KERJA PRAKTIK
DISUSUN OLEH :
NIM. D1121151014
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya
penulis dapat melaksanakan kerja praktik dan menyelesaikan laporan kerja praktik
ini. Adapun tujuan dari penulisan laporan kerja praktik ini adalah salah satu syarat
kelulusan dalam matakuliah Kerja Praktik Program Studi Teknik Kimia
Universitas Tanjungpura, selain itu juga untuk menambah pengalaman langsung
penulis didunia kerja. Adapun pembahasan dalam laporan kerja praktik ini yaitu
proses pengolahan bauksit menjadi alumina PT. Indonesia Chemical Alumina di
Tayan, Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat dengan kapasitas 300.000
ton/tahun dan akan ditambahkan dengan tugas khusus menghitung efisiensi alat
heat exchanger BDH-H-105,106.
1. Kedua Orangtua dan seluruh keluarga besar yang memberi doa, dukungan,
dan bantuan baik itu secara moral maupun material.
2. Bapak Dr. H. Usman A. Gani, S.T, M.T, selaku Kepala Program Studi Teknik
Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Tanjungpura.
3. Ibu Rinjani Ratih Rakasiwi, S.T, M.T, selaku dosen pembimbing kerja
praktik Program Studi Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas
Tanjungpura.
4. Bapak Sidik Gandana, S.T selaku Manager di PT. Indonesia Chemical
Alumina.
5. Bapak Ardiansyah selaku HRD yang membantu selama proses registrasi dan
masa kerja praktik di PT. Indonesia Chemical Alumina.
6. Bapak Gangsar Isworo, S.T selaku pembimbing lapangan di PT. Indonesia
Chemical Alumina, Bapak Ilham Tanjung, S.T, Bapak Bimo Putro Hapsoro,
S.T, dan Bapak Dicky Maulana Muhamad, S.T, yang telah membimbing
selama belajar di bagian proses produksi PT. Indonesia Chemical Alumina.
i
7. Segenap karyawan dan operator lapangan yang bertugas, yang telah
memberikan pengalaman dan pengetahuan di PT. Indonesia Chemical
Alumina.
8. Vega Septiana Putri, Erni Rohmiasih, Ketti Mayangsari, Penny Aulia, Archie
Pradipta dan teman-teman teknik kimia angkatan 2015 yang senantiasa
mendukung dan memberi semangat.
Penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan dalam
penyusunan laporan ini baik segi penulisan maupun segi isinya. Oleh karena itu
penulis dengan segala kerendahan hati siap menerima kritik dan saran yang
sifatnya membangun dari berbagai pihak guna demi kesempurnaan laporan
ini.Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri dan juga orang lain
demi peningkatan pemahaman tentang proses pengolahan bauksit menjadi
alumina.
Penulis
ii
RINGKASAN
PT. Indonesia Chemical Alumina adalah perusahaan yang bergerak
dibidang pengolahan Bauksit menjadi CGA (Chemical Grade Alumina).
Perusahaan ini terletak didaerah Tayan, Kalimantan Barat, dan mempunyai
kapasitas produksi produk sebesar 300.000 ton/tahun. Salah satu alat yang
terpenting dalam proses pengolahan ini ialah HE (Heat Exchanger). Heat
exchanger sendiri adalah alat yang digunakan untuk memindahkan panas dari
suatu sistem ke sistem lainnya tanpa mengalami perpindahan massa. Salah satu
contoh pemanfaatan heat exchanger didunia industri ialah unuk memanaskan
spent liquor dengan menggunakan panas steam dari BTG (Boiler Turbin
Generator) untuk selanjutnya diekstrak alumina pada digester. Oleh karena itu
efektifitas dari alat ini perlu dijaga dengan baik, hal ini bisa dilihat dengan nilai
Rd (fouling factor) atau jumlah pengotor yang ada didalam alat heat exchanger.
Dari perhitungan diperoleh nilai Rd sebesar 0,006890828 dengan efisiensi sebesar
29,0240% (dalam setengah kapasitas produksi).
iii
DAFTAR ISI
iv
4.7 Perhitungan .................................................................................................. 49
4.8 Pembahasan ................................................................................................. 55
BAB. V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 59
V.1 Kesimpulan ................................................................................................. 59
V.2 Saran ........................................................................................................... 59
LAMPIRAN ......................................................................................................... 60
v
DAFTAR GAMBAR
2.1 Lokasi Pabrik PT. Indonesia Chemical Alumina...............................................6
4.1 Shell..................................................................................................................41
4.2 Nozzle..............................................................................................................42
vi
DAFTAR TABEL
2.1 Jabatan & Uraian Pekerjaan di PT. Indonesia Chemical Alumina...................8
vii
LAMPIRAN
Lampiran 1. Flow Chart Proses LCP.....................................................................60
viii
BAB I. PENDAHULUAN
1
4. Alat Penukar Kalor tipe Plate
2
3
BAB. II URAIAN SINGKAT PABRIK
PT. ICA memiliki produk berupa CGA (Chemical Grade Alumina) yaitu
produk kimia dalam bentuk alumina hidroksida dan alumina yang digunakan
untuk berbagai aplikasi industri kecuali untuk aluminium. Aluminium hidroksida
adalah produk setengah jadi yang dapat digunakan untuk pemurnian air,
sedangkan alumina dapat digunakan untuk memproduksi komponen pendukung
elektronik. Contoh pengaplikasian CGA sendiri yaitu pada refraktori (bahan tahan
panas), abrasif, produk rakitan, Integrated Circuit (IC), serta bahan dasar untuk
LCD dan keramik. Pendirian pabrik ini dilaksanakan dalam rangka pemenuhan
kebutuhan pokok alumina yang saat itu banyak diimpor dari luar negeri dan
membantu dalam menciptakan lapangan pekerjaan.
4
Proyek CGA di Tayan, Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat, Indonesia
akan memproses cadangan Bauksit Antam untuk memproduksi 300.000 ton CGA
per tahun. Produk CGA ini akan diekspor ke Jepang dan negara-negara lain, dan
juga untuk dijual ke pasar domestik Indonesia. Pengolahan alumina di Tayan
direncanakan akan menghasilkan produk CGA dengan mengolah bijih bauksit
melalui proses Bayer menjadi produk alumina dengan kapasitas 300.000 metrik
ton 𝐴𝑙2 𝑂3 (alumina) basis per tahun. Proses Bayer sendiri terdiri dari tiga
tahapan, yaitu proses disolusi terus menerus (proses penjernihan liquor), proses
pengendapan, dan proses kalsinasi.
Pabrik CGA di Tayan akan memproduksi lebih dari 100 jenis hydrate
alumina dan produk alumina. Untuk menghasilkan produk ini, proses produksi di
Tayan akan dilakukan dalam arsitektur pabrik berbasis teknologi “Proses Bayer”
yang dimiliki Showa Denko, Jepang yang berpengalaman lebih dari 70 tahun
dalam mengoperasikan pabrik tersebut di Yokohama. Pengolahan alumina secara
khusus dilakukan dengan cara penggilingan, pencampuran, pengolahan, lalu
produk akan dikemas dalam kantong kertas, kantong jumbo dan curah, disimpan
digudang terlebih dahulu sebelum dikirim kepasar. Pengirimana produk sendiri
dilakukan melalui jalur air menggunakan tongkang dari pelabuhan Tayan ke
Pontianak dan dilanjutkan pemuatan ke kapal untuk dikirimkan ke tujuan.
5
- Memaksimalkan nilai perusahaan bagi para pemegang saham dan
pemangku kepentingan.
- Meningkatkan kompetensi sumber daya manusia sesuai dengan kebutuhan
dan perkembangan bisnis perusahaan
Kapuas. PT.ICA berada dalam izin usaha pertambangan (IUPK) milik PT.
ANTAM (Persero) Tbk. Lokasi pabrik dan prasarana yang sudah dibangun pada
wilayah IUPK dengan luas lahan untuk proyek pengolahan alumina adalah 455,7
Ha ini terletak di tepi sungai Kapuas yang membuatnya menjadi strategis. Untuk
mencapai daerah ini bisa dilakukan melalui angkutan sungai maupun melalui jalan
raya. Wilayah IUPK sesuai surat keputusan Bupati Sanggau No. SK.03 tahun
2010 merupakan area perbukitan yang dikelilingi oleh rawa, dan memiliki luas
+
−20 Ha.
6
Gambar 2.2 Tata Letak Pabrik PT. Indonesia Chemical Alumina
7
Tabel 2.1 Jabatan dan Uraian Pekerjaan di PT. Indonesia Chemical Alumina
8
seluruh kegiatan production planning &
inventory control perusahaan dan
mengkoordinasikan para superintendent
dibawahnya.
8. Control &planning division Bertanggung jawab atas control & planning
produksi berdasarkan permintaan offteker
sehingga dapat memenuhi permintaan
tersebut tepat waktu.
9. Inventory warehouse & Bertanggung jawab untuk mengatur dan
packaging division mengarahkan bawahannya pada area
warehouse dan packaging dalam proses
produksi sehingga target produksi dapat
dipenuhi sesuai dengan standar dan
kuantitas yang ditargetkan.
10. Logistic division Bertanggung jawab untuk mengatur dan
mengarahkan bawahannnya pada proses
logistik produk jadi sehingga pengiriman
produk dapat tepat waktu.
11. Port jetty division Bertanggung jawab atas port jetty dalam
proses pengiriman produk jadi dan juga
bongkar muat bahan baku produksi
sehingga dapat memenuhi standar dan
kuantitas yang ditargetkan.
9
President Director
Strategic &
Operational Production HR & GA Technical
Corporate VPD Division Finance Division
Audit Division Division Division
Management
Maintenance
Production Human Human
Senior Treasury
SM Capital Capital
Manager
Engineering &
Process Corporate
Maintenance
Technology Finance
Planning
HSE
Procurement
& Material
Management
10
pertambangan. Melaksanakan kesehatan, keselamatan kerja, dan keselamatan
operasi merupakan suatu upaya untuk mencapai zero accident, sesuai dengan UU
No.1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan & Kesehatan Kerja, PP No.19 Tahun
1973 Tentang Pengaturan & Pengawasan K3 di Bidang Pertambangan Umum dan
Kepmen No.555.K/26/Mpe/1995 Tentang K3 Pertambangan Umum, dan Permen
ESDM No.38 Tahun 2018 tentang SMKP Minerba, maka PT. Indonesia Chemical
Alumina memiliki tujuan jangka panjang dari K3 yaitu Triple Zero Accident :
Sedangkan untuk tujuan jangka pendek dari K3 PT. Indonesia Chemical Alumina
yaitu :
Jenis APD yang wajib digunakan oleh semua orang yang berada didalam
pabrik adalah safety helmet dan safety house, selain itu juga saat memasuki
wilayah pabrik juga diwajibkan untuk mengenakankartu identitas. Untuk area
kerja berdebu diwajibkan mengenakan dust respirator sedangkan pada area kerja
yang bising diwajibkan menggunakan earmuff atau earplug.
PT. Indonesia Chemical Alumina dan semua orang yang berada didalamnya
sangat berupaya untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja diantaranya
dilakukan dengan cara mengintensifkan program safety induction, safety talk,
safety inspection, dan safety patrol yaitu memakai sepatu kulit dan sepatu boot
tahan air, jas atau rompi dan helm yang dilengkapi dengan earplug untuk
mengatasi kebisingan serta respirator untuk melindungi debu, sosialisasi
11
peraturan, tatalaksana kerja, pemakaian APD, dan kesadaran untuk mencegah
terjadinya kecelakaan. Khusus untuk karyawan yang bekerja pada ketinggian 1,8
m wajib mengenakan safety body hardness, bagi karyawan yang bekerja dibagian
pemompaan B3 dilengkapi dengan jas hujan tahan asam-basa (chemical coat)
lengkap dengan sarung tangan serta master tahan asam dan debu.
Semua kebijakan ini dijalankan dan dikontrol oleh departemen HSE PT.
Indonesia Chemical Alumina. Departemen ini merupakan departemen yang
bertanggung jawab dalam pengelolaan, inspeksi, serta pemantauan kesehatan
kerja, keselamatan dan lingkungan. Dalam upaya mencapai tujuan tersebut PT.
Indonesia Chemical Alumina melakukan beberapa program keselamatan
pertambangan yang dilakukan dengan cara :
a. Safety Induction.
b. Safety Talk.
Kegiatan ini dilakukan setiap pagi hari atau sebelum memulai aktivitas
pekerjaan. Materi safety talk ini adalah untuk saling mengingatkan tentang
mondatory setiap karyawan yang akan bekerja, terutama jika pekerjaannya
menyangkut tingkat kefokusan dan kesadaran akan bahaya yang tinggi.
c. Inspeksi K3 Umum.
Inspeksi K3 umum ini dilaksanakan setiap dua kali dalam seminggu yaitu
pada hari senin dan kamis. Hal yang di inspeksi adalah kondisi tempat kerja,
pemakaian APD, tumpahan dan ceceran B3, tindakan tidak aman,
12
penyimpanan B3 serta pemasangan simbol dan labelnya, limbah padat dan
limbah cair, pengangkutan dan penyimpanan barang, serta kebersihan tempat
kerja.
d. Inspeksi APAR
Inspeksi ini dilakukan setiap satu bulan sekali, inspeksi yang dilakukan
ialah mengenai kecukupan dan penempatan, pressure/tekanan, kondisi
selang/nozzle, dan tanggal kadarluarsa.
e. Inspeksi Hydrant
Inspeksi ini dilaksanakan sebulan sekali dengan mengecek
kebersihan kotak hydrant, kondisi selang dan gulungan selang, tekanan
nozzle, tekanan pompa dan kondisi pipa.
13
Inspeksi ini dilakukan setiap 6 bulan sekali untuk kelengkapan kendaraan
dan secara berkala untuk emisi kendaraan.
14
BAB III. PROSES PRODUKSI PABRIK
15
b. Bahan baku pendukung
Dalam pemrosesan bauksit menjadi CGA juga diperlukan bahan
baku pendukung dalam proses produksinya, bahan baku tersebut antara
lain :
Tabel 3.2 Bahan Baku Pendukung Proses Bayer
16
24. Aluminium Sulphate : Al2(SO4)3 (Alum Liquid)
26. N-9901 Floculant Clarifier Nalco
27. Antifoam : Dkfoam HT-53G; 20KG/Pail
28. Antifoam : Kao E-20; 16KG/Pail
29. Cooling Water Compound : Corintek C-3196
30. Cooling Water Compound : Corintek C-3606P
31. Cooling Water Compound : Corintek C-3707
32. Cooling Water Compound : Corintek C-3604
33. Flocculant, Mineral Proces : Hyclass 85732HC
34. Aluminium Flouride : AlF3
35. High Speed Diesel : Fuel Kiln & Heavy Eqp
36. Fuel Oil
17
penambahan mother liquor disini ialah untuk membuat hasil gerusan
menjadi slurry sehingga mudah untuk dikirim ke digester. Bauksit yang
kurang tergerus akan menghasilkan bauksit yang kasar, tidak terbebasnya
mineral yang diinginkan dari ikatannya, dan hasil konsentrasi yang tidak
optimal (bisa dilihat dari energi yang digunakan).
Didalam rod mill sendiri terdapat mesin motor, gear box, bearing
rod mill, dan pendingin. Mesin motor dalam rodmill ini berjumlah 2 pass,
dan pendingin yang berada didepan dan dibelakang. Fungsi dari gear box
disini ialah sebagai penghubung antara rod mill dan motor untuk
memperlambat atau bahkan untuk mempercepat laju motor, gear box juga
termasuk kedalam HE karena fungsinya untuk mendinginkan oli dalam
mempermudah kerja rod mill, sedangkan fungsi bearing adalah sebagai
penopang rod mill.
Cara kerja dalam alat ini yaitu sebagai berikut : Bauksit yang
disimpan dalam silo ditimbang dengan menggunakan timbangan yang
berada tepat dibawah silo. Dalam pipa rod mill bauksit disemprotkan
mother liquor yang sebelumnya sudah dipanaskan di heat exchanger untuk
membuat hasil gerusan menjadi slurry sehingga mudah untuk dikirim ke
digester. Dibagian dalam rod mill sendiri terdapat beberapa liner
(berdiameter 40 mm dan 70 mm) dan rod bar. Fungsi dari liner ini ialah
untuk melapisi badan rod mill agar tidak berkontak langsung dengan rod
bar dan bijih bauksit. Ketika rod mill berputar, rod barr akan naik keatas
sehingga rod bar akan jatuh kebawah menubruk bauksit sehingga ukuran
bauksit akan menjadi lebih kecil. Pada keluaran rod mill terdapat
screening atau saringan yang berukuran 20 mesh fungsinya yaitu untuk
menyaring partikel bauksit yang berukuran besar. Bauksit slurry hasil dari
rod mill ini akan ditampung dalam tangki penyimpanan sementara
sebelum dipompa ke digester, suhu didalam tangki ini minimal sebesar
80℃.
Dalam rod mill terjadi proses penggerusan. Adapun fungsi
penggerusan disini ialah untuk : memperluas bidang kontak sehingga
18
reaksi bisa dipercepat.Kapasitas bauksit harian yang biasa dimasukkan
dalam rod mill sebesar 36 ton/h, namun kapastitas maksimal dari rod mill
ini sebesar 60 ton/h. Tegangan yang digunakan sebesar 260 kwh dan
kecepatan sebesar 20 rpm. Kontrol utama yang diperhatikan dalam alat ini
yaitu ukuran partikel (maksimal 20 mesh atau 20 g/l) dan densitasnya.
Partikel size atau ukuran partikel berpengaruh pada pelarutan dalam
digester, sedangkan densitas mempengaruhi kerja pompa dimana makin
kental atau tinggi densitasnya kerja pompa akan semakin berat. Masalah
yang sering terjadi pada rod mill yaitu melonggarnya plat atau liner karena
bertumbukan dengan bongkahan-bongkahan bauksit dan rod bar.
19
temperatur nya menjadi sekitar 104℃ karena terjadi flushing/terjadi
penguapan sehingga titik didihnya turun, uap dari hasil flushing digunakan
kembali untuk pemanasan awal mother liquor pada proses sebelum masuk
ke digester sehhingga uap tersebut akan berubah menjadi kondensat dari
heat exchanger (BDH) yang disebut dengan DWB. Spent liquor keluaran
dari flash tank BDH dilanjutkan dengan proses pemisahan di sand catcher.
20
proses pengendapan (cara kerja flokulant yaitu : flokulant mengubah
muatan ion partikel-partikel solid, sehingga sesama partikel solid
beraglomerasi, semakin lama semakin besar, karena bentuknya yang
semakin besar flokulant dan pengotor ini akhirnya tersedimentasi kebagian
bawah tangki). Undeflow yang berupa padatan akan dilanjutkan dengan
proses thickener BOS selanjutnya, sedangkan overflownya yang berupa
liquid akan difilter menggunakan filter PFS. Pada thickener BOS yang
kedua underflownya akan dilanjutkan ke thickener BRW untuk dilakukan
pencucian mud.
Underflow dari thickener BOS ini kemudian masuk ke dalam
washer BRW untuk dicuci agar mengurangi kadar kaustik soda yang
berada didalam red mud filtrasi. Tangki BRW sendiri ada 6 buah (4 buah
tangki dipakai, sisanya standby) yang disusun secara counter current. Pada
thickener BRW yang terakhir ditambahkan air pencuci DWB (Drain Water
B), hal ini dilakukan karena konsentrasi mud sebesar 150g/l tidak aman
untuk dibuang kelingkungan maka ditambahkan air DWB agar konsentrasi
mud turun menjadi 15 g/l. Underflow dari thickener BRW pertama
dilanjutkan dengan thickener BRW kedua, lanjut ke thickener yang ketiga,
lanjut ke thickener, kemudian lanjut lagi ke thickener BOS untuk
dipisahkan lagi menggunakan filter PFS. Pada thickener BRW juga
ditambahkan flokulant yang mempermudah proses filtrasi, dimana
flokulant mengubah muatan ion partikel-partikel solid sehingga sesama
partikel solid beraglomerasi, semakin lama semakin besar, karena
bentuknya yang semakin besar flokulant dan pengotor ini akhirnya
tersedimentasi kebagian bawah tangki (jadi underflow). Sedangkan
overflownya bergerak dengan arah yang berlawanan dari underflownya.
Proses filtrasi yang terjadi pada proses ini terbagi menjadi 2 bagian
yaitu : filter pregnant liquor (PFS) dan filter red mud (BRF). Filter PFS
dilakukan dengan menggunakan alat pressure leaf filter sedangkan untuk
filter mud digunakan alat Hi-Bar Filter. Hi-Bar filter terdiri dari 5 disc
yang bentuknya menyerupai kipas vertikal yang mengelilingi batang
21
pemutar horizontal. Tiap disc berongga dilapisi dengan kain filter/ filter
cloth yang digunakan untuk menyaring fluida. Disc filter ini diletakkan
dalam sebuah wadah atau bak yang berisi slurry dalam kondisi setengah
alat terendam dalam slurry. Cara kerja alat Hi-Bar filter : disc filter akan
berputar dan pada vessel BRF diberi udara bertekanan > 3 atm, sedangkan
pada penopang kain filter dibuat berongga dan diberi tekanan < 3 atm.
Perbedaan tekanan ini menyebabkan aliran fluida yang mengalir dari kain
filter menuju penopang kain filter meninggalkan cake dibagian permukaan
kain filter. Cake yang menempel di disc akan diblow sehingga terjatuh dan
akan dikeluarkan dari dalam filter untuk dibuang. Cake ini biasa disebut
dengan red mud yang kemudian akan dibuang di penimbunan akhir red
mud.
Pregnant liquor yang sudah di filter di pressure leaf filter ini masih
mempunyai temperatur sekitar 90-100℃ akan diturunkan temperaturenya
menjadi sekitar 60℃ di flash tank VHI. Di dalam flash tank VHI
ditambahkan sistem vakum sehingga terjadi proses flushing. Proses
penurunan suhu ini bisa terjadi karena adanya penurunan titik didih. Uap
panas hasil flash tank VHI ini akan dipakai kembali dalam heat exchanger
VHI untuk memanaskan mother liquor dalam proses awal sebelum
memasuki digester. Pregnant liquor yang sudah turun suhunya akan
masuk ke precipitation process. Reaksi kimia yang terjadi pada proses
klarifikasi ialah :
2NaOH (l) + 𝐴𝑙2 𝑂3.3𝐻2 𝑂 (𝑠) => 2NaAl𝑂2 (l) + 4𝐻2 𝑂 (l)
22
fasilitas untuk stok liquor/lumpur, filtrasi, dan transportasi produk dalam
pabrik serta fasilitas untuk presipitasi. Spent liquor yang sebelumnya
diturunkan suhunya di flash tank VHI dimasukan kedalam tangki
presipitasi atau inisial tank. Pada tangki presipitasi yang pertama
dimasukkan fine seed, sedangkan tangki presipitasi yang kedua
ditambahkan coarse seed. Pada tangki presipitasi terjadi proses
pembentukan partikel, penambahan seed disini ialah untuk mempercepat
proses pembentukan partikel (tanpa ditambahkan seed sebenarnya partikel
juga bisa terbentuk cuma memerlukan waktu yang lebih lama jika dengan
adanya penambahan seed pada proses presipitasi).
Pada bagian atas tangki presipitasi terdapat terdapat agitator yang
berfungsi sebagai pengaduk dan diluar agitator terdapat draft tube yang
menyebabkan aliran dari bawah tangki naik keatas. Proses presipitasi
sendiri dipengaruhi oleh nilai a/c (masuk tangki presipitasi nilainya 0,8
dan pada saat keluar 0,4), dan temperatur (jika temperatur tinggi partikel
akan semakin lama terbentuk tetapi ukuran dari partikel cenderung besar,
sedangkan jika temperatur rendah waktu pembentukan partikel akan lebih
cepat tetapi ukuran partikel yang dihasilkan akan lebih kecil). Overflow
dari tangki presipitasi ini akan disimpan ditangki penampungan sementara
dengan temperature 58℃.
Pemisahan pada Chain-1 dilakukan dengan menggunakan 2 buah
cyclone dan satu thickener. Perbedaan kedua cyclone terletak pada ukuran
slurrynya, underflow slurry cyclone 1 memiliki ukuran partikel yang lebih
besar dibandingkan ukuran partikel cyclone 2. Pada cyclone 1 partikel
aluminium hydrate yang telah terbentuk pada tahap presipitasi sebelumnya
dipisahkan menggunakan cyclone. Prinsip kerja cyclone berdasarkan gaya
sentrifugal, adanya tekanan menyebabkan terjadinya perputaran untuk
memisahkan materi berdasarkan perbedaan massa jenis dan ukuran.
Partikel dengan ukuran atau kerapatan yang lebih besar akan terdorong
kearah luar vortex dan terjatuh kebagian bawah kerucut karena gaya
gravitasi. Partikel ini merupakan produk slurry yang akan ditampung pada
23
stock tank (PSS) dan difiltrasi (CHF). Sedangkan partikel dengan ukuran
dan kerapatan lebih kecil keluar melalui bagian atas cyclone (overflow)
dan dipisahkan kembali pada cyclone 2.
Sedangkan pada cyclone 2 partikel yang masih belum terpisah pada
liquor cyclone 1 dipisahkan kembali pada cyclone ini. Prinsip kerja pada
cyclone 2 sama dengan prinsip kerja yang terjadi pada cyclone 1,
perbedaannya terletak pada diameter tangki cyclone 2 yang lebih kecil
dibandingkan tangki cyclone 1. Partikel yang lebih ringan akan terbawa
pada aliran overflow dan diendapkan pada thickener dengan penambahan
flokulant. Pada proses ini slurry konsentrasi dijaga dalam 3 g/l, jika
melebihi angka tersebut dapat menyebabkan jalur aliran tersumbat karena
banyaknya partikel yang akan mengendap pada jalur overflow. Overflow
pada thickener akan dialirkan ke PLS sebagai mother liquor yang akan
digunakan kembali pada proses presipitasi (LCP), sedangkan yang
terendapkan di underflow ialah fine seed.
Pada proses penyaringan (filter) slurry yang sudah mengalami
pemisahan pada cyclone 1 (underflow) ditampung pada PSS, jika volume
sudah mencapai 30% disaring menggunakan pan filter. Cara kerja pada
filter ini yaitu : filter bekerja dengan putaran tertentu dan fluida disedot
menggunakan pompa vakum, dimana dalam filter ini terjadi proses
pencucian dan pengeringan. Slurry yang berwarna merah menjadi putih
akibat pencucian menggunakan air panas DWC. Slurry akan dialirkan
melalui distributor agar penyebarannya merata, saat dialirkan ada vakum
yang akan menyerap liquor. Saat pencucian pertama digunakan air filtrat
pencucian kedua, sedangkan saat pencucian kedua menggunakan air
DWC yang disemprotkan melalui nozzle. Produk yang dihasilkan berupa
aluminium hydrate dengan kandungan air maksimal sebesar 13%.
Setelah mengalami proses di Chain-1 produk akan ditransfer ke
bulk product storage untuk disimpan. Sebagian dari jumlah hydrate basah
dari Chain-1 ditransfer dari bulk product storage ke Jetty untuk dikirim
melalui tongkang dan sisanya dibawa ke Calcination (proses kalsinasi),
24
Hydrate Processing Process (HPrP) dan Chain-4 menggunakan belt
conveyors.
Pada Chain-2 HPP, hydrate berukuran 70𝜇 diendapkan dari aliran
presipitasi secara berbeda dari Chain-1 tetapi menggunakan pregnant
liquor yang sama. Pregnant liquor ini dipresipitasi pada temperature 70℃
yang disertai dengan pengadukan. Fungsi pengadukan disini ialah untuk
menghindari terjadinya pengendapan, pada saat presipitasi akan terbentuk
2 fase yaitu fase liquor dan fasa slurry jika spesific grafity sudah
memenuhi standar slurry akan dipompakan ke stock tank dan difiltrasi.
Overflow yang berupa fase liquor akan diendapkan di thickener sedangkan
undeflownya berupa fase slurry akan diumpankan ke filter yang berada di
Chain-1 dan selanjutnya wet cake tersebut sementara disimpan di bulk
product storage ditransfer menggunakan exclusive belt conveyor. Fase
liquor yang sudah diendapkan di thickener akan terpisah menjadi dua
bagian, underflow thickener yang akan dikembalikan ke precipitator untuk
menjadi seed dan underflow thickener berupa mother liquor diumpankan
ke liquor stock tanks di Chain-1. Stock wet cake di bulk product storage
pada waktu tertentu dibawa ke proses kalsinasi menggunakan belt
conveyor.
2NaAl𝑂2 (l) + 4𝐻2 𝑂 (l) => A𝑙2 𝑂3.3𝐻2 𝑂 (s) + 2NaOH (l)
25
proses ini juga terdapat tiga direct heating kiln, tiga dust collector, dan
enam buah silo. Kapasitas dari masing-masing kiln adalah sekitar 67.000
ton metrik.
Alumina sebagai bahan baku untuk proses selanjutnya diproduksi
dirotary kiln dengan beberapa kondisi seperti perbedaan temperatur
kalsinasi dengan rentang 1000-1200℃, dan bisa juga dengan
menambahkan beberapa agent jika diperlukan. Setelah itu alumina masuk
ke plenetary cooler dan heat exchanger tipe plate untuk menurunkan
temperatur alumina. Setalah dingin alumina disimpan didalam silo.
Alumina ini kemudian dipacking dalam jumbo bag dengan bobot 1 ton,
dan dibawa ke product warehouse atau menuju proses selanjutnya yaitu
Aluminna Processing Process (APrP) menggunakan fork lift. Pada proses
kalsinasi produk yang dihasilkan ialah alumina.
Didalam kiln terkadang ada tambahan chemical untuk produk
flouride dan produk low soda, untuk produk flouride ditambahkan
aluminium flouride sedangkan produk low soda ditambahkan dengan HCl
(debu dari HCl dinetralkan menggunakan kaustik soda). Adapun reaksi
kimia yang terjadi dalam proses ini yaitu :
A𝑙2 𝑂3 .3𝐻2 𝑂 (s) =>𝐴𝑙2 𝑂3 (s) + 3𝐻2 𝑂 (𝑣)
26
operasional pabrik alumina, kendaraan pengangkut, dan kendaraan
operasional. Limbah bising akan menimbulkan gangguan baik terhadap
kondisi psikologis, fisiologis, dan kondisi ekonomi bagi seorang operator
jika terkena kebisingan yang berlangsung terlalu lama. Untuk mengukur
tingkat kebisingan dalam pabrik ini digunakan alat Sound Level Meter.
Pengukuran ini dilakukan untuk mengetahui dan menganalisa tingkat
kebisingan dari suatu mesin, apakah memenuhi Nilai Ambang Batas
(NAB) yang aman bagi pekerja sesuai dengan baku mutu kualitas udara
ambient dan ttingkat kebisingan yang digunakan yaitu :
o Peraturan Pemerintah No.41 tahun 1999 tentang pengendalian
pencemaran udara tanpa Flour dan indeks sulphat dan dustfall
Hydrogen Flouride (HF).
o Kualitas udara ambient berdasarkan Keputusan Menteri
Lingkungan Hidup No.50 tahun 1996 tentang tingkat kebauan.
o Kep48/MENLH/11/1996, tentang baku mutu tingkat kebisingan.
b. Limbah Udara
Pencemaran udara adalah munculnya satu atau beberapa
kontaminan didalam udara atmosfer seperti debu, busa, gas, kabut, bau-
bauan, asap atau uap dalam kuantitas yang banyak dengan berbagai sifat
yang berlangsung dalam waktu tertentu sehingga menimbulkan gangguan
terhadap kehidupan organisme. Pencemaran udara yang terjadi di PT.
Indonesia Chemical Alumina adalah pencemaran yang berasal dari Rotary
Kiln, alat pengering hidrat, dan BTG yang digunakan untuk
membangkitkan listrik untuk pengoperasian pabrik.
Baku mutu kualitas udara emisi yang digunakan oleh PT. Indonesia
Chemical Alumina adalah Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No.4
tahun 2014 tentang baku mutu emisi untuk usaha atau kegiatan
Pembangkit Tenaga Listrik Uap (PLTU). Pengelolaan lingkungan yang
sudah dilakukan bertujuan untuk mengurangi dampak penurunan kualitas
lingkungan, yang dilakukan dengan cara :
27
o Pengoperasian Elektrostatik Presipitator masing-masing sebanyak
2 unit untuk PLTU, dan 3 unit untuk Rotary Kiln serta
mendispersikan emisi gas buang melalui cerobong/common stack
berdiameter 4,3 m dan tinggi stack 70 m yang berguna untuk
menurunkan konsentrasi sebaran gas buang.
o Cerobong yang dilengkapi dengan tangga, sampling hole dan
sarana penunjang lainnya untuk aktivitas pemantauan mengikuti
keputusan Bapedal No.205/BAPEDAL/07/1996.
o Menggunakan batubara yang memiliki kadar sulfur yang rendah.
c. Limbah Padat
Adapun limbah padat yang dihasilkan dari kegiatan industri ini
ialah residu bauksit dan limbah rumah tangga biasa (seperti kertas, plastik,
sisa makanan, dll). Untuk limbah rumah tangga biasa langsung dibuang ke
TPA, sedangkan residu bauksit ini ditimbun di landfill yang terletak di
wilayah Desa Pedalaman, Kecamatan Tayan Hilir, Kabupaten Sanggau
yang berjarak sekitar −
+750 m kearah selatan pabrik alumina dengan luas
d. Limbah Cair
Limbah cair mengakibatkan penurunan kualitas air permukaan,
sumber dari limbah ini berasal dari air sisa operasional pabrik alumina,
PLTU, dan sarana penunjang lainnya. Akibat dari limbah ini ialah
penurunan kualitas air permukaan terutama dalam parameter kekeruhan,
TDS, TSS, pH, BOD, DO, dan COD. Untuk meminimalisasi dampak dari
limbah cair ini beberapa hal yang dilakukan oleh PT. Indonesia Chemical
Alumina antara lain :
28
o Menanam tanaman penutup tanah (cover crop) diarea terbuka dan
kurang stabil untuk mengurangi erosi dan aliran permukaan.
o Membangun dan mengoperasikan kolam netralisasi dan
pengendapan.
o Perawatan rutin terhadap tanggul kolam dan saluran air dari dan
menuju kolam pengendapan.
o Perawatan rutin terhadap kolam sediment disekitar area pabrik,
landfill dan stock yard batubara.
o Perawatan saluran yang mengelilingi pabrik.
o Pengecekan dan perawatan spill way, bund wall, check valve, dan
oil trap diarea pabrik.
Pengolahan air lindi residu bauksit dan air huajn yang berkontak
langsung dengan residu bauksit didalam area timbunan dialirkan menuju
kolam pengumpul lindi yang dilengkapi dengan saluran pipa dan valve
yang bisa dibuka tutup. Jika air lindi dalam kolam sudah mencapai batas
ketinggian diatas valve, maka valve dibuka dan air lindi selanjutnya akan
masuk ke bak kontrol dan mengalir menuju jalur pipa ke kolam
sedimentasi. Air lindi yang mengalir melalui jalur pipa akan menuju
kolam netralisasi. Jika air lindi yang masuk ke bak kontrol memiliki pH
basa akan ditambahkan asam 𝐻2 𝑆𝑂4 atau Hcl sesuai dosis yang
diperlukan. Sedangkan proses pengendalian terhadap padatan
29
tersuspensi/TSS dilakukan melalui proses pengendapan didalam kolam
sedimentasi, air ini kemudian dicek kembali pH nya jika masih tinggi
(diatas 9) makaakan diberikan asam sulfat sampai Ph nya menjadi netral.
30
selanjutnya
diserahkan
kepihak ketiga
yang memiliki
ijin.
Lampu TL Padat Beracun Pabrik, PLTU, Disimpan
bekas kantor, dan mess sementara
karyawan selanjutnya
diserahkan
kepihak ketiga
yang memiliki
ijin.
Filter BBM Padat Berbahaya DEG Disimpan
dan oli bekas bagi sementara
lingkungan selanjutnya
diserahkan
kepihak ketiga
yang memiliki
ijin.
Residu Padat Berbahaya Pabrik Penimbunan akhir
bauksit bagi diarea 3 landfill
lingkungan kategori III
Fly ash & Padat Berbahaya PLTU Penimbunan akhir
bottom ash bagi diarea 3 landfill
lingkungan kategori III
Kemasan Padat Berbahaya Pabrik & PLTU Disimpan
terkontamina bagi sementara
si B3 lingkungan selanjutnya
diserahkan
kepihak ketiga
31
yang memiliki
ijin.
Limbah Padat Berbahaya Laboratorium Reuse
laboratorium & cair bagi (dikembalikan ke
lingkungan proses)
Limbah Adat Infeksius Klinik Disimpan
klinik sementara
selanjutnya
diserahkan
kepihak ketiga
yang memiliki
ijin.
32
Semua produk ini dikelompokkan lagi kedalam kelompok produk alumina,
hydrate, alumina specialty, dan hydrate specialty. Produk-produk ini dikemas
dalam dua jenis kemasan yaitu paper bag dan jumbo bag maupun dijual dalam
bentuk curah. Untuk produk setengah jadi biasanya dikemas dengan
menggunakan jumbo bag dengan kapasitas 1 ton dan untuk bulk product (bahan
curah) disimpan dalam bulk product storage, sedangkan produk jadi dikemas
dalam jumbo bag dengan kapasitas 512 kg dan kapasitas 1 ton, serta dalam paper
bag dengan kapasitas 15 kg, 20 kg, dan 25 kg.
33
BAB IV. TUGAS KHUSUS DAN PEMBAHASAN
34
antara fluida terdapat dinding yang memisahkannya (indirect contact) maupun
keduanya bercampur langsung (direct contact). Mekanisme perpindahan panasnya
sendiri dibagi menjadi tiga cara yaitu :
a. Konduksi : suatu proses dimana energi panas mengalir dari suhu tinggi
menuju ke suhu yang lebih rendah, dan perpindahan energinya terjadi
karena kontak molekul secara langsung tanpa adanya perpindahan
molekul itu sendiri dan biasanya terjadi pada benda padat.
b. Konveksi : terjadi apabila adanya perbedaan suhu antara permukaan
benda padat dengan zat cair atau gas. Perpindahan panas secara
konveksi merupakan perpindahan panas yang disertai dengan aliran
massa. Perpindahan panas jenis ini dibedakan lagi menjadi dua yaitu
perpindahan panas konveksi bebas dan perpindahan panas konveksi
paksa. Konveksi bebas terjadi apabila perpindahan panas berlangsung
secara alamiah yang disebabkan karena perbedaan massa jenis cairan
akibat pemanasan sehingga pada fluida tersebut terjadi sirkulasi
molekul. Sedangkan konveksi paksa terjadi akibat adanya pemaksaan
pergerakan molekul seperti pada pengisapan.
c. ialah proses mengalirnya energi panas dari benda bersuhu tinggi ke
suhu rendah yang terjadi di ruang hampa maupun yang bermedium.
Perpindahan jenis ini terjadi dengan cara pancaran gelombang
elektromagnetik.
- Regenerator yaitu jenis heat exchanger dimana fluida panas dan dinginnya
mengalir secara bergantian melalui saluran yang sama.
- Heat exchanger tipe terbuka (Open type heat exchanger) yaitu tipe heat
exchanger dimana fluida panas dan dingin terjadi kontak secara langsung
(tanpa ada pemisah).
- Heat exchanger tipe tertutup (Close type heat exchanger) yaitu tipe heat
exchanger dimana fluida panas dan dingin tidak trejadi kontak seacara
35
langsung tetapi terpisahkan oleh dinding pipa atau suatu permukaan baik
berupa dinding datar ataupun lengkung.
Berdasarkan fungsi dari alat penukar panas heat exchanger dibagi menjadi :
- Single pass adalah jenis heat exchanger yang fluidanya tepat mengalir
hanya satu kali didalam heat exchanger tersebut. Untuk jenis exchanger ini
terdapat dua jenis arah alirannya yaitu counter flow dan paralel flow.
- Multi pass ialah jenis exchanger yang yang fluidanya mengalir lebih dari
satu kali didalam heat exchanger tersebut.
36
Berdasarkan jenis arah aliran ada 3 jenis heat exchanger yaitu :
- Counter flow heat exchanger adalah heat exchanger dengan arah aliran
antara fluida panas dan dingin saling berlawanan arah. Pada kondisi ini
perbedaan temperatur antar fluida tidak terlalu signifikan sehingga
perpindahan panas sepanjang aliran relatif konstan. Selain itu pada jenis
aliran ini memungkinkan bahwa temperatur keluaran fluida dingin lebih
tinggi daripada temperatur keluaran fluida panas.
- Paralel flow heat exchanger atau biasa disebut juga dengan cocurrent flow
heat exchanger merupakan jenis heat exchanger dengan arah aliran yang
sama. Pada alat ini terjadi perbedaan temperatur yang signifikan antara
kedua fluida pada saat awal kedua fluida itu masuk, dan temperatur
keluaran dari fluida dingin tidak mungkin lebih besar dari temperatur
fluida panas.
- Cross flow adalah heat exchanger dengan jenis aliran silang dimana fluida-
fluida yang mengalir sepanjang permukaan akan bergerak dalam arah yang
saling tegak lurus.
37
berdasarkan standar yang ada seperti standar TEMA (Tubular
Exchanger Manufacturers Association), DIN, dan ASME (American
Society of Mechanical Engineers). Komponen-komponen dalam shell
& tube heat exchanger secara umum antara lain : tube, shell, baffle,
tubsheet, front dan rear-end-head, dan nozzle.
b. Double Heat Exchanger yang terdiri dari dua pipa konsentris dengan
pipa dalam datar maupun bersirip. Satu fluida berada pada pipa dalam
(inner tube) daan yang lain pada annulus antara kedua pipa, dan
merupakan jenis heat exchanger yang mudah untuk proses
perawatannya. Konstruksi ini juga cocok pada kondisi dimana satu
atau kedua fluida bertekanan sangat tinggi. Pada umumnya double pipe
heat exchanger digunakan untuk kapasitas kecil dimana luas
perpindahan panasnya kurang dari atau sama dengan 50 m2 (500 ft2).
Hal ini dikarenakan biaya pembuatan per satuan luas relatif mahal.
Pada beberapa kondisi jumlah pipa dalam berjumlah lebih dari satu
akibat dimensi. Sehingga bentuk konfigurasi daripipa tersebut
berbentuk U tube atau hair pin.
c. Spiral Tube Heat Exchanger terdiri atas satu atau lebih spiral koil pada
sisi shell. Laju perpindahan panas menggunakan spiral tube lebih besar
daripada straight tube. Hal ini karena pada spiral tube luasan yang
terjadi perpindahan panas lebih besar daripada straight tube. Namun
kelemahan heat exchanger ini ada pada proses pembersihannya.
- Plate Heat Exchanger biasa terbuat dari plate tipis. Plate ini dapat berupa
smooth plate maupun corrugated plate dan dapat juga datar maupun spiral
yang ditempatkan dalam heat exchanger. Pada jenis heat exchanger ini
tidak dapat menahan fluida bertekanan tinggi, temperatur tinggi, atau
perbedaan temperatur maupun tekanan yang tinggi. Plate heat exchanger
dapat diklasifikasikam sebagai :
a. Gasketed Plate Heat Exchanger yang terdiri dari atas beberapa
rectangular metal plate yang ditutup pada ujung-ujungnya oleh gasket.
Adapun prinsip kerjanya ialah dua atau lebih aliran fluida kerja diatur
38
oleh gasket-gasket yang didesain sedemikian rupa sehingga pada
masing-masing fluida dapat mengalir di plat-plat yang berbeda.
Kelebihan heat exchanger ini yaitu proses perwatan yang mudah,
koefisien perpindahan panas yang cukup baik dan relatif murah.
Namun hanya fluida-fluida tertentu saja yang dapat diaplikasikan
menggunakan heat exchanger ini.
b. Welded Plate Heat Exchanger. Jenis heat exchanger ini mampu
menahan fluida kerja yang bertekanan dan bertemperatur tinggi, dan
dibuat dengan sistem pengelasan maka jenis heat exchanger ini sangat
sulit untuk dibongkar pasang berbeda dengan jenis gasketed heat
exchanger.
c. Spiral Plate Heat Exchanger. Pada jenis ini digunakan spiral plate
dengan sistem sealing las. Dimana kaliran kedua fluida dapat
berbentuk tiga jenis yaitu : paralel flow (aliran searah), counter flow
(berlawanan arah), dan cross flow (aliran menyilang). Dengan
konfigurasi spiral maka lintasan fluida menjadi semakin panjang
sehingga perpindahan panas akan semakin banyak terjadi.
- Regenerator Heat Exchanger merupakan jenis heat exchanger yang
mempunyai sistem storage dimana energi panas dari fluida pertama
menyimpan sementara energi tersebut yang kemudian dipindahkan
kedalam fluida kedua. Fluida kerja yang sering dipakai pada heat
exchanger ini hanya berupa fluida gas. Regenerator sendiri terbagi menjadi
dua jenis yaitu tipe rotari dan tipe fix.
a. Regenerator tipe rotari. Pada generator ini matriks berbentuk
lingkaran, berputar dengan kecepatan tertentu dan secara periodik akan
menyerap dan memberikan panas antara kedua fluida. Aliran kedua
fluida ini dipisahkan oleh sistem radial seal.
b. Regenerator tipe fix. Untuk tipe ini matriks tidak bergerak namun
terdapat katub (valve) yang akan mengatur aliran fluida gas. Pada heat
exchanger ini dibutuhkan minimal dua matriks yang tersusun secara
paralel.
39
Berdasarkan TEMA (Tubular Exchanger Manufacturing Association).
40
dibutuhkan, dan biaya yang besar. Semakin luas permukaan bidang kontak
perpindahan panas per satuan volume, maka akan semakin besar efisiensi
perpindahan panas yang dihasilkan.
a. Shell cover. Fungsi shell disini untuk mendapatkan ruangan shell dan
menahan tekanan kerja fluida yang mengalir didalamnya, selain itu juga
untuk menempatkan dan mengikat tube sheet dan shell side baffle
sehingga kokoh dalam shell. Sedangkan shell cover sendiri ialah penutup
bagian belakang dari shell.
41
c. Nozzle disini berfungsi sebagai koneksi aliran masuk dan aliran keluar
pada shell dan tube. Nozzle pada shell disebut shell nozzle dan nozzle
pada channel disebut channel nozzle.
42
Gambar 4.9 Jenis-jenis Tube Sheet Conection
g. Baffle plate disini berfungsi sebagai penyangga tube, menjaga jarak
antara masing-masing tube menahan vibrasi yang ditimbulkan oleh
tekanan dan suhu fluida serta pengurutan arah aliran fluida pada shell side.
Ada beberapa macam baffle yang digunakan yaitu segmental baffle,
orifice baffle, disch doughnut baffle dan longitudinal.
43
Gambar 4.10 Jenis-jenis baffle plate
h. Tube yang berfungsi untuk pembatas antar fluida agar tidak terjadi kontak
langsung sekaligus penghantar panas dalam alat penukar panas. Jenis tube
yang banyak digunakan dalam industri yaitu :
44
o Triangular pitch
45
o Diamond square pitch
Jenis bahan shell yang digunakan di PT.ICA ialah jenis plat ASME A-516
Grade 70 jenis plate yang mempunyai kandungan kimia dan mekanikal propertis
yang khas dan sesuai serta mempunyai kekuatan tahan panas. Baja karbon dengan
spesifikasi untuk piring bejana tekan dan layanan suhu sedang atau rendah.
Komposisi bahan 0,10-0,22 (C), 0,6 (Si), 1-1,7 (Mn).
Sedangkan jenis tube yang digunakan ialah jenis tube ASME 1-179
(American Society Mechanical Engineering). Untuk ketebalan dinding yang
minimum, tabung baja karbon rendah yang ditarik dingin untuk panas tubular
penukar, kondensor, dan alat penukar panas serupa. Tabung harus dibuat dengan
mulus proses dan harus dingin ditarik. Analisis panas dan produk harus dilakukan
dimana bahan baja harus sesuai dengan komposisi kimia yang dibutuhkan dari
karbon, mangan, fosfor, dan belerang dengan komposis bahan 0,06-0,18 (C) dan
0,27-0,63 (Mn). Jenis heat exchanger di PT.ICA berdasarkan standar TEMA yaitu
sebagai berikut :
46
Gambar 4.15 Klasifikasi heat exchanger berdasarkan TEMA
47
Data Spesifikasi Shell
Passes 1
Diameter dalam (ID) 2200 mm 86,61417 In
Bahan shell ASME A-516
Tie rods 14 Pc
Jenis baffel Single segmented
Jumlah baffel 6 Pc
Jarak baffel (B) 1041 Mm 40,98425 In
Diameter baffel 2192 Mm
Luas baffel 2,97 m2
Metode pengambilan data diperoleh dari data primer dan data sekunder. Data
primer yang diperoleh menggunakan metode observasi, pengamatan dan
pencatatan secara sistematis terhadap gejala yang dihadapi dan keadaan yang
terjadi di perusahaan dan melalui metode survey, dengan mengadakan dialog
langsung dengan pembimbing lapangan dengan maksud mengetahui hal yang sulit
diperoleh dengan metode observasi. Selain itu diambil data sekunder yang
diperoleh dari data internal, data-data yang diperoleh dari buku-buku yang
tersedia di perusahaan dan data eksternal, berdasarkan literature-literatur lain yang
berada di luar perusahaan.
48
4.7 Perhitungan
Untuk menghitung efisiensi unjuk kerja alat heat exchanger perlu
dilakukan perhitungan unjuk kerja dari heat exchanger pada saat ini dibandingkan
dengan kondisi awal alat (kondisi desain). Hal yang perlu terlebih dahulu
dilakukan ialah dengan menetapkan beberapa asumsi bahwa :
a. Suhu fluida dalam shell adalah rata-rata suhu isothermal pada setiap
bagian.
b. Luas permukaan perpindahan panas sama pada setiap pass.
c. Overall coefficient perpindahan panas, laju aliran masing-masing fluida,
dan specific heat masing-masing fluida adalah tetap (konstan).
d. Adanya perubahan fasa dalam shell dari steam (BTG) menjadi kondensat
(DWA)
e. Adanya panas yang terbuang ke lingkungan
f. Keadaan dalam steam dianggap saturated sehingga T1=T2
Steam Kondensat
Heat Exchanger
Spent liquor
Spent liquor
dingin
Panas
In = Out
In = Out
Sebelum mencari nilai Q terlebih dahulu kita harus mengetahui nilai dari panas
evaporasi dan suhu dalam steam. Utuk mencari panas evaporasi, dan suhu dalam
49
steam dibuat persamaan antara tekanan dan panas evaporasi (untuk mencari nilai
panas evaporasi), tekanan dan temperatur (untuk mencari temperatur dalam
steam), dengan tekanan dalam satuan Mpa , temperatur dalam ℃, dan panas
evaporasi dalam satuan kJ/kg. (Nilai diperoleh dari data saturated steam di buku
Introduction to Chemical Engineering Thermodynamics Sixth Edition, Smith Van
Ness halaman 666)
P vs H evap.
2090
2080
2070 y = 68.061x2 - 286.94x + 2232.5
2060 R² = 1
2050
2040
2030
2020
2010
2000
0.6 0.65 0.7 0.75 0.8 0.85 0.9 0.95 1 1.05
50
Dengan x merupakan nilai dari Pressure site (Psite) dan y nilai dari panas
evaporasi (λ). Sedangkan untuk mencari nilai temperature steam bisa dicari
dengan menggunakan persamaan dari grafik antara tekanan dan temperature.
P vs T
185
180
175
170
y = -25.736x2 + 93.503x + 112.08
165 R² = 1
160
155
0.6 0.65 0.7 0.75 0.8 0.85 0.9 0.95 1 1.05
Dengan y merupakan nilai dari temperature steam dan x merupakan nilai dari
Pressure site (tekanan dalam heat exchanger).
Laju perpindahan panas pada daerah tube yang berisi spent liquor (Qtube) bisa
dihitung dengan persamaan :
Dengan :
Sedangkan laju perpindahan massa pada daerah shell yang berisi steam dari BTG
(Qshell) dihitung dengan persamaan :
51
Qshell (steam) = Massa steam*panas evaporasi(𝜆)
Pada saat perpindahan panas terjadi ada panas yang terbuang ke lingkungan.
Panas yang terbuang kelingkungan (∆Q) dihitung dengan cara mengitung selisih
antara Q pada shell dan Q pada tube.
∆𝑄 = Qshell – Qtube
A = N*𝜋*ID*L
Untuk alat penukar panas jenis aliran counter flow, beda temperatur rata-rata
dihitung dengan beda temperatur rata-rata logaritmik atau biasa disebut dengan
LMTD (Log Mean Temperature Different), dimana steam masuk melalui shell
dan spent liquor masuk melalui tube dan keduanya mengalir dengan arah yang
berlawanan.
(𝑇1−𝑡2)− (𝑇2−𝑡1)
LMTD = 𝑇1−𝑡2
ln
𝑇2−𝑡1
Dengan :
52
Menghitung nilai koefisien perpindahan kalor menyeluruh (U)
𝑄 𝑡𝑢𝑏𝑒
Ud = 𝐴.𝐿𝑀𝑇𝐷
(ℎ𝑖 −ℎ )
Uc = (ℎ𝑖0 +ℎ0 )
0 0
Dengan :
Sedangkan nilai Uc bisa dicari setelah kita mengetahui nilai dari flow area/luas
penampang daerah tube (at’), diameter dalam tube (IDt), massa total dari spent
liquor (m), kecepatan aliran massa didalam tube (Gt), viskositas (μ), jenis aliran
(dilihat dari nilai bilangan Reynold), nilai faktor transfer panas (jH) yang dilihat
dari nilai L(ketebalan) dibagi dengan nilai diameter dalam tube, Cp, nilai
coefisien resistant/ koefisien ketahanan bahan (K),
𝜋
at’ = 4 .(𝐼𝐷2 )
53
Flow area per tube/luas penampang daerah per tube (at)
𝑎𝑡"
at = N.144.𝑛
Dengan :
N = jumlah tube
n = jumlah tube passes
b. IDt (diameter dalam tube)
IDt = OD – (2.wiidth)
Dengan :
OD = diameter luar tube
Width = Ketebalan tube
c. Gt (Mass velocity)
Gt adalah mass velocity atau kecepatan massa fluida pada tube, yang
merupakan perbandingan antara laju alir dengan flow area.
d. Ret
Ret sendiri ialah nilai bilangan Reynold didaerah tube side.
𝐺𝑡.𝐼𝐷𝑡
Ret = 𝜇
e. L/ID
Nilai dari L/ID ini akan digunakan untuk menentukan nilai dari jH
f. jH
jH adalah nilai heat transfer factor atau nilai faktor perpindahan kalor
yang dilihat berdasarkan nilai L/ID (fig.24 kern, lihat dilampiran)
g. K (Koefisien ketahanan bahan /coefficient resistant)
Nilai K dilihat berdasarkan nilai Jh dan bilangan Reynold
h. pr (Prandtl)
Bilangan prandlt merupakan nilai atau harga yang dipakai untuk
menentukan distribusi temperature dalam suatu aliran, dan merupakan
54
ukuran efektifitas relatif dari momentum dan perpindahan energi secara
difusi dengan kecepatan pada lapisan batas termal.
𝐶𝑝.𝜇
pr = 𝑘
k. 𝑈𝑐
Uc merupakan nilai koefisien perpindahan kalor menyeluruh sebelum
terjadinya pengotoran.
(ℎ𝑖 −ℎ )
Uc = (ℎ𝑖0 +ℎ0 )
0 0
𝑅𝑑 𝑖𝑑𝑒𝑎𝑙
Efisiensi Heat Exchanger =𝑅𝑑 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 . 100%
4.8 Pembahasan
Heat exchanger adalah alat yang berfungsi untuk memindahkan panas dari
suatu sistem ke sistem lainnya tanpa ada terjadinya perpindahan massa. Tipe heat
exchanger yang digunakan di PT. Indonesia Chemical Alumina adalah tipe shell
& tube. Tipe shell & tube biasanya dipakai untuk kapasitas yang lebih besar, dan
banyak digunakan karena mempunyai luas transfer panas tiap satuan volume yang
besar (A=834,47 m3). Pada alat ini fluida yang satu mengalir disebelah dalam
pipa (spent liquor berada didalam tube dan jadi keluaran) dan fluida yang satunya
mengalir disebelah luar pipa (steam yang diumpankan dari BTG masuk kedalam
shell).
55
Pada heat exchanger type shell & tube, perpindahan yang terjadi ialah
perpindahan panas secara konduksi dan konveksi, dimana perpindahan secara
konduksi terjadi antara perpindahan panas pada fluida menuju kedinding tube, dan
perpindahan panas secara konveksi terjadi antara perpindahan panas dari dinding
tube menuju fluida yang mempunyai suhu lebih rendah dari fluida yang memberi
panas ke dinding tube. Oleh karena itu perpindahan panas yang terjadi di heat
exchanger type shell & tube dipengaruhi oleh luas permukaan dari dinding tube.
Untuk perpindahan panas secara radiasi pada heat exchanger type ini biasanya
tidak terlalu diperhatikan karena nilainya yang kecil sehingga bisa diabaikan.
56
yang sudah dilakukan diperoleh nilai Rd sebesar 0,006890828 dan efisiensi alat
sebesar 29,0240 % (dalam setengah kapasitas). Berikut beberapa kerugian yang
disebabkan karena adanya fouling factor :
57
cepat, namun pada beberapa jenis organisme yang sensitif peningkatan
temperature akan mengakibatkan organisme tersebut menjadi tidak aktif.
- Masa kerja alat. Semakin lama alat digunakan maka akan semakin mudah
fouling terbentuk sehingga diperlukannya treatment lebih terhadap alat-
alat yang massa pemakaiannya sudah cukup lama.
58
BAB. V KESIMPULAN DAN SARAN
V.1 Kesimpulan
Dari hasil perhitungan diketahui nilai Ud aktual (117,94 BTU/h.ft2.℉)
lebih kecil dibandingkan nilai Uc desain (629,7821336 BTU/h.ft2.℉) dan nilai
Rd/fouling factor aktual (0,00689) lebih besar dibaningkan nilai Rd desain (0,002)
pada kondisi ini alat masih digunakan akan tetapi memerlukan biaya perawatan
yang mahal. Hal ini terjadi karena terbentukanya scale/kerak pada dinding tube.
Pembentukan scale sendiri dipengaruhi oleh flow felocity (kecepatan alir yang
tinggi menyebabkan erosi dan energi pemompaan yang besar), temperature
(makin tinggi temperature peningkatan konsentrasi bahan juga naik sehingga
mempercepat terbentuknya scale), dan masa kerja alat (makin lama alat beroperasi
maka akan semakin cepat scale terbentuk).
V.2 Saran
Dilakukannya mechanical cleaning dengan cara memasukkan udara bertekanan
kedalam tube dan mendrillnya dengan menggunakan proyektil berupa rubber ball,
atau sikat besi.
59
LAMPIRAN
26,3
90 155
0.38 0.37
A/C : 0.4 0.4 129
140 135
145 109
100
0.37 87
94 Condensor
10 154
40
HE-BDH
0.67 PLS
74,8 65 55,6 55
HE-VHI
DWB
DWB
condensor
92
83
21,1 19,3 24,8 254,4
Thickener BRW 100 0,21 65
52,2 Thickener BOS 100
75
Chain 3
Filter PFS Chain 2
Flash Tank CHP
12
90
Filter BRF
100
1
PFS
Flash Tanks
VHI
65 E-24 Chain 3
2
BDH
overflow underflow
60
Lampiran 3. Flow Chart Proses Kalsinasi
Q=6
Belt Conveyor
CHF Line-4
AF
HC
Line-5 FO
Q=3
Kiln
Air Slider Q=3
Chain 1 Chain 2
Belt Conveyor
CAC
Product Yard Q=6
Stack
Q = 3 set
Q=3 Vibration sieve
DSC CCT
Air Slider
Silo
Air Slider
CAS
Q=6
Q=6 Bucket Elevator
61
Lampiran 5. Data Spesifikasi Tube
62
Lampiran 6. Data Spesifikasi Shell
63
Lampiran 7. Nilai aktual heat exchanger BDH-H-105,106
Steam Kondensat
Heat Exchanger
Spent liquor
Spent liquor
dingin
Panas
In = Out
64
Perhitungan Neraca Energi
In = Out
Dari data lapangan diperoleh nilai bukaan valve menuju heat exchanger (data
HC-105), data pressure BTG, dan pressure site, dari data ini dibuat persamaan
antara nilai pressure BTG dan pressure site untuk mencari nilai pressure site
didalam steam.
1
X = 𝐻𝐶−105
1
= 25
= 0,04
= 0,170652 Mpa
= 0,9728 – 0,170652
= 0,802148 Mpa
Untuk mencari panas evaporasi, dan suhu dalam steam dibuat persamaan antara
tekanan dan panas evaporasi (untuk mencari nilai panas evaporasi), tekanan dan
65
temperatur (untuk mencari temperatur dalam steam), dengan tekanan dalam
satuan Mpa , temperatur dalam ℃, dan panas evaporasi dalam satuan kJ/kg. (Nilai
diperoleh dari data saturated steam di buku Introduction to Chemical Engineering
Thermodynamics Sixth Edition, Smith Van Ness halaman 666). Dari grafik antara
pressure site dan panas evaporasi diperoleh persamaan :
Dengan x merupakan nilai dari Pressure site (Psite) dan y nilai dari panas
evaporasi (λ).
= 2.042,605 kJ/kg
Temperature steam bisa dicari dengan menggunakan persamaan dari grafik antara
tekanan dan temperature. Dari tabel diperoleh persamaan y = (-25,736*x^2) +
(93,5032*x) + 112,08
Dengan y merupakan nilai dari temperature steam dan x merupakan nilai dari
Pressure site (tekanan dalam heat exchanger).
= 171,5607℃
66
24 0,9728 0,788297 2048,60829 169,7985
24 0,9728 0,788297 2048,60829 169,7985
26 0,9728 0,814422 2043,96182 171,1637
27 0,9728 0,825347 2042,04615 171,7242
Diketahui :
= 307,2571429 – 28,37142857
= 278,88571 m3/h
Suhu masuk & keluar steam (T1&T2) = 170,5807 (ditekanan 0,803257 Mpa)
Cp = 0,859 kCal/kg.C
= 3,596457 kJ/kg.C
Laju perpindahan panas pada daerah tube yang berisi spent liquor (Qtube) bisa
dihitung dengan persamaan :
67
= 339.125,0286 kg/h
Qtube = m*Cp*∆𝑡
= 58.465.010,53 kJ/h
= 13.961.995,44 kCal/h
Sedangkan laju perpindahan massa pada daerah shell yang berisi steam dari BTG
(Qshell) dihitung dengan persamaan :
= 30.514,29 kg/h
Qshell = M*λ
= 62.426.305,8 kJ/h
= 14.910.285,3 kCal/h
∆𝑄 = Qshell – Qtube
= 948.289,9 kCal/h
A = N*𝜋*ID*L
= 840*3,14*42,2mm*’7.497 mm
68
= 834.466.479,8 mm2
= 834,47 m2
(𝑇1−𝑡2)− (𝑇2−𝑡1)
LMTD = 𝑇1−𝑡2
ln
𝑇2−𝑡1
(170,5807−160,1)− (170,5807−112,1)
= 170,5807−160,1
ln
170,5807−112,2
= 29,05 °C
𝑄 𝑡𝑢𝑏𝑒
Ud = 𝐴.𝐿𝑀𝑇𝐷
13.961.995,44
= (834,47).(29,05)
= 576 kCal/h.m2.℃
= 669,89 W/m2℃
= 117,4 Btu/h.ft2.°F
𝜋
at’ = 4 .(𝐼𝐷 2 )
3,14
= (1,6614172 )
4
= 2,17 in2
69
𝑎𝑡"
at = N.144.𝑛
2,17
= 840 x 8
227,52
= in2
144
= 1,58 ft2
c. IDt (diameter dalam tube)
IDt = OD – (2.wiidth)
= 48,6 – (2 X 3,2)
= 42,2 mm
= 0,138451444 ft
d. Mtotal spent liquor = 339125,0286 kg/h
= 747642,8089 lb/h
e. Gt (Mass velocity)
𝑀𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑝𝑒𝑛𝑡 𝑙𝑖𝑞𝑢𝑜𝑟
Gt = 𝑎𝑡
747642,8089
= 1,58
= 473195,0883 lb/ft2.h
f. Viskositas (μ)
μ = 0,465 cp
= 1,1253 lb/ft.h
g. Ret
Ret sendiri ialah nilai bilangan Reynold didaerah tube side.
𝐺𝑡.𝐼𝐷𝑡
Ret = 𝜇
473195,0883 𝑋 0,138451444
= 1,1253
= 58219,62416
Karena nilai bilangan Reynold >4000 maka termasuk aliran turbulen
dimana pada aliran turbulen partikel fluida bergerak dalam lintasan yang
sangat tidak teratur yang mengakibatkan adanya pertukaran momentum
dari satu bagian fluida ke bagian fluida lainnya. Aliran sendiri terbagi
menjadi 3 jenis yaitu aliran turbulen (>4000), transisi (2000-4000), dan
laminar (<2000).
70
h. L/ID
Nilai dari L/ID ini akan digunakan untuk menentukan nilai dari jH
𝐿 7497 𝑚𝑚
=
𝐼𝐷 42,2 𝑚𝑚
= 177,6540284 mm
i. jH
jH adalah nilai heat transfer factor atau nilai faktor perpindahan kalor
yang dilihat berdasarkan nilai L/ID (fig.24 kern, lihat dilampiran)
jH = 342,66
j. Cp tube
Cp tube = 3,59646 kJ/kg.°C
= 0,858999713 Btu/h.ft.°F
k. K (Koefisien ketahanan bahan /coefficient resistant)
K = 0,632 W/m.°C
= 0,365162777 Btu/h.sqft.°F
l. pr (Prandtl)
𝐶𝑝.𝜇
pr = 𝑘
3,5964612 𝑋 1,1253
= 0,365162778
= 2,647128237
m. hi (Inside Film Coefficient)
𝐾 𝐶𝑝.𝜇 1/3
hi = jH.𝐼𝐷.( )
𝑘
0,365162778 3,5964612 𝑋 1,1253 1/3
=342,66 X 0,138451444 𝑋( )
0,365162778
= 1250,194022 Btu/h.ft2.F
n. ℎ𝑖0 (Outside Film Coeficient)
𝑂𝐷
ℎ𝑖0 = hi. 𝐼𝐷
1,913386
= 1250,194022 X 1,661417
= 1085,559418 Btu/h.ft2.°F
o. 𝑈𝑐
(ℎ𝑖 −ℎ )
Uc = (ℎ𝑖0 +ℎ0 )
0 0
71
1085,559418−1500
=1085,559418+1500
= 629,7821336 Btu/h.ft2.F
p. Dirty factor heat exchanger
𝑈𝑐−𝑈𝑑
Rd total = 𝑈𝑐.𝑈𝑑
629,7821336−117,94
=629,7821336 𝑋 117,94
= 0,006890828
Rd ideal = 0,002
𝑅𝑑 𝑖𝑑𝑒𝑎𝑙
Efisiensi Heat Exchanger =𝑅𝑑 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 . 100%
0,002
=0,006890828.100%
= 29,0240 %
72
DAFTAR PUSTAKA
Handoyo, Y., Ahsan, 2012, “ Analisis KinerjaAlat Penukar Kalor Jenis Shell and
TubePendingin Aliran Air Pada PLTA Jatiluhur.” Jurnal Energi dan
Manufakturvol. 5(1).
Perry, R. H., dan Green, D., 1997, “Perry’s Chemical Engineers Hand Book, 7th
edition.” United states of America :MC Graw-Hill book.
Smith, J. M., Van Ness, H. C., and Abbott, M. M., 2001, “Introduction to
Chemical Engineering Thermodynamics, 6th edition.” New York : MC Graw-Hill
Book.
73