Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN

KERJA DI KONSTRUKSI BANGUNAN

OLEH :

AYU DYAH KUSUMADEWI WIDIARSA (P07120217019)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
JURUSAN KEPERAWATAN
2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan
rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan laporan yang berjudul “Kesehatan dan
Keselamatan Kerja di Konstruksi Bangunan”. Tujuan penulisan laporan ini adalah untuk
melengkapi atau memenuhi tugas Matrikulasi Ners Mata Kuliah Kesehatan dan Keselamatan
Kerja (K3). Pada kesempatan ini penulis mengucapkan rasa hormat dan terima kasih selama
menyelesaikan laporan ini.

Laporan ini diharapkan dapat memberikan wawasan pengetahuan tentang “Kesehatan dan
Keselamatan Kerja di Konstruksi Bangunan” agar dapat dikenali dan dijadikan ilmu untuk
kedepannya. Tentunya pembuatan karya tulis ini tidak lepas dari bantuan berbagai
pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya
kepada PJMK, serta seluruh pihak yang secara langsung maupun tidak langsung telah
membantu pembuatan karya tulis ini.

Penulis menyadari bahwa laporan ini sangat jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan masukan berupa kritikan dan saran yang membangun demi kesempurnaan
laporan ini. Semoga laporan ini mampu memberikan manfaat bagi kehidupan kita semua.

Jembrana, 17 Juli 2021

Penulis

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Proyek konstruksi adalah suatu rangkaian kegiatan yang sifatnya hanya dilakukan
satu kali. Pada umumnya proyek konstruksi memiliki jangka waktu yang pendek. Didalam
rangkaian kegiatan proyek kontstruksi tersebut, biasanya terdapat suatu proses yang
berfungsi untuk mengolah sumber daya proyek sehingga dapat menjadi suatu hasil
kegiatan yang menghasilkan sebuah bangunan.
Adanya kemungkinan kecelakaan yang terjadi pada proyek konstruksi akan
menjadi salah satu penyebab terganggunya atau terhentinya aktivitas pekerjaan proyek.
Oleh karena itu, pada saat pelaksanaan pekerjaan konstruksi diwajibkan untuk menerapkan
sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (K3) di lokasi kerja dimana masalah
keselamatan dan kesehatan kerja ini juga merupakan bagian dari perencanaan dan
pengendalian proyek.
Kewajiban untuk menyelenggarakaan Sistem Manajemen K3 pada perusahaan-
perusahaan besar melalui Undang-undang Ketenagakerjaan, baru menghasilkan 2,1% saja
dari 15.000 lebih perusahaan berskala besar di Indonesia yang sudah menerapkan Sistem
Manajemen K3. Minimnya jumlah itu sebagian besar disebabkan oleh masih adanya
anggapan bahwa program K3 hanya akan menjadi tambahan beban biaya perusahaan.
Padahal jika diperhitungkan besarnya dana kompensasi/santunan untuk korban kecelakaan
kerja sebagai akibat diabaikannya Sistem Manajemen K3, yang besarnya mencapai lebih
dari 190 milyar rupiah di tahun 2003, jelaslah bahwa masalah K3 tidak selayaknya
diabaikan.
Sejak awal tahun 1980-an pemerintah telah mengeluarkan suatu peraturan tentang
keselamatan kerja khusus untuk sektor konstruksi, yaitu Peraturan Menteri Tenaga Kerja
dan Transmigrasi No. Per-01/Men/1980. Peraturan mengenai keselamatan kerja untuk
konstruksi tersebut, walaupun belum pernah diperbaharui sejak dikeluarkannya lebih dari
20 tahun silam, namun dapat dinilai memadai untuk kondisi minimal di Indonesia. Hal
yang sangat disayangkan adalah pada penerapan peraturan tersebut di lapangan.
Rendahnya kesadaran masyarakat akan masalah keselamatan kerja, dan rendahnya tingkat
penegakan hukum oleh pemerintah, mengakibatkan penerapan peraturan keselamatan kerja
yang masih jauh dari optimal, yang pada akhirnya menyebabkan masih tingginya angka
kecelakaan kerja.
Pada proyek konstruksi , kecelakaan kerja yang terjadi dapat menimbulkan
1
kerugian terhadap pekerja dan kontraktor, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Kecelakaan kerja tersebut dapat disebabkan oleh tiga faktor yaitu faktor manusia, faktor
peralatan, dan faktor lingkungan kerja. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa
faktor manusia merupakan faktor paling dominan menjadi penyebab kecelakaan kerja. Hal
ini sering kali disebabkan oleh kurangnya kesadaran pekerja akan pentingnya keselamatan
kerja. Selain itu, faktor peralatan seperti crane ataupun faktor lingkungan kerja juga dapat
menyebabkan kecelakaan kerja jika tidak dikelola dengan benar.
Lemah nya pengawasan pada proyek konstruksi. Kurang disiplin nya tenaga kerja
dalam mematuhi ketentuan K3 dan kurang memadainya kuantitas dan kualitas alat
perlindungan diri di proyek konstruksi bangunan membuat resiko pekerja mengalami
kecelakaan kerja lebih tinggi seperti luka-luka, Jatuh dari ketinggian, tertimpa benda jatuh,
terjepit, tersengat aliran listrik dan terkena radiasi yang membuat penyakit timbul akibat
kerja umumnya disebabkan oleh kesalahan pekerja atau human error baik aspek
kompetensi para pelaksana maupun kurang pemahaman arti penting penyelenggaraan K3.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Apakah Pengertian K3?


1.2.2 Apakah Tujuan LK3?
1.2.3 Apakah Faktor Penyebab Kecelakaan?
1.2.4 Apakah Teori Penyebab Kecelakaan?
1.2.5 Apa saja alat pelindung diri (APD)?

1.3 Tujuan

1.3.1 Untuk mengetahui pengertian K3


1.3.2 Untuk mengetahui tujuan K3
1.3.3 Untuk mengetahui faktor penyebab kecelakaan
1.3.4 Untuk mengetahui teori penyebab kecelakaan
1.3.5 Untuk mengetahui alat pelindung diri (APD) di puskesmas

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian K3
1. Menurut Mangkunegara (2002, p.163) Keselamatan dan kesehatan kerjaadalah suatu
pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah
maupun rohaniah tenaga kerja pada khususnya, dan manusia pada umumnya, hasil
karya dan budaya untuk menuju masyarakat adil dan makmur.
2. Menurut Suma’mur (2001, p.104), keselamatan kerja merupakan rangkaian usaha
untuk menciptakan suasana kerja yang aman dan tentram bagi para karyawan yang
bekerja di perusahaan yang bersangkutan.
3. Menurut Simanjuntak (1994), Keselamatan kerja adalah kondisi keselamatan yang
bebas dari resiko kecelakaan dan kerusakan dimana kita bekerja yang mencakup
tentang kondisi bangunan, kondisi mesin, peralatan keselamatan, dan kondisi pekerja .
4. Mathis dan Jackson (2002, p. 245), menyatakan bahwa Keselamatan adalahmerujuk
pada perlindungan terhadap kesejahteraan fisik seseorang terhadap cedera yang terkait
dengan pekerjaan. Kesehatan adalah merujuk pada kondisi umum fisik, mental dan
stabilitas emosi secara umum.
5. Menurut Ridley, John (1983) yang dikutip oleh Boby Shiantosia (2000, p.6),
mengartikan Kesehatan dan Keselamatan Kerja adalah suatu kondisi dalam pekerjaan
yang sehat dan aman baik itu bagi pekerjaannya, perusahaan maupun bagi masyarakat
dan lingkungan sekitar pabrik atau tempat kerja tersebut.
6. Jackson (1999, p. 222), menjelaskan bahwa Kesehatan dan Keselamatan Kerja
menunjukkan kepada kondisi-kondisi fisiologis-fisikal dan psikologis tenaga kerja
yang diakibatkan oleh lingkungan kerja yang disediakan oleh perusahaan
2.2 Tujuan K3
 Melindungi dan menjamin keselamatan setiap tenaga kerja dan orang lain di tempat
kerja.
 Menjamin setiap sumber produksi dapat digunakan secara aman dan efisien.
 Meningkatkan kesejahteraan dan produktivitas Nasional, berdasarkan Undang-
Undang No 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
2.3 Faktor Penyebab Kecelakaan
Faktor penyebab terjadinya kecelakaan kerja ada beberapa pendapat. Faktor yang
merupakan penyebab terjadinya kecelakaan pada umumnya dapat diakibatkan oleh 4 faktor
penyebab utama (Husni:2003) yaitu :
a. Faktor manusia yang dipengaruhi oleh pengetahuan, ketrampilan, dan sikap.
b. Faktor material yang memiliki sifat dapat memunculkan kesehatan atau
keselamatan pekerja.
c. Faktor sumber bahaya yaitu: Perbuatan berbahaya, hal ini terjadi misalnya karena
metode kerja yang salah, keletihan/kecapekan, sikap kerja yang tidak sesuai dan
sebagainya; Kondisi/keadaan bahaya, yaitu keadaan yang tidak aman dari
keberadaan mesin atau peralatan, lingkungan, proses, sifat pekerjaan.
d. Faktor yang dihadapi, misalnya kurangnya pemeliharaan/perawatan
mesin/peralatan sehingga tidak bisa bekerja dengan sempurna.
Selain itu, faktor penyebab terjadinya kecelakaan kerja menurut Bennet dan
Rumondang (1985) pada umumnya selalu diartikan sebagai “ kejadian yang tidak dapat
diduga“. Sebenarnya , setiap kecelakaan kerja itu dapat diramalkan atau diduga dari
semula jika perbuatan dan kondisi tidak memenuhi persyaratan. Oleh karena itu kewajiban
berbuat secara selamat dan mengatur peralatan serta perlengkapan produksi sesuai dengan
standar yang diwajibkan. Kecelakaan kerja yang disebabkan oleh perbuatan yang tidak
selamat memiliki porsi 80 % dan kondisi yang tidak selamat sebayak 20%. Perbuatan
berbahaya biasanya disebabkan oleh:
a. Sikap dalam pengetahuan, ketrampilan dan sikap
b. Keletihan
c. Gangguan psikologis
2.4 Teori Penyebab Kecelakaan
2.4.1 Teori Domino
Teori ini diperkenalkan oleh H.W. Heinrich pada tahun 1931. Menurut Heinrich,
88% kecelakaan disebabkan oleh perbuatan/tindakan tidak aman dari manusia
(unsafe act), sedangkan sisanya disebabkan oleh hal -hal yang tidak berkaitan
dengan kesalahan manusia, yaitu 10 % disebabkan kondisi yang tidak aman (unsafe
condition) dan 2% disebabkan takdir Tuhan.
Heinrich menekankan bahwa kecelakaan lebih banyak disebabkan oleh
kekeliruan atau kesalahan yang dilakukan oleh manusia. Menurutnya, tindakan dan
kondisi yang tidak aman akan terjadi bila manusia berbuat suatu kekeliruan. Hal ini
lebih jauh disebabkan karena faktor karakteristik manusia itu sendiri yang
dipengaruhi oleh keturunan (ancestry) dan lingkungannya (environment).
Apabila terdapat suatu kesalahan manusia, maka akan tercipta tindakan dan kondisi
tidak aman serta kecelakaan serta kerugian akan timbul. Heinrich menyatakan bahwa rantai
batu tersebut diputus pada batu ketiga sehingga kecelakaan dapat dihindari. Konsep dasar
pada model ini adalah kecelakaan sebagai suatu hasil dari serangkaian kejadian yang
berurutan. Kecelakaan tidak terjadi dengan sendirinya. Penyebabnya adalah faktor manusia
dan faktor fisik. Kecelakaan tergantung kepada lingkungan fisik dan sosial kerja.
Kecelakaan terjadi karena kesalahan manusia.
2.4.2 Teori Bird dan Lotus
Kunci kejadian masih tetap sama seperti yang dikatakan oleh Heinrich, yaitu
adanya tindakan dan kondisi tidak aman. Bird dan Loftus tidak lagi melihat
kesalahan terjadi pada manusia/pekerja semata, melainkan lebih menyoroti pada
bagaimana manajemen lebih mengambil peran dalam
2.4.3 Teori Swiss Chesse
Kecelakaan terjadi ketika terjadi kegagalan interaksi pada setiap komponen yang
terlibat dalam suatu sistem produksi. Kegagalan suatu proses dapat dilukiskan sebagai
“lubang” dalam setiap lapisan sistem yang berbeda. Dengan demikian menjelaskan
apa dari tahapan suatu proses produksi tersebut yang gagal. Sebab-sebab suatu
kecelakan dapat dibagi menjadi Direct Cause dan 10 Latent Cause. Direct Cause
sangat dekat hubungannya dengan kejadian kecelakaan yang menimbulkan kerugian
atau cidera pada saat kecelakaan tersebut terjadi. Kebanyakan proses investigasi lebih
konsentrasi kepada penyebab langsung terjadinya suatu kecelakaan dan bagaimana
mencegah penyebab langsung tersebut. Tetapi ada hal lain yang lebih penting yang
perlu di identifikasi yakni “Latent Cause”. Latent cause adalah suatu kondisi yang
sudah terlihat jelas sebelumnya dimana suatu kondisi menunggu terjadinya suatu
kecelakaan

2.5 Alat Pelindung Diri


Alat Pelindung Diri (APD) adalah seperangkat alat keselamatan yang digunakan oleh
pekerja untuk melindungi seluruh atau sebagian tubuhnya dari kemungkinan adanya
pemaparan potensi bahaya lingkungan kerja terhadap kecelakaan dan penyakit akibat
kerja. Alat Pelindung Diri (APD) perlu sebelumnya dipilih secara hati-hati agar dapat
memenuhi beberapa ketentuan yang diperlukan, (BPP Semester V, 2008) yaitu :
a. Alat Pelindung Diri (APD) harus dapat memberikan perlindungan yang adekuat
terhadap bahaya yang spesifik atau bahaya-bahaya yang dihadapi oleh tenaga kerja.
b. Berat alatnya hendaknya seringan mungkin, dan alat tersebut tidak menyebabkan
rasa ketidaknyamanan yang berlebihan.
c. Alat harus dapat dipakai secara fleksibel.
d. Bentuknya harus cukup menarik.
e. Alat pelindung tahan untuk pemakaian yang lama.
f. Alat tidak menimbulkan bahaya-bahaya tambahan bagi pemakainya, yang
dikarenakan bentuknya yang tidak tepat atau karena salah dalam penggunaanya.
g. Alat pelindung harus memenuhi standar yang telah ada.
h. Alat tersebut tidak membatasi gerakan dan presepsi sensoris pemakainya.
i. Suku cadangnya mudah didapat guna mempermudah pemeliharaannya.
Berdasarkan fungsinya, ada beberapa macam APD yang digunakan oleh
tenaga kerja antara lain :
1. Alat Pelindung Kepala (Headwear)
Digunakan untuk melindungi kepala dari terbentur benda tajam atau keras,
bahaya kejatuhan benda atau terpukul benda yang melayang, percikan bahan
kimia korosif, panas sinar matahari, dan melindungi jatuhnya mikroorganisme
(Soekirman, 2014). Jenis alat pelindung kepala antara lain:
a. Topi pelindung (safety helmet), berfungsi untuk melindungi kepala dari benda-
benda keras yang terjatuh dan terkena arus listrik. Topi pelindung harus tahan
terhadap pukulan, tidak mudah terbakar, tahan terhadap perubahan iklim dan
tidak menghantarkan arus listrik. Topi pelindung dapat terbuat dari plastik serta
gelas (fiberglass) maupun metal.

b. Topi/tudung, berfungsi untuk melindungi kepala dari api, uap korosif, debu,
dan kondisi cuaca buruk. Tutup kepala ini biasanya terbuat dari asbestos, kain
tahan api/korosi, kulit, dan kain tahan air.
2. Alat Pelindung Mata
Alat pelindung ini digunakan untuk melindungi mata dari percikan bahan
kimia korosif, debu dan partikel-partikel kecil yang melayang di udara, gas
atau uap yang apat menyebabkan iritasi mata, radiasi gelombang elektronik,
panas radiasi sinar matahari, pukulan atau benturan benda keras. Jenis alat
pelindung mata, antara lain:

a. Kaca mata biasa (spectacle goggles), berfungsi untuk melindungi mata dari
partikel- partikel kecil, debu, dan radiasi gelombang elektromagnetik.

b. Goggles, berfungsi untuk melindungi mata dari gas, debu, uap, dan percikan
larutan bahan kimia. Goggles biasanya terbuat dari plastik transparan dengan
lensa berlapis kobalt untuk bahaya radiasi gelombang elektromagnetik
mengion.

3. Alat Pelindung Pernafasan (Respiratory Protection)


Alat pelindung pernafasan digunakan untuk melindungi pernafasan dari resiko
paparan gas, uap, debu atau udara yang terkontaminasi/beracun, korosi atau yang
bersifat rangsangan. Jenis alat pelindung pernafasan, antara lain:
a. Masker, digunakan untuk mengurangi paparan debu atau partikel-partikel yang lebih
besar masuk ke dalam saluran pernafasan.
b. Respirator, digunakan untuk melindungi pernafasan dari paparan debu, kabut, uap
logam, asap dan gas-gas berbahaya. Jenis-jenis respirator ini adalah:
- Chemical respirator, merupakan catridge respirator terkontaminasi gas dan uap
dengan toksisitas rendah. Catridge ini berisi adsorban dan karbon aktif, arang,
dan silicagel. Sedangkan canister digunakan untuk mengabsorbsi khlor dan gas
atau uap zat organik.

- Mechanical filter respirator, alat pelindung ini berguna untuk menangkap


partikel- partikel zat padat, debu, kabut, uap logam, dan asap. Respirator ini
biasanya dilengkapi dengan filter yang berfungsi untuk menangkap debu dan
kabut dengan kadar kontaminasi udara tidak terlalu tinggi atau partikel yang tidak
terlalu kecil.
4. Alat Pelindung Tangan (Hand Protection)
Alat pelindung tangan digunakan untuk melindungi tangan dan bagian lainnya dari
benda tajam atau goresan, bahan kimia, benda panas dan dingin, dan kontak dengan
arus listrik. Jenis alat pelindung tangan antara lain:
5. Tali pengaman (Safety Harness)

Tali pengaman (safety harness) berfungsi sebagai pengaman saat bekerja di ketinggian.
Diwajibkan menggunakan alat ini di ketinggian lebih dari 1,8 meter.

6. Alat Pelindung Kaki (Feet Protection)


Alat pelindung kaki digunakan untuk melindungi kaki dan bagian lainnya dari benda-
benda keras, benda tajam, logam/kaca, larutan kimia, benda panas, kontak dengan
arus listrik. Jenis alat pelindung kaki antara lain:
Sepatu boot anti air (waterproof boots), berfungsi untuk melindungi kaki pengguna
dari percikan cairan atau darah. Bersifat sekali pakai namun dapat digunakan kembali
setelah dilakukan desinfeksi atau dekontaminasi.

7. Alat Pelindung Telinga (Ear Protection)


Alat pelindung telinga digunakan untuk mengurangi intensitas suara yang masuk
ke dalam telinga. Jenis alat pelindung telinga antara lain:
a. Sumbat telinga (ear plug), sumbat telinga (ear plug) harus dipilih sedemikian rupa
sehingga sesuai dengan ukuran dan bentuk saluran telinga pemakainya. Sumbat
telinga (ear plug) dapat terbuat dari kapas, plastik, karet alami, dan bahan sintetis.
Untuk ear plug yang terbuat dari kapas, spons, dan malam (wax) hanya dapat
digunakan untuk sekali pakai (disposable). Sedangkan yang terbuat dari bahan karet
plastik yang dicetak dapat digunakan berulang kali (non disposable). Alat ini dapat
mengurangi suara sampai 20 dB.
b. Tutup telinga (ear muff), Alat pelindung jenis ini terdiri dari dua buah tutup telinga
dan sebuah headband. Isi dari tutup telinga dapat berupa cairan atau busa yang
berfungsi untuk menyerap suara frekuensi tinggi. Pada pemakaian untuk waktu yang
cukup lama, efektivitas ear muff dapat menurun karena bantalannya menjadi
mengeras dan mengerut sebagai akibat reaksi dari bantalan dengan minyak dan
keringat pada permukaan kulit. Alat ini dapat mengurang intensitas suaranya sampai
30 dB dan juga dapat melindungi bagian luar telinga dari benturan benda keras atau
percikan bahan kimia.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Keselamatan dan kesehatan kerja difilosifikan sebagai suatu pemikiran dan
upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani dan rohani,
sedangkan pengertian secara keilmuan adalah suatu ilmu pengetahuan dan
penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan
penyakit akibat kerja
Upaya Kesehatan Kerja di Konstruksi Bangunan adalah untuk melindungi
pekerja agar dapat hidup sehat dan terbebas dari gangguan kesehatan serta pengaruh
buruk yang diakibatkan oleh pekerja. Prosedur yang berkaitan dengan keamanan
(SOP, Standar Operation Procedure) di Tempat kerja wajib dilakukan. Prosedur itu
antara lain adalah penggunaan peralatan keselamatan petugas.
3.2 Saran
Dalam makalah ini menjelaskan secara rinci tentang k3 di Konsturksi
Bangunan, K3 sangat penting dalam setiap Instansi ataupun perusahaan karena
menyangkut kesehatan dan kelancaran puskesmas ataupun petugas kesehatan itu
sendiri. Demikianlah makalah ini saya buat untuk digunakan sebaik- baiknya, Semoga
menambah pengetahuan yang membacanya. Mohon maaf bila ada kesalahan kata-kata
dalam makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. (2016, April 4). Retrieved from Pedoman Kesehatan dan Keselamatan Kerja:
https://docplayer.info/70340164-Pedoman-kesehatan-dan-keselamatan-kerja.html

Dra. Sri Redjeki, M. (2016, Desember). Modul Bahan Ajar Kesehatan dan Keselamatan
Kerja. Retrieved from Kesehatan dan Keselamatan Kerja:
http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2017/08/Kesehatan-
dan-Keselamatan-Kerja-Komprehensif.pdf

UNY, T. K. (2014). KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3). Yogyakarta:


Universitas Negri Yugyakarta.
Husni Lalu. 2003. Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia Edisi Revisi.Jakarta:
Rajawali Pers.
Mathis, dan Jackson, 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi pertama, Cetakan
Pertama.Yogyakarta : Salemba Empat Pressindo
Suma’mur, 1992. Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan. Jakarta: PT. Toko Gunung
Agung
ASUHAN KEPERAWATAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
(K3) TN “L” DENGAN KASUS TERJATUH SAAT MEMBAWA BETON
DI PEMBANGUNAN PERUM INDAH PERMAI

OLEH :

AYU DYAH KUSUMADEWI WIDIARSA (P07120217019)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
JURUSAN KEPERAWATAN
2021
KASUS

Pada tanggal 7 Juli 2021 pukul 10.00 WITA di Puskesmas Banyuning, datang pekerja
bangunan atas nama Tn. L akibat mengalami kecelakaan kerja di konstruksi bangunan, yaitu
terjatuh saat membawa beton dengan menggunakan roda tiga akibat medan yang tidak rata.
Tn. L mengatakan mengalami memar dan terluka pada kaki akibat tidak menggunakan sepatu
pelindung saat bekerja.

PENGKAJIAN

1. Data Umum

Identitas Klien

Nama : Tn. L

Umur : 28 Tahun

Agama : Hindu

Jenis Kelamin : Laki-laki

Status Marital : Menikah

Pendidikan : Sarjana

Pekerjaan : Buruh Bangunan

Suku Bangsa : Indonesia

Alamat : Jalan Pulau Nila Penarukan no 18 Penarukan Singaraja

Bali Tanggal Masuk : 7 Juli 2021

Tanggal Pengkajian : 7 Juli 2021

No. Register 355421

Identitas Penanggung Jawab

Nama : Tn. G

Umur : 30 Tahun

Hub. Dengan Klien : Kakak

Pekerjaan : POLRI

Alamat : Jalan Pulau Nila No 18 Penarukan, Singaraja, Bali


2. Keluhan
Klien mengeluh nyeri, di sekitar luka tampak kemerahan, sedikit bengkak pada bagian
tungkai dan punggung kaki.

3. Pemeriksaan kesehatan
Klien mengatakan pernah melakukan pemeriksaan terhadap kesehatannya namun
pemeriksaan tersebut tidak dilakukan secara teratur. Selain itu, klien juga mengatakan
bahwa terdapat pengarahan/penyuluhan kesehatan dan keselamatan kerja dari perusahaan
mengenai penggunaan alat pelindung diri, akan tetapi klien tidak memperhatikan dengan
baik pengarahan yang diberikan.

4. Jaminan kesehatan
Klien mengatakan terdapat jaminan kesehatan yang diberikan oleh pihak perusahaan.

5. Pemakaian APD
Klien mengatakan mengetahui beberapa jenis Alat Pelindung Diri (APD), seperti
sepatu pelindung, kaca mata pelindung, helm pelindung, dan masker pelindung.

6. Keluhan pekerja
Klien mengatakan sulit mendapatkan cuti atau libur karena pekerjaan yang
menggunakan system harian, sehingga jika memilih cuti maka tidak akan ada pemasukan.

7. Proses Kerja
Dalam proses bekerja di Tempat konsturksi, klien biasanya selalu menggunakan APD
berupa sepatu pelindung dan masker guna melindungi diri dari factor-faktor yang dapat
menimbulkan bahaya.

8. Kecelakaan Yang Sering Terjadi


Klien mengatakan pernah mengalami kecelakaan terpeleset di tempat kerja akibat
medan yang terjal dan berbatu.
1. P3K
Klien mengatakan tersedia P3K di ruang karyaman.
2. Jam Kerja
Klien mengatakan jam kerja tidak menentu tergantung proyek yang ada, namun lebih
sering mendapat shift pagi, yaitu pukul 08.0 WITA sampai dengan pukul 14.00 WITA.

Pemeriksaan Fisik

a. Keadaan Umum
 Kesadaran : composmentis
 TB : 171 cm
 BB : 62 kg
b. Tanda-Tanda Vital (TTV)
 Suhu tubuh : 37,3˚C
 Tekanan darah : 120/80 mmHg
 Nadi : 70 x/menit
 Respirasi : 18 x/menit

A. Diagnosa Keperawatan
1. Analisa Data

DATA ETIOLOGI MASALAH

DS : Faktor mekanis Nyeri akut

- Klien mengeluh nyeri bagian (terjatuh saat


tungkai dan punggung kaki membawa gerobak
akibat terjatuh saat roda tiga berisi beton
membawa gerobak roda tiga
menuju lokasi
berisi beton menuju lokasi
pembangunan, klien pembangunan)
mengatan kakinya memar
dan terluka.

DO :

- Klien terlihat
meringis kesakitan,
- Terlihat tungkai dan
punggung kaki klien
mengalami memar
kemerahan
DS : Kurang minat dalam Defisit pengetahuan
- Klien mengatakan mengetahui belajar
beberapa jenis Alat Pelindung
Diri (APD), seperti masker,
helm keamanan, sepatu
pelindung, dan kacamata
pelindung.
- Klien mengatakan bahwa
terdapat pengarahan kesehatan
dan keselamatan kerja di
perusahaan tempatnya bekerja
mengenai penggunaan alat
pelindung diri.
- Klien mengatakan bahwa saat
terjadi kecelakaan klien lalai
dan tidak menggunakan APD
seperti biasa karna berpikir
lebih leluasa bekerja tanpa
APD.

DO :
- Klien tidak menggunakan APD
- Klien mengatakan bahwa
terdapat pengarahan kesehatan
dan keselamatan kerja di
perusahaan tempatnya bekerja
mengenai penggunaan alat
pelindung diri.
- APD pada masing-masing
pekerja sudah disiapkan oleh
perusahaan, tetapi klien tidak
menggunakannya.
2. Diagnosa Keperawatan Sesuai Dengan Prioritas
 Nyeri akut berhubungan dengan faktor mekanis (terjatuh saat membawa gerobak roda
tiga berisi beton menuju lokasi pembangunan) ditandai dengan klien mengeluh nyeri
pada bagian tungkai dan punggung kaki akibat terjatuh, klien mengatan kakinya memar
dan terluka.
 Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang minat dalam belajar ditandai dengan
klien tidak mengindahkan saat diberikan penyuluhan mengenai pentingnya
menggunakan APD saat bekerja.

B. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Keperawatan Standar Luaran Standar Intervensi
(SDKI) Keperawatan Indonesia Keperawatan Indonesia
(SLKI) (SIKI)
Gangguan integritas kulit Setelah dilakukan 1. Identifikasi lokasi,
berhubungan dengan tindakan keperawatan karakteristik, durasi,
faktor mekanis (Cedera selama 1x4 jam frekuensi, kualitas,
kulit) ditandai dengan diharapkan status intensitas nyeri
klien mengeluh nyeri integritas kulit meningkat
2. Identifikasi skala nyeri
pada bagian Tungkai dan dengan kriteria hasil :
punggung kaki yang 3. Identifikasi faktor
1. Tidak
terluka. yang memperberat dan
mengeluh nyeri
memperingan nyeri
2. Tidak meringis
4. Identifikasi
3. Tidak bersikap pengetahuan dan
protektif keyakinan tentang nyeri
4. Tidak gelisah 5. Identifikasi pengaruh
nyeri pada kualitas
5. Tidak
hidup
mengalami
kesulitan tidur 6. Monitor keberhasilan
terapi komplementer
6. Frekuensi nadi
yang sudah diberikan
membaik
7. Berikan teknik
7. Tekanan darah
nonfarmakologis untuk
membaik
mengurangi rasa nyeri
(mis., hypnosis,
akupresur ,
aromaterapi, kompres
hangat/dingin, terapi
bermain)
8. Kontrol lingkungan
yang memperberat rasa
nyeri (mis. suhu
ruangan, pencahayaan,
kebisingan)

9. Fasilitasi istirahat dan


tidur

10. Pertimbangkan
jenis dan sumber
nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri

11. Jelaskan penyebab,


periode, dan
pemicu nyeri

12. Jelaskan strategi


meredakan nyeri

13. Anjurkan memonitor


nyeri secara mandiri

14. Anjurkan klien untuk


selalu menggunakan
APD lengkap saat
melakukan tindakan
keperawatan

15. Kolaborasi pemberian


analgetik

Defisit pengetahuan Setelah dilakukan 1. Identifikasi kesiapan


berhubungan dengan tindakan keperawatan dan kemampuan
kurang minat dalam selama 1x4 jam menerima informasi
belajar ditandai dengan diharapkan status
2. Sediakan materi dan
klien tidak pengetahuan meningkat
media pendidikan
memperhatikan pada saat dengan kriteria hasil :
kesehatan
penyuluhan yang
1. Perilaku
diberikan oleh 3. Jadwalkan
sesuai anjuran
perusahaan mengenai pendidikan
meningkat
pentingnya kesehatan sesuai
menggunakan APD saaat 2. Perilaku dengan kesepakatan
bekerja. sesuai dengan
pengetahuan 4. Jelaskan kepada
klien faktor
3. Perilaku membaik
risiko yang dapat
4. Fokus klien mempengaruhi
membaik kesehatan

5. Pengetahuan 5. Jelaskan kepada


mengenai Alat klien mengenai
Perlindungan Diri Alat Pelindung Diri
(APD) meningkat (APD) lengkap di
puskesmas

6. Implementasikan
penggunaan APD di
puskesmas

7. Jelaskan kepada
klien SOP
penggunaan APD
yang baik dan
benar

8. Anjurkan klien
untuk melakukan
training K3 dan
pelaksanaan SOP

C. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan dengan pasien nyeri akut diharapkan mencapai kriteria hasil sebagai
berikut:
1. Tidak mengeluh nyeri

2. Tidak meringis

3. Tidak bersikap protektif

4. Tidak gelisah

5. Tidak mengalami kesulitan tidur

6. Frekuensi nadi membaik

7. Tekanan darah membaik

Evaluasi keperawatan dengan pasien defisit pengetahuan diharapkan mencapai kriteria hasil
sebagai berikut:
1. Perilaku sesuai anjuran meningkat

2. Perilaku sesuai dengan pengetahuan

3. Perilaku membaik

4. Fokus klien membaik

5. Pengetahuan mengenai Alat Pelindung Diri (APD) meningkat

Anda mungkin juga menyukai