DOKUMEN PEMILIHAN
Nomor: 01/Dokpil/Pokja62B/III/2023
Tanggal: 31 Maret 2023
DAFTAR ISI
Perencanaan
Dalam perencanaan ini secara lebih rinci menjadi beberapa hal:
1. Perencanaan identifikasi bahaya, penilaian dan pengendalian resiko dari kegiatan,
produk barang dan jasa.
2. Pemenuhan akan peraturan perundangan dan persyaratan lainnya kemudian
memberlakukan kepada seluruh pekerja
3. Menetapkan sasaran dan tujuan dari kebijakan K3 yang harus dapat diukur,
menggunakan satuan/indicator pengukuran, sasaran pencapaian dan jangka waktu
pencapaian.
4. Menggunakan indikator kinerja sebagai penilaian kinerja K3 sekaligus menjadi
informasi keberhasilan pencapaian SMK3
5. Menetapkan sistem pertanggungjawaban dan saran untuk pencapaian kebijakan K3
6. Keberhasilan penerapan dan pelaksanaan SMK3 memerlukan suatu proses
perencanaan yang efektif dengan hasil keluaran (output) yang terdefinisi dengan
baik serta dapat diukur.
Penerapan
Menerapkan kebijakan K3 secara efektif dengan mengembangkan kemampuan dan
mekanisme pendukung yang diperlukan untuk mencapai kebijakan, tujuan dan sasaran
K3. Suatu tempat kerja dalam menerapkan kebijakan K3 harus dapat mengitegrasikan
Sistem Manajemen Perusahaan yang sudah ada. Yang perlu diperhatikan oleh
perusahaan pada tahap ini adalah :
1. Jaminan Kemampuan
a. Sumber daya manusia, fisik dan financial.
b. Integrasi
c. Tanggung jawab dan tanggung gugat.
d. Konsultasi, Motivasi dan Kesadaran
e. Pelatihan dan Keterampilan
2. Dukungan Tindakan
a. Komunikasi
b. Pelaporan
c. Dokumentasi
d. Pengendalian Dokumen
e. Pencatatan Manajemen Operasi
3. Identifikasi Sumber Bahaya dan Pengendalian Resiko
a. Identifikasi Sumber Bahaya
b. Penilaian Resiko
c. Tindakan Pengendalian
d. Perencanaan dan Rekayasa
e. Pengendalian Administratif
f. Tinjauan Ulang Kontrak
g. Pembelian
h. Prosedur Tanggap Darurat atau Bencana
i. Prosedur Menghadapi Insiden
j. Prosedur Rencana Pemulihan
4. Pengukuran dan Evaluasi
a. Inspeksi dan pengujian
b. Audit SMK3
c. Tindakan perbaikan dan pencegahan
5. Tinjauan Oleh Pihak Manajemen
a. Evaluasi terhadap penerapan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja.
b. Tujuan, sasaran dan kinerja keselamatan dan kesehatan kerja.
c. Hasil temuan audit Sistem Manajemen K3.
d. Evaluasi efektifitas penerapan Sistem Manajemen K3 dan kebutuhan untuk
mengubah Sistem Manajemen K3 sesuai dengan:
Perubahan peraturan perundangan.
Tuntutan dari pihak yang terkait dan pasar.
Perubahan produk dan kegiatan perubahan.
Perubahan struktur organisasi perusahaan.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi termasuk epidemologi.
Pengalaman yang didapat dari insiden keselamatan dan kesehatan
kerja.
Pelaporan.
Umpan balik khususnya dari tenaga kerja.
CV. DEWI BARAJA merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang Konstruksi
mempunyai komitmen untuk melaksanakan semua aktivitas dalam proyeknya dengan
aman, tidak membahayakan orang/pekerja dan tidak merusak lingkungan.
Untuk dapat memenuhi hal tersebut maka kami berkomitmen :
a) Membangun manajmen perusahaan yang mengacu pada system manajmen
keselamatn dan kesehatan kerja berpedoman pada Permen PU. NOMOR
21/PRT/M/2019 tentang Pedoman Sistem Manajmen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (SMK3 ) Konstruksi Bidang PU.
b) Menetapkan tujuan , merencanakan , melaksanakan dan mengevaluasi sasaran dan
program manajemen program k3 ( Kesehatan & Keselamatan Kerja ) secara berkala
agar selaras baik dengan kondisi perusahaan , peraturan atau standar yang
berlaku.
c) Melaksanakan identifikasi bahaya sesuai dengan sifat dan skala resiko k3 dalam
semua kegiatan / pekerjaan yang akan dilaksanakan.
d) Menyediakan sumber daya yang mengimplementasikan sistem manajmen K3.
e) Menyediakan kerangka kerja untuk menetapkan dan meninjau sasaran – sasaran
K3.
f) Melaksanakan program Lindungan Lingkungan terhadap kegiatan disemua
area lokasi kerja.
g) Melakukan peninjauan aspek K3 Secara Teratur agar tetap relevan.
h) Menargetkan Zero fatal Accident.
i) Mengelola dan menangani semua material sesuai SOP dan SNI agar tidak
menimbulkan potensi bahaya.
j) Memberi pelatihan dan sosialisasi yang sesuai dan memadai agar tenaga kerja
dapat bekerja secara aman , nyaman dan selamat.
k) Melaksanakan pembangunan sesuai dengan rencana dan waktu yang telah
ditentukan tanpa mengesampingkan aspek Keselamatan.
l) Mengkomunikasikan dan menanamkan kesadaran akan kebijakan ini pada
semua personil.
Komitmen di atas akan menjadi landasan dan acuan yang diterapkan dalam melaksanakan
Aspek K3 manajemen CV. DEWI BARAJA dalam melaksanakan pekerjaan.
Jabatan : Direktur
ABD. ROSID
Direktur
Sasaran K3
Tidak ada kecelakaan kerja yang berdampak terjadi korban jiwa (Zero Fatal
Accident)
Tingkat penerapan elemen SMK3 minimal 80%
Semua pekerjaan wajib memakai APD yang sesuai bahaya dan resiko
pekerjaanya masinng-masing
5R (Ringkas,Rajin,Rapi,Resik dan Rawat)
Program K3
Membersihkan tempat kerja setelah selesai melakukan pekerjaan
Menjaga kebersihan jalan kerja, papan kerja, tangga dari peralatan atau material
yang
Membersihkan segera tumpahan oli, minyak, dan lain-lain
Membuang sampah pada tempatnya
Buang air besar/kecil pada tempaynya
Menyingkirkan logam potongan paku atau paku yang tidak terpasang
Menekuk ujung-ujung paku yang runcing pada potongan kayu
Peralatan ataupun material sisa dikembalikan pada tempatnya
Memasang poster 5R
Memasang rambu/ himbauan untuk menjaga kebersihan
Memberikan brieffing kepada pekerja
Mengadakan inspeksi bersama
2. PERATURAN PEMERINTAH
Peraturan Pemerintah Nomor 50 tahun 2012 tentang Penerapan SMK3
Dalam peraturan ini terdapat beberapa hal yang digunakan diantaranya :
a. Dasar Hukum yang digunakan
UU No. 13 th 2003 ttg Ketenagakerjaan
UU No. 1 th 1970 ttg Keselamatan Kerja
b. Tujuan penerapan SMK3
Meningkatkan efektivitas perlindungan K3 yg terencana, terukur dan
teintegrasi;
Mencegah dan mengurangi kec.kerja dan PAK dgn melibatkan unsur
manajemen, pekerja/ buruh, dan/atau SP/SB;
Menciptakan tempat kerja yg aman, nyaman dan efisien utk mendorong
produktivitas
Peraturan Pemerintah RI No. 11 Tahun 1975 Tentang Keselamatan Kerja Terhadap Radiasi
Dalam peraturan ini diatur nilai ambang batas yang diizinkan. Selanjutnya ketentuan nilai
ambang batas yang diizinkan, diatur lebih lanjut oleh instansi yang berwenang.
Pengaturan mengenai petugas dan ahli proteksi radiasi, pemeriksaan kesehatan calon
pekerja dan pekerja radiasi, kartu kesehatan, pertukaran tugas pekerjaan, ketentuan-
ketentuan kerja dengan zat radioaktif dan atau sumber radiasi lainnya, pembagian daerah
kerja dan pengelolaan limbah radioaktif, kecelakaan dan ketentuan pidana. Rangkuman
isi peraturan sebagai berikut :
1. Instalasi atom harus mempunyai petugas dan ahli proteksi radiasi dimana
petugas proteksi mempunyai tugas menyusun pedoman dan instruksi kerja,
sedangkan ahli proteksi mempunyai tugas mengawasi ditaatinya peraturan
keselamatan kerja terhadap radiasi.
2. Pemeriksaan kesehatan yang dilakukan pada pekerja radiasi adalah:
calon pekerja radiasi
berkala setiap satu tahun
pekerja radiasi yang akan putus hubungan kerja.
3. Pekerja radiasi wajib mempunyai kartu kesehatan dan petugas proteksi radiasi
wajib mencatat dalam kartu khusus banyaknya dosis pajanan radiasi yang diterima
masing-masing pekerja.
4. Apabila pekerja menerima dosis radiasi melebihi nilai ambang batas yang
diizinkan, maka pekerja tersebut harus dipindahkan tempat kerjanya ketempat
lain yang tidak terpajan radiasi.
5. Perlu adanya pembagian daerah kerja sesuai dengan tingkat bahaya radiasi dan
pengelolaan limbah radioaktif.
6. Perlu ada tindakan dan pengamanan untuk keadan darurat apabila terjadi
kecelakaan radiasi.
7. Pelanggaran ketentuan ini diancam pidana denda Rp. 100.000,- (seratus ribu
rupiah)
Peraturan Pemerintah No. 12 Tahun 1975 Tentang Izin pemakaian Zat Radioaktif
atau sumber Radiasi lainnya Dalam peraturan ini diatur tentang pemakaian zat
radioaktif dan atau sumber radiasi lainnya, syarat dan cara memperoleh izin,
kewajiban dan tanggung jawab pemegang izin serta pemeriksaan dan ketentuan
pidana.
3. KEPUTUSAN PRESIDEN
Keputusan Presiden RI No. 22 Tahun1993 Tentang Penyakit Yang Timbul karena
Hubungan Kerja. Dalam peraturan ini diatur hak pekerja kalau menderita penyakit
yang timbul karena hubungan kerja, pekerja tersebut mempunyai hak untuk mendapat
jaminan kecelakaan kerja baik pada saat masih dalam hubungan kerja maupun setelah
hubungan kerja berakhir (paling lama 3 tahun sejak hubungan kerja berakhir)
Pemeliharaan Alat Pemadam Api Ringan Setiap APAR harus diperiksa 2 (dua)
kali dalam setahun yaitu pemeriksaan dalam jangka 6 bulan dan pemeriksaan
dalam jangka 12 bulan, selain itu setiap tabung APAR perlu dilakukan percobaan
secara berkala dengan jangka waktu tidak melebihi 5 tahun guna melihat
kekuatan tabung.
Sejalan dengan hal tersebut maka dalam peraturan ini diatur mengenai penerima
(air terminal), penghantar turunan, pembumian, menara, bangunan yang
mempunyai antena, cerobong yang lebih tinggi dari 10 meter, pemeriksaan
pengujian, pengesahan. Oleh karena itu instalasi penyalur petir harus
direncanakan, dibuat, dipasang dan dipelihara sesuai dengan peraturan ini.
Gambar rencana instalasi penyalur petir harus mendapat pengesahan dan
sertifikat dari Menteri atau pejabat yang ditunjuknya.
d) Keputusan Dirjen PPM & PLP No. 00.06.64.44 tanggal 18 Februari 1993
tentang Persyaratan dan Petunjuk Teknis Tata Cara Penyehatan Lingkungan Rumah
Sakit Peraturan ini merupakan Petunjuk Teknis dari Permenkes No.986/1992
tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit. Dalam peraturan ini
dijelaskan tentang persyaratan Kesehatan Lingkungan ruang dan bangunan serta
fasilitas sanitasi Rumah Sakit, Persyaratan Kesehatan Konstruksi Ruangan di Rumah
Sakit, Kualifikasi Tenaga di Bidang Kesehatan Lingkungan yang bekerja di
rumah sakit dan petunjuk Teknis Tata cara Pelaksanaan Penyehatan Lingkungan
Rumah Sakit.
C. DUKUNGAN KESELAMATAN
Komunikasi
C.2. Kompetensi
Dalam UU Jasa Konstruksi No 18 Tahun 1999 pasal 1 antara lain menyebutkan bahwa
pelaksana konstruksi adalah penyedia jasa orang perorang atau badan usaha yang
dinyatakan ahli yang profesoinal dibidang pelaksanaan jasa konstruksi yang mampu
menyelenggarakan kegiatan untuk mewujudkan suatu hasil perencanaan menjadi
bentuk bangunan atau bentuk fisik yang lain. Mengingat tenaga kerja konstruksi atau yang
disebut dengan tukang merupakan bagian dari pelaksana konstruksi fisik, maka
kompetensi atau kemampuan yang dimaksud tidak lepas dari kemampuan atau
kompetensi dari para tukang. Hal tersebut juga sesuai dengan pasal 9 antara lain
disebutkan bahwa tenaga kerja yang melaksanakan pekerjaan keteknikan yang bekerja
pada pelaksana konstruksi harus memiliki sertifikat ketrampilan dan keahlian kerja.
Selanjutnya pada UU no.13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan pada pasal 1
menyebutkan bahwa Kompetensi kerja adalah kemampuan kerja setiap individu yang
mencakup aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap kerja yang sesuai dengan
standar yang ditetapkan.
PEMBAHASAN
I. Kompetensi Tenaga Kerja Konstruksi Secara Realistik
Kompetensi tenaga kerja konstruksi secara realistik dapat diukur atau
ditunjukan pada ketrampilannya di lapangan, misalnya dalam pekerjaan
pengecoran kolom beton, salah satunya adalah mereka harus mengerti tentang
Standard Operating Procedure (SOP), dan prosedurnya. Contoh untuk pekerjaan
beton beberapa SOP di lapangan yang dapat mempengaruhi kualitas dan
keselamatan kerja, mereka akan melakukan hal-hal antara lain :
a. Tidak menggunakan bahan yang tidak memenuhi standar.
b. Penambahan air pada campuran beton misalnya akan membuat kuat tekan
beton monoton.
c. Sambungan lewatan baja tulangan adalah sekitar 40 kali diameter tulangan
dan semua begel harus mempunyai kait yang memadai dengan jarak antara
begel maksimum sebesar tinggi elemen.
d. Beton harus dirawat setelah bekisting dibuka.
e. Mengetahui secara dini dan tidak menutup-nutupi potensi kegagalan konstruksi
yang akan terjadi. Beton yang keropos tidak langsung ditutup dengan plesteran
sebelum mengetahui seberapa dalam keroposnya.
f. Mengetahui risiko fatal dari kesalahan pengoperasian mesin
Dari uraian di atas nampak bahwa standar kompetensi diarahkan pada standar
nasional maupun internasioan. Selanjutnya guna terlaksananya tugas sertifikasi
kompetensi kerja, BNSP dapat memberikan lisensi kepada lembaga sertifikasi
profesi yang memenuhi persyaratan yang ditetapkan untuk melaksanakan
sertifikasi kompetensi kerja.
Salah satu aspek yang penting dalam liberalisasi di bidang jasa adalah
pergerakan orang (personal movement) dari suatu negara ke negara lain. Sebagai
contoh dalam liberalisasi di bidang jasa tenaga kerja asing dari berbagai bidang,
seperti bidang kesehatan, transportasi, jurnalistik dan lain-lain dapat bebas dan
masuk ke Indonesia dan menjalankan praktek usahanya. Oleh karena itu perlu
sekali adanya standardisasi dan sertifikasi profesi khususnya sertifikasi
kompetensi kerja dan standar kompetensi kerja nasional Indonesia, yang harus
mengacu pada standar kompetensi kerja nasional dan internasional.
C.3. Kepedulian
CV. DEWI BARAJA juga memiliki kebijakan K3 yang selalu dikomunikasikan kepada
seluruh komponen proyek, termasuk kepada subkontraktor, supplier dan tamu.
Kebijakan K3 ini memuat seluruh aspek K3 yang menjadi sasaran proyek. Hal itu dilakukan
karena perusahaan sadar K3 merupakan aset paling penting dalam pelaksanaan proyek
konstruksi.
Penerapan K3 yang baik adalah dengan membuat program-program yang logis, mudah,
dan reasonable untuk dilaksanakan secara konsisten. Dan yang terpenting adalah
memberikan informasi, pengertian, penyuluhan, dan training-training kepada seluruh
pekerja serta menerapkan sistem reward dan punishment. Media untuk menyampaikan
informasi ini sangat beragam, mulai dari Safety Induction, poster-poster, penyuluhan
dalam Tool Box Meeting (TBM) dan Safety Talk, statistik, Training dan Safety
Campaign.
Dalam Safety Campaign, selain memberikan training mengenai Safe Work Practice,
terkadang Safety Department juga memberikan informasi-informasi kecelakaan untuk
sedikit menakuti pekerja, seperti memutar film mengenai kecelakaan kerja, foto-foto
korban, dan sebagainya. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kepedulian pekerja
terhadap pentingnya keselamatan.
C.4. Komunikasi
Pengelolaan komunikasi adalah proses yang diperlukan agar mereka yang terlibat
dalam proyek, mislanya stake holder, memperoleh informasi yang diperlukan dan pada
waktu yang tepat. Ini dapat terdiri dari perumusan, pengumpulan, penyampaian,
penerimaan dan penyimpanan informasi proyek. Sistematika proses pengelolaan
komunikasi dapat dilihat pada gambar berikut:
Perencanaan Komunikasi
Perencanaan komunikasi meliputi penentuan jenis informasi dan komunikasi
yang diperlukan proyek, seperti kepada siapa, kapan waktunya, dan bagaimana
cara menyampaikannya. Output dari langkah ini adalah lembaran perencanaan
komunikasi.
Laporan
Proses ini berkaitan dengan pembuatan laporan kemajuan proyek serta sumber
daya yang telah digunakan untuk melakukan kegiatan sampai saat pelaporan.
Output dari langkah ini adalah laporan kemajuan atau kinerja proyek.
Penutupan Administrasi
Penutupan administrasi meliputi verifikasi dan dokumentasi laporan yang
penting guna mempersiapkan laporan penyelesaian proyek dan project
acceptance. Output dari langkah ini adalah dokumen laporan penutupan proyek
dan fonnal acceptance.
ABD. ROSID
Direktur