi III, dengan menanyakan buku kerja apakah sudah di coba
dilakukan di rumah dalam menstimulasi perkembangan sesi I, II dan III dan
mengevaluasi kemampuan yang dimiliki oleh bayi, 100% semua ibu-ibu mengisi
buku kerja, selanjutkan melakukan sesi IV sebagai berikutnya :

Bayi
Stimulasi emosi , menstimulasi mengenal dan mengekspresikan perasaan aman
dan nyaman ( memeluk, mencium bayi, menina bobokan, member makan, minum
dan menganti popok jika nangis. Menstimulasi bayi mengenal lingkungan diluar
rumah dengan mengajak bayi keluar rumah untuk mengamati benda-benda di
sekitarnya saat di posyandu. Stimulasi Kepribadian : diberikan mainan dengan
warna-warni jarak agak jauh dengan bayi dengan tujuan bayi mampu meraih
mainan tersebut. Saat diajak bicara bayi mampu mengoceh, saat diberikan cermin
bayi mencari bayinya langsung diminta untuk bercermin, saat bercermin bayi
tertawa dan ingin meraihnya.

Ibu
Ibu mempraktekkan cara mengenal dan mengekspresikan perasaan aman dan
nyaman, memberikan kesempatan pada ibu untuk menstimulasi bayi mengenal
lingkungan di luar rumah dengan cara mengajak bayi keluar rumah posyandu
untuk mengenal benda-benda dan keadaan disekitarnya. Ibu memberikan
kesempatan kepada bayi untuk mencoba, ibu memberikan pujian jika berhasil dan
jika tidak berhasil memberikan semangat.

Kesimpulan dari hassil yang sudah dilakukan dalam menstimulasi perkembangan


anak usia bayi: keluarga sudah mampu menstimulasi dan ada perubahan
peingkatan perkembanngan kemampuan sebalum dan sudah dilakukan terapi
kelompok terpaeutik.

Sesi V : Stimulasi Perkembangan Moral dan Spiritual


Dilaksanakan pada untuk kelompok I tanggal 5 April 2013, jumlah kader
kesehatan jiwa yang hadir ada 5 orang, Kelompok II tanggal 1 April 2013,
jumlah kader kesehatan jiwa yang hadir 7 orang, dan Kelompok III tanggal 2
April 2013 jumlah kader kesehatan jiwa yang hadir ada 7 orang. Jumlah peserta
ada dua orang yang tidak ikut karena lagi ada kepentingan keluarga. Sebelum
dilaksanakan kegiatan sesi V, penulis melakukan evaluasi yang sudah dilakukan
sebelumnya yaitu sesi I, II, III dan IV, dengan menanyakan buku kerja apakah
sudah di coba dilakukan di rumah dalam menstimulasi perkembangan sesi I, II,
III dan IV dan mengevaluasi kemampuan yang dimiliki oleh bayi, 100% semua
ibu-ibu mengisi buku kerja, selanjutkan melakukan sesi V sebagai berikutnya :

Bayi
Aspek Moral : terapi menstimulasi bayi dengan mendemontrasikan cara
menggunakan tangan kanan jika makan, menggunakan tangan kanan jika
memberikan sesuatu, menggunakan tangan kanan jika menerima sesuatu. Aspek
spiritual : mesntimulasi mendengarkan saat ibu membaca kitab suci, menstimulasi
saat mau makan dengan membaca doa terlebih dahulu.

Ibu
Ibu menstimulasi mempraktekkan cara menggunakan tangan kanan jika makan,
ibu memprkatekaakn melatih bayi menggunakan tangan kanan bila memberikan
sesuatu, melatih saat ibu membaca doa sebelum makan. Ibu memberikan,
kesempatan bayi untuk mecoba, ibu memberikan pujian jika bayi berhasil dan
memberikan semangat jika belum berhasil.
Kesimpulan : bayi mampu mempraktekkan aspek moral dan spiritual dan ibu
mampu mesntimulasi perkembanagn anak usia bayi

Sesi V I & VII: Stimulasi Perkembangan aspek psikososial dan sharing


pengalaman
Dilaksanakan pada untuk kelompok I tanggal 10 April 2013, jumlah kader
kesehatan jiwa yang hadir ada 5 orang, Kelompok II tanggal 8 April 2013,
jumlah kader kesehatan jiwa yang hadir 7 orang, dan Kelompok III tanggal 9
April 2013 jumlah kader kesehatan jiwa yang hadir ada 7 orang. Jumlah peserta
ada dua orang yang tidak ikut karena lagi ada kepentingan keluarga. Sebelum
dilaksanakan kegiatan sesi V, penulis melakukan evaluasi yang sudah dilakukan
sebelumnya yaitu sesi I, II, III IV, dan V, dengan menanyakan buku kerja apakah
sudah di coba dilakukan di rumah dalam menstimulasi perkembangan sesi I, II,
III , V dan VI dan mengevaluasi kemampuan yang dimiliki oleh bayi, 100%
semua ibu-ibu mengisi buku kerja, selanjutkan melakukan sesi VI dan VII sebagai
berikutnya :

Bayi
Tarapis mendemontrasikan cara stimulasi aspek psikososial untuk metumbuhnya
sosialisasi dengan cara bermain ciluk ba, memanggil bayi sesuai dengan namanya,
respon bayi merasa senang saat diajak ciluk badan saat di panggil namanya bayi
langsung menoleh

Ibu
Ibu mempraktekkan cara mengembangkan rasa percaya dangan bermain ciluk ba,
dan memangil nama anaknya, ibu memberikan pujian jika berhasil dan jika belum
berhasil diberikan semangat.Ibu berbagi pengalaman dalam memberikan stimulasi
perkembangan yang telah dipelajari, berbagi pendapat tentang pentingnya
stimulasi perkembangan bayi dan berbagi pengalaman tentang tehnik-tehnik
dalam memberika stimulasi perkembangan bayi.
Kesimpulan dari semua kegiatan dapat dilaksanakan dengan baik, bayi mampu
melakukan/meningkatan dalam aspek psikososial dan bayi apabila di stimulus
mampu melksanakan/ mepraktekkann mepraktekkannya. Ibu mampu sharing
dengan tema-temannya setelah diberikan terapi kelompok terapeuti pada anak
usia bayi. Dalam pelaksanaan secara keseluruhan dari sesi I s/d VII perawat
CMHN hanya hadir 2 kali, 1 kali untuk tindakan keperawat generalis dan 1 kali
untuk tindakan terapi spesialis.

Kegiatan post-test dilakukan setelah pertemuan terakhir dari terapi kelompok


terapeutik, untuk mengukur kembali sejauhmana pencapaian terapi kelompok
terapeutik dan psikoedukasi keluarga bagi perkembangan dan kemampuan anak
bayi dengan rasa percaya, dibantu oleh kader kesehatan pada semua kelompok.

Pelaksanaan terapi kelompok terapeutik anak usia bayi untuk tiap kelompok
dilaksanakan selama 6 sesi, dimana setiap sesi pertemuan diberikan sekitar 45 –
60 menit, namun pelaksanaan sesuai dengan jadwal, sehingga tidak ada kendala
yang berarti. Pelaksanaan tindakan keperawatan adalah dengan membantu anak
usia bayi mengidentifikasi ciri-ciri perkembangan produktif dan tidak produktif
anak usia bayi, membantu anak usia bayi mengidentifikasi ciri-ciri
mengidentifikasi ciri-ciri perkembangan yang dimiliki. Proses pelaksanaan
terapi kelompok terapeutik anak usia bayi mengacu pada Modul terapi kelompok
terapeutik anak usia bayi berdasarkan Workshop Keperawatan Jiwa Fakultas
Ilmu Keperawaan FIK-UI (2011) yang telah melewati beberapa kali riset.
Panduan pelaksanaan terapi kelompok terapeutik anak usia bayi terdiri dari 5
sesi pertemuan, namun beberapa klien memerlukan pertemuan ulang sehingga
rata-rata dilakukan sebanyak 5 kali pertemuan.

Proses pelaksanaan terapi sebagian besar klien mampu mengikuti terapi


kelompok terapeutik dengan baik. Penerapan terapi kelompok terapeutik anak
usia bayi di tatanan komunitas lebih leluasa dan mudah dilakukan secara
keseluruhan hingga melibatan keluarga sebagai support system. Hal ini
dikarenakan klien tinggal bersama dengan keluarga dan terapis langsung dapat
bertemu dengan keluarga khususnya caregiver utama anak usia bayi. Begitu juga
dengan pelibatan kelompok pendukung lain di masyarakat seperti kader
kesehatan jiwa sebagai sosial support anak usia bayi. Kondisi yang demikian
sangat membantu klien untuk meningkat status kesehatan menuju perkembangan
rasa percaya yang optimal.

Kemampuan yang sudah dicapai oleh anak usia bayi setelah diberikan terapi
kelompok terapeutik pada anak usia bayi mampu merespon dari stimulasi yang
diberikan dari delapan aspek perkembangan , rasa percaya terbina antara anak
dan keluarga. Ibu mampu menjelaskan konsep stimulasi fase rasa percaya dan
kemampuan melakukan stimulasi perkembangan pada aspek motorik, aspek
kognitif dan bahasa, aspek emosional dan kepribadian, aspek moral dan
spiritual, aspek psikososial dan kemampuan sharing pengalaman dengan
keluarga (caregiver). Kader mampu mengerakan dalam penyuluhan dan ,
kunjungan rumah dan mendokumentasikan tindakan terapi kelompok
terapeutik. Penatalaksanaan tindakan keperawatan terapi kelompok terapeutik
pada keluarga dengan anak usia bayi pada 20 keluarga dapat diselesaikan dalam
rata-
rata 5 hari.
Hal ini dikarenakan keluarga yang merawat anak tinggal dalam satu rumah yang
memudahkan dalam melatih psikomotor untuk stimulasi pada anak bayi dan
waktunya dapat disesuaikan dengan kegiatan keluarga, namun rata-rata
keluarga ada setiap harinya di rumah terutama ibu. Tindakan keperawatan
meliputi
memberikan edukasi tentang ciri perkembangan anak usia bayi, penyimpangan
anak usia bayi, mendiskusikan melakukan stimulasi perkembangan pada anak
usia bayi di rumah dan membantu manajemen stress dan beban keluarga dalam
melakukan stimulasi perkembangan pada anak usia bayi di rumah serta
membantu keluarga melalui pemberdayaan masyarakat. Rata-rata keluarga dapat
menyelesaikan kelima sesi yang sudah diberikan adalah 2-3 hari. Hanya ada satu
keluarga yang menyelesaikan selama 4kali pertemuan, perawat CMHN hanya
dua kali hadir saat melaksanakan terapi kelompok terapeutik. Hasil akhir rata-
rata kemampuan keluarga meningkat untuk menjadi sumber dukungan bagi anak
usia bayi untuk mencapai fase rasa percaya yaitu keluarga memiliki kemampuan
melakukan stimulasi perkembangan anak usia bayi di rumah dan menjadi sistem
pendukung yang cukup efektif bagi bayi.

3.2.5 Evaluasi
3.2.5.1 Kemampuan 8 aspek Perkembangan yang dimiliki oleh anak usia
bayi sebelum dan sesudah dilakukan Terapi Kelompok Terapeutik di RW
03 dan RW 11 Kelurahan Tanah Baru Bogor Utara Tabel 3.9
Tabel 3.9
Peningkatan Perkembangan Anak Usia Bayi untuk meningkatkan rasa Percaya
Diri melalui Pemberian Terapi Kelompok Terapeutik di RW 03 dan RW 11
Kelurahan Tanah Baru Bogor Utara. Periode September 2012 – April 2013
(n = 20)

Sebelum Sesudah
No Variabel perkembangan Rasa Percaya
n % n %
1 Aspek motorik
Mengangkat kepala 18 90 20 100
Menggerakkan kepala ke kiri dan kekanan 18 90 20 100
Berbalik tengurup keterlentang 19 95 20 100
Mempertahankan kepala tegak dan stabil 19 95 20 100
Melihat, meraih dan menendang mainan 18 90 20 100
Memperhatikan benda bergerak 19 95 20 100
Melihat benda-benda kecil 18 90 20 100
Memegang benda dengan kuat 7 35 15 75
Meraba dan merasakan bentuk permukaan 16 80 18 90
Merangkak, berjalan dengan bantuan 8 40 10 50

Rata-rata 16 80 18.3 91.5


2 Aspek kognitif
Mengisap, menggengam, melihat 18 90 20 100
Mengisap ibu jari 18 90 19 95
Tertawa saat di ajak bercanda 20 100 20 100
Mengenal orang tua saat melihatnya 20 100 20 100
Mencari mainan yang di stimualsi dengan 20 100 20 100
warna dan bunyi 70 18 90
14
Bermain ciluk ba, tepuk tangan langsung
berespon 20 100 19 95
Saat di panggil namanya menoleh 16 80 19 95
Tersenyum jika di beri mainan yang lucu
Rata-rata 18.5 92.5 19.3 96.5
Lanjutan tabel 9
3 Aspek Bahasa
Mengoceh spontan 18 9 2 9
0 0 0
Tertawa keras saat di berikan stimulasi 18 9 2 9
0 0 0
Berusaha memalingkan mata atau kepala 19 9 2 1
5 0 0
0
Tampak mendengarkan pada pembicaran, 20 1 2 1
0 0 0
0 0
berespon dengan senyum
Berespon saat di panggil 20 1 2 1
namanya 0 0 0
0 0
Dapat mengatakan 2 suku kata yang sama 18 90 19 95
misalnya ma-ma
18 90 18 90
Menirukan 2-3 kata yang mudah di tiru oleh
anak
Rata-rata 1 9 1 97.5
8. 4. 9.
8 2 5
4 Aspek emosi `
Mengenal dan mengekspresikan sikap 2 1 2 100
perasaan aman dan nyaman (saat basah, 0 0 0
haus, 0
lapar )
Tersenyum ketika di ajak bicara 1 9 2 100
8 0 0
Mengajak mengamati benda-benda dan 1 9 2 100
keadaan sekitarnya 8 0 0
Meniru ocehan muka bayi 1 7 1 90
4 0 8
Memeluk dan mencium 1 90 2 100
8 0
Rata-rata 1 8 1 98
7. 8 9.
6 6
5 Aspek kepribadian
Merasa aman dan kasih sayang 8 8 1 70
0 4
Mengajak tersenyum 8 4 1 90
0 8
Mengajak bayi mengenal benda-benda 7 3 1 90
5 8
disekitarnya
Meniru ocehan dan mimic muka bayi 6 3 1 9
0 8 0
Menina bobokan 1 5 2 100
0 0 0
Berusaha meraih mainan 8 4 1 70
0 4
Rata-rata 7. 3 1 85
8 9. 7
1
6 Aspek moral
Menggunakan tangan kanan jika meminta 6 3 1 5
dan menerima 0 0 0
Mengetahui mana yang baik dan salah 1 5 1 9
0 0 8 0
Rata-rata 8 4 1 9
0 9 5
7 Aspek spiritual
Berdoa sebelum dan sesudah makan 5 2 1 7
5 5 5
Mendengarkan saat membaca kitab suci 7 3 1 9
5 8 0
Membaca dongeng agama 5 2 1 5
5 5 0
Mendengar adzan 7 3 1 5
5 5 0
Membaca doa mau 5 2 1 5
tidur Rata-rata 5.8 29 5 15.6 5 78 0
Lanjutan tabel 9
8 Aspek Psikososial
Tidak membedakan antara orang-orang 1 8 20 1
yang dikenal dan yang tidak dikenal 6 0 0
Menyukai orang-orang yang dikenal 0
dan tersenyum 1 8 20 1
Menangis ketika berpisah dengan orang 6 0 0
yang dikenal/ibu 0
Melambaikan tangan dan sambil
berkata da…dag 2 1 20 1
0 0 0
Bermain ciluk ba… 0 0
7 3 14 7
5 0
7 3 16 8
5 0
Rata-rata 1 6 18 9
3. 0 0
2

Berdasarkan tabel 3.9. menunjukan adanya peningkatan setelah diberikan terapi


kelompok terapeutik pada anak usia bayi dengan nilai maksimal adalah aspek
moral mengalami peningkatan 55%, aspek spiritual mengalami peningkatan 49%,
aspek kepribadian mengalami peningkatan 46%, aspek motorik mengalami
peningkatan 10.5%, aspek kognitif mengalami peningkatan 4% dan aspek bahasa
mengalami peningkatan 3 %. Kesimpulan bahwa delapan aspek kemampuan
mengalami kenaikan setelah dilakukan terapi kelompok terapeutik
3.2.5.2 Kemampuan rasa percaya pada anak usia bayi setelah pemberian terapi
kelompok terapeutik
Hasil kemampuan yang sudah diberikan kepada bayi, keluarga dan kader dalam
pelaksanaan terapi kelompok terapeutik di RW 03 dan RW 11 Kelurahan Tanah
Baru Bogor Utara, rincian ada pada tabel tabel 3.10
Berdasarkan table 3.10 menunjukkan bahwa kemampuan bayi, ibu dan keluarga
dalam tindakan terapi kelompok terapeutik mengalami peningkatan sebagai
berikut: kemampuan bayi mengalami peningkatan 7%, kemampuan keluarga
mengalami peningkatan 52.5% dan kemampuan kader mengalami peningkatan
34%. Kesimpulan bahwa peningkatan yang paling optimal adalah kemampuan
ibu.
Tabel 3.10
Kemampuan Bayi, Kemampuan Keluarga dan Kemampuan Kader dalam meningkatkan
Rasa Percaya Anak Usia Bayi Sebelum dan Setelah Mendapatkan Terapi Kelompok
Terapeutik di RW 03 dan RW 11 Kelurahan Tanah Baru
Periode September 2012 – April 2013
(n=20)
N Sumber Koping Sebelum Sesudah
o
n % n %
1 Kemampuan personal
(Bayi) Langsung menangis 18 9 2 1
saat bertemu dengan orang 0 0 0
lain Menolak saat akan 18 0
digendong orang yang 9 2
tidak di kenal Menanangis 20 0 0 1
jika basah, lapar, haus, 0
sakit dan gerah 20 1 2 0
Senang, ketika 20 0 0
ibu 0 1
menghampiri 16 2 0
1 0 0
Menangis ketika ditinggal
oleh ibunya 0 2
0 0 1
Memandang wajah
1 0
0 2 0
0 0 1
0
8 0
0
1
0
0
Rata-rata 18 9 20 100
3
Kemampuan Keluarga
Mengenal pertumbuhan 1 5 2 1
dan 0 0 0 0
perkembangan anak 0
Membantu anak 8 4 2
untuk 0 0 1
bersosialisasi dgn yg lain 0
Membantu 8 0
4 2
mengidentifikasi 6 0 0
tumbuh kembang anak 1
usia 3 2 0
bayi 1 0 0 0
Menstimulasi dalam 0
perkembangan (8 1
aspek kemampuan ) 5 2 0
Memotivasi klien untuk 6 0 0 0
mengambil keputusan
secara mandiri 1
Memodifikasi lingkungan 0 3 2 1
untuk 0 0 0
kebutuhan anak 0
Memanfaatkan sumber 5 2
informasi di sekitar anak 1 0 0
untuk memberikan role 8 1
model yang 0
bermanfaat untuk orang lain 0
Menggunakan 9 2
0 0 1
0
pelayanan
kesehatan 0

1
0
0
Rata-rata 9.5 4 20 100
7.
5
Lanjutan tabel 3.11
3 Kemampuan Kader
Mendeteksi keluarga 20 1 2 100
sehat (usia 0 0
anak bayi) 0
Mengerakkan keluarga sehat
(usia anak bayi) untuk 20 1 2 100
penyuluhan dan terapi 0 0
kelompok terapeutik 0
Melakukan kunjungan rumah 5 1 1 75
pada pasien sehat 5 5
Mendokumentasikan kegiatan 5 1 1 75
terapi kelompok terapeutik 5 5

Rata- 12.5 4 1 87.5


rata 3. 7.
3 5
BAB 4
PEMBAHASAN

Pada bab ini akan dibahas tentang adanya kesenjangan antara teori dengan hasil.
Pembahasan menyangkut analisis pengkajian meliputi karakteristik anak usia
bayi, karakteristik ibu , faktor predisposisi, faktor presipitasi, tanda dan gejala,

sumber koping, repon terhadap perkembangan anak usia bayi, dan kemampuan
rasa percaya anak usia bayi, kemampuan orang tua dan kemampuan kader
dalam menstimulasi perkembangan anak usia bayi dan hasil penerapan terapi
kelompok terapeutik dan di RW 03 dan RW 11 Kelurahan Tanah Baru, Bogor
Utara.

4.1 Karakteristikanak usia bayi dan keluarga di RW 03 dan RW 11


Kelurahan Tanah Baru, Bogor Utara
Karakteristik Bayi
Usia

Jumlah bayi secara keseluruhan ada 20 orang, usia terbanyak pada anak usia bayi
yang dilakukan terapi kelompok terapeutik di RW 03 dan RW 11 Kelurahan Tanah
Baru, Bogor Utara usia 4-6 bulan (45%) , Usia menentukan perkembangan anak,
semakin bertambahnya usia anak, maka kemampuan perkembangan anakpun
akan semakin bertambah, Tunner dan Helms, (1990 dalam Giyarti, 2008). Faktor
usia ada hubungannya dengan tingkat kemampuan rasa percaya diri, dengan
diberikan stimulasi dan bertambahnya usia bayi, maka akan semakin meningkat
cara berpikir (Sadock, 2009), selain itu ada faktor lain yang
mempengaruhi rasa percaya pada bayi yaitu faktor genetik, faktor
prenatal dan faktor post natal (Soetjiningsih, 1998). Faktor Pre natal merasakan
lingkungan
adanya keterikatan dengan janin, sedangkan post natal merupakan hubungan
langsung ibu dengan bayi melalui sentuhan dan pandangan kasih sayang orang
tua kepada bayinya sehingga akan memberikan jalinan kasih sayang yang
kuat diantara keduanya, sentuhan orang tua merupakan komunikasi untuk
memupuk cinta kasih antara orang tua dan anaknya, dengan demikian anak
akan memiliki budi pekerti yang baik dan penuh percaya diri.

80 Universitas Indonesia
Peningkatan perkembangan.., Slametiningsih, FIK UI, 2013
81

Tahap perkembangan bayi yang paling menyenangkan menurut kebanyakan


kaum ibu adalah ketika bayi menginjak usia 4-6 bulan, sebab pada usia tersebut
bayi lebih peka dan mulai dapat berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya
dibandingkan usia tiga bulan pertama (Hawadi, 2001). Pada Usia tersebut bayi
akan belajar dengan sendirinya untuk mengenal satu persatu orang disekitarnya,
dapat melakukan kontak mata atau tersenyum sebagai tanda bahwa dia sedang
belajar membaca beberapa ekspresi terutama kepada ibunya. Perkembangan pada
usia tersebut dari segi emosional adanya perasaan aman, sebab bayi dapat
merasakan kasih sayang orang-orang sekitarnya dan bayi mudah terstimulasi
oleh lingkungan. Fungsi indra penglihatan semakin membaik, sehingga bayi dapat
membedakan wajah asing atau yang telah akrab dengan dirinya.

Perkembangan secara biologis, sel-sel otak janin terbentuk sejak tiga –empat
bulan dalam kandungan dan berlanjut sampai anak usia tiga- empat tahun. Otak
bayi sangat berkembang pesat sehingga sering disebut periode emas (golden
age), Sudjatmiko ( 1998 dalam Roswita, 2005). Otak bayi mempunyai satu
triliun sel otak dan bertriliun- triliun sambungan antar sel saraf otak (Wong, et,
all.2011). Otak bayi semakin distimulasi maka akan semakin banyak mielinisasi
atau pembentukkan selubung syaraf otak akan cepat terbentuk, semakin banyak
pula cabang neuron yang dibentuk, sehingga terbentuk komunikasi sel antar otak
yang baik (Sadock, 2012). Hasil riset menunjukkan bahwa otak anak sebelum usia
3-4 tahun itu ibarat sponge, yang akan menyerap apa saja yang dilihat,
didengar, dicium, dirasakan dan disentuh dari lingkungan mereka ( Mustofa
2009). Penelitian mengenai otak manusia telah menunjukkan bahwa
perkembangan intelektual otak berkembang pesat menjadi 50% potensi otak
dewasa pada empat tahun pertama sejak anak dilahirkan. Usia empat hingga
delapan tahun bertambah 30%, selanjutnya hingga delapan tahun bertambah 30%,
selanjutnya hingga 18 tahun bertambah 20%.

Kualitas dan kompleksitas rangkaian hubungan antarsel otak di tentukan oleh


stimulasi lingkungan, baik bervariasi rangsangan yang diterima dari lingkungan

Universitas Indonesia

Peningkatan perkembangan.., Slametiningsih, FIK UI, 2013


oleh bayi, maka makin kompleks dan main kuat hubungan sel. Stimulasi yang
bervariasi dalam suasana yang menyenangkan akan memacu berbagai aspek
kecerdasan anak. Stimulasi yang memadai artinya akan menstimulasi otak bayi,
sehingga perkembangan kemampuan gerak, bicara dan bahasa, emosi,
kepribadian, spiritual, sosialisasi dan kemandirian pada bayi berlangsung
optimal sesuai dengan perkembangan bayi, dengan kematangan sel-sel tersebut,
hubungan antar sel semakin komplek dan stimulasi yang berkesinambungan
dapat membuat anak lebih cerdas (Sadock, 2010). Stimulasi harus dilakukan
secara menyenangkan yaitu melalui bermain, dengan bermain memungkinkan
anak belajar tanpa ada tekanan, sehingga di samping motoriknya, kognitif,
bahasa, emosi, kepribadian, moral, spiritual dan psikososial akan berkembang
optimal.

4.1.1.2 Jenis Kelamin


Jenis kelamin pada bayi di RW 03 dan RW 11 Kelurahan Tanah Baru Bogor
Utara, yang diberikan terapi kelompok terapeutik dan psikoedukasi keluarga
sebagian besar jenis kelamin perempuan 60%. Data dari Badan Pusat Statistik
(BPS) menyebutkan jumlah penduduk perempuan sebanyak 118.010.413 orang
atau 49,66 persen, sedangkan penduduk laki-laki mencapai 50,34 persen
119.630.913 jiwa. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah penduduk laki-laki dan
perempuan masih dalam batas seimbang, yang membedakan biasanya gender.
Gender adalah suatu konstruk yang berkembang pada anak-anak sebagaimana
mereka disosialisasaikan dalam lingkungannya (Idrus, 2010). Dengan
bertambahnya usia, anak-anak mempelajari perilaku spesifik dan pola-pola
aktivitas yang sesuai dan tidak sesuai dalam terminology budaya mereka, dengan
jenis kelamin mereka, serta adopsi atau menolak peran-peran gender tersebut.

Pada saat anak lahir ia memiliki jenis kelamin, tetapi tanpa gender. Pada saat
lahir, jenis kelamin menentukan dasar anatomis fisik. Pada phase kehidupan
selanjutnya pengalaman, perasaan dan tingkah laku yang diasosiasikan oleh orang
dewasa, masyarakat sekitarnya serta budaya, perbedaan biologis ini memberikan
bias gender pada individu tersebut. Banyak kenyataan mengenai bagaimana anak
laki-laki dan perempuan berbeda dan bagaimana sama, yang akan dipahami
sebagai konstruksi budaya yang didasarkan pada perbedaan biologis.

Dalam konsep keseharian ada dua istilah yang kerap saling tumpang tindih dalam
memaknainya, yaitu peran jender dan peran jenis kelamin. Virginia Prince (dalam
Matsumoto, 1996) memberi makna peran jender (gender roles) sebagai derajat
dimana seseorang mengadopsi perilaku yang sesuai atau spesifik jender yang
diberikan oleh budayanya, lebih lanjut Prince memaknai peran jenis kelamin (sex
roles) sebagai perilaku dan pola-pola aktivitas laki-laki dan perempuan yang
secara langsung dihubungkan dengan perbedaan biologis dan proses reproduksi.
Mengacu pada pendapat Prince ini, maka peran jenis kelamin merupakan satu
aktivitas yang hanya mampu dilakukan oleh jenis kelamin tertentu. Peran jenis
kelamin (sex roles) yang ada dalam masyarakat misalnya laki-laki membuahi sel
telur dan perempuan hamil serta melahirkan anak-anaknya. Penelitian Aziz (1999)
di Yogyakarta menemukan bahwa tidak ada perbedaan antara laki-laki dan
perempuan dalam hal kecerdasan emosional, demikian juga penelitian Prawitasari
(1993) yang menemukan bahwa tidak ada perbedaan antara laki-laki dan
perempuan dalam hal mengekspresikan emosi seperti rasa marah, jijik, terkejut,
dan lain sebagainya, kecuali dalam mengekspresikan rasa malu.

Penelitian yang menunjukkan adanya perbedaan antara laki-laki dan perempuan


telah dilakukan Mangestuti (2005) menemukan bahwa perempuan lebih tinggi
dibanding laki-laki dalam hal tingkat kecerdasan intelektual yang diukur dengan
tes Standard Progressive Matrices (SPM) untuk kecerdasan emosional dan untuk
kecerdasan spiritual (Cramond, et al.2005) menyatakan bahwa dari berbagai
penelitian tentang kreativitas ditemukan adanya hubungan antara perbedaan jenis
kelamin dengan tingkat kreativitas baik dalam bentuk kuantitas maupun kualitas.
(Prawitasari dan Kahn 1985), menjelaskan perbedaan tersebut berdasarkan hasil
penelitiannya tentang kepribadian, menjelaskan bahwa perempuan mempunyai
kecenderungan untuk lebih hangat, emosional, sopan, peka, dan mentaati aturan,
sedangkan laki-laki cenderung lebih stabil, dominan, dan impulsif. Stimulasi
perkembangan pada anak usia bayi rasa percaya tidak berpengaruh terhadap jenis
kelamin karena yang harus dikembangkan adalah rasa percaya diri pada anak usia
bayi, sehingga dalam pelaksanaan terapi kelompok terapeutik tidak ada yang
membedakan kegiatan untuk perempuan dan laki-laki,

4.1.1.3 Urutan Kelahiran


Urutan kelahiran pada bayi di RW 03 dan RW 11 Kelurahan Tanah Baru, Bogor
Utara yang dilakukan terapi kelompok terapeutik yang terbanyak adalah anak
urutan pertama 50%. Aspek urutan kelahiran atau posisi dalam suatu keluarga
merupakan salah satu aspek yang dapat menentukan dan memberikan pengaruh
terhadap perkembangan diri anak, perkembangan sosial, perkembangan emosi dan
perkembangan yang lainnya. Urutan kelahiran mempengaruhi cara pandang anak
terhadap dirinya sendiri. Dalam budaya, anak pertama dianggap sebagai pewaris
keluarga, wibawa, kuasa, sedangkan anak bungsu dianggap sebagai boneka yang
menyenangkan atau justru sebagai pengganggu (Hurlock 2004 ). Anak sulung
adalah anak yang paling tua atau anak pertama yang lahir dari suatu keluarga.
Alasanyan, karena anak tersebut adalah anak pertama berarti pengalaman dan
mendidik belum dimiliki oleh kedua orangtuannya, oleh karena itu anak sulung
dikenal sebagi experimental child (Sadock, 2010).

Perbedaan perlakukan yang diberikan oleh orang tua pada anak-anak yang
berbeda urutan kelahiran antara lain disebabkan oleh tuntutan atau adanya harapan
orangtua pada masing-masing anak berbeda, serta adanya saingan diantara anak
dalam usaha untuk mencari perhatian orangtuanya ( Bigner dalam Suyrantina,
2002). Pada anak sulung, orang tua lebih menaruh harapan-harapan yang tinggi
dan memberikan tanggung jawa yang lebih besar dibandingkan dengan anak-anak
yang lahir setelahnya. Orangtua yang bersikap terlalu melindungi, maka dalam
perkembangan anak akan mengalami gangguan yang negatif, akan tetapi bila
orang tua dapat bertindak kebijaksanaan dalam membimbing anak sulung maka
anak tidak akan mengalami gangguan perilaku. Kesempatan yang baik apabila
anak pertama diberikan terapi kelompok terapeutik karena orang tua akan lebih
cepat berespon karena ingin anak pertamanya menjadi anak yang pintar dan
berkembang, waktu dalam merawat anak lebih banyak karena belum repot dengan
yang lainnya sehingga keluarga akan lebih sering memberikan stimulasi
perkembangan pada anak usia bayi. Orang tua yang memahami pertumbuhan dan
perkembangan anak pada usia bayi tidak akan membedakan dalam memberikan
perawatan karena orang memahami potensi anak apabila diberikan stimulasi akan
lebih terutama dalam 8 aspek perkembangan anak usia bayi.

4.1.1.4 Jumlah Saudara Kandung


Jumlah saudara kandung bayi di RW 03 dan 11 Kelurahan Tanah Baru ini belum
mempunyai saudara 50%. Katagori keluarga di bagi menjadi empat yaitu
keluarga dengan satu anak, keluarga kecil, keluarga sedang dan keluarga besar.
Keluarga kecil terdiri dari 1-3 anak, keluarga sedang terdiri dari 4-6 anak, dan
keluarga besar terdiri lebih dari 6 anak (Idrus 2010). Masing-masing katagori
keluarga, dipengaruhi hal yang berbeda dan akan menghasilkan beragam suasana
dan berbagai macam hubungan keluarga. Beberapa faktor dari pengaruh ukuran
keluarga terhadap perkembangan anak : jumlah interaksi harus diperhatikan,
semakin besar keluarga, semakin besar jumlah interaksi dan biasanya semakin
besar perselisihan yang terjadi.

Jumlah anak yang banyak pada keluarga yang keaadaan sosial ekonominya
cukup akan mengakibatkan berkurangnya perhatian dan kasih sayang yang
diterima anak. Lebih-lebih kalau jarak anak terlalu dekat, sedangkan pada
keluarga dengan keadaan sosial ekonomi yang kurang, jumlah anak yang banyak
akan mengakibatkan selain kurang kasih sayang dan perhatian pada anak, juga
kebutuhan primer seperti makanan, sandang dan perumahanpun tidak terpenuhi
(Soetjiningsih, 2012). Hubungan keluarga dipengaruhi sikap orang tua terhadap
ukuran keluarga. Orangtua yang memang ingin mempunyai keluarga yang besar
akan meciptakan suasana emosional yang baik dan hangat dirumah karena mereka
bahagia dalam peran mereka sebagai orang tua dan bersedia melakukan
pengorbanan pribadi dan finansial yang dituntut sebuah keluarga besar,
sebaliknya, bila keluarga menginginkan keluarga kecil, tetap mendapatkan
keluarga besar, sikap mereka terhadap semua anak mereka cenderung tidak sehat.
Jumlah keluarga inti umumnya kecil, terdiri dari orang tua dan dua orang anak
sesuai dengan program Keluarga Berencana dari pemerintah. Hal ini dimaksudkan
agar perhatian orang tua terhadap anak akan lebih fokus, terutama di masa anak
sedang usia bayi, yang memeang membutuhkan rasa percaya diawal sehingga
perkembangan anak dapat terpantau. Banyaknya anak dalam keluarga
mengakibatkan beratnya beban dan tanggung jawab keluarga baik secara sosial
maupun ekonomi yang selanjutnya tidak hanya berpengaruh pada kebutuhan fisik
saja tapi juga psikologis berupa perhatian dan kasih sayang (Ibung, 2008).

Soejiningsih (2012) mengatakan jumlah anggota keluarga akan berpengaruh


terhadap kualitas dan kuantitas pengasuhnya orang tua terhadap anak. Semakin
besar jumlah keluarga, maka baik alokasi waktu maupun intensitas pemberian
stimulasi akan semakin berkurang kurang optimal. Perhatian orang tua akan lebih
bercabang sehingga kurang memperhatikan anak dalam proses perkembangan
anak. Di RW 03 dan RW 11 jumlah yang terbanyak bayi ada di urutan pertama
atau anak pertama, ini merupakan peluang untuk bisa mempraktekan dalam
stimulasi perkembangan anaknya sehingga kelak mempunyai anak lagi akan lebih
mudah dalam menstimulasi karena sudah mempunyai pengalaman.

4.1.2 Karakteristik Ibu


4.1.2.1 Usia
Jumlah Ibu yang mempunyai anak usia bayi di RW 03 dan RW 11 Kelurahan
Tanah Baru, Bogor utara sebanyak 20 orang yang diberikan terapi kelompok
terapeutik rata-rata berusia 18-24 60%. Hal ini menujukkan bahwa di RW 03 dan
11 banyak yang berada pada usia dewasa awal (adult) dan produktif, artinya telah
tumbuh menjadi kekuatan atau ukuran yang sempurna atau telah menjadi dewasa
Hurlock ( 1999, dalam Friedman, 2008), pada usia tersebut tugas perkembangan
adalah sudah bekerja, memilih pasangan, mulai membina keluarga, mengasuh
anak dan mengelola rumah tangga, mengambil tanggung jawab sebagai warga dan
mencari kelompok sosial yang menyenangkan. Pada usia dewasa merupakan
periode penyesuaian terhadap pola-pola kehidupan baru dan harapan-harapan
sosial baru. individu diharapakan dapat menjalankan peran-peran barunya sebagai
suami/istri pencari nafkah, orang tua, yang disisi lain dapat mengembangkan
sikap, keinginan dan nilai sesuai dengan tujuan baru.

Semakin bertambahnya usia ibu (caregiver) semakin meningkat pula


kedewasaan, menunjukkan kematangan kedewasaan secara psikologis, dilihat
dari perilaku yang semakin bijaksana, mampu berfikir secara rasional,
mengendalikan emosi dan bertoleransi terhadap orang lain (Nurjanah, 2008). Ibu
akan lebih memperhatikan perkembangan pada anaknya dan akan mampu
melaksanakan dalam menstimulasi perkembangan anaknya.

4.1.2.2 Tingkat pendidikan


Tingkat pendidikan ibu yang mempunyai anak bayi di RW 03 dan RW 11
Kelurahan Tanah Baru, Bogor Utara sebagian besar pendidikan rendah SD 50% .
Pengertian pendidikan mengacu pada tingkat pendidikan formal terakhir yang
pernah diikuti oleh ayah dan ibu. Seorang ibu berperan dalam menstruktur
lingkunga fisik anaknya ( misalnya dengan menggunakan benda-benda yang ada
disekitarnya sebagai alat stimulasi) , ibu selain jadi pengasuh juga menjadi guru
pertama bagi anak dan mengisi kehidupannya serta sarana untuk memperoleh
pengetahuan sehingga mampu meningkatkan kualitas hidupnya. Ibu adalah
orangtua terdekat dan sebagai pendidik anak-anaknya ( Setiawati, 2001).
Kehadiran seorang ibu sangat penting bagi anak mengingat 85% karakter anak
dibentuk pada masa usia dini ( Croyle, 2004). Hal ini Ibu sangat berperan penting
dalam pemberian stimulasi kepada anak, kareana anak akan lebih peka dan cepat
dalam menangkap bahasa ibu, gerak ibu dan suasana hati ibu, sentuhan dan
pelukan serta kebebrsamaan dengan anak merupakan modal utama dalam
pemberian stimulasi.

Hasil analisa statistik antara pendidikan menunjukan ada hubungan yang


signifikan antara pendidikan ibu terhadap stimualsi perkembangan anak usia bayi
(Mhalia, 2008). Pendidikan orang tua merupakan salah satu faktor yang penting
dalam tumbuh kembang anak, karena dengan pendidikan yang baik, maka orang
tua dapat menerima sagala informasi dari luar terutama tentang pengasuh anak
yang baik, bagaimana menstimulasi perkembangan anak usia bayi ( Sotjiningsih,
2012). Makin tinggi pendidikan seseorang, maka mudah untuk menerima
informasi sehingga banyak pula pengetahuan yang dimiliki, sebaiknya pendidikan
yang kurang akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-
nila yang baru di perkenalkan ( Kuncoroningrat, 1997). Berbeda dengan penilitian
yang dilakukan oleh Desri ( 2008) tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan
ibu .

Hasil penelitian menunjukkan bahwa meskipun ibu memiliki pengetahuan yang


cukup mengenai stimulasi, tidak menjamin bahwa ibu sering memberikan
stimulasi pada anaknya , Hidayat ( 2008). Karena ibu ada dirumah dengan
pendidikan rendah tetapi dalam ibu dapat mengaplikasikan setiap hari dengan
adanya waktu dan kader kesehatan jiwa diharapakan kunjungan sebulan sekali
memantau perkembangan anak usia bayi

4.1.2.3 Status Ekonomi Keluarga

Status ekonomi keluarga yang mempunyai anak usia bayi di RW 03 dan RW 11


Keluarhan Tanah Baru Bogor utara, adalah ekonomi rendah yaitu 60% .
Pendapatan adalah jumlah semua hasil perolehan yang didapat oleh seseorang
dalam bentuk uang sebagai hasil pekerjaan yang dinyatakan dalam pendapatan
per kapita, Soekanto (1983 dalam Gowi, 2011). Karakteristik sosisal ekonomi
keluarga berpengaruh terhadap perkembangan bayi. Turnne (1990 dalam Shelov,
2005). Anak yang dibesarkan oleh keluarga bersatus sosial ekonomi dan kondisi
psikologis yang lebih kecil akan lebih baik dibandingkan anak-anak yang berasal
dari golongan menengah ke bawah, Magnuson ( 2002 dalam Steven, 2005).

Pendapatan yang rendah juga berpengaruh pada kondisi psikologis dari orang
tua, pada umumnya orang tua lebih mudah marah. Kondisi psikologis orang tua
tentunya akan mempengaruhi perkembangan psikososial anak tersebut. Salah satu
masalah perkembangan psikosisoal anak yang ditemui oleh rendahnya
kemampuan komunikasi pada anak. Pendapatan yang rendah menyebabkan
rendahnya jaminan penyedian sarana fisik yang mendukung perkembangan bayi.
Pendapatan menentukan daya beli terhadap pangan dan fasiltas lain, seperti
pendidikan, perumahan, kesehatan dan lain-lain , ( Hapsari, 2005) menjelaskan
bahwa orang tua yang berasal dari keadaan ekonomi baik, akan memiliki lebih
banyak waktu untuk membimbing anak karena tidak lagi memikirkan keadaan
ekonomi. Semakin tinggi tingkat pendidikan maka kesempatan untuk
mendapatkan pekerjaan semakin besar ( Suhardjo, 2004). Pendapat keluarga
yang memandai akan menunjang pertumbuhan dan perkembangan karena orang
tua dapat menyediakan semua kebutuhan baik dari primer maupun sekunder
(Soetjiningsih, 2012).

Hasil penelitian bahwa perkembangan bayi tidak normal lebih banyak pada
keluarga yang berpendapat yang rendah dan menunjukkan yang signifikan
(Marhia, 2008). Terapi kelompok terapeutik pada anak usia bayi untuk
menstimulasi perkembangnya tidak perlu media/alat dengan harga yang mahal
tetapi bisa dengan cara memodifikasi yang ada di lahan, sehingga untuk
stimulasi perkembangan tetap berjalan, dan tidak mahal, anak dapat berkembang
dengan optimal.

4.1.3 Pengkajian stressor Predisposisi


Hasil pengkajian terhadap stressor predisposisi pada perkembangan anak usia bayi
rasa percaya di RW 03 dan RW 11 Kelurahan Tanah Baru Bogor Utara di
meliputi :
a. Faktor biologis
Soetjiningsih (2012) faktor pre natal dan post natal adalah faktor yang
mempengaruhi pada tumbuh kembang janin salah satunya gizi . Menurut WHO
(2010) Antental Care adalah pengawasan sebelum persalinan terutama ditujukan
pada pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim. Ada beberapa tujuan
Antenatal Care menurut (Kusmiyati, et al. 2008), yaitu mempromosikan dan
menjaga kesehatan fisik dan mental ibu dan bayi dengan memberikan pendidikan
gizi, kebersihan diri dan proses kelahiran bayi, mendeteksi dan penatalaksanakan
komplikasi medis, bedah ataupun obstetri .
Gizi merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap proses tumbuh
kembang janin, selama berada dalam kandungan, anak tergantung pada zat gizi
yang terdapat dalam darah ibu, sedangkan setelah lahir kebutuhan gizi anak
tergantung pada tersedianya bahan makanan dan kemampuan saluran cerna.
Selain penyakit infeksi, keadaan gizi ibu yang kurang baik selama hamil dan pola
makan bayi yang salah merupakan penyebab kegagalan pertumbuhan anak,.
Pemenuhan gizi yang baik sangat berperan dalam pencapaian pertumbuhan badan
yang optimal, termasuk di dalamnya pertumbuhan otak anak.

Perkembangan otak anak paling cepat terjadi pada trimester ketiga kehamilan
sampai bayi berusia delapan belas bulan (Handayan, 2009) . Setelah masa
tersebut otak masih tumbuh, tetapi dengan kecepatan yang semakin berkurang
hingga usia 5 tahun. Oleh karena itu, orang tua harus memastikan bahwa pada
masa tersebut kebutuhan gizi anak harus terpenuhi dengan lengkap. Kekurangan
salah satu . ASI merupakan makanan pertama, utama dan terbaik bagi bayi yang
bersifat alamiah. ASI mengandung berbagai zat gizi yang dibutuhkan dalam
proses pertumbuhan dan perkembangan bayi. Bayi baru lahir secara alamiah
mendapat imunoglobulin (zat kekebalan atau daya tahan tubuh) dari ibunya
melalui plasenta, tetapi kadar zat tersebut dengan cepat akan menurun segera
setelah kelahirannya.

Badan bayi baru lahir akan memproduksi sendiri immunoglobulin secara cukup
saat mencapai usia sekitar empat bulan. Pada saat kadar immunoglobulin dari ibu
menurun dan yang dibentuk sendiri oleh tubuh bayi belum mencukupi, terjadilah
suatu periode kesenjangan immunoglobulin pada bayi. Kesenjangan tersebut
hanya dapat dihilangkan atau dikurangi dengan pemberian ASI. Air Susu Ibu
merupakan cairan yang mengandung kekebalan atau daya tahan tubuh sehingga
dapat menjadi pelindung bayi dari berbagai penyakit infeksi bakteri, virus dan
jamur. ASI Eksklusif mengembangkan kecerdasan perkembangan kecerdasan
anak sangat berkaitan erat dengan pertumbuhan otak. Faktor utama yang
mempengaruhi pertumbuhan otak anak adalah nutrisi yang diterima saat
pertumbuhan otak, terutama saat pertumbuhan otak cepat.
Lompatan pertumbuhan pertama atau growth sport sangat penting pada periode
inilah pertumbuhan otak sangat pesat. Kesimpulan faktor predisposisi untuk
perkembangan anak usia bayi dipengaruhi selama kehamilan. Kehamilan harus di
jaga karena akan berdampak kepada janinnya yaitu sebagai promotif bahwa ibu
hamil harus rutin untuk keposyandu setaip bulan untuk melihat
perkembangannya baik kehamilan atau janinya, dengan menjaga secara rutin,
janin yang dikandung akan berkembang dengan baik.

b. Faktor psikologis
Faktor psikologis yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan adalah
stimulasi perkembangan janin di saat hamil dan bounding attachment pada saat
usia kehamilan mencapai enam bulan, karena pada saat itulah sel -sel
otak mulai bertumbuh dengan cepat. Akan sangat baik bila stimulasi -
stimulasi kecerdasan bayi dilakukan hingga usia bayi menginjak 3
tahun. Stimulasi sejak didalam kandungan ( usia kehamilan m encapai 6
bulan) bias dilakukan dengan berbagai cara : mengajak bicara saat bayi
dalam kandungan bicaralah dengan suara lembut, supaya buah hati anda
mengenal anda sebagai ibu yang penuh kasih saying. Bila perlu, ajaklah
janin anda untuk mengenal suara sang ayah, dengan meminta sang ayag,
dengan meminta sang ayah berbicara dengan sang bayi dengan jarak
yang yang berdekatan dengan perut anda.

Mendongenglah janin aktiflah dalam berbicara supaya buah hati anda


mengenal berbagai kosa kata baru meskipun sang bayi masih ada di
dalam kandungan dan belum tahu artinya. Menyanyi, bernyanyilah
setiap hari, supaya buah hati anda bisa mendengarkan suara nyanyian
anda. Nyanyian seorang ibu, dipercaya bisa menenangkan hati buah hati
anda. Namun tentu saja, bernyanyilah lagu-lagu yang menenangkan hati,
bukan lagu-lagu yang nge-rock. Beberapa lagu anak-anak yang baik ada
di sini. Mengelus-elus perut.,usapan-usapan pada bagian perut sang ibu,
ternyata juga mampu menstimulasi kecerdasan anak. Berdoa, luangkan
waktu anda untuk berdoa. Berdoalah dengan mengucapkan doa-doa anda
(tidak hanya di dalam batin). Hal ini juga sangat penting untuk menstimulasi
kecerdasan sang anak, terutama kecerdasan spiritualnya.

Bounding attachment merupakan suatu ikatan pemberian kasih sayang dan


pencurahan perhatian yang saling tarik-menarik antara orangtua dan bayi.
Mengingat pentingnya bounding attachment diberikan pada bayi baru lahir, maka
perlu dilakukan sejak dini, yaitu segera setelah bayi lahir (Bahiyatun, 2009).
Bounding attachment sebagai sesuatu yang linear, dimulai saat ibu hamil, semakin
menguat pada awal kelahiran, dan begitu terbentuk akan menjadi konstan dan
konsisten. Hal ini sangat penting bagi kesehatan fisik dan mental sepanjang
kehidupan (Bobak, 2005), terhadap bayi setelah kelahiran untuk memberikan
jaminan adanya kontak tubuh berkelanjutan yang dapat mempertahankan perasaan
aman pada bayi (Roesli, 2009).

Kulit merupakan reseptor terluas. Sentuhan merupakan indera yang berfungsi


sejak dini dimana bayi dapat merasakan fungsi sentuhan sejak masa janin, ketika
masih dikelilingi dan dibelai oleh cairan ketuban yang hangat di dalam rahim ibu
(Roesli, 2009). Ujung-ujung syaraf permukaan kulit bereaksi terhadap sentuhan
dan mengirimkan pesan ke otak melalui jaringan syaraf yang berada di sumsum
tulang belakang. Sentuhan juga merangsang peredaran darah sehingga
menghasilkan oksigen segar lebih banyak yang akan dikirim ke otak dan seluruh
tubuh untuk menambah energi (Roesli, 2009)

Stimulasi adalah hal yang harus dilakukan agar kecerdasan bayi berkembang secara
optimal. Dengan stimulasi, mielinisasi atau pembentukan selubung saraf otak akan
cepat terbentuk. Semakin banyak stimulasi diberikan, semakin banyak pula cabang
neuron yang dibentuk, sehingga terbentuk komunikasi sel antar otak yang baik
(Pratyahara, 2012). Bounding attachment sangat memberikan keuntungan bagi
bayi. Bayi merasa dicintai, diperhatikan, mempercayai, menumbuhkan sikap
sosial, merasa aman, dan berani mengadakan eksplorasi (Bobak, 2005). Kontak
dini merupakan bagian dari elemen-elemen bounding attachment. Hubungan
anak dengan orang tua merupakan sumber emosional dan kognitif bagi anak.
Hubungan tersebut member kesempatan bagi anak untuk mengeksplorasi
lingkungan maupun kehidupan sosial. Hubungan anak pada masa-masa awal
dapat menjadi model dalam hubungan-hubungan selanjutnya. Hubungan awal ini
dimulai sejak anak terlahir ke dunia, bahkan sebetulnya sudah dimulai sejak janin
berada dalam kandungan (Shelov, 2005).

c. Faktor Sosialkultural

Peningkatan perkembangan anak usia bayi rasa percaya faktor yang sangat
berpengaruh adalah keluarga sehingga latar belakang pendidikan orang tua di
RW 03 dan RW 11 kelurahan Tanah baru berpendidikan rendah SD 60%,
pendidikan merupakan salah satu faktor yang penting dalam tumbuh kembang
anak, dengan pendidikan yang baik, maka orang tua dapat menerima segala
informasi luar terutama terutama tentang cara pengasuhan anak yang baik,
bagaiamana menjaga kesehatan anaknya, pendidikan dan sebagainya. Pekerjaan
rata-rata menangah kebawah orang tua pendapatan keluarga yang memadai
akan menunjang tumbuh kembang anak kedua orang tua dapat menyediakan
semua kebutuhan anak baik
yang primer maupun yang sekunder.
4.1.4 Faktor Presipitasi

Pengakajian terhadap stressor presipitasi yaitu sifat stresor, asal stressor, waktu
dan jumlah stressor pada klien dengan kesiapan peningkatan perkembangan
anak usia bayi di RW 03 dan RW 11 Kelurahan Tanah Baru, Bogor Utara yang
dilakukan tindakan keperawatan terapi spesialis yaitu terapi kelompok terapeutik
dan psikoedukasi keluarga. Faktor presipitasi meliputi faktor biologis, psikologis
dan sosialkultural sebagai berikut :

a. Faktor Biologis
Faktor biologis dari hasil pengkajian didapatkan kearah peningkatan
perkembangan ank usia bayi di RW 03 dan RW 11 kelurahan Tanah Baru, Bogor
Utara adalah faktor biologis 93.3% , faktor sosialkultural 87.5% dan faktor
psikologis 75%. Hal ini disebabkan mempengaruhi dalam proses kehamilan yang
merupakan cikal bakal untuk perkembangan anak selanjutnya, sesuai dengan teori
faktor biologis karena faktor genetik merupakan modal dasar dalam pencapaian
hasil akhir proses tumbuh kembang anak ( Soetjiningsih, 2012), melalui yang
terkandung dalam sel yang telah dibuahi, dapat ditentukan kualitas dan kuantitas
pertumbuhan. Ditandai dengan intensitas dan kecepatan pembelahan, derajat
sensitivitas jaringan terhadap rangsangan, umur pubertas dan berhentinya
pertumbuhan. Faktor gizi mempengaruhi terhadap perrtumbuhan dan
perkembangan. Makanan memagang peran penting dalam pertumbuhan dan
perkembangan anak, dimana kebutuhan anak berbeda dengan kebutuhan dewasa,
karena makanan bagi anak dibutuhkan oleh pertumbuhan dan perkembangan di
pengaruhi oleh ketahanan makanan keluarga.

Ketahanan makanan keluarga mencakup pada ketersedian makan dan pembagian


yang adil dalam keluarga, dimana acapkan kepentingan budaya bertabrakan
dengan kepentingan biologis. Perawatan kesehatan yang teratur, tidak saja sakit,
tetapi pemeriksaan kesehatam dan menimbang anak secara rutin setiap bulan akan
menunjang pada tumbuh kembang anak, oleh kareta itu pemanfaataan fasilitas
pelayanan kesehatan dianjurkan untuk dilakukan secar komprehensif, yang
mencakup aspek-aspek promotif, preventif.

b. Faktor psikologis
Faktor psikologis dari hasil pengkajian didapatkan bahwa peningkatan
perkembangan anak usia bayi yang diberikan terapi kelompok terapeutik di RW
03 dan RW 11 Kelurahan Tanah Baru, Bogor Utara menujukkan nilai yang
dirasakan kurang adalah anak tidak menangis ketika saat bertemu dengan orang
lain, kadang anak tidak respon terhadap lingkungan. Hal ini kadang-kadang ibu
hamil tidak menyadari bahwa stimulasi dengan mengusap-usap perut saat
kehamilan akan berpengaruh terhadap perkembangan psikologis janin, dengan
sering distimulasi perut ibu saat hamil maka merangsang aspek kognitif dan
motorik , mengajak bicara pada janin dengan sering melakukan stimulasi maka
jaringan sinaptogenesis atau hubungan antra syaraf semakin banyak ( Sadock,
2010).
Attachment adalah susasana emosional yang hidup di natara anak yang sedang
berkembang dan pengasuhnya. Hal in i di tandai dengan pencarian yang
dilakukan oleh bayi, berpegangan kuat-kuat, dan ingin dekat dengan orang
tersebut. Pada bulan pertama, dengan beberapa variasi individual, perilaku kasih
sayang dilakukan untuk mendekatkan diri dengan seseorang dengan siapa mereka
menempel. Fase-fase perlengketan (Sadock, 2010) dibagi menjadi 3 yaitu fase
pertama sering disebut stadium praperlengketan (preattacment stage) usia 8
sampai 12 minggu, bayi berorentasi pada ibunya, mengikuti ibunya dengan mata
dalam rentang 18 derjat dan menoleh serta bergerak secara berirama dengan suara
ibunya.

Fase kedua sering kali disebut perlengketan dalam pembinaan ( attachcmet –in-
themaking) usia 8 sampai 6 bulan bayi menjadi terlekat dengan satu orang atau
lebih dengan lingkunganya. Fase ketiga perleketan yang jelas ( clear-cut
attachment) usia 6 sampai 24 bulan. Bayi menangis dan menunjukan stimulasi
harus dilakukan secara seimbang dan rutin dan sedini mungkin sehingga
perkembangan otak akan lebih baik. Jadi proses kehamilan sangat berpengaruhi
terhadap psikologis anak setelah lahir, apabila tidak di stimulasi saat hamil maka
kesempatan untuk berkembang tidak optimal.

c. Faktor Sosialkultural
Faktor sosialkultural yang kurang terhadap perkembangan anak usia bayi adalah
membawa anak ketempat sekelompoknya 80%, dan orang tua jarang mengajak
bermain dengan anaknya dengan rat-rata 80% di RW 03 dan RW 11 Kelurahan
Tanah Baru Bogor Utara. Interaksi timbal balik antara anak dan orang tua akan
menimbulkan keakraban dalam keluarga, anak akan terbuka kepada orang tunya,
sehingga komunikasi bisa dua arah dan segala permasalah bisa terselesaikan
bersama karena ada kedekatan , kepercayaan antara orangtua dan anak.

Interaksi tidak menentukan seberapa lama kita bersama anak. Tetapi lebih
ditentukan oleh kualitas dari interaksi tersebut yaitu pemahaman terhadap
kebutuhan masing-masing upaya optimal untuk memenuhi tersebut yang
dilandasi oleh rasa saling menyangi (Soejiningsih, 20012). Perhatian dan kasih
sayang juga merupakan stimulasi yang diperlukan oleh anak , sehingga akan
menimbulkan rasa aman dan rasa percaya diri pada anak sehingga anak lebih
responsif terhadap lingkungannya dan lebih berkembang.

4.2 Perubahan Tanda dan gejala sebelum dan sesudah diberikan terapi
kelompok terapeutik pada anak usia bayi rasa percaya.
Perubahan tanda dan gejala pada perkembangan anak usia bayi sebelum dilakukan
terapi kelompok terapeutik dan psikoeduksi keluarga dan setelah dilakukan
terapi kelompok terapeutik pada anak usia bayi di RW 03 dan RW 11 Kelurahan
Tanah Baru Bogor Utara dapat meningkatkan perkembangan rasa percaya diri.
Perubahan yang akan di bahas meliputi delapan aspek kemampuan aspek meliputi
motorik, kognitif, bahasa, emosi, kepribadian, moral, spiritual dan psikososial.
Adapun hasil yang dicapai sebelum melakukan tindakan dan setelah dilakukan
tindakan terapi kelompok terapeutik adalah sebagi berikut :

a. Aspek Motorik
Hasil analisis pada perkembangan anak usia bayi di RW 03 dan RW 11 Kelurahan
Tanah Baru, Bogor utara pada aspek motorik sebelum di lakukan tindakan terapi
kelompok terapeutik 16 orang (80%), setelah diberikan terapi kelompok
terapeutik mengalami peningkatan menjadi 18 orang (91,5%) ada peningkatan
bertambah 2 orang (11.5%). Perkembangan fisik berkaitan dengan
perkembangan gerakan motorik, yakni perkembangan gerakan tubuh melalui
kegiatan yang terkoordinir antara saraf, otak, otot, tulang dan lainnya.
Perkembangan motorik meliputi motorik kasar dan motorik halus. Motorik
kasar adalah gerakan tubuh yang menggunakan otot-otot besar seperti
mengangkat kepala, mengerakkan kepala ke kiri dan ke kanan, tengkurap
mempertahankan kepala supaya tegak, sedangkan perkembangan motorik halus
adalah gerakan yang menggunakan otot-otot halus yang banyak dipengaruhi oleh
kesempatan belajar dan berlatih, seperti meraih benda, melihat warna, mencari
sumber bunyi, memindahkan benda dari tangan.
Perkembangan motorik secara umum bergantung pada kematangan otot dan saraf
( Wong, D,L. et,all). Stimulasi atau rangsangan yang dilakukan sejak bayi baru
lahir (bahkan sebaiknya sejak di dalam kandungan) dilakukan setiap hari, untuk
merangsang semua sistem indera (pendengaran, penglihatan, perabaan, pembauan,
pengecapan), selain itu harus pula merangsang gerak kasar dan halus kaki, tangan
dan jari-jari, mengajak berkomunikasi, serta merangsang perasaan yang
menyenangkan bayi. .

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan tingkat pengetahuan


pertumbuhan dan perkembangan motorik kasar dan halus anak usia dini setelah
diberikan pendidikan kesehatan tumbuh kembang anak usia dini, dengan tingkat
pengetahuan ibu (Ariyati, 2009) . Hasil penelitian menunjukkan peningkatan
kemampuan kognitif dan psikomotor lebih tinggi secara bermakna pada keluarga
yang mendapatkan terapi kelompok terapeutik pada anak usia dini (Trihadi,
Keliat & Hastono 200). Dapat disimpulkan bahwa dengan diberikannya tindakan
keperawatan stimulasi perkembangan anak usia bayi akan peningkatan aspek
motorik pada anak usia bayi.

Hal ini sesuai dengan teori stimulasi yang diberikan pada anak selama tiga tahun
pertama (golden age) akan memberikan pengaruh yang sangat besar bagi
perkembangan otaknya dan menjadi dasar pembentuk kehidupan yang akan
datang. Semakin dini stimulasi yang diberikan, maka perkembangan anak akan
semakin baik. Asumsi dari peneliti bahwa anak dengan usia bayi akan lebih cepat
perubahannya dalam pertumbuhan dan perkembangan dengan diberikan terapi
kelompok terapeutik asal harus dilakukan secara berkelanjutan dan ada kerjasama
dengan keluarga.

b. Aspek Kognitif
Hasil analisis pada anak usia bayi di RW 03 dan RW 11 Kelurahan Tanah Baru
Bogor Utara, setelah dilakukan terapi kelompok terapeutik pada aspek kognitif
mengalami peningkatan dari 94.3% menjadi 97.5 % meningkat 3%. Hal ini
walaupun hasilnya tidak terlalu tinggi tetapi ada pengaruh yang dirasakan dalam
perkembangan kognitif pada bayi tersebut.

Teori perkembangan kognitif Piaget adalah salah satu teori yang menjelaskan
bagaimana anak beradaptasi dan menginterpretasikan objek dan kejadian-kejadian
di sekitarnya. Bayi pertama kali belajar melalui observasi sensori dan belajar
mengendalikan fungsi motoriknya, melalui aktivitas motorik, eksplorasi dan
manipulasi lingkungan sekitarnya Piaget, ( 1975 dalam Nurdin, 2012). Bayi
lahir dengan reflex mengisap suatu proses pembelajaran ketika mengubah
bentuk mulutnya dan menemukan lokasi putting susu ibunya dan timbulah reflex
mengisap. Bayi merakan reward dari usahanya tersebut yaitu perasaan nyaman
setelah minum air susu ibu. Arti konseptual tersebut bahwa stimulus di terima, di
ikuti respond dan diikuti rasa Nyaman yang merupakan kesadaran. Kesadaran
disinilah yang menjadi konsep yang mendasar.

Hasil penelitian menunjukkan peningkatan kemampuan kognitif dan psikomotor


ibu serta perkembangan inisiatif anak setelah ibu mendapatkan terapi kelompok
terapeutik secara bermakna dibandingkan dengan yang tidak diberikan terapi
kelompok terapeutik (Damayanti, Keliat, Hastono & Helena, 2010). Restiana,
Keliat, Gayatri, & Helena ( 2010) Hasil penelitian menujukkan peningktan
kemampuan , kognitif, psikomotor serta perkembangan rasa percaya bayi lebih
tinggi secara bermakna pada ibu yang mendapatkan terapi kelompok terpeutik
dibandingkan yang tidak mendapatkan terapi kelompok terapeutik.

Hal ini sesuai dengan toeri perkembangan kognitif, teori yang paling mendekati
teori tumbuh kembang fungsi luhur (higler cortical function) yang merupakan
ekspresi fungsi korteks prefrontalis dan pertumbuhan neuron motorik. Assumsi
dari penulis stimulasi perkembangan pada anak usia bayi ini merupakan awal
untuk memungkin seseorang dapat menyelesaikan masalah karena individu
bagaimana mempelajari, memperhatikan, mengamati, membayangkan,
memperkirakan dan memikirkan. Dengan seringnya di stimulasi anak akan lebih
kreatif dan lebih cepat dalam menyelesaikan masalah.

c. Aspek Bahasa

Hasil analisis pada anak usia bayi di RW 03 dan RW 11 Kelurahan Tanah Baru
Bogor Utara, setelah dilakukan terapi kelompok terapeutik pada aspek bahasa
mengalami peningkatan dari 18 orang (94.2) menjadi 20 orang (100%)
meningkat 6%. Walaupun hasilnya tidak terlalu tinggi tetapi ada pengaruh
mengalami peningkatan yang dirasakan dalam perkembangan bahasa pada bayi
tersebut .

Bahasa adalah simbolisasi dari sesuatu idea atau suatu pemikiran yang ingin
dikomunikasikan oleh pengirim pesan dan diterima oleh penerima pesan melalui
kode-kode tertentu baik secara verbal maupun nonverbal. Bahasa digunakan
anak dalam berkomunikasi dan beradaptasi dengan lingkungannya yang
dilakukan untuk bertukar gagasan, pikiran dan emosi. Bahasa bisa
diekspresikan melalui bicara yang mengacu pada simbol verbal (Nurdin, 2012).
Kemampuan bicara dan bahasa adalah aspek yang berhubungan dengan
kemampuan untuk memberikan respon terhadap suara, bicara, komunikasi,
megikuti perintah, dan sebagainya (Depkes, 2006). Kemampuan bicara anak
dipengaruhi oleh beberapa faktor kesiapan fisik yang melibatkan fungsi
pernapasan, pendengaran, dan fungsi otak serta kesiapan kognitif dan neurologis
membantu anak dapat mulai bicara ( Honkenberry, 2009).

Kemampuan berbahasa merupakan indicator seluruh perkembangan anak, karena


kemampuan berbahasa sensitive terhadap keterlambatan atau kerusakan pada
system lainya sebab melibatkan kemampuan kognitif, motorik, psikologis, emosi
dan lingkungan sekitar anak. Kurangnaya stimulasi akan dapat menyebabkan
gangguan bicara dan berbahasa bahkan gangguan dapat menetap ( Depkes,
2006).terapi kelompok terapeutik pada anak usia bayi dengan memberikan
stimulasi perkembangan terjadwal dan terlaksana dengan baik, anak tersebut
mengalami peningkatan terhadap kemampuan bahasa.
Hasil penelitian menunjukkan peningkatan kemampuan kognitif dan psikomotor
ibu serta perkembangan industry meningkat secara bermakna setelah diberikan
terapi kelompok terapeutik anak sekolah yang dibreriakn terapi kelompok
terapeutik dengan kelompok yang tidak diberikan terapi kelompok terapeutik
(Walter , Keliat, Hastono & Susanti, 2010). Penelitian yang sama Istiana , Keliat
dan Nuraeni, ( 2011) Hasil penelitian menujukkan peningkatan kemampuan
pengetahuan, psikomotor , dan perkembangan indutri anak usia sekolah secara
bermakna setelah diberikan terapi kelompok terapeutik dibandingkan dengan
kelompok yang tidak diberikan terapi kelompok terapeutik.

Manusia yang normal dapat menguasai bahasa, sebab sejak lahir manusia telah
memiliki kemampuan dan kesiapan untuk mempelajari bahasa dengan sendirinya.
Kemampuan dan kesiapan belajar bahasa pada manusia segera mengalami
perkembangan setelah kelahirannya, Havighurst (1984), kemampuan menguasai
bahasa, dan berhubungan dengan orang lain melalui penggunaan suara-suara itu,
merupakan salah satu tugas perkembangan yang harus dicapai, karena urat-urat
saraf dan otot-otot alat bicara sudah berkembang baik sejak lahir. Bayi baru lahir
dapat mensinkronkan gerakan tubuhnya dengan nada pembicaraan orang dewasa
(Hetherington & Pasrke, 1979). Stimulus yang diberikan dengan cara mengajak
bicara pada bayi sehingga kata-kata yang keluar dari orang disekitarnya dapat
merangsang kemampuan berbahasa.

d. Aspek Emosi
Hasil analisis pada anak usia bayi di RW 03 dan RW 11 Kelurahan Tanah Baru
Bogor Utara, setelah dilakukan terapi kelompok terapeutik pada aspek emosi
mengalami peningkatan dari 18 orang (80%) menjadi 20 (100%) meningkat
18%. Hal ini walaupun hasilnya tidak terlalu tinggi tetapi ada pengaruh yang
dirasakan dalam perkembangan kognitif pada bayi tersebut .

Menurut perkembangan emosi adalah suatu reaksi kompleks yang mengaitkan


satu tingkat tinggi, kegiatan dan perubahan- perubahan secara mendalam, serta
dibarengi perasaan yang kuat atau disertai keadaan afektif, Chalpin ( 2002, dalam
Restiana, 2010). Perkembangan emosi pada tahun pertama, suasana hati ( mood)
bayi sangat bervariasi dan berhubungan erat dengan keadaan internal, seperti
rasa lapar. Pada dua pertiga kedua dari tahun pertama, suasana hati bayi semakin
berhubungan dengan isyarat sosial eksternal ( orang tua dapat menemukan yang
lapar tetapi tersenyum). Jika bayi merasa nyaman secara internal, rasa tertarik
dan senang terhadap dunia pengasuh utamanya dapat berlaku.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan tingkat pengetahuan


pertumbuhan dan perkembangan motorik kasar dan halus anak usia dini setelah
diberikan pendidikan kesahatan tumbuh kembang anak usia dini, dengan tingkat
pengetahuan ibu (Ariyati, 2009) . Hasil penelitian menunjukkan peningkatan
kemampuan kognitif dan psikomotor lebih tinggi secara bermakna pada keluarga
yang mendapatkan terapi kelompok terapeutik pada anak usia dini dibandingkan
dengan kelompok yang tidak diberikan terapi kelompok terapeutik. (Trihadi,
Keliat, & Hastono, 2009).

Hasil penelitian menunjukkan peningkatan kemampuan kognitif dan psikomotor


ibu serta perkembangan industry meningkat secara bermakna setelah diberikan
terapi kelompok terapeutik. (Walter , 2010). Penelitian yang sama Istiana, Keliat
& Nuraini ( 2011) Hasil penelitian menujukkan peningkatan kemampuan
pengetahuan, psikomotor , dan perkembangan indutri anak usia sekolah secara
bermakna setelah diberikan terapi kelompok terapeutik dibandingkan dengan
kelompok yang tidak diberikan terapi kelompok terapeutik. Restiana, Keliat,
Gayatri & Helena, ( 2010) Hasil penelitian menujukkan peningktan kemampuan ,
kognitif, psikomotor serta perkembangan rasa percaya bayi lebih tinggi secara
bermakna pada ibu yang mendapatkan terapi kelompok terpeutik dibandingkan
yang tidak mendapatkan terapi kelompok terapeutik.
Piaget ( dalam Sadock, 2010) Kebutuhan emosi/ kasih sayang, kasih sayang dari
orang tua akan menciptakan ikatan yang erat ( bonding) dan kepercayaan dasar (
basic trust). Ikatan batin yang erat, mesra dan selaras yang diciptakan lebih awal
dan lebih permanen sangat penting, karena turut menentukan perilaku bayi
kemudian hari, menstimulasi perkembagan otak bayi, merangsang perhatian bayi
terhadap dunia luar, menciptakan kelekatan ( attachment) antara ibu dan bayi,
serta meningkatkan rasa kepercayaan dari bayi. Pemberi ASI dapat meningkatkan
ikatan batin bayi dan ibu sehingga dapat mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan pada bayi.

e. Aspek Kepribadian
Hasil analisis pada anak usia bayi di RW 03 dan RW 11 Kelurahan Tanah Baru
Bogor Utara, setelah dilakukan terapi kelompok terapeutik pada aspek emosi
mengalami peningkatan dari 8 orang (39) menjadi 17 (85) meningkat 47%.
Kepribadian adalah ciri atau karakteristik seseorang yang bersumber dari
benturan-benturan yang diterima dari lingkungan misalnya keluarga pada masa
kecil dan bawaan juga seseorang sejak lahir (Sjarkawi, 2006). Perkembangan
kepribadian dan keterampilan kognitif berkembang dengan cara yang sama
dengan pertumbuhan biologis-pencapaian baru terbentuk pada keterampilan yang
dikuasai sebelumnya (Wong, et al, 2011).

Hasil penelitian menunjukkan peningkatan pengetahuan, psikomotor dan


perkembangan industry meningkat secara bermakna setelah di berikan terapi
terapeutik pada kelompok anak, orang tua dsn guru dibandingkan pada kelompok
anak sekolah , orang tua, guru ( Sunarto, Keliat & Pujasari 2011). Masa bayi
sering disebut masa “ periode kritis” dalam perkembangan kepribadian karena
pada saat ini diletakkan dasar, dimana srtuktur kepribadian akan di bangun.
Kondisi yang menjunjung peristensi kepribadian adalah bawaan, pendidikan nilai-
nilai orang tua, memainkan peran, lingkungan sosial, seleksi dalam lingkungan
sosial. Kondisi fisik yang mempengaruhi kepribadian kelelahan, malnutrisi,
kondisi fisik yang menggangu, penyakit menahun, kelenjar endokrin.
Susunan total sifat kepribadian dikenal dengan self system yang berkembang
dalam berbagai stadium dan tumbuh melebihi pengalaman interpersonal,
ketimbang suasana terbuka (Sadock, 2010). Selama masa bayi kecemasan terjadi
untuk waktu yang pertama kalinya jika kebutuhan primer tidak terpuaskan.
Assumsi penulis untuk dapat berkembangnya kepribadian seseorang harus
dimulai sejak awal masa bayi karena akan berdampak terhadap dirinya dan orang
lain.

f. Aspek Moral
Hasil analisis pada anak usia bayi di RW 03 dan RW 11 Kelurahan Tanah Baru
Bogor Utara, sebelum diberikan terapi kelompok terapeutik 8 orang (40%)
setelah dilakukan terapi kelompok terapeutik pada aspek moral mengalami
peningkatan dari 19 orang (40%) menjadi 19 (95%) meningkat 55 %.
Perkembangan moral melibatkan pembentukan sistem nilai-nilai yang menjadi
dasar keputasan mengenai “ benar dan salah “ atau “ baik dan buruk”. Nilai-nilai
yang mendasari asumsi-asumsi tentang standar yang mengatur keputusan moral
( Potter & Perry, 2005). Pada saat lahir, tidak ada bayi yang memiliki nurani atau
skala nilai. Akibatnya tiap bayi yang baru lahir dapat dianggap amoral. Tidak
seorang bayipun dapat diharapkan mengembangkan kode moral sendiri, maka
perlu ditumbuhkan disiplin pada masa ini untuk mengajarkan kepada bayi, apa
yang menurut dia dianggap kelompok sosial sebagai benar dan salah, sehubungan
pada masa ini timbul rasa benar dan salah adalah apa yang terasa baik atua buruk.

kelompok terapeutik. (Walter , 2010). Penelitian yang sama Istiana & Nuraini
( 2011) Hasil penelitian menujukkan peningkatan kemampuan pengetahuan,
psikomotor , dan perkembangan indutri anak usia sekolah secara bermakna setelah
diberikan terapi kelompok terapeutik dibandingkan dengan kelompok yang tidak
diberikan terapi kelompok terapeutik. Restiana, Keliat, Gayatri & Helena ( 2010)
Hasil penelitian menujukkan peningkatan kemampuan , kognitif, psikomotor serta
perkembangan rasa percaya bayi lebih tinggi secara bermakna pada ibu yang
mendapatkan terapi kelompok terpeutik dibandingkan yang tidak mendapatkan
terapi kelompok terapeutik.
Perilaku moral merupakan perilaku manusia yang sesuai dengan harapan, aturan,
kebiasaan suatu kelompok masyarakat tertentu, sebagaimana di temukan oleh
Hurlock ( 1991) dalam mendefinisikan perilaku moral sebagai perilaku yang
sesuai demngan moral kelompok sosial. Asuumsi penulis pada masa bayi, anak
belum mengenal perilaku moral atau perilaku yang sesuai atau tidak sesuai dengan
kebiasaan orang-orang di sekitarnya, semakin bertambah hari, bertambah pula
usianya, bertambah pula pengetahuan terhadap lingkungan sekitarnya. Stimulasi
perkembangan yang harus di berikan saat usia dini bertujuan untuk membantu
mengembangkan seluruh potensi dan kemampuan fisik, intektual, emosional,
moral dan agama secara optimal pada anak dalam lingkungan pendidikan yang
kondusif dan demokratis. Pada usia dini diupayakan untuk menanamkan
kebiasaan baik dan sopan santun dalam kehidupan sehari-hari .

g. Aspek Spiritual
Hasil analisis pada anak usia bayi di RW 03 dan RW 11 Kelurahan Tanah Baru
Bogor Utara, setelah dilakukan terapi kelompok terapeutik pada aspek spiritual
mengalami peningkatan dari 6 orang (29%) menjadi 16 (78%) meningkat 29%.
Berdasarkan hasil wawancara dari ibu-ibu yang mempunyai anak usia bayi bahwa
ibu tidak mengetahui bahwa spiritual bisa di stimulasi pada usia dini, mereka
berprespsi bahwa yang penting anak anteng ( diam) tidak nangis, faktor fasilitas
untuk spiritual banyak yang mendukung (ada musholah dan mesjid) .

Tahap perkembang spiritual pada masa bayi adalah tahap undifferentiated yaitu
periode masa bayi tidak memiliki konsep benar atau salah, tidak memiliki
keyakinan yang membimbing perilaku mereka. Mesti demikian, awal keimanan
terbentuk dari pengembangan rasa percaya dasar melalui hubungannya dengan
pemberi asuhan primer.

Hasil penelitian menunjukkan peningkatan pengetahuan, psikomotor dan


perkembangan industry meningkat secara bermakna setelah di berikan terapi
terapeutik pada kelompok anak, orang tua dan guru dibandingkan pada kelompok
anak sekolah , orang tua, guru ( Sunarto, Keliat & Pujasari, 2011) . Restiana,
Keliat, Gayatri & Helena ( 2010) Hasil penelitian menujukkan peningktan
kemampuan , kognitif, psikomotor serta perkembangan rasa percaya bayi lebih
tinggi secara bermakna pada ibu yang mendapatkan terapi kelompok terpeutik
dibandingkan yang tidak mendapatkan terapi kelompok terapeutik.

h. Aspek Psikososial

Hasil analisis pada anak usia bayi di RW 03 dan RW 11 Kelurahan Tanah Baru Bogor
Utara, setelah dilakukan terapi kelompok terapeutik pada aspek psikososial
mengalami peningkatan dari 6 orang (29%) menjadi 16 (78%) meningkat 49%.
Perkembangan psikosial berhubungan dengan perubahan perasaan atau emosi
dan kepribadian serta perubahan dalam bagaimana individu berhubungan
dengan orang lain. Psikososial berkaitan dengan kemampuan anak untuk
berinteraksi dengan lingkungannya. Pada tahun-tahun pertama kehidupan,
hubungan yang erat, mesra dan selaras, antara ibu dan anak merupakan syarat
mutlak untuk menjalin tumbuh berkembang yang selaras baik fisik, mental
maupun psikososial. Berperanya dan kehadiran ibu/pengantinya sedini dan
selanggeng mungkin atau menjamin rasa aman bagi bayinya untuk mewujudkan
dengan kontak fisik(kulit) dan psikis sedini mungkin, menyusui secepatnya
setelah lahir, kekurangan kasih sayang pada tahun pertama kehidupannya
mempunyai dampak yang negatif
( Soetiningsih, 2012). Terjalinnya hubungan kasih sayang akan meningkatkan
rasa percaya diri.
Hasil penelitian menunjukkan peningkatan kemampuan kognitif dan psikomotor ibu
serta perkembangan industry meningkat secara bermakna setelah diberikan
terapi
sama Istiana,
kelompok Keliat &(Walter
terapeutik. Nuraini ( 2011)
, Keliat, Hasil& Susanti,
Hastono penelitian menujukkan
2010). Penelitianbermakna
yang
peningkatan kemampuan pengetahuan, psikomotor , dan perkembangan indutri anak
usia sekolah secara bermakna setelah diberikan terapi kelompok terapeutik
dibandingkan dengan kelompok yang tidak diberikan terapi kelompok terapeutik.
Restiana, Keliat, Gayatri & Helena, ( 2010) Hasil penelitian menujukkan peningktan
kemampuan , kognitif, psikomotor serta perkembangan rasa percaya bayi lebih tinggi
secara bermakna pada ibu yang mendapatkan terapi kelompok terpeutik
dibandingkan yang tidak mendapatkan terapi kelompok terapeutik

Seorang bayi pada bulan-bulan pertama setelah lahiran menjadi menyesuaikan diri
dengan interaksi sosial dan interpersonal perkembangan psikososial bayi yang
normal adalah proses perkembangan yang ditandai dengan pemupukan rasa
percaya. Pada orang lain dan diawali dengan kepercayaan terhadap orang tua
khususnya ibu. Rasa aman dan nyaman secara fisik dan psikologis berperan
penting dalam pembentukan rasa percaya (Keliat, 2010) stimulasi merupakan cara
untuk bisa anak bayi menjadi lebih percaya,.

4.3. Perubahan Kemampuan dalam Pelaksanaan Terapi Kelompok


Terapeutik pada anak usia bayi di RW 03 dan RW 11 Kelurahan Tanah
Baru, Bogor Utara.
Tindakan keperawatan terapi spesialis terapi kelompok terapeutik dan
psikoedukasi keluarga di RW 03 dan RW 11 kelurahan Tanah Baru Bogor Utara
dalam pelaksanannya melibatkan bayi, keluarga dan kader. Hasil akhir dari
tindakan terapi kelompok terapeutik terjadi perubahan kemampuan pada :
4.3.1 Bayi
Kemampuan bayi setelah diberikan terapi kelompok terapeutik mengalami
peningkatan sebanyak 7% dari (93 – 100). Kemampuan yang dimiliki anak usia
bayi untuk pencapaian pembentukan fase rasa percaya diri. Stimulasi merupakan
hal yang sangat penting dalam tumbuh kembang anak . Bayi yang banyak
mendapatkan stimulasi yang terarah akan lebih cepat berkembang
dibandingkan dengan anak yang kurang atau bahkan yang mendapatkan
stimulasi. Stimulasi juga berfungsi sebagai penguat yang bermanfaat bagi
perkembangan anak , berbagai macam stimulasi seperti visual, verbal, auditif,
taxtil diri dan lain-lain dapat mengoptimalkan perkembangan anak ( Soetjiningsih,
2012). Stimulasi yang terarah dan terprogram untuk meningkatkan perkembangan
anak, salah satunya adalah bentuk terapi kelompok, sehingga dalam pelaksaannya
melibatkan orang banyak dan menjadi komitmen bersama dan bersyifat terapi atau
pengobatan.
Terapi kelompok terapeutik adalah merupakan salah jenis terapi dari terapi
kelompok memberikan kesempatan kepada orang lain, untuk menemukan cara
dalam menyelesaikan masalah dan mengatasi masalah dengan mengajarkan
secara efektif dan efesien, sehingga dapat meningkatkan kemampuannya
(Townsend, 2009). Tindakan yang dilakukan secara berulang-ulang akan
meningkatkan pada kemmapuan anak, terutama masa bayi karena dalam masa
percaya ini masa bayi adalah masa yang sangat kritis, karena disini masalah rasa
kepeercyaan atau sering disebut dengan Trust, Erikson sering mengatakan bahwa
masa ini di disebut dengan masa Growth and Krisis of the Healtht Personality”
yang menunjukkan rasa percaya yang didapatkan dalam tahun pertama.
Kepercayaan adalah harapan bahwa kebutuhan seseorang akan diperhatikan dan
dunia atau pengasuhnya dapat dipercaya, timbulnya rasa kepercayaan sehingga
bisa menimbulkan harapan yang positif dimasa yang akan mendatang terhadap
dunia sensorik berperan juga dalam perkembangan karena usia bayi mengikuti
indra bayi melalui penglihatan, pengecapan, pendengaran melalui interaksi,
perabaan.

Latihan atau terapi kelompok terapeutik inilah yang bisa mengembangkan ke rasa
percayaan tersebut, latihan berulang kali, orang tua dilibatkan dalam prosesnya,
dan bertemu dengan kelompoknya dengan menggunakan tempat dan fasilitas
yang ada sehingga dimasyarakat yaitu Posyandu , sehingga akan lebih mudah
dapat meningkatkan kemampuan dan rasa percaya . Kemampuan dalam
menstimulasi perkembangan pada bayi memperlihatkan ada perubahan dalam
kemampuan bayi kemampuan dasar yang dirangsang dengan stimulasi adalah
kemampuan ,motorik, kognitif, bahasa, emosi, kepribadian, spiritual dan
psikososial

4.3.2 Kemampuan ibu


Kemampuan ibu dalam melakukan terapi kelompok terpeutik pada anak usia bayi
dari hasil mengalami peningkatan sebelum dilakukan tindakan dan setelah
dilakukan tindakan mengalami peningkatan 53,7 %, Ibu merupakan peran utama
dalam merawat anggota keluarganya (anaknya) diantaranya memahami
perkembangan yang normal dan perilaku yang menyimpang. Untuk dapat
melakukan tersebut ibu perlu diberikannya pendidikan kesehatan dalam bentuk
promosi kesehatan, upaya yang lain adalah dengan psikoedukasi keluarga. Hasil
penelitian yang dilakukan oleh Nasustion ( 2005 dalam Trihardi , Keliat &
Hastono, 2009) bahwa ada hubungan antara pendidikan kesehatan keluarga
dengan pengetahuan keluarga tentang kesehatan. Keluarga mempunyai peranan
yang penting dalam memenuhi kebutuhan perkembangan yang normal dan
perilaku yang menyimpang. Peran aktif orang tua terhadap perkembangan anak
sangat diperlukan terutama pada saat dibawah usia lima tahun (Suherman, 2000).
Orang tua salah satunya adalah ibu berperan sebagai pendidik merupakan tokoh
sentral dalam perkembangan anak. Ibu berperan sebagai pendidik pertama dan
utama dalam keluarga sehingga ibu perlu dibekali pengetahuan dan keterampilan
agar mengerti dan terampil dalam melaksanakan perkembangan anak sehingga
dapat berisikap positif dalam membimbing atau menstimulasi perkembangan anak
yang secara baik dan sesuai dengan tahap perkembangannya.

Cara menstimulasi rasa percaya diri, selain pendidikan kesehatan dan


psikoedukasi keluarga upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan
keluarga dalam memberikan stimulasi yaitu dengan terapi kelompok terapeutik,
dengan tujuan agar dapat saling berbagi pengalaman, saling membantu satu
dengan yang lainnya, untuk menemukan cara menyesaikan masalah dan
mengantisipasi masalah yang dihadapi dengan mengajarkan cara efektif untuk
mengendalikan stress ( Townsend, 2000). Terapi kelompok terapeutik membantu
anggota keluarga dan meningkatkan kualitas antara anggota keluarga kelompok
untuk mengatasi masalah dalam kehidupannya ( Keliat & Akemat, 2004). Hal ini
sesuai dengan kenyataan bahwa keluarga yang sudah diberikan stimulasi
perkembangan anak usia sekolah dengan tindakan keperawatan terapi kelompok
terapeutik dan psikoedukasi keluarga, kemampuan ibu mengalami peningkatan
dalam hal mengenal pertumbuhan dan pekembangan anak, membantu anak untuk
bersosialisasi dengan yang lain, menstimulasi dalam perkembangan ( delapan
aspek kemampuan), memotivasi klien untuk mengambil keputusan,
memodifikasi lingkungan ( bukan berarti bahwa melakukan terapi kelompok
terapeutik harus menggunakan alat yang mahal tetapi bisa dimodifikasi dengan
alat yang memang ada di wilayah tersebut dan mudah didapatkan, contohnya
mencari sumber bunyi gunakan piring dengan sendok sehingga bunyi tersebut
akan menstimulasi pada anak bayi), memanfaatkan sumber informasi disekitar
anak untuk memberikan role model dan menggunakan pelayanan kesehatan.

4.3.3 Kemampuan Kader


Bayi sehat berada di masyarakat atau komunitas, dalam pelaksanaan untuk
meningkatkan perkembangan usia bayinya tidak mungin dapat berjalan sendiri
tetapi perlu adanya kerjasama antara masyarakat dengan tenaga kesehatan dalam
hal ini adalah Puskesmas, dalam pelaksanannya petugas Puskesmas belum
optimal untuk dapat mengerjakan sendiri, sehingga diperlukan yang berada
dimasyarakat dalam membantu program tersebut, untuk dapat terlaksananya
program tersebut sehingga adanya kader, pengembangan dalam jiwa komunitas
terbentuklah kader kesehatan jiwa.

Kader kesehatan jiwa dipilih oleh masyarakat, dalam upaya peningkatan


kesehatan anak usia bayi maka kader dilatih untuk menggerakan keluarga dalam
penyuluhan kesehatan, mengikuti penyuluhan kesehatan dan melakulan
kunjungan rumuh. Pada kesempatan ini kader kesehatan jiwa setelah diberikan
pelatihan dan mengikuti proses terapi kelompok terapeutik hasil akhir bahwa
kader kesehatan jiwa di RW 03 dan RW 11 mengalami peningkatan dalam hal
deteksi dini, menggerakkan keluarga sehat untuk ikut penyuluhan dan terapi
kelompok terapeutik pada anak usia bayi, melakukan kunjungan rumah serta
mendokumentasikan kegiatan terapi kelompok terapeutik. Untuk menilainya
peningkatan kunjungan rumah dan dokumentasi kegiatan terapi kelompok
terapeutik seharusnya mengacu pada format yang sudah di sepekati di CMHN,
karena hal ini belum ada, sehingga penulis membuat sendiri. Upaya yang sudah
di lakukan diharapkan dapat dikembangkan dan di evaluasi oleh Puseksmas.
Berbagai dukungan bisa didapatkan anak usia bayi dari lingkungan keluarga
( orang tua, saudara) dan lingkungan sekitar tempat tinggal. Jika lingkungan
sekitar anak usia bayi, keluarga mengetahui tentang perubahan-perubahan anak
usia bayi akan lebih mudah untuk memahami masalah-masalah yang terjadi pada
anaknya. Pengetahuan perlu dipahami oleh lingkungan adalah bagaimana cara
menstimulasi tumbuh kembang anak usia bayi, bagai mana cara memotivasi orang
tua anak usia bayi dan menumbuhkan rasa percaya diri. Fase anak usia bayi
adalah masa percaya diri dimana keluarga menjadi model peran bagi anak usia
bayi, sehingga dapat memfasilitasi kebutuhan anak usia bayi dan mampu
melakukan stimulasi perkembangan anak usia bayi dirumah.

Dukungan lainnya yang dapat diberikan pada anak usia bayi dalam membentuk
perkembangan rasa percaya adalah material asset yang dapat mendukung
kegiatan-kegiatan anak usia bayi dalam mengembangkan rasa percaya, yaitu
tempat untuk terlaksananya kegiatan terapi kelompok terapeutik, tetapi hal ini
bukan menjadi kendala, karena ada fasilitas yaitu di posyandu atau di Paud yang
ada diwilayah tersebut dan digunakan dalam pelaksanakan terapi kelompok
terapeutik, . dukungan terhadap anak usia bayi juga berasal dari pelayanan
kesehatan yang didapatkan dalam bentuk asuransi kesehatan, pelayanan kesehatan
terdekat di lingkungannya seperti puskesmas, klinik pengobatan, bidan.

Presepsi yang baik terhadap pelayanan kesehatan dan selalu menggunakan


pelayanan kesehatan jika anak usia bayi mengalami masalah pada dirinya akibat
perubahan-perubahan fisik anak usia bayi akan membatu membentuk
perkembangan dirinya. Jika anak usia bayi terbiasa menggunakan pelayanan
kesehatan dan percaya pada tenaga kesehatan, maka anak usia bayi akan
memperoleh informasi yang benar tentang perubahan-perubahan tubuhnya,
sehingga anak usia bayi dapat mengatasi masalahnya dengan tepat dan benar.
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini menjelaskan simpulan dari penyusunan karya ilmiah akhir serta saran
bagi pihak terkait yang berhubungan dengan praktik klinik keperawatan jiwa di
komunitas .
5.1 Simpulan
Karya ilmiah akhir ini memberikan gambaran tentang tindakan keperawatan
spesialis terapi kelompok terpeutik dan psikoedukasi keluarga pada anak usia bayi
di RW 03 dan RW 11 Kelurahan Tanah Baru Bogor Utara. Simpulan dari kegiatan
yang sudah dilakukan sebagai berikut :
5.1.1 Karekteristik anak usia bayi di RW 03 dan RW 11 Kelurahan Tanah Baru
Bogor Utara, yang mengikuti kegiatan terapi kelompok terapeutik dengan jumlah
20 bayi rata-rata usia 4-6 bulan , didominasi oleh anak perempuan , dengan
jumlah saudara tidak ada ( anak pertama). Karekteristik ibu dengan rata-rata usia
ibu usia produktif (18- 24 tahun), dengan tingkat pendidikan rata-rata SD, dan
penghasilan mayoritas menengah kebawah.
5.1.2 Faktor predisposisi ditemukan pada ibu : pada aspek biologis saat hamil
tidak mempunyai penyakit keturunan, riwayat kesehatan ibu hamil baik, rutin
dalam pemeriksan kehamilan, saat melahirkan lahir dengan normal, BB normal,
tidak ada trouma dalam jalan lahir, pada aspek psikologis yaitu ibu mempunyai
kepribadian terbuka, kehamilan yang diharapkan, saat hamil kadang-kadang
jarang memberikan stimulasi untuk janinnya, saat melahirkan bayi langsung di
lakukan bounding attchmen dan langsung diberi ASI selama 6 bulan, pada aspek
sosialkultural kehamilan yang pertama, rata-rata pendidikan SD, tidak bekerja,
penghasilan menengah ke bawah, dalam rumah tangga selalu ada komunikasi
dengan suami .

5.1.3 Faktor presipitasi pada aspek bilogis berat badan bayi normal, nutrisi
diberikan sesuai usia bayi, immunisasi lengkap, pada aspek psikologis bayi
langsung menangis jika pertemu dengan orang lain, menolak saat akan digendong
dengan orang lain, menangis bila basah, lapar, haus, sakit dan gerah, senag ketika

111 Universitas Indonesia


Peningkatan perkembangan.., Slametiningsih, FIK UI, 2013
112

ibu datang menghampiri, menangis ketika ditinggal oleh ibunya dan memandang
saat diajak bicara, aspek sosialkultural mengajak anak untuk bergaul dan
mengenal dilingkungan setempat.

5.1.3 Tanda dan gejala dari delapan aspek perkembangan anak usia bayi rata-rata
mengalami peningaktan setealah diberikan terapi kelompok terapeutik yaitu
aspek motorik mengalami peningkatan 11,5% , aspek koginitif mengalami
peningkatan menjadi 3%, aspek bahasa mengalami peningkatan menjadi 6% ,
aspek emosi mengalami peningkatan 20% , aspek kepribadian mengalami
peningkatan 47%, aspek moral mengalami peningkatan 55%, aspek spiritual
mengalami peningkatan 29% dan aspek psikososial mengalami peningkatan
peningkatan 49%.

5.1.4 Kemampuan yang dimiliki oleh bayi mengalami pendidikan 10%,


kemampuan keluarga mengalami peningkatan 55%, dan kemampuan kader
mengamai peningkatan 30%. Kesimpulan setelah dilakukan tindakan terapi
kelompok terapeutik dari masing-masing kemampuan bayi, ibu dan kader
mengalami peningkatan.

5.2 Saran

Hasil pelaksanaan tindakan keperawatan terapi kelompok terapeutik terhadap


perkebangan anak usia bayi di RW 03 dan RW 11 Keluarahan Tanah Baru,
sehingga penulis menyarankan untuk :

Bayi
Aspek perkembangan rasa percaya meliputi : motorik, kognitif, bahasa,
kepribadian dan psikososial tetap dipertahankan atau harus dipantau oleh tenaga
kesehatan dan kader kesehatan jiwa agar tetap menjadi sehat dan berkembang,
sedangkan untuk aspek perkembangan spiritual dan kepribadian masih belum
optimal. Hal ini supaya dapat dilanjutkan oleh perawat CMHN yang ada di
Puskesmas Bogor Utara sehingga menjadi lebih meningkat promosi kesehatan
baik promotif dan prventif dalam aspek permbangan anak usia bayi dengan rasa
percaya

Kemampuan bayi rasa percaya 20 bayi sudah mampu mencerminkan rasa percaya,
orang tua (Ibu), kader kesehatnjiwa dan perawat CMHN tetap harus berjalan atau
dilanjutkan keshingga bayi secara dua puluh dalam aspek rasa percaya dapat
tercapai.
Ibu
Ibu di RW 03 dan 11 Kelurahan Tanah Bogor utara, sudah mampu melakukan
stimulasi perkembangan anak usia bayi, hal ini perlu adanya pemantau dari pihak
puskesmas sehingga ibu dapat melaksanakan stimulasi perkelanjutan.

Kader Kesehatan Jiwa


Kader kesehatan jiwa di RW 03 dan 11 terlihat cukup aktif dalam melakukan
terapi kelompok terapeutik, deteksi dini, pengerakan penyuluhan, kunjungan
rumah dan dokumentasi dalam melakukan tindakan secara kelaompoak perlu
dievaluasi yang sudah dilakukan dan diberikan kesempatan kemablai untuk
melakukan terapi keelompok yang kainnya..

Tenaga Kesehatan
Upaya dalam meningkatkan perkembangan anak usia bayi dengan melakukan
stimulasi perkembangan perawatan CMHN dapat bekerjasama dengan lintas
program yaitu bagian gizi, sehingga dalam pelaksanaanya akan terpantau dalam
segi pertumbuhan dan perkembangan anak usia bayi.
Kegiatan yang sudah dilakukan dalam pengembangan CMHN di Bogor Utara
harus dijadikan sebagai Family Folder dan dapat ditindak lanjuti untuk melihat
perkembangan per tingkat usia.
Penerapan pelayanan keperawatan yang bersifat spesialistik melalui program
perencanaan pengembangan tenaga perawat spesialis jiwa untuk komunitas.
Perlu diperhatikan reward terhadap kader kesehatan jiwa , seperti kader
posyandu sehingga merasa dihargai dan aktualisasi meningkat.

Riset Keperawatan

1. Tindaklanjut untuk pengembangan dalam penelitian, perlu diteliti untuk


menilai efektitas terapi kelompok terapeutik terutama untuk menilai tingkat
perkembangan dari segi aspek motorik, koginitif, bahasa , moral, kepribadian,
emosi, spiritual dan psikososial pada anak usia bayi.
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, (2006) Pedoman Pelaksanaan


Stimulasi, Deteksi Dini dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak di
Tingkat Pelayanan Kesehatan Dasar Jakarta : Dep Kes RI

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2008).Riset Kesehatan Dasar 2007.


http://www.litbang.depkes.go.id/Laporan RKD/IndonesiaNasional.pdf,
diperoleh tanggal 27 Mei 21012

Dinas Kesehatan Kota Bogor. (2010).Profil Puskesmas Bogor Timur. Bogor

Einon Dorothy, (2004), Permainan Cerdas Untuk Anak Usia 2-6 Tahun, Jakarta :
Penerbit Erlangga.

Faber,A & Mazlish,E.(2009). Berbicara agar anak mau mendengar dan


mendengar anak agar mau bicara. Edisi 2. Jakarta : IKAPI.

Fortinash, K.M. & Holoday, P.A. (2004). Psychiatric mental health nursing.
Third edition, St. Louis Missouri: Mosby – Year Book Inc.

Friedman, Marilyn M (2010) Buku Ajar keperawatan keluarga : riset, teori dan
praktik ; alih bahasa Achiryani S.Hamid et all. Jakarta : EGC

Friedman. (2003) Family of Nursing : Theory and practice. Cnecticut: Appleton


& Lange.

Gillies, D.A.(1994). Nursing Management : A System Approach. (3rd Edition)


Philadelphia : W.B. Saunders Company.
.

Gunarsa. (2008). Psikologi praktis : Anak, remaja dan keluarga. Edisi 8. Jakarta :
PT BPK Gunung Mulia.

Gowi A, (2011) Efektifitas Terapi Kelompok Terapeutik dan Psikoedukasi


Keluarga pada Anak Usia Sekolah di RW 03 dan RW 11 Kelurahan
Baranagsiang, Bogor Timur. Tidak di publikasikan.

Hartono,A.(2009). Emotional quality parenting cara praktis menjadi orang tua


pelatih emosi.edisi 1. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama

Hasan Maimunah, (2001), Membangun Kreativitas Anak Secara Islami,


Yogyakarta : PT Bintang Cemerlang.

Peningkatan perkembangan.., Slametiningsih, FIK UI, 2013


Hawadi, Akbar Reni, (2001), Psikologi Perkembangan Anak, Jakarta : PT
Gramedia Pustaka Utama.

Hidayat,A.A.(2005).Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 1.Salemba


Medika.Jakarta

Hurlock, E.(2008). Perkembangan anak jilid 1. Edisi 6. Jakarta : Erlangga.


Hitchcock, J.E., Schubert,PE.,and Thomas, S.A.(1999).Community
Health
Nursing : Caring in action. USA: Delmar Publishers.

Ibung D,S.(2008). Panduan praktis bagi orang tua dalam memahami dan
mendampingi anak usia 6-12 tahun. Edisi 1. Jakarta:Flex Media
Komapatindo.

Istiana (2011) Pengaruh Terapi Kelompok Terapeutik Anak Usia Sekolah pada
Anak Orang Tua dan Anak- Guru Terhadap Perkembangan Mental Anak
Usia Sekolah di Kota Depok. Tidak di Publikasikan

Kaplan, H.L., & Saddock, B. J. (1996). Comprensive text book of psychiatry Vol.
1. 6th ed. Baltimore : Williams & Wilkins.

Keliat dan Akemat (2007). Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa, Jakarta:
EGC.

Keliat.B.A, Panjaitan.R.U, Riasmini,M. (2010).Manajemen Keperawatan Jiwa


Komunitas Desa Siaga (Intermediate Course).Jakarta:EGC

Keliat.B.A, Helena.N, Farida.P. (2011) Manajemen keperawatan Psikososial &


Kader Kesehatan Jiwa (Intermediate Course). Jakarta:EGC

Mahfuzh,J.M.(2009). Psikologi Anak dan Remaja Muslim.Pustaka Al-


Kautsar.Jakarta

Mubayidh Makmun.(2007). Kecerdasan dan kesehatan emosional anak. Edisi 2.


Jakarta : Pustaka Al-Kautsar.

Notoatmojo,S.(2003).Pendidikan dan perilaku kesehatan.Jakarta: Rineka Cipta

Notoatmojo, S.(2012) Promosi Kesehatan , Jakarta: Rineka Cipta

Restiana (2010) Pengaruh terapi kelompok terapeutik pada anak usia Bayi di
Kelurahan Tasikmalaya Jawa Barat Bogor tahun 2010. Tidak di
publikasikan.

Nurdin ( 2011) Tumbuh Kembanga Perilaku Manusia, Jakarta CGC Nurjanah.

(2008). Mengembangkan kecerdasan emosi pada anak. Gifted Review


jurnal keberbakatan dan kreatifitas, 02(01), 13-19.

Universitas Indonesia
Peningkatan perkembangan.., Slametiningsih, FIK UI, 2013
Olivia,F. (2002). Mendampingi anak belajar. Bebaskan anak dari stress dan
depresi belajar. Jakarta : Media Komputindo.

Green, .(1991). Health Promotion in Nursing Practice. Edisi 3. Appleton &


Lange : Michigan.

Potter, P.A. & Perry,A.G. (2005). Fundamental of nursing : concept, process,


and practice, Philadelphia : Mosby Years Book Inc.

Ramadhani,S.(2008). The art of positive communicating, mengasah potensi dan


kepribadian positif pada anak melalui komunikasi positif. Edisi 1.
Yogyakarta: Book Marks.

Soetjiningsih, (2012), Tumbuh Kembang Anak, Jakarta : Penerbit EGC.

Santrock, J.W. (2007). Adolescence chapter 1. 11th Ed. Dalas : McGraw-Hill


Companies Inc.

Santrock, J.W. (2007). Adolescence chapter 2. 11th Ed. Dalas : McGraw-Hill


Companies Inc.

Stuart,G.W & Laraia, M.T (2005). Principles and Practice of psychiatric nursing.
(8th edition). St Louis: Mosby

Stuart,G.W (2009). Principles and Practice of psychiatric nursing. St Louis:


Mosby

Sunarto ( 2011). Pengaruh Terapi Kelompok Terapeutik Anak Sekolah pada


Anak, Orangtua, Guru, terhadap Perkembangan Mental Anak di
Kelurahan Pancoranmas dan Depok Jaya. Tidak di Publikasikan

Townsend&Mary (2009). Psychiatric Mental Health Nursing. (6th Ed.).


Philadelphia: F.A. Davis Company

Tomay & Alligood (2006) Nursing Theory : utilization & application. St.Louis
Missouri : Mosby Inc.

Turkington, D & Kingdon, G.(2002). The case study guide to cognitive


behaviour therapy of psychosis , England : john wiley & sons, ltd

Walter (2010) Pengaruh Terapi Kelompok Terapeutik Terhadap


Perkembangan Industri Anak Usia Sekolah di Panti Sosial Asuhan
Anak Kota Bandung. Tidak di Publikasikan

Wong, D.L, et all (2009) Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. EGC: Jakarta

Universitas Indonesia
Peningkatan perkembangan.., Slametiningsih, FIK UI, 2013
Willis,L & Daisley,J.(1995). The assertiveness trainer,A practical handbook on
assertiveness for trainer and running assertiveness course. 3th edition.
USA : Mc.Grow Hill Book Comapany.

WHO (2003) Adolescence Mental Health Promotion. New Delhi : South East
Asia Regional Office of the World Health Organization

Yosep,I. (2007). Keperawatan jiwa. Cetakan pertama. Bandung: PT Refika


Aditama.
Yusuf, S (2009) Psikologi Perkembangan anak dan remaja. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.

Universitas Indonesia
Peningkatan perkembangan.., Slametiningsih, FIK UI, 2013

Anda mungkin juga menyukai