Anda di halaman 1dari 36

TUGAS MAKALAH

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3)


PADA TAHAP FABRIKASKI DAN INSTALASI BLP
Semester Ganjil 2021/2022

Dosen Pengampuh
Dr. Chairul Paotonan, ST, MT.

OLEH :

Mohammad Naufal Ikhsan Nur


D081181501

DEPARTEMEN TEKNIK KELAUTAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
GOWA
2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perkembangan industri yang semakin pesat, dapat berakibat
meningkatnya potensi bahaya dan penyakit akibat kerja. Potensi bahaya itu
bersumber dari bangunan, peralatan, industri, bahan, proses, cara kerja dan
linkungan kerja. Pada dasarnya program Keselamatan dan Kesehatan Kerja
yang dilaksanakan di perusahaan merupakan suatu bentuk penghargaan dan
pengakuan terhadap nilai luhur kemanusiaan. Penghargaan tersebut
diwujudkan dalam bentuk upaya pencegahan dari kemungkinan terjadinya
kecelakaan kerja pada diri pekerja atau orang lain yang berada di suatu lokasi
kerja (Suma’mur, 1998).
Keselamatan dan Kesehatan Kerja merupakan suatu upaya penting
dalam tiap proses operasional baik disektor tradisional mauoun modern,
khususnya pada masyarakat yang sedang beralih dari satu kebiasaan kepada
kebiasaan lain, perubahan pada umumnya menimmbulkan beberapa
permasalahan yang tidak ditanggulangi secara cermat dapat membawa akibat
(Silalahi, 1995).
PT. Kaliraya Sari merupakan perusahaan yang bergerak di bidang jasa
konstruksi didarat maupun dilepas pantai seperti pekerjaan sipil yang meliputi
pekerjaan jalan, jembatan, reklamasi dan pengerukan, irigasi dan jaringan,
dermaga dan penahan gelombang, dan bendungan. Adapun pekerjaan
elektrikal meliputi HVAC, dan pekerjaan arsitektur meliputi pekerjaan
perumahan dan pemukiman, gedung dan pabrik. Dan pekerjaan mekanikal
meliputi instalasi minyak, gas, dan geothermal, konstruksi lepas pantai, dan
perpipaan minyak, gas, dan energi. Terkhususnya yang pekerjaan mekanikal,
yang kegiatan konstruksi dan instalasi ini termasuk kegiatan produksi dengan
tingkat resiko yang tinggi. Banyak hal-hal yang harus diperhatikan dan
direncanakan secara matang mulai dari awal produksi sampai akhir produksi.
Aspek Keselamatan dan Kesehatan Kerja sangat ditekankan dalam setiap
aktivitas pekerjaan untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit
akibat kerja yang ditimbulkan oleh lingkungan kerja, mengingat begitu
banyak faktor bahaya dan potensi bahaya yang terdapat di lingkungan kerja
berdasarkan UU No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.
PT. Kaliraya Sari sering menangani proyek konstruksi oil dan gas,
dimana dalam melaksanakan proyek tersebut banyak peraturan yang harus
dipenuhi tidak hanya peratutan dari Departemen Tenaga Kerja namun juga
peraturan-peraturan dari Badan Migas dan peraturan serta standar-standar
internasional yang sangat ketat. Pemenuhan peraturan-peraturan ini
membuktikan komitmen PT. Kaliraya Sari dalam upaya pencegahan dan
pengendalian terhadap faktor dan potensi bahaya yang terdapat di tempat
kerja. Komitmen PT. Kaliraya Sari mengenai K3 termuat dalam kebijakan
perusahaan.
Dari latar belakang tersebut maka penulis ingin membahas tentang
penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang ada di PT. Kaliraya Sari.

B. Maksud dan Tujuan


Adapun maksud dan tujuan penulisan ini adalah:
1. Untuk mengetahui manajemen K3 dan Manajemen Lingkungan di PT.
Kaliraya Sari.
2. Untuk mengetahui Pelayanan Kesehatan Kerja di PT. Kaliraya Sari.
3. Untuk mengetahui Penerapan Keselamatan Kerja di PT. Kaliraya Sari.
4. Untuk dapat melakukan identifikasi dan melakukakn upaya pencegahan
serta pengendalian terhadap potensi bahaya dan factor-faktor yang timbul
pada proses fabrikasi dan instalasi di PT. Kaliraya Sari.
C. Ruang Lingkup
1. Pelaksanaan K3 di bidang kerja konstruksi.
2. Pelaksanaan K3 di bidang kesehatan dan lingkungan kerja.

D. Manfaat Penulisan
Manfaat dari penulisan K3 pada fabrikasi dan instalasi konstruksi
bangunan yaitu memberikan pengetahuan kepada kita tentang bagaimana
keselamatan dan kesehatan kerja khususnya bagi mahasiswa.
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Cakupan Masalah Fabrikasi dan Instalasi Bangunan Lepas Pantai


Pekerjaan konstruksi bangunan lepas pantai khususnya wellhead platform
dan oil & gas pipeline merupakan pekerjaan yang mengandung potensi bahaya,
sehingga dalam memberi perlindungan keselamatan kerja kepada pekerja
diperlukan syarat-syarat keselamatan dan kesehatan kerja yang sangat tinggi.
Tahapan dalam konstruksi wellhead platform dan oil & gas pipeline berhubungan
dengan seluruh tahapan yang dilakukan di fabrication workshop dan proses
instalasi di site. Diantara tahapan fabrikasi yaitu pekerjaan struktur seperti lifting
material, cutting material, fit-up, welding, penginspeksian NDT, uji hydrostatic
test dan leak test, pekerjaan sandblasting dan painting. Adapun tahapan untuk
pekerjaan instalasi seperti loading material, trenching, laying pipeline, welding
tiap joinan material yang telah di fabrikasi.
 Lifting material. Penyebab kecelakaan yang timbul dari proses lifting ialah
jatuhnya material pada saat dipindahkan dengan alat crane, forklift, dan
lainya.
 Cutting material. Pada saat proses pemotongan material berlangsung pada
umumnya bekerja menggunakan alat cutting torch, plasma cutting, dan
gerinda yang tidak boleh bersinggungan dengan kulit bahkan terhirup oleh
pernapasan pekerja.
 fit-up/welding. Pekerjaan pengelasan sangat sensitif untuk pekerja. Untuk
keberlangsungan welding tidak boleh bersinggungan langsung dengan kulit
dan mata tanpa pelindung.
 NDT. Non Destruvtive Test merupakan pengujian suatu material yang telah
dilas tanpa merusak material. Bahaya yang ditimbulkan ialah rentan terhadap
radiasi x-ray dan gamma yang berdampak langsung dengan organ tubuh.
 Sandblasting dan Painting. Pekerjaan ini merupakan pekerjaan pembersihan
dan pengecatan material dengan bahan partikel seperti pasir yang tidak boleh
bersinggungan langsung dengan kulit dan wajah.
 Loading material. Pekerjaan ini merupakan proses pemindahan material dari
darat ke atas barge menggunakan alat berat seperti crane. Bahaya yang dapat
ditimbulkan sangat fatal seperti jatuhnya material yang diangkat dengan
crane tersebut.
 Trencing. Proses penggalian parit atau garis sumbu untuk peletakan instalasi
pipeline menggunakan swamp backhoe dan crane barge. Kecelakaan yang
mungkin terjadi pekerja yang kerja langsung dibawah alat berat tersebut.
 Laying Pipeline. Proses penurunan pipa ke dasar laut yang sangat sensitif
karena bekerja di perairan, maka dari itu resiko kecelakaan lebih besar.

B. Pedoman Dasar Hukum K3 Konstruksi Bangunan Lepas Pantai


a. Undang-undang Dasar 1945
b. Undang-undang No 1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja.
Pemerintah telah sejak lama mempertimbangkan masalah perlindungan
tenaga kerja, yaitu melalui UU No. 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan
Kerja. Sesuai dengan perkembangan jaman, pada tahun 2003, pemerintah
mengeluarkan UU 13/2003 tentang Ketenagakerjaan. Undang-undang ini
mencakup berbagai hal dalam perlindungan pekerja yaitu upah,
kesejahteraan, jaminan social tenaga kerja, dan termasuk juga masalah
keselamatan dan kesehatan kerja.
c. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No 1/Men/1980 tentang K3 Konstruksi
Bangunan. Aspek ketenagakerjaan dalam hal K3 pada bidang konstruksi,
diatur melalui Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.
PER-01/MEN/1980 Tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada
Konstruksi Bangunan. Peraturan ini mencakup ketentuan-ketentuan
mengenai keselamatan dan kesehatan kerja secara umum maupun pada
tiap bagian konstruksi bangunan. Peraturan ini lebih ditujukan untuk
konstruksi bangunan, sedangkan untuk jenis konstruksi lainnya masih
banyak aspek yang belum tersentuh. Di samping itu, besarnya sanksi
untuk pelanggaran terhadadp peraturan ini sangat minim yaitu senilai
serratus ribu rupiah.
d. Surat keputusan bersama Menteri Tenaga Kerja dan Menteri Pekerjaan
Umum No. Kep174/Men/1986 dan No. 104/Kpts/1986 tentang K3
Tempat Kegiatan Konstruksi Bangunan sebagai tindak lanjut
dikeluarkannya Peraturan Menakertrans tersebut, pemerintah menerbitkan
Surat Keputusan Bersama Menteri Pekerjaan Umum dan Menteri Tenaga
Kerja No. Kep. 174/MEN/1986-104/KPTS/1986: Pedoman Keselamatan
dan Kesehatan Kerja pada Tempat Kegiatan Konstruksi. Pedoman yang
selanjutnya disingkat sebagai “Pedoman K3 Konstruksi” ini merupakan
pedoman yang dapat dianggap sebagai standar K3 untuk konstruksi di
Indonesia. Pedoman K3 Konstruksi ini cukup komprehensif, namun
terkadang sulit dimengerti karena menggunakan istilah-istilah yang tidak
umum digunakan, serta tidak dilengkapi dengan deskripsi/gambar yang
memadai. Kekurangan-kekurangan tersebut tentunya sangat menghambat
penerapan pedoman di lapangan, serta dapat menimbulkan perbedaan
pendapat dan perselisihan di antara pihak pelaksana dan pihak pengawas
konstruksi.

C. Tujuan K3
K3 adalah suatu bentuk perlindungan bagi kesehatan dan keselamatan
kerja para tenaga kerja, serta bagi perusahaan jasa konstruksi bangunan lepas
pantai. Adapun tujuan K3 adalah sebagai berikut:
 Melindungi keselamatan tenaga kerja dalam melakukan pekerjaannya
sehingga bias meningkatkan kesejahteraan hidup dan produktivitas nasional.
 Mencapai kesejahteraan fisik, mental dan social pada semua pekerjaan,
promosi dan pemeliharaan tingkat tertinggi.
 Menjamin keselamatan dari setiap orang lain yang berada di tempat kerja.
 Memberikan jaminan keselamatan dan kesehatan kerja baik secara fisik,
social, dadn psikologis bagi tenaga kerja.
 Memelihara keamanan semua hasil produksi.
 Menjamin pemeliharaan dan peningkatan kesehatan gizi pegawai.
 Meningkatkan kegairahan, keserasian kerja, dan partisipasi kerja.
 Menghindari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan atas
kondisi kerja.
 Memberikan rasa aman bagi tenaga kerja dan supaya terlindungi dalam
bekerja.

D. Manfaat K3 bagi perusahaan Konstruksi Bangunan Lepas Pantai


Berikut ini adalah beberapa manfaat dari K3 yang dapat bias diperoleh
pihak perusahaan:
 Perusahaan bisa melindungi fasilitas produksi dan pekerjanya dari kecelakaan
kerja.
 Perusahaan bisa mengurangi loss time yang terjadi jika ada kecelakaan kerja.
 Perusahaan bisa mengurangi tingginya biaya atau tagihan asuransi.
 Perusahaan bisa meningkatkan produktivitas barang dan jasa.

E. HEALTH SAFETY AND ENVIRONMENT


Kontraktor memiliki komitmen terhadap Keselamatan Kesehatan dan
Lingkungan yang tercermin dalam bentuk Health and Safety Policy, Smoking
Policy, Stop Unsafe Work Policy, Health Safety & Environment (HSE)
Manual, Rencana Manajemen Keselamatan, Rencana Pengelolaan
Lingkungan dan Limbah, Rencana Tanggap Darurat, Prosedur Pelaporan
Investigasi Kecelakaan/Insiden, dan kegiatan keselamatan terkait lainnya.
Dokumen keselamatan proyek sebelumnya termasuk dokumen keselamatan
tersedia berdasarkan permintaan.
Dalam melaksanakan suatu proyek, Safety and Loss Control selalu
dikembangkan berdasarkan dokumen-dokumen ini serta kebijakan dan
persyaratan keselamatan perusahaan. Dokumen keselamatan proyek
sebelumnya termasuk dokumen keselamatan tersed berdasarkan permintaan.
Implementasi Peraturan Keselamatan Kontraktor terkait dengan
persyaratan keselamatan proyek akan dicapai melalui Rencana Pengelolaan
HSE, Rencana Tanggap Darurat, Rencana Manajemen Lingkungan dan
Limbah. Dokumen keselamatan juga akan dibuat selama pelaksanaan proyek.

F. Rencana Keselamatan Selama Pelaksanaan Proyek


Rencana Keselamatan yang diusulkan adalah untuk memastikan
bahwa pekerjaan dilakukan sesuai dengan peraturan keselamatan untuk
mencegah atau insiden yang mungkin terjadi karena kelalaian personel atau
sebab lainnya. Untuk memastikan bahwa alat dan perlengkapan yang
digunakan memiliki jenis, ukuran yang tepat sesuai dengan tujuan yang
dimaksudkan.
Prosedur keselamatan akan dibuat untuk mengontrol penerapan
keselamatan selama fabrikasi di yard dan pelaksanaan pekerjaan instalasi
lepas pantai. Prosedur akan berisi rencana keselamatan khusus untuk setiap
pekerjaan tertentu.

G. Struktur Organisasi HSE/K3L Department


a. HSE Manager
HSE Manager bertanggung jawab untuk pelaksanaan dari system
manajemen organisasi K3L untuk membantu dengan proses
pengarahan yang meliputi pelaksanaan/penerapannya baik di kantor
atau lokasi kerja, dan keseluruhan manajemen proyek, karyawan dan
sub kontraktor menyadari peran dan tanggung jawabnya.
b. Deputy HSE Manager
Menyediakan sebagai kompeten penasehat terkait Kesehatan,
Keselamatan dan Lingkungan kepada Manajer proyek. Menetapkan
dan memelihara prosedur yang memadai dan memastikan bahwa
semua kecelakaan dan kejadian berbahaya diselidiki secara
menyeluruh dan segera dilaporkan ke pihak-pihak yang sesuai dalam
24 jam.
c. HSE Coordinator
Analisa seluruh pelaporan kecelakaan, dan memelihara seluruh data
yang relevan. Berkoordinasi dengan seluruh pihak terkait keselamatan
dengan operasi dilapangan.
d. Work Permit Coordinator
Memastikan bahwa kontraktor melaksanakan ijin kerja sesuai prosedur
yang telah disetujui. Prosedur termasuk penilaian resiko.
Ketidaksesuaian harus dilaporkan kepada coordinator HSE
e. Paramedis
Menghadiri inspeksi dan kesehatan kerja untuk memastikan dalam
keadaan baik. Melakukan healthy talk pada safety talk, pertemuan
bulanan, pertemuan koordinasi. Mengatur, merawat dan merekam
peralatan klinik selama proyek.
f. Environment Engineer
Memulihkan dampak terhadap lingkungan, pekerja dan masyarakat
sesuai UKL/UPLL, peraturan pemerintah dan pelaksanaan semua
strategi lingkungan. Tindakan langsung terhadap kecelakaan atau
kejadian yang telah menyebabkan kerusakan pada lingkungan seperti
tindakan korektif segera sehingga tidak ada tidak terjadi kembali.
- Proses dampak lingkungan dan social harus mengikuti
persyaratan lingkungan proyek sebagaimana tercantum dalam
AMDAL/EIA (Analisa Dampak Lingkungan)/(Environmental
& Social Impact Assesment).
H. Studi HSE
a. Hazard Identification (HAZID)
Tujuan utama dari Studi HAZID adalah untuk mengidentifikasi pada
tahap awal semua potensi bahaya dan konsekuensi yang terkait
dengan proyek dan memberikan jejak audit yang dapat dilacak untuk
jaminan bahwa bahaya sedang ditangani dan diidentifikasi dalam
proyek.
b. Hazard and Operability (HAZOP)
Studi HAZOP adalah tinjauan sistematis oleh tim multi-disiplin dari
proses dan desain teknik untuk mengidentifikasi potensi bahaya dan
masalah pengoperasian serta konsekuensinya. Tinjauan akan
memerlukan pertimbangan untuk setiap elemen desain dalam lingkup
studi yang disepakati, kemungkinan penyimpangan dari desain, dan
berdasarkan persetujuan dari tim HAZOP, mengidentifikasi apakah
penyimpangan tersebut memerlukan perbaikan.
c. Safety Integrity Level (SIL)
Studi HAZOP mengidentifikasi bahaya proses, klasifikasi SIL
berfokus pada kecukupan pengaman SIS untuk mengurangi potensi
bahaya. Safety Integrity Level (SIL) akan diterapkan untuk menilai
keandalan dari peralatan listrik/elektonik/system pemadaman darurat
elektronik. Studi klasifikasi SIL harus didasarkan pada metode
kualitatif yang dijelaskan dalam IEC 61508/61511.
I. Hazard Identification and Risk Assesment
Hazard Identification and Risk Assesment merupakan SOP identifikasi
bahaya dan analisis resiko sebelum melaksanakan sebuah proyek dilokasi
dengan menentukan tindakan pengendalian resiko yang cocok dan memadai,
mengembangkan sebuah rencana aksi untuk melaksanakan tindakan
pengendalian resiko tadi, mengidentifikasi langkah-langkah pengendalian
resiko untuk melindungi pekerja dari potensi bahaya yang akan menyebabkan
cedera atau kecelakaan, mempengaruhi lingkungan, menyebabkan kerusakan
peralatan, mengurangi/menghambat produktifitas kerja, dan mempengaruhi
citra perusahaan.
Petunjuk umum tentang penilaian resiko dan personel harus
memahami bahwa scope dan tugas dari pekerjaan, ruang lingkup dan tugas
dan dengan peralatan dan pekerja yang cukup. Potensi bahaya dari pekerjaan,
dampal potensialnya, berbagai langkah-langkah pengurangan resiko yang
mungkin diterapkan sesuai dengan praktek industri yang aman. Tingkat detail
yang dibutuhkan untuk penilaian sepenuhnya ditentukan oleh anggota tim
berdasarkan pertimbangan apakah materi itu bermanfaat untuk diulas dalam
penilaian yang komprehensif. Penilaian harus dicatat dalam Form Risk
Assesment.
Tahapan penilaian resiko adalah gambaran umum tentang pekerjaan,
peralatan dan tenaga kerja yang terlibat, menjabarkan pekerjaan yang menjadi
tugas-tugas, mengidentifikasi bahaya utnuk tiap tugas, nilai resiko tiap tugas
(dampak bahaya dan kemunhkinan), tentukan langkah-langkah pengurangan
resiko dan rencana aksi, nilai resiko akhir untuk tiap tugas, dan nilai resiko
secara keseluruham. Langkah-langkah ini tercermin pada bagan alur penilaian
resiko. Adapun prosedur penilaian kualitatif, yaitu:
 Jabarkan pekerjaan menjadi tugas, setelah sebuah pekerjaan
diketahui membutuhkan sebuah penilaian resiko, ia harus di review
dan dijabarkan menjadi tugas-tugas terpisah, terutama berlaku untuk
tugas-tugas yang kompleks. Tiap tugas harus diuji satu per satu dan
uraian singkat tentang tugas dicantumkan dalam risk assessment form.
 Identifikasi potensi bahaya untuk tiap tugas, tiap tugas-tugas
kritikal kemudian di review untuk mengidentifikasi potensi bahayanya
yang kemungkinan terkait. Pertanyaan berikut dapat digunakan untuk
melakukan review:
- Material apa yang digunakan (contoh. Kimia, bahan bakar, gas,
dll), material yang sudah ada pada objek pekerjaan harus
dipertimbangkan.
- Peralatan apa yang akan digunakan?
- Apakah bahaya terkait lokasi (ketinggian, ruang tertutup, di
atas sesuatu, dalam air)?
- Apakah ada bahaya terkait area/instalasi (tangka/pipa-berisi
hidrokarbon, gas beracun, bahan radioactive, jalur bertekanan,
dll.)?
Proses identifikasi bahaya harus seluas mungkin dan dalam proses ini
belum dibicarakan langkah pengendalian resiko yang mungkin ada di
lapangan.
 Uji resiko setiap tugas, resiko yang terkait dengan kegiatan perlu
dievaluasi sedemikian rupa agar langkah pengendalian resiko yang
sesuai dan dapat diidentifikasi dan diterapkan. Untuk mencapai hal ini,
penilaian kualitatif atas resiko dilakukan dengan mempertimbangkan
dampak bahaya dan kemungkinan terjadinya bahaya.
 Kriteria penerimaan, adalah suatu posisi yang menunjukkan tingkat
(level) resiko suatu pekerjaan. Tingkat resiko dihitug dengan
menggunakan hubungan antara konsekuensi dan kemungkinan.
Tingkat resiko, seperti urutan sebagai berikut, yaitu:
- Pengukuran kualitas konsekuensi atau dampak.
1. Level 1: Tidak ada cedera, kerugian biaya rendah
(Tidak Penting).
2. Level 2: Cedera ringan dengan bantuan pertolongan
pertama, tindakan dapat segera dilakukan di lokasi,
kerugian biaya sedang (Kecil).
3. Level 3: Perawatan medis diperlukan, tindakan selain
oleh petugas di lokasi dibantu oleh petugas dari luar,
kerugian biaya besar (Sedang).
4. Level 4: Cedera berat, ketidakmampuan unit kerja
untuk berproduksi, dibawa keluar lokasi tanpa
pengaruh kerusakan, kerugian biaya besar (Besar).
5. Level 5: Kematian, racun. Dibawa keluar lokasi dengan
pengaruh kerusakan, kerugian biaya sangat besar
(Bencana).
- Pengukuran kualitatif dari kemungkinan. Kejadian yang
mungkin hanya dapat terjadi dalam kondisi pengecualian.
Tingkat berikut ini harus digunakan ketika melakukan
penilaian resiko.
1. Level A: Kejadian diperkirakan terjadi pada hamper
semua keadaan (Hampir pasti).
2. Level B: Kejadian mungkin akan terjadi pada hamper
semua keadaan (Mungkin).
3. Level C: Kejadian akan terjadi pada suatu waktu
(Sedang).
4. Level D: Kejadian dapat terjadi pada suatu waktu
(Kadang-kadang).
5. Level E: Kejadian yang mungkin hanya dapat terjadi
dalam kondisi pengecualian (Jarang).
- Menentukan penilaian tingkat resiko. Penilaian kemungkinan
ditentukan lebih dahulu dalam menilai tingkat kemungkinan
(nilai A hingga E) dengan menggunakan defenisi yang dikutip
dan ditunjukkan pada tabel, kemudian diarahkan tingkat
konsekuensi (nilai 1 hingga 5) dan ditampilkan pada posisi
mendatar bagian teratas dari tabel.

- Kriteria resiko, dari tabel tersebut penilaian resiko


dikategorikan menjado 4 sebagai berikut, yaitu :
1. Resiko Tinggi, daerah beresiko tinggi ditandai warna
hitam pada tabel di atas yang menunjukkan bahwa
resiko tersebut tidak dapat diterima, bahwa operasional
atau kegiatan harus dihentikan, pengaturan kembali
dilakukan dan resiko harus dikurangi. Penelitian kerja
secara rinci dan perencanaan manajemen diperlukan
pada tingkatan manajemen.
2. Resiko Signifikan, daerah yang signifikan, ditandai
dengan hitam agak terang pada tabel di atas, yang
menunjukkan pengaruh resiko yang signifikan,
diperlukan perhatian pada tingkatan manajemen.
3. Resiko Sedang, daerah resiko sedang, ditandai warna
hitam terang pada tabel di atas, menunjukkan bahwa
masih ada kemungkinan resiko di dalamnya. Perhatian
tingkatan manajemen diperlukan. Resiko ini jika
memungkinkan untuk dikurangi. Prosedur dan standar,
termasuk penggunaan Alat Pelindung Diri/APD
(sebagai penolong terakhir) akan dilakukan
meminimalkan resiko ke tingkat yang masih dapat
diterima.
4. Resiko Rendah, daerah resiko rendah tidak diwarnai
pada tabel diatas menunjukkan bahwa resiko dapat
diterima, akan tetapi tidak menghalangi seseorang
untuk mempertimbangkan dan mengurangi resiko lebih
jauh. Resiko rendah harus diatur oleh prosedur yang
rutin.
 Menentukan langkah pengendalian resiko dan action plan,
langkah-langkah pengendalian resiko dalam bentuk pencegahan fisik
semua tugas harus diidentifikasi dengan benar dan dicatat dalam
kolom yang sesuai pada risk assessment form. Langkah pengurangan
resiko harus diidentifikasi dengan mengacu pada karakter industrial
yang aman sehingga pekerjaan dilakukan dengan tingkat resiko, yang
serendah mungkin yang dapat dipraktekkan. Langkah-langkah
pengurangan resiko akan kemungkinan efek bahaya terjadi dan
keparahan dari dampak berbahaya. Ketika memutuskan langkah
pengurangan resiko, hal-hal berikut harus dipertimbangkan, yaitu:
- Pekerjaan
1. Pertimbangkan apakah semua tugas diperlukan.
2. Review urutan tugas-tugas, apakah dalam urutan yang
aman?
3. Putuskan apakah tugas-tugas kritikal dapat dilakukan
dengan cara yang lain.
4. Review apakah perubahan waktu akan lebih aman
(misalnya ketika shutdown).
5. Mengganti metode berbahaya dengan metode yang
lebih aman.
- Orang-orang yang terlibat
1. Apa yang disyaratkan oleh aturan, instruksi kerja,
kompetensi dan training?
2. Apa yang disyaratkan untuk pengawasan yang
spesifik?
3. Pengurangan jumlah personel yang terpapar.
4. Pengurangan rentang waktu paparan.
5. Pastikan personel yang terlibat terlindungi dengan
baik.
- Peralatan yang dipakai
1. Dapatkah potensi bahaya dihilangkan atau dikurangi?
- Bahan/material yang digunakan
1. Apakah mungkin dihilangkan atau diganti?
2. Dapatkah potensi bahaya yang material dikurangi?
- Lingkungan kerja
1. Apa ada hambatan dari kondisi angina?
2. Apa house keeping bias lebih baik selama pekerjaan?
3. Apa ada kemungkinan interaksi dengan pekerjaan lain
yang bertentangan?
4. Apakh orang terhalang dari kemungkinan keluar dari
area?
5. Apa ada kondisi error lain yang mempengaruhi?
Rencana aksi kemudian dibuat dengan menyebutkan dengan
jelas dalam kolom “Action By” di risk assessment form, orang
yang akan bertanggung jawab untuk melaksanakan langkah-
langkah pengurangan resiko. Ketika langkah pengurangan
resiko telah ditentukan, resiko akhir harus dinilai dengan
asumsi bahwa langkah-langkah pengendalian telah
dilaksanakan. Penilaian kembali dicatat dalam kolom
“RESIDUAL RISK” pada risk assessment form.
- Prosedur
1. Apakah prosedur telah dipersiapkan dengan memadai
sebelumnya dan dikomunikasikan kepada semua
personil yang terlibat?
2. Apakah telah di review dan disahkan oleh otoritas
yang relevan?
 Analisa Keseluruhan, analisa terhadap langkah-langkah yang telah
dijelaskan sebelumnya diulangi lagi untuk tiap tugas. Resiko akhir
dicatat pada kolom akhir risk assessment form di review dan resiko
keseluruhan dari semua pekerjaan yang diuji dengan basis pada
ranking tertinggi resiko. Hal ini ditulis pada sampul risk assessment
form, pada kotak yang ditandai “OVERALL RISK”
- Pekerjaan yang resiko keseluruhannya dinyatakan “High”
tidak dibolehkan untuk dilanjutkan.
- Pekerjaan yang resiko keseluruhannya dinyatakan “Medium”
harus di review secara spesifik oleh Site Manager untuk
menentukan apakah langkah pengendalian resiko tambahan
harus dilakukan. Site Manager dapat mengesahkan aktifitas
beresiko “Medium” setelah dia puas dengan pencegahan yang
diputuskan dan diimplementasikan untuk meringankan
keadaan.
- Pekerjaan dengan resiko keseluruhan “Low” harus dilakukan
dengan implementasi semua langkah pengurangan resiko
yang disebutkan dalam risk assessment form atau langkah-
langkah keselamatan yang disebutkan dalam ijin kerja atau
oleh instruksi yang ada. Tim penilaian resiko mengesahkan
hasil dari studi mereka dengan menandatangani halaman
depan Laporan Penilaian Resiko.
 Pengesahan dan Implementasi Rencana Aksi, Site Manager
memastikan bahwa penilaian resiko telah memastikan bahwa
penilaian resiko telah dipersiapkan sesuai persyaratan, untuk semua
pekerjaan kritikal dan mengesahkannya dan langkah-langkah
pengendalian resiko akhir dengan menandatangani ijin kerja.
 Review Penilaian Resiko, setelah pekerjaan telah selesai, Supervisor
K3L harus melakukan review efisiensi dari langkah-langkah
pengendalian resiko yang disebutkan dalam penilaian resiko. Jika
terdapat perubahan dalam langkah-langkah pengendalian resiko
berdasarkan pengalaman dalam pekerjaan yang sebenarnya, hal
tersebut harus dicatat dan dilampirkan ke risk assessment form yang
kemudian diarsip.
 Pelaporan, identifikasi bahaya dan penilaian resiko dipersiapkan
dengan menggunakan risk assessment form terlampir merupakan
tanggung jawab pemohon untuk memastikan bahwa risk assessment
form telah diselesaikan dengan baik dan ditandatangani.

J. Alat Pelindung Diri/APD


Standar pelindung diri wajib, sebagai sebuah aturan umum dalam
semua operasi di site, semua personil harus di supply, minimal dengan APD
berikut:
 Pakaian kerja baju lengan panjang dan celana atau coverall/wearpack
dan juga dilengkapi dengan scot light.
 Pelindung kaki, sepatu karet yang dilengkapi dengan sol plate.
 Pelindung kepala (helm) dengan pengikat di dagu.
 Sarung tangan.
 Kaca mata safety.
Jika dianggap perlu atau harus dalam area yang berbahaya atau ketika
melakukan kegiatan berbahaya, alat pelindung tambahan harus dikenakan.
 Jaket las atau apron las.
 Apron kimia.
 Pelindung mata dan wajah.
 Pelindung telinga/pendengaran.
 Pelindung kulit
 Peralatan pelindung pernapasan, yaitu :
- Alat pernapasan katrij/filter
- Masker debu
 Peralatan apung personil, yaitu:
- Life jacket.
- Alat bantu apung.
- Rompi kerja.
- Rompi apung.
- Life buoy.
 APD tambahan yang menjadi wajib dilakukan selama, yaitu:
- Bekerja di ketinggian.
1. Harness,
2. Securing/life line,
3. Carbiner.

- Pengelasan.
1. Welding face shield,
2. Pelindung pernafasan (masker kertas untuk
pengelasan),
3. Jaket las,,
4. Sarung tangan las,
5. Welding goggle (untuk mengawasi atau berada di dekat
pengelasan).
- Electrical, Instrumentation.
1. Sarung tangan untuk listrik.
- Cutting, sandblasting dan mengecat.
1. Chemical goggles,
2. Pelindung pernafasan (masker untuk
mengecat/sandblasting/cutting/menggerinda.)
- Pest control.
1. Chemical goggles,
2. Respiratory protection (mask with pesticide filter).
- Penanganan Bahan Kimia.
1. Chemical goggles,
2. Sarung tangan bahan kimia/karet,
3. Apron karet,
4. Sepatu boot karet,
5. Pelindung pernafasan (masker dengan filter
organik/unorganic).
- Bekerja diatas air.
1. Rompi bekerja apung,
2. Jaket keselamatan digunakan untuk berpindah dari jetty
ke sea truck atau ke kapal.

BAB III
PEMBAHASAN

A. Proses fabrikasi
Proses fabrikasi disesuaikan dengan tipe produk yang di pesan oleh
client. Setelah spesifikasi produk ditentukan maka seluruh bagian terkait ikut
mempersiapkan sesuai dengan job description. Proses fabrikasi dimulai dari
pengadaan/penerimaan material hingga proses painting. Dalam proses
fabrikasi dihasilkan beberapa jenis limbah, seperti sisa potongan besi/plat,
serbuk besi, debu, sisa kemasan dan sisa bahan penunjang. Setelah produk
jadi, tahap selanjutnya adalah proses transportation menggunakan kapal dan
installation di site.
1. Penerimaan Supply Material
Spesifikasi material yang dibutuhkan harus memenuhi kualitas
standar. Pengecekan material dilakukan oleh QC (Quality Control).
Apabila material sesuai standar, maka material tersebut dapat digunakan.
Material yang telah diterima kemudian akan masuk ke warehouse semua
prosedur ini telah dituangkan dalam dokumen ISO 9001:2015. Umumnya
bahan baku dasar yang dipergunakan adalah pipa, plat baja, canel (plat
baja ketebalan tertentu berbentuk U), H beam (plat besi/baja berbentuk H)
dan stainless. Material yang digunakan harus melalui tahapan proses
pengecekan sebelum diterima di warehouse. Spesifikasi material
mengikuti standar internasional, yaitu ANSI, ASME, API, dan AWS.
2. Cutting
Pemotongan material (besi, plat, pipa, stainless, dll) umumnya 98%
dilakukan dengan menggunakan gas (tidak menggunakan karbit tetapi
LPG dan oxygent) dan hanya 0.2% secara manual. Penggunaan gas
tersebut selain hasilnya rapi juga tidak muncul serbuk besi, serta tidak
muncul limbah karbit. Seluruh pergerakan material dibantu oleh alat
angkat yaitu over head crane (untuk didalam workshop).
3. Welding
Proses welding dilakukan oleh welder yang telah memiliki sertifikat
kualifikasi khusus. Dilakukan pengelasan ujung pipa, pelat dan alat
kelengkapan harus dimiringkan 30 derajat dan penyelarasan komponen
perpipaan harus ditopang secara memadai dan disejajarkan secara akurat
dengan alat jig, klem atau perangkat pendukung lainnya yang sesuai
dipersyaratkan untuk menghindari deformasi dan meminimalkan regangan
selama penyambungan berdasarkan prosedur welding, WPS (Welding
Procedure Specification), dan welding map.
4. Pengecekan Dimensi dan NDT (Non Destructive Test)
Semua fabrikasi harus diperiksa oleh clien dan inspector pihak ketiga.
Semua lasan harus 100% diperiksa secara visual. Tidak ada boleh retak,
undercut, crack, atau bukti pengerjaan yang buruk. Jenis NDT bermacam-
macam seperti:
a. Radiography test,
b. Magnetic particle test,
c. Penetrant test,
d. Ultrasonic test.
5. PWHT (Post Weld Heat Treatment)
PWHT merupakan proses pemanasan ulang atau perubahan struktur
terkhusus pada pipa yang telah dilas untuk mengurangi tegangan sisa
akibat pengelasan dan ketebalan pipa minimal 19 mm dan menggunakan
alat konduktor keramik, isolasi glasswoll, mesin trafo, mesin
programmer, mesin record dengan suhu 600 derajat celcius dan durasi
waktu proses PWHT selama 9 jam.

6. Pengujian Material Sesuai Permintaan Client


Prosedur pengujian harus diserahkan kepada client untuk disetujui.
Jenis pengujiannya, yaitu:
a. Hydrostatic test, merupakan salah satu tes yang diperlukan untuk
mengukur kekuatan suatu wadah (bejana) yang diberi tekanan atau
yang diperuntukkan khusus untuk pipa guna menguji ada tidaknya
kebocoran.
b. Leak test, merupakan pengujian ke suatu wadah dan diisi air untuk
mengecek kebocoran seperti sump tank.
7. Sandblasting
Bahan baku yang siap dicat, akan melalui tahapan proses sandblasting
atau penyemprotan pasir silica untuk merontokkan karat yang melekat
pada material. Efek dari sandblasting ini adalah munculnya debu dari
partikel pasir silica yang beterbangan. Kegiatan sandblasting dilakukan
diruang terbuka.
8. Painting
Proses pengecatan dilakukan dengan sistem spray. Untuk bahan-bahan
tertentu seperti tahan panas akan menggunakan cat khusus. Akan tetapi
dalam pelaksanaannya cat yang digunakan harus proporsional antara
kuantitas cat dan luas bidang yang akan dicat.
B. Potensi Bahaya dan Faktor-Faktor Bahaya
1. Potensi Bahaya
Setiap kegiatan atau pekerjaan di tempat kerja mempunyai potensi
bahaya. Adapun potensi bahaya yang ada di PT. Kaliraya Sari adalah:
a. Kebakaran
Potensi kebakaran terbanyak berasal dari hot work yaitu
pekerjaan yang menggunakan dan menimbulkan panas seperti
pada: pengelasan, pemotongan, penggerindaan yang rata-rata
semjua aktivitasnya menggunakan supply power dari listrik. Dari
hasil area yang berpotensi menimbulkan bahaya kebakaran yaitu:
- Workshop, sumber bahaya berasal dari proses penggerindaan
yang menimbulkan percikan api dan sumber panas. Pada
proses ini menggunakan listrik. Dan proses penggerindaan,
pemotongan, dan pengelasan terdapat tabung O2 dan
hydrogent¸apar yang berada di dekatnya dan kabel-kabel yang
berserakan serta pembuangan sampah tidak pada tempatnya.
b. Tangka LPG. Dalam proses produksinya menggunakan bahan
bakar solar dan LPG yang merupakan bahan mudah terbakar
sehingga menimbulkan potensi kebakaran.
PT. Kaliraya Sari melakukan upaya penanggulangan potensi bahaya
kebakaran dengan cara:
a. Penyediaan APAR jenis CO2 dan dry chemical pada setiap area
yang terdapat potensi kebakaran.
b. Penyediaan hydrant di area yang berpotensi kebakaran.
c. Pemasangan Exhaustion pada mesin yang menghasilkan uap panas
dan menggunakan bahan kimia saluran LPG ke mesin.
d. Pemasangan valve pada saluran LPG ke mesin.
e. Penggunaan guarding machine dan glove apabila kontak dengan
welding machine dan grinding machine.
f. Penggunaan face shield untuk melindungi dari percikan api dari
pengelasan dan debu dari penggerindaan.
g. Pemeriksaan baik buruknya APAR setiap bulan, mencakup: pin,
segel, label, handle, mulut selang pemancar.
2. Ledakan
Potensi ledakan berasal dari pressure test dari suatu pipa/bejana,
seperti; hydrotest, leaktest, flushing yang berada di area konstruksi
platform. Dari hasil di tempat kerja, area yang berpotensi menimbulkan
bahaya ledakan yaitu:
a. Platform : pipa-pipa sebagai tempat proses aliran gas, apabila ada
karatan, kebocoran dan tekanan berlebih dapat menimbulkan
peledakan.
b. Semua area tempat kerja : apabila ada fire extinguisher ditemukan
dalam pressure indicator tidak diganti.
c. Jetty : man hole yang ada dalam jetty ada karat dan apabila gas
bocor bias menyebabkan terjadinya diganti.
PT. Kaliraya Sari melakukan upaya penanggulangan potensi bahaya
ledakan dengan cara:
a. Menghindari kontaminasi dengan bahan yang dapat menyebabkan
bahan meledak, SOP cara penyimpanan dan penggunaan bahan
yang mudah meledak dan penyediaan alat pemadam kebakaran.
b. Pemeriksaan baik buruknya APAR setiap bulan, mencakup: pin,
segel, label, handle, mjulut dan selang pemancar serta pressure
indicator.
c. Pemeriksaan dan pembersihan man hole secara rutin.
3. Tersengat Listrik
Tersengat listrik merupakan salah satu potensi bahaya yang ada di PT.
Kaliraya Sari. Area yang memiliki potensi tersengat listrik misalnya di
area workshop, jetty dan platform seperi: proses pengelasan, pemotongan
dan penggerindaan. Usaha yang telah dilakukan antara lain pengecekan
dan penggantian kabel yang rusak, pemeliharaan secara rutin dan
pemasangan cover acrylic pada panel listrik serta danger tag dan
penggunaan glove apabila kontak dengan listrik.
4. Jatuh Dari Ketinggian
Potensi bahaya jatuh dari ketinggian di area konstruksi platform pada
pekerja yang sedang mengecat, mengelas di atas ketinggian karena di area
platform merupakan konstruksi bangunan terbuat dari besi dan baja yang
bertingkat-tingkat dilengkapi dengan scaffolding.
PT. Kaliraya Sari melakukan upaya penanggulangan potensi bahaya
jatuh dari ketinggian dengan cara: pemasangan scaffolding sesuai dengan
standar dan pemakaian full body hardness pada semua pekerja yang
bekerja di ketinggian.
5. Terpeleset
Area yang memiliki bahaya terpeleset yaitu di area jetty, platform, dan
kamar mandi karena terdapat oli dan air yan
6. Tertabrak
PT. Kaliraya Sari banyak menggunakan alat angkat seperti forklift,
wheelloader, crane, over head crane, truk, mobil, sehingga bahaya
tertabrak oleh alat angkat ini dapat terjadi pada semua area yang dilalui
oleh alat angkut tersebut. Penanggulangannya untuk saat ini dengan
mewajibkan operator mengikuti pelatihan sehingga SIO (Surat Ijin
Operator) dari Depnaker dan pemberian prosedur kerja. Pada proses
delivery supir truk pengangkutan barang harus mempunyai SIM (Surat Ijin
Mengemudi) dan melarang kenek truk yang belum mempunyai SIM
menggantikan posisi untuk mengemudikan truk.

C. Faktor-Faktor Bahaya
1. Penerangan
Pengukuran penerangan dengan alat pengukur intensitas cahaya belum
dilakukan. Berdasarkan pengamatan penerangan di PT. Kaliraya Sari:
a. Untuk tempat kerja yang berada di yard menggunakan penerangan
alami yaitu langsung berasal dari sinar matahari. Menurut
pengamatan sudah cukup memadai untuk melakukan pekerjaan
pada siang hari.
b. Sedangkan pekerjaan yang dilakukan pada malam hari atau
lembur, membutuhkan penerangan buatan yang didapat dari yard
lighting system, dipasang di setiap area sesuai dengan
kebutuhannya.
c. Untuk perkantoran menggunakan penerangan buatan dengan
menggunakan lampu neon. Menurut pengamatan penerangan di
kantor sudah cukup memadai dan tidak memerlukan penerangan
tambahan, karena pekerjaan di area kantor tidak membutuhkan
ketelitian yang tinggi dengan intensitas 300 Lux.
2. Debu
Area perkantoran PT. Kaliraya Sari hanya terkena sedikit debu, karena
hampir seluruh ruangan menggunakan AC. Sedangkan di yard banyak
terkena debu misalnya debu yang berasal dari tanah, bahan-bahan kimia
dan sisa pasir sandblasting serta debu dari hasil penggerindaan.
Langkah pencegaan yang dilakukan oleh PT. Kaliraya Sari adalah
menyediakan APD berupa masker sesuai dengan jenis debu untuk
meminimalisir masuknya debu ke dalam saluran pernafasan yang dapat
mengakibatkan penyakit akibat kerja.
3. Kebisingan
Pengukuran kebisingan di PT. Kaliraya Sari telah dilakukan oleh
Enviromental Engineering setiap satu bulan sekali. Pengukuran hanya
dilakukan di area proyek yang berasal dari mesin gerinda, mesin las,
mesin kompresor, maupun mesin peralatan motor lainnya seperti crane
angkat. Sementara itu kebisingan di area kantor tidak dilakukan
pengukuran karena kebisingan bersifat sementara. Kebisingan tersebut
berasal dari suara dispenser, suara orang, suara radio dan peralatan lainnya
yang diperkirakan kebisingannya di bawah 85 dB sehingga tidak
berdampak negative ke indra pekerja.

4. Radiasi Sinar Ultraviolet


Radiasi sinar ultraviolet yang berasal dari matahari dapat merusak kulit.
Pekerjaan di luar ruangan sangat rentan terhadap bahaya paparan sinar
UV, adapun pekerjaan yang dilakukan di luar ruangan adalah welding,
perakitan scaffolding, painting, dan sandblasting. Untuk melindungi
pekerja dari sinar UV, yaitu pekerja menggunakan pakaian lengan
panjang, safety helmet, kacamata, glove dan pemberian atap temporer pada
tempat kerja.
5. Getaran
Getaran mekanis di PT. Kaliraya Sari, bersumber dari mesin-mesin
penggerindaan dan pengelasan. Getaran ini menitikberatkan pada sebagian
tubuh pekerja yaitu pada bagian tangan. Paparan getaran tersebut belum
pernah diukur sebelumnya. Efek getaran mekanis tersebut akan
mengakibatkan gangguan persyaratan pada tangan pekerja.
Usaha yang dilakukan PT. Kaliraya Sari untuk meminimalkan dan
meredam getaran berlebih pada mesin-mesin dengan memberikan bantalan
peredam pada bagian bawah mesin yang berhubungan dan bersentuhan
langsung dengan lengan dan tangan, menggunakan glove serta selalu
melakukan pengecekan dan kaliberasi berat.
6. Iklim Kerja
Iklim kerja di PT. Kaliraya Sari bersumber dari proses pemotongan,
penggerindaan, pengelasan yang dilakukan di area workshop, jetty, dan
platform. Selain itu juga terdapat di unit compressor, unit control room
serta internal maupun eksternal.
Usaha yntuk mengendalikan lingkungan kerja yang panas perusahaan
menyediakan kipas angina di area workshop, AC pada ruang kantor dan
control room, serta untuk area terbuka di lapangan seperti pada proses
sandblasting pekerja diwajibkan memakai APD (helm, kacamata, glove,
pakaian pelindung, face shield, masker respiratori dan sepatu safety).

7. Radiasi X-Ray
Radiasi sinar X berasal dari aktifitas radiography test. Radiasi ini
menggunakan radio isotop yang ditembakkan melalui film yang akan
mengarah pada bagian material yang akan diuji. Radiasi X-Ray berasal
dari ruangan untuk mengecek kondisi pipa atau material menggunakan
metode NDT. Ditemukan keadaan yang kurang standar mengenai ruang
radiografi yaitu masih adanya celah pada bangunan yang dapat
mengakibatkan radiasi sinar X-Ray menyebar keluar ruangan. Usaha
penanggulangan yang dilakukan terhadap radiasi sinar X dengan
menggunakan APD dan memberikan tanda bahwa ada aktifitas radiografi.

D. Waste Management Plan


Manajemen Pengelolaan Limbah yang dilakukan pada yard area PT.
Kaliraya Sari merupakan bagian internal yang integral yang tertuang dalam
dokumen Waste Management Plan.
1. Jenis Limbah
Jenis limbah yang dihasilkan selama project berlangsung di area PT.
Kaliraya Sari sangat beragam. Defenisi dari limbah/sampah adalah
material yang sudah tidak digunakan lagi. Limbah yang dihasilkan dari
aktifitas di dalam yard terdiri dari limbah padat dan cair, serta dipisahkan
menurut kategori sebagai berikut:
a. Limbah/Sampah kategori mudah terbakar
- Kayu
- Kertas
b. Limbah/Sampah kategori tidak mudah terbakar
- Plastik
- Kabel
- Kaleng
- Besi
- Sisa potong/scrub
c. Limbah/Sampah kategori mudah didegradasi
- Limbah/Sampah bekas makanan yang dihasilkan dari
kantin atau koperasi
d. Limbah/Sampah kategori Bahan berbahaya dan Beracun (B3)
- Cat dan thinner, dikumpulkan di TPS untuk dikembalikan
kepada supplier.
- Aki bekas, dikumpulkan di TPS khusus untuk kemudian
dilelang kepada pihak ketiga.
- Oli bekas eks mesin dan kendaraan-kendaraan ditampung
sementara lalu dimanfaatkan sebagai pelumas alat-alat
berat bagian track gear seperti crane dan peralatan lainnya.
- Tinner atau Cartridge bekas, ditampung di TPS
dikumpulkan untuk kemudian dikirimkan kepada pihak
ketiga yang terkait.
- Limbah Medis hasil dari Klinik, dikumpulkan dan
disimpan dalam kemasan khusus kemudian dikirim ke
Rumah Sakit untuk dilakukan proses pembakaran
incenetor.
- Ban-ban bekas, dikumpulkan di TPS kemudian digunakan
kembali untuk bumper di jetty.
- Kaleng-kaleng eks magnetic penetrant test dikumpulkan di
TPS dan selanjutnya diserahkan kepada pihak
subkontraktor NDT yang tidak terlibat dalam proyek untuk
dikembalikan kepada manufaktur.
- Pasir garnet eks sandblasting digunakan untuk landfill.
2. Penanganan Limbah
Untuk mencegah terjadinya dampak terhadap lingkungan merasa perlu
untuk melakukan penanganan terhadap limbah yang telah dihasilkan,
antara lain:
a. Penanganan Sampah/Limbah, dan pemisahan seta penyimpanan
sampah/limbah. Mengacu pada dokumen Waste Management
Plan, sudah dilakukan inspeksi untuk seluruh tempat di dalam
yard yang kemungkinan menhasilkan/sumber sampah. Setelah itu
ditempatkan tempat-tempat sampah sesuai kode warna yang telah
ditentukan.
b. Melakukan pembuangan sampah dari Tempat Pembuangan
Sementara (TPS) didalam area yard menuju Tempat Pembuangan
Akhir (TPA), sebelumnya harus dilengkapi dengan dokumen
transportasi pembuangan sampah, yang berisi antara lain:
- Total jumlah limbah/sampah yang terhitung.
- Dokumen transportasi pembuangan sampah.

E. Pelayanan Kesehatan Kerja


1. Program Pelayanan Kesehatan Kerja
Di PT. Kaliraya Sari terdapat beberapa jenis pemeriksaan kesehatan
yang meliputi:
a. Pemeriksaan Kesehatan Awal (Medical Check Up)
Pemeriksaan kesehatan awal adalah pemeriksaan yang dilakukan
oleh dokter yang memiliki sertifikat ahli K3 dan paramedic di
klinik yang ditunjuk perusahaan untuk memeriksa karyawan yang
akan diterima untuk bekerja, dilakukan sebelum pekerja masuk
menjadi karyawan PT. Kaliraya Sari.
b. Pemeriksaan Kesehatan Berkala (Annual Medical Check Up) bagi
karyawan permanen.
Pemeriksaan kesehatan berkala adalah pemeriksaan kesehatan
yang dilakukan oleh dokter pada waktu tertentu. Pemeriksaan
tersebut bertujuan agar tenaga kerja yang diterima berada dalam
kondisi kesehatan yang optimal, tidak memiliki penyakit menular
yang berpotensi dapat menular kepada tenaga kerja lainnya, dan
sesuai untuk pekerjaan yang akan dilakukannya sehingga
keselamatan dan kesehatan tenaga kerja yang bersangkutan dan
tenaga kerja lainnya terjamin.
BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil observasi dan pembahasan yang diperoleh penulis
mengenai implementasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja di PT. Kaliraya
Sari, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Potensi Bahaya dan Faktor Bahaya
a. Potensi bahaya yang ada, antara lain: bahaya kebakaran, bahaya listrik,
jatuh dari ketinggian, terpeleset dan tertabrak. Usaha pencegahan dan
pengendalian terhadap potensi bahaya tersebut telah sesuai dengan
peraturan dan standar yang berlaku.
b. Faktor bahaya yang ada, meliputi:
1. Faktor-faktor yang bersifat fisik yaitu: penerangan, kebisingan,
radiasi sinar matahari, sinar UV, dan getaran mekanis.
a) Belum dilakukan pengukuran yang pasti terhadap intensitas
penerangan, getaran mekanis, dan radiasi sinar UV.
b) Intensitas kebisingan di workshop dan jetty. Tetapi sudah
dilakukan pencegahan dan pengendalian.
2. Faktor-faktor yang bersifat kimia yaitu: debu, uap, dan gas. Belum
dilakukan pengukuran yang pasti terhadap kadar debu di area
yard.
a) Telah dilakukan usaha pencegahan dan pengendalian
potensi dan faktor bahaya yang ada dengan menerapkan
program IBPR, membuat SOP, membuat JRA dan
HIRADC serta alternative terakhir dengan menyediakan
Alat Pelindung Diri.

2. Manajemen Keselamatan Kesehatan Kerja dan Manajemen


Lingkungan
a. Sudah menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja yang terintegrasi dalam sistem manajemen perusahaan.
b. Mengadakan program-program pelatihan guna meningkatkan
kepedulian pekerja terhadap Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
c. Sudah melakukan sertifikasi ISO 9001.
DAFTAR PUSTAKA

 Indonesia. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 Tentang


Keselamatan Kerja.
 https://www.ekrut.com/media/k3-adalah
 PT. Kaliraya Sari. (2017). Document SOP Organization Chart and
Job Description for HSE Department. PT. Kaliraya Sari Yard 1. HSE
Department.
 PT. Kaliraya Sari. (2016). Document SOP Personnel Protective
Equipment. PT. Kaliraya Sari Yard 1. HSE Department.
 PT. Kaliraya Sari. (2019). Document SOP Hazard Identification and
Risk Assesment. PT. Kaliraya Sari Yard 1. HSE Department.
 PT. Kaliraya Sari. (2018). Document Waste Management Plan. PT.
Kaliraya Sari Yard 1. HSE Department.

Anda mungkin juga menyukai