Nim : 40030519650064
Kelas : G1
Matakuliah : K3
Dosen : Drs. Puji Widodo, M.T.,
2. Faktor - faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja di industri konstruksi?
Jawab :
Faktor Teknis
a. Kondisi Peralatan. Mesin dan perlatan yang berpotensi menyebabkan kecelakaan kerja harus
diberi pelindung agar tidak membahayakan operator atau manusia.
b. Bahan-bahan dan peralatan yang bergerak. Pemindahan barang-barang yang berat atau yang
berbahaya (mudah meledak, pelumas, dan lainnya) dari satu tempat ke tempat yang lain sangat
memungkinkan terjadi kecelakaan kerja.
c. Tempat Kerja. Harus memenuhi syarat-syarat keselamatan kerja, seperti ukuran ruangan tempat
kerja, penerangan, ventilasi udara, suhu tempat kerja, lantai, dan kebersihan ruangan, kelistrikkan,
ruang, pewarnaan, gudang, dsb.
d. Tools (Alat). Alat-alat yang sudah tua kemungkinan rusak itu ada. Apabila alat itu sudah rusak,
tentu saja dapat mengakibatkan kecelakaan.Melakukan peremajaan pada alat-alat yang sudah tua
dan melakukan kualitas kontrol pada alat-alat yang ada di tempat kerja.
e. Transportasi. Kecelakaan kerja yang diakibatkan dari penggunaan alat transportasi juga cukup
banyak. Dari penggunaan alat yang tidak tepat (asal- asalan), beban yang berlebihan (overloading),
jalan yang tidak baik (turunan, gelombang, licin, sempit), kecepatan kendaraan yang berlebihan,
penempatan beban yang tidak baik, semuanya bisa berpotensi untuk terjadinya kecelakaan kerja
Faktor Non-Teknis
1. Komunikasi
4. Latihan
Faktor Alam
a. Banjir
b. Gempa bumi
c. Tornado/Puting Beliung
4. Pilihlah salah satu jenis pekerjaan yang spesifik dan berikan identifikasi kecelakaan kerja dan
pengendalihan resikonya!
Jawab :
K3 PEKERJAAN BETON
IDENTIFIKASI KECELAKAAN KERJA
Tersengat listrik
Jatuh
Tertusuk besi, paku
Kejatuhan benda
Hubungan pendek listrik,
Iritasi kulit
Bunga api Pek las,
PENGENDALIAN RESIKO
Gunakan helmet, safety shoes
Pagar pelindung, safety net/deck, harness
Sarung tangan, sepatu, helmet, baju rapat Tutup/lindungi ujung besi, singkirkan paku Kabel harus
terisolasi rapat
Gunakan tabir pelindung
Instalasi harus memenuhi syarat/standard
5. Jelaskan beberapa program K3L di industri konstruksi yang saudara ketahui ! Jawab :
1) Safety Inspection
Safety inspection merupakan program penting dalam phase konstruksi untuk meyakinkan bahwa
tidak ada “unsafe act” maupun “unsafe condition” di lingkungan kegiatan proyek. Inspeksi harus
dilakukan secara berkala dan dapat dilakukan oleh petugas K3 atau dibentuk joint inspection semua
unsur dan sub kontraktor.
2) Administrasi dan Prosedur
Menetapkan sistem organisasi pengelolaan K3 dalam proyek serta menetapkan personil dan
petugas yang menangani K3 dalam proyek. Menetapkan prosedur dan system kerja K3 selama
proyek berlangsung termasuk tugas dan wewenang semua yang terkait.
3) Sistem Izin Kerja
Untuk mencegah kecelakaan dan berbagai kegiatan berbahaya, perlu dikembangkan izin kerja.
Semua pekrjaan berbahaya hanya boleh dimulai jika telah memiliki izin kerja yang dikeluarkan
oleh fungsi berwenang (pengawas proyek atau ahli K3). Izin kerja memuat cara melakukan
pekerjaan, safet precaution, dan peralatan keselamatan yang diperlukan.
4) Equipment Inspection
Semua peralatan (mekanis, proyek tools, alat berat, dsb) harus diperiksa oleh ahlinya sebelum
diizinkan digunakan dalam proyek. Semua peralatan yang sudah diperlukan diberi sertifikat
penggunaan dilengkapi dengan label. Pemeriksaan harus dilakukan secara berkala.
5) Identifikasi Bahaya
Sebelum memulai suatu pekerjaan, harus dilakukan identifikasi bahaya, guna mengetahui potensi
bahaya dalam setiap pekerjaan. Identifikasi bahaya dilakukan bersamaan dengan pengadaan
pekerjaan dan safety departemen atau P2K3. Identifikasi bahaya menggunakan teknik yang sudah
baru seperti check list, what if, hazard dansebagainya.
Semua hasil identifikasi bahaya harus didokumentasikan dengan baik dan dijadikan pedoman
dalam melakukan setiap kegiatan. Identifikasi bahaya harus dilakukan pada setiap kegiatan
pekerjaan konstruksi yang meliputi:
Tahap perencanaan (Design Phase)
Pengadaan/ Pelelangan (Procurement)
Konstruksi
Pengujian dalam rangka serah terima (Commisioning dan start up)
Penyerahan kepada pemilik
Masa pemeliharaan/perawatan bangunan
6) Keselamatan Kontraktor (Contractor Safety)
Untuk mencegah terjadinya kecelakaan yang meminta kontraktor maupun sub kontraktor harus
memenuhi standar keselamatan yang telah ditetapkan dan setiap sub kontraktor harus memiliki
petugas K3. Pelatihan K3 harus diberikan secara berkala kepada karyawan sub kontraktor.
7) Project Safety Review
Sesuai dengan perkembangan proyek, dilakukan kajian K3 yang mencakup kehandalan K3 dalam
rancangan da pelaksanaan pembangunannya. Kajian K3 dilaksanakan untuk meyakinkan bahwa
proyek dibangun dengan standar keselamatan yang baik sesuai dengan persyaratan. Bila diperlukan
kontraktor harus melakukanproject safety reviewuntuk setiap tahapan kegiatan kerja, terutama bagi
kontraktor EPC (Engineering, Procurement, Contruction). Projet safety review bertujuan untuk
mengevaluasi potensi bahaya dalam setiap tahapan project secara sistematis.
Harus disusun pedoman K3 untuk setiap pekerjaan berbahaya di lingkungan proyek, misalnya:
Pekerjaanpengelasan
Pemasanganperancah/scaffolding
Bekerjadiketinggian
Penggunaanbahankimiaberbahaya
Bekerjadiruangterbatas(confinedspaces) Bekerjadiperalatanmekanik
Dansebagainya.
13) Keselamatan Transportasi
Kegiatan proyek melibatkan aktivitas transportasi yang tinggi, sehingga diperlukan pembinaan
dan pengawasan transportasi baik diluar maupun di dalam lokasi proyek. Semua kendaraan
angkutan proyek harus memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan.
14) Pengelolaan Lingkungan
Selama proyek berlangsung harus dilakukan pengelolaan lingkungan dengan baik, mengacu
kepada dokumen AMDAL/UKL dan UPL. Selama proyek berlangsung dampak negatif yang
diakibatkan oleh kegiatan proyek harus ditekan seminimal mungkin untuk menghindarkan
kerusakan terhadap lingkungan.
15) Pengelolaan Limbah dan K3
Kegiatan proyek dapat menimbulkan limbah yang kemungkinan dalam jumlah yang lebih besar
dalam berbagai bentuk. Limbah yang dihasilkan harus dikelola dengan baik sesuai dengan jenisnya
pada waktu-waktu tertentu. Limbah harus dikeluarkan dari proyek dibuang ke tempat yang sudah
ditentukan.
16) Keadaan Darurat
Apapun dapat terjadi selama proyek berlangsung, misalnya: kebakaran, kecelakaan, peledakan dan
sebagainya. Oleh karena itu perlu diperoleh keadaan darurat dan direalisasikan serta dilakukan
pelatihan/simulasi yang diikuti oleh semua karyawan proyek.
17) Accident Investigation and Reporting System
Semua kegiatan kecelakaan selama proyek berlangsung harus diselidiki oleh petugas yang telah
terlatih dengan tujuan untuk mencari penyebab utama agar kejadian/kecelakaan serupa tidak
terulang kembali. semua kejadian kecelakaan harus dicatat serta dibuat sesuai statistik kecelakaan
yang nantinya dapat digunakan sebagai bahan rapat dan pertemuan rutin P2K3.
18) Audit K3
Proyek konstruksi secara berkala harus diaudit disesuaikan dengan jangka waktu kegiatan proyek.
Audit K3 berfungsi untuk mengetahui kelemahan dan kelebihan pelaksanaan K3 dalam proyek
sebagai masukan pelaksanaan proyek berikutnya.Hasil audit juga dapat sebagai masukan dalam
memberikan penghargaan K3.
6. Jelaskan bahaya pekerjaan perancah begesting dan pembesian serta pengedalaian resikonya.
Jawab :
PERANCAH BEGESTING
PENGENDALIAN RESIKO
1. Struktur harus diperkuat
2. Rangka bekisting memadai
3. Diberi pagar, pakai harnes
4. Diberi jaring pengaman
5.Instalasi harus standar
BAHAYA Peracah ambruk
Bekisting jebol
Jatuh dari platform Terbentur benda jatuh Tersengat listrik
6. Lengkapi jalan akses
7. Ujung besi tutup dg papan
8. Gunakan sarung tangan
9. Gunakan safety shoes
10. Pakai helmet standar
PEMBESIAN
Terperosok/terpeleset Tertusuk ujung besi Terpotong, tergores Kaki tertimpa beda Kepala terbentur
BAHAYA Ujung besi mencuat
Terjatuh, tertusuk Tergencet, Terpeleset
Anyaman besi roboh
PENGENDALIAN RESIKO
1. Tutup ujung besi
2. Beri papan jalan akses
3. Gunakan APD yang sesuai
4. Pasang instalasi listrik dengan benar
5. Beri topangan/stud/steger