PENDAHULUAN
1
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud kecelakaan akibat kerja ?
2. Jelaskan tentang cidera akibat kecelakaan kerja ?
3. Jelaskan klasifikasi jenis cidera akibat kecelakaan kerja ?
4. Apa saja faktor penyebab terjadinya kecelakaan kerja ?
5. Apa saja penyakit akibat kerja ?
6. Apa saja penyebab penyakit akibat kerja ?
7. Apa saja jenis penyakit akibat kerja perawat ?
8. Apa saja dasar hukum pelaksanaan upaya K3RS ?
1.4 MANFAAT
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui hubungan risiko patient handling dengan keluhan
muskuloskeletal pada perawat bagiann IGD RSUD dr. Moewardi di Surakarta.
2. Tujuan khusus
Mendeskripsikan dan menganalisis karakteristik responden, seperti Umur,
jenis kelamin, masa kerja, IMT, dan kondisi kesehatan.
Mendeskripsikan pekerjaan patient handling pada perawat.
Menganalisis keluhan muskuloskeletal.
2
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN KECELAKAAN AKIBAT KERJA
Penerapan kode – kode kecelakaan kerja akan sangat membantu proses investigasi
dalam meginterpretasikan informasi - informasi yang tersebut diatas. kode yang
digunakan untuk mekanisme terjadinya cidera/sakit akibat kerja dibagi sebagai
berikut:
Cidera adalah patah, retak, cabikan, dan sebagainya yang diakibatkan oleh
kecelakaan. Bureau of Labor Statistics, U.S. Department of Labor (2008) menyatakan
bahwa bagian tubuh yang terkena cidera dan sakit terbagi menjadi:
a) Kepala; mata.
b) Leher.
c) Batangtubuh; bahu, punggung.
d) Alatgerakatas; lengantangan, pergelangantangan, tanganselainjari, jaritangan.
e) Alatgerakbawah; lutut, pergelangan kaki, kaki selainjari kaki, jari kaki
f) Sistemtubuh
g) Banyakbagian
3
Tujuan menganalisa cidera atau sakit yang mengenai anggota bagian tubuh yang
spesifika dalam untuk membantu dalam mengembangkan program untuk mencegah
terjadinya cidera karena kecelakaan, sebagai contoh cidera mata dengan penggunaan
kacamata pelindung. Selain itu juga bisa digunakan untuk menganalisis penyebab
alami terjadinya cidera karena kecelakaan kerja.
Klasifikasi jenis cidera Akibat Kecelakaan Kerja jenis cidera akibat kecelakaan
kerja dan tingkat keparahan yang ditimbulkan membuat perusahaan melakukan
pengklasifikasian jenis cidera akibat kecelakaan. Tujuan pengklasifikasian ini adalah
untuk pencatatan dan pelaporan statistik kecelakaan kerja. Banyak standar referensi
penerapan yang digunakan berbagai oleh rumah sakit. Berikut adalah pengelompokan
jenis cidera dan keparahannya:
4
5. Cideraringan (first aid injury)
Adalah cidera ringan akibat kecelakaan kerja yang ditangani menggunakan
alat pertolongan pertama pada kecelakaan setempat, contoh luka lecet, mata
kemasukan debu, dan lain-lain.
6. Kecelakaan yang tidakmenimbulkancidera (Non Injury Incident)
Adalah suatu kejadian yang potensial, yang dapat menyebabkan kecelakaan
kerja atau penyakit akibat kerja kecuali kebakaran, peledakan dan bahaya
pembuangan limbah.
Sikapdalampengetahuan, ketrampilandansikap
Keletihan
Gangguanpsikologis
5
2.5 PENGERTIAN PENYAKIT AKIBAT KERJA
Faktor keselamatan kerja menjadi penting karena sangat terkait dengan kinerja
karyawan dan pada gilirannya pada kinerja perusahaan. Semakin tersedianya fasilitas
keselamatan kerja semakin sedikit kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja. Penyakit
akibat kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan, alatkerja, bahan, proses
maupun lingkungan kerja. Dengan istilah lain Penyakit Akibat Kerja (PAK) ialah
gangguan kesehatan baik jasmani maupun rohani yang ditimbulkan atau pun
diperparah karena aktivitas kerja atau kondisi yang berhubungan dengan pekerjaan .
(Hebbie Ilma Adzim, 2013).
Tedapat beberapa penyebab PAK yang umum terjadi di tempat kerja, berikut
beberapa jenis yang digolongkan berdasarkan penyebab dari penyakit yang ada di
tempat kerja :
6
2.7 JENIS PENYAKIT AKIBAT KERJA PERAWAT
a. Back injures adalah nyeri pinggang yang disebabkan seringnya kerja otot
statik, seperti mengangkat pasien, work shift, dan terlalu sering berdiri
(kurang duduk)
b. Infeksi nosokomial adalah infeksi yang ditularkan di rumahsakit yang
ditularkan setelah 2 x 24 jam.
c. Tertular beberapa penyakit menular seperti TBC, HIV/AIDS, dan hepatitis
karena perawat setiap hari kontak dengan pasien tanpa terkecuali.
1. UU No. 14 Tahun 1969, tentang ketentuan Pokok Tenaga Kerja, yang menyatakan
bahwa, tiap tenaga kerja berhak mendapat perlidungan atas keselamatan, kesehatan,
kesusilaan, pemeliharaan moril kerja serta perlakuan yang sesuai dengan martabat
manusia dan moral agama.
2. UU No. 1 Tahun 1970, tentang Keselamatan Kerja, yang menyatakan bahwa
keselamatan kerja dilaksanakan dalam segala tempat kerja, baik di darat, di dalam
tanah, di permukaan air maupun di udara yang berada di dalam wilayah kekuasaan
Republik Indonesia.
3. UU No. 23 Tahun 1992 pasal 23, menyatakan bahwa Kesehatan Kerja
diselenggarakan untuk mewujudkan produktivitas kerja yang optimal. Kesehatan
kerja meliputi pelayanan kesehatan, pencegahan penyakit akibat kerja dan syarat
kesehatan kerja. Setiap tempat kerja wajib menyelenggarakan kesehatan kerja.
4. UU No. 25 Tahun 1997, tentang Ketenaga Kerjaan, pasal 108 yang menegaskan
kembali bahwa, setiap pekerja mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas
keselamatan dan kesehatan kerja, moral dan kesusilaan dan pelakuan yang sesuai
dengan harkat dan martabat manusia serta agama.
7
5. Rekomendasi ILO/WHO Konvensi No. 155/1981, ILO menetapkan kewajiban setiap
negara untuk merumuskan, melaksanakan dan mengevaluasi kebijakan nasionalnya di
bidang kesehatan dan keselamatan kerja serta lingkungan kerja.
8
BAB 3
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Rumah sakit tidak lagi menjadi tempat aman bagi tenaga kerjanya, karena banyak
berkumpul bahan berbahaya biologik, kimia dan fisik yang setiap saat dapat terpajan
kepada tenaga kerjanya. Sebelum timbul penyakit akibat kerja dan penyakit yang
berhubungan dengan kerja diperlukan upaya pencegahan berupa program K3RS.
3.2 SARAN
Pengetahuan mengenai sistem neurologi hendaknya harus dimiliki setiap orang.
Dengan pengetahuan yang dimiliki dapat bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain.
Dan pengetahuan yang diberika harus mudah dipahami, tepat sasaran, dan tidak
menyesatkan. Dengan demikian orang tersebut akan dapat menghadapi gangguan dari
luar maupun dari dalam dengan cara yang sehat, matang dan bertanggung jawab.
9
DAFTAR PUSTAKA
Husni,Lalu.(2003). Pengantar Hukum Ketenaga kerjaan Indonesia. Jakarta: Raja Grafindo
Perkasa OHSAS 18001. (2007).
Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja. Peraturan Menteri Tenaga Kerja
Republik Indonesia Nomor 03/MEN/98 tahun 1998 tentang Tata Cara Pelaporan dan
Pemeriksaan Kecelakaan
Week,J. Gregory R. Wagner, Kathleen M. Rest, Barry S. Levy. (2005). A public Health
Approach to Preventing Occupational Disesase and Injuries in Preventing Occupational
Disease and Injuries. Edisi ke-2, APHA, Washington
10