Presented by :
Dosen Pengampu :
Arman A, S.ST., MT
2. Meningkatkan Produktivitas
Dengan penerapan K3 dan RKK, perusahaan konstruksi dapat menciptakan lingkungan kerja yang aman, sehat,
dan produktif bagi para pekerja. Hal ini dapat membantu meningkatkan produktivitas dan efisiensi proyek
konstruksi.
5. Meningkatkan Keberlanjutan
Dengan penerapan K3 dan RKK, perusahaan konstruksi dapat memastikan keinginan
proyek konstruksi dan meminimalkan dampak negatif terhadap lingkungan dan masyarakat
sekitar. Hal ini dapat membantu menciptakan lingkungan yang lebih baik dan berkelanjutan
bagi generasi mendatang.
Tujuan K3 konstruksi dan RKK
Yang mana didalam aturan tersebut membahas seputar keselamatan tenaga kerja. Telah
dibahas secara rinci mulai dari syarat K3 hingga tujuannya. Inilah beberapa tujuan dari adanya rambu
K3, diantaranya :
1. Berguna untuk mencegah, mengurangi, dan memadamkan berbagai risiko kecelakaan, kebakaran,
bahkan hingga peledakan.
2. Memberikan petunjuk atau kesempatan jalan untuk menyelamatkan diri sewaktu terjadi keadaan
darurat.
3. Mampu memberikan sebuah pertolongan dan sebagai alat perlindungan saat terjadi sebuah
kecelakaan atau keadaan darurat lainnya.
4. Mengendalikan sebuah penyebarluasan suhu, debu, kotoran, angin, suara, getaran, dan masih
banyak faktor atau benda lainnya.
5. Mampu mengendalikan timbulnya sebuah penyakit akibat kerja, entah fisik hingga psikis.
6. Dapat digunakan sebagai penyelenggara penyegaran udara, suhu, dan kelembaban.
7. Mampu memperoleh sebuah penerangan yang sangat cukup saat keadaan darurat.
8. Berguna untuk mengamankan dan memberikan kelancaran untuk proses evakuasi keadaan
darurat, bahkan dapat digunakan untuk memelihara bangunan.
9. Mendapatkan sebuah keserasian antara pekerja dengan lingkungannya dan memelihara kebersihan
yang ada.
10. Dapat menyesuaikan dan menyempurnakan berbagai pengaman kerja.
Cara Penerapan Prinsip Kerja K3 Konstruksi
Dalam penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dalam proyek konstruksi,
terdapat beberapa prinsip kerja yang harus diperhatikan
1. Bahaya Fisik : Bahaya fisik adalah bahaya yang dapat menyebabkan cedera atau
kerusakan fisik pada tubuh pekerja. Contohnya adalah jatuh dari ketinggian, tertimpa
benda berat, terkena ledakan, terkena listrik, dan terjepit mesin.
2. Bahaya Kimia : Bahaya kimia adalah bahaya yang dapat menyebabkan keracunan atau
iritasi pada tubuh pekerja akibat paparan bahan kimia berbahaya. Contohnya adalah
paparan asap, gas beracun, bahan kimia korosif, dan bahan kimia yang mudah terbakar.
3. Bahaya Biologis : Bahaya biologis adalah bahaya yang dapat menyebabkan infeksi atau
penyakit pada tubuh pekerja akibat paparan mikroorganisme berbahaya. Contohnya
adalah paparan virus, bakteri, jamur, dan parasit.
4. Bahaya Ergonomi : Bahaya ergonomi adalah bahaya yang dapat menyebabkan cedera
atau kerusakan pada tubuh pekerja akibat posisi kerja yang tidak ergonomis. Contohnya
adalah posisi duduk atau berdiri yang tidak nyaman, gerakan yang berulang-ulang, dan
pengangkatan beban yang berat.
5. Bahaya Psikososial : Bahaya psikososial adalah bahaya yang dapat menyebabkan stres
Rumusan Masalah
atau gangguan mental pada tubuh pekerja akibat tekanan kerja yang berlebihan atau
lingkungan kerja yang tidak kondusif. Contohnya adalah tekanan kerja yang tinggi,
pelecehan verbal atau fisik, dan diskriminasi.
5. Cara Mengidentifikasi Potensi Bahaya dan Cara
Mengendalikannya
Untuk mengidentifikasi potensi bahaya dan risiko di lingkungan kerja konstruksi,
dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain:
Rumusan Masalah
Alat pelindung kepala digunakan untuk melindungi kepala dari benturan benda
yang terjatuh, uap panas atau dingin, hingga potensi kebakaran dan korosif.
Alat pelindung kepala terdiri dari beberapa kategori yang dibagi berdasarkan
fungsi identitas pegawai. Selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 2.
Alat pelindung mata dan wajah diperlukan oleh setiap orang pada proyek
konstruksi untuk melindungi dari lemparan benda kecil, pengaruh cahaya,
pengaruh radiasi tertentu dan percikan cairan. Contoh alat pelindung mata
adalah google, dan kacamata (Gambar 3 a dan b). Sedangkan, contoh alat
pelindung wajah adalah visor, masker full face, topeng las (Gambar 3 c dan d).