Anda di halaman 1dari 13

K3 KONTRUKSI

BANGUNAN
Kelompok 4
Ayu permata sari
Salsa Nabila
M agung setiawan
Qori nur annisa
Rahmat kurnia ahyan
Pengertian K3 Kontruksi Bangunan

 K3 adalah suatu upaya yang bertujuan untuk meningkatkan dan memelihara


derajat kesehatan fisik,mental dan sosial yang setinggi tingginya untuk
pekerja di semua jenis pekerjaan. Selain itu, juga merupakan upaya
pencegahan terhadap gangguan kesehatan pekerja yang disebabkan oleh
pekerjaan. K3 dapat juga diartikan sebagai perlindungan bagi pekerja dalam
pekerjaannya dari resiko akibat faktor yang merugikan kesehatan.
 Konstruksi dapat diartikan sebagai gabungan dari elemen struktur dan elemen
nonstruktur. Dengan kata lain, konstruksi bangunan adalah objek bangunan secara
keseluruhan yang terbentuk atas kesatuan struktur-struktur. Contoh konstruksi antara
lain rumah, gedung, jembatan, dan jalan raya.

 K3 Konstruksi Bangunan bisa didefinisikan pula sebagai serangaian kegiatan


pengawasaan dan semua aktifitas pembangunan sarana dan prasarana sehingga dapat
digunakan untuk tujuan tertentu yang dilakukan oleh pengawas ketenagakerjaan atas
pemenuhan pelaksanaan peraturan perundangan undangan terhadap obyek/proyek
pengawasan K3 Kontruksi Bangunan ditempat Kerja.
Dasar Hukum K3 Kontruksi Bangunan
Sebagai dasar hukum dari K3 Konstruksi bangunan adalah :
1. Undang-undang No. 1Tahun 1970 tentang keselamatan kerja
2. Undang-undang No. 13/2003 tentang ketenagakerjaan
3. Undang-undang No. 18/1999 tentang jasa kontruksi
4. Peraturan No. 01/Men/1980 tentang K3 Kontruksi
5. Instruksi Menaker No. 01/1992 tentang pemeriksaan, keberadaan unit organisasi K3.
6. SKB Menaker dan Men PU ke-174/1986 dan No. 104/KPTS/1986 tentang K3
Pada tempat kegiatan konstruksi beserta pedoman pelaksanaan K3 pada tempat kegiatan konstruksi.
7. Surat edaran Dirjen Binawas No. 13/BW/1998 tentang akte pengawasan proyek konstruksi bangunan.
8. Surat Dirjen Binawas No. 147/BW/KK/IV/1997 tentang wajib lapor pekerjaan proyek konstruksi.
PERAN P2K3
Peran P2K3 dalam Kontruksi Bangunan. Safety Committee (Panitia Pembina
Keselamatan dan Kesehatan Kerja). P2K3 merupakan salah satu penyangga
keberhasilan K3 dalam proyek konstruksi serta merupakan saluran untuk membina
keterlibatan dan kepedulian semua terhadap K3. Kontraktor harus membentuk
P2K3 yang beranggotakan wakil dari masing-masing fungsi yang ada dalam
kegiatan kerja P2K3 membahas permasalahan K3 dalam kegiatan proyek konstruksi
serta memberikan masukan dan pertimbangan kepada manajemen untuk
meningkatkan K3.
Jenis-Jenis Bahaya Pada Kegiatan Konstruksi

• Physical Hazards
Atau faktor kimia yang berupa kekeringan, suhu, cahaya, getaran radiasi.
• Chemical Hazards
Atau faktor kimia yang dapat berupa bentuk padat, cair dan gas.
• Electrical Hazards
Atau bahaya sengatan listrik, kebakaran karena listrik karena banyaknya instalasi listrik yang bersifat sementara dan
kadang-kadang tidak terkendali.
• Mechanical Hazards
Atau bahaya kecelakaan yang diakibatkan oleh peralatan kerja tangan, mesin / pesawat sampai kepada alat berat.
• Physiological Hazards
Atau organisasi yaitu cara kerja atau alat kerja yang tidak tepat, sehingga dapat menyebabkan kecelakaan.
• Physiological Hazards
Atau yang berkaitan dengan aspek kerja, pekerjaan yang monoton yang membuat kejenuhan, lokasi tempat kerja
yang sangat terpencil sehingga membuat kebosanan dll.
• Biological Hazards
Yang disebabkan oleh serangga, bakteri, virus, parasit, dll.
Strategi Penerapan K3 Pada Proyek Konstruksi

Penerapan K3 pada kegiatan konstruksi dapat di lakukan dengan urutan


sebagai berikut :

 Identification
 Evaluation
 Develops the plan
 Implementasi
 Monitoring
Risiko Kecelakaan Kerja Pada Proyek Konstruksi

Jasa konstruksi merupakan salah satu sektor yang memiliki risiko kecelakaan kerja yang
cukup tinggi. Berbagai penyebab utama kecelakaan kerja pada proyek konstruksi adalah
hal-hal yang berhubungan dengan karakteristik proyek konstruksi yang bersifat unik, lokasi
kerja yang berbeda-beda, terbuka dan dipengaruhi cuaca, waktu pelaksanaan yang terbatas,
dinamis dan menuntut ketahanan fisik yang tinggi, serta banyak menggunakan tenaga kerja
yang tidak terlatih.
Pengendalian Risiko
Pengendalian risiko merupakan bagian dari manajemen risiko dan dilakukan berdasarkan penilaian risiko terhadap
masing-masing item pekerjaan. Dengan mempertimbangkan peralatan yang digunakan, jumlah orang yang terlibat pada
masing-masing item pekerjaan, akan dapat diprediksi peluang kejadian dan tingkat keparahan dari risiko kecelakaan.
Menurut hirarki cara berpikir dalam melakukan pengendalian risiko adalah dengan memperhatikan besaran nilai risiko/
tahapan pengendalian risiko,seperti berikut:

• Mengeliminasi /menghilangkan sumber bahaya terhadap kegiatan yang mempunyai tingkat risiko yang paling
tinggi/besar.
• Melakukan substitusi /mengganti dengan bahan atau proses yang lebih aman.
• Engineering: Melakukan perubahan terhadap desain alat /proses /layout
• Administrasi: Pengendalian risiko melalui penyusunan peraturan /standar untuk mengajak melakukan cara kerja yang
aman (menyangkut tentang prosedur kerja, ijin kerja, instruksi kerja, papan peringatan/larangan,
pengawasan/inspeksi,dsb).
• Penggunaan alat pelindung diri (APD).
APD atau alat perlindungan diri adalah komponen alat yang mampu memberi perlindungan ekstra pada seseorang
dari risiko menjadi korban kecelakaan kerja. Dengan kata lain, APD merupakan perlengkapan wajib yang harus
digunakan saat bekerja.
Berikut ini alat alat pelindung diri yang sering digunakan dalam proyek:

• Helm Pengaman (Safety Helmet)


• Penutup Telinga (Ear Muffs)
• Penyumbat Telinga (Ear Plug)
• Kacamata Pengaman (Safety Glasses)
• Respirator
• Pelindung Wajah (Face Shield)
• Tali Pengaman (Safety Harness)
• Sabuk Pengaman (Safety Belt)
• Sarung Tangan (Gloves)
• Sepatu Karet (Sepatu boots)
• Sepatu Pengaman (Safety Shoes)
• Jas Hujan (Raincoat)
• Pelampung
• Rompi Safety
• Coverall atau Wearpack
• Masker
Kesimpulan

Simpulan yang dapat kami ambil dalam K3 Kontruksi Bangunan yaitu Perkembangan dalam sektor
konstruksi banyak menggunakan peralatan, pesawat, mesin, bahan berbahaya cenderung mengundang
sumber bahaya potensial yang sangat tinggi.
Pengendalian ini dapat dilakukan dengan meningkatkan upaya keselamatan dan kesehatan kerja yang
mencakup antara lain upaya untuk mencegah dan mengendalikan kecelakaan kerja, kebakaran,
peledakan dan penyakit akibat kerja di tempat kerja konstruksi bangunan.

Dalam kondisi yang demikian perlu tenaga kerja yang lebih terampil dan profesional di dalam
pengoperasiannya, sehingga risiko bahaya dapat lebih ditekan. Peranan K3 akan sangat penting dan
strategis guna mengantisipasi masalah tersebut diatas.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai