Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) merupakan upaya untuk


menciptakan suasana bekerja yang aman, nyaman dan mencapai tujuan yaitu
produktivitas setinggi-tingginya. Kesehatan dan Keselamatan Kerja sangat
penting untuk dilaksanakan pada semua bidang pekerjaan tanpa terkecuali,
karena penerapan K3 dapat mencegah dan mengurangi resiko terjadinya
kecelakaan maupun penyakit akibat melakukan kerja.

Menurut Mangkunegara (dalam Prabowo, 2011) menyatakan bahwa


keselamatan dan kesehatan kerja (K3) difilosofikan sebagai suatu pemikiran dan
upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani
tenaga kerja pada khususnya dan manusia pada umumnya, hasil karya dan
budayanya menuju masyarakat makmur dan ejahtera. Sedangkan meniurut
Slamet (2012) juga mendefinisikan tentang keselamatan kerja. Keselamatan kerja
dapat diartikan sebagai keadaan terhindar dari bahaya selama melakukan
pekerjaan. Dengan kata lain keselamatan kerja merupakan salah satu faktor yang
harus dilakukan selama bekerja, karena tidak yang menginginkan terjadinya
kecelakaan di dunia ini.

Keselamatan kerja sangat bergantung .pada jenis, bentuk, dan lingkungan


dimana pekerjaan itu dilaksanakan. Keselamatan dan Kesehatan Kerja merupakan
salah satu aspek yang penting, hal ini disebabkan K3 sangat berkaitan erat dengan
jiwa dan hidup pekerja. Semua area kerja tentunya memiliki potensi bahaya.
Potensi bahaya inilah yang akan mengakibatkan kecelakaan sehingga dapat
mengancam jiwa pekerja. Agar pekerja dapat bekerja dengan baik maka perlu
adanya penanggulangan dan penanganan kecelakaan di lingkungan kerja. . Jadi,
dapat disimpulkan bahwa Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah suatu
usaha untuk mencegah setiap perbuatan atau kondisi tidak selamat yang dapat
mengakibatkan kecelakaan dalam sebuah pekerjaan.
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di Indonesia masih menjadi
masalah umum yang sering terabaikan. Hal ini ditunjukkan dengan tingginya
angka kecelakaan akibat kerja. Riset yang dilakukan oleh badan dunia Organisasi
Perburuhan Internasional (ILO), 2,78 juta pekerja meninggal setiap tahun karena
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Sekitar 2,4 juta (86,3 persen) dari
kematian ini dikarenakan penyakit akibat kerja, sementara lebih dari 380.000
(13,7 persen) dikarenakan kecelakaan kerja.

Menurut data dari Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI


(2015:6) bahwa jumlah kasus kecelakaaan akibat kerja di Indonesia dari tahun
2011-2014 yang paling tinggi pada tahun 2013 yaitu 35.917 kasus kecelakaan
keja. Sedangkan pada tahun 2011 yaitu 9.891 kasus kecelakaan kerja, tahun 2012
yaitu 21.735 dan tahun 2014 yaitu 24.910. Provinsi dengan jumlah kasus
kecelakaan kerja yang tertinggi pada tahun 2011 adalah Provinsi Banten,
Kalimantan Tengah dan Jawatimur. Pada tahun 2012 adalah Provinsi Jambi,
Maluku dan Sulawei Tengah. Tahun 2013 adalah Provinsi Aceh, Sulawesi Utara
dan Jambi, dan pada tahun 2014 adalah provinsi Sulawesi Selatan, Riau dan Bali.

Dari data diatas dapat dilihat bahwa jumlah kecelakan di dunia industri
masihlah sangat tinggi. Kecelakaan dapat terjadi baik dari kelalain karyawan saat
bekerja, lingkungan mereka bekerja, atau wawasan pengetahuan karyawan akan
pentingnya menjaga keselamatan dan kesehatan saat mereka bekerja. Pengetahuan
karyawan menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi kecelakaan yang terjadi.
Karena dengan pengetahuan itu sendiri karyawan dapat meminimalisir terjadi
bahaya yang diidentifikasikan dapat menimbulkan kecelakaan yang dapat terjadi
saat karyawan melakukan kegiatan produksi.

Tenaga kerja yang sehat akan bekerja produktif sehingga diharapkan


efektivitas maupun produktivitas kerja karyawan meningkat yang dapat
mendukung keberhasilan bisnis perusahaan dalam membangun dan membesarkan
usahanya (Alimansyah:2013). Adapun mengenai tujuan keselamatan dan
kesehatan kerja (K3) dijelaskan pula oleh suatu undang-undang semata
memberikan jaminan kepada karyawan dari perusahaan itu sendiri dan juga
meningkatkan kesejahteraan secara bersama yang dapat menjalankan
produktivitas dalam bidang usaha yang telah dikelolanya secara baik sehingga
dapat mencapai tujuan dari perusahaan itu sendiri (dalam Muhammad Riduan1&
Ruzikna 2015). Maka peran keselamatan dan kesehatan kerja sangat penting dan
berpengaruh terhadap kemampuan kerja seseorang yang dimana dengan adanyan
pelaksaan keselamatan dan kesehatan kerja memebuat para pekerja akan merasa
aman dan dapat melakukan pekerjaan dengan baik sehingga dapat menghasilkan
produksi yang baik pula.

Mengingat dari industri kayu juga banyak menggunakan peralatan mesin


yang tentunya sangat berbahaya juga bagi keselamatan pekerja. Misalkan saat
pembuatan "veneer core" (Pemotongan kayu dalam bentuk lembaran) yang akan
digunakan untuk lapisan "plywood" tidak lepas dari peralatan mesin yang sangat
berbahya salah satunya adalah mesin "core builder" yang di dalamnya terdapat
pisau pemotong veneer, chain, sproket dan juga heater untuk memanaskan lem
agar mencair ke benang yang berfungsi merapatkan susunan atau potongan veneer
tersebut. Jika pengetahuan dari perkerja tidak tanggap didalam menangani bahaya
bahaya yang ditimbulkan dari proses pekerjaan yang dilakukan tersebut tentunya
menjadi sangat beresiko baik untuk karyawan maupun untuk perusahan. Tidak
hanya itu, didunia jasa kontruksi yang terdapat berbagai alat berat yang tentunya
juga sangat berbahaya akan menjadi masalah bagi pekerja

Untuk itu, pencegahan kecelakaan akibat kerja harus dilakukan, baik di


lingkungan industri kerja maupun di dunia pendidikan, misalnya Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK) yang menjadi dasar tenaga kerja profesional. Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK) merupakan salah satu lembaga pendidikan yang
bertujuan untuk menciptakan lulusan yang terampil, berkompeten, dan siap untuk
turun kedalam dunia industri. Terdapat banyak program keahlian salah satunya
adalah desain permodelan informasi bangunan (DPIB). Namun pada
kenyataannya, masih banyak sekolah yang belum memberikan pelatihan materi
pembelajaran tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) secara optimal.
Selain itu, pelaksanaan K3 di sekolah juga masih belum sejalan dengan standar
K3 yang ada pada dunia industri
SMK Negeri 2 Kota Probolinggo merupakan salah satu sekolah yang
menyediakan program keahlian desain permodelan informasi bangunan (DPIB)..
Dalam proses pembelajarannya terdapat berbagai mata pelajran yang menuntut
siswa untuk berkompeten dalam melaksanakan kegiatan praktik dan menuntut
wajib lulus dalam praktik tersebut baik untuk kelas X, XI, dan XII. Hal tersebut
bertujuan untuk menanamkan pengetahuan para siswa untuk melaksanakan proses
praktik ataupun saat sudah bekerja didunia industri.

Dari banyaknya proses praktik yang dilakukan para siswa, tentunya


pengetahuan K3 menjadi sangat penting bagi siswa tersebut. Karena dari sini
dapat dilihat bagaimana perilaku siswa pada saat melaksanakan praktikum.
Karena dalam proses praktik tentunya siswa dihadapkan dengan berbagai media
praktikum yang rentan akan bahaya dan dapat menimbulkan terjadinya kecelakaan
pada saat melaksanakan proses praktik di jurusan teknik desain permodelan
informasi bangunan.

Sehingga sifat dari kritisnya siswa akan bahaya yang terjadi akibat dari
kegiatan yang mereka lakukan dapat tertanam sejak mengikuti pendidikan di
SMK dan diteruskan ke dunia industri. Pengetahuan mengenai K3 pada siswa
harus benar-benar diterapkankan dalam bentuk sikap mereka saat praktik dan
tindakan mereka saat melakukan praktik, agar kecelakaan dapat dihindari bahkan
dari sumber bahanya sekalipun.

Berdasarkan observasi yang telah dilakukan selama kegiatan Kajian dan


Praktik Lapangan (KPL) di SMK Negeri 2 Kota Probolinggo, masalah yang
masih terdapat di SMK Negeri 2 Kota Probolinggo dalam lingkup Kesehatan dan
Keselamatan Kerja adalah saat siswa melaksanakan kegiatan praktikum salah
satunya saat praktik konstruksi kayu masih mengalami keterbatasan fasilitas alat
pelindung diri (APD) yang tentunya sangat merugikan siswa baik didalam
pengetahuan maupun keselamatan. Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini
adalah untuk mengetahui hubungan implementasi Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (K3) dengn fasilitas Alat Pelindung Diri (APD) terhadap kemampuan kerja
siswa pada saat praktik konstruksi kayu di SMK Negeri 2 Kota Probolinggo.
B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana hubungan implementasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3


terhadap kemampuan kerja siswa pada saat praktik konstruksi kayu di SMK
Negeri 2 Kota Probolinggo?
2. Bagaimana hubungan fasilitas Alat Pelindung Diri (APD) terhadap
kemampuan kerja siswa pada saat praktik konstruksi kayu di SMK Negeri 2
Kota Probolinggo?
3. Bagaimana hubungan implementasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
dan Alat Pelindung Diri (APD) terhadap kemampuan kerja siswa pada saat
praktik konstruksi kayu di SMK Negeri 2 Kota Probolinggo?

C. Kegunaan Penelitian
Dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk:
1. Bagi Jurusan Teknik Sipil Universitas Negeri Malang
Penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi penelitian di Jurusan
Teknik Sipil serta dapat mengetahui hubungan implementasi Keselamatan
dan Kesehatan Kerja (K3) dengn fasilitas Alat Pelindung Diri (APD) terhadap
kemampuan kerja siswa pada saat praktik konstruksi kayu di SMK Negeri 2
Kota Probolinggo.
2. Bagi SMK Negeri 2 Kota Probolinggo
Penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi dan masukan
mengenai sarana dan prasarana K3 dan pemahaman pemakaiannya untuk
keperluan praktik, khususnya pada praktik konstruksi kayu di SMK Negeri 2
Kota Probolinggo.
3. Bagi Guru SMK Negeri 2 Kota Probolinggo
Penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi dan masukan
terhadap guru untuk memperhatikan sebagai pengawasan tentang pelaksanaan
keselamatan dan kesehatan kerja, khususnya pada praktik konstruksi kayu di
SMK Negeri 2 Kota Probolinggo.
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
Penelitian ini diharapkan dapat referensi penelitian mahasiswa untuk
melakukan penelitian selanjutnya secara lebih rinci dan jelas mengenai
hubungan implementasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dan Alat
Pelindung Diri (APD) terhadap kemampuan kerja siswa pada saat praktik
konstruksi kayu di SMK Negeri 2 Kota Probolinggo.

D. Batasan Penelitian
Agar penelitian ini lebih terarah, terfokus, dan menghindari pembahasan
menjadi terlalu luas, maka dapat diambil batasan-batasan penelitian sebagai
berikut:
1. Peneliti hanya meneliti siswa kelas XII pada praktik kayu Kompetensi
Keahlian Teknik Konstruksi Kayu di SMK Negeri 2 Kota Probolinggo.
2. Data penelitian yang dipakai untuk mengetahui hubungan implementasi
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dan Alat Pelindung Diri (APD)
terhadap kemampuan kerja siswa pada saat praktik konstruksi kayu di SMK
Negeri 2 Kota Probolinggo yaitu metode penelitian yang digunakan yaitu
motede penelitian observasi.
3. Penelitian ini dibatasi hanya untuk meneliti mengenai hubungan
implementasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dan Alat Pelindung
Diri (APD) terhadap kemampuan kerja siswa pada saat praktik konstruksi
kayu di SMK Negeri 2 Kota Probolinggo.

E. Definisi Operasional
Adapun definisi operasional dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Keselamatan dan kesehatan kerja adalah upaya perlindungan yang ditujukan
kepada semua siswa dan orang lain yang melakukan praktik konstruksi
kayu.
2. Alat Pelindung Diri (APD) adalah kelengkapan yang wajib digunakan saat
bekerja sesuai bahaya dan risiko kerja untuk menjaga keselamatan pekerja
itu sendiri dan orang di sekelilingnya
3. Kompetensi Keahlian Teknik Konstruksi Kayu merupakan jurusan teknik
yang memiliki keahlian di bidang konstruksi kayu.
4. Praktik Konstruksi Kayu merupakan praktik yang ada di Kompetensi
Keahlian Teknik Konstruksi Kayu di SMK Negeri 2 Kota Probolinggo yang
penerapannya berhubungan dengan alat-alat kerja manual dan bantuan
mesin yang dapat menimbulkan kecelakaan kerja.

Anda mungkin juga menyukai