Dosen
OLEH:
ALVIRA
RAMDHANI A
P1806215034
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
BAB II
ISI DAN PEMBAHASAN
A. Pengertian dan Ruang Lingkup Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Rumah Sakit
yang sehat, aman dan nyaman baik bagi pekerja rumah sakit, pasien,
pengunjung/pengantar orang sakit, maupun bagi masyarakat dan
lingkungan sekitar rumah sakit.
B.
IDENTIFIKASI BAHAYA
Langkah pertama manajemen risiko kesehatan di tempat kerja adalah
Penilaian Pajanan
Proses penilaian pajanan merupakan bentuk evaluasi kualitatif dan
kuantitatif terhadap pola pajanan kelompok pekerja yang bekerja di tempat dan
pekerjaan tertentu dengan jenis pajanan risiko kesehatan yang sama. Kelompok
itu dikenal juga dengan similar exposure group (kelompok pekerja dengan
pajanan yang sama). Penilaian pajanan harus memenuhi tingkat akurasi yang
adekuat dengan tidak hanya mengukur konsentrasi atau intensitas pajanan, tetapi
juga faktor lain. Pengukuran dan pemantauan konsentrasi dan intensitas secara
kuantitatif saja tidak cukup, karena pengaruhnya terhadap kesehatan dipengaruhi
oleh faktor lain itu. Faktor tersebut perlu dipertimbangkan untuk menilai potensial
faktor risiko (bahaya/hazards) yang dapat menjadi nyata dalam situasi tertentu.
Risiko adalah probabilitas suatu bahaya menjadi nyata, yang ditentukan
oleh frekuensi dan durasi pajanan, aktivitas kerja, serta upaya yang telah
dilakukan untuk pencegahan dan pengendalian tingkat pajanan. Termasuk yang
perlu diperhatikan juga adalah perilaku bekerja, higiene perorangan, serta
kebiasaan selama bekerja yang dapat meningkatkan risiko gangguan kesehatan.
C.
bahaya lingkungan kerja dapat berasal atau bersumber dari berbagai faktor, antara
lain :
1) faktor teknis, yaitu potensi bahaya yang berasal atau terdapat pada
peralatan kerja yang digunakan atau dari pekerjaan itu sendiri;
2) faktor lingkungan, yaitu potensi bahaya yang berasal dari atau berada di
dalam lingkungan, yang bisa bersumber dari proses produksi termasuk
bahan baku, baik produk antara maupun hasil akhir;
3) faktor manusia, merupakan potensi bahaya yang cukup besar terutama
apabila manusia yang melakukan pekerjaan tersebut tidak berada dalam
kondisi kesehatan yang prima baik fisik maupun psikis.
disebabkan
oleh
bakteri,
Biasanya disebabkan oleh peralatan kerja yang tidak sesuai dengan ukuran
tubuh atau anggota badan (tidak ergonomik). Hal ini dapat menimbulkan
kelelahan secara fisik dan adanya keluhan-keluhan dan gangguan kesehatan,
misalnya : Carpal tunnel syndrome, tendinitis, tenosynovitis, dan lain
sebagainya.
4. Faktor fisik ((kebisingan, getaran, suhu, dsb)
Misalnya panas pada kulit, tegangan tinggi pada sistem reproduksi, radiasi
pada sistem pemroduksi darah, Bahaya atau gangguan kesehatan yang dapat
timbul dari faktor lingkungan ini :
a. Tuli permanen akibat kebisingan (misalnya ruang Generator, bengkel
b.
c.
d.
e.
f.
yg
tersebut Dapat menimbulkan stres kerja dengan gejala psikosomatis berupa mual,
muntah, sakit kepala, nyeri ulu hati, jantung berdebar-debar, dll.Kekhawatiran
(efek psikologis) yang ditimbulkan dari kesalahan kinerja tersebut tidak hanya
terjadi pada pasien tetapi juga terjadi pada petugas medis
Pengendalian Bahaya dengan langkah (Hierarchy of Control)
a. Eliminasi,
adalah
menghilangkan
penggunaaan
suatu
dengan
cara
pemabatasan
ijin
masuk
dalam
daerah
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Menurut
Kepmenkes
NOMOR
432/MENKES/SK/IV/2007
tentang
dan fungsi pokok K3RS masih kurang efektif, hal ini dikarenakan tidak dapat
mencapai standart-standart yang harusnya terpenuhi ketika ada personel K3 dalam
rumah sakit. Salah satunya adalah melakukan pembinaan, pengawasan, dan
pengendalian akan bahaya dari kecelakaan kerja dalam bentuk apapun. Oleh
karena itu, sosialisasi dan pengawasan mengenai K3 di Rumah Sakit harus lebih
ditingkatkan lagi. Harusnya SMK3 juga menerapkan prinsip AREC (Anticipation,
Recognition, Evaluation dan Control) dari metode kerja, pekerjaan dan
lingkungan kerja, agar tupoksi K3RS sendiri dapat tercapai.