Anda di halaman 1dari 6

MAKALAH K3 DAN ASPEK HUKUM INDO.

KONSTRUKSI
“IMPLEMENTASI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA DISEKTOR
KONSTRUKSI”

OLEH :

KELOMPOK 8
JULI WILA LO’O ( 2123716579 )
JULIANA DAKRUS ( 2123716578 )

PRODI TEKNIK PERANCANGAN IRIGASI DAN PENANGANAN PANTAI


JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI KUPANG
2023
KATA PENGATAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa sebab atas rahmat dan
karunia-Nya kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul
“IMPLEMENTASI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA DISEKTOR
KONSTRUKSI” dengan baik dan lancar.
Tak lupa penulis ucapkan banyak terima kasih kepada Bapak ………..sebagai dosen
pengampuh mata kuliah “K3 DAN ASPEK HUKUM INDO. KONSTRUKSI” yang telah
memberikan tugas ini agar dapat menambah wawasan dan pengetahuan penulis. Penulis juga
mengucapkan terimah kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan
penyusunan makalah ini.
Penulis telah berusaha semampunya dalam penyelesaian makalah ini dengan baik,
namum penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu
jika didapati keselahan-keselahan baik dari segi teknik penulisan, baik dalam segi isi penulis
mohon maaf dan kritik serta saran dari dosen pengampuh, bahkan semua pembaca sangat
diharapkan oleh penulis agar dapat menyempurnakan makalah ini.

kupang, 1 mei 2023

penulis
DAFTAR ISI
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Masalah keselamatan dan kesehatan kerja (K3) secara umum di Indonesia masih
sering terabaikan. Hal ini ditunjukkan dengan masih tingginya angka kecelakaan kerja.
DiIndonesia, setiap tujuh detik terjadi satu kasus kecelakaan kerja. Hal ini tentunya sanga
tmemprihatinkan. Tingkat kepedulian dunia usaha terhadap K3 masih rendah. Padahal
karyawan adalah aset penting perusahaan.
Kewajiban untuk menyelenggarakaan Sistem Manajemen K3 pada perusahaan-
perusahaan besar melalui UU Ketenagakerjaan, baru menghasilkan 2,1% saja dari 15.000
lebih perusahaan berskala besar di Indonesia yang sudah menerapkan Sistem ManajemenK3.
Minimnya jumlah itu sebagian besar disebabkan oleh masih adanya anggapan bahwa
program K3 hanya akan menjadi tambahan beban biaya perusahaan. Padahal jika
diperhitungkan besarnya dana kompensasi/santunan untuk korban kecelakaan kerja sebagai
akibat diabaikannya Sistem Manajemen K3, yang besarnya mencapai lebih dari190 milyar
rupiah di tahun 2003, jelaslah bahwa masalah K3 tidak selayaknya diabaikan.
Masalah umum mengenai K3 ini juga terjadi pada penyelenggaraankonstruksi.
Tenaga kerja di sektor jasa konstruksi mencakup sekitar 7-8% dari jumlah tenaga kerja
diseluruh sektor, dan menyumbang 6.45% dari PDB di Indonesia. Sektor jasa konstruksi
adalah salah satu sektor yang paling berisiko terhadap kecelakaan kerja, disamping sector
utama lainnya yaitu pertanian, perikanan, perkayuan, dan pertambangan. Angka kecelakaan
kerja di sektor kontruksi didunia pada umumnya lebih tinggi dari angka kecelakaan di sektor
lainnya seperti sektor manufaktur maupun industri. Dan angka kecelakaan kerja kontruksi di
indonesia adalah yang tertinggi. Tingginya angka kecelakaan kontruksi bersumber dari
berbagai faktor. Baik dari pekerjanya sendiri, dari perusahaan maupun dari pemerintah yang
menetapkan peraturan dan sanksi. Sehingga belum adanya komitmen yang sama dari seluruh
pihak yang berkepentingan untuk selalu menghargai dan mengutamakan Keselamatan dan
Kesehatan kerja sebagai hak asasi pekerja.
Jumlah tenaga kerja di sektor konstruksi yang mencapai sekitar 4.5 juta orang, 53%di
antaranya hanya mengenyam pendidikan sampai dengan tingkat Sekolah Dasar, bahkan
sekitar 1.5% dari tenaga kerja ini belum pernah mendapatkan pendidikan formal apapun.
Sebagai besar dari mereka juga berstatus tenaga kerja harian lepas atau borongan yang tidak
memiliki ikatan kerja yang formal dengan perusahaan. Kenyataan ini tentunya mempersulit
penanganan masalah K3 yang biasanya dilakukan dengan metode pelatihan dan penjelasan-
penjelasan mengenai Sistem Manajemen K3 yang diterapkan pada perusahaan konstruksi.
Untuk itu diperlukan kesadaran para pengusaha kontruksi, penyedia jasa, pengawas
maupun pelaksana kontruksi untuk menerapkan sistem manajemen K3 yang baik. Penerapan
sistem manajemen yang terintegrasi dan memenuhi persyaratan K3 serta melengkapi tenaga-
tenaga ahli yang berkompenten di bidang K3 adalah syarat mutlak untuk mengurangi tingkat
kecelakaan di tempat kerja khususnya di sektor Kontruksi. Tenaga-tenaga ahli harus
ditingkatkan melaluli pelatihan-pelatihan dan pendidikan serta pengetahuan akan bahaya di
tempat kerja.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam makalah ini adalah
1) bagaimana kondisi k3 pada proyek konstruksi
2) bagaimana peranan kesehatan dan keselamatan kerja pada proyek konstruksi

1.3 TUJUAN
Tujuan dari makalah ini adalah :
1) Dapat mengetahui kondisi k3 pada proyek konstruksi
2) Dapat mengetahui peranan kesehatan dan keselamatan kerja pada proyek konstruksi
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 KONDISI PROYEK KONTRUKSI


Krakteristik kegiatan kontruksi
 Memiliki masa kerja terbatas
 Melibatkan jumlah tenaga kerja yang besar
 Melibatkan banyak tenaga kerja kasar (labour) yang berpendidikan yang
relative rendah
 Memiliki intensitas kerja yang tinggi
 Bersifat multi disiplin dan multi crafts
 Menggunakan peralatan kerja beragam, jenis, teknologi, kapasitas dan
kondisinya
 Memerlukan mobilisasi yang tinggi (peralatan, material, dan tenaga kerja)
1. Resiko kecelakaan kerja pada proyek konstruksi
Industri jasa konstruksi merupakan salah satu sektor industri yang memil ikirisiko
kecelakaan kerja yang cukup tinggi. Berbagai penyebab utama kecelakaan kerja pada proyek
konstruksi adalah hal-hal yang berhubungan dengan karakteristik proyek konstruksi yang
bersifat unik, lokasi kerja yang berbeda-beda, terbuka dan dipengaruhi cuaca, waktu
pelaksanaan yang terbatas, dinamis dan menuntut ketahanan fisik yang tinggi, serta banyak
menggunakan tenaga kerja yang tida kterlatih. Ditambah dengan manajemen keselamatan
kerja yang sangat lemah, akibatnya para pekerja bekerja dengan metoda pelaksanaan
konstruksi yang berisiko tinggi.
King and Hudson (1985) menyatakan bahwa pada proyek konstruksi dinegara-negara
berkembang, terdapat tiga kali lipat tingkat kematian dibandingkan dengan di negara-negara
maju.

Anda mungkin juga menyukai