Oleh :
Arum Mustika Sari
6411414016
Rombel 1
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan Alhamdulillah penulis ucapkan rasa puji syukur
kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan nikmat dan karunia-Nya sehingga
atas izin-Nya penulis dapat melakukan kewajiban sebagai mahasiswa untuk
menyelesaikan tugas makalah. Sholawat dan salam kami haturkan kepada
junjungan kita Nabi Muhammad SAW.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah dasar keselamatan
dan kesehatan kerja. Makalah ini membahas tentang peran penting penerapan K3
dalam perusahaan Sehubungan dengan ini, maka penulis maupun pihak yang
membaca makalah ini dapat mengetahui mengenai peran K3 dalam perusahaan.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing dan semua
pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini. Tentunya makalah ini
tak pernah luput dari kesalahan dan kekurangan baik dari segi penulisan ataupun
penyusunan. Untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari
pembaca yang sifatnya membangun untuk perbaikan makalah di kemudian hari.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
........... i
Judul
Kata
Pengantar
ii
Daftar Isi
iii
BAB I.
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
1
1.2
Rumusan
masalah
2
1.3
Tujuan
2
BAB II.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Tinjauan
umum
2.2
Tinjauan
khusus
BAB III.
PEMBAHASAN
Resiko
kecelakaan
Peran
ahli
kerja
pada
proyek
industri
4
k3
dalam
perusahaan
konstruksi
4
Pencegahan
5
BAB IV.
PENUTUP
Kesimpulan
dan
pengendalian
risiko
Saran
7
Daftar
Pustaka
8
Lampiran
Lampiran
9
1.
Gambar
peran
K3
di
perusahaan
konstruksi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masalah keselamatan dan kesehatan kerja (K3) secara umum di Indonesia masih
sering terabaikan. Hal ini ditunjukkan dengan masih tingginya angka kecelakaan
kerja. Di Indonesia, setiap tujuh detik terjadi satu kasus kecelakaan kerja (K3
Masih Dianggap Remeh, Warta Ekonomi, 2 Juni 2006). Hal ini tentunya sangat
memprihatinkan. Tingkat kepedulian dunia usaha terhadap K3 masih rendah.
Padahal karyawan adalah aset penting perusahaan.
Kewajiban untuk menyelenggarakaan Sistem Manajemen K3 pada perusahaanperusahaan besar melalui UU Ketenagakerjaan, baru menghasilkan 2,1% saja dari
15.000 lebih perusahaan berskala besar di Indonesia yang sudah menerapkan
Sistem Manajemen K3. Minimnya jumlah itu sebagian besar disebabkan oleh
masih adanya anggapan bahwa program K3 hanya akan menjadi tambahan beban
biaya
perusahaan.
Padahal
jika
diperhitungkan
besarnya
dana
Sistem Manajemen K3, yang besarnya mencapai lebih dari 190 milyar rupiah di
tahun 2003, jelaslah bahwa masalah K3 tidak selayaknya diabaikan
Sebagian besar dari kasus-kasus kecelakaan kerja terjadi pada kelompok usia
produktif. Kematian merupakan akibat dari kecelakaan kerja yang tidak dapat
diukur nilainya secara ekonomis. Kecelakaan kerja yang mengakibatkan cacat
seumur hidup, di samping berdampak pada kerugian non-materil, juga
menimbulkan kerugian materil yang sangat besar.
Masalah umum mengenai K3 ini juga terjadi pada penyelenggaraan konstruksi.
Tenaga kerja di sektor jasa konstruksi mencakup sekitar 7-8% dari jumlah tenaga
kerja di seluruh sektor, dan menyumbang 6.45% dari PDB di Indonesia. Sektor
jasa konstruksi adalah salah satu sektor yang paling berisiko terhadap kecelakaan
kerja, disamping sektor utama lainnya yaitu pertanian, perikanan, perkayuan, dan
pertambangan. Jumlah tenaga kerja di sektor konstruksi yang mencapai sekitar 4.5
juta orang, 53% di antaranya hanya mengenyam pendidikan sampai dengan
tingkat Sekolah Dasar, bahkan sekitar 1.5% dari tenaga kerja ini belum pernah
mendapatkan pendidikan formal apapun. Sebagai besar dari mereka juga berstatus
tenaga kerja harian lepas atau borongan yang tidak memiliki ikatan kerja yang
formal dengan perusahaan. Kenyataan ini tentunya mempersulit penanganan
masalah K3 yang biasanya dilakukan dengan metoda pelatihan dan penjelasanpenjelasan mengenai Sistem Manajemen K3 yang diterapkan pada perusahaan
konstruksi.
1.2 Rumusan Masalah
1.
2.
3.
4.
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui mengenai Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3).
2. Untuk mengetahui tentang kecelakaan kerja di perusahaan konstruksi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
a)
Menurut
adalahsuatu
Mangkunegara
pemikiran
(2002)
dan
Keselamatan
upaya
untuk
dan
kesehatan
menjamin
keutuhan
kerja
dan
c)
d)
e)
Menurut Ridley, John (1983) yang dikutip oleh Boby Shiantosia (2000),
mengartikan Kesehatan dan Keselamatan Kerja adalah suatu kondisi dalam
pekerjaan yang sehat dan aman baik itu bagi pekerjaannya, perusahaan
maupun bagi masyarakat dan lingkungan sekitar pabrik atau tempat kerja
tersebut.
f)
Jackson
(1999),
menjelaskan
bahwa
Kesehatan
dan
Keselamatan
dan
penyakit
kerja
yang
ringan
maupun
fatal
harus
juga dikenal sebagai bangunan atau satuaninfrastruktur pada sebuah area atau
pada beberapa area.
Pelaksanaan pekerjaan konstruksi terutama di bidang pekerjaan umum
merupakan kegiatan konstruksi yang spesifik dan komplek sehingga
memerlukan sumber daya yang besar, melibatkan tenaga kerja yang banyak
dan peralatan berat yang tidak sedikit. Hal ini tentu tidak terlepas dari peluangpeluang kecelakaan dan potensi bahaya yang merupakan bagian dari pekerjaan
itu sendiri. Apalagi patut diakui jika hingga saat ini kecelakaan kerja di bidang
konstruksi masih menjadi pekerjaan bagi pemerintah.
2.2.2 Peraturan perundang-undangan yang terkait dengan SMK3
konstruksi
1. Pasal 22, ayat (2) huruf L, Undang- undang RI No.18 tahun 1999
menyebutkan kontrak kerja konstruksi sekurang-kurangnya harus
mencakup Uraian mengenai : perlindungan pekerja, yang memuat
ketentuan tentang kewajiban para pihak dalam pelaksanaan keselamatan
dan kesehatan kerja serta jaminan sosial.
2. PP No.29 tahun 2000 Pasal 17 tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi.
Pada salah satu ayatnya menyebutkan bahwa: penyedia jasa dalam
pemilihan penyedia jasa berkewajiban untuk menyusun dokumen
penawaran yang memuat : rencana dan metode kerja, rencana usulan
biaya, tenaga terampil dan tenaga ahli, rencana dan anggaran serta
keselamatan dan kesehatan kerja dan peralatan.
3. Pasal 30 ayat (1) PP No.29 tahun 2000 menyebutkan bahwa untuk
menjamin terwujudnya tertib penyelenggaraan pekerjaan konstruksi,
penyelenggara pekerjaan konstruksi wajib memenuhi ketentuan tentang
tempat kerja konstruksi sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku dan pelaksanaan pekerjaan konstruksi sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
BAB III
PEMBAHASAN
yang melaksanakan kegiatan konstruksi pada elevasi tinggi. Biasanya kejadian ini
akan mengakibat kecelakaan yang fatal. Sementara risiko tersebut kurang dihayati
oleh para pelaku konstruksi, dengan sering kali mengabaikan penggunaan
peralatan pelindung (personal fall arrest system) yang sebenarnya telah diatur
dalam pedoman K3 konstruksi.
Jenis-jenis kecelakaan kerja akibat pekerjaan galian dapat berupa tertimbun tanah,
tersengat aliran listrik bawah tanah, terhirup gas beracun, dan lain-lain. Bahaya
tertimbun adalah risiko yang sangat tinggi, pekerja yang tertimbun tanah sampai
sebatas dada saja dapat berakibat kematian. Di samping itu, bahaya longsor
dinding galian dapat berlangsung sangat tiba-tiba, terutama apabila hujan terjadi
pada malam sebelum pekerjaan yang akan dilakukan pada pagi keesokan harinya.
Data kecelakaan kerja pada pekerjaan galian di Indonesia belum tersedia, namun
sebagai perbandingan, Hinze dan Bren (1997) mengestimasi jumlah kasus di
Amerika Serikat yang mencapai 100 kematian dan 7000 cacat tetap per tahun
akibat tertimbun longsor dinding galian serta kecelakaan- kecelakaan lainnya
dalam pekerjaan galian.
Setiap kecelakaan kerja dapat menimbulkan berbagai macam kerugian. Di
samping dapat mengakibatkan korban jiwa, biaya-biaya lainnya adalah biaya
pengobatan, kompensasi yang harus diberikan kepada pekerja, premi asuransi, dan
perbaikan fasilitas kerja. Terdapat biaya-biaya tidak langsung yang merupakan
akibat dari suatu kecelakaan kerja yaitu mencakup kerugian waktu kerja
(pemberhentian sementara), terganggunya kelancaran pekerjaan (penurunan
produktivitas), pengaruh psikologis yang negatif pada pekerja, memburuknya
reputasi perusahaan, denda dari pemerintah, serta kemungkinan berkurangnya
kesempatan usaha (kehilangan pelanggan pengguna jasa). Biaya-biaya tidak
langsung ini sebenarnya jauh lebih besar dari pada biaya langsung. Berbagai studi
menjelaskan bahwa rasio antara biaya tidak langsung dan biaya langsung akibat
kecelakaan kerja konstruksi sangat bervariasi dan diperkirakan mencapai 4:1
sampai dengan bahkan 17:1 (The Business Roundtable, 1991).
3.2.2
7. Promosi K3, kegiatan Promosi berupa poster, spanduk, buletin, lomba K3 dsb
Sebanyak mungkin keterlibatan pekerja
8. Safe Working Practices
9. Sistim Ijin Kerja
10. Safety Inspection
11. Equipment Inspection
12. Keselamatan Kontraktor (Contractor Safety)
13. Keselamatan Transportasi
14. Pengelolaan Lingkungan
15. Pengelolaan Limbah dan B3
16. Keadaan Darurat
17. Accident Investigation and Reporting System
18. Audit K3
dan
tingkat
keparahan
(severity)
dari
risiko
kecelakaan.
ijin
kerja,
instruksi
kerja,
papan
peringatan/larangan,
pengawasan/inspeksi,dsb).
5. Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD).
Kesehatan
Kerja
(SMK3)
Konstruksi
Bidang
Pekerjaan
Umum.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Industri jasa konstruksi merupakan salah satu sektor industri yang
memiliki risiko kecelakaan kerja yang cukup tinggi. Berbagai penyebab
utama kecelakaan kerja pada proyek konstruksi adalah hal-hal yang
berhubungan dengan karakteristik proyek konstruksi yang bersifat unik,
Daftar Pustaka
Wieke Yuni Christina. 2012. Pengaruh Budaya Keselamatan Dan Kesehatan Kerja
(K3) Terhadap Kinerja Proyek Konstruksi. Jurnal Rekayasa Sipil /
Volume
6, No. 1