Anda di halaman 1dari 21

“K3 dan Rencana Keselamatan Konstruksi”

Presented by :

Bintang Rezki Andesya.p


2021210025

Dosen Pengampu :
Arman A, S.ST., MT

INSTITUT TEKNOLOGI PADANG


1. Definisi K3 dan RKK
 Pengertian K3 dan RKK

 K3 dalam konstruksi Merujuk pada Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Konstruksi, yang merupakan serangkaian kegiatan untuk memastikan dan
melindungi keselamatan serta kesehatan para pekerja di sektor
konstruksi. RKK (Rencana Keselamatan Konstruksi) adalah dokumen yang
mempertahankan rencana penerapan SMKK (Sistem Manajemen
Keselamatan Konstruksi) dan merupakan bagian integral dari dokumen
kontrak dalam proyek konstruksi.
 Pentingnya penerapan K3 dan RK
Penerapan K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) dan RKK (Rencana Keselamatan Konstruksi)
sangat penting dalam sektor konstruksi karena alasan-alasan berikut

1. Meningkatkan Keselamatan dan Kesehatan Pekerja


Penerapan K3 dan RKK dapat membantu mengidentifikasi potensi bahaya dan risiko di lingkungan
kerja konstruksi, serta mengendalikan paparan terhadap bahan berbahaya

2. Meningkatkan Produktivitas
Dengan penerapan K3 dan RKK, perusahaan konstruksi dapat menciptakan lingkungan kerja yang aman, sehat,
dan produktif bagi para pekerja. Hal ini dapat membantu meningkatkan produktivitas dan efisiensi proyek
konstruksi.

3. Meningkatkan Kepatuhan Terhadap Peraturan


Konstruksi K3 dan RKK diatur dalam beberapa aturan peraturan dan regulasi, seperti Undang-Undang Nomor 2
Tahun 2017, Peraturan Pemerintah Pekerjaan Umum Nomor 5 Tahun 2014, dan Peraturan Pemerintah Nomor
50 Tahun 2012. Dengan menerapkan K3 dan RKK, perusahaan konstruksi dapat memastikan kepatuhan
terhadap peraturan tersebut.
4. Meningkatkan Reputasi Perusahaan
Penerapan K3 dan RKK dapat membantu meningkatkan reputasi perusahaan konstruksi di
mata karyawan, mitra bisnis, dan masyarakat. Hal ini dapat membantu meningkatkan
kepercayaan dan citra perusahaan, serta membuka peluang bisnis yang lebih luas di masa
depan.

5. Meningkatkan Keberlanjutan
Dengan penerapan K3 dan RKK, perusahaan konstruksi dapat memastikan keinginan
proyek konstruksi dan meminimalkan dampak negatif terhadap lingkungan dan masyarakat
sekitar. Hal ini dapat membantu menciptakan lingkungan yang lebih baik dan berkelanjutan
bagi generasi mendatang.
 Tujuan K3 konstruksi dan RKK

Yang mana didalam aturan tersebut membahas seputar keselamatan tenaga kerja. Telah
dibahas secara rinci mulai dari syarat K3 hingga tujuannya. Inilah beberapa tujuan dari adanya rambu
K3, diantaranya :

1. Berguna untuk mencegah, mengurangi, dan memadamkan berbagai risiko kecelakaan, kebakaran,
bahkan hingga peledakan.
2. Memberikan petunjuk atau kesempatan jalan untuk menyelamatkan diri sewaktu terjadi keadaan
darurat.
3. Mampu memberikan sebuah pertolongan dan sebagai alat perlindungan saat terjadi sebuah
kecelakaan atau keadaan darurat lainnya.
4. Mengendalikan sebuah penyebarluasan suhu, debu, kotoran, angin, suara, getaran, dan masih
banyak faktor atau benda lainnya.
5. Mampu mengendalikan timbulnya sebuah penyakit akibat kerja, entah fisik hingga psikis.
6. Dapat digunakan sebagai penyelenggara penyegaran udara, suhu, dan kelembaban.
7. Mampu memperoleh sebuah penerangan yang sangat cukup saat keadaan darurat.
8. Berguna untuk mengamankan dan memberikan kelancaran untuk proses evakuasi keadaan
darurat, bahkan dapat digunakan untuk memelihara bangunan.
9. Mendapatkan sebuah keserasian antara pekerja dengan lingkungannya dan memelihara kebersihan
yang ada.
10. Dapat menyesuaikan dan menyempurnakan berbagai pengaman kerja.
 Cara Penerapan Prinsip Kerja K3 Konstruksi

Untuk menerapkan prinsip kerja K3 konstruksi dalam proyek konstruksi, langkah-langkah


berikut dapat dilakukan:

• Pelatihan dan Sertifikasi : Memberikan pelatihan umum seputar sistem manajemen K3


kepada pekerja, pengenalan alat-alat perlindungan yang sesuai standar K3, serta
sertifikasi kompetensi setelah pelatihan.
• Pemberian Alat Perlindungan : penyunting pekerja dilengkapi dengan alat perlindungan
diri yang sesuai standar K3 untuk melindungi keselamatan dan kesehatan mereka
selama bekerja.
• Pencegahan Kecelakaan : Melakukan upaya pencegahan agar pekerja tidak mengalami
kecelakaan atau penyakit akibat kerja, seperti memberikan alat perlindungan yang
sesuai dan mengikuti pelatihan K3.
2.Prinsip Kerja K3 Konstruksi

Dalam penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dalam proyek konstruksi,
terdapat beberapa prinsip kerja yang harus diperhatikan

• Jaminan Keutuhan dan Kesempurnaan : Prinsip ini menjamin keselamatan dan


kesehatan pekerja dalam bekerja, dengan memberikan perlindungan yang sesuai
standar K3, pelatihan pengetahuan umum seputar sistem manajemen K3, dan
sertifikasi setelah pelatihan kompetensi.
• Jaminan Keselamatan dan Kesehatan sebagai Hak Pekerja : Pekerja memiliki hak
untuk bekerja dalam lingkungan kerja yang berisiko tinggi dengan jaminan
keselamatan dan kesehatan mereka secara fisik selama bekerja.
• Perlindungan Aset Jangka Panjang : Tenaga kerja dianggap sebagai aset jangka
panjang yang harus dihargai dan dipenuhi hak-haknya, sehingga perlindungan
keselamatan dan kesehatan
Rumusan Masalah mereka di lingkungan kerja sangat penting.
3. Elemen yang Terdapat dalam RKK

Rencana Keselamatan Konstruksi ( RKK ) adalah dokumen telaah tentang


Keselamatan Konstruksi yang memuat elemen SMKK yang merupakan satu kesatuan
dengan dokumen Kontrak.
Setiap RKK memuat elemen SMKK yang terdiri atas :

1. Kepemimpinan dan parisipasi tenaga kerja dalam keselamatan konstruksi.


2. Perencanaan keselamatan konstruksi.
3. Dukungan keselamatan konstruksi.
4. Operasi keselamatan konstruksi.
5. Evaluasi kinerja penerapan SMKK.
Rumusan Masalah
4. Jenis Bahaya Konstruksi
Berikut adalah beberapa jenis bahaya dalam konstruksi dan contohnya:

1. Bahaya Fisik : Bahaya fisik adalah bahaya yang dapat menyebabkan cedera atau
kerusakan fisik pada tubuh pekerja. Contohnya adalah jatuh dari ketinggian, tertimpa
benda berat, terkena ledakan, terkena listrik, dan terjepit mesin.
2. Bahaya Kimia : Bahaya kimia adalah bahaya yang dapat menyebabkan keracunan atau
iritasi pada tubuh pekerja akibat paparan bahan kimia berbahaya. Contohnya adalah
paparan asap, gas beracun, bahan kimia korosif, dan bahan kimia yang mudah terbakar.
3. Bahaya Biologis : Bahaya biologis adalah bahaya yang dapat menyebabkan infeksi atau
penyakit pada tubuh pekerja akibat paparan mikroorganisme berbahaya. Contohnya
adalah paparan virus, bakteri, jamur, dan parasit.
4. Bahaya Ergonomi : Bahaya ergonomi adalah bahaya yang dapat menyebabkan cedera
atau kerusakan pada tubuh pekerja akibat posisi kerja yang tidak ergonomis. Contohnya
adalah posisi duduk atau berdiri yang tidak nyaman, gerakan yang berulang-ulang, dan
pengangkatan beban yang berat.
5. Bahaya Psikososial : Bahaya psikososial adalah bahaya yang dapat menyebabkan stres
Rumusan Masalah
atau gangguan mental pada tubuh pekerja akibat tekanan kerja yang berlebihan atau
lingkungan kerja yang tidak kondusif. Contohnya adalah tekanan kerja yang tinggi,
pelecehan verbal atau fisik, dan diskriminasi.
5. Cara Mengidentifikasi Potensi Bahaya dan Cara
Mengendalikannya
Untuk mengidentifikasi potensi bahaya dan risiko di lingkungan kerja konstruksi,
dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain:

1. Identifikasi Bahaya : Melakukan pengenalan terhadap potensi bahaya di


lingkungan kerja konstruksi, seperti bahaya fisik, kimia, biologi, dan psikososial
2. Penilaian Risiko : Menilai risiko yang terkait dengan potensi bahaya yang telah
diidentifikasi, termasuk menentukan tingkat keparahan dan peluang terjadinya
kejadian atau kecelakaan kerja pada setiap bahaya yang teridentifikasi
3. Pengendalian Risiko : mengumumkan rencana tindakan untuk mengendalikan
risiko yang telah diidentifikasi, termasuk menentukan prioritas upaya perbaikan
maupun pencegahan yang perlu dilakukan
4. Pelaporan dan Evaluasi : Melakukan pelaporan dan evaluasi terhadap kondisi
lingkungan kerja konstruksi secara berkala, serta melakukan tindakan perbaikan
Rumusan Masalah
berkelanjutan untuk meningkatkan keselamatan dan kesehatan para pekerja
6. Alat Pelindung Diri (APD)
APD harus sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI) atau standar yang
berlaku dan harus dipakai oleh pekerja pada semua pekerjaan sesuai dengan jenis
pekerjaannya.
APD terdiri dari berbagai komponen untuk melindungi bagian tubuh yang
berbeda, seperti Alat Pelindung Kepala, Alat Pelindung Mata, Alat Pelindung
Telinga, Alat Pelindung Pernafasan, Alat Pelindung Tangan, Pakaian Pelindung,
dan Alat Pelindung Kaki. Ilustrasi lengkap dapat dilihat dari Gambar 1.

Rumusan Masalah

Gambar 1: APD Konstruksi (Mentri Pupr)


 Alat Pelindung Kepala

Alat pelindung kepala digunakan untuk melindungi kepala dari benturan benda
yang terjatuh, uap panas atau dingin, hingga potensi kebakaran dan korosif.
Alat pelindung kepala terdiri dari beberapa kategori yang dibagi berdasarkan
fungsi identitas pegawai. Selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2 : Alat Pelindung Kepala (ahmad suparjo 2017)


 Alat Pelindung Mata dan Wajah

Alat pelindung mata dan wajah diperlukan oleh setiap orang pada proyek
konstruksi untuk melindungi dari lemparan benda kecil, pengaruh cahaya,
pengaruh radiasi tertentu dan percikan cairan. Contoh alat pelindung mata
adalah google, dan kacamata (Gambar 3 a dan b). Sedangkan, contoh alat
pelindung wajah adalah visor, masker full face, topeng las (Gambar 3 c dan d).

Gambar 3: (a) Kacamata (b) Googles (c) Masker Fullface


(d) Topeng Las (Febrian 2018)
 Alat Pelindung Telinga
Alat pelindung telinga terkadang dibutuhkan di lokasi proyek konstruksi ketika
terdapat suara bising yang dapat menganggu kesehatan telinga. Sumbat telinga
atau ear plug dapat mengurangi intensitas suara 10 sampai dengan 15 dB dan
tutup telinga (ear muff) dapat mengurangi intensitas suara 20 sampai dengan 30
dB. Ear plug yang baik adalah menahan frekuensi tertentu saja, sedangkan
frekuensi untuk bicara biasanya (komunikasi) tak terganggu. Contoh dari ear muff
dan ear plug dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4 (a) Ear Plug (b) Ear Muff (sscovadonga )


 Alat Pelindung Pernafasan
Pernafasan merupakan salah satu sistem organ pekerja proyek konstruksi yang
juga harus dilindungi dengan mencegah potensi kerusakan organ pernafasan.
Sumber bahaya seperti pencemaran di udara yang disebabkan oleh virus, bakteri,
partikel debu, kabut, asap atau uap logam terkadang ada pada lokasi proyek
konstruksi. Penentuan kebutuhan pelindung pernapasan tergantung pada jenis
gangguan pernafasan. Contoh pertama alat pelindung pernapasan adalah masker
(Gambar 5 a) yang digunakan untuk melindungi pernapasan dari asap, debu, dan
bau bahan kimia ringan. Sedangkan alat pelindung pernapasan respirator (Gambar
5 b) melindungi pernapasan dari uap dan gas berbahaya, partikel mist, atau
partikel fume

Gambar 5 (alat pelindung pernapasan)(nurdianto 2016)


 Alat Pelindung Tangan
Sarung tangan merupakan alat pelindung tangan pada proyek konstruksi. Sarung tangan
melindungi tangan dari bahaya paparan cairan tubuh, menghindari luka lecet, luka teriris,
luka terkena bahan kimia dan terhadap temperatur ekstrim.
Beberapa jenis sarung tangan yang digunakan di tempat kerja konstruksi sebagai berikut :
• Sarung Tangan Kulit, digunakan untuk pekerjaan pengelasan, pekerjaan pemindahan pipa
dll. Berfungsi untuk melindungi tangan dari permukaan kasar (Gambar 6 a).
• Sarung Tangan Katun, digunakan pada pekerjaan besi beton, pekerjaan bobokan dan batu,
pelindung pada waktu harus menaiki tangga untuk pekerjaan ketinggian (Gambar 6 b)
• Sarung Tangan Karet, digunakan untuk pekerjaan listrik yang dijaga agar tidak ada yang
robek supaya tidak terjadi bahaya kena arus listrik (Gambar 6 c).
• Sarung Tangan Asbes/Katun/Wool, digunakan untuk melindungi tangan dari panas dan api.
(Gambar 6 c)

Gambar 6: Pelindung Tangan (Pusat Info Pelatihan K3, 2018)


 Alat Pelindung Kaki
Sepatu keselamatan kerja merupakan alat pelindung kaki yang melindungi kaki
dari bahaya kejatuhan benda-benda berat, percikan cairan, tertusuk oleh benda-
benda tajam atau resiko terpleset. Contoh alat pelindung kaki antara lain boot,
sepatu anti listrik, sepatu anti licin, dan Steel Toe Boots (sepatu khusus yang
diberi pelat besi untuk melindungi jari-jari kaki dari kejatuhan dan benturan
benda-benda bahan bangunan).

Gambar 7: Pelindung Kaki (Pusat Info Pelatihan K3, 2018)


 Pakaian Pelindung
Pakaian pelindung juga digunakan untuk melindungi seluruh atau sebagian tubuh
dari percikan cairan tubuh dan suhu panas atau dingin. Contoh pakaian pelindung
adalah baju, rompi, dan celemek yang biasanya terbuat dari bahan-bahan bersifat
kedap terhadap cairan dan bahan kimia, seperti bahan plastik atau karet.
Klasifikasi pakaian pelindung dapat dilihat dari warna pakaian pelindung.
Pakaian pelindung dibedakan berdasarkan banyak kategori, seperti jenis proyek,
jenis identitas pegawai, dan lainnya. Yang terpenting, pakaian pelindung harus
memiliki visibilitas yang tinggi agar para pekerja yang memakainya mudah
terlihat dan dikenali.

Gambar 8: Pakaian Pelindung (Pusat Info Pelatihan K3, 2018)


 Alat Pelindung Jatuh Perorangan
Sabuk pengaman merupakan alat pelindung jatuh perorangan yang digunakan
pada lokasi proyek konstruksi. Sabuk pengaman berfungsi untuk melindungi
tubuh dari kemungkinan terjatuh. Sabuk pengaman biasanya digunakan pada
pekerjaan konstruksi di ketinggian dan pekerjaan memanjat. Ada beberapa
macam safety harness atau sabuk pengaman, yaitu penunjang dada (chest
harness), penunjang dada dan punggung (chest waist harness) dan penunjang
seluruh tubuh (full body harness). Harness yang digunakan pada tubuh akan
dihubungkan dengan tali pengaman yang dikaitkan pada besi penopang beban.

Gambar 9: Pelindung Jatuh Perorangan


Kesimpulan
Pelaksanaan prosedur K3 dalam pekerjaan konstruksi bangunan telah diatur
dengan berbagai aturan yang secara jelas memberikan batasan-batasan dalam
pekerjaan kosntruksi agar pekerjaan konstruksi berjalan dengan baik tanpa
menimbulkan bahaya. Prosedur K3 juga telah memberikan langkah-langkah
dalam mencegah dan menangani bahaya dan kecelakaan dalam proyek
kosntruksi.
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dan Rencana Keselamatan
Konstruksi (RKK) merupakan elemen penting dalam sektor konstruksi.

Penerapan K3 dan RKK dapat membantu meminimalkan risiko


kecelakaan dan cedera kerja, serta meningkatkan keselamatan dan
kesehatan para pekerja di sektor konstruksi.Dalam penerapan K3
dan RKK, terdapat beberapa unsur penting yang harus
diperhatikan, seperti pengenalan bahayaManfaat
Rumusan Masalah dan risiko,Penelitian
pengendalian
risiko, pelatihan dan pendidikan, pengawasan dan inspeksi, serta
partisipasi pekerja. Selain itu, terdapat juga beberapa alat
perlindungan diri yang harus digunakan dengan benar untuk
melindungi keselamatan dan kesehatan para pekerja.

Anda mungkin juga menyukai