Anda di halaman 1dari 51

RENCANA KESELAMATAN KONSTRUKSI (RKK)

PEKERJAAN REHABILITASI DAN RENOVASI PRASARANA SEKOLAH


PROVINSI KEPULAUAN RIAU 1
TAHUN ANGGARAN 2022

PT. UTUSAN KARYA NUSANTARA


RENCANA KESELAMATAN KONSTRUKSI (RKK)

PT. UTUSAN KARYA


NUSANTARA

`
DAFTAR ISI

A. Kepemimpinan dan Partisipasi Pekerja dalam Keselamatan Konstruksi A.1.


Kepedulian pimpinan terhadap Isu eksternal dan Internal
A.2. Komitmen Keselamatan Konstruksi
B. Perencanaan Keselamatan Konstruksi
B.1. Indentifikasi bahaya, Penilaian risiko, Pengendalian dan
peluang.
B.2. Rencana tindakan (sasaran & program)
B.3. Standard dan peraturan perundangan
C. Dukungan Keselamatan Konstruksi
C.1. Sumber Daya
C.2.
Kompetensi
C.3.
Kepedulian
C.4.
Komunikasi
C.5. Informasi Terdokumentasi
D. Operasi Keselamatan Konstruksi
D.1. Perencanaan Operasi
D.2 Kesiapan dan Tanggapan Terhadap Kondisi Darurat
E. Evaluasi Kinerja Keselamatan Konstruksi
E.1. Pemantauan dan Evaluasi
E.2. Tinjauan Manajemen
E.3. Peningkatan Kinerja Keselamatan Konstruksi
A. Kepemimpinan dan Partisipasi Pekerja dalam Keselamatan Konstruksi
A.1. Kepedulian pimpinan terhadap Isu eksternal dan Internal

Seiring dengan pesatnya laju perkembangan pembangunan konstruksi Jalan maupun


Jembatan di Indonesia, maka peranan pengendalian resiko kecelakaan kerja
dirasakan menjadi semakin penting. Namun pada kenyataannya penerapan Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) secara umum masih sering
terabaikan. Hal ini ditunjukan dengan masih tingginya angka kecelakaan kerja yang
terjadi. Di Indonesia, setiap tujuh detik terjadi satu kasus kecelakaan kerja.

Berikut ini akan dijelaskan mengenai pedoman penerapan SMK3 yang berlaku di
Indonesia menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia Nomor
PER.05/MEN/ 1996:

Komitmen dan Kebijakan


Pengusaha dan pengurus tempat kerja harus menetapkan komitmen dan kebijakan
K3 serta organisasi K3, menyediakan anggaran dan tenaga kerja dibidang K3.
Disamping itu pengusaha dan pengurus juga melakukan koordinasi terhadap
perencanaan K3. Dalam hal ini yang perlu menjadi perhatian penting terdiri atas 3
hal yaitu:

1. Kepemimpinan dan Komitmen


2. Tinjauan Awal K3
3. Kebijakan K3

Perencanaan
Dalam perencanaan ini secara lebih rinci menjadi beberapa hal:
1. Perencanaan identifikasi bahaya, penilaian dan pengendalian resiko dari
kegiatan, produk barang dan jasa.
2. Pemenuhan akan peraturan perundangan dan persyaratan lainnya kemudian
memberlakukan kepada seluruh pekerja
3. Menetapkan sasaran dan tujuan dari kebijakan K3 yang harus dapat
diukur,

menggunakan satuan/indicator pengukuran, sasaran pencapaian dan jangka


waktu pencapaian.
4. Menggunakan indikator kinerja sebagai penilaian kinerja K3 sekaligus
menjadi informasi keberhasilan pencapaian SMK3
5. Menetapkan sistem pertanggungjawaban dan saran untuk pencapaian
kebijakan K3
6. Keberhasilan penerapan dan pelaksanaan SMK3 memerlukan suatu proses
perencanaan yang efektif dengan hasil keluaran (output) yang terdefinisi
dengan baik serta dapat diukur.

Penerapan
Menerapkan kebijakan K3 secara efektif dengan mengembangkan kemampuan dan
mekanisme pendukung yang diperlukan untuk mencapai kebijakan, tujuan dan
sasaran K3. Suatu tempat kerja dalam menerapkan kebijakan K3 harus dapat
mengitegrasikan Sistem Manajemen Perusahaan yang sudah ada. Yang perlu
diperhatikan oleh perusahaan pada tahap ini adalah :

1. Jaminan Kemampuan
a. Sumber daya manusia, fisik dan financial.
b. Integrasi
c. Tanggung jawab dan tanggung gugat.
d. Konsultasi, Motivasi dan Kesadaran
e. Pelatihan dan Keterampilan
2. Dukungan Tindakan
a. Komunikasi
b. Pelaporan
c. Dokumentasi
d. Pengendalian Dokumen
e. Pencatatan Manajemen Operasi
3. Identifikasi Sumber Bahaya dan Pengendalian Resiko
a. Identifikasi Sumber Bahaya
b. Penilaian Resiko
c. Tindakan Pengendalian
d. Perencanaan dan Rekayasa
e. Pengendalian Administratif
f. Tinjauan Ulang Kontrak
g. Pembelian
h. Prosedur Tanggap Darurat atau Bencana
i. Prosedur Menghadapi Insiden
j. Prosedur Rencana Pemulihan
4. Pengukuran dan Evaluasi
a. Inspeksi dan pengujian
b. Audit SMK3
c. Tindakan perbaikan dan pencegahan
5. Tinjauan Oleh Pihak Manajemen
a. Evaluasi terhadap penerapan kebijakan keselamatan dan kesehatan
kerja.
b. Tujuan, sasaran dan kinerja keselamatan dan kesehatan kerja.
c. Hasil temuan audit Sistem Manajemen K3.
d. Evaluasi efektifitas penerapan Sistem Manajemen K3 dan kebutuhan
untuk mengubah Sistem Manajemen K3 sesuai dengan:
Perubahan peraturan perundangan.
Tuntutan dari pihak yang terkait dan pasar.
Perubahan produk dan kegiatan perubahan.
Perubahan struktur organisasi perusahaan.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi termasuk
epidemologi.
Pengalaman yang didapat dari insiden keselamatan dan kesehatan
kerja.
Pelaporan.
Umpan balik khususnya dari tenaga kerja.

PT. UTUSAN KARYA NUSANTARA merupakan perusahaan yang bergerak dalam


bidang Konstruksi mempunyai komitmen untuk melaksanakan semua aktivitas dalam
proyeknya dengan aman, tidak membahayakan orang/pekerja dan tidak merusak
lingkungan. Untuk dapat memenuhi hal tersebut maka kami berkomitmen :
a) Membangun manajmen perusahaan yang mengacu pada system manajmen
keselamatn dan kesehatan kerja berpedoman pada Permen PU.
Nomor.05/PRT/M/2014 tentang Pedoman Sistem Manajmen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (SMK3 ) Konstruksi Bidang PU.
b) Menetapkan tujuan , merencanakan , melaksanakan dan mengevaluasi sasaran
dan program manajmen program k3 ( Kesehatan & Keselamatan Kerja )
secara berkala agar selaras baik dengan kondisi perusahaan , peraturan atau
standar yang berlaku.
c) Melaksanakan identifikasi bahaya sesuai dengan sifat dan skala resiko k3
dalam semua kegiatan / pekerjaan yang akan dilaksanakan.
d) Menyediakan sumber daya yang mengimplementasikan sistem manajmen K3.
e) Menyediakan kerangka kerja untuk menetapkan dan meninjau sasaran –
sasaran K3.
f) Melaksanakan program Lindungan Lingkungan terhadap kegiatan disemua
area lokasi kerja.
g) Melakukan peninjauan aspek K3 Secara Teratur agar tetap relevan.
h) Menargetkan Zero fatal Accident.
i) Mengelola dan menangani semua material sesuai SOP dan SNI agar tidak
menimbulkan potensi bahaya.
j) Memberi pelatihan dan sosialisasi yang sesuai dan memadai agar tenaga kerja
dapat bekerja secara aman , nyaman dan selamat.
k) Melaksanakan pembangunan sesuai dengan rencana dan waktu yang telah
ditentukan tanpa mengesampingkan aspek Keselamatan.
l) Mengkomunikasikan dan menanamkan kesadaran akan kebijakan ini pada
semua personil.

Komitmen di atas akan menjadi landasan dan acuan yang diterapkan dalam
melaksanakan Apek K3 manajemen PT. UTUSAN KARYA NUSANTARA dalam
melaksanakann pekerjaan.
.2. Komitmen Keselamatan Konstruksi

PAKTA KOMITMEN KESELAMATAN KONSTRUKSI

Kami yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : LIE ANDRI LUKITO


Jabatan : Direktur
Bertindak untuk dan atas nama : PT. UTUSAN KARYA NUSANTARA

Dalam rangka pengadaan pekerjaan Rehabilitasi dan Renovasi Prasarana Sekolah


Provinsi Kepilauan Riau 1 berkomitmen melaksanakan konstruksi berkeselamatan
demi terciptanya Zero Accident, dengan memastikan bahwa seluruh pelaksanaan
konstruksi :

1. Memenuhi ketentuan Keselamatan Konstruksi;


2. Menggunakan tenaga kerja kompeten bersertifikat;
3. Menggunakan peralatan yang memenuhi standar kelaikan;
4. Menggunakan material yang memenuhi standar mutu;
5. Menggunakan teknologi yang memenuhi standar kelaikan;
6. Melaksanakan Standar Operasi dan Prosedur (SOP);dan
7. Memenuhi 9 (sembilan) komponen biaya penerapan SMKK

Bandung, 23 Maret 2022


PT. UTUSAN KARYA
NUSANTARA

LIE ANDRI LUKITO


Direktur Utama
BAGAN ORGANISASI K3

KETUA/
PENANGGUNG JAWAB K3

PETUGAS KOMUNIKASI PETUGAS TEKNIK

KOORD. KOORD. KOORD. KOORD. HURU- KOORD.


KEBAKARAN EVAKUASI P3K HARA DARURAT
LINGKUNGAN

PETUGAS PETUGAS PETUGAS


APAR EVAKUASI / P3K
SECURITY
RESCUE
A. PERENCANAAN K3

B.1. Identifikasi Bahaya, Penilaian Resiko, Skala Prioritas, Pengendalian Resiko K3, dan Penanggung Jawab
Nama Perusahaan : PT. UTUSAN KARYA NUSANTARA
Paket : Rehabilitasi dan Renovasi Prasarana Sekolah Provinsi Kepulauan Riau 1
Lokasi : Kabupaten Lingga Provinsi Kepulauan Riau
Penilaian Tingkat Resiko Penilaian Sisa Resiko
No. Deskripsi Resiko Pengendalian Awal Pengendali Ket.
Uraian Pekerjaan Identifikasi Bahaya Jenis Bahaya Persyaratan Kemungki Keparaha Nilai Tingkat an Kemungki Keparaha Nilai Tingkat
(Skenario Bahaya) (Tipe Kecelakaan) Pemenuhan nan (F) n (A) Resiko (F Resiko Lanjutan nan (F) n (A) Resiko Resiko
Peraturan x A) (TR) (Fx A) (TR)
1 Pekerjaan Tanah  Bisa terluka akibat  Terjadi gangguan  UU No. 1  Pembuatan Jalur Lalu 1 2 2 Kecil Administr n/a n/a n/a n/a n/a
tertimbun, terjepit, kesehatan Tahun 1970 lintas manuver pekerja, atif
terjatuh, terkena alat  Kecelakaan Tentang bahan dan alat
kerja, tertimpa berat/meninggal keselamatan  Penggunaan APD yang
material  Cacat kerja sesuai
 Terjatuh, terpukul, sementara/cacat  UU No. 18  Menggunakan rambu
tertimpa benda, Iritasi permanen Tahun 1999 peringatan dan barikade
kulit, cedera mata  Luka/sakit sedang Tentang Jasa  Diberikan penyuluhan bahaya
 Terjatuh ke lubang memerlukan Konstruksi kecelakaan kerja sebelum
galian pengobatan atau  UU No. 13 bekerja
perawatan Tahun 2003  Memakai Sarung tangan
 Gangguan Tentang  Menggunakan alat pelindung
esehatanakibat Ketenagakerjaa diri yang sesuai
kondisi kerja n  Memakai sepatu kerja.
Secara umum  PP No. 50  Bekerja dengan hati – hati
 Kecelakaan akibat Tahun 2012  Pekerja diharap
cara penggunaan Tenteng menggunakan peralatan
peralatan, Penerapan pengamanan sewaktu
tertimpa material SMK3 bekerja
Ready Mix  Memakai Sarung tangan
 tangan terjepit  Menggunakan alat pelindung
besi tulangan, diri yang sesuai
tertusuk ujung  Memakai sepatu kerja.
kayu bekisting  Memeriksa alat kerja
sebelum di gunakan
 Tidak bercanda sambil
bekeja
 Bekerja dengan hati – hati
 Diberikan penyuluhan
sebelum bekerja
 Diberikan rambu
peringatan keselamatan
kerja
 Selalu menerapkan
protokol pencegahan
COVID-19 di dalam area
kerja/di lapangan
Persyaratan Penilaian Tingkat Resiko Pengendalian Penilaian Sisa Resiko
No. Deskripsi Resiko Pemenuhan Pengendalian Awal Lanjutan Ket.
Uraian Pekerjaan Identifikasi Bahaya Jenis Bahaya Peraturan Kemungki Keparaha Nilai Tingkat Kemungki Keparaha Nilai Tingkat
(Skenario Bahaya) (Tipe Kecelakaan) nan (F) n (A) Resiko (F Resiko nan (F) n (A) Resiko Resiko
x A) (TR) (Fx A) (TR)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
2 Pekerjaan  bisa terluka akibat  Terjadi gangguan  UU No. 1  Pastikan scaffolding 1 2 2 Kecil Administratif n/a n/a n/a n/a n/a
Mekanikal terjatuh, tergores, kesehatan akibat Tahun 1970 berfungsi dengan
terkena alat kerja, kondisi lingkungan Tentang baik/tidak rusak dan
tempat kerja yang keselamatan dioperasikan oleh orang/
tertimpa material,
tidak memenuhi kerja pekerja yang terampil.
tersengat
syarat  UU No. 18
listrik/konsleting, Tahun 1999  Pekerja dilengkapi dengan
kebakaran  Terjadi Insiden Tentang Jasa APD (alat pelindung diri)
Berupa Pekerja Konstruksi antara lain : Sepatu,
Terkena Peralatan  UU No. 13 Helm, Masker, dll.
Kerja/Alat, tangan Tahun 2003
terkena palu, Tentang  Penyimpanan scaffolding
Sehingga Terjadi Ketenagakerj yang akan dipasang
Luka aan ditumpuk pada area yang
 PP No. 50 aman dan tidak terlalu
 Terkena alat Tahun 2012 tinggi sehingga
potong, Gergaji > Tenteng menyebabkan scaffolding
Luka ringan dan Penerapan tersebut jatuh.
berat, Terkena SMK3
Palu > Luka Ringan  Memakai Sarung tangan
dan Berat, Terkena Menggunakan alat
/tertusuk ujung pelindung diri yang sesuai
kayu yang runcing>  Memakai sepatu kerja.
Luka ringan dan  Memeriksa alat kerja
Berat sebelum di gunakan
 Tidak bercanda sambil
 Tertimpa batu bata bekeja
> Luka ringan dan  Bekerja dengan hati – hati
berat  Diberikan penyuluhan
sebelum bekerja
 Terkena percikan  Diberikan rambu
semen > Luka peringatan keselamatan
ringan/iritasi kerja
 Selalu menerapkan
 bahaya akibat protokol pencegahan
pembuangan bahan COVID-19 di dalam area
dan material tidak kerja/di lapangan
terpakai kurang
memenuhi syarat-
luka ringan
Penilaian Tingkat Resiko Penilaian Sisa Resiko
No. Deskripsi Resiko Pengendalian Awal Pengenda Ket.
Uraian Pekerjaan Identifikasi Bahaya Jenis Bahaya Persyaratan Kemungki Keparaha Nilai Tingkat lian Kemungki Keparaha Nilai Tingkat
(Skenario Bahaya) (Tipe Kecelakaan) Pemenuhan nan (F) n (A) Resiko (F Resiko Lanjutan nan (F) n (A) Resiko Resiko
Peraturan x A) (TR) (Fx A) (TR)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
3 Pekerjaan  Terdapat percikan  Bahaya akibat 1. UU No. 1  pemeriksaan aliran listrik 1 2 2 Kecil Administr n/a n/a n/a n/a n/a
Elektrikal api dan menimbulkan adanya arus Tahun 1970 sebelum mulai pekerjaan, atif
kebakaran pendek yang Tentang chek list instalasi listrik
 Terkena sengatan dihasilkan oleh keselamatan  mengamankan jalur
listrik kegiatan kerja pemakain listrik dan
 Pekerja terjatuh pelaksanaan- 2. UU No. 18 segera memperbaiki
dari ketinggian luka sedang Tahun 1999 kerusakan fasilitas kerja
 Tersetrum, teriris,  bahaya akibat Tentang Jasa dari genangan ataupun
bangunan kantor Konstruksi kebocoran
terlilit, terjatuh
dan fasilitasnya 3. UU No. 13  meminta ijin kerja yang
 bisa terluka akibat
lainnya, misal : Tahun 2003 berhubungan dengan
terjatuh, tergores, ada genangan Tentang listrik/ elektrikal dan
terkena alat kerja, air, bocor-luka Ketenagakerj pemenuhan standarisasi
tertimpa material, sedang aan bahan elektrikal, seperti :
tersengat listrik,  bahaya adanya 4. PP No. 50 kabel sni, saklar sni,
kebakaran kecerobohan Tahun 2012 lampu sni, dll
pemasangan Tenteng  Selalu menerapkan
instalasi listrik, Penerapan protokol pencegahan
4 Pencegahan  Batuk  Badan
misal: kabel 
Meriang UU
SMK3 No. 1  menjaga
COVID-19kesehatan
di dalam area dan 5 4 20 tinggi Administr n/a n/a n/a n/a n/a
Covid-19  Panas Panas
yang dingintidak Tahun 1970 kebugaran agar stamina
kerja/di lapangan atif
 Pilk memenuhi Tentang tubuh tetap prima dan
 Sesak Nafas, dll  Sendi
standar Terasa
dan keselamatan sistem imunitas atau
Linu
pemasangan yg kerja kekebalan tubuh
tidak rapi-luka  UU No. 18 meningkat.
 sedang
Nafas terasa Tahun 1999
sesak Tentang Jasa  Mencuci tangan dengan
Konstruksi benar secara teratur
 Sakit  UU No. 13 menggunakan air dan
tenggorokan Tahun 2003 sabun atau hand-rub
Tentang berbasis alkohol.
 Kelelahan Ketenagakerj
aan  Ketika batuk dan bersin,
 PP No. 50 tutup hidung dan mulut
Tahun 2012 Anda dengan tisu atau
Tenteng lengan atas bagian dalam
Penerapan (bukan dengan telapak
SMK3 tangan)

 Gunakan masker dengan


benar hingga menutupi
mulut dan hidung

 Selalu menerapkan
protokol pencegahan
COVID-19 di dalam area
kerja/di lapangan
B.2. Rencana tindakan (sasaran dan program)

1. Sasaran K3
Tidak ada kecelakaan kerja yang berdampak terjadi korban jiwa (Zero
Fatal Accident)
Tingkat penerapan elemen SMK3 minimal 80%
Semua pekerjaan wajib memakai APD yang sesuai bahaya dan resiko
pekerjaanya masinng-masing
5R (Ringkas,Rajin,Rapi,Resik dan Rawat)
Tidak ada barang yang diperlukan ditempat kerja atau lokasi pekerjaan
konstruksi
Semua barang mempunyai tempat yang pasti
Tidak terdapat kotoran apa saja di tempat kerja
Kondisi yang sudah baik terjaga tetap dari waktu ke waktu
Semua orang berprilaku sesuai dengan norma kerja positif yang
dikembangkan ditempat kerja.

2. Program K3
Membersihkan tempat kerja setelah selesai melakukan pekerjaan
Menjaga kebersihan jalan kerja, papan kerja, tangga dari peralatan atau
material yang
Membersihkan segera tumpahan oli, minyak, dan lain-lain
Membuang sampah pada tempatnya
Buang air besar/kecil pada tempaynya
Menyingkirkan logam potongan paku atau paku yang tidak terpasang
Menekuk ujung-ujung paku yang runcing pada potongan kayu
Peralatan ataupun material sisa dikembalikan pada tempatnya
Memasang poster 5R
Memasang rambu/ himbauan untuk menjaga kebersihan
Memberikan brieffing kepada pekerja
Mengadakan inspeksi bersama
B.2. B.2 RENCANA TINDAKAN (SASARAN KHUSUS & PROGRAM KHUSUS)
Paket : Pekerjaan Rehabilitasi dan Renovasi Prasarana Sekolah Provinsi Kepulauan Riau 1
Lokasi : Kabupaten Lingga Prov. Kepulauan Riau

Sasaran Program
No. Jenis Pekerjaan Pengendalian Resiko Uraian Tolak Ukur Uraian Kegiatan Sumber Daya Jadwal Pelaksanaan Bentuk Monitoring Indikator Pencapaian Penanggung
Jawab
1 Pekerjaan Tanah  Pembuatan Jalur Lalu lintas  Tersedianya  Tersedianya  Membuat jalur  Dokumen petunjuk  Sesuai jadwal  Checklist  Tertib  Petugas K3
manuver pekerja, bahan dan instruksi kerja instruksi kerja aman manuver kerja pelaksanaan  Evaluasi hasil melaksanakan  Inspector K3
alat  Seluruh pekerja  Lulus tes dan paham pekerja, bahan Infrastruktur,  Sebelum bekerja penyuluhan/pelati petunjuk kerja  Quality
 Penggunaan APD yang sesuai terkait telah mengenai system dan alat. program, harus sudah han  100% luls dan Engineering
 Menggunakan rambu petunjuk kerja esuai dengan SNI  Memasang materi/modul, tes lengkap  Disediakan faham  Pengawas
peringatan dan barikade mengikuti yang telah rambu sesuai pemahaman dan  Sebelum bekerja petugas yang  100% lulus sesuai pelaksanaan
 Diberikan penyuluhan bahaya pelatihan dan ditetapkan peruntukannya peserta harus sudah melakukan standar pekerjaan
kecelakaan kerja sebelum penyuluhan  SNI helm, masker,  Memasang APD  Alat bantu lengkap terlatih pengawasan
bekerja  Alat bantu yang sarung standar sesuai  SDM sesuai selama pekerjaan
 Memakai Sarung tangan sesuai spesifikasi tangan, sepatu, peruntukannya kebutuhan
 Menggunakan alat pelindung diri teknis rompi, dll
yang sesuai
 Memakai sepatu kerja.
 Bekerja dengan hati – hati
 Pekerja diharap menggunakan
peralatan pengamanan sewaktu
bekerja
 Memakai Sarung tangan
 Menggunakan alat pelindung diri
yang sesuai
 Memakai sepatu kerja.
 Memeriksa alat kerja sebelum di
gunakan
 Tidak bercanda sambil bekeja
 Bekerja dengan hati – hati
 Diberikan penyuluhan sebelum
bekerja
 Diberikan rambu peringatan
keselamatan kerja
 Selalu menerapkan protokol
pencegahan COVID-19 di
dalam area kerja/di lapangan
Sasaran Program
No. Jenis Pekerjaan Pengendalian Resiko Uraian Tolak Ukur Uraian Kegiatan Sumber Daya Jadwal Pelaksanaan Bentuk Monitoring Indikator Penanggung
Pencapaian Jawab
2 Pekerjaan  Pastikan scaffolding berfungsi dengan  Tersedianya  Tersedianya  Membuat jalur  Dokumen  Sesuai jadwal  Checklist  Tertib  Petugas K3
Mekanikal baik/tidak rusak dan dioperasikan oleh instruksi kerja instruksi kerja aman manuver petunjuk kerja pelaksanaan  Evaluasi hasil melaksanakan  Inspector K3
orang/ pekerja yang terampil.  Seluruh pekerja  Lulus tes dan paham pekerja, bahan  Infrastruktur,  Sebelum bekerja penyuluhan/pela petunjuk kerja  Quality
 Pekerja dilengkapi dengan APD (alat terkait telah mengenai system dan alat. program, harus sudah tihan  100% luls dan Engineering
pelindung diri) antara lain : Sepatu, petunjuk kerja esuai dengan SNI  Memasang materi/modul, tes lengkap  Disediakan faham  Pengawas
Helm, Masker, dll. mengikuti yang telah rambu sesuai pemahaman dan  Sebelum bekerja petugas yang  100% lulus pelaksanaan
 Penyimpanan scaffolding yang akan pelatihan dan ditetapkan peruntukannya peserta harus sudah melakukan sesuai standar pekerjaan
dipasang ditumpuk pada area yang penyuluhan  SNI helm, masker,  Memasang APD  Alat bantu terlatih pengawasan
aman dan tidak terlalu tinggi sehingga  Alat bantu yang sarung standar sesuai lengkap selama
menyebabkan scaffolding tersebut sesuai spesifikasi tangan, sepatu, peruntukannya  SDM sesuai pekerjaan
jatuh. teknis rompi, dll kebutuhan
 Memakai Sarung tangan
Menggunakan alat pelindung diri yang
sesuai
 Memakai sepatu kerja.
 Memeriksa alat kerja sebelum di
gunakan
 Tidak bercanda sambil bekeja
 Bekerja dengan hati – hati
 Diberikan penyuluhan sebelum
bekerja
 Diberikan rambu peringatan
keselamatan kerja
 Selalu menerapkan protokol
pencegahan COVID-19 di dalam
area kerja/di lapangan
3 Pekerjaan  pengecekan peralatan sebelum mulai  Tersedianya  Tersedianya  Membuat jalur  Dokumen  Sesuai jadwal Checklist  Tertib  Petugas K3
Elektrikal  Pastikan scaffolding berfungsi dengan instruksi kerja instruksi kerja aman manuver petunjuk kerja pelaksanaan  Evaluasi hasil melaksanakan  Inspector K3
baik/tidak rusak dan dioperasikan  Seluruh pekerja  Lulus tes dan paham pekerja, bahan  Infrastruktur,  Sebelum bekerja penyuluhan/pela petunjuk kerja  Quality
oleh orang/ pekerja yang terampil. terkait telah mengenai system dan alat. program, harus sudah tihan  100% luls dan Engineering
 Pekerja dilengkapi dengan APD (alat petunjuk kerja esuai dengan SNI  Memasang materi/modul, tes lengkap  Disediakan faham  Pengawas
pelindung diri) antara lain : Sepatu, mengikuti yang telah rambu sesuai pemahaman dan  Sebelum bekerja petugas yang  100% lulus pelaksanaan
Helm, Masker, dll. pelatihan dan ditetapkan peruntukannya peserta harus sudah melakukan sesuai standar pekerjaan
 Penyimpanan scaffolding yang akan penyuluhan  SNI helm, masker,  Memasang APD  Alat bantu terlatih pengawasan
dipasang ditumpuk pada area yang  Alat bantu yang sarung standar sesuai lengkap selama
aman dan tidak terlalu tinggi sehingga sesuai spesifikasi tangan, sepatu, peruntukannya  SDM sesuai pekerjaan
menyebabkan scaffolding tersebut teknis rompi, dll kebutuhan
jatuh.
 Memakai Sarung tangan
Menggunakan alat pelindung diri yang
sesuai
 Memakai sepatu kerja.
 Memeriksa alat kerja sebelum di
gunakan
 Tidak bercanda sambil bekeja
 Bekerja dengan hati – hati
 Diberikan penyuluhan sebelum
bekerja
 Diberikan rambu peringatan
keselamatan kerja
 Selalu menerapkan protokol
pencegahan COVID-19 di dalam area
kerja/di lapangan
Sasaran Program
No. Jenis Pekerjaan Pengendalian Resiko Uraian Tolak Ukur Uraian Kegiatan Sumber Daya Jadwal Pelaksanaan Bentuk Monitoring Indikator Pencapaian Penanggung
Jawab
4 Penanganan  menjaga kesehatan dan  Tersedianya  Tersedianya  Membuat jalur  Dokumen petunjuk  Sesuai jadwal Checklist  Tertib  Petugas K3
Covid-19 kebugaran agar stamina instruksi kerja instruksi kerja aman manuver kerja pelaksanaan  Evaluasi hasil melaksanakan  Inspector K3
tubuh tetap prima dan  Seluruh pekerja  Lulus tes dan paham pekerja, bahan Infrastruktur,  Sebelum bekerja penyuluhan/pelati petunjuk kerja  Quality
sistem imunitas atau terkait telah mengenai system dan alat. program, harus sudah han  100% luls dan Engineering
kekebalan tubuh meningkat. petunjuk kerja esuai dengan SNI  Memasang materi/modul, tes lengkap  Disediakan faham  Pengawas
mengikuti yang telah rambu sesuai pemahaman dan  Sebelum bekerja petugas yang  100% lulus sesuai pelaksanaan
 Mencuci tangan dengan pelatihan dan ditetapkan peruntukannya peserta harus sudah melakukan standar pekerjaan
benar secara teratur penyuluhan  SNI helm, masker,  Memasang APD  Alat bantu lengkap terlatih pengawasan
menggunakan air dan sabun  Alat bantu yang sarung standar sesuai  SDM sesuai selama pekerjaan
atau hand-rub berbasis sesuai spesifikasi tangan, sepatu, peruntukannya kebutuhan
alkohol. teknis rompi, dll

 Ketika batuk dan bersin,


tutup hidung dan mulut Anda
dengan tisu atau lengan atas
bagian dalam (bukan dengan
telapak tangan)

 Gunakan masker dengan benar


hingga menutupi mulut dan
hidung
 Selalu menerapkan protokol
pencegahan COVID-19 di
dalam area kerja/di lapangan
B.3. Standard dan peraturan perundangan

Daftar Peraturan Perundang-Undangan dan Persyaratan K3 yang wajib


dipunyai dan dipenuhi dalam melaksanakan proyek
a) Undang-undang (UU)
Undang-undang yang mengatur tentang K3 adalah undang-undang tentang
pekerja, keselamatan kerja dan kesehatan. Undang-undang ini
menjelaskan tentang apa yang dimaksud dengan tempat kerja, kewajiban
pimpinan tempat kerja, hak dan kewajiban pekerja.
b) Peraturan Pemerintah (PP)
Peraturan pemerintah yang mengatur tentang aspek K3 adalah Peraturan
Pemerintah tentang keselamatan kerja terhadap radiasi dan izin
pemakaian zat radioaktif dan atau sumber radiasi lainnya serta
pengangkutan zat radioaktif.
c) Keputusan Presiden (Kepres)
Keputusan presiden yang mengatur aspek K3 adalah Keputusan Presiden
tentang penyakit yang timbul karena hubungan kerja.
d) Peraturan-peraturan yang dikeluarkan oleh Departemen Tenaga Kerja
(Kepmenaker).
Peraturan-peraturan yang dikeluarkan oleh Depnaker di rumah sakit pada
umumnya menyangkut tentang syarat-syarat keselamatan kerja misalnya
syarat-syarat K3 dalam pemakaian lift, listrik, pemasangan alat pemadan
api ringan (APAR), Konstruksi bangunan, instalasi penyalur petir dan lain-
lain.
e) Peraturan-peraturan yang dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan
(Permenkes) Peraturan yang dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan
tentang aspek K3 di rumah sakit, lebih terkait dengan aspek kesehatan
kerja daripada keselamatan kerja. Hal tersebut sesuai dengan tugas pokok
dan fungsi Departemen Kesehatan.
f) Peraturan yang dikeluarkan oleh Departemen lainnya yang berhubungan
dengan pelaksanaan K3 di fasilitas pelayanan kesehatan, yaitu Peraturan
dari Departemen lain adalah yang terkait dengan aspek radiasi.

1. PENJELASAN UNDANG-UNDANG DAN PERATURAN K3


a. Undang-Undang
Undang – undang No. 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi
Undang-undang RI No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
Undang-undang ini mengatur tentang:
Kewajiban pengurus (pimpinan tempat kerja)
Kewajiban dan hak pekerja
Kewenangan Menteri Tenaga Kerja untuk membentuk Panitia
Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3) guna
mengembangkan kerja sama, saling pengertian dan partisipasi aktif
dari pengusaha atau pengurus dan pekerja di tempat-tempat kerja,
dalam rangka melancarkan usaha berproduksi dan meningkatkan
produktivitas kerja.
Ancaman pidana atas pelanggaran peraturan ini dengan hukuman
kurungan selama-lamanya 3 (tiga) bulan atau denda setinggi-
tingginya Rp.100.000, (seratus ribu rupiah)
b. Kewajiban pengurus (pimpinan tempat kerja) Kewajiban memenuhi
syarat-syarat keselamatan kerja yang meliputi :
Mencegah dan mengurangi kecelakaan
Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran
Mencegah dan mengurangi bahaya ledakan
Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu
kebakaran atau kejadian lain yang berbahaya
Memberi pertolongan pada kecelakaan
Menyediakan alat-alat perlindungan diri (APD) untuk pekerja
Mencegah dan mengendalikan timbulnya atau menyebar luasnya
bahaya akibat suhu, kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas,
hembusan angin, cuaca, sinar atau radiasi, suara dan getaran
Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik
psikis, keracunan, infeksi atau penularan
Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai
Menyelenggarakan suhu dan kelembaban udara yang baik
Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup
Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban
Membuat tanda-tanda sign di lokasi proyek agar pekerja selalu
waspada
Menciptakan keserasian antara pekerja, alat kerja, lingkungan, cara
dan proses kerja
Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang,
tanaman atau barang
Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan
Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat, perlakuan
dan penyimpanan barang
Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya
Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan
yang berbahaya agar kecelakaan tidak menjadi bertambah tinggi.
Kewajiban melakukan pemeriksaan kesehatan badan, kondisi mental
dan kemampuan fisik pekerja yang baru diterima bekerja maupun
yang akan dipindahkan ke tempat kerja baru sesuai dengan sifat-sifat
pekerjaan yang diberikan kepada pekerja, serta pemeriksaan
kesehatan secara berkala.
Kewajiban menunjukan dan menjelaskan kepada setiap pekerja baru
tentang :
1. Kondisi-kondisi dan bahaya-bahaya yang dapat timbul di
tempat kerjanya.
2. Pengaman dan perlindungan alat-alat yang ada dalam area
tempat kerjanya
3. Alat-alat perlindungan diri bagi pekerja yang bersangkutan
4. Cara-cara dan sikap yang aman dalam melaksanakan
pekerjaannya.
Kewajiban melaporkan setiap kecelakaan kerja yang terjadi di tempat
kerja.
Kewajiban menempatkan semua syarat keselamatan kerja yang
diwajibkan pada tempat-tempat yang mudah dilihat dan terbaca oleh
pekerja.
Kewajiban memasang semua gambar keselamatan kerja yang
diharuskan dan semua bahan pembinaan lainnya pada tempat-tempat
yang mudah dilihat dan dibaca.
Kewajiban menyediakan alat perlindungan diri secara cuma-cuma
disertai petunjuk-petunjuk yang diperlukan pada pekerja dan juga
bagi setiap orang yang memasuki tempat kerja tersebut.

c. Kewajiban dan hak pekerja


Memberikan keterangan yang benar bila diminta oleh pengawas atau
ahli keselamatan kerja.
Memakai APD dengan tepat dan benar
Memenuhi dan mentaati semua syarat-syarat keselamatan dan
kesehatan kerja yang diwajibkan
Meminta kepada pimpinan agar dilaksanakan semua syarat
keselamatan dan kesehatan kerja yang diwajibkan
Menyatakan keberatan kerja pada pekerjaan dimana syarat
keselamatan dan kesehatan kerja serta alat-alat perlindungan diri
yang diwajibkan diragukan olehnya kecuali dalam hal-hal khusus
ditentukan lain oleh pengawas, dalam batasyang masih dapat
dipertanggungjawabkan.

d. Undang-undang RI No. 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan Dalam


UNDANG-UNDANG nomor 23 pasal 23 Tentang Kesehatan Kerja
dijelaskan sebagai berikut:
Kesehatan Kerja diselenggarakan agar setiap pekerja dapat bekerja
secara sehat tanpa membahayakan diri sendiri dan masyarakat
sekelilingnya hingga diperoleh produktifitas kerja yang optimal
sejalan dengan program perlindungan pekerja.
Kesehatan Kerja meliputi pelayanan kesehatan kerja, pencegahan
penyakit akibat kerja dan syarat kesehatan kerja.
Setiap tempat kerja wajib menyelenggarakan kesehatan kerja.
Ketentuan mengenai kesehatan kerja sebagaimana dimaksud pada
poin
(1), (2) dan (3) ditetapkan dengan peraturan pemerintah.
Tempat kerja yang tidak memenuhi ketentuan kesehatan kerja
dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 tahun atau pidana
denda paling banyak Rp. 15.000.000. (lima belas juta rupiah)
e. Undang-undang RI No. 25 Tahun 1991 Tentang Ketenagakerjaan Dalam
peraturan ini diatur bahwa setiap pekerja berhak memperoleh perlindungan
atas :
Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Moral dan kesusilaan
Perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta
nilai-nilai agama.

f. Undang-Undang no. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan Dalam


UNDANG-UNDANG ini diataur tentang:
Perenacanaan tenaga kerja
Pelatihan kerja
Kompetensi kerja
Perjanjian Kerja Bersama (PKB)
Waktu kerja
Keselamatan dan kesehatan Kerja

2. PERATURAN PEMERINTAH

Peraturan Pemerintah Nomor 50 tahun 2012 tentang Penerapan


SMK3 Dalam peraturan ini terdapat beberapa hal yang digunakan
diantaranya :
a. Dasar Hukum yang digunakan
UU No. 13 th 2003 ttg Ketenagakerjaan
UU No. 1 th 1970 ttg Keselamatan Kerja

b. Tujuan penerapan SMK3


Meningkatkan efektivitas perlindungan K3 yg terencana,
terukur dan teintegrasi;
Mencegah dan mengurangi kec.kerja dan PAK dgn melibatkan
unsur manajemen, pekerja/ buruh, dan/atau SP/SB;
Menciptakan tempat kerja yg aman, nyaman dan efisien utk
mendorong produktivitas

c. Ketentuan Penilaian SMK3


Audit dilakukan Lembaga Audit Independen yg ditunjuk Menteri atas
permohonan perusahaan.
Perusahaan yg berpotensi bahaya tinggi wajib melakukan penilaian
penerapan SMK3

d. Laporan Audit SMK3


Hasil Audit dilaporkan kpd Menteri
Laporan Audit, tembusan disampaikan kpd :
1. Menteri pembina sektor
2. Gubernur
3. Bupati/Walikotauntuk peningkatan SMK
e. Tinjauan Ulang Peningkatan Kinerja Penerapan SMK3
Mengevaluasi strategi SMK3 untuk menentukan apakah telah
memenuhi tujuan yang direncanakan;
Mengevaluasi kemampuan SMK3 untuk memenuhi kebutuhan
organisasi dan para pemangku kepentingan, termasuk para pekerja;
Mengevaluasi kebutuhan perubahan pada SMK3, termasuk kebijakan
dan sasaran;
Mengevaluasi kemajuan dalam pencapaian tujuan organisasi dan
tindakan korektif;
Mengevaluasi efektivitas tindak lanjut dari tinjauan ulang
sebelumnya;
Mengidentifikasi tindakan apa yang diperlukan untuk memperbaiki
setiap kekurangan dalam waktu yang tepat, termasuk adaptasi
terhadap aspek2 yang berkaitan dengan struktur manajemen dan
pengukuran kinerja perusahaan;
Memberikan arahan terhadap umpan balik, termasuk penentuan
prioritas, perencanaan yang bermakna dan perbaikan
berkesinambungan;
Peraturan Pemerintah RI No. 11 Tahun 1975 Tentang Keselamatan Kerja
Terhadap Radiasi. Dalam peraturan ini diatur nilai ambang batas yang
diizinkan. Selanjutnya ketentuan nilai ambang batas yang diizinkan, diatur lebih
lanjut oleh instansi yang berwenang.
Pengaturan mengenai petugas dan ahli proteksi radiasi, pemeriksaan
kesehatan calon pekerja dan pekerja radiasi, kartu kesehatan, pertukaran
tugas pekerjaan, ketentuan-ketentuan kerja dengan zat radioaktif dan atau
sumber radiasi lainnya, pembagian daerah kerja dan pengelolaan limbah
radioaktif, kecelakaan dan ketentuan pidana. Rangkuman isi peraturan sebagai
berikut :

1. Instalasi atom harus mempunyai petugas dan ahli proteksi radiasi dimana
petugas proteksi mempunyai tugas menyusun pedoman dan instruksi kerja,
sedangkan ahli proteksi mempunyai tugas mengawasi ditaatinya peraturan
keselamatan kerja terhadap radiasi.
2. Pemeriksaan kesehatan yang dilakukan pada pekerja radiasi adalah:
calon pekerja radiasi
berkala setiap satu tahun
pekerja radiasi yang akan putus hubungan kerja.
3. Pekerja radiasi wajib mempunyai kartu kesehatan dan petugas proteksi
radiasi wajib mencatat dalam kartu khusus banyaknya dosis pajanan radiasi
yang diterima masing-masing pekerja.
4. Apabila pekerja menerima dosis radiasi melebihi nilai ambang batas yang
diizinkan, maka pekerja tersebut harus dipindahkan tempat kerjanya
ketempat lain yang tidak terpajan radiasi.
5. Perlu adanya pembagian daerah kerja sesuai dengan tingkat bahaya radiasi
dan pengelolaan limbah radioaktif.
6. Perlu ada tindakan dan pengamanan untuk keadan darurat apabila terjadi
kecelakaan radiasi.
7. Pelanggaran ketentuan ini diancam pidana denda Rp. 100.000,- (seratus
ribu rupiah)
Peraturan Pemerintah No. 12 Tahun 1975 Tentang Izin pemakaian Zat
Radioaktif atau sumber Radiasi lainnya Dalam peraturan ini diatur tentang
pemakaian zat radioaktif dan atau sumber radiasi lainnya, syarat dan cara
memperoleh izin, kewajiban dan tanggung jawab pemegang izin serta
pemeriksaan dan ketentuan pidana.

3. KEPUTUSAN PRESIDEN

Keputusan Presiden RI No. 22 Tahun1993 Tentang Penyakit Yang Timbul


karena Hubungan Kerja. Dalam peraturan ini diatur hak pekerja kalau
menderita penyakit yang timbul karena hubungan kerja, pekerja tersebut
mempunyai hak untuk mendapat jaminan kecelakaan kerja baik pada saat
masih dalam hubungan kerja maupun setelah hubungan kerja berakhir (paling
lama 3 tahun sejak hubungan kerja berakhir).
4. PERATURAN- PERATURAN YANG DIKELUARKAN OLEH DEPARTEMEN
TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI (PERMENAKERTRANS)
a. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.Per.05/Men/1978
Tentang Syarat-syarat Keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam pemakaian
lift listrik untuk pengangkut orang dan barang.

Dalam peraturan ini disebutkan bahwa pemasang lift (instalatir) harus


mempunyai izin. Demikian pula untuk pemasangan, pemakaian dan
perubahan teknis harus dengan izin tertulis Depnaker. Selain kewajiban izin,
dalam peraturan tersebut juga diatur mengenal syarat-syarat keselamatan
dan kesehatan kerja, penggunaan lift dan perawatan lift.

b. Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No. Per.01/Men/1980 Tentang


Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Konstruksi Bangunan
Dalam peraturan ini, diatur tentang tempat kerja dan alat kerja, perancah,
tangga dan rumah tangga, alat-alat angkat, kabel baja, tambang, rantai dan
peralatan bantu, mesin-mesin, peralatan konstruksi bangunan, konstruksi di
bawah tanah, penggalian, pekerjaan memancang, pekerjaan beton,
pekerjaan pembongkaran, penggunaan perlengkapan, penyelamatan dan
perlindungan diri. Peraturan ini sangat bermanfaat bagi rumah sakit yang
sedang mengadakan renovasi atau membangun rumah sakit baru ataupun
dalam perawatan bangunan.

c. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Per.02/Men /1980


tentang Pemeriksaan Kesehatan Kerja dalam Penyelenggaraan keselamatan
Kerja.
Dalam peraturan ini diatur tentang pemeriksaan kesehatan pekerja dalam
penyelenggaran keselamatan kerja, dimana ada 3 jenis pemeriksaan yaitu
pemeriksaan sebelum bekerja, pemeriksaan berkala dan pemeriksaan
khusus.

Pemeriksaan sebelum kerja


1) Pemeriksaan sebelum kerja adalah pemeriksaan kesehatan yang
dilakukan oleh dokter sebelum seorang pekerja diterima untuk
bekerja (pre employment)
2) Tujuan agar pekerja berada dalam kondisi kesehatan yang
setinggi-tingginya, tidak mempunyai penyakit menular yang akan
mengenai pekerja lainnya dan cocok untuk pekerjaan yang akan
dilakukannya sehingga keselamatan dan kesehatan yang
bersangkutan serta pekerja lainnya juga dapat terjamin.
3) Pemeriksaan kesehatan kerja meliputi pemeriksaan fisik lengkap,
kesegaran jasmani, rontgen paru-paru dan laboratorium rutin
serta pemeriksaan lain yang dianggap perlu sesuai dengan hazard
di tempat kerja.
4) Penyusunan pedoman pemeriksaan kesehatan sebelum kerja
merupakan kewajiban pimpinan dan dokter perusahaan untuk
menjamin penempatan pekerja sesuai dengan bidang
pekerjaannya.
Pemeriksaan Kesehatan Berkala
1) Pemeriksaan kesehatan berkala adalah pemeriksaan kesehatan
pada waktu-waktu tertentu terhadap pekerja yang dilakukan oleh
dokter perusahaan (biasanya dilakukan secara rutin setiap tahun).
2) Tujuannya untuk mempertahankan derajat kesehatan pekerja
sesudah berada dalam pekerjaannya, serta menilai kemungkinan
adanya pengaruh pekerjaan terhadap kesehatan sedini mungkin
agar dapat dikendalikan dengan usaha-usaha pencegahan

3) Pemeriksaan berkala dilakukan sekurang-kurangnya setahun


sekali meliputi pemeriksaan fisik lengkap, kesegaran jasmani,
rontgen dan laboratorium rutin serta pemeriksaan-pemeriksaan
lain yang dianggap perlu
4) Kewajiban pimpinan dan dokter perusahaan untuk menyusun
pedoman pemeriksaan kesehatan berkala yang dikembangkan
mengikuti perkembangan perusahaan dan kemajuan kedokteran
dalam keselamatan kerja
5) Apabila pada waktu pemeriksaan berkala ditemukan kelainan-
kelainan atau gangguan-gangguan kesehatan pada pekerja,
pimpinan wajib melakukan tindak lanjut untuk mengobati gangguan
kesehatan tersebut dan mencari penyebab masalah agar dapat
dilakukan koreksi untuk menjamin terselenggaranya keselamatan
dan kesehatan kerja.

Pemeriksaan Khusus
1. Pemeriksaan kesehatan khusus adalah pemeriksaan kesehatan
yang dilakukan oleh dokter perusahaan secara khusus terhadap
pekerja tertentu
2. Tujuan untuk menilai adanya pengaruh-pengaruh dari pekerjaan
tertentu terhadap pekerja atau golongan-golongan pekerja
tertentu
3. Pemeriksaan kesehatan khusus dilakukan pula terhadap :
Pekerja yang telah mengalami kecelakaan atau penyakit yang
memerlukan perawatan yang lebih dari 2 (dua) minggu.
Pekerja yang berusia di atas 40 tahun atau pekerja cacat, serta
pekerja muda usia yang melakukan pekerjaan tertentu
Pekerja yang diduga terpajan dengan hazard khusus yang
menimbulkan gangguan kesehatan, juga perlu dilakukan
pemeriksaan khusus sesuai kebutuhan
Jika ditemukan keluhan pekerja atau atas pengamatan
pengawas keselamatan dan kesehatan kerja, atau atas penilaian
Pusat Bina Hyperkes dan Keselamatan Kerja dan instansi
terkait lainnya atau atas pendapat umum di masyarakat.
d. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Per-04/Men/1980
tentang Syarat-syarat pemasangan dan pemeliharaan alat pemadam api
ringan (APAR)
Peraturan ini menjelaskan jenis kebakaran dan jenis alat pemadam api
ringan serta bagaimana pemasangan dan pemeliharaan alat pemadam api
ringan. Pemasangan alat pemadam api ringan (APAR)
Ditempatkan posisi yang mudah dilihat dengan jelas, mudah dicapai
dan diambil serta dilengkapi dengan pemberian tanda pemasangan
Tinggi pemberian tanda pemasangan adalah 125 cm dari lantai tepat
di atas APAR tersebut.
Jarak antara APAR satu dengan yang lainnya tidak melebihi 15 meter
kecuali ditetapkan lain oleh pegawai pengawas atau ahli keselamatan
kerja
Tabung APAR sebaiknya warna merah dan tidak boleh ada lubang-
lubang atau cacat karena karat
Tabung APAR harus dipasang (ditempatkan) menggantung pada
dinding dengan penguatan sengkang atau dengan konstruksi penguat
lainnya ditempatkan dalam lemari atau box. Apabila box tersebut
dikunci maka bagian depannya harus diberi kaca aman dengan tebal
maximum 2 mm.

o Pemeliharaan Alat Pemadam Api Ringan Setiap APAR harus diperiksa 2


(dua) kali dalam setahun yaitu pemeriksaan dalam jangka 6 bulan dan
pemeriksaan dalam jangka 12 bulan, selain itu setiap tabung APAR perlu
dilakukan percobaan secara berkala dengan jangka waktu tidak melebihi
5 tahun guna melihat kekuatan tabung. Pelanggaran aturan ini diancam
dengan hukuman kurungan selama-lamanya 3 (tiga) bulan atau denda
setinggi-tingginya Rp. 100.000,- (seratus ribu rupiah).
o Peraturan Menteri Tenaga kerja dan Transmigrasi No. Per-
01/Men/1981 tentang kewajiban melaporkan penyakit akibat kerja.
Dalam peraturan ini diuraikan jenis-jenis penyakit akibat kerja, dimana
ada 30 jenis. Dari 30 jenis penyakit tersebut salah satunya adalah
penyakit-penyakit infeksi atau parasit yang didapat dalam suatu
pekerjaan kesehatan dan laboratorium. Batas waktu kewajiban
melaporkan penyakit akibat kerja adalah 2 x 24 jam. Dalam peraturan ini
diuraikan juga tentang kewajiban pimpinan untuk melakukan tindakan
preventif agar penyakit akibat kerja tidak terulang lagi serta
kewajiban untuk menyediakan alat pelindung diri.
o Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI no. Per-03/
Men/1982 Tentang Pelayanan Kesehatan Kerja. Dalam peraturan ini
dijelaskan bahwa merupakan kewajiban pimpinan untuk memberikan
pelayanan kesehatan kerja kepada pekerja, dapat diselenggarakan
sendiri atau mengadakan ikatan kerjasama dengan pelayanan kesehatan
kerja lain. Tugas pokok Pelayanan Kesehatan Kerja meliputi :
Pemeriksaan kesehatan sebelum kerja, pemeriksaan berkala dan
pemeriksaan kesehatan khusus.
Pembinaan dan Pengawasan atas penyesuaian pekerjaan terhadap
pekerja
Pembinaan dan pengawasan lingkungan kerja
Pembinaan dan pengawasan perlengkapan saniter
Pembinaan dan pengawasan perlengkapan untuk kesehatan pekerja
Pencegahan dan pengobatan terhadap penyakit umum dan penyakit
akibat kerja
Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K)
Pendidikan kesehatan untuk pekerja dan latihan untuk petugas P3K
Memberikan nasehat mengenai perencanaan dan pembuatan tempat
kerja, pemilihan APD yang diperlukan dan gizi serta penyelenggaraan
makanan di tempat kerja
Membantu usaha rehabilitasi akibat kecelakaan atau penyakit akibat
kerja
Pembinaan dan pengawasan terhadap pekerja yang mempunyai kelainan
tertentu dalam kesehatannya
Memberikan laporan berkala tentang pelayanan kesehatan kerja kepada
pengurus

e. Peraturan Menteri Tenaga Kerja no. Per-02/Men/1983 tentang Instalasi


Alarm Kebakaran Otomatik Peraturan ini mengatur perencanaan,
pemasangan, pemeliharaan dan pengujian alarm kebakaran otomatik. Untuk
pemasangan diperlukan akte pengesahan, selain buku akte pengesahan
diperlukan juga buku catatan yang ditempatkan di ruangan panel indicator.
Buku catatan tersebut dipergunakan untuk mencatat semua peristiwa alarm,
latihan, penggunaan alarm dan pengujiannya. Yang dimaksud dengan
instalasi alarm kebakaran otomatik adalah system atau rangkaian alarm
kebakaran yang menggunakan detector panas, detector asap, detector
nyala api dan titik panggil secara manual serta perlengkapan lainnya yang
dipasang pada system alarm kebakaran. Oleh karena itu dalam peraturan ini
juga diatur system deteksi panas, system deteksi asap dan system detector
api (flame detector).
Pemeliharaan dan pengujian berkala instalasi alarm kebakaran otomatik
dilakukan secara mingguan, bulanan dan tahunan.

Pemeliharaan dan pengujian mingguan meliputi membunyikan alarm


secara simulasi, memeriksa kerja lonceng, memeriksa tegangan dan
keadaan baterai, memeriksa seluruh system alarm dan mencatat hasil
pemeliharaan serta pengujian dan dicatat di buku catatan.
Pemeliharaan dan pengujian bulanan antara lain meliputi: uji coba
kebakaran simulasi, memeriksa lampu-lampu indicator, fasilitas
penyediaan sumber tenaga darurat, mencoba dengan kondisi
gangguan terhadap system, memeriksa kondisi dan kebersihan panel
indicator dan mencatat hasil pemeliharaan dan pengujian dalam buku
catatan.
Pemeliharaan dan pengujian tahunan meliputi: memeriksa tegangan
instalasi, memeriksa kondisi dan kebersihan seluruh detector,
menguji sekurang-kurangnya 20 % detector dari setiap kelompok
instalasi sehingga selambat-lambatnya dalam waktu 5 (lima) tahun,
seluruh detektor sudah diuji.

f. Peraturan Menteri Tenaga Kerja no. Per-02/Men/1989 Tentang Pengawasan


Instalasi Penyalur Petir
Yang dimaksud dengan instalasi penyalur petir ialah seluruh susunan sarana
penyalur petir terdiri dari penerima (Air Termina/Rod), penghantar
penurunan (Down conductor), Elektroda bumi (Earth Electrode) termasuk
perlengkapan lainnya yang merupakan satu kesatuan yang berfungsi untuk
menangkap muatan petir dan menyalurkan ke bumi.
Sejalan dengan hal tersebut maka dalam peraturan ini diatur mengenai
penerima (air terminal), penghantar turunan, pembumian, menara, bangunan
yang mempunyai antena, cerobong yang lebih tinggi dari 10 meter,
pemeriksaan pengujian, pengesahan. Oleh karena itu instalasi penyalur petir
harus direncanakan, dibuat, dipasang dan dipelihara sesuai dengan
peraturan ini. Gambar rencana instalasi penyalur petir harus mendapat
pengesahan dan sertifikat dari Menteri atau pejabat yang ditunjuknya.

g. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. Per.05/Men/1996 tentang Sistem


Manajemen Keselamatan Kerja (SMK3)
Dalam peraturan ini dijelaskan mengenai tujuan dan sasaran system
manajemen K3, penerapan system manajemen K3, audit system manajemen
K3, mekanisme pelaksanaan audit dan sertifikasi K3. Dalam lampiran
peraturan tersebut diuraikan mengenai Pedoman Penerapan Sistem
Manajemen K3 Yang terdiri dari :

Komitmen dan kebijakan


Kepemimpinan dan Komitmen menempatkan organisasi K3 pada
posisi yang dapat menentukan keputusan perusahaan.
Setiap tingkat pimpinan dalam perusahaan harus menunjukkan
komitmen terhadap K3 sehingga penerapan SMK3 berhasil
diterapkan dan dikembangkan
Setiap pekerja dan orang lain yang berada di tempat kerja harus
berperan serta dalam menjaga dan mengendalikan pelaksanaan K3.
Tinjauan Awal Keselamatan dan Kesehatan Kerja (Initial Review)
Kebijakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Pernyataan tertulis yang ditandatangani oleh pimpinan dan atau
pengurus yang memuat keseluruhan visi dan tujuan perusahaan,
komitmen dan tekad melaksanakan K3, kerangka dan program kerja
yang mencakup kegiatan perusahaan secara menyeluruh yang
bersifat umum dan atau operasional.

Perencanaan
Perencanaan Identifikasi Bahaya Penilaian dan Pengendalian Risiko
Peraturan Perundangan dan persyaratan lainnya
Tujuan dan sasaran (SMART)
Penetapan tujuan dan sasaran kebijakan K3 harus dikonsultasikan
dengan wakil pekerja, Ahli K3, P2K3 dan pihak lain yang terkait.
Tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan ditinjau ulang kembali
secara teratur sesuai dengan perkembangan

Indikator Kinerja
Dalam menetapkan tujuan dan sasaran kebijakan K3 perusahaan harus
menggunakan indikator kinerja yang dapat diukur sebagai dasar
penilaian keinerja K3 yang sekaligus merupakan informasi mengenai
keberhasilan pencapaian SMK3

Perencanaan Awal dan Perencanaan Kegiatan yang sedang berlangsung


Penerapan
1) Jaminan Kemampuan
2) Sumber daya manusia sarana dan dana
3) Integrasi
4) Tanggung jawab dan tanggung gugat
5) Konsultasi, motivasi dan kesadaran
6) Pelatihan dan kompetensi kerja
7) Kegiatan pendukung

Komunikasi 2 arah, mengkomunikasikan hasil audit K3, identifikasi dan


menerima informasi K3 yang terkait dari luar perusahaan dan menjamin
informasi terkait disampaikan kepada pihak yang membutuhkan.
Pelaporan
Insiden
Ketidaksesuaian
Kinerja K3
Identifikasi sumber bahaya
Pelaporan untuk memenuhi regulasi
Pendokumentasian
Pengendalian dokumen
1) Sesuai dengan uraian tugas dan tanggung jawab di perusahaan
2) Ditinjau ulang secara berkala, jika perlu direvisi
3) Sebelum diterbitkan harus disetujui oleh personil berwenang
4) Dokumen versi terbaru harus tersedia di tempat kerja yang
dianggap perlu
5) Semua dokumen yang usang harus segera disingkirkan
6) Mudah ditemukan, bermanfaat dan mudah dipahami
7) Pencatatan dan manajemen informasi
8) Identifikasi Sumber Bahaya, Penilaian dan Pengendalian Risiko
9) Identifikasi sumber bahaya
10) Penilaian risiko
11) Tindakan Pengendalian
12) Perancangan (design) dan rekayasa
13) Pengendalian administrative
14) Tinjauan ulang kontrak
15) Pembelian
16) Prosedur menghadapi keadaan darurat atau bencana
17) Prosedur menghadapi Insiden
18) Prosedur rencana pemulihan keadaan darurat.
19) Pengukuran dan Evaluasi
20) Inspeksi dan pengujian
21) Audit Sistem Manajemen K3
22) Tindakan Perbaikan dan pencegahan
23) Tinjauan Ulang dan Peningkatan oleh Pihak Manajemen
24) Evaluasi terhadap penerapan kebijakan K3
25) Tujuan, sasaran dan kinerja K3
26) Hasil temuan audit system manajemen K3
27) Evaluasi efektifitas penerapan system manajemen K3 dan
kebutuhan untuk mengubah system manajemen K3 sesuai dengan :
Perubahan peraturan perundangan
Tuntutan dari pihak yang terkait dan pasar
Perubahan produk dan kegiatan perusahaan
Perubahan struktur organisasi perusahaan
5. PERATURAN K3 YANG DIKELUARKAN OLEH DEPARTEMEN KESEHATAN

a. Surat Kep. Men. Kes. RI No.1231/Yankes/Instal/IX/83


tentang Pembentukan Panitia Ketentuan Mengenai Peralatan Elektromedis
untuk Menjamin Keamanan Jalannya Pelayanan. Panitia ini telah menyusun
pedoman mengenai peralatan elektromedis untuk menjamin keamanan
jalannya pelayanan. Dalam pedoman tersebut diuraikan mengenai
keselamatan peralatan untuk mencegah kesalahan-kesalahan, maka perlu
diketahui bahaya masing-masing peralatan tersebut. Bahaya tersebut
terdiri dari bahaya listrik, mekanik, ledakan, kebakaran, radiasi, kebisingan,
suhu dan lingkungan. Selain keselamatan peralatan, dalam pedoman ini juga
diuraikan tentang keselamatan instalasi yaitu susunan semua peng-
kawatan, sakelar, transformator dan bagian-bagian lain yang dimaksudkan
untuk penyaluran daya ke peralatan listrik yang digunakan dalam fasilitas
pelayanan kesehatan. Pedoman ini juga mengatur aturan pemakaian,
organisasi, latihan dan pengawasan dan dapat dipakai sebagai acuan bagi
rumah sakit pada waktu mengadakan pemasangan alat elektromedis.

b. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 712/Menkes/Per/X/96


tentang Persyaratan Kesehatan Jasa Boga Yang diatur di dalam peraturan
ini adalah lokasi dan bangunan, pengolahan, penyimpanan, pengangkutan,
pengusaha, penanggungjawab dan tenaga, izin penyehatan makanan,
pembinaan dan pengawasan. Peraturan ini dapat dipakai sebagai acuan bagi
rumah sakit, dimana makanan pasien dikerjakan oleh catering. Dalam
memilih catering harus yang sudah memenuhi ketentuan persyaratan
kesehatan jasa boga. Selain itu, peraturan ini juga dapat digunakan sebagai
acuan bagi instalasi Gizi di rumah sakit dalam melaksanakan kegiatan
pengolahan, penyimpanan dan pengangkutan serta fisik bangunan.

c. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 986/Menkes/Per/XI/1992


tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit Dalam peraturan
ini diatur tentang lokasi, lingkungan, bangunan, fasilitas sanitasi dan jasa
pelayanan lainnya, pengelola dan tenaga yang termasuk upaya penyehatan
lingkungan rumah sakit, pembinaan dan pengawasan. Di dalam peraturan ini,
aturan hanya bersifat umum, sedangkan aturan teknisnya diatur melalui SK
Dirjen P2MPLP No.00.06.64.44

d. Keputusan Dirjen PPM & PLP No. 00.06.64.44 tanggal 18 Februari 1993
tentang Persyaratan dan Petunjuk Teknis Tata Cara Penyehatan
Lingkungan Rumah Sakit.
Peraturan ini merupakan Petunjuk Teknis dari Permenkes No.986/1992
tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit. Dalam peraturan
ini dijelaskan tentang persyaratan Kesehatan Lingkungan ruang dan
bangunan serta fasilitas sanitasi Rumah Sakit, Persyaratan Kesehatan
Konstruksi Ruangan di Rumah Sakit, Kualifikasi Tenaga di Bidang
Kesehatan Lingkungan yang bekerja di rumah sakit dan petunjuk Teknis
Tata cara Pelaksanaan Penyehatan Lingkungan Rumah Sakit.
e. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1244/ Menkes/SK/XII/1994 tentang
Pedoman Keamanan Laboratorium Mikrobiologi dan Biomedis Pedoman ini
menjelaskan mengenai klasifikasi mikroorganisme dan laboratorium,
manajemen keamanan kerja laboratorium, yang meliputi tingkatan
manajemen keamanan kerja, kewajiban petugas atau tim keamanan kerja
dalam laboratorium, system pencatatan dan pelaporan adanya bahaya di
dalam laboratorium, pelatihan keamanan kerja dalam laboratorium, praktek
laboratorium yang benar, pengelolaan specimen, tata ruang dan fasilitas
laboratorium, sterilisasi, desinfeksi, dekontaminasi dan tata laksana limbah
laboratorium, peralatan laboratorium dan bahaya yang dapat dicegah,
kesehatan petugas laboratorium dan lain sebagainya.

f. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 472/Menkes/Per/V/1996


tentang Pengamanan Bahaya Berbahaya Bagi Kesehatan Dalam peraturan
ini di atur tentang distribusi atau pengedaran, pengelolaan bahan berbahaya
bagi kesehatan, dimana setiap bahan berbahaya yang diedarkan harus diberi
wadah dan kemasan dengan baik dan aman. Pada wadah kemasan
dicantumkan nama sediaan atau nama dagang, nama bahan aktif, isi berat
netto, kalimat peringatan dan tanda atau symbol bahaya, petunjuk
pertolongan pertama pada kecelakaan yang disebut MSDS (Material Safety
Data Sheet). Dalam peraturan ini juga dilampirkan daftar bahan berbahaya
yang harus didaftarkan.

g. Peraturan Menteri Kesehatan RI No.363/Menkes/Per/V/1998


tentang Pengujian dan Kalibrasi Alat Kesehatan pada Sarana Pelayanan
Kesehatan Dalam peraturan ini diatur jenis-jenis peralatan medis yang
wajib diuji dan di kalibrasi. Alat yang wajib diuji dan dikalibrasi dicantumkan
pada lampiran surat keputusan ini. Alat yang telah dilakukan pengujian dan
atau sudah dikalibrasi dengan hasil memenuhi standar diberikan sertifikat.

h. Surat Keputusan Bersama Dirjen YanMed (Depkes) dengan Dirjen Binawas


(Depnaker) SKB No.147A/Yanmed/Insmed/II/92-Kep 44/BW/92
tentang Pelaksanaan Pembinaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Berbagai Peralatan Berat Non Medik di Lingkungan Rumah Sakit.
Pembinaan K3 meliputi pesawat uap, bejana tekan, pesawat angkat atau
crane, lift, instalasi deteksi pemadam kebakaran, instalasi listrik dan
penangkal petir, pesawat pembangkit tenaga listrik.
6. PERATURAN K3 YANG DIKELUARKAN OLEH DEPARTEMEN LAIN

Keputusan Direktur Cabang Jenderal Badan Tenaga Atom Nasional No. PN 03/160/DJ/89 tentang Ketentuan Keselamatan
Kerja Terhadap Radiasi Peraturan ini mengatur tentang ketentuan-ketentuan keselamatan terhadap radiasi.

C. Dukungan Keselamatan Konstruksi


C.1 Sumber Daya Berupa Peralatan, Material dan Biaya

No Jenis Komunikasi PIC Waktu Pelaksanaan

Pimpinan teknik Petugas K3 Konstruksi,


1. Induksi Keselamatan Konstruksi (Safety Induction) Unit Mingguan/selama masa
pelatihan/ petugas pengawas pelaksanaan pelaksanaa

Pimpinan teknik Petugas K3 Konstruksi,


2. Pertemuan pagi hari (safety morning) Unit Mingguan/selama masa
pelatihan/ petugas pengawas pelaksanaan pelaksanaa

Pimpinan teknik Petugas K3 Konstruksi,


3. Pertemuan Kelompok Kerja (toolbox meeting) Unit Mingguan/selama masa
pelatihan/ petugas pengawas pelaksanaan pelaksanaa

Pimpinan teknik Petugas K3 Konstruksi,


4. Rapat Keselamatan Konstruksi (construction safety Unit Mingguan/selama masa
meeting pelatihan/ petugas pengawas pelaksanaan pelaksanaa
C.2. Kompetensi

Dalam UU Jasa Konstruksi No 18 Tahun 1999 pasal 1 antara lain


menyebutkan bahwa pelaksana konstruksi adalah penyedia jasa orang
perorang atau badan usaha yang dinyatakan ahli yang profesoinal dibidang
pelaksanaan jasa konstruksi yang mampu menyelenggarakan kegiatan untuk
mewujudkan suatu hasil perencanaan menjadi bentuk bangunan atau bentuk
fisik yang lain. Mengingat tenaga kerja konstruksi atau yang disebut dengan
tukang merupakan bagian dari pelaksana konstruksi fisik, maka kompetensi
atau kemampuan yang dimaksud tidak lepas dari kemampuan atau kompetensi
dari para tukang. Hal tersebut juga sesuai dengan pasal 9 antara lain
disebutkan bahwa tenaga kerja yang melaksanakan pekerjaan keteknikan yang
bekerja pada pelaksana konstruksi harus memiliki sertifikat ketrampilan dan
keahlian kerja. Selanjutnya pada UU no.13 tahun 2003 tentang
ketenagakerjaan pada pasal 1 menyebutkan bahwa Kompetensi kerja adalah
kemampuan kerja setiap individu yang mencakup aspek pengetahuan,
keterampilan, dan sikap kerja yang sesuai dengan standar yang ditetapkan.

Sejalan dengan Undang-undang No. 18 tahun 1999 tentang Jasa


Konstruksi mengamanatkan agar setiap tenaga teknik jasa konstruksi wajib
memiliki sertifikat keterampilan kerja (SKTK) sebagai bentuk pengakuan
kompetensi tenaga teknik jasa konstruksi yang pada akhirnya diharapkan akan
mampu meningkatkan kualitas hasil pekerjaan konstruksi di Indonesia. Pada
saat ini SKTK merupakan syarat mutlak bagi tenaga teknik untuk dapat
bekerja di bidang konstruksi. Selanjutnya pada Peraturan Pemerintah no. 23
tahun 2004 tentang Badan Nasional sertifikasi Profesi pada pasal 1 disebutkan
bahwa Sertifikasi kerja adalah proses pemberian sertifikasi kompetensi yang
dilakukan secara sistematis dan obyektif melalui uji kompetensi yang mengacu
kepada standar kompetensi kerja nasional Indonesia/dan atau internasional.
Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia adalah rumusan kemampuan
kerja yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan dan/atau keahlian
serta sikap kerja yang relevan dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.

PEMBAHASAN
1. Kompetensi Tenaga Kerja Konstruksi Secara Realistik
Kompetensi tenaga kerja konstruksi secara realistik dapat diukur atau
ditunjukan pada ketrampilannya di lapangan, misalnya dalam pekerjaan
pengecoran kolom beton, salah satunya adalah mereka harus mengerti
tentang Standard Operating Procedure (SOP), dan prosedurnya. Contoh
untuk pekerjaan beton beberapa SOP di lapangan yang dapat
mempengaruhi kualitas dan keselamatan kerja, mereka akan melakukan
hal-hal antara lain :
a. Tidak menggunakan bahan yang tidak memenuhi standar.
b. Penambahan air pada campuran beton misalnya akan membuat
kuat tekan beton monoton.
c. Sambungan lewatan baja tulangan adalah sekitar 40 kali diameter
tulangan dan semua begel harus mempunyai kait yang memadai dengan
jarak antara begel maksimum sebesar tinggi elemen.
d. Beton harus dirawat setelah bekisting dibuka.
e. Mengetahui secara dini dan tidak menutup-nutupi potensi
kegagalan konstruksi yang akan terjadi.

f. Beton yang keropos tidak langsung ditutup dengan plesteran


sebelum mengetahui seberapa dalam keroposnya.
g. Mengetahui risiko fatal dari kesalahan pengoperasian mesin

2. Kompetensi Tenaga Kerja Konstruksi Secara Legalitas


Kompetensi tenaga kerja konstruksi secara legalitas dapat diukur atau
ditunjukan denganmenggunakan sertifikasi. Dalam Peraturen Pemerintah
nomor 23 tahun 2004 tentang Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP)
pasal 1 ayat 1 dan 2 yaitu tentang kompetensi dijelaskan sebagai berikut :
a. Sertifikasi kompetensi tenaga kerja adalah proses pemberian
sertifikat kompetensi yang dilakukan secara sistematis dan
obyektif melalui uji kompetensi yang mengacu kepada standar
kompetensi kerja Nasional Indonesia dan/atau internasional.
b. Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia adalah rumusan
kemampuan kerja yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan
dan atau keahlian serta sikap kerja yang relevan dengan
pelaksanaan tugas dan syarat jabatan yang ditetapkan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Dari uraian di atas nampak bahwa standar kompetensi diarahkan pada


standar nasional maupun internasioan. Selanjutnya guna terlaksananya
tugas sertifikasi kompetensi kerja, BNSP dapat memberikan lisensi kepada
lembaga sertifikasi profesi yang memenuhi persyaratan yang ditetapkan
untuk melaksanakan sertifikasi kompetensi kerja.

3. Kompetensi Tenaga Kerja Konstruksi Secara Akademis


Kompetensi tenaga kerja konstruksi secara akademis didapat setelah
merela melalui pendidikan dalam suatu masa tertentu baik secara formal
maupun secara non formal. Pendidikan secara formal umumnya
diselenggarakan oleh universitas, politeknik, sekolah lanjutan kejuruan dan
lainnya, sedangkan pihak pendidikan secara non formal bisa dilakukan lewat
program latihan kerja. Mengingat jumlah tenaga kerja konstruksi di
Indonesia sangat banyak, sedangkan jumlah badan penyelenggara
pendidikan formal sangat terbatas, maka pendidikan non formal berupa
latihan kerja diharapkan bisa berperan lebih banyak. Menurut PP no.71
tahun 1991 pasal 1 dijelaskan beberapa istilah tentang latihan kerja adalah
sebagai berikut :
a. Latihan kerja adalah keseluruhan kegiatan untuk memberikan,
memperoleh, meningkatkan serta mengembangkan keterampilan,
produktivitas, disiplin, sikap kerja dan etos kerja pada tingkat
keterampilan tertentu berdasarkan persyaratan jabatan tertentu yang
pelaksanaannya lebih mengutamakan praktek dari pada teori.
b. Program latihan kerja adalah pernyataan tertulis yang memuat
tentang tujuan dan cara-cara untuk mencapai tujuan secara
sistematis yang disusun menurut bidang kejuruan, jenjang dan atau
tingkat, standar latihan, metode, peserta, instruktur, sarana ,
pembiayaan, sertifikasi dan lisensi kerja.
c. Metode latihan kerja adalah cara penyajian pengetahuan, ketrampilan
dan sikap kerja kepada peserta oleh instruktur dengan menggunakan
sarana yang tersedia.
d. Sertifikasi latihan kerja adalah suatu proses pemberian sertifikat bagi
seseorang yang telah lulus ujian akhir latihan kerja
e. Sertifikasi keterampilan adalah suatu proses pemberian sertifikat
melalui suatu pengujian yang didasarkan pada standar kualifikasi
keterampilan dan atau jabatan yang berlaku.
f. Lisensi adalah surat keterangan yang diberikan kepada seseorang
yang telah memiliki sertifikat keterampilan kerja tertentu yang
dinyatakan berhak untuk melakukan kegiatan pekerjaan dibidangnya,
yang mengandung risiko bahaya baik bagi tenaga kerja yang
bersangkutan maupun lingkungan.
g. Etos kerja adalah jiwa dan semangat yang didasari oleh cara pandang
yang menilai pekerjaan sebagai pengabdian terhadap diri sendiri,
masyarakat, maupun Tuhan Yang Maha Esa
h. Kualifikasi ketrampilan adalah uraian keterampilan yang baku
berdasarkan analisis suatu jabatan yang harus dikuasai oleh
seseorang tenaga kerja untuk mampu melaksanakan tugasnya secara
efisien dan efektif.

4. Komitmen Pemerintah
Pemerintah telah menyatakan siap menghadapi liberalisasi tenaga kerja
yang akan diterapkan pada tahun 2009 terkait dengan perdagangan bebas.
Salah satu kesiapan pemerintah diwujudkan dalan pembentukan Badan
Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP) yang bertugas melaksanakan sertifikasi
kompetensi kerja bagi tenaga kerja Indonesia. Badan ini sebenarnya
diharapkan sudah beroperasi pada tahun 2005, namun pelaksanaannya
masih dirasa kurang maksimal. Hal ini disebabkan oleh kurangnya
sosialisasi dan minat dari masyarakat terkait. Badan ini juga akan
memberikan ujian tingkat akhir bagi proses pelatihan yang dilakukan oleh
balai-balai pelatihan. Misalnya di balai pelatihan tukang las, BNSP akan
menguji pada tingkat akhir dan mengeluarkan sertifikat bagi tukang las.
Sertifakat yang dikeluarkan ini diharapkan berlaku paling tidak dikawasan
ASEAN. Dengan adanya sertifikat tersebut, jika kualifikasi untuk suatu
bidang pekerja sudah ada, kita bisa menolak tenaga kerja asing yang akan
masuk ke bidang tersebut. Dengan demikian tenaga kerja Indonesia akan
terlindungi meskipun pasar kerja Indonesia juga terbuka bagi masuknya
tenaga kerja asing. Kualifikasi kompetensi tersebut akan dibuka di berbagai
bidang dan tidak ada yang high labour maupun yang low labour. Dengan
demikian meskipun ada liberalisasi, kita siap menghadapinya. Demikian juga
negara lain juga bisa menolak tenaga kerja asing kalau memang mereka
sudal memiliki tenaga kerja yang sudak memiliki sertifikasi kualifikasi
profesi tersebut. Standar kompetensi kerja sangat penting untuk
pengembangan tenaga profesi dan ahli, khususnya di bidang/ sektor industri
logam dan mesin mengingat perkembangan teknologi dan rekayasa yang
cukup pesat dan tinggi.
Salah satu aspek yang penting dalam liberalisasi di bidang jasa adalah
pergerakan orang (personal movement) dari suatu negara ke negara lain.
Sebagai contoh dalam liberalisasi di bidang jasa tenaga kerja asing dari
berbagai bidang, seperti bidang kesehatan, transportasi, jurnalistik dan lain-
lain dapat bebas dan masuk ke Indonesia dan menjalankan praktek
usahanya. Oleh karena itu perlu sekali adanya standardisasi dan sertifikasi
profesi khususnya sertifikasi kompetensi kerja dan standar kompetensi
kerja nasional Indonesia, yang harus mengacu pada standar kompetensi
kerja nasional dan internasional.
5. Komitmen Pihak Swasta
Berhasilnya tenaga kerja konstruksi yang mempunyai kompetensi tidak bisa
dicapai hanya dengan mengandalkan pemerintah atau tenaga kerja
konstruksi itu sendiri, tapi pihak swasta atau stake holder yang banyak
terlibat di bidang konstruksi seperti Kontraktor dan Suplaiyer material juga
diharapkan banyak berperan dan meningkatkan kompetensi mereka. Sebagai
misal beberapa produsen semen mempunyai komitmen untuk meningkatkan
kompetensi tukang secara nyata. Salah satu produsen semen melakukan
kerja sama dengan pihak Universitas dalam melaksanakan pelatihan untuk
meningkatkan kompetensi tenaga kerja. Demikian juga pihak Kontraktor,
pelatihan dapat dilakukan dengan melakukan uji material yang milibatkan
calon tenaga kerja konstruksi yang akan melaksanakan suatu pekerjaan
yang dianggap cukup rumit, dan uji tersebut akan mempunyai beberapa
keuntungan misalnya (1) akan meningkatkan kompetensi tukang, (2)
mengetahui apakah suatu metode dapat dilakukan oleh tenaga kerja dan
peralatan yang ada.
C.3. Kepedulian

PT. UTUSAN KARYA NUSANTARA juga memiliki kebijakan K3 yang selalu


dikomunikasikan kepada seluruh komponen proyek, termasuk kepada
subkontraktor, supplier dan tamu. Kebijakan K3 ini memuat seluruh aspek K3
yang menjadi sasaran proyek. Hal itu dilakukan karena perusahaan sadar K3
merupakan aset paling penting dalam pelaksanaan proyek konstruksi.
Manajemen K3 dilaksanakan sejak masa perencanaan, masa pelaksanaan
hingga berakhirnya proyek. Pada masa perencanaan, method statement yang
ada, harus melalui check list safety untuk memastikan metode tersebut masuk
dalam katagori risiko yang dapat diterima (acceptable risk). Sedangkan faktor
paling penting dalam pelaksanaan K3 adalah komitmen manajemen yang kuat
dan konsisten, adanya sistem (SOP & Rules) yang mudah di implementasikan,
tingkat kepedulian semua elemen yang terpelihara, sumber daya manusia yang
cukup untuk melaksanakan dan memelihara sistem yang diterapkan serta
sumberdaya keuangan. Meskipun implementasi K3 yang baik tidak harus
dengan biaya tinggi, namun harus ada alokasi dana khusus yang cukup untuk
implementasinya.
Penerapan K3 yang baik adalah dengan membuat program-program yang
logis, mudah, dan reasonable untuk dilaksanakan secara konsisten. Dan yang
terpenting adalah memberikan informasi, pengertian, penyuluhan, dan training-
training kepada seluruh pekerja serta menerapkan sistem reward dan
punishment. Media untuk menyampaikan informasi ini sangat beragam, mulai
dari Safety Induction, poster-poster, penyuluhan dalam Tool Box Meeting
(TBM) dan Safety Talk, statistik, Training dan Safety Campaign.
Dalam Safety Campaign, selain memberikan training mengenai Safe Work
Practice, terkadang Safety Department juga memberikan informasi-informasi
kecelakaan untuk sedikit menakuti pekerja, seperti memutar film mengenai
kecelakaan kerja, foto-foto korban, dan sebagainya. Hal ini bertujuan untuk
meningkatkan kepedulian pekerja terhadap pentingnya keselamatan.
ID Card diberi tanda
Kebijakan K3 yang baik harus disertakan dengan sanksi yang tegas dan
mendidik. Terhadap 1 sampai 2 kali pelanggaran akan dikenakan denda tilang
berupa pemotongan gaji serta ID Card di bolongi sebagai tanda. Dan apabila
masih terulang lagi untuk yang ketiga kalinya, maka dapat menyebabkan
pekerja tersebut dikeluarkan dan dilarang untuk bekerja di seluruh proyek
Kajima. Jenis pelanggarannya antara lain, merokok, tidak menggunakan safety
belt, merusak rambu dan proteksi, tidak menggunakan alat pengaman diri
dengan benar, dan lain-lain.
Manajemen juga menjalin kerja sama dengan rumah sakit dan klinik 24 jam
terdekat, di samping tersedianya klinik dalam proyek yang dijaga oleh
paramedis. Mobil operasional khusus untuk mengirimkan korban selalu siap
berikut drivernya. Dalam tempo waktu 5 menit, mobil operasional tersebut
harus sudah tiba di lokasi kecelakaan, dan dalam tempo waktu 10 menit sudah
harus sudah tiba di Rumah Sakit terdekat. Ada latihan emergency dengan pihak
PMI, dan waktu ditempuhnya harus sesuai.
C.4. Komunikasi
Pengelolaan komunikasi adalah proses yang diperlukan agar mereka yang
terlibat dalam proyek, mislanya stake holder, memperoleh informasi yang
diperlukan dan pada waktu yang tepat. Ini dapat terdiri dari perumusan,
pengumpulan, penyampaian, penerimaan dan penyimpanan informasi proyek.
Sistematika proses pengelolaan komunikasi dapat dilihat pada gambar berikut :
Perencanaan Komunikasi
Perencanaan komunikasi meliputi penentuan jenis informasi dan
komunikasi yang diperlukan proyek, seperti kepada siapa, kapan
waktunya, dan bagaimana cara menyampaikannya. Output dari
langkah ini adalah lembaran perencanaan komunikasi.
Jadwal Program Komunikasi

No Jenis Komunikasi PIC Waktu Pelaksanaan

Koordinator Keselamatan
1 Induksi Keselamatan Konstruksi 1 Bulan 2 Kali
Konstruksi

Investigasi Koordinator
2 Pertemuan Pagi Hari Keselamatan Konstruksi 1 Bulan 2 Kali
Insiden

Koordinator Keselamatan
3 Pertemuan Kelompok Kerja 1 Bulan 2 Kali
Konstruksi

Koordinator Keselamatan
4 Rapat Keselamatan Konstruksi 1 Bulan 2 Kali
Konstruksi

Koordinator Keselamatan
5 HSE Statistic Board 1 Bulan 2 Kali
Konstruksi

Koordinator Keselamatan
6 Papan Pengumuman K3 Tiap Bulan
Konstruksi
C.5. Informasi Terdokumentasi

Informasi Terdokumentasi meliputi :


Distribusi Informasi
Proses ini bertujuan untuk memberikan materi informasi yang
diperlukan stake holder tepat pada waktuya. Output dari langkah ini
adalah catatan informasi.
Laporan
Proses ini berkaitan dengan pembuatan laporan kemajuan proyek
serta sumber daya yang telah digunakan untuk melakukan kegiatan
sampai saat pelaporan. Output dari langkah ini adalah laporan
kemajuan atau kinerja proyek.
Penutupan Administrasi
Penutupan administrasi meliputi verifikasi dan dokumentasi laporan
yang penting guna mempersiapkan laporan penyelesaian proyek dan
project acceptance. Output dari langkah ini adalah dokumen laporan
penutupan proyek dan fonnal acceptance.
Teknik, Metode, dan Prosedur
Teknik, Metode, dan Prosedur pengelolaan komunikasi dan informasi
terdokumentasi adalah mengadakan pertemuan dan rapat, membuat
laporan tertulis, dan menggunakan system informasi manajemen
proyek.
D. Operasi Keselamatan Konstruksi

D.1 Analisis Keselamatan Pekerjaan (Job Safety Analysis)

Nama Pekerja :
Nama Paket : Rehabilitasi dan Renovasi Prasarana Sekolah Provinsi Kepilauan Riau 1
Pekerjaan :
Tanggal Pekerjaan

Alat Pelindung Diri yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan :

Rompi Keselamatan/Safety
1 Helm/Safety Helmet V 4 Vest V
Masker
2 Sepatu/Safety Shoes V 5 Pernapasan/Respiratory V
3 Sarung Tangan/Safety Gloves V 6 Jaring Pengaman V
D. OPERASI KESELAMATAN KONSTRUKSI
Tabel. Analisa Keselamatan Pekerjaan (Job Safety Analysis)
Nama Pekerja =-
Nama Paket Pekerjaan = Rehabilitasi dan Renovasi Prasarana Sekolah Provinsi
Kepulauan Riau 1
Lokasi = Kabupaten Lingga Provinsi Kepulauan Riau
Tanggal Pekerjaan =-

Alat Pelindung Diri yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan :


1 Helm / Safety Helmet Ѵ

2 Sepatu / Safety Shoes Ѵ

3 Sarung Tangan / Safety Gloves Ѵ

4 Rompi Keselamatan / Safety Vest Ѵ

5 Masker Pernafasan / Respiratory Ѵ

6 Penutup Telinga / Pelindung Telinga Ѵ

7 Safety Harnest Ѵ

No. Uraian Pekerjaan Identifikasi Bahaya Pengendalian Penanggung Jawab


(Skenario Bahaya)
1 2 3 4 5
1 Pekerjaan Tanah  Bisa terluka akibat tertimbun, terjepit,  Pembuatan Jalur Lalu lintas manuver  Petugas K3
terjatuh, terkena alat kerja, tertimpa pekerja, bahan dan alat  Inspector K3
material  Penggunaan APD yang sesuai  Qualiti
 Terjatuh, terpukul, tertimpa benda,  Menggunakan rambu peringatan dan Engineering
Iritasi kulit, cedera mata barikade  Pengawas
 Terjatuh ke lubang galian  Diberikan penyuluhan bahaya Pelaksana
kecelakaan kerja sebelum bekerja Pekerjaan
 Memakai Sarung tangan
 Menggunakan alat pelindung diri yang
sesuai
 Memakai sepatu kerja.
 Bekerja dengan hati – hati
 Pekerja diharap menggunakan peralatan
pengamanan sewaktu bekerja
 Memakai Sarung tangan
 Menggunakan alat pelindung diri yang
sesuai
 Memakai sepatu kerja.
 Memeriksa alat kerja sebelum di
gunakan
 Tidak bercanda sambil bekeja
 Bekerja dengan hati – hati
 Diberikan penyuluhan sebelum bekerja
 Diberikan rambu peringatan
keselamatan kerja
 Selalu menerapkan protokol
pencegahan COVID-19 di dalam
area kerja/di lapangan
No. Uraian Pekerjaan Identifikasi Bahaya Pengendalian Penanggung Jawab
(Skenario Bahaya)
1 2 3 4 5
2 Pekerjaan  bisa terluka akibat terjatuh,  Pastikan scaffolding berfungsi dengan  Petugas K3
Mekanikal baik/tidak rusak dan dioperasikan oleh  Inspector K3
 tergores, terkena alat kerja, orang/ pekerja yang terampil.  Qualiti
Engineering
 tertimpa material,  Pekerja dilengkapi dengan APD (alat  Pengawas
pelindung diri) antara lain : Sepatu, Pelaksana
 tersengat listrik/konsleting, kebakaran Helm, Masker, dll. Pekerjaan

 Penyimpanan scaffolding yang akan


dipasang ditumpuk pada area yang
aman dan tidak terlalu tinggi sehingga
menyebabkan scaffolding tersebut
jatuh.

 Memakai Sarung tangan Menggunakan


alat pelindung diri yang sesuai
 Memakai sepatu kerja.
 Memeriksa alat kerja sebelum di
gunakan
 Tidak bercanda sambil bekeja
 Bekerja dengan hati – hati
3 Pekerjaan  Tertimpa material baja  Diberikan
pengecekan peralatan sebelum mulai  Petugas K3
penyuluhan sebelum bekerja
Elektrikal  Sling putus Terkena mesin gerinda  Diberikan
pelaksanaan, rambu pengarahanperingatan
pekerja,  Inspector K3
 Gangguan pernafasan tukang konstruksi rangka atap baja  Qualiti
keselamatan kerja
 Tersengat listrik ringan, dll. menerapkan Engineering
 Selalu protokol
 Jatuh saat pemasangan baja  pencegahan
membuang bahan matrial sisa area
yang  Pengawas
COVID-19 di dalam
 Terkena percikan api las tidak terpakai dan tetap menjaga Pelaksana
kerja/di lapangan
 Tabung las kebakar kebersihan di areal tempat bekerja Pekerjaan
 Terjatuh, tertimpa benda, Kerusakan  pemeriksaan pendukung kerja dan
Mata, Terbakar peralatan yang digunakan serta
penggunaan peralatan pengaman
kerja (helm, sepatu boot, tali/ jaring
pengaman dan schafolding)
 perlindungan terhadap pekerja
berupa penggunaan alat bantu
4 Penanganan Covid-  Batuk ketinggian yang memadai
 menjaga kesehatan dan kebugaran agar dan  Petugas K3
19  Panas memenuhi
stamina standar
tubuh tetap k3 (helm,
prima dan sepatu
sistem  Inspector K3
 Pilk boot, tali/ atau
imunitas jaringkekebalan
pengaman tubuhdan  Qualiti
 Sesak Nafas, dll schafolding)
meningkat. Engineering
 Selalu menerapkan protokol  Pengawas
pencegahan COVID-19 di dalam
 Mencuci tangan dengan benar secara area Pelaksana
kerja/di menggunakan
teratur lapangan air dan sabun Pekerjaan
atau hand-rub berbasis alkohol.

 Ketika batuk dan bersin, tutup hidung


dan mulut Anda dengan tisu atau
lengan atas bagian dalam (bukan
dengan telapak tangan)

 Gunakan masker dengan benar hingga


menutupi mulut dan hidung

 Selalu menerapkan protokol


pencegahan COVID-19 di dalam area
kerja/di lapangan
D.2 Kesiapan dan Tanggapan Terhadap Kondisi Darurat

Identifikasi keadaan darurat: Langkah pertama menuju perencanaan tanggap


darurat adalah mengidentifikasi semua situasi darurat yang mungkin
dihadapi organisasi selama jam kerja atau setelah jam kerja. Pertimbangkan
lokasi perusahaan, sifat pekerjaan perusahaan, mesin atau bahan kimia yang
digunakan, dibuat, atau disimpan di dalam lokasi. Buat daftar semua potensi
keadaan darurat yang mungkin dihadapi perusahaan. Lakukan penilaian
risiko yang terkait dengan keadaan darurat ini.

Identifikasi persediaan / sumber daya yang diperlukan untuk menanggapi


keadaan darurat: Anda perlu menilai kemampuan tempat kerja Anda saat ini
untuk merespons keadaan darurat. Ini termasuk sumber daya internal dan
eksternal, persediaan medis atau lainnya yang diperlukan untuk menanggapi
keadaan darurat. Anda mungkin dapat mengendalikan beberapa keadaan
darurat dengan kontrol proaktif, seperti mengurangi sumber pengapian.
Selain kontrol proaktif, identifikasi kontrol reaktif seperti saluran
komunikasi, bantuan medis, generator, peralatan pemadam kebakaran, dan
lain-lain yang mungkin diperlukan saat keadaan darurat terjadi.

Buat rencana tanggap darurat: Rencana Tanggap Darurat yang tepat perlu
dibuat setelah keadaan darurat dan mekanisme tanggapan mereka
diidentifikasi. Ini akan mencakup prosedur untuk menangani keadaan
darurat, lokasi dan instruksi untuk fasilitas darurat, prosedur evakuasi,
alarm dan fasilitas darurat.

Komunikasikan dan Latih pekerja / pemangku kepentingan yang relevan


tentang tanggap darurat: Begitu Rencana Tanggap Darurat dibuat, penting
untuk mengkomunikasikan rencana tersebut kepada semua pekerja /
pemangku kepentingan yang relevan. Anda perlu melatih pekerja untuk
menangani situasi darurat. Latihan darurat yang sering dapat dilakukan
untuk mendidik pekerja dari waktu ke waktu.

Evaluasi dan revisi prosedur tanggap darurat: Prosedur tanggap darurat


harus dievaluasi setelah latihan atau setelah keadaan darurat dihadapi. Jika
perlu, prosedur darurat ini harus diubah atau direvisi berdasarkan hasil
pengujian atau latihan.

Perencanaan tanggap darurat penting bagi setiap perusahaan karena selalu


lebih baik berhati-hati dengan cara aman daripada menyesal. Membuat
rencana respons yang efektif untuk keadaan darurat mungkin membutuhkan
usaha yang lebih, tetapi tentunya akan terbayarkan dalam jangka panjang.
Ini memastikan keselamatan pekerja Anda dan membantu membangun
tempat kerja yang sehat dan aman.
E.Evaluasi Keselamatan Konstruksi

E.1 Pemantauan dan Evaluasi

Jadwal Inspeksi dan Audit

Bulan Ke
No. Kegiatan PIC :
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Pimpinan teknik Ahli
1 Inspeksi K3
Keselamatan Konstruksi, Unit
Konstruksi pelatihan/ petugas
pengawas pelaksanaan
Pimpinan teknik Ahli
2 Patroli K3
Keselamatan Konstruksi, Unit
Konstruksi pelatihan/ petugas
pengawas pelaksanaan
Pimpinan teknik Ahli
3 Audit internal K3
Konstruksi, Unit
pelatihan/ petugas
pengawas pelaksanaan
E. EVALUASI KINERJA KESELAMATAN KONSTRUKSI

E.1. Pemantauan dan Evaluasi


Kesehatan Kerja (SMK3) secara berkesinambungan dengan tujuan untuk
meningkatkan efektivitas keselamatan dan kesehatan kerja, maka dalam
peninjauan ulang PT. UTUSAN KARYA NUSANTARA selaku pihak kontraktor
melakukan evaluasi bidang keselamatan dan kesehatan kerja yang meliputi
a. Evaluasi terhadap penerapan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja
Evaluasi dilakukan untuk mengetahui keefektifan implementasi komitmen
manajemen yang dituangkan dalam kebijakan perusahaan dengan inspeksi
secara
rutin ke area kerja dan pemeriksaan dokumen-dokumen hasil
inspeksi
keselamatan dan kesehatan kerja di lapangan dan pelaporan hasil evaluasi
ini
dilakukan secara periodik kepada pihak manajemen.
b. Tujuan, sasaran dan kinerja keselamatan dan kesehatan kerja
Pemenuhan target dan keefektivan pelaksanaan keselamatan dan kesehatan
kerja dibuktikan dengan laporan hasil inspeksi baik berupa dokumen tertulis
yang berisikan laporan-laporan angka kecelakaan kerja, inspeksi tempat
kerja dan program-program keselamatan dan kesehatan kerja maupun
berupa laporan secara visual berupa gambargambar pelaksanaan
keselamatan dan kesehatan kerja di perusahaan sehingga dapat diukur
keefektivan tujuan, sasaran dan kinerja keselamatan dan kesehatan kerja
sesuai kebijakan perusahaan.
c. Hasil temuan audit SMK3
Keefektivan sasaran dan target pemenuhan pelaksanaan SMK3 dapat
ditinjau dari hasil temuan-temuan di lapangan dan dokumendokumen
cacatan hasil inspeksi yang dibuat dan diserahkan pihak manajemen untuk
disebar-luaskan ke pihak yang terkait sehingga dari data hasil audit
tersebut bisa dilakukan tindakan perbaikan dan terukur sejauh mana
keefektivan pelaksanaan SMK3.
d. Evaluasi efektivitas penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (SMK3).
Evaluasi efektivitas penerapan SMK3 perlu dilakukan sebagai bahan acuan
untuk memperbaiki/menyempurnakan peraturan atau pedoman yang telah
dibuat. Berdasarkan kelengkapan dan penerapan Sistem Manajemen
Keselamatan Kerja (SMK3) pada proyek Rehabilitasi dan Renovasi
Prasarana Madrasah Provinsi Kepilauan Riau 1 secara umum sudah berjalan
dengan baik. Standar SMK3 yang digunakan adalah OHSAS:1999 yang
merupakan standar Internasional. Dari segi komitmen dan kebijakan,
perencanaan, penerapan, pengukuran dan evaluasi serta tinjauan ulang oleh
pihak manajemen, OHSAS:1999 memiliki kesamaan dengan PERMENAKER
No.05/1996.
Jadwal Insfeksi dan Audit
Jadwal
No Kegiatan PIC
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Koordinator
Inspeksi Keselamatan
1 Keselamatan
Konstruksi
Konstruksi
Patroli Keselamatan Investigasi
2
Konstruksi Insiden
Koordinator
3 Audit internal Keselamatan
Konstruksi
C. EVALUASI KINERJA KESELAMATAN KONSTRUKSI
E.1. PEMANTAUAN DAN EVALUASI

PT. Utusan Karya Nusantara

Bagian : Petugas K3 Konstruksi

Penanggungjawab : Yandi Rusyana


Tahun : 2022

WAKTU PELAKSANAAN Pelaksana Keterangan

No. Sasaran RENCANA TINDAKAN Mei Juni Juli Agustus September Oktober Nopember Des Status

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 Pelaksanaan

1. Inspeksi K3LM harian R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R Ahhli K3 Continue

S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S
2. Sosialisasi metode kerja yang aman Ahhli K3 Close
kepada Mandor

3. Sosialiasi dan mengawasi R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R Ahhli K3 Continue


penggunaan APD yang memadai dan
sesuai pekerjaan S R R S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S
1 Incidence Rate = 0 4. Membantu memelihara railing-railing R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R Ahhli K3 Continue
yang terdapat pada area proyek. S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S
5. Ikut memelihara rambu-rambu R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R Ahhli K3 Continue
petunjuk area berbahaya S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S

6. Membantu dalam penyediaan jalan R Ahhli K3 Close


kerja yang aman S

7. Membantu dalam Pemeliharaan R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R Ahhli K3 Continue


petunjuk jalan masuk dan keluar dan
ke master area S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S

8. Menginformasikan kepada pelaksana R Ahhli K3 Close


K3LM tentang area berbahaya dalam
proyek S
9. Memelihara pagar pengaman R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R Ahhli K3 Continue
disekeliling lubang S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S
10. Membantu dalam pengecekan R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R Ahhli K3 Continue
scafollding dan cat walk S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S

11. Ikut memelihara kebersihan proyek R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R Ahhli K3p Continue


yang ada di area kerja ataupun
proyek. S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S

12. Menyediakan tempat istirahat R R R R R R Ahhli K3 Close


pekerja/bedeng yang memadai S S S S S S

13. Ikut memelihara pagar sementara R R R R R R Ahhli K3 Close


pada tepi construction joint lantai S S S S S S

Meningkatkan 1. Sosialisasi mengenai peraturan R Ahhli K3 Close


2
kesesuaian Legal perundang-undangan K3LM S

1. Membantu dalam pengawasan pada R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R Ahhli K3 Continue


pekerja agar tidak buang air kecil
sembarangan S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S
Meningkatkan kesehatan 2.
3
karyawan Menentukan tempat buang air kecil R Ahhli K3 Close
yang terjangkau pekerja S

3. Mengawasi pekerja dalam membuang R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R Ahhli K3 Continue


sampah di area proyek S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S

KETERANGAN R Rencana program

S Pelaksanaan sesuai dengan rencana

T Belum ada pelaksanaan

P Masih dalam pelaksanaan


E.2. Tinjauan Manajemen

Dalam pelaksanaan Rehabilitasi dan Renovasi Prasarana Madrasah Provinsi


Kepilauan Riau 1, Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)
telah direncanakan dan diterapkan dengan baik oleh perusahaan. Hal tersebut
terlihat dari hasil wawancara, observasi serta kelengkapan prosedur-prosedur
untuk mengatur terlaksananya pekerjaan dengan aman dan efisien. Standar dan
pedoman yang digunakan untuk mengatur terlaksananya SMK3 disusun dalam
Rencana Mutu, Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Lingkungan Proyek
(RMK3LP). Dasar penerapan SMK3 disesuaikan dengan standar internasional
yaitu OHSAS 18001:1999. Dilihat dari keberadaan kebijakan, komitmen,
perencanaan, penerapan, pengukuran, evaluasi serta tinjauan kembali oleh pihak
manajemen, OHSAS 18001:1999 memiliki kesamaan dengan PERMENAKER
No.05/1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(SMK3). SMK3 berpengaruh baik bagi perusahaan maupun tenaga kerja itu
sendiri. Hal tersebut terlihat dari data keselamatan dan kesehatan kerja pada
bulan Oktober, November dan Desember 2011, jumlah tenaga kerja yang
mengalami kecelakaan kerja masih tergolong rendah, sehingga tidak
menyebabkan terganggunya pelaksanaan pembangunan secara berarti. Selain itu
tidak terdapat kasus kecelakaan kerja maupun penyakit kerja yang menyebabkan
kematian.

E.3. Peningkatan Kinerja Keselamatan Konstruksi


Meminimkan dan menghindari kecelakaan pada tenaga kerja maka perlu di
perhatikan, diprioritaskan buat Perencanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(K3). Suatu kewajiban untuk bangsa Indonesia untuk secara aktif kontinyu
melakukan perlindungan pada para tenaga kerja. Perlindungan untuk para tenaga
kerja mencakup hal pokok yang luas, yakni perlindungan keselamatan, kesehatan,
penjagaan moral kerja, moral agama dan perlakuan yang bermatabat sesuai
budaya bangsa.
1. Mempertahankan dan meningkatkan penerapan SMK3 yang telah berjalan
di lokasi proyek.
2. Peningkatan intensif terhadap pekerja di lingkungan proyek untuk memacu
kebiasaan yang aman, misalnya dengan pemberian penghargaan kepada
pekerja dalam hal pemakaian APD dan ketaatan dalam mematuhi peraturan
K3 serta dikenakannya sangsi untuk segala macam pelanggaran aturan.
3. Dibutuhkannya campur tangan pemerintah sebagai pengontrol dan
memberi sangsi bagi perusahaan yang mengabaikan masalah SMK3
sehingga menimbulkan perhatian dan kesadaran pihak perusahaan untuk
menerapkan SMK3 bagi kepentingan bersama.
PENCEGAHAN COVID-19 DI PROYEK KONSTRUKSI

A. PENGANTAR

1. Protokol ini dimaksudkan sebagai panduan umum bagi Pemilik Pengguna/


Penyelenggara bersarna Konsultan, Kontraktor,Subkontraktor, Vendor/
Supplier dan Fabrikator, Mandor serta paraPekerja dalam mencegah wabah
COVID-19 di proyek konstruksi.
2. Protokol ini merupakan bagian dari keseluruhan kebiiakan
untukmewujudkan keselamatan konsEuksi. Keselamatan konstruksi
adalahkeselamatan dan kesehatan kerja; keselamatan publik; dan
keselamatanlingkungan dalam setiap tahapan penyelenggaraan konstruksi
(life cycleof building and infrastructure developmenf).
3. Protokol ini berlaku di proyek konstruksi yarg disebnggarakan
olehPemerintah dan/atau Pemerintah Daerah danlatau BUMN,
maupuninvestasi swasta dant atau gabungan. Masing-masing pihak
pemangkuamanah di proyek konsEuksi dapat menindaklanjuti implementasi
dari protokol ini sesuai dengan kebijd<an perusahaan masing- masing.
B. PEMBENTUKAN SATGAS PENCEGAHAN COVID.19

1. Pemilik / Pengguna/ Penyelenggara bersama Konsultan Pengawas dan/atau


Konhaktor wajib mernbenfuk Satuan Tugas Pencegahan covtD-19.
2. Satuan Tugas tersebut berjurnlah paling sedikit 5 (lima) orang terdiri dari
Ketua merangkap anggota dan 4 (empat) Anggota yang mewakili Pemilik/
Pengguna/ Penyelenggara, Konsultan, Kontraktor, Subkontraktor, Vendor
Supplier.
3. Satuan Tugas tersebut memiliki tugas, tanggung jawab dan kewenangan
melakukan:
a. Sosialisasi, (ii)
b. Edukasi,
c. Promosi teknik dan
d. Metoda pencegahaan COVlDl9 serta (v) perneriksaan (examination)
potensi terinfeksi kepada semua orang, baik para manager, insinyur,
arsitek, karyawan / staf, mandor, pekeda dan tamu proyek.

C. PENYEDIAAN FASILTTAS KESEHATAN DI LAPANGAN

1. Kontraktor wajib menyediakan ruang klinik di lapangan dilengkapi


dengansarana kesehatan yang memdai, seperti: tabung oksigen,
pengukursuhu badan (fhermoscan), pengukur tekanan darah, obat-obatan,
danpetugas medis.
2. Kontraktor wajib memiliki kedasama operasional perlindungan
kesehatandan pencegahan COVlDlg dengan rumah sakit dan/ atiau pusat
kesehatan masyarakat terdekat dengan lapangan proyek untuk Tindakan
darurat (emergency).
3. Kontraktor wajib menyediakan fasilitas pengukur suhu badan(thermoscan),
penanci tangan dengan sabun disinbktan (hand sanitizer\,tissue, masker di
kantor dan lapangan proyek bagi para manager,insinyur, arsitek, karyawan/
staf, mandor, pekeria dan tamu proyek.

D. PELAKSANAAN PENCEGAHAN COVlD-19 Dl LAPANGAN

1. Satuan Tugas memasang poster (flyers) baik digital maupun fisik


tentanghimbauan/ anjuran penegahan COV|DI9, seperti mencuci
tangan,memakai masker, untuk disebarluaskan atiau dipasang di tempat-
tempat strategis di lapangan proyek.
2. Satuan Tugas bersama Petugas Medis harus menyampaikanpenjelasan,
anjuran, kampanye, promosi teknik pencegahan COVlDlgdalam setiap
kegiatan penyuluhan K3 pagi hari (safety moming talk).
3. Satuan Tugas nelarang seseorarg yang sakit dengan indikasi suhu >
38derajat Celcius (seluruh manager, insinyur, arsitek, karyawan/
staf,mandor, pekeria dan tamu proyek) datang ke lokasi proyek.
4. Petugas luledis melaksanakan pengukuran suhu tubuh kepada
seluruhpekeria, dan karyawan bersama para Safuan Pengaman Proyek
(Secuity Sfaff) dan Petugas Keamanan setiap pagi, siang dan sore,
Dalam Instruksi Menteri tersebut, memuat tentang mekanisme protokol
pencegahan Covid-19 dalam penyelenggaraan jasa konstruksi.

a. Pertama, membentuk satuan tugas (satgas) pencegahan Covid-19


yang dilakukan oleh pengguna jasa dan penyedia jasa.
b. Kedua, menyediakan fasilitas pencegahan Covid-19 yang dilakukan
oleh penyedia jasa pekerjaan konstruksi.
c. Ketiga, mengedukasi semua oang untuk menjaga diri dari Covid-19
oleh satuan tugas.
d. Keempat, mengukur suhu semua orang setiap pagi, siang, dan sore
yang dilakukan oleh penyedia jasa pekerjaan konstruksi.

Bandung, 23 Maret 2022


PT. UTUSAN KARYA NUSANTARA

LIE ANDRI LUKITO


Direktur Utama

Anda mungkin juga menyukai