Anda di halaman 1dari 64

PENGARUH KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA TERHADAP

PRODUKTIFITAS KARYAWAN PADA PT. DASINDO CILEGON

PROPOSAL PENELITIAN

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Ujian Ahir Semester Mata Kuliah


Metodologi penelitian Dosen Pengampu, Bpk. Didit Haryadi, S.M., M.M., NCLT.,
CPLM., CHRP Pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Manajemen
Universitas Primagraha

Disusun Oleh :
Nama : Rendi Fadilah
NIM : 200317

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PRIMAGRAHA
2023
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perekonomian di Indonesia saat ini semakin menunjukan arah

kepada Industrialisasi yang sangat Modern dengan banyak pabrik atau

industri yang ikut mengambil peran dalam perkembangan perekonomian

baik dalam skala lokal, nasional, maupun internasional. Hal ini tentunya

sangat baik untuk kemajuan perekonomian. Pengaruh banyaknya industri

di Kota Cilegon semakin banyak pula perusahaan yang bergerak dibidang

konstruksi untuk mempermudah pabrik atau industri menggunakan jasa

perbaikan dengan rutinitas kegiatan yang tinggi sehingga memakai jasa

kontraktor.

Kegiatan jasa kontraktor telah terbukti memberikan kontribusi

penting dalam perkembangan dan pertumbuhan ekonomi negara termasuk

Indonesia, baik yang diselenggarakan pemerintah maupun swasta (Kadin,

2012). Hal tersebut disamping memberikan kontribusi dapat pula

menambah jumlah dan ragam bahaya di tempat kerja. Selain itu akan

terjadi pula lingkungan kerja yang kurang memenuhi syarat, proses dan

sifat pekerja yang berbahaya, serta peningkatan intensitas kerja

operasional tenaga kerja. Masalah tersebut akan sangat mempengaruhi dan


mendorong peningkatan jumlah maupun tingkat keseriusan kecelakaan

kerja. (Depnaker RI, 1991)

Proses perluasan, pemasangan dan perbaikan pabrik atau industri

pada umumnya merupakan kegiatan yang banyak mengandung potensi

bahaya yang sangat tinggi. Situasi dalam lokasi yang terlihat tidak aman,

kegiatan yang terlihat kompleks dan sulit dilaksanakan sehingga

dibutuhkan stamina yang prima dan alat pelindung diri yang layak bagi

pekerja, namun tidak dapat dipungkiri bahwa pekerjaan ini penyumbang

angka kecelakaan yang cukup tinggi. Banyaknya kasus kecelakaan

kerjaserta penyakit mengakibatkan kerugian banyak pihak terutama

pekerja yang bersangkutan.

Masalah Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) secara umum di

Indonesia masih sering terabaikan. Hal ini ditunjukkan dengan masih

tingginya angka kecelakaan kerja. Tingkat kepedulian terhadap K3 masih

rendah.

Pada tahun 2005, Kantor Perburuhan Internasional/International

Labour Organization (ILO) memperkirakan bahwa di seluruh dunia setiap

tahunnya 2.2 juta orang meninggal karena kecelakaan dan penyakit akibat

kerja. Angka kematian akibat kerjapun meningkat. Selain itu diperkirakan

bahwa setiap tahun terjadi 270 juta kecelakaan akibat kerja yang tidak

bersifat fatal (setiap kecelakaan sedikitnya menyebabkan tiga hari absen

dari pekerjaan) dan 180 juta orang mengalami penyakit akibat kerja.
Angka K3 perusahaan di Indonesia secara umum ternyata masih rendah.

Berdasarkan data ILO, Indonesia menduduki peringkat ke-26 dari 27

negara dalam hal keselamatan dan jauh tertinggal dari Negara Asia

Tenggara lainnya, dimana yang menempati urutan pertama adalah

Singapura, disusul Malaysia, Thailand dan Filipina.

Di Indonesia telah ditetapkan beberapa peraturan K3, antara lain

sebagai berikut: Undang-Undang RI No. 1 Tahun 1970 tentang

Keselamatan Kerja, Undang-undang No. 3 Tahun 1992 Tentang Jaminan

Sosial Tenaga Kerja (JAMSOSTEK). Peraturan-peraturan tersebut

ditetapkan bertujuan untuk mencegah dan mengantisipasi terjadinya

kecelakaan kerja.

Kecelakaan kerja tidak harus dilihat sebagai takdir, karena

kecelakaan itu tidaklah terjadi begitu saja terjadi. Kecelakaan pasti ada

penyebabnya. Kelalaian perusahaan yang semata-mata memusatkan

diripada keuntungan, kesalahan pekerja baik dari aspek kompetensi

maupun pemahaman arti pentingnya K3, tingkat kesadaraan pekerja

terhadap pentingnya menggunakan alat pelindung diri (APD), perilaku

pekerja yang cenderung kurang mengindahkan ketentuan standar K3,

pemilihan metode kerja yang kurang tepat, dan perubahan tempat kerja

merupakan penyebab terjadinya kecelakaan kerja.

Kasus kecelakaan yang terjadi di tempat kerja dalam pekerjaan

konstruksi sangat tinggi.  Hal ini disebabkan karena masih banyak pekerja


yang belum mengenal dan memahami bahaya kerja yang berkaitan dengan

pekerjaan terutama prosedur kerjaserta peraturan Sistem Manajemen

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3). Dengan demikian perlu

adanya upaya pengendalian, pembinaan, penyuluhan dan pelatihan tentang

SMK3 dalam bidang konstruksi sehingga dapat dicapai kondisi dan

lingkungan kerja yang aman.

Jumlah pekerja di sektor konstruksi yang mencapai sekitar 4.5 juta

orang, 53% di antaranya hanya mengenyam pendidikan sampai dengan

tingkat Sekolah Dasar, bahkan sekitar 1.5% dari pekerja ini belum pernah

mendapatkan pendidikan formal apapun. Sebagian besar dari mereka juga

berstatus pekerja harian lepas atau borongan yang tidak memiliki ikatan

kerja yang formal dengan perusahaan. Kenyataan ini tentunya mempersulit

penanganan masalah SMK3 yang biasanya dilakukan dengan metoda

pelatihan dan penjelasan-penjelasan mengenai SMK3 yang diterapkan

pada perusahaan bidang konstruksi.

Pekerjaan dalam bidang konstruksi merupakan bidang jasa yang

sangat penting dalam pelaksanaan pembangunan untuk mendukung

keberhasilan sektor-sektor lainnya. Disamping itu melibatkan jumlah

pekerja yang sangat besar dan berpotensi terjadi kecelakaan kerja. Karena

itu penanganan SMK3 perlu mendapat perhatian khusus.


PT. Dasindo Konstruksi merupakan perusahan yang bergerak

dibidang Kotrakator Konstruksi dan Over hull (Piping, Plant

Maintenance, dan Equipment Manufacturing).

Perusahaan ini termasuk kedalam perusahaan tingkat resiko tinggi

kecelakaan kerja. Ini terlihat dari lokasi kerja, proses kerja dan peralatan

kerja.

PT. Dasindo Konstruksi merupakan perusahaan yang telah

menerapkan SMK3, Selalu mengemban kepercayaan dengan

meningkatkan mutu cara kerja dan hasil kerja, melaksanakan norma-norma

perlindungan kerja dan lingkungan serta menciptakan tempat kerja yang

aman, sehat, dan bebas resiko kecelakaan, melakukan perbaikan kinerja

mutu Keselamatan dan Kesehatan Kesehatan Kerja serta Lingkungan

(K3L) secara berkelanjutan. Hal ini menunjukan bahwa PT. Dasindo

Konstriksi memperhatikan dan peduli terhadap K3 pekerjanya. Tetapi,

meskipun PT. DasindoKonstruksi telah mernapkan dan melaksanakan

program K3, tetapi masih terjadi kecelakan yang disebabkan oleh beberapa

faktor. Jatuh 26%, terbentur 12%, tertimpa 9%, mesin dan alat 8%, alat

tangan 7%, kendaraan 7%, dan lain-lain 6%. Akibat kecelakaan kerja

tersebut, harus mengeluarkan biaya, seperti biaya transportasi ke rumah

sakit, biaya pengobatan, biaya untuk memperbaiki alat yang rusak, dan

hilangnya jam kerja karyawan. Melihat karakteristik pekerjaan yang

dimiliki PT. Dasindo Konstruksi yang beresiko tinggi, maka penulis

tertarik untuk mengadakan penelitian dan mengkaji dalam bentuk skripsi


mengenai: “PENGARUH KESELAMATAN DAN KESEHATAN

KERJA (K3) TERHADAP PRODUKTIFITAS KARYAWAN PADA

PT. DASINDO CILEGON”.

B. Identifikasi Masalah

Pelaksanaan K3 di PT. Dasindo sudah berjalan dengan baik, hanya

saja penerapannya belum maksimal hal ini dapat dilihat dari masih

tingginya angka kecelakaan kerja. Berdasarkan latar belakang masalah

maka dapat diidentifikasi sebagai berikut :

1. Penerapan K3 yang sudah dilaksanakan, akan tetapi masih

mengundang kecelakaan kerja.

2. Penerapan K3 terhadap pekerja yang belum mengenal dan memahami

jelas peraturan K3 yang berkaitan dengan pekerjaan mereka.

3. Belum diketahui apakah pelaksanaan K3 dibidang konstruksi,

khususnya di PT. Dasindo Konstruksi telah memenuhi standar K3

yang baku.

C. Batasan Masalah

Pembatasan masalah penelitian dimaksudkan agar permasalahan

yang diteliti tidak terlalu luas dan menyimpang, maka penelitian ini

dibatasi mengenai ruang lingkup penerapan K3 dan hambatan pada

pelaksanaannya.
D. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah bertitik tolak dari latar belakang

yang diuraikan sebelumnya, maka penulis mencoba merumuskan

permasalahan penelitian sebagai berikut : “Apakah Program

Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Berpengaruh Signifikan Terhadap

Produktifitas Karyawan pada PT. Dasindo”

E. Tujuan Penelitian

Beberapa Tujuan Penelitiannya adalah sebagai berikut :

a. Untuk mengetahui pengaruh Program Keselamatan Dan

Kesehatan Kerja Terhadap Produktifitas Karyawan pada

PT. Dasindo Konstruksi.

b. Untuk menganalisa kebijakan perusahaan melaksanakan

keselamatan dan kesehatan kerja (K3).

F. Kegunaan Hasil Penelitian

1. Penulis

Bagi penulis, sebagai penambah wawasan dalam mengembangkan

kemampuan dan pengalaman penelitian dalam berfikir secara ilmiah

serta dapat mengetahui informasi tentang pentingnya penerapan K3

dalam suatu bidang konstruksi.


2. Universitas Primagraha

Bagi Universitas Primagraha Serang, sebagai tambahan literatur

kepustakaan dibidang penelitian mengenai penerapan K3pada bidang

konstruksi.

3. Perusahaan

Bagi perusahaan, sebagai bahan masukan dan pertimbangan dalam

memecahkan masalah-masalah yang berkaitan dengan penerapan K3.


BAB II

KAJIAN TEORITIK

A. Deskripsi Konseptual

1. Deskripsi Produktivitas Karyawan

Satu faktor yang mempengaruhi kelangsungan hidup perusahaan

adalah produktivitas. Produktivitas menurut Dewan Produktivitas Nasional

mempunyai pengertian sebagai sikap mental yang selalu berpandangan bahwa mutu

kehidupan hari ini harus lebih baik dari kemarin dan hari esok lebih baik dari

hari ini. Sedangkan secara umum seperti yang banyak terdapat dalam buku-

buku teks tentang produktivitas, produktivitas mengandung arti sebagai

perbandingan antara hasil yang dicapai (output) dengan keseluruhan sumberdaya

yang digunakan (input). Dengan kata lain bahwa produktivitas memiliki dua

dimensi. Dimensi pertama adalah efektivitas yang mengarah kepada pencapaian

unjuk kerja yang maksimal yaitu pencapaian target yang berkaitan dengan

kualitas, kuantitas, dan waktu. Yang kedua yaitu efisiensi yang berkaitan dengan

upaya membandingkan input dengan realisasi penggunaannya atau bagaimana

pekerjaan tersebut dilaksanakan.

Berikut ini beberapa pengertian produktivitas: Produktivitas tenaga

kerja adalah perbandingan antara hasil yang dicapai dengan peran serta tenaga kerja

per satuan waktu (lazimnya per-jam orang).

Secara umum, pengertian produktivitas menyangkut hubungan

antara keluaran (output) dengan masukan (input) yang digunakan untuk

menghasilkan output tersebut. Selain itu produktivitas juga sering diartikan


orang sebagai kemampuan seseorang atau sekelompok orang untuk

menghasilkan barang atau jasa, yang ditujukan untuk menjadikan hari esok lebih

baik dibandingkan hari ini.

Sumber daya manusia memegang peranan utama dalam

proses peningkatan produktivitas karena peralatan produksi, teknologi serta

sistem manajemen pada hakekatnya merupakan hasil karya manusia. Sejak

awal perkembangan sampai sekarang, banyak ahli yang mengemukakan

definisi yang berbeda-beda tentang namun pada dasarnya mempunyai prinsip yang

sama.

Prabu Mangkunegara (2003:118) : Secara umum produktivitas

diartikan sebagai hubungan antara hasil nyata maupun fisik (barang-barang

atau jasa) dengan masukkan yang sebenarnya.

Berdasarkan pendapat diatas, dapat diambil kesimpulan pada

dasamya pengertian produktivitas mempunyai tujuan yang sama yaitu suatu

tindakan yang efisien dalam memproduksi sesuatu, baik barang maupun jasa,

dengan cara memanfaatkan serta meningkatkan sumber daya yang ada.

Bambang Kusriyanto (2001:2), mengemukakan bahwa

produktivitas karyawan adalah perbandingan antara hasil yang dicapai dengan

peran serta tenaga kerja per satuan waktu (lazimnya per jam per orang) .

Husein Umar (2004:44) mengemukakan: "Produktivitas

Karyawan mengandung pengertian perbandingan antara hasil yang

dicapai dengan keseluruhan sumber daya yang digunakan.


Dari definisi diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa

produktivitas karyawan adalah ukuran keberhasilan tenaga kerja dalam

menghasilkan suatu produk pada waktu tertentu.

Produktivitas tenaga kerja sebagai suatu konsep yang

menunjukkan adanya kaitan antara output ( hasil kerja ) dengan waktu yang

dibutuhkan untuk menghasilkan produk dari seorang tenaga kerja, maksudnya

bahwa produktivitas tenaga kerja sangat berkaitan dengan hasil kerja yang

diperoleh terhadap waktu yang diperlukan untuk menghasilkannya.

Dari ketiga definisi di atas dapat disimpulkan pengertian

produktivitas kerja karyawan adalah hubungan antara hasil nyata (barang atau

jasa), dengan masukan yang sebenarnya yaitu suatu perbandingan antara hasil

keluaran (output) dan masukan (input).

Yang dimaksud dengan output adalah jumlah keluaran karyawan

yaitu hasil atau jumlah penyelesaian tugas ( dalam ton, unit, area, rupiah ),

sedangkan input adalah jumlah waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan

tugas tersebut (dalam hari, jam atau menit)

a. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produktifitas Tenaga Kerja

Lima bidang peluang dalam fungsi tadisional administrasi

personalia yang relevansinya paling langsung dalam meningkatkan

produktivitas tenaga kerja, yaitu :

a. Seleksi. Mencakup pemilihan tenaga kerja baru dan pengaturan

tenaga kerja yang sudah ada pada tempatnya yang sesuai.

b. Pengendalian tenaga kerja. Usaha mengurangi faktor-faktor yang

termasuk dalam output pada persamaan produktivitas, yakni jumlah


karyawan yang jelas merupakan usaha meningkatkan pemanfaatan

sumber daya manusia. Pengendalian tenaga kerja, jika dijamin

dengan pengadaan jumlah tenaga kerja yang memadai dengan

keterampilan yang memadai pula dan jika dilakukan secara

kontinu, niscaya merupakan penghematan yang produktif.

c. Penyempurnaan struktur organisasi. Struktur organisasi

merupakan wahana bagi penyelesaian kerja perusahaan, akan tetapi

jika struktur ini merupakan wahana yang sudah tua, rumit dan tidak

sesuai lagi, struktur itu akan menghalangi pelaksanaan kerja secara

efektif.

d. Pengembangan sumber daya manusia. Pendidikan dan pelatihan

untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan keterampilan

karyawan dapat mempunyai dampak langsung terhadap produktivitas

kerja karyawan.

e. Motivasi. Insentif merupakan salah satu bentuk motivasi positif agar

dapat meningkatkan produktivitas kerja karyawan. Kegiatan yang

mendorong, meningkatkan gairah dan mengajak karyawan untuk

bekerja secara lebih efektif, serta meninggalkan praktek-praktek

yang tidak produktif, dapat merupakan bagian pokok dari usaha

meningkatkan pekerjaan secara efektif.

Menurut Balai Pengembangan Produktivitas Daerah yang dikutip

oleh Husein Umar (2004:11), ada enam faktor utama yang menentukan

produktivitas tenaga kerja, yaitu:

a. Sikap kerja.

b. Tingkat keterampilan.
c. Hubungan antara tenaga kerja dan pimpinan.

d. Manajemen produktivitas.

e. Efisiensi tenaga kerja.

f. Kewiraswastaan.

Sedangkan ciri pegawai yang produktif menurut Dale Timpe yang

dikutip oleh Husein Umar (2004:12) adalah:

a. Cerdas dan dapat belajar dengan relatif cepat.

b. Kompeten secara profesional.

c. Kreatif dan inovatif.

d. Memahami pekerjaan.

e. Belajar dengan 'cerdik', menggunakan logika, efisien, tidak mudah

macet dalam pekerjaan.

f. Selalu mencari perbaikan-perbaikan,tetapi tahu kapan harus terhenti.

g. Dianggap bernilai oleh atasannya.

h. Memiliki catatan prestasi yang baik.

i. Selalu meningkatkan diri.

Produktivitas karyawan banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor,

baik yang berhubungan dengan karyawan itu sendiri, maupun faktor-faktor

lainnya. Sehubungan dengan itu, Payman Simanjuntak mengemukakan faktor-

faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja karyawan pada suatu perusahaan

meliputi:

a. Kualitas dan kemampuan.

b. Sarana pendukung.

c. Supra sarana.
Sedangkan menurut Ravianto faktor-faktor yang

mempengaruhi produktivitas antara lain:

a. Pendidikan.

b. Ketrampilan.

c. Disiplin.

d. Sikap dan etika kerja.

e. Motivasi.

f. Gizi dan kesehatan.

g. Tingkat penghasilan.

h. Jaminan Sosial.

i. Lingkungan dan iklim kerja.

j. Hubungan industrial Pancasila.

k. Teknologi.

l. Sarana produksi.

m. Manajemen.

n. Kesempatan kerja dan berprestasi.

Dari uraian diatas, dapat dikatakan bahwa faktor-faktor

yang mempengaruhi produktivitas penting sekali untuk diperhatikan karena

merapakan peningkatan kualitas manusia, inanusia disini adalah karyawan.

Meningkatkan produktivitas karyawan merapakan sasaran strategis,

karena peningkatan produktivitas dari faktor-faktor lainnya sangat

tergantung pada kemampuan tenaga manusia yang memanfaatkannya.

b. Hubungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Terhadap Produktivitas


Produktivitas merupakan suatu aspek yang penting bagi perusahaan

karena apabila tenaga kerja dalam perusahaan mempunyai kerja yang

tinggi, maka perusahaan akan memperoleh keuntungan dan hidup

perusahaan akan terjamin. Untuk meningkatkan produktivitas kerja perlu

adanya tenaga kerja yang memiliki keterampilan dan keahlian bekerja, karena

apabila tenaga kerja tidak memiliki keahlian dan keterampilan akan

berakibat menurunnya produktivitas dan merugikan perusahaan.

Produktivitas dipengaruhi berbagai faktor, baik yang berhubungan dengan

tenaga kerja itu sendiri maupun faktor-faktor lainnya, seperti pendidikan,

keterampilan, disiplin kerja, sikap, etika, manajemen, motivasi kerja, teknologi,

sarana, produksi, kesempatan kerja dan kesempatan berprestasi serta

lingkungan kerja yang mendukung.

Produktivitas yang tinggi dapat dicapai jika didukung para karyawan

yang mempunyai motivasi dan lingkungan kerja dalam hal ini

perusahaan memperhatikan keselamatan dan kesehatan kerja

karyawannya dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya.

Keselamatan dan kesehatan kcerja (K3) merupakan salah satu

persyaratan untuk meningkatkan produktivitas kerja karyawan, di samping

itu Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) adalah hak asasi setiap tenaga

kerja. Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan suatu upaya untuk

menciptakan suasana bekerja yang aman, nyaman, dan tujuan akhirnya adalah

mencapai produktivitas setinggi-tingginya. Maka dari itu Keselamatan dan

kesehatan kerja (K3) mutlak untuk dilaksanakan pada setiap jenis

bidang pekerjaan tanpa kecuali. Upaya Keselamatan dan kesehatan


kerja (K3) diharapkan dapat mencegah dan mengurangi risiko

terjadinya kecelakaan maupun penyakit akibat melakukan pekerjaan.

Dalam pelaksanaan Keselamatan dan kesehatan kerja (K3)

sangat dipengaruhi oleh 3 faktor utama yaitu manusia, bahan, dan

metode yang digunakan, yang artinya ketiga unsur tersebut tidak dapat

dipisahkan dalam mencapai penerapan Keselamatan dan kesehatan kerja

(K3)yang efektif dan efisien. Sebagai bagian dari iImu Kesehatan Kerja,

penerapan Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) dipengaruhi oleh 4

faktor yaitu adanya organisasi kerja, administrasi Keselamatan dan

kesehatan kerja (K3), pendidikan dan pelatihan, penerapan prosedur dan

peraturan di tempat kerja, dan pengendalian lingkungan kerja.

Dalam Ilmu Kesehatan Kerja, faktor lingkungan kerja merupakan

salah satu faktor terbesar dalam mempengaruhi kesehatan pekerja, namun

demikian tidak bisa meninggalkan faktor lainnya yaitu perilaku. Perilaku

seseorang dalam melaksanakan dan menerapkan Keselamatan dan

kesehatan kerja (K3) sangat berpengaruh terhadap efisiensi dan efektivitas

keberhasilan Keselamatan dan kesehatan kerja (K3).

2. Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Kesehatan, Keselamatan Kerja dan Lindungan Lingkungan adalah

salah satu bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat dan

nyaman sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerja

dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi

dan produktivitas kerja. Keselamatan dan kesehatan kerja akan


menciptakan terwujudnya pemeliharaan karyawan yang baik. Keselamatan

dan kesehatan kerja ini harus ditanamkan pada diri masing-masing individu

karyawan dengan penyuluhan dan pembinaan yang baik agar mereka

menyadari pentingnya keselamatan kerja bagi dirinya maupun untuk

perusahaan. Keselamatan kerja meliputi perlindungan karyawan dari

kecelakaan di tempat kerja. Sedangkan kesehatan merujuk kepada kebebasan

karyawan dari penyakit secara fisik dan mental. Agar pengertian

keselamatan dan kesehatan kerja dapat dipahami dengan jelas maka penulis akan

memaparkan secara terperinci.

Permasalahan keselamatan dan kesehatan kerja adalah aktivitas

yang dilakukan karyawan di perusahaan yang menimbulkan kecelakaan

kerja. Kecelakaan adalah tindakan yang tidak terduga dan tidak diharapkan tidak

terduga karena di belakang peristiwa itu tidak terdapat unsur kesengajaan

terlebih-lebih dalam bentuk perencanaan.

Kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang berhubungan dengan

hubungan kerja pada perusahaan. Hubungan kerja disini dapat berarti bahwa

kecelakaan terjadi karena pekerjaan atau pada waktu melaksanakan

pekerjaan. Yang dimaksud dengan keselamatan kerja adalah keselamatan

yang bertalian dengan mesin, pesawat, bahan dan proses pengolahan,

landasan tempat kerja dan lingkungan serta cara-cara untuk melakukan

pekerjaan. (Suma’mur, 1998:1)

Menurut Henrich pengertian kecelakaan kerja adalah: Kecelakaan

adalah suatu kejadian yang tidak diinginkan dimana aksi atau reaksi objek,

bahan, orang atau radiasi mengakibatkan luka pada orang. (Manuaba,


2001:193)

Kecelakaan adalah suatu kejadian yang tidak diinginkan dan

merugikan fisik seseorang atau kerusakan hak milik yang disebabkan kontak

dengan energi (kinetik, listrik, kimiawi dan lain-lain) yang melewati ambang

batas dari benda atau bangunan.Dari definisi diatas jelaslah bahwa pengertian

kecelakaan tidak hanya terbatas pada insiden-insiden yang menyangkut

terjadinya luka-luka saja, tetapi juga meliputi kerugian fisik dan materil sebab-

sebab terjadinya kecelakaan tersebut. Kecelakaan akan selalu disertai kerugian

materil maupun penderitaan dari yang paling ringan sampai yang paling berat dan

bahkan ada yang tewas, oleh karena itu sebelum terjadi kecelakaan, perlu

dilakukan tindakan-tindakan pencegahan/ keselamatan.

Beberapa hasil riset menunjukkan bahwa faktor manusia merupakan

faktor penyebab kecelakaan kerja yang paling sering terjadi. Hal ini terutama

disebabkan oleh kurangnya kesadaran pekerja akan pentingnya keselamatan

kerja. Untuk mengatasi masalah tersebut, diperlukan adanya organisasi

keselamatan kerja, program keselamatan kerja, dan dukungan manajemen. Di

lain pihak pemerintah juga memegang peranan penting dalam usaha untuk

mencegah terjadinya kecelakaan pada proyek konstruksi. Beberapa sumber

yang diperoleh didapatkan berbagai macam definisi tentang kecelakaan sebagai

berikut :

Yang dimaksud kecelakaan kerja adalah kejadian yang tidak

disengaja seperti kejadian-kejadian yang tidak diharapkan dan tidak terkontrol.

Kecelakaan tidak selalu berakhir dengan luka fisik dan kematian.

Kecelakaan yang menyebabkan kerusakan peralatan dan material dan


khususnya yang menyebabkan luka perlu mendapat perhatian terbesar.

Semua kecelakaan tanpa melihat apakah itu menyebabkan kerusakan ataupun

tidak perlu mendapatkan perhatian. Kecelakaan yang tidak menyebabkan

kerusakan peralatan, material dan kecelakaan fisik dari personil kerja dapat

menyebabkan kecelakaan lebih lanjut. (Hinze, 1999).

Definisi kecelakaan kerja lainnya adalah sesuatu yang tidak

terencana, tidak terkontrol, dan sesuatu hal yang tidak diperkirakan

sebelumnya sehingga mengganggu efektifitas kerja seseorang. (Anton,Thomas,

2002)

Suatu kejadian yang tidak diduga semula dan tidak dikehendaki

yang mengacaukan proses yang telah diatur dari suatu aktivitas dan dapat

menimbulkan kerugian baik korban manusia dan atau harta benda (Modul 1 tentang

dasar-dasar keselamatan dan kesehatan kerja). Suatu kejadian yang tidak

dikehendaki dan secara tiba-tiba yang dapat mengakibatkan cedera termasuk

kerusakan harta benda dan gangguan lingkungan atau ko0mbinasi dari selama ini.

a. Keselamatan Kerja

Kondisi bebas dari bahaya. Terhindar dari bencana, aman

sentosa, sejahtera, tidak kurang suatu apapun, sehat, tidak mendapat gangguan,

kerusakan, dsb, beruntung, tercapai maksudnya, tidak gagal. (Kamus Besar

bahasa Indonesia).

Keselamatan kerja merupakan bagian yang penting dalam

pelaksanaan proyek konstruksi, dimana keselamatan kerja perlu mendapat

perhatian yang sama dengan kualitas, jadwal dan biaya (Yustono, 2000).
Penyediaan fasilitas keselamatan keja meliputi peralatan perlindungan

diri dan sarana keselamatan kerja. Peralatan perlindungan diri terdiri dari

pelindung kepala (helm), pelindung mata, pelindung telinga, sarung

tangan, sabuk pengaman, dan sepatu karet. sedangkan sarana keselainatan

kerja meliputi tanda-tanda dan tulisan mengenai keselamatan kerja,

jaring pengaman tempat pengobatan, peralatan P3K dan alat pemadam

kebakaran. (Grimaldi dan Simonds, 1999)

Pengarahan keselamatan kerja perlu dilakukan secara rutin dan

mudah dicerna oleh para pekerja (Ratih dan Saptiwi, 2001).

b. Alasan Pentingnya Keselamatan Kerja

Ada beberapa alasan pentingnya memperhatikan masalah

keselainatan dalam bekerja, yaitu :

a. Kemanusiaan. Membiarkan terjadinya kecelakaan keja tanpa

berusaha melakukan sesuatu untuk memperbaiki keadaan merupakan

suatu tindakan yang tidak manusiawi. Hal ini dikarenakan kecelakaan

yang terjadi tidak hanya menimbulkan penderitaan bagi

korbannya, misalnya kematian, luka/cedera berat maupun ringan,

tetapi juga mengakibatkan penderitaan bagi keluarga korban jika

korban meninggal atau cacat. Oleh karena itu, pengusaha

(kontraktor) mempunyai kewajiban untuk melindungi

pekerjanya dengan cara menyediakan lapangan kerja yang aman

(Ridley, 2001)

b. Ekonomi. Setiap kecelakaan kerja yang terjadi akan

menimbulkan kerugian ekonomi seperti kerusakan mesin,


peralatan, bahan dan bangunan, biaya pengobatan, biaya santunan

kecelakaan dan sebagainya. Oleh karena itu, dengan melakukan

langkah-langkah pemegahan kecelakaan maka selain dapat

mencegah terjadinya cedera pada pekerja, kontraktor juga dapat

menghemat biaya yang harus dikeluarkan. UU dan peraturan. UU

dan peraturan dikeluarkan oleh pemerintah atau suatu organisasi

bidang keselainatan kerja dengan pertimbangan bahwa masih banyak

kecelakaan yang terjadi, makin meningkatnya pembangunan

dengan penggunaan teknologi modern, pekerjaan konstruksi

merupakan kompleksi tas kerja yang dapat merupakan sumber

terjadinya kecelakaan keja, dan pentingnya arti tenaga kerja di bidang

kegiatan konstruksi.

c. Nama baik perusahaan. Suatu perusahaan yang mempunyai reputasi

yang baik dapat mempengaruhinya kemampuannya dalam bersaing

dengan perusahaan lain.

Keterlibatan secara aktif dari manajemen perusahaan sangat

penting artinya bagi terciptanya perbuatan dan kondisi lingkungan

yang aman. Manajemen perusahaan perlu membuat program

keselamatan kerja (safety program) dan mempunyai komitmen untuk

menjalankan program tersebut demi terciptanya keamanan di lokasi

kerja,dan faktor-faktor yang mempengaruhi keselamatan kerja, yaitu :

a. Kelengkapan alat pengaman keselamatan kerja

b. Petunjuk tentang cara menggunakan alat pengaman keselamatan kerja

c. Frekuensi penggunaan alat pengaman keselamatan kerja

d. Kerusakan alat pengaman keselamatan kerja


e. Alat penerangan yang disediakan oleh perusahaan

f. Pengetahuan karyawan dalam penggunaan peralatan dan prosedur

kerja. (Silalahi, 2001)

c. Kesehatan Kerja

Kesehatan berasal dari bahasa Inggris ‘health’, yang dewasa ini

tidak hanya berarti terbebasnya seseorang dari penyakit, tetapi

pengertian sehat mempunyai makna sehat secara fisik, mentaldan juga sehat

secara sosial. Dengan demikian pengertian sehat secara utuh menunjukkan

pengertian sejahtera (well-being). Kesehatan sebagai suatu pendekatan

keilmuan maupun pendekatan praktis juga berupaya mempelajari faktor-

faktor yang dapat menyebabkan manusia menderita sakit dan sekaligus

berupaya untuk mengembangkan berbagai cara atau pendekatan untuk

mencegah agar manusia tidak menderita sakit, bahkan menjadi lebih sehat.

Menurut Sumakmur (2000:76) kesehatan kerja adalah spesialisasi dalam

ilmu kesehatan/kedokteran beserta prakteknya yang bertujuan, agar

pekerja/masyarakat pekerja beserta memperoleh derajat kesehatan yang

setinggi-tingginya, baik fisik, atau mental, maupun sosial, dengan usaha-

usaha preventif dan kuratif, terhadap penyakit-penyakit/gangguan-gangguan

kesehatan yang diakibatkan faktor-faktor pekerjaan dan lingkungan kerja, serta

terhadap penyakit-penyakit umum.

Mengenai kesehatan kerja, termasuk di dalamnya kesehatan fisik

dan mental. Kesehatan karyawan bisa terjadi karena penyakit, stress,

maupun karena kecelakaan. Dengan adanya program kesehatan kerja,

diharapkan pekerja menjadi lebih produktif misalnya menjadi jarang absen


atau mangkir kerja. Oleh karena itu, gangguan-gangguan penglihatan,

pendengaran, kelelahan, lingkungan kerja (misalnya suhu dan kelembaban),

dan lainnya perlu dihilangkan atau diperkecil semaksimal mungkin.

Strategi kesehatan kerja sangat berhubungan erat dengan

pengenalan dan pengendalian bahaya-bahaya kesehatan yang ditimbulkan oleh

kelelahan, tekanan batin (stres) kebisingan, radiasi maupun zat-zat beracun

lainnya terhadap kondisi fisik manusia, pikiran, dan sikap tingkah laku para

pegawai.

Pendekatan yang perlu dilakukan dalam strategi kesehatan ini

mencakup langkah-langkah:

a. Mengenal zat-zat, keadaan atau proses yang benarbenar atau

mempunyai potensi yang membahayakan para pekerja.

b. Mengadakan evaluasi bagaimana bahaya itu bisa timbul

dengan mempelajari sifat dan sesuatu zat atau kondisi dan keadaan

di mana bahaya tersebut terjadi. Hal tersebut juga

memperhitungkan kondisi lingkungan dalam keadaan yang bisa

berbahaya dalam bentuk intensitas dan lamanya pengaruh terhadap

pekerja.

c. Mengadakan pengembangan teknik dan metode kerja untuk

memperkecil risiko dengan melakukan pengendaliandan pengawasan

atas penggunaan bahan-bahan yang berbahaya atau pada

lingkunganlingkungan di mana bahaya bisa terjadi.

Upaya yang harus dilakukan sebagai solusi untuk mencapai

pengawasan kesehatan dan keselamatan kerja pegawai mencakup kegiatan :


a. Mempersiapkan dan menyediakan sarana dan prasarana yang dapat

melindungi, tetapi tidak hanya mengubah bentuk, proses atau

spesifikasi. Perubahan-perubahan tersebut tidak sepenuhnya

menghilangkan bahaya yang bisa terjadi di luar kemampuan.

b. Menghilangkan pusat utama yang mengakibatkan bahaya melalui

rancangan dan rekayasa pengelolaan dengan memastikan bahwa misalnya

zat beracun yang berbahaya tersebut tidak mencemari para pekerja.

c. Membuat isolasi kegiatan atau unsur-unsur yang berbahaya sehingga para

pekerja tidak berhubungari dengan mereka yang harus diisolasi, kalauputi

berhubungan harus menggunakan alat tertentu sebagai pencegahan.

d. Mengubah proses dan metode kera atau menggand bahan-bahan untuk

mendapatkan perlindungan yang lebih baik atau dapat menghilangkan

risiko dari bahaya yang kemungkinan bisa berpengaruh.

d. Penyebab Kecelakaan Kerja

Kecelakaan sebagai suatu kejadian yang tidak direncanakan dan

tidak diharapkan bukanlah suatu peristiwa kebetulan saja, tetapi ada sebab-

sebabnya. Sebab-sebab itu perlu diketahui dengan jelas agar usaha

keselamatan dan pencegahan dapat diambil, sehingga kecelakaan tidak

terulang kembali dan kerugian akibat kecelakaan dapat dihindarkan.

Kecelakaan tidak terjadi begitu saja, kecelakaan terjadi karena tindakan yang

salah atau kondisi yang tidak aman. Kelalaian sebagai sebab kecelakaan

merupakan nilai tersendiri dari teknik keselamatan. Ada pepatah yang

mengungkapkan tindakan yang lalai seperti kegagalan dalam melihat atau

berjalan mencapai suatu yang jauh diatas sebuah tangga. Hal tersebut
menunjukkan cara yang lebih baik selamat untuk menghilangkan

kondisi kelalaian dan memperbaiki kesadaran mengenai keselamatan

setiap karyawan pabrik.

Diantara kondisi yang kurang aman salah satunya adalah

pencahayaan, ventilasi yang memasukkan debu dan gas, lay-out yang

berbahaya ditempatkan dekat dengan pekerja, pelindung mesin yang tak

sebanding, peralatan yang rusak, peralatan pelindung yang tak mencukupi,

seperti helm dan gudang yang kurang baik. Diantara tindakan yang

kurang aman salah satunya diklasifikasikan seperti latihan sebagai

kegagalan menggunakan peralatan keselamatan, mengoperasikan pelindung

mesin mengoperasikan tanpa izin atasan, memakai kecepatan penuh,

menambah daya dan lain-lain. Penyebab kecelakaan kerja secara umum

dapat dibagi dua yaitu :

a. Penyebab langsung :

1. Perbuatan yang tidak aman (unsafe acts), didefinisikan sebagai

segala tindakan manusia yang dapat memungkinkan tejadinya

kecelakaan pada diri sendiri maupun orang lain. Contoh dari

perbuatan yang tidak aman seperti misalnya :

- Metode kerja yang salah.

- Tidak menggunakan alat yang telah disediakan.

- Salah menggunakan alat yang telah disediakan.

- Menggunakan alat yang sudah rusak.

- Tidak mengikuti prosedur keselamatan kerja.


2. Kondisi yang tidak aman (unsafe condition), didefinisikan sebagai

suatu kondisi lingkungan kerja yang dapat memungkinkan

terjadinya kecelakaan. Contoh kondisi yang tidak aman :

- Kondisi fisik, mekanik, peralatan.

- Kondisi permukaan tempat berjalan dan bekerja.

- Kondisi penerangan, ventilasi, suara dan getaran.

- Kondisi penataan lokasi yang salah.

b. Penyebab tidak langsung :

1. Fungsi manajemen

2. Kondisi pekerja.

Dari hasil analisa kebanyakan kecelakaan biasanya terjadi karena

mereka lalai ataupun kondisi kerja yang kurang aman, tidak hanya satu saja.

Keselamatan dapat dilaksanakan sedini mungkin, tetapi untuk tingkat

efektivitas maksimum, pekerja harus dilatih, menggunakan peralatan

keselamatan.

Cara penggolongan sebab-sebab kecelakaan ini diberbagai negara

tidaklah sama, namun ada kesamaan umum. Menurut Ranupandojo dan

Husnan, sebab-sebab kecelakaan dikelompokkan atas:

a. Sebab teknis. Menyangkut masalah kejelekan pabrik, peralatan,

mesin, penerangan, perawatan mesin-mesin dan alat-alat serta

bising yang berlebihan.

b. Human (Manusia). Biasanya disebabkan oleh deficiencies para

individu seperti: sikap yang ceroboh, tidak hati-hati, tidak mampu

menjalankan tugas yang baik, mengantuk, pecandu obat

bius/alkohol. (Ranupandojo dan Husnan, 1999:218)


Para ahli banyak yang menduga bahwa 4 dari 5 kecelakaan

yang terjadi penyebabnya adalah manusia, karenanya program

keselamatan kerja haruslah banyak memusatkan pada aspek teknisnya.

Sedangkan Manuaba (2001:152) menyatakan bahwa sebab-sebab

kecelakaan adalah:

a. Unsafe Action (Perbuatan manusia yang tidak aman)

1. Melaksanakan pekerjaan tanpa wewenang atau yang berwenang

gagal mengamankan atau memperingatkan seseorang.

2. Menjalankan alat-alat/mesin di luar batas aman.

3. Menyebabkan alat-alat keselamatan kerja tidak bekerja.

4. Cara angkat, angkut, menempatkan barang dan menyimpan

yang kurang/tidak aman.

5. Memakai sikap/posisi tubuh yang kurang baik/tidak aman.

6. Bekerja dengan alat/mesin bergerak atau berbahaya.

7. Melakukan tindakan mengacau, menyalahgunakan, melampaui

batas.

b. Unsafe Action and Mechanical Condition (Kondisi fisik dan mekanis yang

tidak aman) yaitu:

1. Alat pengaman yang kurang/tidak bekerja

2. Tidak ada pengaman

3. Adanya kondisi tidak aman

4. Design/konstruksi yang kurang/tidak aman.

5. Pengaturan proses kerja yang berbahaya atau mengandung

resiko seperti: badan terlalu berat, jalan yang sempit/tidak teratur.

6. Penerangan, ventilasi kurang baik.


7. Perencanaan proses kerja kurang/tidak aman.

Berdasarkan analisis sebab kecelakaan yang terjadi pada

umumnya disebabkan oleh perbuatan yang membahayakan. Adapun

perbuatan yang membahayakan itu bersumber dari:

a. Pemakaian alat-alat pelindung diri

b. Posisi seseorang yang sedang bekerja

c. Perbuatan seseorang yang melaksanakan pekerjaan

d. Cara mempergunakan perkakas dan alat-alat berat

e. Tata cara kerja dan ketrtiban. (Warwich, 2001:3)

Kecelakaan kerja jarang disebabkan oleh satu faktor,

penggolongan menurut jenis akan dapat menunjukkan peristiwa yang

langsung mengakibatkan kecelakaan dan menyatakan bagaimana suatu

benda atau zat menyebabkan terjadinya kecelakaan. Menurut organisasi

perburuhan internasional, klasifikasi berdasaran jenis kecelakaan adalah:

a. Terjatuh

b. Tertimpa benda tajam

c. Tertumbuk atau terkena benda-benda, kecuali benda jatuh.

d. Terjepit oleh benda

e. Gerakan-gerakan melebihi kemampuan

f. Pengaruh suhu tinggi

g. Terkena arus listrik

h. Kontak dengan bahan-bahan berbahaya atau radiasi


Pelaksanaan keselamatan kerja dari suatu perusahaan dengan

perusahaan lain tidaklah sama. Ada yang mengabaikan dan ada pula yang

menempatkan keselamatan kerja sebagai bagian integrasi dari kegiatan

bisnisnya. Hal ini disebabkan oleh karena keadaan/kondisi perusahaan dan

sikap serta pandangan atau sistem nilai yang hidup dan diatur oleh

pimpinan puncak dan manajemen perusahaan tersebut. Tuntutan

keselamatan kerja ini ditentukan pula oleh jenis industri dimana

perusahaan beroperasi atau jenis teknologiyang dipakai. Misalnya

industri kimia akan berbeda dengan pertambangan atau dengan industri farmasi.

Salah satu hal yang ikut menentukan adalah normal/standar keselamatan kerja

yang telah ditetapkan untuk masing-masing industri atau teknologi yang

dipakai. Fase pertumbuhan dan ukuran perusahaan yang baru dirintis atau

yang dimulai dari ukuran kecil ada kecenderungan untuk menomor

duakan masalah keselamatan kerja, tetapi semakin besar ukuran

perusahaan atau nilai investasi yang ditanam akan semakin besar pula

perhatian terhadap keselamatan kerja. Penggolongan keselamatan kerja

berdasarkan pelaksanaannya ada 4, yakni :

a. Perusahaan yang buta keselamatan kerja. Ciri yang mewarnai

kelompok ini adalah tahap pertumbuhan yang berada pada fase

survival dan ukuran usaha atau nilai investasi masih terbatas.

Biasanya pimpinan perusahaan terbatas pendidikannya.

b. Perusahaan yang berpandangan bahwa keselamatan kerja merupakan unsur

biaya yang mempengaruhi profitabilitas usaha. Ukuran perusahaan

mulai dari yang cukup besar sampai yang ukuran raksasa. Orientasi

utama perusahaan adalah pertumbuhan dan keuntungan. Tidak ada


batas latar belakang pendidikan tertentu dari pemilik atau pimpinan

perusahaan.

c. Perusahaan yang berpandangan keselamatan kerja sebagai bagian dari

tanggung jawab sosial perusahaan. Perusahaan yang termasuk kelompok

ini biasanya telah lepas dari tahap survival. Ukuran perusahaan atau

investasinya cukup besar sampai besar sekali. Pimpinan perusahaan

mempunyai wawasan yang sangat luas, kesejahteraan dan lingkungan

kerja dalam sumber daya manusia.

Perusahaan yang menempatkan keselamatan kerja sebagai bagian

integral dari kegiatan bisnisnya. Dalam kelompok ini keselamatan kerja

betul-betul ikut menentukan keberhasilan usahanya. Biasanya nilai

investasi dan teknologi yang digunakannya sangat tinggi, sehingga

setiap kecelakaan yang terjadi dapat berakibat fatal. Berdasarkan

pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa keselamatan dan

kesehatan kerja di perusahaan adalah dalam dimaksudkan untuk memberikan

perlindungan kepada karyawan, yakni usaha menghindari dan

mencegah terjadinya kecelakaan kerja karyawan di dalam

melakukan pekerjaannya.

Program keselamatan dan kesehatan kerja yang baik juga

akan menunjukkan manajemen dan kepemimpinan yang baik di

perusahaan, karena keselamatan dan kesehatan kerja dapat menurunkan

kerugian yang timbul akibat kecelakaan dan karyawan akan terlatih dalam

menghadapi resiko kerja.


e. Faktor-Faktor Keselamatn Kerja

Studi kasus menunjukkan hanya proporsiyang kecil dari pekerja

sebuah industri terdapat kecelakaan yangcukup banyak. Pekerja pada

industri mengatakan itu sebagai kecenderungan kecelakaan. Untuk

mengukur kecenderungan kecelakaan harus menggunakan data dari

situasi yang menunjukkan tingkat resiko yang ekivalen.

Begitupun, pelatihan yang diberikan kepada pekerja harus dianalisa,

untuk seseorang yang berada di kelas pelatihan kecenderungan kecelakaan

mungkin hanya sedikit yang diketahuinya. Satu lagi pertanyaan yang tak

terjawab ialah apakah ada hubungan yang signifikan antara kecenderungan

terhadap kecelakaan yang kecil atau salah satu kecelakaan yang besar.

Pendekatan yang sering dilakukan untuk seorang manager untuk salah

satu faktor kecelakaan terhadap pekerja adalah dengan tidak membayar

upahnya. Bagaimanapun jika banyak pabrik yang melakukan hal diatas

akan menyebabkan berkurangnya rata-rata pendapatan, dan tidak

membayar upah pekerja akan membuat pekerja malas melakukan

pekerjaannya dan terus membahayakan diri mereka ataupun pekerja yang

lain. Ada kemungkinan bahwa kejadian secara acak dari sebuah kecelakaan

dapat membuat faktor-faktor kecelakaan tersendiri.

Cara menanggulangi kecelakaan kerja adalah mengurangi unsur

penyebab kecelakaaan dan atau mengadakan pengawasan yang ketat.

(Silalahi,2000).

a. Manusia. Sumber daya manusia sebagai tenaga kerja merupakan

“alat produksi” yang paling tidak effisien ditinjau dari aspek tenaga,
keluaran, ketahanan fisik dan mental. Pembebanan yang berlebihan atau

lingkungan keja yang kurang nyaman bagi manusia normal harus

diimbangi oleh pengurangan jam kerja dan istirahat yang lebih lama

untuk memulihkan tenaganya. Mengingat semakin meningkatnya

persyaratan kerja dan kerumitan hidup, manusia harus

meningkatkan effisiensinya dengan bantuan peralatan dan

perlengkapan, semakin canggih peralatan yang digunakan manusia,

semakin besar bahaya yang mengancamnya. (Silalahi, 1995). Hal-ha1

yang berpengaruh terhadap tindakan manusia yang tidak aman

(kecerobohan) serta kondisi lingkungan yang berbahaya di lokasi

proyek : Pembawaan diri, Accident Theory menyatakan bahwa

kecelakaan kerja yang terjadi berhubungan dengan faktor pribadi

manusia. Setiap orang mempunyai pribadi yang berbeda yang

mempengaruhi dirinya dalam melakukan setiap perbuatan.

b. Pekerja dalam melakukan pekerjaannya perlu menyesuai akan diri

dengan lingkungan tempat kerjanya dan mengontrol pekerjaan yang

ditangani sehingga dapat bekerja dengan aman. Orang yang

tidak dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan mempunyai

frekuensi kecelakaan yang lebih besar. (Hinze, 1997). Persoalan

pribadi, faktor-faktor negatif yang terdapat dalam diri pekerja

seperti yang dinyatakan dalam Stress yaitu kelelahan, konsumsi

alkohol atau obat-obatan, penyakit dan perasaan frustasi dalam

kehidupan akan mempengaruhi perilaku pekerja, sehingga mereka

melakukan pekerjaan dengan tidak aman yang akhirnya dapat

mengakibatkan terjadinya kecelakaan kerja.


c. Usia dan pengalaman kerja, faktor usia dan pengalaman

kerja mempengaruhi pekerja dalam melakukan pekerjaan mereka di

lokasi kerja, dimana pekerja yang masih muda usianya belum

memiliki pengalaman kerja yang memadai dalam melaksanakan

tugas mereka, hal ini akan mengakibatkan tingkat kecelakaan kerja

yang lebih tinggi dibandingkan dengan pekerja dewasa. Pekerja

yang sudah berpengalaman dalam pekerjaannya akan lebih baik

dalam bekerja dibandingkan dengan pekerja.

d. Perasaan bebas dalam melaksanakan pekerjaan (tidak ada tekanan

target kerja). Berdasarkan teori The Goals, pihak manajemen harus

memberikan kebebasan kepada pekerja dalam usahanya mencapai tujuan

dari pekerjaan dengan tidak inembebani dengan target-target yang

memberatkan. Hasilnya adalah bahwa pekerja akan lebih

memfokuskan kerjanya yang mengarah pada tujuan kerja. (Hinze,1997)

e. Tingkat pendidikan dan pengalaman kerja para pekerja tidak

memberikan jaminan terhadap resiko kecelakaan kerja yang lebih

kecil, karena resiko terjadinya kecelakaan kerja sangat tergantung

akan pengertian pekerja tersebut terhadap pemahaman cara bekerja

yang aman (peralatan kerja, keselamatan keja, prosedur pekerjaan) dan

sebagainya (Hinze, 1385).

f. Keletihan fisik para pekerja yang dapat menyebabkan konsentrasi

para pekerja terganggil, sehingga cenderung untuk melakukan

tindakan yang dapat mengakibatkan kecelakaan kerja. Hal ini dapat

disebabkan oleh beberapa hal seperti lingkungan tempat bekerja

berada di tempat terbuka yang dipengaruhi cuaca dan pergantian


jam kerja yang tidak teratur (bila proyek berjalan terus menerus).

(Hinze, 1985).

f. Program-Program Keselamatan kerja dan kesehatan Kerja

1. Program Keselamatan Kerja

Pada hakekatnya setiap personil berhak mendapatkan

perlindungan atas keselamatan kerja yang pelaksanaannya berdasarkan

atas ketentuan-ketentuan yang telah ditentukan oleh pemerintah dan

disesuaikan dengan kemampuan perusahaan yang bersangkutan. Bila

keselamatan kerja tidak lagi menjadi perhatian, seperti misalnya

terjadi kecelakaan maka yang dirugikan disini bukan saja personil

tetapi secara tidak langsung perusahaan akan meraskannya juga.

Misalnya biaya pengeluaran pengobatan, tenaga kerja yang berkurang,

waktu yang hilang dan kemungkinan produksi akan berhenti, malah

perusahaan akan lebih besar lagi mengeluarkan dana untuk hal lain akibat

dari kecelakaan tersebut.

Maksud dan tujuan keselamatan kerja secara umum adalah

untuk menunjang tercapainya rencana produksi dengan peralatan,

lingkungan dan pekerjaan selamat. Agar tindakan lebih efektif, maka

perlu dibuat suatu program keselamatan kerja. Program tersebut dapat

kompleks dan dapat pula sederhana. Menurut Heidjrachman dan

Husnan (1999:223), setiap program keselamatan kerja dapat terdiri

dari:

a. Didukung oleh manajemen puncak (Top management)


b. Menunjuk seorang direktur keselamatan kerja

c. Pembuatan pakrik dan operasi yang bertindak secara aman

(aspek teknis)

d. Mendidik karyawan untuk bertindak secara aman

e. Menganalisa kecelakaan

f. Menyelamatkan akan lomba keselamatan kerja

g. Menjalan peraturan keselamatan kerja.

2. Program Kesehatan kerja

Disamping usaha untuk mencegah terjadinya kecelakaan, perusahaan

juga perlu memelihara kesehatan karyawannya baik fisik maupun mental

apakah itu disebabkan oleh penyakit, ketegangan/stres, maupun karena

kecelakaan. Dalam hal ini pengetahuan lingkungan kerja adalah faktor utama

yang perlu diperhatikan, untuk itulah pemeriksaan yang berkesinambungan

terhadap kondisi kerja dan kesehatan karyawan perlu diperhatikan.

Meningkatkan kesadaran akan kemungkinan-kemungkinan

bahaya kesehatan yang berhubungan dengan lingkungan kerja yang telah

menyebabkan berkembangluasnya usaha-usaha/program kesehatan kerja

dalam perusahaan. Kadang-kadang program kesehatan kerja ini

disalurkan dalam program keselamatan kerja. Dalam hal ini

kewajiban yang mesti diperhatikan bagi kesehatan kerja karyawan adalah

sebagai berikut:
a. Segala urusan yang bersifat khusus terhadap penyakit akibat

pekerjaan bagi setiap karyawan selama masa dinasnya yang

dimulai sejak menjadi calon pegawai.

b. Segala usaha yang meliputi pemeriksaan, pengobatan, perawatan

dan rehabilitasi dalam rangka penyembuhan bagi setiap penderita.

c. Segala usaha yang menyangkut faktor lingkungan kerja guna

mewujudkan kesehatan dan keselamatan lingkungan kerja .

Bila kesehatan karyawan tidak baik akan mengakibatkan

kecenderungan adanya tingkat absensi yang tinggi dan rendahnya

tingkat produktivitas. Dampaknya bagi perusahaan adalah program-

program latihan yang diselengarakan selama ini akan sia-sia atau

terbengkalai. Karyawan yang sudah ahli dan cakappun tidak bisa

dipertahankan hanya karena faktor kesehatannya yang tidak baik. Lantas

biaya yang dikeluarkan pun menjadi percuma. Menurut Handoko upaya untuk

melakukan pencegahan serta mengurangi tingkat kecelakaan kerja dapat

dilakukan berikut ini: Membentuk bidang spesialisasi yang bertanggung

jawab atas penemuan kondisi-kondisi yang berbahaya dan bekerja dengan

teknisi-teknisi industrial pemeliharaan dan desain mesin untuk

membetulkan kondisi-kondisi yang tidak aman atau tidak sehat. Mereka

juga bertanggung jawab atas pemeliharaan peraturan-peraturan

keamanan dan standar-standar serta pencatatan dan pelaporan-

pelaporan kecelakaan. Mereka mengembangkan dan menglola

program-program kesehatan dan keamanan di seluruh organisasi

dan memperhatikan pengaturan kelembaban dan suhu udara, penerangan,


ventilasi dan kebersihan lingkungan. (Handoko, 2000: 222) Program

keselamatan dan kesehatan kerja meliputi :

a. Menciptakan suasana kerja yang aman dan sehat termasuk

keselamatan dan kesehatan kerja bagi para karyawan dan

keamanan serta keselamatan fasilitas-fasilitas milik perusahaan.

b. Mendidik semua pegawai mengetahui prosedur pekerjaan yang

benar dan melatih melakukan pekerjaan dengan cara aman dan efisien.

Para pegawai diajarkan cara yang baik di dalam melakukan yang

teratur. Mereka juga bertanggungjawab atas pegawai lainnya.

Dan perusahaan, dalam melakukan pekerjaan mereka, sehingga

tidak membahayakan orang lain atau hilangnya barang milik

perusahaan.

c. Meningkatkan keikutsertaan dalam usaha keselamatan dan

kesehatan kerja.

d. Menyelaraskan dengan semua Undang-Undang, ketentuan dan

peraturan keselamatan dan kesehatan kerja yang sah.

e. Program keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu program

yang dirancang untuk menyelamatkan harta, benda dan nyawa

manusia sekalipun dari suatu ancaman kecelakaan kerja,

kecerobohan dan kurangnya pengetahuan dan keselamatan

kerja adalah untuk menyelamatkan kerugian yang ditimbulkan

manakala ancaman kecelakaan kerja itu terjadi, sehingga dapat

menimbulkan kerugian. (Fire and Safety, 1998:1).

3. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Untuk menjamin keselamatan dan kesehatan kerja maupun

barang lain yang berada pada tempat kerja, serta sumber produksi dan

lingkungan kerja dalam keadaan aman perlu penerapan keselamatan dan

kesehatan kerja.

Berdasarkan peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor :

PER.05/MEN/1966, yang dimaksud dengan sistem manajemen K3

adalah sistem manajemen secara keseluruhan meliputi struktur

organisasi, perencanaan, tanggung jawab pelaksanaan, prosedur

proses dan sumber daya yang dibutuhkan bagi

pengembangan, penerapan, pencapaian, pengkajian dan pemeliharaan

kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dalam rangka

pengendalian resiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna

terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif.

(Sastrohadiwiryo, 2001: 46)

Tujuan dan sasaran sistem manajemen K3 adalah

menciptakan sistem keselamatan dan kesehatan kerja di tempat

kerja dengan melibatkan unsur manajemen tenaga kerja, kondisi

dan lingkungan kerja yang terintegrasi dalam rangka mencegah dan

mengurangi kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang diwujudkan

dalam :

a. Menempatkan organisasi keselamatan dan kesehatan kerja

pada posisi yang dapat menentukan keputusan perusahaan.


b. Menyediakan anggaran tenaga kerja yang berkualitas dan saran-

saran lain yang diperlukan di bidang keselamatan dan kesehatan

kerja.

c. Menetapkan personil yang memiliki tanggung jawab,

wewenang dan kewajiban yang jelas dalam penanganan

keselamatan dan kesehatan kerja.

d. Merencanakan keselamatan dan kesehatan kerja yang

terorganisasi.

e. Melakukan penelitian kinerja dan tindak lanjut pelaksanaan

keselamatan kerja.

Setiap tingkat pimpinan dalam perusahaan harus

menunjukkan komitmen terhadap keselamatan dan kesehatan kerja

sehingga sistem manajemen K3 berhasil diterapkan dan

dikembangkan. Demikian pula tenaga kerja dan orang lain yang berada

ditempat kerja harus menjaga dan mengendalikan pelaksanaan

keselamatan dan kesehatan kerja.

Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.05/MEN/1996 BAB III

pasal 3, menyebutkan bahwa setiap tempat kerja yang

mempekerjakan tenaga kerja sebanyak seratus orang atau lebih

dan atau mengandung potensi bahaya yang ditimbulkan oleh

karakteristik proses atau bahan produksi yang dapat

mengakibatkan kecelakaan kerja seperti peledakan, kebakaran,

pencemaran, dan penyakit akibat kerja wajib menerapkan Sistem

Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, dimana Sistem

Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja ditempat kerja


dilaksanakan oleh Pengurus, Pengusaha dan seluruh tenaga kerja

sebagai satu kesatuan yang terpadu. Dalam peraturan tertsebut

disebutkan bahwa perusahaan harus menyediakan personil yang

memiliki kualifikasi, sarana dan dana yang memadai sesuai Sistim

Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang diterapkan.

Tujuan penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan

Kesehatan Kerja adalah untuk menciptakan suatu sistem Keselamatan

dan Kesehatan Kerja di tempat kerja dengan melibatkan unsur

manajemen, tenaga kerja, kondisi dan lingkungan kerja yang

terintegrasi dalam rangka :

a. Mencegah dan mengurangi kecelakaan dan penyakit akibat kerja.

b. Menciptakan tempat kerja yang aman terhadap kebakaran,

peledakan dan kerusakan yang pada akhirnya akan

melindungi investasi yang ada serta membuat tempat kerja

yang sehat.

c. Menciptakan efisiensi dan produktivitas kerja karena

menurunnya biaya kompensasi akibat sakit atau kecelakaan

kerja.

Alasan pentingnya penerapan Sistem Manajemen

Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah upaya pencegahan

kecelakaan di tempat kerja dengan melibatkan seluruh unsur

perusahaan mulai dari pimpinan tertinggi hingga pekerja bawahan. Hal

ini memungkinkan mengingat adanya pembagian tanggung jawab

masing-masing unsur pekerja berdasarkan batas keterlibatannya.


Kebijakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja dari suatu

organisasi adalah merupakan pernyataan yang disebarluaskan kepada

umum dan ditandatangani oleh manajemen senior sebagai bukti

pernyataan komitmennya dan kehendaknya untuk bertanggung jawab

terhadap Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Kebijakan ini dimaksudkan

untuk menjelaskan kepada karyawan, pemasok dan pelanggan bahwa

Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah bagian yang tak terpisahkan

dari seluruh operasi. Komitmen ini selanjutnya diperkuat dengan

manajemen yang secara aktif ikut serta dalam peninjauan ulang

dan peningkatan kinerja Keselamatan dan Kesehatan Kerja secara

berkesinambungan :

a. Komitmen tertulis dan ditandatangani oleh pengurus tertinggi

dari tempat kerja. Memuat visi dan tujuan yang bersifat

dinamis. Kerangka kerja dan program kerja.

b. Dibuat melalui proses konsultasi dengan pekerja atau wakil

pekerja.

c. Disebarluaskan kepada seluruh pekerja.

d. Perencanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

e. Identifikasi bahaya, penilaian risiko dan pengendalian risiko

Setelah adanya komitmen dan kebijakan dari perusahaan

tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja, maka dalam manajemen

Keselamatan dan Kesehatan Kerja langkah awal yang dilakukan

adalah melakukan identifikasi bahaya, penilaian risiko dan

pengendalian risiko.
Aktifitas pekerjaan, baik itu pekerjaan utama ataupun

pekerjaan pendukung dilakukan identifikasi bahaya dan

dilakukan analisis risiko berdasarkan kemungkinan terjadinya dan

tingkat keparahannya. Aktifitas dan lokasi yang ditinjau antara lain

berupa :

a. Aktifitas penunjang

b. Gudang alat

c. Gudang bahan

d. Workshop besi

e. Workshop kayu

f. Lapangan

g. Produksi beton

h. Pekerjaan sand cement

i. Pembuatan dan instal bekisting

j. Pekerjaan pengecoran

k. Indentifikasi undang-undang dan perundangan yang berlaku.

Identifikasi Undang-Undang, Peraturan Pemerintah,

Keputusan Presiden, Keputusan Menteri, Instruksi Menteri, Peraturan

Menteri berkaitan dengan K3. Sasaran penerapan K3 di proyek adalah

menurunkan incident rate sampai dengan 0, meningkatkan kesehatan

karyawan dan meningkatkan kesesuaian legal. Program

Keselamatan dan Kesehatan Kerja antara lain meningkatkan

kepedulian terhadap pekerja dengan memberikan pelatihan/briefing

kepada pekerja. Rencana pelatihan K3, tujuan pelatihan adalah untuk

memastikan bahwa karyawan kompeten dalam melaksanakan


pekerjaannya dan peduli terhadap konsekuensi Keselamatan dan

Kesehatan Kerja sehingga pekerjaan dapat dilakukan dengan

sehat dan aman. Hal-hal berkenan dengan Keselamatan dan

Kesehatan Kerja perlu dikomunikasikan kepada seluruh pegawai

atau pihak eksternal. Pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan

Kerja didokumentasikan dalam bentuk tertulis berupa catatan-catatan

dan foto-foto. Pengendalian dokumen perlu dilakukan agar dokumen

mudah ditemukan, versi terbaru selalu tersedia dan dokumen versi lama

tidak ada lagi tersedia.


B. Hasil Penelitian yang Relevan

Tabel. 1

Hasil Penelitian yang Relevan

No. Peneliti/Tahun Judul Jurnal Variabel Penelitian

1. Laura Dwi Purwanti, Pengaruh Keselamatan 1. Keselamatan 1. Dapat disimpulkan bahwa

Muhammad Al- Kerja dan Keselamatan 2. Kesehatan Kerja variabel keselamatan kerja

Musadieq, Jurnal Kerja Terhadap Kualitas 3. Kualitas Kehidupan karyawan memperoleh grand

Administrasi Bisnis Kehidupan Kerja dan Kerja mean sebesar 4.43 sehingga

(JAM). Vol. 44 No. 1 Produktifitas Kerja 4. Produktifitas Kerja dapat diindikasikan bahwa

Maret 2017 PT PJB UP Paiton memiliki

keselamatan kerja karyawan

yang baik.

2. Dapat disimpulkan bahwa

variabel

kesehatan kerja karyawan

memperoleh grand

mean sebesar 4.30 sehingga

dapat diindikasikan

bahwa PT PJB UP Paiton

memiliki kesehatan

kerja karyawan yang baik.

3. Dapat disimpulkan bahwa

variabel kualitas
kehidupannkerja karyawan

memperoleh grand

mean sebesar 4.45 sehingga

dapat diindikasikan

bahwa PT PJB UP Paiton

memiliki kualitas

kehidupan kerja karyawan

yang baik.

4. Dapat disimpulkan bahwa

variabel produktivitas kerja

karyawan memperoleh grand

mean sebesar 4.39 sehingga

dapat diindikasikan

bahwa karyawan PT PJB UP

Paiton memiliki

produktivitas kerja karyawan

yang baik.

2. Nisaul Fitriani, Panji Analisis Pengaruh 1. Keselamatan Pengujian dilakukan dengan t-

Deoranto, Wike Keselamatan Dan 2. Kesehatan Kerja test, bila

Agustin Prima Dania. Kesehatan 3. Produktifitas


diperoleh p-value  0,05 ( =
Jurnal Industria 2013. Tenaga Kerja
Kerja (K3) Terhadap 5%), maka
Vol 2 No 2: 93 – 104.
Produktivitas Tenaga
diputuskan tolak H0 atau sering
Kerja
disebut
Analisis K3 Dengan Metode Partial signifikan, dan sebaliknya

Least Square (Studi (Solimun, 2010).

Kasus
Nilai hasil pengujian hipotesis

Di Pt. Surya Pratista terhadap

Hutama Sidoarjo)
nilai koefisien inner model

merupakan nilai

untuk membuktikan hipotesis

tentang

pengaruh keselamatan dan

kesehatan kerja

(K3) terhadap produktivitas

tenaga kerja.

Nilai koefisien korelasi /

pengaruh dari

variabel keselamatan kerja (X1)

terhadap

variabel produktivitas kerja (Y1)

adalah

sebesar 0,268. Nilai koefisien

korelasi /

pengaruh dari variabel kesehatan


kerja (X2)

terhadap variabel produktivitas

kerja (Y1)

adalah sebesar 0,336 sedangkan

nilai

koefisien korelasi / pengaruh

dari variabel

kesehatan kerja (X2) terhadap

variabel

keselamatan kerja (X1) adalah

sebesar 0,623.

Tabulasi hasil pengujian

hipotesis dapat

dilihat seperti pada Tabel 6.

3. Nurlaila, Arizki Pengaruh Keselamatan 1. Keselamatan Berdasarkan pada tabel 2 di atas,

Saridewi. Volume 8 dan Kesehatan Kerja 2. Kesehatan Kerja


menunjukan bahwa pertama,
Nomor 2 November Terhadap Produktivitas 3. Produktifitas
tanggapan
2016 Kerja Karyawan Pada Karyawan
responden item pernyataan X1.1
Sektor Pembangkitan
lebih
Maluku PLTD Kayu

Merah PT. PLN banyak adalah kategori setuju

(Persero)Cabang yakni

Ternate
sebanyak 17 orang (41%). Hal
ini berarti

bahwa tata letak peralatan kerja

sudah

sesuai dengan standar

keselamatan kerja.

Selain itu terdapat 12 orang

(29%)

karyawan yang sangat setuju

dengan hal

tersebut. Namun masih ada

karyawan yang

kurang setuju sebanyak 7 orang

(17%),

tidak setuju sebanyak 4 orang

(10%) dan 2

orang (5%) yang sangat tidak

setuju

dengan hal tersebut.

Berdasarkan nilai

rata-rata (mean) untuk item

pernyataan

pertama, dapat diketahui bahwa


pada item

pernyataan pertama memiliki

rata-rata

sebesar 3.79 yang berarti bahwa

karyawan

setuju dengan tata letak

peralatan kerja

yang sudah sesuai dengan

standar

keselamatan kerja yang

diberikan

perusahaan kepada karyawan

berada pada

taraf baik atau tinggi.

C. Kerangka Teoritik

Sistem manajemen K3 adalah sistem manajemen secara keseluruhan

meliputi struktur organisasi, perencanaan, tanggung jawab pelaksanaan,

prosedur proses dan sumber daya yang dibutuhkan bagi

pengembangan, penerapan, pencapaian, pengkajian dan pemeliharaan kebijakan


keselamatan dan kesehatan kerja dalam rangka pengendalian resiko yang

berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien

dan produktif. (Sastrohadiwiryo, 2001: 46)

Husein Umar (2004:44) mengemukakan: "Produktivitas

Karyawan mengandung pengertian perbandingan antara hasil yang

dicapai dengan keseluruhan sumber daya yang digunakan.

Gambar 2.1

Kerangka Pemikiran

Keselamatan Kerja (X1)

a. Kelengkapan alat
pengaman keselamatan
kerja
b. Petunjuk tentang cara
menggunakan alat
pengaman keselamatan
kerja
c. Frekuensi penggunaan
alat pengaman kesela-
matan kerja
d. Kerusakan alat penga-
Produktifitas Karyawan (Y)

a. Sikap Kerja
b. Tingkat Ketrampilan
c. Hubungan anatara
tenaga kerja dan
Pimpinan
Kesehatan Kerja (X2) d. Manajemen
produktivitas
a. Usaha yang bersifat e. Efesiensi Tenaga Kerja
khusus terhadap
penyakit akibat
Pekerjaan.
b. Usaha yang meliputi
pemeriksaan dan
rehabilitas.
c. Usaha yang
menyangkut factor
lingkungan kerja

D. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah serta konsep teori yang

telah dikemukakan diatas dapat ditarik suatu hipotesa sebagai berikut : “Diduga

Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Berpengaruh Signifikan Terhadap

Produktifitas Karyawan pada PT. Dasindo Konstruksi.“


BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar

pengaruh Keselamatan dan kesehatan Kerja terhadap Produktivitas Karyawan

pada PT. Dasindo Konstruksi dengan cara memberikan daftar pertanyaan

(questionnaire) kepada responden.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada PT. Dasindo Konstruksi yang be-

ralamat di Jl. Raya Suralaya Link Kahal ,Kota Cilegon, Banten.

Waktu yang direncanakan dimulai dari pengajuan usulan peneli-

tian sampai terlaksananya laporan penelitian ini, yaitu pada bulan No-

vember sampai dengan Desember 2022.

C. Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan suatu cara atau jalan untuk memperoleh

kembali pemecahan terhadap segala permasalahan. Tujuan umum penelitian adalah

untuk memecahkan masalah, maka langkah-langkah yanga akan ditempuh harus

relevan dengan masalah yang dirumuskan.

Penelititan ini di kategorikan termasuk dalam penelitian kuantitatif,

paradigma penelitian ini adalah paradigma ganda dengan dua variabel independen

yaitu Keselamatan dan Kesehatan kerja (X) dan satu dependen yaitu Produktifitas

karyawan (Y).

D. Populasi dan Sampel


Dalam penelitian ini yang menjadi objek penelitian yaitu seluruh karyawan

yang berlokasi di PT. Dasindo Konstruksi

a. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang tediri dari objek atau subjek

yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan kemudian di tarik kesimpulannya (Sugiyono,

2009:80)

Dalam penelitian ini populasi yang digunakan ialah seluruh karyawan yang

bekerja di PT. Dasindo Konstruksi sebagai populasi yang sampai tahun 2021

totalnya berjumlah 172 orang.

b. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi (Sugiyono, 2009:81).

Teknik sampling adalah untuk menentukan sampel yang akan digunakan

dalam penelitian Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik purposive

sampling, yaitu populasi yang dijadikan sampel adalah populasi yang memenuhi

kriteria tertentu dengan tujuan agar sample yang diambil bisa lebih

representative dengan kriteria yang telah ditentukan (Ferdinand,2006).

Untuk pengambilan sample yang digunakan dalam penelitian ini

menggunakan syarat-syarat sebagai berikut :


a. Karyawan yang dijadikan sebagai responden merupakan karyawan

PT. Dasindo Konstruksi .

b. Karyawan yang dijadikan responden adalah karyawan dengan masa

kerja lebih dari lebih dari dua tahun. Hal ini dikarenakan pada tahun

pertama kerja adalah dianggap sebagai masa percobaan.

Adapun jumlah sampel tersebut diperoleh dari perhitungan yang

dikemukakan oleh Slovin (Sevilla dalam Husain 2003:146) sebagai berikut:

n= N

1+N(e)2

Di mana :

n = Ukuran Sampel

N = Ukuran populasi

e = Tingkat Kesalahan

Populasi n sebanyak 172 orang dengan asumsi taraf kesalahan (e)

sebesar 10% maka jumlah sampel (n) adalah :

172
n= = 42,52 dibulatkan 43
1+172 (10%)2

Dari perhitungan di atas, maka dapat diketahui bahwa jumlah sampel

yang digunakan penelitian ini sebanyak 43 orang karyawan

E. Teknik Pengumpulan Data

Dalam melakukan pengumpulan data dari responden, maka penulis

menggunakan metode sebagai berikut :


1. Interview yaitu dengan melakukan wawancara dengan kepala

bagian produksi dan karyawan PT. Dasindo Konstruksi untuk

mendapatkan informasi yang diperlukan.

2. Questioner yaitu dengan mengajukan daftar pertanyaan khususnya

kepada karyawan.

F. Teknik Analisis Data

Sehubungan penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yang berarti

analisis data merupakan kegiatan setelah data dari seluruh responden atau

sumber data lain terkumpul. Maka teknik analisis data dalam penelitian

kuantitatif menggunakan statistik deskriptif. Statistik deskriptif dilakukan

untuk mencari kuatnya hubungan. Pengolahan data dalam penelitian ini

dengan menggunakan SPSS (Statistical Package for Social Science) versi

20. Untuk melihat pengaruh keselamatan dan kesehatan kerja PT. Dasindo

Konstruksi dalam meningkatkan produktifitas kerja maka penulis menbgu-

nakan formulasi regresi berganda. Sebagai berikut :

Y = β0 + β1 X1 + β2 X2 + ε

Dimana : Y = Variabel Dependen (produktifitas)

a = Bilangan konstan yang merupakan titik potong den-

gan sumbu vertical

β = Koefisien regresi

X1 = keselamatan Kerja

X2 = Kesehatan Kerja
ε = error/tingkat kesalahan

Penilaian dilakukan dengan menggunakan scooring artinya

masing-masing jawaban responden diberikan nilai dengan skala pen-

gukuran atau penilaian menggunakan metode Likert, sebagai berikut :

Jika jawaban respenden A maka diberi nilai 5


Jika jawaban respenden B maka diberi nilai 4
Jika jawaban respenden C maka diberi nilai 3
Jika jawaban respenden D maka diberi nilai 2
Jika jawaban respenden E maka diberi nilai 1

Interval = Max - Min


Jumlah Kelas

= 100% - 0%
5
= 20 %
Tabel. 3.1
Klasifikasi dan Interval Penilaian

Klasifikasi Keterangan Skor Interval

A Baik Sekali 5 80 % - 100%

B Baik 4 60 % - 79,99%

C Cukup 3 40 % - 59,99%

D Buruk 2 20 % - 39,99%

E Sangat Buruk 1 < 20 %

Setelah dilakukan tabulasi terhadap hasil perhitungan masing-mas-

ing variable pada kuesioner yang disebarkan kepada 43 orang responden


maka data-data tersebut dimasukkan kedalam Program SPSS for Windows

versi 20 untuk melihat pengaruh variable bebas terhadap variable terikat

dan pengaruh masing-masing variable. Dengan menggunakan regresi

berganda akan dibahas mengenai :

1. Uji F

Kriteria penolakan untuk uji F

Jika F-hitung > F – Tabel, maka H0 ditolak

Jika F-hitung < F - Tabel, maka H0 diterima

Untuk menghitung F-hitung digunakan rumus sebagai berikut :

f-hitung = RJK Regresi


RJk Residu

Dimana : RJK Regresi = Rata-rat jumlah kuadrat regresi


RJK Residu = Rata-rata jumlah Kudrat Residu

Lalu untuk F-tabel sendiri menggunakan rumus sebagai berikut :

F-tabel = Fa. (k-1),(n-k)

Fa = diperoleh daritabel F dengan dk pembilang k-1 dan dk


penyebut nk
n = ukuran sampel
k = jumlah varaibel idependen +1
2. Uji T
Uji t digunakan untuk mengetahui apakah variabel-variabel

independen secara parsial berpengaruh nyata atau tidak terhadap

variabel dependen.

Rumus thitung pada analisis regresi adalah :

r √ n−2
thitung =
√ 1−r 2
keterangan

r = koefisien regresi sederahana

n = jumlah sampel

3. Koefisien Determinasi

Koefisien korelasi digunakan untuk mencari pengaruh vari-

abel X terhadap Variabel Y, koefisien determinasi dihitung dengan

cara mengkuadratkan koefisien korelasi (r2) yang telah ditemukan

dan selanjutnya dikalikan 100%. Koefisien determinasi (penentu)

dinyatakan dalam persen, tujuan dari koefisien determinasi adalah

untuk membuktikan berapa persen pengaruh variabel X.

Jika (r2) yang diperoleh mendekati 1 (satu), maka dapat

dikatakan semakin kuat model tersebut menerangkan variasi vari-

abel bebas terhadap variabel terikat.Sebaliknya, jika (r2) makin

mendekati 0 (nol) maka semakin lemah variasi variabel bebas ter-

hadap variabel terikat.


Rumus untuk menentukan koefisien determinasi adalah se-

bagai berikut :

Kd=r2 X 100%

Keterangan :

Kd = koefisien determinasi (dinyatakan dalam

persentase)

r2 = koefisien korelasi nilai antara -1 dan 1

selain menggunakan rumus di atas perhitungan statistik

dalam uji koefisien determinasi yang digunakan dalam penelitian

ini adalah dengan menggunakan bantuan program SPSS versi 20.

G. Hipotesis Statistik

Hipotesis deskriptif merupakan sebuah jawaban sementara terhadap

rumusan masalah dalam sebuah penelitian, disebut sementara karena jawaban yang

diberikan baru didasarkan pada teori yang belum menggunakan fakta. Karena itulah,

dalam setiap penelitian yang dilakukan mempunyai jawaban sementara atau hipotesis

terhadap penelitian yang dilaksanakan. Dari hipotesis tersebut, maka akan dilaksanakan

penelitian yang selanjutnya untuk memberikan pembuktian apakah hipotesis tersebut

memang benar adanya,atau tidak benar adanya.

Hipotesis sendiri terbagi menjadi dua yaitu : hipotesis deskriptif, dan

hipotesis rasional. Hipotesis deskriptif adalah hipotesis yang secara khusus menyatakan
keberadaan, nilai, bentuk, ukuran, atau distribusi suatu variabel. Atau pengertian

hipotesis deskriptif yaitu dugaan terhadap suatu variabel dalam suatu sampel meskipun

didalamnya ada beberapa kategori. Dalam penelitian menggunakan hipotesis deskriptif,

maka dengan demikian hipotesis penelitian yang diajukan jika secara persial dilihat

adalah sebagai berikut :

H1 : gaya kepemimpinan berpengarauh terhadap kinerja karyawan

H2 : motivasi berpengaruh terhadap kinerja karyawan.

HO : gaya kepemimpinan dan motivasi berpengaruh terhadap kinerja

Karyawan.

Kemudian dalam sebuah penelitian yang dilakukan mengenai jumlah variabel

yang lebih dari dua biasanya ada yang menduga secara parsial dan ada juga yang secara

simultan, maka jika dilihat dari jumlahnya variabel dalam penelitian ini harus dilakukan

hipotesis secara simultan.

DAFTAR PUSTAKA

Achmad, Zaenudin. Aplikasi Pemasaran dan Salesmanship, Jakarta : Mitra Wa-

cana Media, 2007


Abdulrahmat Fathoni, Manajemen Sumber Daya Manusia, Penerbit PT.

Rineka Cipta, Bandung, 2006.

AS, Moenir, Pendekatan Manusia dan Organisasi Terhadap Pembinaan

Kepegawaian Gunung Agung, Jakarta, 1999.

Cornel Naibaho, Keteknikan Pabrik Dalam Suatu Sistim Management

Industri, CV. Akademi Pressindo, Jakarta, 2000.

Farid Harianto, Manajemen Unsur Manusia dan Kecelakaan Kerja, Penerbit

Yayasan Kerja, 1999.

Gary Desler, Manajemen Sumber Daya Manusia, Jilid 2, PT. Prehalindo, Jakarta,

2000.

Handoko, Hani, T., Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia,

BPFE, Yogyakarta, 2000

Helena Poerwanto dan Syaifullah, Hukum Perburuhan Bidang Kesehatan dan

Keselamatan Kerja, Badan Penerbit Fakultas Hukum Universitas

Indonesia, Jakarta, 2005.

Husein Umar, Riset Sumber Daya Manusia Dalam Organisasi, PT. Gramedia

Pustaka Utama, 2004 .

Kartono, Psikologi Sosial Perusahaan dan Industri, Penerbit Rajawali Press,

Jakarta, 1999
P.K., Suma’mur, Hygiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja, CV Haji Masagung,

Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan, CV Haji Masagung,

Jakarta, 2001.

Siagian, Sondang P., Manajemen Sumberdaya Manusia, Bumi Aksara,

Jakarta, 2003

Silalahi, Bennet N.B. dan Rumondang B. Silalahi, Manajemen Keselamatan

dan Kesehatan Kerja, PT. Pustaka Binaman Pressindo, Jakarta, 1995.

Siswanto Sastrohadiwiryo, DR. B., Manajemen Tenaga Kerja Indonesia,

PT. Bumi Aksara, Jakarta, 2001.

Anda mungkin juga menyukai