DISUSUN OLEH :
Laode Muhammad Fauzan Sayyid Sultan
Muh. Iksar Jaya saputra
Ardhi Naufal Fauzan
Novi Aprilia
Laela Fadillah
Marda Lusi palitak
Rahma Yuniar
Anggi Fitriani
Fitri
Nadila
Mega Saputri Ratnasari
1.3 Tujuan
1. Dapat mengetahui definisi kesehatan dan keselamatan kerja.
2. Dapat mengetahui bahaya yang sering ditemukan pada Rumah Sakit.
3. Dapat mengetahui bentuk manajemen kesehatan dan keselamatan kerja.
4. Dapat mengetahui training kesehatan dan keselamatan kerja di Rumah Sakit
5. Dapat mengetahui peran Dinas Kesehatan terhadap kesehatan dan keselamatan kerja di Rumah
Sakit.
BAB 2
PEMBAHASAN
2.2 Bahaya Yang Dihadapi Dalam Rumah Sakit Atau Instansi Kesehatan
Dalam pekerjaan sehari-hari petugas kesehatan selalu dihadapkan pada bahaya-bahaya tertentu
misalnya bahaya infeksi, peralatan listrik maupun peralatan kesehatan. Secara garis besar bahaya
yang dihadapi dalam Rumah Sakit atau instansi kesehatan dapat digolongkan dalam :
a. Bahaya kebakaran dan ledakan dari zat/bahan yang mudah terbakar atau meledak (obat-obatan).
b. Bahan beracun dan korosif.
c. Bahaya radiasi.
d. Luka bakar.
e. Shock akibat aliran listrik .
f. Luka goresan akibat alat gelas yang pecah dan benda tajam .
g. Bahaya infeksi dari kuman, virus atau parasit
Pada umumnya bahaya tersebut dapat dihindari dengan usaha-usaha pengamanan, antara lain:
dengan penjelasan, peraturan serta penerapan disiplin kerja. Di Indonesia, beberapa kasus penyakit
kronis yang diderita petugas Rumah Sakit yakni hipertensi, varises, anemia (kebanyakan wanita),
penyakit ginjal dan saluran kemih, dermatitis serta nyeri tulang belakang, juga terdapat beberapa
kasus penyakit akut yang diderita petugas Rumah Sakit lebih besar 1,5 kali dari petugas atau pekerja
lain yaitu: penyakit infeksi dan parasit, saluran pernafasan, saluran cerna dan keluhan lain (seperti
sakit telinga, sakit kepala, gangguan saluran kemih, masalah kelahiran anak, gangguan pada saat
kehamilan, penyakit kulit dan sistem otot dan tulang rangka). Dari berbagai potensi bahaya tersebut,
maka perlu upaya untuk mengendalikan, meminimalisasi dan bila mungkin meniadakannya, oleh
karena itu K3 Rumah Sakit perlu dikelola dengan baik. Agar penyelenggaraan K3 RS lebih efektif,
efisien dan terpadu. Untuk mencapai itu semua, diperlukan sebuah pedoman manajemen K3 di
Rumah Sakit, baik bagi pengelola maupun karyawan Rumah Sakit.
Anggota organisasi profesi atau seminat yang terkait dengan kegiatan Rumah
Sakit/instansi kesehatan dapat diangkat menjadi anggota komisi di tingkat daerah (wilayah) maupun
tingkat pusat (nasional). Selain itu organisasi-organisasi profesi atau seminar tersebut dapat juga
membentuk badan independen yang berfungsi sebagai lembaga penasehat atau Panitia Pembina
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit/Instansi Kesehatan.
Adanya rencana
Adanya instruksi-instruksi dan pemberian wewenang kepada bawahan.
Dalam fungsi pengawasan tidak kalah pentingnya adalah sosialisasi tentang perlunya disiplin,
mematuhi segala peraturan demi keselamatan kerja bersama di Rumah Sakit/instansi kesehatan.
Sosialisasi perlu dilakukan terus menerus, karena usaha pencegahan bahaya yang bagaimanapun
baiknya akan sia-sia bila peraturan diabaikan. Dalam Rumah Sakit/instansi kesehatan perlu dibentuk
pengawasan Rumah Sakit/instansi kesehatan yang tugasnya antara lain:
A. Memantau dan mengarahkan secara berkala praktek-praktek Rumah Sakit/instansi kesehatan
yang baik, benar dan aman.
B. Memastikan semua petugas Rumah Sakit/instansi kesehatan memahami cara-cara menghindari
resiko bahaya dalam Rumah Sakit/instansi kesehatan.
C. Melakukan penyelidikan segala peristiwa berbahaya atau kecelakaan.
D. Mengembangkan sistem pencatatan dan pelaporan tentang keamanan kerja Rumah Sakit/instansi
kesehatan .
E. Melakukan tindakan darurat untuk mengatasi peristiwa berbahaya dan mencegah meluasnya
bahaya tersebut.
2.4 Training Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit
Karena terlalu banyak kasus kecelakaan kerja di Rumah Sakit yang dikarenakan berbagai
faktor dan sebab dari kurangnya pengetahuan sumber daya Rumah Sakit terhadap keselamatan, juga
disebabkan karena kurangnya fasilitas medis perlu diperhatikan sedemikian rupa. Sosialisasi
pentingnya Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit salah satunya bisa dilakukan dengan
mengikutsertakan seluruh sumber daya manusia yang ada untuk mengikuti training Kesehatan dan
Keselamatan Kerja di Rumah Sakit. Untuk terlaksananya program Kesehatan dan Keselamatan Kerja
dan dapat dilaksanakan dengan baik, maka pihak manajemen Rumah Sakit perlu memahami berbagai
hal yang terkait dengan Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Dengan penerapan Kesehatan dan
Keselamatan Kerja di Rumah Sakit yang baik dan benar maka berbagai kasus kecelakaan kerja dapat
diminimalisasi.
Tujuan training Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit adalah untuk memberikan
pembekalan dan pemahaman kepada peserta yang diharapkan:
Setelah mengikuti training Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit ini, peserta
yang terlibat diharapkan mampu untuk mengelola sistem manajemen Kesehatan dan
Keselamatan Kerja di Rumah Sakit
Peserta mampu membuat, mendokumentasi, serta merencanakan program-program
Kesehatan dan Keselamatan Kerja untuk disosialisasikan pada masing-masing instansi demi
meningkatkan kepuasan dan kepercayaan pelanggan
Mampu merencanakan dan melakukan perbaikan terkait dengan sarana dan prasarana safety
di Rumah Sakit serta mampu mengefektifkan kegunaannya semaksimal mungkin untuk
menangani sekaligus mencegah timbulnya kecelakaan kerja di Rumah Sakit
2.5 Penegakan Peraturan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah sakit (K3RS) dan
Peran Dinas Kesehatan
1. Peraturan Kesehatan Kerja
UU Kesehatan Nomor 23 tahun 2002 Pasal 23 Tentang Kesehatan Kerja menyatakan bahwa
setiap tenaga kerja berhak mendapatkan perlindungan atas keselamatan dan kesehatan. Peraturan
Menteri Tenaga Kerja No.05/Men. 2006 juga mengatur bahwa setiap perusahaan yang
mempekerjakan lebih dari 100 orang atau lebih dan atau yang mengandung potensi bahaya wajib
menerapkan sistem manajemen K3 (Bab III Pasal 3).
Rumah Sakit tidak terlepas dari peraturan-peraturan ini karena teknologi dan sarana
kesehatan, kondisi fisik Rumah Sakit dapat membahayakan pasien, keluarga, serta pekerja. Jika tidak
dikelola, Rumah Sakit tidak terhindar dari kebakaran, bencana, atau dampak buruk pada kesehatan.
Ringkasan studi tentang penerapan K3RS di bawah ini bisa dijadikan kasus bagaimana
lemahnya komitmen Rumah Sakit dalam hal ini : K3RS di Indonesia telah memiliki 22 peraturan. Di
antara seluruh peraturan itu, paling banyak adalah peraturan menteri (9 buah) dan belum ada sama
sekali peraturan daerah. Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Barat sendiri tidak memiliki semua
dokumen peraturan yang telah dikeluarkan oleh pemerintah. Dinas kesehatan bahkan tidak memiliki
satu staf yang mengurusi bidang ini. Tidak ada tim khusus K3RS. Penjabaran dari regulasi tersebut
oleh pemerintah daerah dalam bentuk peraturan daerah belum ada sama sekali. Padahal mengacu
pada PP No. 25 tahun 2000 Tentang Kewenangan Pemerintah dan Propinsi sebagai otonom maka,
pemerintah daerah mempunyai legalitas dalam mengatur regulasi K3RS. Kenyataan ini barang kali
bisa mencerminkan keadaan sebelum desentralisasi. Daerah melaksanakan apa yang menjadi
keputusan pusat dan barang kali karena keputusan pusat itu pula, regulasi K3RS ini lemah
2. Kesehatan dan Keselamatan Kerja sebagai Pilihan Rasional Rumah Sakit
Penelitian mengukur sembilan aspek yang bisa dijadikan tolok ukur bahwa Rumah Sakit itu
memberikan komitmen pelaksanaan K3RS.
Pelaksanaan K3RS pada masa yang lalu ditekankan dengan pola pembinaan dinas kesehatan.
Kebijakan selama ini dalam bidang kesehatan dan keselamatan kerja adalah berupa sosialisasi
program, pelatihan tentang K3RS, menyediakan tenaga khusus, dan membuat pedoman pelaksanaan.
Cara-cara pembinaan seperti itu memperlihatkan hasil yang minimal. Pemerintah daerah hendaknya
lebih peduli dengan K3RS, dengan membuat peraturan daerah khusus yang diberlakukan di
daerahnya. Dinas kesehatan bisa mengawasi pelaksanaan K3RS, diikuti dengan tindakan sanksi bagi
yang tidak menerapkannya. Lebih tegas, perlindungan publik dan pekerja seperti ini harus menjadi
persyaratan mutlak dalam pemberian izin pendirian suatu Rumah Sakit.
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu bentuk upaya untuk menciptakan
tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan
atau bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan
efisiensi dan produktivitas kerja
Bahaya yang dihadapi dalam Rumah Sakit: bahaya kebakaran dan ledakan dari zat/bahan
yang mudah terbakar atau meledak (obat-obatan), bahan beracun, korosif, bahaya radiasi, luka bakar,
shock akibat aliran listrik, luka goresan akibat alat gelas yang pecah dan benda tajam dan bahaya
infeksi dari kuman, virus atau parasit.
3.2 Saran
Demikianlah makalah ini kami buat. Kami mohon maaf apabila ada kesalahan dalam
pembuatan makalah ini. Kami mohon kritik dan saran agar pembuatan makalah selanjutnya menjadi
lebih baik lagi
DAFTAR PUSTAKA
https://Feris-inolva.blogspot.co.id/2013/03/makalah-kesehatan-dan-keselamatan-kerja.html
https://Ners-binahusada.blogspot.co.id/2011/10/keselamatan-dan-kesehatan-kerja-rumah.html
https://Nadzibillah.blogspot.co.id/2013/09/peranan-k3-kesehatan-dan-keselamatan.html