OLEH :
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan
rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan laporan yang berjudul “Kesehatan dan
Keselamatan Kerja di Konstruksi Bangunan”. Tujuan penulisan laporan ini adalah untuk
melengkapi atau memenuhi tugas Matrikulasi Ners Mata Kuliah Kesehatan dan Keselamatan
Kerja (K3). Pada kesempatan ini penulis mengucapkan rasa hormat dan terima kasih selama
menyelesaikan laporan ini.
Laporan ini diharapkan dapat memberikan wawasan pengetahuan tentang “Kesehatan dan
Keselamatan Kerja di Konstruksi Bangunan” agar dapat dikenali dan dijadikan ilmu untuk
kedepannya. Tentunya pembuatan karya tulis ini tidak lepas dari bantuan berbagai
pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya
kepada PJMK, serta seluruh pihak yang secara langsung maupun tidak langsung telah
membantu pembuatan karya tulis ini.
Penulis menyadari bahwa laporan ini sangat jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan masukan berupa kritikan dan saran yang membangun demi kesempurnaan
laporan ini. Semoga laporan ini mampu memberikan manfaat bagi kehidupan kita semua.
Penulis
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian K3
1. Menurut Mangkunegara (2002, p.163) Keselamatan dan kesehatan kerjaadalah suatu
pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah
maupun rohaniah tenaga kerja pada khususnya, dan manusia pada umumnya, hasil
karya dan budaya untuk menuju masyarakat adil dan makmur.
2. Menurut Suma’mur (2001, p.104), keselamatan kerja merupakan rangkaian usaha
untuk menciptakan suasana kerja yang aman dan tentram bagi para karyawan yang
bekerja di perusahaan yang bersangkutan.
3. Menurut Simanjuntak (1994), Keselamatan kerja adalah kondisi keselamatan yang
bebas dari resiko kecelakaan dan kerusakan dimana kita bekerja yang mencakup
tentang kondisi bangunan, kondisi mesin, peralatan keselamatan, dan kondisi pekerja .
4. Mathis dan Jackson (2002, p. 245), menyatakan bahwa Keselamatan adalahmerujuk
pada perlindungan terhadap kesejahteraan fisik seseorang terhadap cedera yang terkait
dengan pekerjaan. Kesehatan adalah merujuk pada kondisi umum fisik, mental dan
stabilitas emosi secara umum.
5. Menurut Ridley, John (1983) yang dikutip oleh Boby Shiantosia (2000, p.6),
mengartikan Kesehatan dan Keselamatan Kerja adalah suatu kondisi dalam pekerjaan
yang sehat dan aman baik itu bagi pekerjaannya, perusahaan maupun bagi masyarakat
dan lingkungan sekitar pabrik atau tempat kerja tersebut.
6. Jackson (1999, p. 222), menjelaskan bahwa Kesehatan dan Keselamatan Kerja
menunjukkan kepada kondisi-kondisi fisiologis-fisikal dan psikologis tenaga kerja
yang diakibatkan oleh lingkungan kerja yang disediakan oleh perusahaan
2.2 Tujuan K3
Melindungi dan menjamin keselamatan setiap tenaga kerja dan orang lain di tempat
kerja.
Menjamin setiap sumber produksi dapat digunakan secara aman dan efisien.
Meningkatkan kesejahteraan dan produktivitas Nasional, berdasarkan Undang-
Undang No 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
2.3 Faktor Penyebab Kecelakaan
Faktor penyebab terjadinya kecelakaan kerja ada beberapa pendapat. Faktor yang
merupakan penyebab terjadinya kecelakaan pada umumnya dapat diakibatkan oleh 4 faktor
penyebab utama (Husni:2003) yaitu :
a. Faktor manusia yang dipengaruhi oleh pengetahuan, ketrampilan, dan sikap.
b. Faktor material yang memiliki sifat dapat memunculkan kesehatan atau
keselamatan pekerja.
c. Faktor sumber bahaya yaitu: Perbuatan berbahaya, hal ini terjadi misalnya karena
metode kerja yang salah, keletihan/kecapekan, sikap kerja yang tidak sesuai dan
sebagainya; Kondisi/keadaan bahaya, yaitu keadaan yang tidak aman dari
keberadaan mesin atau peralatan, lingkungan, proses, sifat pekerjaan.
d. Faktor yang dihadapi, misalnya kurangnya pemeliharaan/perawatan
mesin/peralatan sehingga tidak bisa bekerja dengan sempurna.
Selain itu, faktor penyebab terjadinya kecelakaan kerja menurut Bennet dan
Rumondang (1985) pada umumnya selalu diartikan sebagai “ kejadian yang tidak dapat
diduga“. Sebenarnya , setiap kecelakaan kerja itu dapat diramalkan atau diduga dari
semula jika perbuatan dan kondisi tidak memenuhi persyaratan. Oleh karena itu kewajiban
berbuat secara selamat dan mengatur peralatan serta perlengkapan produksi sesuai dengan
standar yang diwajibkan. Kecelakaan kerja yang disebabkan oleh perbuatan yang tidak
selamat memiliki porsi 80 % dan kondisi yang tidak selamat sebayak 20%. Perbuatan
berbahaya biasanya disebabkan oleh:
a. Sikap dalam pengetahuan, ketrampilan dan sikap
b. Keletihan
c. Gangguan psikologis
2.4 Teori Penyebab Kecelakaan
2.4.1 Teori Domino
Teori ini diperkenalkan oleh H.W. Heinrich pada tahun 1931. Menurut Heinrich,
88% kecelakaan disebabkan oleh perbuatan/tindakan tidak aman dari manusia
(unsafe act), sedangkan sisanya disebabkan oleh hal -hal yang tidak berkaitan
dengan kesalahan manusia, yaitu 10 % disebabkan kondisi yang tidak aman (unsafe
condition) dan 2% disebabkan takdir Tuhan.
Heinrich menekankan bahwa kecelakaan lebih banyak disebabkan oleh
kekeliruan atau kesalahan yang dilakukan oleh manusia. Menurutnya, tindakan dan
kondisi yang tidak aman akan terjadi bila manusia berbuat suatu kekeliruan. Hal ini
lebih jauh disebabkan karena faktor karakteristik manusia itu sendiri yang
dipengaruhi oleh keturunan (ancestry) dan lingkungannya (environment).
Apabila terdapat suatu kesalahan manusia, maka akan tercipta tindakan dan kondisi
tidak aman serta kecelakaan serta kerugian akan timbul. Heinrich menyatakan bahwa rantai
batu tersebut diputus pada batu ketiga sehingga kecelakaan dapat dihindari. Konsep dasar
pada model ini adalah kecelakaan sebagai suatu hasil dari serangkaian kejadian yang
berurutan. Kecelakaan tidak terjadi dengan sendirinya. Penyebabnya adalah faktor manusia
dan faktor fisik. Kecelakaan tergantung kepada lingkungan fisik dan sosial kerja.
Kecelakaan terjadi karena kesalahan manusia.
2.4.2 Teori Bird dan Lotus
Kunci kejadian masih tetap sama seperti yang dikatakan oleh Heinrich, yaitu
adanya tindakan dan kondisi tidak aman. Bird dan Loftus tidak lagi melihat
kesalahan terjadi pada manusia/pekerja semata, melainkan lebih menyoroti pada
bagaimana manajemen lebih mengambil peran dalam
2.4.3 Teori Swiss Chesse
Kecelakaan terjadi ketika terjadi kegagalan interaksi pada setiap komponen yang
terlibat dalam suatu sistem produksi. Kegagalan suatu proses dapat dilukiskan sebagai
“lubang” dalam setiap lapisan sistem yang berbeda. Dengan demikian menjelaskan
apa dari tahapan suatu proses produksi tersebut yang gagal. Sebab-sebab suatu
kecelakan dapat dibagi menjadi Direct Cause dan 10 Latent Cause. Direct Cause
sangat dekat hubungannya dengan kejadian kecelakaan yang menimbulkan kerugian
atau cidera pada saat kecelakaan tersebut terjadi. Kebanyakan proses investigasi lebih
konsentrasi kepada penyebab langsung terjadinya suatu kecelakaan dan bagaimana
mencegah penyebab langsung tersebut. Tetapi ada hal lain yang lebih penting yang
perlu di identifikasi yakni “Latent Cause”. Latent cause adalah suatu kondisi yang
sudah terlihat jelas sebelumnya dimana suatu kondisi menunggu terjadinya suatu
kecelakaan
b. Topi/tudung, berfungsi untuk melindungi kepala dari api, uap korosif, debu,
dan kondisi cuaca buruk. Tutup kepala ini biasanya terbuat dari asbestos, kain
tahan api/korosi, kulit, dan kain tahan air.
2. Alat Pelindung Mata
Alat pelindung ini digunakan untuk melindungi mata dari percikan bahan
kimia korosif, debu dan partikel-partikel kecil yang melayang di udara, gas
atau uap yang apat menyebabkan iritasi mata, radiasi gelombang elektronik,
panas radiasi sinar matahari, pukulan atau benturan benda keras. Jenis alat
pelindung mata, antara lain:
a. Kaca mata biasa (spectacle goggles), berfungsi untuk melindungi mata dari
partikel- partikel kecil, debu, dan radiasi gelombang elektromagnetik.
b. Goggles, berfungsi untuk melindungi mata dari gas, debu, uap, dan percikan
larutan bahan kimia. Goggles biasanya terbuat dari plastik transparan dengan
lensa berlapis kobalt untuk bahaya radiasi gelombang elektromagnetik
mengion.
Tali pengaman (safety harness) berfungsi sebagai pengaman saat bekerja di ketinggian.
Diwajibkan menggunakan alat ini di ketinggian lebih dari 1,8 meter.
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Keselamatan dan kesehatan kerja difilosifikan sebagai suatu pemikiran dan
upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani dan rohani,
sedangkan pengertian secara keilmuan adalah suatu ilmu pengetahuan dan
penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan
penyakit akibat kerja
Upaya Kesehatan Kerja di Konstruksi Bangunan adalah untuk melindungi
pekerja agar dapat hidup sehat dan terbebas dari gangguan kesehatan serta pengaruh
buruk yang diakibatkan oleh pekerja. Prosedur yang berkaitan dengan keamanan
(SOP, Standar Operation Procedure) di Tempat kerja wajib dilakukan. Prosedur itu
antara lain adalah penggunaan peralatan keselamatan petugas.
3.2 Saran
Dalam makalah ini menjelaskan secara rinci tentang k3 di Konsturksi
Bangunan, K3 sangat penting dalam setiap Instansi ataupun perusahaan karena
menyangkut kesehatan dan kelancaran puskesmas ataupun petugas kesehatan itu
sendiri. Demikianlah makalah ini saya buat untuk digunakan sebaik- baiknya, Semoga
menambah pengetahuan yang membacanya. Mohon maaf bila ada kesalahan kata-kata
dalam makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. (2016, April 4). Retrieved from Pedoman Kesehatan dan Keselamatan Kerja:
https://docplayer.info/70340164-Pedoman-kesehatan-dan-keselamatan-kerja.html
Dra. Sri Redjeki, M. (2016, Desember). Modul Bahan Ajar Kesehatan dan Keselamatan
Kerja. Retrieved from Kesehatan dan Keselamatan Kerja:
http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2017/08/Kesehatan-
dan-Keselamatan-Kerja-Komprehensif.pdf
OLEH :
Pada tanggal 7 Juli 2021 pukul 10.00 WITA di Puskesmas Banyuning, datang pekerja
bangunan atas nama Tn. L akibat mengalami kecelakaan kerja di konstruksi bangunan, yaitu
terjatuh saat membawa beton dengan menggunakan roda tiga akibat medan yang tidak rata.
Tn. L mengatakan mengalami memar dan terluka pada kaki akibat tidak menggunakan sepatu
pelindung saat bekerja.
PENGKAJIAN
1. Data Umum
Identitas Klien
Nama : Tn. L
Umur : 28 Tahun
Agama : Hindu
Pendidikan : Sarjana
Nama : Tn. G
Umur : 30 Tahun
Pekerjaan : POLRI
3. Pemeriksaan kesehatan
Klien mengatakan pernah melakukan pemeriksaan terhadap kesehatannya namun
pemeriksaan tersebut tidak dilakukan secara teratur. Selain itu, klien juga mengatakan
bahwa terdapat pengarahan/penyuluhan kesehatan dan keselamatan kerja dari perusahaan
mengenai penggunaan alat pelindung diri, akan tetapi klien tidak memperhatikan dengan
baik pengarahan yang diberikan.
4. Jaminan kesehatan
Klien mengatakan terdapat jaminan kesehatan yang diberikan oleh pihak perusahaan.
5. Pemakaian APD
Klien mengatakan mengetahui beberapa jenis Alat Pelindung Diri (APD), seperti
sepatu pelindung, kaca mata pelindung, helm pelindung, dan masker pelindung.
6. Keluhan pekerja
Klien mengatakan sulit mendapatkan cuti atau libur karena pekerjaan yang
menggunakan system harian, sehingga jika memilih cuti maka tidak akan ada pemasukan.
7. Proses Kerja
Dalam proses bekerja di Tempat konsturksi, klien biasanya selalu menggunakan APD
berupa sepatu pelindung dan masker guna melindungi diri dari factor-faktor yang dapat
menimbulkan bahaya.
Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
Kesadaran : composmentis
TB : 171 cm
BB : 62 kg
b. Tanda-Tanda Vital (TTV)
Suhu tubuh : 37,3˚C
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 70 x/menit
Respirasi : 18 x/menit
A. Diagnosa Keperawatan
1. Analisa Data
DO :
- Klien terlihat
meringis kesakitan,
- Terlihat tungkai dan
punggung kaki klien
mengalami memar
kemerahan
DS : Kurang minat dalam Defisit pengetahuan
- Klien mengatakan mengetahui belajar
beberapa jenis Alat Pelindung
Diri (APD), seperti masker,
helm keamanan, sepatu
pelindung, dan kacamata
pelindung.
- Klien mengatakan bahwa
terdapat pengarahan kesehatan
dan keselamatan kerja di
perusahaan tempatnya bekerja
mengenai penggunaan alat
pelindung diri.
- Klien mengatakan bahwa saat
terjadi kecelakaan klien lalai
dan tidak menggunakan APD
seperti biasa karna berpikir
lebih leluasa bekerja tanpa
APD.
DO :
- Klien tidak menggunakan APD
- Klien mengatakan bahwa
terdapat pengarahan kesehatan
dan keselamatan kerja di
perusahaan tempatnya bekerja
mengenai penggunaan alat
pelindung diri.
- APD pada masing-masing
pekerja sudah disiapkan oleh
perusahaan, tetapi klien tidak
menggunakannya.
2. Diagnosa Keperawatan Sesuai Dengan Prioritas
Nyeri akut berhubungan dengan faktor mekanis (terjatuh saat membawa gerobak roda
tiga berisi beton menuju lokasi pembangunan) ditandai dengan klien mengeluh nyeri
pada bagian tungkai dan punggung kaki akibat terjatuh, klien mengatan kakinya memar
dan terluka.
Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang minat dalam belajar ditandai dengan
klien tidak mengindahkan saat diberikan penyuluhan mengenai pentingnya
menggunakan APD saat bekerja.
B. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Keperawatan Standar Luaran Standar Intervensi
(SDKI) Keperawatan Indonesia Keperawatan Indonesia
(SLKI) (SIKI)
Gangguan integritas kulit Setelah dilakukan 1. Identifikasi lokasi,
berhubungan dengan tindakan keperawatan karakteristik, durasi,
faktor mekanis (Cedera selama 1x4 jam frekuensi, kualitas,
kulit) ditandai dengan diharapkan status intensitas nyeri
klien mengeluh nyeri integritas kulit meningkat
2. Identifikasi skala nyeri
pada bagian Tungkai dan dengan kriteria hasil :
punggung kaki yang 3. Identifikasi faktor
1. Tidak
terluka. yang memperberat dan
mengeluh nyeri
memperingan nyeri
2. Tidak meringis
4. Identifikasi
3. Tidak bersikap pengetahuan dan
protektif keyakinan tentang nyeri
4. Tidak gelisah 5. Identifikasi pengaruh
nyeri pada kualitas
5. Tidak
hidup
mengalami
kesulitan tidur 6. Monitor keberhasilan
terapi komplementer
6. Frekuensi nadi
yang sudah diberikan
membaik
7. Berikan teknik
7. Tekanan darah
nonfarmakologis untuk
membaik
mengurangi rasa nyeri
(mis., hypnosis,
akupresur ,
aromaterapi, kompres
hangat/dingin, terapi
bermain)
8. Kontrol lingkungan
yang memperberat rasa
nyeri (mis. suhu
ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
10. Pertimbangkan
jenis dan sumber
nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri
6. Implementasikan
penggunaan APD di
puskesmas
7. Jelaskan kepada
klien SOP
penggunaan APD
yang baik dan
benar
8. Anjurkan klien
untuk melakukan
training K3 dan
pelaksanaan SOP
C. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan dengan pasien nyeri akut diharapkan mencapai kriteria hasil sebagai
berikut:
1. Tidak mengeluh nyeri
2. Tidak meringis
4. Tidak gelisah
Evaluasi keperawatan dengan pasien defisit pengetahuan diharapkan mencapai kriteria hasil
sebagai berikut:
1. Perilaku sesuai anjuran meningkat
3. Perilaku membaik