Anda di halaman 1dari 43

SEMINAR TREND ISSUE KEPERAWATAN

TERAPI PIJAT BAYI DALAM MENINGKATKAN BERAT BADAN


PADA BAYI
RSUD PASIRIAN LUMAJANG

DITUJUKAN UNTUK MEMENUHI TUGAS TREND ISSUE


KEPERAWATAN
STASE KEPERAWATAN NEONATAL

Oleh :
Kelompok Stase Anak
1 Aliatur Rofiah 14901. 07. 20011
2 Dedi Saputra 14901. 07. 20012
3 Husnul Khotimah 14901. 07. 20013
4 Luluk Wahyuni 14901. 07. 20039
5 Nindi Indah S 14901. 07. 20045
6 Musthafa 14901. 07. 20049
7 Rofiqotus Sa’adah 17021. 09. 21049
8 Wulandari Suciwati 17021. 09. 21052

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES HAFSHAWATY PESANTREN ZAINUL HASAN
GENGGONG PROBOLINGGO
1
PERIODE 2020-2021

2
HALAMAN PENGESAHAN
SEMINAR TREND ISSUE KEPERAWATAN

Terapi Pijat Bayi Dalam Meningkatkan Berat Badan Pada Bayi


RSUD PASIRIAN LUMAJANG

Untuk Memenuhi Persyaratan


Tugas Praktik Keperawatan ANAK

Oleh:
Mahasiswa Kelompok Stase ANAK
Telah disahkan pada
Hari :
Tanggal :
Dan dinyatakan sah oleh :

Lumajang, November 2021


Ketua Kelompok Stase Gawat Darurat

( Dedi Saputra, S. Kep. )


NIM. 14901.07. 20039

Pembimbing Ruangan, Pembimbing Akademik,

Devi Oktaviani S.Kep.,Ns Ns. Rizka Yunita, S. Kep., M. Kep.

3
KATA PENGANTAR

Puji syukur yang dalam kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena berkat rahmat-Nyalah tugas ini dapat kami selesaikan sesuai dengan
waktu yang telah ditentukan. Dalam trend issue keperawatan ini, kami membahas
mengenai “Terapi Pijat Bayi Dalam Meningkatkan Berat Badan Pada Bayi”.
Tugas ini dibuat untuk memenuhi tugas Seminar Trend Issue
Keperawatan di RSUD PASIRIAN LUMAJANG. Dalam proses penyusunan
tugas ini, tentunya kami mendapatkan bimbingan, arahan, koreksi, dan saran.
Untuk itu rasa terima kasih yang dalam kami kepada yang terhormat :
1. Direktur Rumah Sakit RSUD PASIRIAN LUMAJANG yang telah memberikan
kesempatan untuk menerapkan praktek ilmu keperawatan.
2. Yuyun S. Kep., Ns. selaku Kepala Ruang sekaligus Pembimbing Ruang
Saphire yang telah banyak meluangkan waktunya untuk memberikan
bimbingan dan arahan demi terselesainya tugas Seminar Trend Issue
Keperawatan ini
3. Rizka Yunita S.Kep., Ns., M.Kep., selaku Pembimbing Akademik Stase
Anak yang telah banyak meluangkan waktunya untuk memberikan
bimbingan dan arahan demi terselesainya tugas Seminar Trend Issue
Keperawatan ini.
4. Rekan-rekan Profesi Ners yang telah banyak memberikan masukan dalam
penyusunan tugas Trend Issue Keperawatan ini.
Kami menyadari bahwa sebagai manusia biasa tidak luput dari kesalahan
dan kekurangan maka dari itu tugas Seminar Trend Issue Keperawatan ini,
tentunya jauh dari kata sempurna. Kami juga sangat mengaharapkan kritikan dan
saran dari para pembaca sehingga kami dapat memperbaiki kesalahan-kesalahan
dalam penyusunan Seminar Trend Issue Keperawatan selanjutnya.

Lumajang, November 2021

Mahasiswa Kelompok Stase Neonatalogi

4
DAFTAR ISI

HALAMAN DEPAN..............................................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN...................................................................................................ii
KATA PENGANTAR..........................................................................................................iii
DAFTAR ISI.........................................................................................................................iv
BAB I : PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.................................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................................
1.3 Tujuan...............................................................................................................................
1.4 Manfaat.............................................................................................................................

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Konsep Pijat Pada Bayi.................................................................................................
2.1.1 Definisi................................................................................................................
2.1.2 Tujuan.................................................................................................................
2.1.3 Manfaat..............................................................................................................
2.1.4 Faktor-Faktor....................................................................................................
2.1.5 Modul stimulasi pijat bayi................................................................................
2.1.6 Indikator Penilaian...........................................................................................
2.2 Konsep Pengetahuan....................................................................................................
2.2.1 Definisi...............................................................................................................
2.2.2 Tingkat Pengetahuan........................................................................................
2.2.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi.................................................................
2.3 Konsep Perawat............................................................................................................
2.3.1 Definisi...............................................................................................................
2.3.2 Fungsi.................................................................................................................

BAB 3 : TINJAUAN KASUS


3.1 Hasil Tinjaun Kasus.......................................................................................................

BAB 4 : PENUTUP
4.1 Kesimpulan....................................................................................................................
4.2 Saran..............................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................

LAMPIRAN JURNAL

5
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Anak merupakan individu yang memiliki fase tumbuh kembang yang
berkelanjutan. Pertumbuhan merupakan fase bertambahan fisik yang dapat diukur
seperti berat badan, tinggi badan, serta lingkar kepala. Sementara untuk perkembangan
merupakan berkembangnya fungsi otak seperti kemapuan motoric, sensorik, kognitif,
serta psikososial (Ahmad, 2019).
Periode pertumbuhan dan perkembangan juga dipengaruhi selama masa
kehamilan. Periode ini dapat dikatakan sebagai salah satu periode paling rentan dalam
siklus kehidupan manusia. Sehingga pada anak khususnya bayi baru lahir hal ini akan
sangat berdampak. Jika selama kehamilan terdapat suatu keabnormalan pada periode
ini, hal itu akan mengakibatkan dampak buruk pada bayi baru lahir (Lacy, 2021)
Berat badan lahir rendah (BBLR) merupakan kondisi dimana bayi lahir dengan
berat badan kurang dari 2500 gram. Menurut World Health Organisation (WHO) pada
tahun 2018 kejadian BBLR di dunia mencapai 15,5%. Menurut Survey Demografi
Kesehatan Kesehatan Indonesia 2017 angka terjadinya BBLR di Indonesia mencapai
6,2%. Sedangkan menurut Badan Pusat Statistik Jawa Timur jumlah bayi lahir dengan
BBLR pada 2019 adalah 21.544 bayi dan di di Kabupaten Lumajang sebanyak 733
bayi.
Terjadinya BBLR dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu faktor ibu, bayi, dan
plasenta. Faktor ibu sangat berperan dalam kejadian BBLR. Sebanyak 65%
dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan ibu, usia ibu saat hamil, jarak antara
kehamilan sebelumnya dan saat ini, jumlah frekuensi pemeriksaan kehamilan, adanya
penyakit kronis. Asupan gizi yang tidak mencukupi dan aktivitas ibu yang sangat
padat dapat memicu stres sehingga berdampak pada kejadian BBLR. Riwayat ibu yang
melahirkan bayi prematur berisiko melahirkan bayi prematur pada kehamilan
berikutnya.5 Wanita yang hamil pada usia kurang dari 20 tahun, risiko prematuritas
sangat tinggi. Faktor lain yang mempengaruhi adalah kondisi geografis daerah, sosial
ekonomi, dan budaya (Lestari dkk, 2021).
Pijat bayi merupakan rangsangan taktil yang dapat merangsang otot, tulang, dan
sistem organ agar dapat berfungsi secara optimal.7 Menurut Health and Bainbridge,
pijat bayi akan merangsang saraf vagus. Saraf ini akan meningkatkan kapasitas kerja

6
peristaltik usus sehingga pengosongan lambung akan lebih cepat dan bayi akan mudah
merasa lapar.8 Selain itu, pijat bayi juga dapat meningkatkan sirkulasi darah dan
meningkatkan metabolisme tubuh, sehingga dapat meningkatkan berat badan bayi
(Lestari dkk, 2021).
Berdasarkan latar belakang di atas, menunjukkan bahwa pijat dapat menjadi
salah satu rujukan penatalaksanaan pada bayi baru lahir untuk meningkat berat badan.
Maka dari itu, mahasiswa sangat tertarik untuk melakukan analisa pada terapi pijat
bayi dengan pertambahan berat badan bayi.

1.2 RUMUSAN MASALAH


. Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka mahasiswa melakukan analisa pada
“terapi pijat bayi dengan pertambahan berat badan bayi?”

1.3 TUJUAN
1.3.1 Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh Terapi Pijat Bayi Dengan
Pertambahan Berat Badan Bayi.

1.3.2 Tujuan Khusus


1. Memahami tentang terapi pijat bayi dengan pertambahan berat badan
bayi.
2. Memahami cara pijat bayi

1.4 MANFAAT
1.4.1 Bagi Peneliti
Hasil peneliti ini dapat meningkatkan pengetahuan dan kemampuan
peneliti tentang terapi pijat dalam meningkatkan berat badan bayi baru lahir
1.4.2 Bagi Responden
Manfaat bagi responden yaitu meningkatkan Pengetahuan dan Skill terapi
pijat dalam meningkatkan berat badan bayi baru lahir
1.4.3 Bagi Rumah Sakit
Sebagai intervensi terbaru bagi Rumah Sakit dalam meningkatkan
Pengetahuan dan Skill Perawat terapi pijat dalam meningkatkan berat badan bayi baru
lahir
1.4.4 Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai referensi terbaru bagi institusi pendidikan dalam melakukan
penelitian Pengetahuan dan Skill Perawat dalam melakukan terapi pijat dalam
meningkatkan berat badan bayi

7
BAB 2
TINJAUAN TEORI
2.1 KONSEP PIJAT PADA BAYI
2.1.1 Definisi
Pijat bayi adalah seni merawat bayi dengan terapi sentuhan dan teknik
tertentu sehingga bermanfaat untuk perawatan dan kesehatan mulai dari
kaki, perut, dada, tangan, wajah, dan punggung (Ayuda Nia Agustina, Ely
Kinasih. 2020).
Pertumbuhan pertambahan berat badan bayi yang terjadi pada pijat
bayi akan mampu meningkatkan berat badan bayi sehingga tidak
mengganggu tumbuh kembang anak di kemudian hari. Pertambahan berat
badan bayi dalam penelitian ini sudah sesuai dengan yang disajikan dalam
literatur yaitu untuk BBLR 20-30 gram/hari dan 10-15 gram/hari untuk bayi
dengan berat badan normal (Ayuda Nia Agustina, Ely Kinasih. 2020).
Pijat bayi secara teratur bermanfaat untuk menjaga kesehatan bayi.
Apalagi pijat bayi murah, mudah dan umum dilakukan di Indonesia,
sehingga bukan sesuatu yang baru di budaya kita (Ayuda Nia Agustina, Ely
Kinasih. 2020).
pijat bayi yaitu dapat memberikan efek relaksasi, merangsang
perkembangan panca indera bayi, meningkatkan pertumbuhan dan
perkembangan bayi serta dapat menambah berat badan bayi. Pijat bayi ini
juga berpengaruh pada peningkatan aktivitas sistem saraf vagal dan
motilitas (gerakan) perut yang menyebabkan penyerapan nutrisi menjadi
lebih efisien dan berat badan meningkat.
Pijat bayi merupakan rangsangan taktil yang dapat merangsang otot,
tulang, dan sistem organ agar dapat berfungsi secara optimal. Menurut
Health and Bainbridge, pijat bayi akan merangsang saraf vagus. Saraf ini
akan meningkatkan kapasitas kerja peristaltik usus sehingga pengosongan
lambung akan lebih cepat dan bayi akan mudah merasa lapar. Selain itu,
pijat bayi juga dapat meningkatkan sirkulasi darah dan meningkatkan
metabolisme tubuh, sehingga dapat meningkatkan berat badan bayi
(Kurniati Puji Lestari, Firdha Rahma Nurbadlina, Wagiyo, Muhammad
Jauhar. 2021).

8
2.1.2 Tujuan
Masalah tumbuh kembang bayi sudah dimulai sejak usia dini. Oleh
karena itu, diperlukan upaya tujuannya untuk mengurangi gangguan
pertumbuhan atau meningkatkan persentase pertambahan berat badan. Hal
ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian pijat bayi terhadap
berat badan bayi selama bayi dirawat di rumah sakit.

2.1.3 Manfaat
Salah satu hasil penelitian menyebutkan bahwa manfaat pijat bayi
memiliki efek biokimia dan efek fisik atau klinis pada tubuh bayi. Untuk
bayi dapat mengembangkan komunikasi, mengurangi stres atau tekanan dan
mengurangi gangguan rasa sakit atau mengurangi rasa sakit. Ibu dapat
meningkatkan produksi ASI, memahami isyarat bayi, meningkatkan rasa
percaya diri dan memahami kebutuhan bayi (Ayuda Nia Agustina, Ely
Kinasih. 2020).
Selain itu, manfaat pijat bayi secara umum dapat meningkatkan daya
tahan tubuh, memperlancar peredaran darah dan pernafasan, merangsang
fungsi pencernaan dan ekskresi, menambah berat badan, mengurangi stres
dan ketegangan, meningkatkan kewaspadaan, membuat tidur lebih nyenyak,
mengurangi rasa sakit (seperti seperti perut kembung dan sakit perut),
meningkatkan hubungan batin antara orang tua dan bayi, dan meningkatkan
produksi ASI. Dan salah satu hasil penelitian menyebutkan bahwa bayi yang
dipijat secara teratur sejak lahir seringkali mengalami kenaikan berat badan
lebih cepat dari yang lain, menurutnya mungkin karena pijat merangsang
produksi hormon pertumbuhan (Ayuda Nia Agustina, Ely Kinasih. 2020).
Pemberian pijat bayi juga mengurangi tingkat stres bayi karena
intensitas sentuhan bayi dengan orang tuanya, dan menyimpulkan bahwa
pijat bayi telah banyak manfaat untuk bayi yaitu dapat menambah berat
badan bayi, tumbuh kembang bayi, daya tahan bayi, konsentrasi bayi,
membuat tidur bayi lebih nyenyak dan mempererat ikatan kasih sayang
antara orang tua dan anak.
Pijat bayi memiliki banyak manfaat bagi bayi, yaitu meningkatkan
berat badan bayi, pertumbuhan, kekebalan, konsentrasi, dan membuat
mereka tidur lebih nyenyak serta memperkuat ikatan kasih sayang antara

9
orang tua dan anak (Kurniati Puji Lestari, Firdha Rahma Nurbadlina,
Wagiyo, Muhammad Jauhar. 2021).
2.1.4 Pengaruh Pijat Pada Bayi
Terdapat dua aspek dalam tubuh bayi yang terpengaruh saat dilakukan
pemijatan, yaitu (Ayuda Nia Agustina, Ely Kinasih. 2020):
1). Aspek emosional
Adalah menanamkan rasa percaya diri, kebebasan dan keamanan,
serta keseimbangan, menanamkan rasa saling percaya antara orang tua
dan anak, menurunkan hormon kortisol (stressor) dalam aliran darah atau
menjaga stabilitas selama pemijatan, merangsang produksi hormon
endokrin (pereda nyeri) sehingga membuat bayi merasa nyaman,
menjaga kedekatan antara orang tua dan bayi melalui kontak fisik, seperti
kontak mata, ciuman, belaian lembut, gosokan, dan berbicara dengannya;
2). Aspek fisik
Yang meliputi kelancaran pencernaan dan pembuangan sehingga bayi
terstimulasi untuk menyusui dengan baik, menghindari sembelit, kolik
dan diare, meningkatkan tumbuh kembang bayi, meningkatkan hormon
pertumbuhan di produksi oleh keluenjar pituitari, meningkatkan aliran
darah dalam tubuh sehingga timbul rasa hangat pada tangan dan kaki,
melemaskan otot dan melenturkan persendian terutama saat bayi
meregangkan tubuh untuk memulai lebih banyak gerakan fisik,
membantu mengeluarkan sel-sel mati dan membuang racun tubuh
melalui kulit, melancarkan pernapasan seperti: mengurangi lendir,
mengatasi batuk, flu, infeksi telinga, dan gangguan hidung.

2.1.5 Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Berat Badan Bayi


Faktor lain yang mempengaruhi kenaikan berat badan bayi, seperti :
1. Faktor keturunan/genetik
2. Jenis kelamin,
3. Faktor asupan dan
4. Faktor lingkungan (prenatal) dan
5. Lingkungan, faktor pascanatal)
6. Faktor postnatal
Juga dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti nutrisi, lingkungan fisik

10
dan kimia, faktor psikologis, faktor penyakit kronis/ kelainan bawaan,
endokrin, faktor sosial ekonomi, faktor lingkungan, faktor stimulasi.
Namun, Pemberian perawatan pijat bayi pada bayi dinilai sangat efektif
dalam meningkatkan berat badan (Ayuda Nia Agustina, Ely Kinasih. 2020).

2.1.6 Modul Stimulasi Pijat Bayi


1. Manfaat stimulasi pijat bayi
Proses pertumbuhan dan perkembangan anak melalui fase-fase yang terinci,
mulai dari saat mereka lahir. Sensitivitas suatu organ dalam fase pertumbuhan cepat
terhadap pengaruh luar/lingkungan/ekosistem, menunjang maupun menghambat
merupakan dasar biologis dari konsep periode kritis dimana anak dapat tumbuh dan
berkembang optimal sesuai dengan potensinya (Vitrianingsih dkk., 2019). Usia 0-3
tahun adalah usia periode kritis dan plastisitas yang tinggi dalam proses tumbuh
kembang dan disebut periode zero to three (bawah tiga tahun) atau golden period
(kesempatan emas) untuk meningkatkan kemampuannya. Karakteristik periode kritis
dan plastisitas adalah pertumbuhan sel otak cepat, berlangsung dalam waktu yang
singkat, peka terhadap stimulus dan pengalaman, fleksibel dalam mengambil alih
fungsi sel disekitarnya dengan membentuk sinaps-sinaps serta sangat mempengaruhi
periode tumbuh kembang selanjutnya. Makan pada periode ini harus mendapat
perhatian yang serius dalam arti tidak hanya mendapat nutrisi yang memadai tetapi
juga stimulasi dan intervensi dini untuk membantu meningkatkan potensi dengan
memperoleh pengalaman yang sesuai tuntutan perkembanganya (Amal Ahmed
Mobarak and Nahed Thabet Mohamed., 2018).
2. Manfaat Pijat
Pemijatan yang dilakukan dengan benar dan teratur akan sangat besar
manfaatnya. Beberapa manfaat stimulasi pijat menurut Setiawandari (2019) yang bisa
diperoleh untuk anak dan orang tua :
a. Aspek Kesehatan
1) Meningkatkan daya tahan tubuh
2) Merangsang saraf vagus
3) Meningkatkan produksi ASI
4) Mengatasi sakit perut (kolik)
5) Mengatasi asma
6) Mengurangi komplikasi

11
7) Mempercepat proses myelinisasi
8) Meningkatkan kualitas tidur
9) Meningkatkan kekebalan tubuh pada bayi dengan ibu HIV positif
b. Aspek Psikologis
1) Memberikan rasa nyaman
2) Membina ikatan kasing sayang orang tua dan anak (bonding)
c. Aspek Tumbuh dan Perkembangan
3. Fisiologi Pijat
a. Sistem Peredaran Darah
Pijatan berpengaruh pada sistem peredaran darah arteri maupun darah vena
dengan meningkatkan aliran darah dalam jangka waktu pendek maupun jangka
panjang. Pijatan dengan tekanan ± 1-2 mm akan menambah aliran darah sampai
85% dan meningkatkan aliran darah limfe serta memberikan tekanan pada
pembuluh darah vena sehingga darah akan kembali ke jantung kemudian diikuti
adanya efek kosong yang akan ada hubungannya dengan pembuluh darah arteri.
Apabila pijatan terlalu halus tidak akan ada manfaatnya. Efek pemijatan dalam
jangka pendek akan menimbulkan rasa segar karen akan mendapat oksigen lebih
banyak dan berbagai macam nutrien, hormon serta lainnya. Disamping itu juga
akan terjadi pembersihan tempat yang dipijat dari zat racun. Keadaan ini akan
memberikan rasa nyaman, santai dan segar pada seluruh tubuh. Sedangkan efek
jangka panjang pada sistem peredaran darah adalah meningkatkan tonus dan
regangan pembuluh darah itu sendiri (Amal Ahmed Mobarak and Nahed Thabet
Mohamed., 2018).
b. Sistem Limfatik
Sistem limfatik mempunyai tekanan lebih rendah dan lebih lambat
alirannya dibanding darah serta tidak kontraktil, artinya kerja sistem tergantung
gaya gravitasi, gerakan otot, sendi serta tekanan dari luar. Pemijatan dapat
memacu kelenjar limfe dalam meningkatkan pembentukan limfosit sehingga
aliran limfe menjadi lancar dan meningkatkan sistem kekebalan yang dapat
membantu mencegah infeksi dari penyakit (Amal Ahmed Mobarak and Nahed
Thabet Mohamed., 2018).

12
c. Sistem Integumen/ kulit
Kulit terdiri dari 2 bagian: epidermis dan dermis. Pada bagian dermis
banyak pembuluh darah, pembuluh limfe dan ujung-ujung saraf yang akan
berpengaruh pada saat pemijatan. Pijat akan memberikan rasa nyaman karena
kulit banyak dipenuhi reseptor sakit, tekanan dan gerakan. Rangsangan pada
reseptor akan menyebabkan perubahan reaksi reflek seperti pelebaran pembuluh
darah, relaksasi otot dan pori-pori akan terbuka. Pijat akan membawa panas ke
permukaan kulit dan membuka pori-pori serta mengeluarkan keringat yang akan
membuang racun dan sampah tubuh (Amal Ahmed Mobarak and Nahed Thabet
Mohamed., 2018).
d. Sistem Otot
Pada saat latihan posisi otot hanya memanjang, selama pijat posisi otot
ditarik kearah samping dan memanjang. Keadaan ini akan meningkatkan
mikrosirkulasi yang dapat menyembuhkan ketegangan otot dan menguraikan
perlengketan jaringan sehingga akan mencegah jaringan perut. Selain itu dengan
pijat dapat mengeluarkan racun seperti asam laktat yang menyebabkan kelesuan.
Dengan meningkatnya fleksibilitas dan integritas dari jaringan, pijat dapat
menyembuhkan kram serta dapat menguraikan ketegangan postur (Amal Ahmed
Mobarak and Nahed Thabet Mohamed., 2018).
e. Sistem Saraf
Sistem saraf tubuh manusia terdiri dari dua bagian yaitu: sistem saraf pusat
(terdiri dari otak dan tulang belakang) dan sistem saraf perifer. Pijat
mempengaruhi sistem saraf dari tepi sampai pusat. Tekanan pada reseptor saraf
di kulit akan menyebabkan pelebaran vena, arteri dan kepiler sehingga akan
menghambat penyempitan, melemaskan ketegangan otot, melambatkan detak
jantung dan meningkatkan gerakan usus di saluran cerna.
Berdasarkan hasil penelitian Amal Ahmed Mobarak and Nahed Thabet Mohamed
(2018), pijat juga memberi dampak pemacuan saraf nervus vagus (saraf otak ke-10) yang
berhubungan dengan sistim perut besar dan merangsang pengeluaran hormon penyerapan
gastrin dan insulin, dimana kedua hormon tersebut akan meningkatkan absorbsi makanan
menjadi lebih baik, sehingga bayi akan merasa cepat lapar dan akan menyusui lebih aktif
serta sering. Hal ini akan merangsang peningkatan sekresi hormon prolaktin dan oksitosin
ibu yang berakibat ASI akan semakin banyak diproduksi.

13
Pemijatan memberikan rangsangan pada saraf vasodilator, sehingga ketegangan otot
akan sembuh dengan adanya respon relaksasi. Pada bayi sehat yang mendapat pemijatan
menunjukkan peningkatan jam tidur sehingga dapat meningkatkan kesiagaan (alertness)
atau kosentrasi (Amal Ahmed Mobarak and Nahed Thabet Mohamed., 2018).

4. Petunjuk Praktis Dan Persiapan Pemijatan


a. Waktu yang tepat untuk melakukan stimulasi pijat
Waktu yang tepat untuk melakukan stimulasi pijat pada bayi menurut
Setiawandari (2019):
1) Kapanpun saat orang tua ingin memulai dalam waktu 2 kali dalam 1 minggu
2) Pagi hari
Pemijatan dapat dilakukan pagi hari sebelum mandi, sebab sisa-sisa minyak
pijat akan lebih mudah dibersihkan, selain itu pemijatan pada pagi hari
memberikan nuansa ceria bagi bayi.
3) Malam hari
Pemijatan malam hari sangatlah baik. Sebab, setelah pemijatan biasanya bayi
akan santai dan mengantuk, hal ini berguna utuk membantu bayi tidur lebih
nyenyak.
5. Perhatian khusus
Perhatian khusus untuk melakukan stimulasi pijat pada bayi menurut Setiawandari
(2019):
a. Jangan memijat bayi saat menyusui
Pemijatan segera setelah makan dapat menyebabkan gangguan pencernaan, bahkan
muntah. Hal ini terjadi karena lambung masih belum siap diguncang dan gerak
peristaltik masih berlangsung untuk mengantar makanan kesaluran pencernaan
b. Tidak membangunkan bayi hanya untuk dipijat
c. Jangan memijat saat bayi sakit, kecuali untuk teknik memijat sebagai terapi.
d. Jangan memijat dengan paksa
e. Tidak memaksakan posisi pijatan tertentu saat pemijatan
f. Jangan memijat bayi dengan minyak jika kulitnya terkena eksim karena akan
memperburuk keadaan kulitnya
g. Jika bayi baru di imunisasi, tunggu hingga 48 jam untuk melihat apakah ada efek
samping. Hindari daerah yang baru diinjeksi
h. Hindari daerah yang memar, bengkak, meradang, atau sensitif akut

14
6. Tips
Tips untuk melakukan stimulasi pijat pada bayi menurut Setiawandari (2019):
a. Lakukan kontak mata dengan bayi
b. Bicaralah atau nyanyikan lagu atau putarkan musik lembut agar lebih rileks
c. Mulai dengan sentuhan ringan dan perlahan tingkatkan tekanan pijatan saat bayi
merasa nyaman
d. Perhatikan isyarat bayi (menangis, mengantuk, kehausan atau rewel)
e. Gunakan minyak agar lebih memudahkan dan tidak melukai kulit bayi
f. Mandikan atau seka badan anak setelah pemijatan dengan air hangat. Jika pemijatan
dilakukan pada malam hari, bayi cukup diseka
g. Jauhkan minyak dari mata bayi
7. Persiapan pemijatan
Persiapan pemijatan untuk melakukan stimulasi pijat pada bayi menurut Setiawandari
(2019):
a. Ruangan hangat dan tidak berangin
b. Sediakan waktu yang cukup
c. Usahakan pada posisi yang nyaman dan santai (untuk ibu dan bayi)
d. Alas yang rata dan lembut
e. Sediakan handuk, baju ganti, dan lotion/ baby oil
f. Kuku pendek dan tidak memakai perhiasan di jari tangan
g. Tangan bersih, cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan pemijatan
h. Bila bayi masih di rumah sakit, pemijatan dilakukan didalam inkubator atau dibawah
penghangat khusus (infant warmer)
8. Siapa Yang Memijat
Pijat bayi menjadi sangat berarti dan bermanfaat apabila dilakukan oleh :
a. Ibu
Ibu adalah orang paling dekat dengan si bayi, oleh karenanya ibu harus menjadi orang
pertama yang mempelopori pemijatan terhadap bayi. Ikatan kasih sayang (bonding)
antara ibu dan anaknya sangat penting untuk diteruskan melalui aktivitas memijat
yang ditujukan untuk meningkatkan kesehatan anaknya. Pijatan ibu kepada anaknya
adalah sapuan lembut yang ditujukan untuk kesehatan pengikat jalinan kasih sayang.
Kulit ibu adalah kulit yang paling awal dikenali oleh anak.
b. Ayah

15
Pijat adalah bentuk upaya untuk pemeliharaan kesehatan yang biasanya sangat
disenangi para ayah. Dengan melakukan pemijatan akan terbuka kesempatan bagi
seorang ayah untuk menjalin kontak batin dengan anaknya.

16
c. Kakek atau nenek
Kegiatan pijat bayi yang dilakukan oleh nenek atau kakek memberikan keuntungan
antara lain mengurangi ketegangan dan depresi, meningkatkan rasa percaya diri,
denyut nadi menjadi lebih rendah, hidup lebih rileks, dan cara hidup berubah
sehingga kunjungan ke dokter berkurang dan dapat lebih banyak melakukan
hubungan sosial.
9. Cara Pemijatan Sesuai Usia Bayi
a. 0 – 1 bulan, disarankan gerakan yang lebih mendekati usapan-usapan halus.
Sebelum tali pusat lepas sebaiknya tidak dilakukan pemijatan di daerah perut
b. 1 – 3 bulan, disarakan gerakan halus disertai dengan tekanan ringan dalam waktu
yang singkat
c. 3 bulan – 3 tahun. Disarankan seluruh gerakan dilakukan dengan tekanan dan waktu
yang semakin meningkat.
10. Gerakan Dasar Pemijatan
a. Gerakan usapan
Berkhasiat untuk menenangkan anak. Ahli fisioterapi menganjurkan agar usapan
dilakukan sedikit lebih bertenaga dengan usapan mengarah kejantung, terutama pijat
bagian peripheral (lengan, bahu, tangan, kaki, betis, paha). Gerakan usapan
merangsang aliran darah getah bening. Lancarnya aliran darah dan getah bening
menyebabkan metabolisme tubuh bayi lebih baik sehingga membuatnya tenang dan
nyaman (Setiawandari 2019).
b. Gerakan remasan
Gerakan remasan dapat membuat otot bayi menjadi lebih kuat sekaligus melancarkan
peredaran darah. Remasan ini juga ditujukan untuk memperlancar peredaran darah
dan kelenjar. Dengan remasan, otot bayi terlatih untuk berkontraksi dan relaksasi bila
disertai dengan latihan peregangan (Setiawandari 2019).
c. Gerakan kocokan
Gerakan kocokan bermanfaat untuk mengendurkan jaringan otot. Sebab, bayi masih
jarang berlatih dan bergerak seperti orang dewasa. Ketika sekali atau dua kali
bergerak, ototnya akan cepat tegang sehingga perlu dikendurkan kembali
(Setiawandari 2019).
d. Gerakan urut lingkar
Gerakan ini memberikan stimulus pada permukaan jaringan otot dan jaringan otot
yang lebih dalam. Dengan tehnik ini aliran darah akan meningkat dan pembuluh

17
darah akan lebih lebar. Gerakan urut dan lingkar bermanfaat untuk stimulus bagi otot
dan saraf untuk lebih aktif (Setiawandari 2019).
11. Stimulasi Pijat Pada Bayi
Stimulasi pijat pada bayi cukup bulan dan batita, dilakukan selama 15 menit.
Gerakan boleh dilakukan tidak berurutan dan dapat dihentikan sebelum semua
rangkaian selesai jika bayi/ batita tidak menghendaki. Tiap gerakan dilakukan 6 kali
(Setiawandari 2019).
1) PIJATAN KAKI
MILKING
MILKING INDIA
Memegang tungkai bayi dengan ke-2 telapak
tangan seperti memegang pemukul softbol
(tangan kanan menggenggam tungkai atas,
tangan kiri menggenggam tungkai bawah).
Sambil menggenggam tungkai bayi, kedua
tangan digerakkan di pangkal paha ke tumit
seperti memerah.

MILKING SWEDIA
Melakukan gerakan kebalikannya dengan
cara satu tangan memegang pergelangan
kaki yang lain memijat dari pergelangan
kaki ke pangkal paha.

SQUEEZING
Melakukan gerakan menggenggam dan
memutar dari pangkal paha sampai ke ujung
jari kaki.

18
THUMB AFTER THUMB
a. Menekan dengan kedua ibu jari
bergantian mulai dari tumit ke arah
ujung- ujung jari kaki.
b. Menekan tiap-tiap jari kaki
menggunakan dua jari tangan
kemudian ditarik dengan lembut
c. Menekan punggung kaki dengan kedua
ibu jari secara bergantian ke arah ujung
jari.
2) PIJATAN DADA
BUTTERFLY
Mulailah dengan meletakkan kedua telapak
tangan di tengah dada bayi. Menggerakkan
kedua telapak tangan ke atas, kemudian ke
sisi luar tubuh dan kembali ke tengah tanpa
mengangkat tangan seperti membentuk
kupu-kupu.
CROSS
Membuat pijatan menyilang dengan telapak
tangan dari pinggang ke arah bahu dan
sebaliknya. Bergantian kanan dan kiri.

3) PIJATAN PERUT
MENGAYUH
a. Meletakkan talapak tanggan kanan di
bawah tulang iga dan hati.
Menggerakkan telapak tangan kanan
ke bawah dengan tekanan yang lembut
sampai di bawah pusar.

b. Mengulang dengan telapak tangan


kiri

19
secara bergantian beberapa kali.
BULAN-MATAHARI
Membuat pijatan dengan telapak tangan
kanan mulai dari perut atas sebelah kiri ke
kanan searah jarum jam sampai bagian
kanan perut bawah bayi (gerakan bulan).
Dengan tangan kiri lanjutkan gerakan
berputar mulai dari perut bawah sebelah kiri
ke atas mengikuti arah jarum jam
membentuk lingkaran penuh (gerakan
matahari). Gerakan diulang beberapa kali.
I LOVE YOU
I : memijat dengan ujung talapak tangan dari
perut kiri atas lurus ke bawah seperti
membentuk huruf I
LOVE: memijat dengan ujung telapak
tangan mulai dari perut kanan atas ke kiri
kemudian ke bawah membentuk huruf L
terbalik
YOU: memijat dengan ujung telapak tangan
mulai dari perut kanan bawah ke atas
membentuk setengah lingkaran ke arah perut
kiri atas kemudian ke bawah membentuk
huruf U terbalik.
WALKING
Menekan dinding perut dengan ujung-ujung
jari telunjuk tengah, dan jari manis
bergantian berjalan dari sebelah kanan ke
kiri. Mengakhiri pijatan perut dengan
mengangkat kedua kaki bayi kemudian
menekankan perlahan kearah perut.

20
4) PIJATAN TANGAN
MILKING
MILKING INDIA
Memegang lengan bayi dengan ke-2 telapak
tangan seperti memegang pemukul softbol
(tangan kanan menggenggam lengan atas,
tangan kiri memegang lengan bawah) sambil
menggenggam lengan bayi kedua tangan di
gerakkan dari bahu ke pergelangan tangan
seperti memerah (perahan India).

MILKING SWEDIA
Melakukan gerakan kebalikannya dari
pergelangan tangan ke pangkal lengan
(perahan Swedia).

ROLLING
Gunakan ke dua telapak tangan untuk
membuat gerakan seperti menggulung
dimulai dari pangkal lengan menuju
pergelangan tangan.

SQUEEZING
Melakukan gerakan memutar/memeras
dengan lembut dengan kedua tangan dari
pangkal lengan ke pergelangan tangan.

21
THUMB AFTER THUMB
Dengan kedua ibu jari secara bergantian,
pijat seluruh permukaan telapak tangan dan
punggung tangan mulai dari pergelangan
tangan.

SPIRAL
Dengan ibu jari pijat seluruh permukaan
telapak tangan dan punggung tangan mulai
dari pergelangan tangan dengan gerakan
memutar.

FINGER SHAKE
Akhiri pijatan tangan dengan menggoyang
dan menarik lembut setiap jari tangan bayi.

5) PUNGGUNG
SPIRAL
Dengan tiga jari membuat gerakan
melingkar kecil di sepanjang otot punggung
dari bahu sampai pantat sebelah kiri dan
kanan.
Akhiri pijatan punggung dengan membuat
beberapa kali belaian memanjang dengan
ujung-ujung jari dari leher menuju pantat.

22
6) WAJAH
CARES LOVE
Menggunakan ± seperempat ujung telapak
tangan menekan pada kening bayi, pelipis,
dan pipi dengan gerakan seperti membuka
buku dari tengah ke samping.

RELAX
Kedua ibu jari memijat daerah diatas alis dari
tengah ke samping

CIRCLE DOWN
Memijat dari pangkal hidung turun sampai
tulang pipi menggunakan ibu jari atau jari
telunjuk dengan gerakan memutar perlahan.

SMILE
Memijat diatas mulut bayi dengan ibu jari
dari tengah ke samping, tarik sehingga ia
tersenyum dilanjutkan dengan memijat
lembut rahang bawah bayi dari tengah
kesamping seolah membuat bayi tersenyum.

23
CUTE
Akhiri pijatan wajah dengan memijat secara
lembut daerah di belakang telinga ke arah
dagu.

7) KEPALA DAN LEHER


Mulailah dengan pijatan lembut di sekeliling
ubun-ubun dengan gerakan memutar
menggunakan ujung-ujung jari. Lanjutkan
selama 1-2 menit.

Usap seluruh kepala dengan gerakan


memutar menggunakan berat telapak tangan
dan jari yang dalam keadaan rileks.
Lanjutkan dengan ringan selama 1-2 menit.

Usap seluruh bagian belakang kepala bayi


menggunakan berat tangan dengan gerakan
memnutar. Lanjutkan sekitar 1 menit.

24
Lanjutkan gerakan ke seluruh bagian kepala
bayi. Usap dari belakang kepala hingga alis
dan seputar ubun-ubun.

Usap leher dan bahu ke arah bawah dan pijat


tengkuknya dengan lembut menggunakan
ujung-ujung jari. Lanjutkan selama 1-2
menit

TEKNIK KRANIOSAKRAL
Tujuan: meredakan rasa sakit dan
ketegangan dan membantu bayi mengurangi
kegelisahan.

Telentangkan bayi secara lembut dengan


ubun-ubun kepala mengarah ke posisi Anda.
Duduklah dibelakang dan selipkan kedua
tangan Anda yang terbuka dan rileks ke
bawah belakang kepala bayi dan biarkan
seperti bantal.
Atur posisi kepala bayi dengan lembut
sehingga ia berada tepat di tengah, dagunya
menempel santai ke dada sehingga
tengkuknya memanjang. Pegang kepala bayi
Anda dalam posisi ini selama sekitar satu
menit.
Begitu bayi merasa nyaman dengan gerakan
ini, minta suami untuk melanjutkan teknik
berikutnya. Ketika Anda memegang lembut
kepala bayi dengan cara yang sama, suami
duduk menghadap Anda dan memegang
kedua kaki bayi. Sambil menempelkan
kedua kaki bayi, tekuk perlahan kedua
lututnya membentuk sudut siku dengan
telapak kaki menghadap suami untuk
memastikan bahwa punggungnya rata.
Lanjutkan sekitar 20 detik.

Teruskan memegang kepala bayi, sementara


suami menggoyang lembut tungkai bayi,
kemudian membelainya turun dari pinggul
hingga ujung kaki. Minta suami bicara,
menyanyi, dan mencium sang buah hati agar
ia merasa dilibatkan ketika melakukan
gerakan ini. Lanjutkan sekitar 20 detik.

B. STIMULASI PIJAT BAYI KURANG BULAN (PREMATUR)


Stimulasi pijat pada bayi kurang bulan dilakukan jika bayi dalam kondisi stabil dan
lamanya 15 menit. Pemijatan dilakukan dalam 3 rangkaian rangsangan (Setiawandari
2019) :
1. Rangsangan taktil (raba)
2. Rangsangan kinestetik (gerak)
3. Rangsangan taktil (raba)
a. Rangsangan taktil (raba)
1) Bayi dalam posisi ditengkurapkan
2) Tiap gerakan dilakukan dalam waktu 2x5 detik
3) Tiap gerakan diulanag 6 kali
4) Dikerjakan selama 5 menit
PIJATAN KEPALA
a. Letakkan telapak tangan pada dahi.
b. Usap dari dahi dengan telapak tangan
(tidak dengan ujung jari) sampai
pangkal leher dan kembali ke dahi
secara perlahan.

PIJATAN BAHU
Dengan menggunakan 2-3 bagian jari tangan
kanan dan kiri secara bersamaan. Lakukan
gerakan menyilang pada tengkuk dan turun
ke siku kemudian masing-masing menuju
kearah sebaliknya bersilangan di tengkuk.

PIJATAN PUNGGUNG
Dengan menggunakan bantalan jari-jari dari
kedua tangan secara bersama pijat secara
perlahan kedua sisi tulang belakang dari
leher ke pinggang dan kembali ke leher.
Pastikan tidak melakukan penekanan pada
tulang belakang.
PIJATAN KAKI BELAKANG
Dengan menggunakan bantalan jari dari tiap
tangan, pijat bagian belakang kedua kaki
pada saat bersamaan dari pangkal paha ke
pergelangan kaki dan kembali ke pangkal
paha.

PIJATAN LENGAN
Pijat bagian belakang kedua lengan pada saat
yang bersamaan, mulai dari bahu kemudian
turun ke pergelangan tangan kembali ke
bahu.

b. Rangsangan kinestetik (gerak)


1) Bayi dalam posisi ditelentangkan
2) Tiap gerakan dilakukan dalam waktu 2x5 detik
3) Tiap gerakan diulang 6 kali
4) Dikerjakan selama 5 menit

MENGGERAKKAN SIKU
a. Letakkan tangan kita di pangkal lengan
untuk menahan.
b. Dengan menggunakan tangan yang
satunya secara lembut menggerakkan
lengan bawah kearah bahu secara
perlahan kemudian diluruskan kembali.
Lakukan hal yang sama pada lengan yang
satunya.
PIJATAN TELAPAK TANGAN
a. Letakkan tangan di pergelangan tangan
bayi.
b. Menggerakkan dan memijat telapak
tangan bayi dengan lembut kearah jari.
Akhiri pijatan telapak tangan dengan
menarik lembut setiap jari tangan bayi.
MENGGERAKKAN LUTUT
a. Memegang tungkai bawah bayi.
b. Menggerakkan sendi lutut secara lembut
kearah perut kembali keposisi.

MENGGERAKKAN SENDI PINGGUL


a. Memegang kedua pergelangan kaki.
b. Menggerakkan paha kearah perut dengan
mendorong perlahan
kemudian mengembalikan ke posisi lurus.
PIJATAN TELAPAK KAKI
a. Letakkan tangan di pergelangan kaki.
b. Menggerakkan dan memijat telapak kaki
bayi dengan lembut.

2.1.7 Indikator Penilaian


Indikator penilaian Pijat Pada Bayi berdasarkan, sebagai berikut
(Zega, 2019) :
a. Termogulasi
Adakah perbedaan suhu tubuh detelah dan sesudah pemijatan
b. Berat Badan
c. Kualitas Tidur
d. Nafsu Makan

2.2 KONSEP PERAWAT


2.3.1 Definisi
Perawat adalah seorang yang telah menyelesaikan program pendidikan
keperawatan, berwenang di negara bersangkutan untuk memberikan pelayanan dan
bertanggung jawab dalam peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit serta
pelayanan terhadap pasien.
Pengertian perawat menurut Priharjo adalah orang yang mengasuh,
merawat dan melindungi, yang merawat orang sakit, luka dan usia lanjut.
Sedangkan Hadjam memberikan pengertian yang lain yaitu karyawan rumah sakit
yang mempunyai dua tugas yaitu merawat pasien dan mengatur bangsal.
Gunarsah menyatakan bahwa perawat adalah seorang yang telah
dipersiapkan melaluui pendidikan untuk turut serta merawat dan menyembuhkan
orang yang sakit, usaha rehabilitasi, pencegahan penyakit, yang dilaksakannya
sendiri atau dibawah pengawasan dan supervise dokter atau suster kepala.
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa perawat adalah orang yang
memberikan pelayanan pengasuhan dalam proses penyembuhan penyakit,
perawatan seorang pasien yang dalam hal ini disebut sebagai pembantu dokter
dalam melaksanakan kegiatan pelayanan kesehatan.
2.3.2 Peran dan Fungsi
Peran perawat menurut kunsursium ilmu keperawatan tahun 1989 dalam
Novita, 2013 :
a. Sebagai pemberi asuhan keperawatan
b. Sebagai advokat pasien
c. Sebagai educator
d. Sebagai coordinator
e. Peran kolaborator
f. Peran konsultan
g. Sebagai pembaharu
Fungsi perawat adalah (Novita, 2013) :
a. Mengkaji kebutuhan pasien, keluarga, kelompok dan masyarakat serta sumber
yang tersedia dan potensial untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
b. Merencanakan tindakan keperawatan kepada individu, keluarga, kelompok,
dan masyarakat berdasarkan diagnosis keperawatan.
c. Melaksanakan rencana keperawatan meliputi upaya peningkatan kesehatan,
pencegahan penyakit, penyembuhan, pemulihan, dan pemeliharaan kesehatan
termasuk pelayanan pasien dan keadaan terminal.
d. Mengevaluasi hasil usaha keperawatan.
e. Mendokumentasikan proses keperawatan.
f. Mengidentifikasi hal-hal yang perlu di teliti atau dipelajari serta
merencanakan studi kasus guna menigkatkan pengetahuan dan pengembangan
keterampilan dan prektik keperawatan.
g. Berperan serta dalam melaksanakan penyuluhan kesehatan kepada pasien
keluarga kelompok serta masyarakat.
BAB 3
ANALISA JURNAL
Penelitian ini menggunakan desain korelasi dengan pendekatan cross-sectional. Peneliti
melibatkan populasi perawat dari rumah sakit internal sebanyak 143 orang. Sampel terdiri dari 104
perawat yang bekerja di ruang rawat inap penyakit dalam sesuai kriteria inklusi. Sampel diperoleh
melalui purposive sampling. Variabel independen adalah pengetahuan dan keterampilan perawat
sedangkan variabel dependen adalah kecepatan dan ketepatan perawat saat menilai menggunakan
EWS.
Kriteria inklusi yang digunakan meliputi :
a. Perawat yang pernah bertugas di bangsal rawat inap melakukan rawat inap penyakit dalam
b. Minimal berpendidikan diploma keperawatan
c. Pernah bekerja minimal 3 tahun di rumah sakit
Instrumen yang digunakan adalah angket dan lembar observasi. Kuisioner terdiri dari 15
item pertanyaan yang meliputi pengertian EWS, tujuan penulisan EWS, parameter EWS,
persyaratan EWS. Skor jawaban benar diberikan 1 dan skor jawaban salah diberikan 0. Skor
maksimal yang dapat diperoleh perawat jika menjawab benar adalah 15 sedangkan skor minimal
keterampilan perawat yang mungkin adalah 0.
Data dianalisis menggunakan Spearman Rho dengan nilai signifikansi statistik yang
ditetapkan pada p <0,05. Izin etik diberikan oleh RSUD Dr. Saiful Anwar-Malang nomor
400/261/K.3/302/2019 pada 22 November 2019.
EWS yang diterapkan di bangsal penyakit dalam rumah sakit di Kota Malang ini
mengadopsi dari NEWS 2012 dengan beberapa penyesuaian sesuai dengan kondisi rumah sakit
tersebut. Parameter yang digunakan meliputi respirasi, denyut nadi, tekanan darah sistolik, suhu
tubuh, nilai kritis, tingkat kesadaran dan tambahan oksigen, tetapi hanya parameter respirasi,
denyut nadi, tekanan darah sistolik dan suhu tubuh yang dinilai.
Interpretasi klinis dan tanggapan yang digunakan termasuk pemantauan TTV :
a. Hijau (skor EWS 0-1) Monitoring TTV per 6 jam
b. Kuning (skor EWS 2-3) Monitoring TTV per 2 jam, melapor ke dokter yang merawat
c. Orange (skor EWS 4-5) Monitoring TTV per 1 jam, perawat melapor ke dokter jaga dan
dokter melapor ke dokter DPJP
d. Merah (EWS skor > 6): pemantauan TTV per setengah jam, perawat melapor ke dokter jaga
dan dokter melapor ke DPJP
Pengetahuan perawat tentang EWS adalah dasar untuk melakukan penilaian EWS. Setiap
perawat perlu mendapatkan sosialisasi terkait pengetahuan dasar EWS termasuk definisi,
penilaian, interpretasi, respons klinis, persyaratan, sasaran, dan manfaat penilaian EWS.
Sebagian besar perawat (70,20%) yang terlibat dalam penelitian ini berpendidikan sampai
tingkat diploma. Hanya sebagian kecil (19,23%) yang pernah mengikuti pelatihan EWS sejak
lembar observasi EWS disosialisasikan pada tahun 2017 di fasilitas rawat inap penyakit dalam.
Hasil penelitian Dyah Restuning Prihati dan Maulidta Karunianingtyas Wirawati (2019) dan Desi
Ratnasari Manurung (2018) mengungkapkan bahwa perawat yang menerapkan EWS (51,4%) lebih
banyak yang memiliki pengetahuan cukup dibandingkan dengan yang memiliki pengetahuan baik
(Restuning & Karunianingtyas, 2019) (Manurung, 2018).
Hasil studi lapangan menunjukkan bahwa keterampilan perawat saat menilai dengan
menggunakan EWS diukur dari segi kecepatan dan keakuratan saat memberi skor, selain itu
interpretasi hasil dan penentuan respons klinis. Sebagian besar perawat (63,00%) mampu
menentukan respon klinis dalam waktu 61-120 detik dengan rata-rata 123 detik.
Tingkat pengetahuan dan keterampilan juga dipengaruhi oleh pengalaman perawat dalam
melakukan asesmen EWS. Berdasarkan hasil survei yang dilakukan di bangsal penyakit dalam, dari
10 ruangan, implementasi EWS belum berjalan secara maksimal. Hanya 20,00% ruangan yang
terbukti aktif menerapkan EWS terkait dengan mengenali kondisi klinis pasien. Data ini didukung
oleh hasil penelitian Augustinus Solagratia Situmorang (2018) yang menunjukkan bahwa
kurangnya pengetahuan perawat tentang EWS menjadi penyebab EWS tidak berjalan optimal
(Situmorang, 2019).
Perawat yang sering melakukan asesmen EWS memiliki tingkat kecepatan dan akurasi
yang lebih tinggi dibandingkan dengan ruangan yang belum optimal saat mengimplementasikan
EWS. Tingkat pengetahuan perawat tentang EWS dan keterampilan perawat saat melakukan
asesmen EWS berpengaruh terhadap kecepatan dan ketepatan perawat saat melakukan asesmen.
Pemahaman perawat yang baik tentang EWS dapat membantu perawat untuk mengidentifikasi
perubahan fisiologis pada pasien sehingga pasien mendapatkan perawatan yang berkualitas dengan
aman.

Pengaruh Taktil, Stimulasi Kinestetik dan Perawatan Induk Kanguru terhadap


Berat Badan Lahir Rendah pada Bayi Prematur
Penelitia ini menggunakan desain dua kelompok dengan 10 bayi prematur di setiap
kelompok dengan berat badan antara 1000-<2500 g dan lahir antara minggu 28-37
dimasukkan dalam penelitian. Pada kelompok A (kelompok intervensi) diberikan stimulasi
kinestetik taktil selama 10 menit diikuti dengan KMC terbimbing selama 1 jam selama 5
hari. Kelompok B (kelompok kontrol) mempraktikkan KMC tanpa pengawasan
sebagaimana dipandu oleh tim medis. Ukuran hasil adalah berat badan bayi.
Kriteria inklusi adalah :
1. Bayi premature yang dilahirkan dengan seksio sesaria segmen bawah atau
persalinan pervaginam, yang dilahirkan di RSUD Pravara, baik bayi laki-laki
maupun perempuan, bayi yang lahir pada minggu ke-28-37.
2. Bayi dengan berat badan antara 1000 g-<2500 g.
3. Bayi dengan kelainan kongenital seperti club foot, cystic fibrosis, down
syndrome, spina bifida, sindrom turner, hemofilia, dll, kelainan genetik seperti
anemia sel sabit, kelainan kromosom, penyakit Huntington, dll dan mereka yang
memerlukan pembedahan atau yang telah menjalani operasi dikeluarkan dari
pembelajaran.
Belum di isi
Data analisis statistik dilakukan dengan menggunakan software Graph Pad Instat
versi 3.06. Uji 't' berpasangan digunakan untuk membandingkan perbedaan nilai antara
pra-intervensi dan pascaintervensi dalam setiap kelompok. Uji 't' tidak berpasangan
digunakan untuk membandingkan perbedaan nilai antara Kelompok A (yaitu kelompok
intervensi) dan kelompok KMC Kelompok B). Hasilnya disimpulkan tidak signifikan
secara statistic dengan p>0,0001.
Penelitian ini dilakukan untuk melihat pengaruh kombinasi stimulasi dan KMC pada
bayi prematur. Penelitian sebelumnya telah membandingkan efek stimulasi dan KMC
terhadap penambahan berat badan pada bayi prematur pada 2 kelompok yang berbeda.
Studi juga dilakukan untuk melihat pengaruh KMC pada berbagai parameter fisiologis
seperti detak jantung, suhu, laju pernapasan, dan saturasi oksigen. Studi telah
membuktikan bahwa kedua teknik yaitu stimulasi dan KMC bermanfaat dalam
meningkatkan berat badan pada neonatus berat lahir rendah. Ini adalah studi analitis untuk
melihat apakah kenaikan berat badan terjadi pada tingkat yang cepat ketika kedua teknik
digabungkan karena akan menguntungkan pasien dan keluarga baik dari segi kesehatan
maupun biaya.
Penilaian pra intervensi yaitu berat badan bayi diukur pada timbangan bayi.
Perlakuan yang diberikan adalah;
1. Stimulasi taktil dengan sedikit minyak kelapa diambil pada telapak tangan dan
digosok bersama-sama, bayi pertama-tama ditempatkan dalam posisi terlentang.10
pukulan tekanan sedang, mulai dari kulit kepala, di dahi dari tengah ke samping, pada
tungkai atas kemudian fleksi /diberikan rentang gerak ekstensi sendi bahu dan sendi
siku, perut dan tungkai bawah,
2. Kemudian diberikan rentang gerak simultan pada sendi pinggul. Stimulasi diberikan
dalam arah proksimal ke distal dan 10 pengulangan untuk rentang gerak dilakukan.
3. Bayi kemudian diputar ke posisi tengkurap dan tekanan sedang dengan jari diberikan
dalam arah proksimal ke distal. Stimulasi taktil-kinestetik diberikan selama 10
menit/hari selama 5 hari. Stimulasi diberikan 30-45 menit setelah menyusui atau sesaat
sebelum makanan diberikan kepada bayi. Setelah itu sang ibu disuruh duduk di kursi
(dirancang untuk KMC) yang ada di bangsal dengan bayinya dalam posisi katak
ditempatkan di antara payudaranya mengenakan popok dan topi dan ibu mengenakan
pakaian rumah sakit yang longgar.
4. Terapis menunggu selama 1 jam dengan ibu. Ibu juga disarankan untuk duduk untuk
KMC minimal dua kali sehari.
Organisasi Kesehatan Dunia mendefinisikan berat badan lahir rendah sebagai berat
lahir kurang dari 2500 g, yang dapat dibagi lagi menjadi berat lahir sangat rendah yaitu
kurang dari 1500 g dan berat lahir rendah awal (kurang dari 1000 g). Kelahiran prematur
dan retardasi pertumbuhan intrauterin adalah dua penyebab utama berat badan lahir rendah.
Ibu yang tinggal di daerah sosial ekonomi rendah, gizi buruk, pekerjaan yang menantang
secara fisik, usia yang sangat muda, tinggi badan yang pendek atau kondisi medis
semuanya dapat berkontribusi dan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan janin.
Berat badan lahir rendah (BBLR) menyumbang 20-30% dari semua kelahiran hidup di
India. Masalah resusitasi, kontrol suhu yang buruk, rentan terhadap infeksi, gangguan
metabolisme, penyakit kuning, kelainan hematologis dan lama tinggal di rumah sakit
adalah beberapa kekhawatiran untuk neonatus BBLR. Penyebab kenaikan berat badan
yang tidak memadai adalah peningkatan tuntutan (stres dingin, penyakit kronis, obat-
obatan) dan asupan yang tidak memadai (metode pemberian makan yang salah dan tidak
memberi makan pada malam hari untuk bayi yang disusui; susu yang tumpah berlebihan,
jumlah yang salah, pemberian makan yang jarang dan tidak fortifikasi susu untuk bayi).
bayi dengan sendok atau paladai).
Berbagai peneliti telah mempelajari efek dari berbagai jenis stimulasi tambahan
untuk mencegah kesulitan langsung dan defisit perkembangan yang terkait dengan
prematuritas. Bentuk stimulasi yang berbeda adalah vestibular, taktil, kinestetik,
pendengaran, oral dan berbagai kombinasi multi-modal. Stimulasi taktil tambahan
termasuk memegang ekstra, menggosok cephalocaudal, membelai lembut, dan sentuhan
pasif. Rangsangan kinestetik berupa gerakan anggota gerak pasif biasanya diberikan
bersamaan dengan pemijatan. Dipercaya bahwa stimulasi taktil merangsang
mekanoreseptor dan baroreseptor kulit di saluran pencernaan yang disuplai oleh serat vagal
eferen. Serabut aferen dan eferen ini memiliki kontrol parasimpatis terhadap system gastro
intestinal dan kardiovaskular.
Studi ini menunjukkan bahwa tidak ada kenaikan berat badan yang signifikan yang
diamati setelah periode 5 hari. Tidak ada perbedaan yang signifikan dalam berat badan
bayi antara Grup A dan Grup B. Rata-rata pertambahan berat badan Kelompok A
1501,5±221,99 g dan Kelompok B 1518,75±319,09 g (tabel 1.3). Nilai 't' bobot pasca
intervensi pada Kelompok A adalah 0,5119 yang dianggap tidak signifikan, nilai 't' bobot
pada Grup B adalah 0,18 yang dianggap tidak signifikan (tabel 1.3). Selisih pertambahan
berat badan di Grup A adalah 10 g dan di Grup B adalah 30 g. Nilai 't' setelah
membandingkan berat pada 5th hari kedua kelompok adalah 0,3595.
Penelitian ini dilakukan untuk melihat pengaruh kombinasi stimulasi dan KMC pada
bayi prematur. Penelitian sebelumnya telah membandingkan efek stimulasi dan KMC
terhadap penambahan berat badan pada bayi prematur pada 2 kelompok yang berbeda.
Prematuritas adalah salah satu penyebab utama berat badan lahir rendah yang pada
gilirannya menyebabkan kenaikan berat badan lebih lambat jika perawatan yang tepat tidak
diberikan kepada bayi. Ketika intervensi diberikan setelah menyusui, kemampuan bayi
untuk menerima jumlah susu yang diberikan dan frekuensi pemberian makan. Stimulasi
taktil dan berlatih KMC adalah bantuan untuk pola makan bayi. KMC memiliki banyak
manfaat; membantu meningkatkan ikatan ibu-bayi, mengurangi kemungkinan sepsis,
mempertahankan suhu tubuh dan perubahan perilaku bayi. Stimulasi dengan minyak juga
membantu pertumbuhan bayi secara keseluruhan. Dalam sebuah penelitian yang dilakukan
oleh K. Sankaranarayanan dan rekan menunjukkan bahwa, bayi memperoleh berat badan
yang signifikan pada tingkat yang lebih cepat ketika minyak kelapa digunakan.
Faktor-faktor seperti frekuensi dan jumlah makan, jika bayi diberi suplemen apa pun,
jumlah dan frekuensi buang air kecil dan feses, dll. tidak dipertimbangkan. Informasi yang
diberikan oleh ibu-ibu dari Grup A dan B tentang KMC bisa jadi tidak dapat diandalkan
karena terapis tidak hadir untuk melihat apakah mereka benar-benar duduk selama jumlah
jam yang disebutkan oleh mereka. Ditemukan juga bahwa ibu dari 6 dari 10 bayi di
Kelompok B tidak dididik tentang perawatan ibu kanguru, betapa pentingnya untuk
anaknya. Terapis menyarankan semua ibu dari Grup A untuk melanjutkan stimulasi dan
KMC di rumah karena tidak memerlukan keterampilan yang besar atau pengeluaran yang
besar. Oleh karena itu memberikan stimulasi taktil-kinestetik dan KMC bersamasama
bermanfaat, hanya saja harus dilakukan selama jumlah hari yang ideal.

Pengaruh Pijat pada Kenaikan Berat Badan pada Neonatus Berat Lahir Sangat
Rendah
Penelitian ini merupakan uji klinis nonrandomized blocking di Neonatal Intensive
Care Unit. 40 neonatus yang memiliki kriteria inklusi, dibagi menjadi dua kelompok kasus
(n = 20) dan kontrol (n = 20). Kedua kelompok menerima perawatan standar neonatus
prematur. Selain itu, kelompok kasus menerima terapi pijat 3 kali sehari selama 15 menit
untuk setiap kali selama 7 hari. Selama penelitian dilakukan penimbangan berat badan
neonatus setiap hari pada pukul 12
Kriteria inklusi adalah :
1. berat lahir antara 1000 dan 1500 g, usia kehamilan antara 28 dan 32 minggu,
berat lahir sesuai dengan usia kehamilan, pemberian makan gavage, usia antara
10 dan 20 hari, stabilisasi medis, dan menerima KMC. Asupan kalori dan waktu
atau durasi KMC dalam dua kelompok adalah sama.
2. Bayi dengan anomali kongenital, disfungsi sistem saraf pusat, atau kondisi
medis yang berhubungan dengan ketidakdewasaan (seperti sindrom gangguan
pernapasan, apnea, dan hiperbilirubinemia), operasi bayi, riwayat ibu dari
alcohol atau paparan obat terlarang, dan sifilis atau hepatitis B dikeluarkan.
Sebelum perekrutan, informed consent diperoleh dari orang tua bayi yang
memenuhi syarat dan dokter yang merawat
Instreumen yang digunakan adalah lembar obeserfasi dan modul untuk para meter
pendataan Berat lahir (g), Berat saat pendaftaran, Usia saat pendaftaran (hari), Usia
kehamilan (minggu), Skor Apgar (5 menit).
Homogenitas kelompok pijat dan kontrol diuji dengan independent T-test dan
Chisquare test, dan perbandingan kenaikan berat badan antara kedua kelompok dilakukan
dengan menggunakan tes pengukuran berulang dengan SPSS versi 21.
intervensi dilakukan 3 kali/hari selama 15 menit setiap kali selama 7 hari berturut-
turut. Interval setiap sesi terapi pijat minimal 4 jam dan dilakukan 1 jam setelah menyusui.
Selama penelitian, pijat semua kasus dalam kelompok intervensi dilakukan oleh satu
perawat khusus yang dilatih oleh fisioterapis berlisensi. Setiap sesi pijat terdiri dari 5 menit
stimulasi taktil dalam posisi tengkurap, diikuti oleh 5 menit stimulasi kinestetik dalam
posisi terlentang, dan periode 5 menit stimulasi taktil lagi. Perawat menghangatkan dan
melumasi (dengan 1 cc minyak zaitun) tangannya sebelum memulai pemijatan dan tetap
diam selama intervensi. Selama stimulasi taktil, bayi ditempatkan di bawah set yang lebih
hangat yang diatur dengan suhu tubuh bayi dalam posisi tengkurap dan diberi tekanan
sedang membelai dengan telapak jari kedua tangan. Lima interval 1 menit, terdiri dari 12 5
periode membelai, diterapkan ke daerah tubuh berikut: (a) Dari atas kepala bayi, turun ke
belakang kepala ke leher, (b) dari belakang leher melintasi bahu, (c) dari bokong ke
punggung atas, Untuk fase kinestetik, masing-masing dari lima segmen 1 menit terdiri dari
enam gerakan fleksi dan ekstensi pasif SD – Standar deviasi berlangsung sekitar 10 detik.
Gerakan anggota badan yang “seperti bersepeda” ini terjadi dalam urutan sebagai berikut:
(a) Lengan kanan, (b) lengan kiri, (c) tungkai kanan, (d) tungkai kiri, dan (e) kedua tungkai
secara serempak. Bayi dipantau terus menerus untuk detak jantung, laju pernapasan, dan
saturasi oksigen perkutan selama pemijatan dengan perangkat pemantauan (S1800-buatan
Inggris). Tak satu pun dari neonatus menunjukkan efek buruk karena pijat selama
penelitian.
Kumar dkk. menemukan bahwa terapi pijat bayi prematur meningkatkan berat badan
setelah 28 hari pijat. Dalam studi mereka, kelompok intervensi menerima pijatan dari 1NS
hari lahir sampai 28 hari oleh ibu di rumah sakit atau setelah dipulangkan di rumah.
Alizadehdkk.[13] mempelajari 44 bayi dengan berat lahir 1000 sampai 2500 g selama 5
hari dan penelitian mereka menunjukkan pijat menghasilkan perbedaan yang signifikan
dalam kenaikan berat badan antara kelompok intervensi dan kontrol (P = 0,001). Jumlah
pijat harian dalam penelitian ini mirip dengan penelitian kami (3 kali selama 15 menit
setiap kali) kecuali jarak antara setiap waktu pijat adalah 2 jam. Dalam penelitian ini, bayi
yang menerima pijat dipulangkan lebih awal dari rumah sakit rata-rata 12 hari. Studi lain
oleh Badieedkk.[15] menggunakan pijat (5 menit 3 kali sehari selama 5 hari), mirip dengan
penelitian kami, menghasilkan peningkatan tingkat kenaikan berat badan pada bayi
prematur. Studi mereka termasuk tiga kelompok pijat oleh ibu, pijat oleh perawat, dan
tanpa pijat (kontrol) yang menunjukkan pijat oleh ibu atau perawat meningkatkan berat
badan pada bayi prematur dengan usia kehamilan antara 28 dan 34 minggu tanpa mengacu
pada berat lahir jika dibandingkan dengan kelompok kontrol. Tidak seperti penelitian
kami, pijat dilakukan oleh beberapa perawat di kelompok kedua dan setiap sesi pijat hanya
5 menit pada kelompok intervensi. Sebuah studi di Iran oleh Hosseinzadehdkk.[16]
disajikan bahwa pijat meningkatkan tingkat kenaikan berat badan pada bayi tetapi bayi
yang terdaftar memiliki berat 2000-2500 g sedangkan kriteria inklusi kami adalah berat
1000-1499 g. Dalam studi lain di Amerika oleh Massarodkk.[3] pada bayi <33 minggu dan
berat lahir <1500 g, kenaikan berat badan secara signifikan lebih tinggi dibandingkan bayi
kelompok kontrol yang 1000 dan 1499 g (P < 0,05). Dalam studi mereka, pijat tidak
berpengaruh pada penambahan berat badan pada bayi <1000 g. Bayi yang menerimapijat,
lama tinggal di rumah sakit tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan dari kelompok
kontrol dalam penelitiannya.
Berat rata-rata neonatus antara kedua kelompok tidak memiliki perbedaan yang
signifikan secara statistik sampai 4th hari belajar. Namun, perbedaan ini menjadi signifikan
setelah 4th hari menjadi lebih dan paling signifikan (P = 0,04, 0,02, 0,01 masing-masing).
Durasi rata-rata rawat inap di rumah sakit pada kelompok pijat (34/1 hari ± 7/5) lebih kecil
dari kelompok kontrol (41/7 hari ± 9/1) secara signifikan (P = 0,007).
Pengaruh stimulasi taktil-kinestetik pada pemberian makan dan berat neonatus
prematur sedang dan akhir
Penelitian ini menggunakan Sebuah desain kuasi-eksperimental dilakukan untuk
menilai efek stimulasi taktil-kinestetik pada parameter makan dan pertumbuhan fisik
neonatus prematur. Penelitian ini melibatkan dua kelompok; kontrol dan kelompok
stimulasi (intervensi) taktil-kinestetik.
Kriteria kelayakan; neonatus yang memenuhi kriteria berikut terdiri dari peserta
penelitian; a) pada ASI atau susu formula, b) lahir pada usia kehamilan 28 hingga 37
minggu, c) 1000gram. Kehamilan dibatasi hingga 28 minggu dan 1000 gram berdasarkan
angka kematian neonatus yang signifikan pada neonatus lahir sebelum usia kehamilan 28
minggu dan/atau dengan berat <1000gram dalam MTRH. Neonatus dikeluarkan dari
penelitian jika mereka; a) sakit kritis dan mereka yang menggunakan continuous positive
airway pressure (CPAP) atau b) mengalami infeksi neonatus termasuk sepsis berat atau
enterokolitis nekrotikans.
Instrument yang digunakan atau Alat studi yang dikembangkan oleh penulis setelah
tinjauan menyeluruh dari literatur terkait tentang efek TKS digunakan untuk
mengumpulkan data tentang a) karakteristik neonatus termasuk jenis kelamin, usia
kehamilan, dan skor indeks risiko klinis untuk bayi (CRIB II); b) jumlah makanan, tanda-
tanda intoleransi makan (lambung) residu >50% dari pakan sebelumnya sesuai dengan
praktik rumah sakit MTRH, distensi perut dan muntah), dan berat dalam gram. Data
karakteristik pakan dianalisis pada hari ke 3, 10, 17, dan 23 sedangkan bahwa untuk berat
badan pada hari alternatif mulai dari hari ke 3 sampai dengan hari ke 23.
Data dianalisa menggunakan Uji Mann Whitney U, Uji Student t, Uji Chi-square,
dan Fisher's uji eksak digunakan untuk menentukan apakah ada perbedaan dalam
parameter makan dan bobot antara TKS dan kelompok kontrol.
Interpretasi hasil dan pendapat yang digunakan adalah Stimulasi taktil-kinestetik
melibatkan tiga sesi per hari; pagi, siang, dan malam untuk 10 hari mulai hari ke 3
kehidupan (kontak awal). Meliputi 3 fase yaitu fase 1, fase 2, dan fase 3.
Hasil menunjukan bahwa Tujuh puluh dua peserta (36 di setiap kelompok) direkrut
untuk penelitian pada hari ke-3 kehidupan. Dua belas peserta; enam di setiap kelompok
tidak menyelesaikan studi; enam peserta di kelompok TKS dan empat di kelompok kontrol
dipulangkan selama masa studi sementara dua peserta dalam kelompok kontrol meninggal
sebelumnya selesainya studi. Enam puluh peserta semua lajang (30 masing-masing dalam
kelompok) ditindaklanjuti untuk menyelesaikan studi (21 hari). Uji chi-kuadrat dan uji-t
siswa digunakan untuk menganalisis baseline karakteristik klinis; hasil menunjukkan tidak
ada perbedaan statistik antara TKS dan kelompok kontrol sebagai hal jenis kelamin, skor
Apgar, berat lahir, panjang, lingkar kepala dan suhu saat lahir. A usia kehamilan rata-rata
lebih rendah yang signifikan secara statistik (P = .03) dan skor rata-rata CRIB II yang lebih
tinggi (P = .02) diamati pada kelompok TKS dibandingkan dengan kelompok kontrol.
Tabel 1 merangkum klinis dasar karakteristik peserta.
Neonatus prematur yang menerima stimulasi taktil-kinestetik memiliki lebih sedikit
tanda-tanda intoleransi makan. Selain itu, stimulasi taktil-kinestetik meningkatkan
penambahan berat badan pada neonatus prematur akhir meskipun hal yang sama tidak
diamati pada neonatus prematur sedang.

Pengaruh Terapi Pijat pada Berat Badan dan Menginap di Rumah Sakit untuk
Neonatus premature
Penelitian ini menggunakan sebuah desain penelitian quasiexperimental digunakan
Subjek dan Pengaturan: Sebuah sampel nyaman dari empat puluh empat neonatus prematur
dipilih dari (NICU) di Rumah Sakit Anak Universitas Assiut dan Rumah Sakit Umum
Assiut, menurut kriteria inklusi dan eksklusi
Kriteria Inklusi:
pengecualian.
1. Berat 2.500 gram.
2. Usia kehamilan berkisar antara 32-34 minggu.
3. Skor Apgar >7 dan tidak diperlukan resusitasi saat lahir.
Neonatus prematur dengan sindrom gangguan pernapasan ringan, peningkatan
bilirubin dan refleks mengisap yang buruk tidak pengecualian.
Kriteria Pengecualian:
1. Neonatus yang memerlukan pembedahan atau memiliki retardasi pertumbuhan
intrauterin (IUGR).
2. Neonatus dengan infeksi atau malformasi kongenital lainnya.
Instrumen penelitian:
Satu instrumen digunakan untuk pengumpulan data. Kuesioner wawancara struktural
digunakan untuk pengumpulan data. Ini dikembangkan oleh para peneliti untuk
mendapatkan informasi berikut dan dibagi menjadi tiga bagian:
Bagian 1 : Karakteristik sosio-demografi neonatus prematur (usia/minggu, usia
kehamilan, jenis kelamin, berat lahir/gm., dan jenis persalinan).
Bagian II : Data klinis neonatus prematur yang meliputi: diagnosis medis, seperti:
neonatus prematur dengan sindrom gangguan pernapasan ringan, dengan
refleks mengisap yang buruk dan ikterus neonatorum (NJ). Jenis pemberian
makanan seperti: botol, cairan infus dan selang nasogastrik.
Bagian III : Penilaian berat badan sebelum intervensi, setelah lima hari dan saat keluar.
Analisis data dilakukan dengan perangkat lunak IBM SPSS 20.0. Variabel kategori
dideskripsikan dengan angka dan persen (N,%), dimana variabel kontinu dideskripsikan
dengan mean dan standar deviasi (Mean, SD). Uji Chi-Square dan Fisher Exact Test
digunakan untuk membandingkan antar variabel kategori, dimana membandingkan antar
variabel kontinu dilakukan dengan uji Mann-Whitney ,. Sebuah p dua sisi <0,05 dianggap
signifikan secara statistik.
Allen dkk., (2011) menyatakan bahwa, ada penurunan progresif pada kematian
neonatus prematur selama ini lima puluh tahun. Penurunan batas usia kelangsungan hidup
dan peningkatan jumlah kelahiran prematur telah membuat kelahiran prematur menjadi
masalah kesehatan masyarakat yang signifikan.Bonifacio et al., (2011) mencatat bahwa,
terlepas dari kemajuan teknologi, jumlah neonatus prematur dengan gangguan
perkembangan saraf tetap tinggi. Saigal & Doyle, (2008) diilustrasikan bahwa, dalam
beberapa tahun terakhir fokus meningkatkan hasil prematur telah bergeser dari
meningkatkan kelangsungan hidup untuk meminimalkan morbiditas dan meningkatkan
hasil perkembangan saraf.
Hasil penelitian ini Sebagian besar neonatus prematur dari kelompok intervensi
mengalami kenaikan berat badan setelah lima hari dari penerapan terapi pijat dan saat
dipulangkan dibandingkan dengan kelompok kontrol. Neonatus prematur pada kelompok
intervensi memiliki periode rawat inap yang singkat dibandingkan dengan kelompok
kontrol.
Penerapan terapi pijat berpengaruh positif signifikan terhadap pertambahan berat
badan neonatus prematur selain menurunkan lama rawat inap.Rekomendasi: Terapi pijat
harus dimasukkan dalam unit perawatan intensif neonatal (NICU), sebagai standar
perawatan untuk neonatus prematur yang stabil, program pelatihan harus diberikan kepada
profesional perawatan kesehatan, terutama perawat anak.
BAB 4
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Dalam penelitian jurnal tersebut menunjukkan ada pengaruh pijat bayi dengan
peningkatan berat badan bayi baru lahir. Peran tenaga kesehatan khusunya perawat adalah
memberikan edukasi dan praktik pijat bayi pada orang tua khususnya ibu agardapat melakukan
pijat dengan mandiri.
Hal ini sejalan dengan penelitian Lestari, dkk (2021) didapatkan dari 30 responden
dengan 2 kelompok terdapat 15 (100%) responden yang mengalami kenaikan berat badan.
Pengetahuan merupakan kemampuan seseorang yang berada pada kawasan kognitif yang
dapat dikembangkan melalui proses pendidikan-belajar. Ini juga sejalan dengan teori
(Notoadmojo, 2010) yang menyatakan bahwa pengetahuan berbanding lurus dengan
penerapan atau pengaplikasian. Perawat perlu untuk meningkatkan pengetahuan perawat untuk
memperbaiki kinerjanya dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu dengan sosialisasi,
pelatihan berkelanjutan, dan belajar ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Melalui tindakan
dan belajar, seseorang akan bertambah kepercayaan dirinya dan berani mengambil sikap
terhadap sesuatu yang akhirnya akan mempengaruhi perilaku.

4.2 SARAN
4.2.1 Bagi Peneliti
Hasil peneliti ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan
kemampuan peneliti, serta dapat mengaplikasikan tentang penerapan pijat
pada bayi
4.2.2 Bagi Responden
Diharapkan bagi responden merasakan maanfaat yaitu dapat
meningkatkan pengetahuan dan pengaplikasian pijat pada bayi
4.2.3 Bagi Tenaga Kesehatan
Bagi tenaga kesehatan, hendaknya dapat meningkatkan pengetahuan
dan pengaplikasian pijat pada bayi. Hal ini dikarenakan bahwa perawat
memainkan peran penting dalam melakukan penilaian dini dan pengelolaan pasien.
Alat tersebut dapat membantu perawat dan dokter dalam melakukan respon secara
efektif dan efisien dalam deteksi dini kegawatan serta perburukan kondisi pasien.
4.2.4 Bagi Rumah Sakit
Saran dari peneliti diharapkan supaya diadakan pelatihan khusus
untuk perawat guna menyamakan persepsi dalam pengaplikasian penilaian
pijat pada bayi.
4.2.5 Bagi Institusi Pendidikan
Bagi institusi pendidikan terkait, diharapkan hasil penelitian ini dapat
menjadi bahan atau materi pembelajaran baik kalangan mahasiswa
pendidikan sarjana maupun profesi agar dapat juga diterapkannya pijat pada
bayi.
DAFTAR PUSTAKA
Ekawati, FA., Saleh MJ., Astuti AS. 2020. Hubungan Pengetahuan Perawat Tentang
NEWSS dengan Penerapannya. Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi Husada https://akper-
sandikarsa.e-journal.id/JIKSH Vol 11, No, 1, Juni 2020, pp;413-422 p-ISSN: 2354-
6093 dan e-ISSN: 2654-4563.
Putra, Gito Mahata. 2018. Skripsi : Hubungan Pengetahuan Dan Lama Kerja Perawat
Dengan Penatalaksanaan Pertolongan Pertama Pada Pasien Vulnus Laceratum Di Igd
Puskesmas Maek Kecamatan Bukik Barisan Kabupaten Lima Puluh : Padang.
Qolby, Nur QY., Nursalam., Ahsan. 2020. Knowledge and Skill in Relation to the Speed and
Accuracy of the Nurses When Assessing Using an Early Warning System (EWS).
Jurnal Ners Vol. 15, No. 2, Special Issue 2020
http://dx.doi.org/10.20473/jn.v15i2(si).20522.
Sutikno., Siyoto, Sandu., Suhita, Byba Melda. 2020. Analysis of Implementation of
EWSS (Early Warning Score Systems) Against AvLos (Average Length of
Stay) and the Trust of Patients in Inpatient Installation at Jombang General
Hospital. Journal for Quality in Public Health ISSN: 2614-4913 (Print) Vol. 3,
No. 2, May 2020, pp: 348-356 2614-4921 (Online) DOI:
10.30994/jqph.v3i2.83.
Suwaryo, Putra Agina Widyaswara., Sutopo, Rahmat., Utoyo, Bambang. 2019.
Pengetahuan Perawat Dalam Menerapkan Early Warning Scoring System
(EWSS) Di Ruang Perawatan. Jurnal Ilmiah Kesehatan
Keperawatanhttp://ejournal.stikesmuhgombong.ac.idVolume 15, No 2,
Desember 2019, Hal. 64-73P-ISSN 1858-0696 E-ISSN 2598-9855.
Zega, Yaaman. 2019. Skripsi : Gambaran Pengetahuan Perawat Tentang Early
Warning Scoring System Di Ruangan Rawat Inap Ric Rsup Haji Adam Malik
Medan. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Santa Elisabeth : Medan.
Amal Ahmed Mobarak &Nahed Thabet Mohamed .2018. Effects Of Massage
Therapy On Weight Gain And Hospital Stay For Premature Neonates.
Emily Muthoni Nyaga.2021. Effects Of Tactile-Kinesthetic Stimulation On Feeding
And Weight Of Moderate And Late Preterm Neonates.
Setiawandari.2019. Stimulasi Pijat Bayi Dan Balita. Diterbitkan Oleh :Adi Buana
University Press Universitas PGRI Adi Buana Surabaya
Vitrianingsih, Sonia Dora Cardoso, Dan Sitti Khadijah.2019. The Effect Of Baby
Massages On Baby’s Weight In Pratama Kusuma Medisca Wates Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai