Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) merupakan hal yang sangat penting
bagi seluruh karyawan untuk menciptakan dan memelihara kondisi kerja yang aman
serta mencegah terjadinya kecelakaan kerja. Bahaya dapat timbul dari mesin, bahan
baku maupun produk, keadaan tempat kerja, sehingga keselamatan kerja harus
diperhatikan serius untuk menjamin kesehatan karyawan. (K3) sangat penting untuk
dilaksanakan pada semua bidang pekerjaan tapa terkecuali, karena dengan adanya
penerapan K3 dapat mencegah dan mengurangi resiko terjadinya kecelakaan kerja.
Semakin besar pengetahuan karyawan tentang K3 maka semakin kecil terjadinya
resiko keelakaan kerja. Begitu juga sebaliknya, semakin minim pengetahuan
karyawan tentang K3 maka semakin besar resiko terjadinya kecelakaan kerja
(Yuamita, 2016).
Hal ini sesuai dengan Undang-Undang No.1 tahun 1970 Tentang Keselamatan
Kerja. Pemberian APD pada karyawan harus diikuti dengan prosedur dasarnya dan
diinformasikan akan bahaya yang diakibatkan serta dilatih bagaimana cara memakai
serta merawat yang benar.
1. Bahaya mekanis, bersumber dari benda bergerak dengan gaya mekanika baik
yang digerakan secara manual maupun dengan penggerak. Bagian yang
bergerak pada mesin berpotensi bahaya seperti mengebor, memotong,
menjepit dan bentuk gerakan lainnya. Gerakan mekanis ini dapat
menimbulkan cidera seperti tersayat, terjepit, teropotong dan kematian.
2. Bahaya listrik, berasal dari energi listrik. Energi listrik dapat mengakibatkan
berbagai bahaya seperti kebakaran, sengatan listrik dan luka bakar hingga
kematian.
3. Bahaya kimia, bahaya yang dapat ditimbulkan oleh bahan-bahan kimia yaitu:
a. Keracunan oleh bahan kimia yang bersifat toxic (beracun), iritasi, korosif
dan yang lainnya.
b. Kebakaran dan peledakan. Beberapa jenis bahan kimia memiliki sifat
mudah terbakar dan meledak.
c. Polusi dan pencemaran lingkungan.
d. Bahan kimia membahayakan dapat terjadi kecelakaan jika manusia
menghirup, menelan cairan, debu, gas atau zat yang dapat mengakibatkan
kerusakan seperti kebakaran, peledakan dan korosi.
e. Dapat mengakibatkan cidera yang bervariasi mulai dari akut, kronis
hingga kematian.
4. Bahaya fisis, berasal dari faktor fisis yaitu bising, terpapar bisng dapat
mengakibatkan bahaya ketulian.
5. Bahaya biologis, lingkungan kerja terdapat bahaya yang bersumber dari unsur
biologis seperti flora dan fauna yang terdapat di lingkungan kerja.
Alat Pelindung Diri (APD) adalah alat yang mempunyai fungsi masing-
masing untuk melindungi seseorang pada saat bekerja atau untuk mengurangi akibat
kecelakaan kerja, maka setiap perusahaan harus menyediakan Alat Pelindung Diri.
Macam-macam Alat Pelindung Diri antara lain:
Jika keselamatan kerja tidak mendapatkan perhatian dan tidak terjamin maka
kenyamanan kerja tidak akan pernah terwujud sehingga akan menyebabkan proses
produksi kurang berjalan lancar. Untuk menghadapi hal tersebut maka terdapat dua
metode penanggulangan yaitu penanggulangan secara kuratif dan preventif.
1. Penanggulangan Kuratif
Penanggulangan kuratif merupakan penanggulangan apabila sudah terjadi.
Seperti penanganan bahaya kebakara diatasi dengan penyediaan sarana pemadam
kebakaran dan bangunan-bangunan penting harus dilengkapi dengan fasilitas jalan
yang memadai. Apabila kebakaran terjadi yang dianggap peka terhadap kebakaran
dilengkapi dengan parit-parit yang dialiri air bekas dari proses yang dianggap tidak
menyebabkan polusi.
Pada pabrik juga disediakan sarana pertolongan pertama pada kecelakaan
(P3K) dan poliklinik sebagai langkah awal untuk menolong korban sebelum
disalurkan ke rumah sakit.
2. Penanggulangan Preventif
Penanggulangan preventif merupakan penanggulangan sebelum bahaya terjadi.
Usaha-usaha yang dapat dilakukan dalam rangka penanggulangan preventif antara
lain:
a. Penyediaan alat deteksi dan sistem alarm yang sensitif terhadap kebakaran
pada daerah rawan api
b. Penyediaan peralatan pemadam kebakaran
c. Memakai alat pelindung diri
d. Sistem perkabelan ditata terpadau dan terisolasi dengan sempurna
e. Kesadaran dan pengetahuan yang memadai bagi karyawan
f. Melakukan pelatihan berkala bagi karyawan.
Melalui upaya kesehatan kerja akan terwujud tenaga kerja yang sehat dan
produktif sehingga mampu meningkatkan kesejahteraannya dan keluarganya serta
masyarakat luas. Ada dua ruang lingkup kesehatan kerja meliputi (Depnaker,2001)
1. Kesehatan Kuratif
Kesehatan kuratif adalah menekan seminimal mungkin angka absen karena
sakit, serta memperpendek lamanya sakit.
2. Kesehatan Preventif
Kesehatan preventif merupakan upaya untuk mencegah tenaga kerja
mengalami gangguan kesehatan dan penyakit.
Setiap perusahaan wajib menyelenggarakan program kesehatan kerja di mana
tujuan dari penyelenggaraan kesehtana kerja tersebut adalah untuk kepentingan
semua pihak yang terlibat dalam proses produksi, seperti pengusaha dan tenaga kerja
serta semua orang yang berada di lingkungan perusahaan.
4.6 Dampak Lingkungan dan Penanganan Limbah
Penanganan limbah sangat penting dalam suatu di perusahaan atau pabrik.
Limbah yang dihasilkan oleh pabrik harus diolah telebih dahulu dengan tahapan
pengolahan pada unit pengolahan limbah sebelum dibuang ke lingkungan sekitar.
Sehingga sisa proses tersebut menjadi layak di buang ke lingkungan.
Limbah yang dihasilkan ditangani terlebih dahulu berdasarkan jenis limbahnya.
Limbah yang dihasilkan Pabrik Alumina dari Bijih Bauksit adalah limbah padat.
Limbah padat pemprosesan bauksit melalui proses bayer adalah residu bauksit (red
mud). Senyawa besi yang terdapat didalam bauksit dengan konsentrasi tinggi,
memberikan warna merah pada produk sampingnya yang disebut red mud. Dapat
dilihat tabel komponen utama dan kisaran komposisi (%) pada red mud dan
komponen mineralogi pada red mud (IAI,2015).
Tabel 4.1 Komponen utama dan kisaran komposisi (%) pada red mud