OLEH :
AKMALUDDIN
(41118012)
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat ALLAH SWT yang telah melimpahkan
rahmat, taufiq dan hidayah-nya kepada kami, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
keselamatan dan kesehatan kerja (K3) tentang “Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
pada Konstruksi Bangunan”
Makalah ini telah penulis susun dengan maksimal dan penulis ucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan dan selalu memberikan
saran yang baik.
Terlepas dari semua itu penulis menyadari sepenuhnya bahwa di dalam proses
pembuatan makalah ini tentu jauh dari kata sempurna, baik dari segi penyusunan maupun dari
segi tata bahasa. Olehnya itu dengan tangan terbuka , hati yang lapang penulis bersedia
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar penulis dapat memperbaiki kesalahan
kami dalam pembuatan makalah ini.
Akhir kata penulis berharap semoga Makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua
dan dapat menambah pengetahuan kita.
Penulis
2
DAFTAR ISI
SAMPUL 1
KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI 3
BAB I PENDAHULUAN 4
BAB II PEMBAHASAN 6
3.1 Kesimpulan 12
3.2 Saran 12
DAFTAR PUSTAKA 13
3
BAB I
PENDAHULUAN
Seperti yang kita ketahui , berdasarkan data statistik, kasus kecelakaan yang terjadi di
tempat kerja dalam pekerjaan konstruksi sangat tinggi. Hal ini disebabkan karena masih
banyak pengurus maupun tenaga kerja belum mengenal dan memahami peraturan K3 yang
berkaitan dengan pekerjaan mereka. Dengan demikian perlu adanya upaya pengendalian,
pembinaan, penyuluhan dan pelatihan tentang K3 dalam bidang konstruksi sehingga dapat
dicapai kondisi dan lingkungan kerja yang aman. Melalui topic-topik yang dibahas dalam
modul ini diharapkan dapat membantu para calon ahli K3 dalam pemahaman peraturan K3 di
bidang konstruksi.
Masalah umum mengenai K3 ini juga terjadi pada penyelenggaraan konstruksi.
Tenaga kerja di sektor jasa konstruksi mencakup sekitar 7-8% dari jumlah tenaga kerja di
seluruh sektor, dan menyumbang 6.45% dari PDB di Indonesia. Sektor jasa konstruksi adalah
salah satu sektor yang paling berisiko terhadap kecelakaan kerja, disamping sektor utama
lainnya yaitu pertanian, perikanan, perkayuan, dan pertambangan. Jumlah tenaga kerja di
sektor konstruksi yang mencapai sekitar 4.5 juta orang, 53% di antaranya hanya mengenyam
pendidikan sampai dengan tingkat Sekolah Dasar, bahkan sekitar 1.5% dari tenaga kerja ini
belum pernah mendapatkan pendidikan formal apapun. Sebagai besar dari mereka juga
berstatus tenaga kerja harian lepas atau borongan yang tidak memiliki ikatan kerja yang
formal dengan perusahaan. Kenyataan ini tentunya mempersulit penanganan masalah K3 yang
biasanya dilakukan dengan metoda pelatihan dan penjelasan-penjelasan mengenai Sistem
Manajemen K3 yang diterapkan pada perusahaan konstruksi.
4
3. Bagaimana Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Konstruksi dan Sarana Bangunan ?
4. Bagaimana Pengawasan K3 Konstruksi dan Sarana Bangunan?
Manfaat dari pangambilan judul tentang masalah kesehatan dan keselamatan kerja
pada konstruksi bangunan yaitu memberikan pengetahuan kepada kita tentang bagaimana
keselamatan dan kesehatan kerja khusunya di Indonesia ditangani dan seberakah pentingkah
mencakupnya dalam kehidupan sehari-hari.
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
2.2 Pedoman Dasar Hukum K3 Konstruksi
4. Surat keputusan besama Menteri Tenaga Kerja dan Menteri Pekerjaan Umum No
Kep174/Men/1986 dan No 104/Kpts/1986 tentang K3 Tempat Kegiatan Kontruksi
Bangunan
Sebagai tindak lanjut dikeluarkannya Peraturan Menakertrans tersebut, pemerintah
menerbitkan Surat Keputusan Bersama Menteri Pekerjaan Umum dan Menteri Tenaga
Kerja No.Kep.174/MEN/1986-104/KPTS/1986: Pedoman Keselamatan dan Kesehatan
Kerja pada Tempat Kegiatan Konstruksi. Pedoman yang selanjutnya disingkat sebagai
”Pedoman K3 Konstruksi” ini merupakan pedoman yang dapat dianggap sebagai standar
K3 untuk konstruksi di Indonesia. Pedoman K3 Konstruksi ini cukup komprehensif,
namun terkadang sulit dimengerti karena menggunakan istilah-istilah yang tidak umum
digunakan, serta tidak dilengkapi dengan deskripsi/gambar yang memadai. Kekurangan-
kekurangan tersebut tentunya sangat menghambat penerapan pedoman di lapangan, serta
dapat menimbulkan perbedaan pendapat dan perselisihan di antara pihak pelaksana dan
pihak pengawas konstruksi.
7
2.3 Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Konstruksi dan Sarana Bangunan
Dalam upaya pencegahan kecelakaan kerja pada tempat proyek atau konstruksi, para
pelaksana konstruksi wajib melaksanakan syarat-syarat teknis keselamatan dan kesehatan
kerja sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2.4.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja Konstruksi
1. Pekerjaan penggalian
Ketentuan Umum:
Stabilitas tanah harus diuji dahulu sebelum dilakukan penggalian
Melakukan pemeriksaan atas segala instalansi bawah tanah
Prasarana umum harus dimatikan atau diputuskan alirannya, apabila tidak bisa
maka prasarana tersebut harus dipagari, ditarik ke atas atau dilindungi
Tanah harus dibersihkan dari pohon, batu besar dan rintangan lain
Lokasi penggalian harus diperiksa secara teliti setelah pekerjaan terputus
melebihi 1 hari, setelah setiap peledakan, ada longsoran, ada kerusakan pada
konstruksi penyangga dan hujan lebat.
Jalan keluar masuk yang aman
Dilarang bekerja di tanah lepas yang kemiringannya terlalu terjal
Harus ada konstruksi penyangga yang cukup
Ada penerangan yang cukup
Galian bebas dari air
Ada jalan keluar untuk menyelamatkan diri
Tidak ada yang diizinkan masuk ruang bawah tanah yang belum diuji bebas gas
Pengujian gas harus dilengkapi dengan sabuk pengaman, tali penyelamat dan
alat-alat pernapasan
Ventilasi mekanis harus disediakan
Tindakan penceghan harus diambil untuk melindungi runtuhnya bangunan
Persyaratan K3 pada pekerjaan penggalian :
Tepi penggalian atau saluran harus dibuat dengan kemiringan tertentu, biasanya 45
derajat
Penggalian diatas 1,2 m harus dipasang perancah bai yang terbuat dari kayu
Penggalian tidak boleh dilakuakn pada batas bangunan atau suatu struktur.
Material dan peralatan harus diletakkan berjauhan dari pinggir galian
Tanah hasil galian atau sampah galian tidak diletakkan di tepi galian
8
Meletakkan Stopblock di lokasi tempat kendaraan menurunkan material ke dalam
galian
Tersedia penerangan yang cukup
Pekerja harus diinformasikan secara jelas tentang prosedur penggalian
Menggunakan pelindung kepala dan kaki saat penggalian berlangsung
Melakukan koordinasi dengan instansi lain mengenai instalansi llistrik, gas, air dsb
Tidak menggunakan alat penggalian mesin (excavator) pada jarak 50 cm dari pipa
gas
2. Pekerjaan Pondasi
Persyaratan Umum:
Mesin pemancang harus ditumpu oleh dasar yang kuat, diberi tali atau rantai
penguat secukupnya dan tidak boleh digunakan di dekat jaringan listrik
Lantai kerja dan tempat kerja operator harus terlindungi dari cuaca
Saluran uap atau udara harus dibuat dari pipa baja atau semacamnya
3. Pengerjaan Beton
Persyaratan Umum
Konstruksi beton bertulang yang berat untuk kerangka atap dan kerangka atas
lainnya harus didasarkan pada gambar rencana
Selama pembangunan harus dicatat data sehari-hari mengenai kemajuan
pembangunan, termasuk data yang mempengaruhi kekuatan beton menurut
waktunya
4. Pekerjaan Konstruksi Baja
Persyaratan umum
Penjaminan keselamatan pekerja dengan penyediaan dan pemakaian tangga, gang,
peralatan kerja tetap, pelataran kerja, tali pengaman dan sabuk pengaman serta
jaring pengaman
Kerangka baja yang sedang dipasang harus disangga dan dikopel secukupnya
9
Perancah hanya dapat dibuat dan dirubah oleh pengawas yang ahli.
10
2.4 Pengawasan K3 Konstruksi dan Sarana Bangunan
11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Simpulan yang dapat diambil dari penulisan makalah adalah hubungan yang baik
antara pegawai proyek, perusaahaan dan pemerintah itu mutlak harus diperhatikan. Sehingga
perpaduan antara pengetahuan tentang keselamatan dan kesehatan kerja ( K3) dari pegawai,
manejemen yang baik dari perusahaan dan penyulhan dari pemerintah tentang K3 untuk
pegawai proyek maupun perusahaan sangat dibutuhkan demi keselamatan dan kepentingan
bersama.
3.2 Saran
Tidak hanya peraturan yang dapat membuat semua pihak baik dari pegawai proyek,
perusahaan maupun pemerintah mengerti akan Keselamatan dan Kesehatan Kerja ( K3)
terlaksana dengan baik. Tetapi membuat sistem manejemen dan pengetahuan dari
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) jauh lebih baik.
12
DAFTAR PUSTAKA
Dari Internet :
http://civil-engeneering-poliwangi.blogspot.com/2014/09/makalah-k3-keselamatan-kerja
-pada.htm
13