Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

KESELAMATAN, KESEHATAN KERJA DAN LINGKUNGAN (K3L)

“KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) PADA


KONSTRUKSI BANGUNAN”

Dosen : Ramlan Sultan, ST., MT.

OLEH :

AKMALUDDIN

1A D4 PERANCANGAN BANGUNAN GEDUNG

(41118012)

PROGRAM STUDI D4 PERANCANGAN BANGUNAN GEDUNG

JURUSAN TEKNIK SIPIL

POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG

2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat ALLAH SWT yang telah melimpahkan
rahmat, taufiq dan hidayah-nya kepada kami, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
keselamatan dan kesehatan kerja (K3) tentang “Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
pada Konstruksi Bangunan”
Makalah ini telah penulis susun dengan maksimal dan penulis ucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan dan selalu memberikan
saran yang baik.
Terlepas dari semua itu penulis menyadari sepenuhnya bahwa di dalam proses
pembuatan makalah ini tentu jauh dari kata sempurna, baik dari segi penyusunan maupun dari
segi tata bahasa. Olehnya itu dengan tangan terbuka , hati yang lapang penulis bersedia
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar penulis dapat memperbaiki kesalahan
kami dalam pembuatan makalah ini.
Akhir kata penulis berharap semoga Makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua
dan dapat menambah pengetahuan kita.

Makassar, 11 Oktober 2018

Penulis

2
DAFTAR ISI

SAMPUL 1

KATA PENGANTAR 2

DAFTAR ISI 3

BAB I PENDAHULUAN 4

1.1 Latar Belakang 4

1.2 Rumusan Masalah 4

1.3 Tujuan Penulisan 5

1.4 Manfaat Penulisan 5

BAB II PEMBAHASAN 6

2.1 Cakupan Masalah Konstruksi Bangunan 6

2.2 Pedoman Dasar Hukum K3 Konstruksi 7

2.3 Keselamatan dan Kesehatan Kerja Konstruksi dan Sarana Bangunan 8

2.4 Pengawasan K3 Konstruksidan dan Sarana Bangunan 11

BAB III PENUTUP 12

3.1 Kesimpulan 12

3.2 Saran 12

DAFTAR PUSTAKA 13

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Seperti yang kita ketahui , berdasarkan data statistik, kasus kecelakaan yang terjadi di
tempat kerja dalam pekerjaan konstruksi sangat tinggi. Hal ini disebabkan karena masih
banyak pengurus maupun tenaga kerja belum mengenal dan memahami peraturan K3 yang
berkaitan dengan pekerjaan mereka. Dengan demikian perlu adanya upaya pengendalian,
pembinaan, penyuluhan dan pelatihan tentang K3 dalam bidang konstruksi sehingga dapat
dicapai kondisi dan lingkungan kerja yang aman. Melalui topic-topik yang dibahas dalam
modul ini diharapkan dapat membantu para calon ahli K3 dalam pemahaman peraturan K3 di
bidang konstruksi.
Masalah umum mengenai K3 ini juga terjadi pada penyelenggaraan konstruksi.
Tenaga kerja di sektor jasa konstruksi mencakup sekitar 7-8% dari jumlah tenaga kerja di
seluruh sektor, dan menyumbang 6.45% dari PDB di Indonesia. Sektor jasa konstruksi adalah
salah satu sektor yang paling berisiko terhadap kecelakaan kerja, disamping sektor utama
lainnya yaitu pertanian, perikanan, perkayuan, dan pertambangan. Jumlah tenaga kerja di
sektor konstruksi yang mencapai sekitar 4.5 juta orang, 53% di antaranya hanya mengenyam
pendidikan sampai dengan tingkat Sekolah Dasar, bahkan sekitar 1.5% dari tenaga kerja ini
belum pernah mendapatkan pendidikan formal apapun. Sebagai besar dari mereka juga
berstatus tenaga kerja harian lepas atau borongan yang tidak memiliki ikatan kerja yang
formal dengan perusahaan. Kenyataan ini tentunya mempersulit penanganan masalah K3 yang
biasanya dilakukan dengan metoda pelatihan dan penjelasan-penjelasan mengenai Sistem
Manajemen K3 yang diterapkan pada perusahaan konstruksi.

1.2  Rumusan Masalah

1. Apa saja cakupan masalah konstuksi bangunan ?


2. Apa saja pedoman dasar hukum K3 konstruksi ?

4
3. Bagaimana Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Konstruksi dan Sarana Bangunan ?
4. Bagaimana Pengawasan K3 Konstruksi dan Sarana Bangunan?

1.3  Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui cakupan masalah konstuksi bangunan ?


2. Untuk mengetahui pedoman dasar hukum K3 konstruksi ?
3. Untuk mengetahui Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Konstruksi dan Sarana Bangunan ?
4. Untuk mengetahui Pengawasan K3 Konstruksi dan Sarana Bangunan?

1.4  Manfaat Penulisan

Manfaat dari pangambilan judul tentang masalah kesehatan dan keselamatan kerja
pada konstruksi bangunan yaitu memberikan pengetahuan kepada kita tentang bagaimana
keselamatan dan kesehatan kerja khusunya di Indonesia ditangani dan seberakah pentingkah
mencakupnya dalam kehidupan sehari-hari.

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Cakupan Masalah Konstruksi Bangunan

Pekerjaan kontruksi bangunan merupakan pekerjaan yang mengandung potensi


bahaya, sehingga dalam memberi perlindungan keselamatan kerja kepad pekerja diperlukan
syarat-syarat keslamatan dan kesehatan kerja yang sangat tinggi. Tahapan dalam konstruksi
bangunan berhubungan dengan seluruh tahapan yang dilakukan di tempat kerja. Diantara
tahapan yang ada yakitu pekerjaan penggalian, pekerjaan pondasi, pekerjaan beton, pekerjaan
baja, dan pembongkaran.
1. Penggalian.
Penyebab kecelakaan yang timbul dari pekerjaan penggalian antara lain, pekerjan
yang disa tertimbun dan terkubur di dalamnya akibat runtuhnya dinding galian, pekerja
tertimpa dan luka akibat terjatuhnya material di dalam galian, kondisi tidak aman baik di
dalam maupun diluar galian akibat licinnya galian.
2. Pondasi.
Pekerjaan pondasi merupakan suatu kegiatan pemasangan struktur bawah
bangunan yang dapat digunakan untuk menahan beban bangunan.
3. Pekerjaan Beton.
Pada saat proses pengecoran berlangsung pada umumnya pekerja selalu pada
posisi tetinggian tertentu yang dapat berakibat pekerja terjatuh, material pencampur yang
tidak boleh bersinggungan dengan kulit bahkan terhirup oleh pernapasan pekerja.
4. Pekerjaan Baja
Bahaya yang timbul dari pekerjan pemasangan baja pekerja dapat jatuh dari
ketinggian tertentu dari permukaan tanah, terperosok, tertimpa material bangunan.
5. Pembongkaran
Bahaya yang di timbulkan dari pembongkaran bangunan adalah pekerja dapat
tertimpa atau runtuhnya bangunan, terperosok dari ketinggian tertentu dari permukaan
tanah.

6
2.2  Pedoman Dasar Hukum K3 Konstruksi

1. Undang-undang Dasar 1945


2. Undang-undang No 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
Pemerintah telah sejak lama mempertimbangkan masalah perlindungan tenaga kerja,
yaitu melalui UU No. 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja. Sesuai dengan
perkembangan jaman, pada tahun 2003, pemerintah mengeluarkan UU 13/2003 tentang
Ketenagakerjaan. Undang undang ini mencakup berbagai hal dalam perlindungan
pekerjayaitu upah, kesejahteraan, jaminan sosial tenaga kerja, dan termasuk juga masalah
keselamatan dan kesehatan kerja.

3. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No 1/Men/1980 tentang K3 Konstruksi Bangunan


Aspek ketenagakerjaan dalam hal K3 pada bidang konstruksi, diatur melalui Peraturan
Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.PER-01/MEN/1980 Tentang Keselamatan
dan Kesehatan Kerja pada Konstruksi Bangunan. Peraturan ini mencakup ketentuan-
ketentuan mengenai keselamatan dan kesehatan kerja secara umum maupun pada tiap
bagian konstruksi bangunan. Peraturan ini lebih ditujukan untuk konstruksi bangunan,
sedangkan untuk jenis konstruksi lainnya masih banyak aspek yang belum tersentuh. Di
samping itu, besarnya sanksi untuk pelanggaran terhadap peraturan ini sangat minim yaitu
senilai seratus ribu rupiah.

4. Surat keputusan besama Menteri Tenaga Kerja dan Menteri Pekerjaan Umum No
Kep174/Men/1986 dan No 104/Kpts/1986 tentang K3 Tempat Kegiatan Kontruksi
Bangunan
Sebagai tindak lanjut dikeluarkannya Peraturan Menakertrans tersebut, pemerintah
menerbitkan Surat Keputusan Bersama Menteri Pekerjaan Umum dan Menteri Tenaga
Kerja No.Kep.174/MEN/1986-104/KPTS/1986: Pedoman Keselamatan dan Kesehatan
Kerja pada Tempat Kegiatan Konstruksi. Pedoman yang selanjutnya disingkat sebagai
”Pedoman K3 Konstruksi” ini merupakan pedoman yang dapat dianggap sebagai standar
K3 untuk konstruksi di Indonesia. Pedoman K3 Konstruksi ini cukup komprehensif,
namun terkadang sulit dimengerti karena menggunakan istilah-istilah yang tidak umum
digunakan, serta tidak dilengkapi dengan deskripsi/gambar yang memadai. Kekurangan-
kekurangan tersebut tentunya sangat menghambat penerapan pedoman di lapangan, serta
dapat menimbulkan perbedaan pendapat dan perselisihan di antara pihak pelaksana dan
pihak pengawas konstruksi.

7
2.3 Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Konstruksi dan Sarana Bangunan

Dalam upaya pencegahan kecelakaan kerja pada tempat proyek atau konstruksi, para
pelaksana konstruksi wajib melaksanakan syarat-syarat teknis keselamatan dan kesehatan
kerja sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2.4.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja Konstruksi
1. Pekerjaan penggalian
Ketentuan Umum:
 Stabilitas tanah harus diuji dahulu sebelum dilakukan penggalian
 Melakukan pemeriksaan atas segala instalansi bawah tanah
 Prasarana umum harus dimatikan atau diputuskan alirannya, apabila tidak bisa
maka prasarana tersebut harus dipagari, ditarik ke atas atau dilindungi
 Tanah harus dibersihkan dari pohon, batu besar dan rintangan lain
 Lokasi penggalian harus diperiksa secara teliti setelah pekerjaan terputus
melebihi 1 hari, setelah setiap peledakan, ada longsoran, ada kerusakan pada
konstruksi penyangga dan hujan lebat.
 Jalan keluar masuk yang aman
 Dilarang bekerja di tanah lepas yang kemiringannya terlalu terjal
 Harus ada konstruksi penyangga yang cukup
 Ada penerangan yang cukup
 Galian bebas dari air
 Ada jalan keluar untuk menyelamatkan diri
 Tidak ada yang diizinkan masuk ruang bawah tanah yang belum diuji bebas gas
 Pengujian gas harus dilengkapi dengan sabuk pengaman, tali penyelamat dan
alat-alat pernapasan
 Ventilasi mekanis harus disediakan
 Tindakan penceghan harus diambil untuk melindungi runtuhnya bangunan
Persyaratan K3 pada pekerjaan penggalian :
 Tepi penggalian atau saluran harus dibuat dengan kemiringan tertentu, biasanya 45
derajat
 Penggalian diatas 1,2 m harus dipasang perancah bai yang terbuat dari kayu
 Penggalian tidak boleh dilakuakn pada batas bangunan atau suatu struktur.
 Material dan peralatan harus diletakkan berjauhan dari pinggir galian
 Tanah hasil galian atau sampah galian tidak diletakkan di tepi galian

8
 Meletakkan Stopblock di lokasi tempat kendaraan menurunkan material ke dalam
galian
 Tersedia penerangan yang cukup
 Pekerja harus diinformasikan secara jelas tentang prosedur penggalian
 Menggunakan pelindung kepala dan kaki saat penggalian berlangsung
 Melakukan koordinasi dengan instansi lain mengenai instalansi llistrik, gas, air dsb
 Tidak menggunakan alat penggalian mesin (excavator) pada jarak 50 cm dari pipa
gas
2. Pekerjaan Pondasi
Persyaratan Umum:
 Mesin pemancang harus ditumpu oleh dasar yang kuat, diberi tali atau rantai
penguat secukupnya dan tidak boleh digunakan di dekat jaringan listrik
 Lantai kerja dan tempat kerja operator harus terlindungi dari cuaca
 Saluran uap atau udara harus dibuat dari pipa baja atau semacamnya
3. Pengerjaan Beton
Persyaratan Umum
 Konstruksi beton bertulang yang berat untuk kerangka atap dan kerangka atas
lainnya harus didasarkan pada gambar rencana
 Selama pembangunan harus dicatat data sehari-hari mengenai kemajuan
pembangunan, termasuk data yang mempengaruhi kekuatan beton menurut
waktunya
4. Pekerjaan Konstruksi Baja
Persyaratan umum
 Penjaminan keselamatan pekerja dengan penyediaan dan pemakaian tangga, gang,
peralatan kerja tetap, pelataran kerja, tali pengaman dan sabuk pengaman serta
jaring pengaman
 Kerangka baja yang sedang dipasang harus disangga dan dikopel secukupnya

2.4.2   Keselamatan dan Kesehatan Kerja Sarana Bangunan


1. Perancah
Peraturan umum
 Perancah harus dibuatkan untuk semua pekerjaan yang tidak bias dikerjakan secara
aman dalam ketinggian

9
 Perancah hanya dapat dibuat dan dirubah oleh pengawas yang ahli.

Gamabar 2.1 Perancah yang Safety

2. Pelataran Tempat Kerja


Peraturan umum
 Semua perancah harus dilengkapi dengan platform untuk bekerja
 Pelataran paling sedikit dari tepi luarnya berjarak 60 cm dari sisi dinding bangunan
 Penyediaan tempat yang bebas dari rintangan dan timbunan
 Pelataran bekerja harus menggunakan papan pengaman kakai berukuran tebal min
2,5 cm dan lebar min 15 cm
 Harus benar-benar berkonstruksi kuat
3. Plambing/Pemipaan
a. Fungsi instalansi plambing:
 penyediaan air bersih
 membuang air kotor
b.   Jenis-jenis plambing
 Instalansi plambing air bersih
 Instalansi plambing air kotor
 Instalansi plambing air hujan
c. Pemeriksaan dan pengujian
Objek pemeriksaan dan pengujian adalah instalansi pipa penyalur, tangki,
hydrostos, alat-alat perlengkapan dan pengaman
d. Pengesahan
Sebelum instalansi plambing dipakai, pemilik mengajukan permohonan
pengesahan penggunaan kepada Dinas Tenaga Kerja Kabupaten/Kota. Sebelum
dikeluarkan pengesahan, harus dilakukan pemeriksaan dan pengujian pertama.

10
2.4 Pengawasan K3 Konstruksi dan Sarana Bangunan

1. Wajib Lapor Pekerjaan/Proyek Konstruksi Bangunan


Setiap pekerjaan konstruksi bangunan yang akan dilakukan wajib dilaporkan
kepada direktur atau pejabat yang ditunjuk
2. Akte Pengawasan Ketenagakerjaan Proyek Konstruksi Bangunan
a. Pengertian
Terdiri dari: data pelaksana konstruksi/pengawas-perencana konstruksi, data
teknis proyek, berita acara pemeriksaan, kartu pemeriksaan dan lembaran
pemeriksaan.
b. Batasan
Tempat kerja/pekerjaan konstruksi bangunan dengan waktu proyek 6 bulan
atau lebih harus diterbitkan akte ini dan akte harus diserahkan Pelaksana Konstruksi
kepada Pemberi Tugas/Pemilik setelah proyek selesai
c. Pengesahan Akte
 Setelah meneliti wajib lapor pekerjaan proyek/konstruksi bangunan
 Melakukan pemeriksaan K3 proyek oleh pengawas spesialis K3 konstruksi
 Menerbitkan akte pengawasan
 Melakukan pemeriksaan berkala, sampai proyek selesai.

11
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Simpulan yang dapat diambil dari penulisan makalah adalah hubungan yang baik
antara pegawai proyek, perusaahaan dan pemerintah itu mutlak harus diperhatikan. Sehingga
perpaduan antara pengetahuan tentang keselamatan dan kesehatan kerja ( K3) dari pegawai,
manejemen yang baik dari perusahaan dan penyulhan dari pemerintah tentang K3 untuk
pegawai proyek maupun perusahaan sangat dibutuhkan demi keselamatan dan kepentingan
bersama.

3.2 Saran

Tidak hanya peraturan yang dapat membuat semua pihak baik dari pegawai proyek,
perusahaan maupun pemerintah mengerti akan Keselamatan dan Kesehatan Kerja ( K3)
terlaksana dengan baik. Tetapi membuat sistem manejemen dan pengetahuan dari
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) jauh lebih baik.

12
DAFTAR PUSTAKA

Dari Internet :

http://civil-engeneering-poliwangi.blogspot.com/2014/09/makalah-k3-keselamatan-kerja

-pada.htm

13

Anda mungkin juga menyukai