Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

Prinsip Pemeriksaan pada Laboratorium klinik

Dosen pembimbing:

Nurul Laili, S.Kep.,Ns.,M.Kep

Di susun oleh
kelompok 9:

 Robiatul Adawiyah
 Rofiqotus Sa’adah
 Sofia Ine Febriyanti
 Sri Wahyuni
 Tutik Hidayati
 Wulandari Suci Wati

PRODI SARJANA KEPERAWATAN

STIKES HAFSHAWATY PESANTREN ZAINUL HASAN

GENGGONG - PROBOLINGGO

2018
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah kami panjatkan puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT. Atas segala
limpah rahmat dan hidayahnya. Sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini,
dan sholawat serta salam semoga selalu tercurah limpahkan kepada proklamator sedunia,
pejuang tangguh yang tak gentar menghadapi segala rintangan demi umat manusia, yakni
Nabi Muhammad SAW.

Adapun maksud penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas di STIKES
Hafshawaty, kami susun dalam bentuk kajian ilmiah dengan judul ” Pemeriksaan Diagnostik
Pada Laboratorium” dan dengan selesainya penyusunan makalah ini, kami juga tidak lupa
menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. KH. Moh. Hasan Mutawakkil Alallah, SH.MM sebagai pengasuh pondok pesantren
Zainul Hasan Genggong
2. Dr,Nur Hamim ,S.Kep,Ns.,M.Kep sebagai ketua STIKES Hafshawaty Zainul Hasan
Genggong
3. Sinta Wahyusari, S.Kep.,Ns.,M.kep.,Sp.Mat. sebagai Ketua Prodi S1 Keperawatan
4. Rizka Yunita ,S.kep.,Ns.,M.kep Sebagai Wali Kelas Prodi S1 Keperawatan
5. Nurul Laili, S.Kep, Ns, M.Kep sebagai dosen mata kuliah Pemeriksaan Diagnostik

Pada akhirnya atas penulisan materi ini kami menyadari bahwa sepenuhnya belum
sempurna. Oleh karena itu, kami dengan rendah hati mengharap kritik dan saran dari pihak
dosen dan para audien untuk perbaikan dan penyempurnaan pada materi makalah ini.

Probolinggo, 9 Oktober 2018


DAFTAR ISI

COVER

KATA PENGANTAR....................................................................................i

DAFTAR ISI...................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LatarBelakang.........................................................................................1
1.2 RumusanMasalah....................................................................................1
1.3 Tujuan......................................................................................................1
1.4 Manfaat....................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN

2.1 definisi laboratorium klinik......................................................................2

2.2 jenis dan klasifikasi.................................................................................2

2.3 sinar X dan sinar pengion................................................................3

2.4 fisika radiasi ............................................................................................5

2.5 jenis pemeriksaan radiologi..............................................................5

2.6 gambaran normal foto thorax dan foto polos......................................7

2.7 kelainan pada foto thorax dan polos pada abdomen.............................7

2.8 penggunaan radioterapi kuratif dan paliatif........................................8

2.9 persiapan pemeriksaan radiologi.......................................................9

2.10 efek samping radioterapi akut dan kronik..............................................9

2.11 proteksi radiasi untuk petugas dan pasien..............................................10

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan...............................................................................................13

3.2 Saran.........................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................14
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Laboratorium kesehatan merupakan salah satu sarana kesehatan yang di
harapkan mampu memberikan pelayanan terbaik terhadap kebutuhan individu maupun
masyarakat, menurut Kep. Men Kes no.943/MenKes/SK/VIII/2000 yang di maksud
dengan laboratorium kesehatan adalah sarana kesehatan yang melaksanakan pengukuran,
penetapan dan pengujian terhadap bahan yang berasal dari manusia atau bahan bukan
berasal dari manusia untuk penentuan jenis penyakit, kondisi kesehatan atau faktor yang
dapat berpengaruh pada kesehatan perorangan dan masyarakat.

Pelayanan laboratorium kesehatan di masyarakat dapat kita jumpai dalam


bemntuk pelayanan terintegrasi dengan pelayanan kesehatan lainnya misalnya;
laboratorrium di rumah sakit, dan puskesmas, dan dalam bentuk pelayanan tersendiri atau
mandiri (Balai Laboratorium Kesehatan, Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan
Laboratorium Kesehatan suasta/ LKS) oleh karena itu mutu pelayanan laboratorium
kesehatan haruslah baik dan bermutu agar dapat memberikan hasil pemeriksaan
labporatorium yang tepat, teliti, benar, dapat di percaya dan memuaskan pengguna jasa.

1.2 Rumusan masalah


1. Apa yang di maksud laboratorium klinik?
2. Apa saja jenis dan klasifikasi laboratorium?
3. Apa yang di maksud sinar X dan sinar pengion?
4. Apa yang di maksud fisika radiasi?
5. Apa saja jenis pemeriksaan radiologi?
6. Beri contoh gambaran normal foto thorax dan foto polos?
7. Contoh kelainan pada foto thorax dan polos pada abdomen?
8. Bagaimana penggunaan radioterapi kuratif dan paliatif?
9. Apa saja persiapan pemeriksaan radiologi?
10. Apa saja efek samping radioterapi akut dan kronik?
11. Bagaimana proteksi radiasi untuk petugas dan pasien?

1.3 Tujuan
tujuan penulis dapat mengetahui apa yang di maksud pemeriksaan diagnostik pada
laboratorium secara baik dan benar mengenai makalah yang di buat

1.4 Manfaat
Manfaat dari makalah yang di buat ini adalah untuk penulis dan pembaca dapat lebih
memahami tentang isi makalah ini dan dapat mengaplikasikan dengan baik dan benar
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Laboratorium Klinik

Laboratorium Klinik adalah laboratorium kesehatan yang melaksanakan pemeriksaan


spesimen klinik untuk mendapatkan informasi tentang kesehatan perorangan terutama
untuk menunjang upaya diagnosis penyakit, penyembuhan penyakit, dan pemulihan
kesehatan. Spesimen klinik adalah bahan yang berasal dan/ atau diambil dari tubuh
manusia untuk tujuan diagnostik, penelitian, pengembangan, pendidikan, dan/atau analisis
lainnya, termasuk new-emerging dan re-emerging, dan penyakit infeksi berpotensi
pandemik (J.J Thomson, 1910)
Pemeriksaan teknik sederhana adalah pemeriksaan laboratorium menggunakan alat
fotometer, carik celup, pemeriksaan metode rapid, dan/atau mikroskopik sederhana yang
memenuhi standar sesuai ketentuan yang berlaku. Pemeriksaan teknik automatik adalah
pemeriksaan laboratorium menggunakan alat automatik yang memenuhi standar sesuai
kebutuhan yang berlaku mulai dari tahap melakukan pengukuran sampel sampai dengan
pembacaan hasil.

2.2 Jenis Dan Klasifikasi


Laboratorim Klinik berdasarkan jenis pelayanannya terbagi menjadi :
A. Laboratorium Klinik Umum
Laboratorium Klinik Umum merupakan laboratorium yang melaksanakan
pelayanan pemeriksaan spesimen klinik di bidang hematologi, kimia klinik,
mikrobiologi klinik, parasitologi klinik, dan imunologi klinik. Laboratorium Klinik
umum diklasifikasikan menjadi :
1. Laboratorium Klinik Umum Pratama
Laboratorium Klinik Umum Pratama merupakan laboratorium yang
melaksanakan pelayanan pemeriksaan spesimen klinik dengan kemampuan
pemeriksaan terbatas dengan teknik sederhana
2. Laboratorium Klinik Umum Madya
Laboratorium Klinik Umum Madya yaitu laboratorium yang
melaksanakan pelayanan pemeriksaan spesimen klinik dengan kemampuan
pemeriksaan tingkat laboratorium klinik umum prata dan pemeriksaan
imunologi dengan teknik sederhana.
3. Laboratorium Klinik Umum utama.
Laboratorium Klinik Umum Utama merupakan laboratorium yang
melaksanakan pelayanan pemeriksaan spesimen klinik dengan kemampuan
pemeriksaan lebih lengkap dari laboratorium umum madya dengan teknik
automatik.
B. Laboratorium Klinik Khusus 
Laboratorium Klinik Khusus merupakan laboratorium yang melaksanakan
pelayanan pemeriksaan spesimen klinik pada 1 (satu) bidang pemeriksaan khusus
dengan kemampuan tertentu. Laboratorium Klinik khusus terdiri atas :
1. Laboratorium Mikrobiologi Klinik
Laboratorium mikrobiologi klinik melaksanakan pemeriksaan
mikroskopis, biakan, identifikasi bakteri, jamur, virus, dan uji kepekaan.
2. Laboratorium Parasitologi Klinik
Laboratorium parasitologi klinik melaksanakan identifikasi parasit atau
stadium dari parasit baik secara mikroskopis dengan atau tanpa pulasan, biakan
atau imunoesai.
3. Laboratorium Patologi Anatomik
Laboratorium patologi anatomik melaksanakan pembuatan preparat
histopatologi, pulasan khusus sederhana, pembuatan preparat sitologi, dan
pembuatan preparat dengan teknik potong beku.

2.3 Sinar X dan Sinar Pengion


A. Sinar X
Sinar X merupakan sinar katoda dan termasuk gelombang elektromagnetis.
Timbulnya sinar X oleh karena ada perbedaan potensial arus searah yang besar
diantara kedua elektroda (katoda dan anoda) dalam sebuah tabung hampa. Berkas
elektron akan dipancarkan dari katoda menuju anoda, pancaran elektron-elektron ini
disebut sinar katoda atau sinar X (Ernest Rutherford,1911).
Arus listrik yang digunakan untuk memanaskan filament sehingga filament dapat
memanaskan elektron dapat memberi elektron; elektron-elektron ini akan dipercepat
dari katoda dan anoda. Perbedaan tegangan antara katoda dan anoda dalam orde 20
Ke V sampai 100 Ke V. Dalam praktek klinik biasanya digunakan 80-90 KeV. Sinar
X dan sinat gamma mempunyai sifat yang sama oleh karena keduanya merupakan
gelombang elektromagnetis.
Sejak ditemukannya sinar X oleh W.C. Roentgen (sarjana dari Universitas
Wurzburg Jerman) banyak sarjana melakukan penelitian terhadap karakteristik sinar
X. Dari hasil penelitian tersebut dapat diketahui bahwa karakteristik sinar X adalah :
1) Menghitamkan plat potret (film)
2) Mengionisasi gas
3) Menembus berbagai zat
4) Menimbulkan fluorosensi
5) Merusak jaringan
B. Sinar Pengion
Radiasi pengion ialah radiasi yang dapat menimbulkan ionisasi dan eksitasi
pada materi yang ditembusnya. Pada umumnya radiasi pengion hanya disebut
radiasi saja. Berbagai jenis radiasi pengion dikelompokkan berdasarkan struktur
atau sumbernya. Apabila radiasi pengion menembus suatu materi, maka materi
tersebut akan mengalami ionisasi atau eksitasi dengan menyerap energi radiasi.
Radiasi elektromagnetik atau partikel yang mampu mengionisasi, baik secara
langsung maupun tidak langsung, dalam lintasannya menembus materi disebut
radiasipengion.
Ionisasi ialah proses terjadinya ion (ion positif dan elektron bebas) dari suatu
atom netral dalam materi yang dikenai energi.  Radiasi ionisasi langsung bisa
berupa partikel bermuatan listrik (misalnya sinar a, b, dan proton), yang dapat
mengakibatkan ionisasi dengan memberikan energinya kepada
elektron orbital dalam suatu atom atau molekul. Sedang gelombang
elektromagnetik misalnya sinar-X, sinar g, (yang juga  bersifat partikel,  yaitu
foton), dan partikel tak bermuatan listrik (misalnya neutron) menghasilkan partikel
bermuatan listrik pada saat berinteraksi dengan atom dalam materi. Misalnya, foton
mengeluarkan elektron, neutron mengeluarkan proton. Neutrino (n) dikeluarkan
pada saat partikel b dipancarkan dengan muatan berlawanan dengan elektron.
Partikel-partikel ini, karena massanya kecil dan tidak bermuatan listrik, sulit
berinteraksi dengan materi tetapi karena dapat mengionisasi disebut radiasi pengion
tak langsung
2.4 Fisika Radiasi
Radiasi mempunyai energi. Menurut Max Planck (1900), pertukaran energi antara
radiasi dan meteri tidak terjadi secara kontinyu, melainkan berlangsung melalui satuan
energi yang disebut kwantum. Kwantum energi radiasi (E) suatu gelombang
elektromagnetis (sinar gamma dan sinar X) sama dengan konstanta dikalikan dengan
frekuensi radiasi, dapat dinyatakan dalam persamaan:
Eerg = h X f
E = energi radiasi dalam erg
h = konstanta Planck = 6,6210 -27 erg.s
f = frekuensi radiasi (Hz) dan f =
C = kecepatan gelombang elektromagnetis = 31010 cm/s
d = panjang gelombang (cm)

2.5 Jenis Pemeriksaan Radiologi

1) Pemeriksaan Foto Rontgen

Pemeriksaan foto Rontgen dilakukan untuk menampilkan bagian tubuh pasien


dalam gambar 2 dimensi dengan menggunakan mesin yang mengeluarkan radiasi
sinar-X.

2) Pemeriksaan Fluoroskopi

Fluoroskopi adalah pemeriksaan yang menggunakan sinar-X untuk


menampilkan gambar bagian dalam tubuh. Berbeda dari pemeriksaan Rontgen biasa
yang menampilkan gambar, fluoroskopi menampilkan bagian tubuh pasien dalam
format seperti video.

Fluoroskopi bisa dilakukan untuk keperluan diagnosis, atau untuk membantu


dokter dalam menjalankan berbagai prosedur, seperti katerisasi jantung. Lama
pemeriksaan fluoroskopi tergantung pada bagian tubuh yang diperiksa.

3) Pemeriksaan Ultrasound (USG)

Pemeriksaan USG dilakukan menggunakan gelombang suara berfrekuensi


tinggi, yang diarahkan ke bagian tubuh yang akan diperiksa. Gelombang suara
tersebut akan memantul saat mengenai objek padat, seperti organ dalam tubuh atau
tulang. Kemudian, pantulan gelombang suara akan ditangkap oleh alat (probe) yang
ditempelkan ke permukaan tubuh pasien, dan diolah oleh komputer menjadi gambar
2 dimensi atau 3 dimensi. Pemeriksaan ultrasound umumnya berlangsung selama 20-
40 menit.

4) Pemeriksaan CT scan

Pemeriksaan CT scan bertujuan menampilkan gambar bagian dalam tubuh


pasien dengan lebih jelas dari berbagai sudut. CT scan dijalankan menggunakan
mesin pemancar sinar-X yang dilengkapi sistem komputer khusus, sehingga bisa
menampilkan gambar organ tubuh secara detail. Gambar yang dihasilkan dapat
digabungkan menjadi gambar 3 dimensi.

Pemeriksaan CT scan umumnya berlangsung selama 20 menit hingga satu jam.


Setelah prosedur CT scan selesai, dokter akan menjelaskan hasil pemeriksaan pada
pasien.

5) Pemeriksaan MRI

Pemeriksaan MRI adalah salah satu metode untuk melihat kondisi bagian
dalam tubuh. Berbeda dengan pemeriksaan lain, MRI dilakukan menggunakan mesin
yang dilengkapi medan magnet kuat yang dapat menghasilkan gambar bagian dalam
tubuh pasien. Pemeriksaan MRI bisa berlangsung hingga satu jam atau lebih.

6) Pemeriksaan Kedokteran Nuklir

Pemeriksaan kedokteran nuklir menggunakan mesin pemindai yang


dilengkapi dengan kamera gamma. Kamera gamma ini berfungsi menangkap sinar
gamma yang dihasilkan cairan radioaktif (tracer), yang disuntikkan pada pasien
sebelum pemeriksaan dilakukan. Sinar yang ditangkap kamera gamma akan diolah
oleh komputer menjadi gambar 3 dimensi. Kemudian, dokter akan menganalisa
gambar dan membuat diagnosis.

Proses pengambilan gambar umumnya berlangsung kurang dari satu jam.


Namun jika diperlukan, pemeriksaan bisa berlangsung lebih lama, bahkan
memerlukan lebih dari satu kali kunjungan.
2.6 Gambaran Normal Foto Thorax Dan Foto Polos

Thorax Normal

Thorax Polos

2.7 Kelainan Pada Foto Thorax Dan Foto Polos Pada Abdomen
A. Kelainan pada foto thorax
1) Chronic obstructive pulmonary disease (copd)
2) Pneumothorax
3) Tension pneumothorax
4) Pulmonary embolus
B. Kelainan pada foto polos abdomen
1) Single dark bubble pada bayi berhubungan dengan kelainan kongenital pada
gastic outlet (atresia gastric outlet) 
2) Double dark bubbles pada bayi juga berhubungan dengan kelainan kongenital
pada duodenum (atresia duodeni) 
3) Kelainan kongenital pada bayi dan anak kecil lainnya seperti midgut volvulus
atau malrotasi karena perputaran intestinal yang tidak komplit dalam masa
pembentukannya juga terkadang dapat terlihat pada foto radiografi polos
abdomen namun akan lebih jelas apabila digunakan media kontras berupa
larutan barium sulfat. 
4) Untuk pasien dengan atresia ani pada bayi, dilakukan pengambilan foto
radiografi polos dengan posisi kepala di bawah dan pada bagian anus harus
diberi marker dari logam kecil untuk mengetahui serta menentukan jarak
antara atresia dengan lubang anus yang akan dibentuk atau direkonstruksi. 
5) Megakolon kongenital (penyakit hirschprung) dari anorektal biasanya memberi
gambaran pelebaran dari organ tersebut. Kelaian tersebut menyebabkan
anak tidak dapat buang air besar dan foto radiografi polos sangat mirip dengan
gambaran ileus.    

2.8 Penggunaan Radioterapi Kuratif Dan Paliatif


A. Radioterapi Definitif
Radioterapi Definitif adalah bentuk pengobatan yang ditujukan untuk
kemungkinan survive setelah pengobatan yang adekuat, bahkan juga bila
kemungkinan survive itu rendah, contoh pada tumor-tumor dengan T4 pada tumor
kepala dan leher, pada pasien kanker paru dan kanker serviks stadium FIGO III b atau
bahkan IV a.
B. Radioterapi Paliatif
Radioterapi Paliatif adalah bentuk pengobatan dimana tidak ada lagi harapan
untuk hidup pasien untuk jangka panjang. Keluhan dan gejala yang dirasakan oleh
pasien yang harus dihilangkan merupakan bentuk pengobatan yang diberikan. Tujuan
pengobatan paliatif dengan demikian untuk menjaga kualitas hidup pasien di sisa
hidupnya dengan menghilangkan keluhan dan gejala, sehingga pasien hidup dengan
lebih nyaman. Kombinasi pemberian radioterapi juga dapat berbentuk:
1) Radioterapi saja
2) Radiasi preoperasi
3) Radiasi postoperasi
4) Kombinasi Kemoradiasi
5) Radiasi intra/peri operatif
2.9 Persiapan Pemeriksaan Radiologi
1) Puasa.
Sebagai contoh, jika dokter berencana menggunakan cairan kontras, pasien
akan diminta berpuasa 4-6 jam sebelum menjalani pemeriksaan. Pasien yang akan
menjalani USG perut juga akan diminta puasa selama 8-12 jam. Makanan yang
belum tercerna bisa membuat gambar yang dihasilkan kurang jelas.
2) Minum obat tertentu.
Pemeriksaan Rontgen pada kondisi patah tulang, bisa menimbulkan nyeri dan
rasa tidak nyaman, terutama jika pasien diminta untuk menahan posisi saat
pengambilan gambar. Dokter akan memberikan obat penahan rasa sakit sebelum
pemeriksaan.
3) Minum banyak dan menahan untuk tidak buang air kecil.
Untuk pemeriksaan USG panggul, pasien akan diminta banyak minum hingga
kandung kemih penuh.
4) Melepas aksesoris yang menempel di tubuh.
Pasien akan diminta melepas semua aksesoris logam yang dikenakan sebelum
memasuki ruang pemeriksaan, seperti perhiasan, jam tangan, kacamata, dan gigi
palsu.
5) Mengenakan pakaian khusus.
Setelah memasuki ruangan, pasien akan diminta mengenakan pakaian khusus
yang telah disediakan.

2.10 Efek samping radioterapi akut dan kronik


Radioterapi dapat menimbulkan efek samping cepat (akut) dan lambat (kronik).
Efek samping akut terjadi saat dan sesaat setelah radiasi sedangkan efek samping
kronik terjadi beberapa bulan bahkan tahun setelah radiasi. Efek samping tergantung
dari lokasi tubuh yang diradiasi, total dosis radiasi yang diberikan perhari dan total
dosis yang diberikan keseluruhan.
Efek samping akut terjadi akibat kerusakan sel-sel dengan cepat. Efek samping
tersebut misalnya iritasi kulit yang menjadi target radiasi, kebotakan, gangguan
berkemih, gangguan produksi air liur dan lain lain tergantung dari lokasi penyinaran.
Efek samping akut akan berangsur-angsur hilang setelah radiasi dihentikan meskipun
kerusakan kelenjar liur dapat terjadi permanen. Jenis obat tertentu dapat diberikan
untuk melindungi organ-organ tersebut selama radiasi yang disebut sebagai
radioprotektor. Keluhan umum yang paling sering pada pasien pasca radioterapi
adalah rasa capek, lemas dan mual muntah.
Efek samping kronik dapat muncul maupun tidak tergantung dari organ yang
diradiasi yaitu fibrosis (sel normal tubuh yang mati digantikan dengan jaringan parut
sehingga tidak dapat berfungsi dengan baik dan mengganggu gerakan organ di
sekitarnya), kerusakan pada usus yang menyebabkan diare bahkan perdarahan,
gangguan daya ingat, kemandulan, dan muncul kanker lain akibat radiasi tersebut.

2.11 Proteksi Radiasi Untuk Petugas Dan Pasien


A. Proteksi radiasi terhadap penderita dengan terapi radiasi
Pada terapi dosis tertentu yang diberikan kepada penderita, jaringan sehat
sekitarnya perlu mendapat perlindung sebaik-baiknya. Pada penyinaran sekitar
mata, mata harus mendapat perlindungan dengan menggunakan timah hitam lead
eye shield agar lensa mata terhindar dari kerusakan. Pada penyinaran tumor yang
tidak ganas dan terhadap anak-anak perlu hati-hati dengan jumlah disis yang
diberikan, tidak diperkenankan dilakukan berulang kali penyinaran oleh karena
radiasi bersifat karsinoghen/penyebab kanker (Niels Bohr,1913).
B. Proteksi terhadap Pekerja Diagnostik Radiologi
Pekerja diagnostik radiologi umumnya mendapat radiasi dari tabung sinar-
X. Untuk menghindari radioasi sinar-X dapat dibuat sekecil mungkin 50% tanpa
mengganggu informasi medis yang diperlukan. Faktor yang perlu diperhatikan
dalam proteksi terhadap pekerja adalah:
1. Filter/filtration, penyaringan/filter sangat berguna untuk mengurangi
intensitas sinar-X yang dihasilkan oleh tabung sinar-X. Umumnya setiap
unit sinar-X harus mempunyai filter Al setebal 3mm, jika tidak maka
energi rendah sinar-X yang seharusnya dihilangkan oleh filter akan
mencapai pada tubuh, sehingga tubuh akan lebih banyak menerima radiasi
yang tidak diperlukan.
2. Kollimator,merupakan suatu cela yang berfungsi mengatur luas (area)
dari berkas sinar-X yang diperlukan. Menurut NEXT (Nationwide
Evaluation of ray Trends), perbandingan antara luas berkas sinar dengan
luas lempeng filmyang ideal adalah labih kecil dari satu. Oleh sebab itu
untuk proteksi radiasi, kollimator harus diatur agar berkas sinar-X yang
diterima oleh tubuh secukupnya saja.
3. Kualitas film, apabila digunakan kualitas film yang kurang sensitif akan
diperoleh gambaran yang kurang jelas sehingga diperlukan sinar-X yang
lebih keras agar diperoleh gambaran yang jelas, hal ini dapat
menimbulkan radiasi semakin besar.
4. Distribusi dari hasil luas penyinaran, ini dapat diperoleh dengan
mengukur total radiasi pada penderita. Hasil luas penyinaran berkaitan
dengan perkalian penyinaran dalam roengten dan luas penyinaran dalam
cm2 (Rap). Selain apa yang disebut diatas, setiappegawai yang
berkecimpung dengan sinar-X maupun operator harus memakai led apron
dan berdiri di belakang dari arah sinar. Harus memakai film badge
sehingga jumlah dosis yang diterima dapat diketahui dan apabila ada
kesalahan dan kelainan dalam proteksi dapat segera diselidiki. Petugas
dilarang memegang tabung radium atau jarum radium dengan tangan,
melainkan harus menggunakan alat pemegang khusus yaitu long handled
forcep. Tidak diperkenankan menggunakan sarung tangan berlapis timah
hitam pada waktu bekerja dengan radium oleh karena itu sinar gam hasil
pancaran radium dengan mudah dapat menembusnya. Menurut hukum
kuadrat terbalik invers squre law : “radiasi berbanding langsung dengan
jumlah radium serta lamanya waktu bekerja dan berbanding terbalik
dengan jarak dari radium”.
Hukum ini berlaku bagi mereka yang menggunakan radium untuk radiasi.
Terapi pada penderita dengan terapi internal radiation yaitu yang
menggunakan radioisotope yang dimasukkan kedalam tubuh yang sakit.
Tindakan/usaha yang perlu dilakukan untuk mencegah radiasi terhadap
petugas meliputi:
a. Penderita harus tinggal dalam satu ruangan khusus.
b. Perawat jangan terlalu lama berdekatan dengan sumber radiasi.
c. Pada waktu membersihkan penderita, jangan terlalu berdeketan
dengan sumber radiasi.
d. Mengenakan pakaian pelindung.
e. Pasien-pasien yang secara permanen/menetap ditanamkan bahan
radio aktif kedalam tubuhnya, atau yang menerima dosis terapi 131I
harus berada di rumah sakit sampai intesitas radiasi disekitar
pasien tersebut mencapai tingkat keselamatan.
f. Kotoran penderita harus ditampung pada suatu tempat dan
dibuang pada tempat tertentu.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Laboratorium kesehatan merupakan salah satu sarana kesehatan yang di harapkan
mampu memberikan pelayanan terbaik terhadap kebutuhan individu maupun masyarakat.
Oleh karena itu mutu pelayanan laboratorium kesehatan haruslah baik dan bermutu agar
dapat memberikan hasil pemeriksaan labporatorium yang tepat, teliti, benar, dapat di
percaya dan memuaskan pengguna jasa.

3.2 Saran
Untuk pembaca dan penulis dinsarankan untuk bisa membaca dan mempelajari isi
makalah tersebut dengan apa yang sudah tertera dalam makalah tersebut, dan di harapkan
dapat mengaplikasikannya dalam pelayanan kesehatan agar dapat membangun pelayanan
kesehatan yang baik dan benar
DAFTAR PUSTAKA

Alvin, H.,1988, 3000 Solved Problem In Physic, New York : Mc Graw-Hill Book Company

Gabriel, J.F., 1996, Fisika Kedokteran, Jakarta : EGC

Giancoli D.C.,2001,Fisika, Alih Bahasa Yuhilza Hanum, Edisi KeLima, Jakarta : Erlangga

Sutedjo, 2005, Fisika Teknologi dan Industri, Bogor : Yudisthira

Hani A.R, 2010, Teori dan Aplikasi Fisika Kesehatan, Yogyakarta : Nuha Medika

Anda mungkin juga menyukai