Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

TEKNOLOGI KARET

THERMOPLASTIC VULCANIZATE (TPV) DAN RUBBER-RUBBER


COMPOSITE

Oleh:

KELOMPOK XI

ELLA PAHLAWAN (1807111402)


HALPERIA AZZIKRI (1807113744)
MUHAMMAD AFDIL (1807111742)

PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA S1


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena telah memberikan


kesempatan pada penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-
Nya lah penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Thermoplastic Vulcanizate
dan Rubber-rubber Composite” dengan baik dan tepat waktu. Makalah ini disusun guna
memenuhi tugas mata kuliah teknologi karet dengan Bapak Dr. Ir. Bahruddin, M.T.
selaku dosen di Universitas Riau, Adanya makalah ini penulis berharap agar makalah ini
dapat menambah wawasan bagi pembaca tentang teknologi karet.

Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Bapak Dr. Ir.


Bahruddin, M.T. selaku dosen mata kuliah teknologi karet di Universitas Riau. Tugas
yang telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang
ditekuni penulis. Penulis juga mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah
membantu proses penyusunan makalah ini.

Makalah ini diharapkan dapat berguna sebagai bahan bacaan untuk memahami
materi serta menambah wawasan penulis dan pembaca. Penulis menyadari makalah ini
masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis menerima kritik dan saran agar
makalah ini menjadi lebih baik kedepannya.

Pekanbaru, Desember 2020

Penulis,

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii

DAFTAR ISI ........................................................................................................ iii

BAB XI THERMOPLASTIC VULCANIZATE (TPV) DAN RUBBER-


RUBBER COMPOSITE

11.1 Pendahuluan ................................................................................... 1

11.2 Thermoplastic Vulcanizate (TPV) ................................................. 2

11.2.1 Kelebihan dan Kekurangan TPV ............................................ 3

11.2.2 Metode Pembuatan TPV ......................................................... 3

11.2.3 Aplikasi TPV .......................................................................... 7

11.3 Rubber-Rubber Composite ............................................................ 8

11.3.1 Karet bongkah atau block rubber ............................................ 8

11.3.2 Karet spesifikasi teknis atau crumb rubber ............................. 8

11.3.3 Tyre rubber .............................................................................. 9

11.3.4 Karet reklim atau reclaimed rubber ......................................... 9

11.3.5 IR ............................................................................................. 9

11.3.5 BR............................................................................................ 11

11.3.6 EPM / EPDM .......................................................................... 11

11.3.7 IIR............................................................................................ 13

11.3.8 NBR ......................................................................................... 14

11.3.9 CR............................................................................................ 16

11.3.10 CSM ...................................................................................... 18

11.4 Penutup ............................................................................................ 20

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB XI
THERMOPLASTIC VULCANIZATE (TPV) DAN RUBBER-RUBBER
COMPOSITE

11.1 Pendahuluan
Karet sudah lama sekali digunakan manusia. Penggunaannya meningkat
sejak Goodyear pertama sekali memvulkanisasinya pada tahun 1839 dengan cara
memanaskan campuran karet dan belerang. Industri yang berbahan baku karet
alam (kemudian karet sintetis) banyak didirikan pada awal perkembangan industri
kendaraan bermotor. Rumus empiris karet adalah C10H16, dan ia polimer tinggi
yang lurus dari metal buta1,3-diena (isoprena). Karet alam jika dipansakan akan
menjadi lunak dan lekat, dan kemudian dapat mengalir. Karet alam sedikit demi
sedikit larut dalam benzena. Akan tetapi, bilamana karet alam divulkanisasi, yakni
dipanasi bersama sedikit belerang (sekitar 20 %), maka ia akan bersambung silang
dan terjadi perubahan yang luar biasa pada sifatnya. Karet yang divulkanisasi
bersifat regas ketika diregang, yakni makin melunak karena rantainya pecah-
pecah dan kusut. Namun, karet tervulkanisasi jauh lebih tahan regang.
Kelarutannya berkurang dengan makin banyaknya sambung silang, dan bahan
tervulkanisasi hanya menggembung sedikit jika disimpan dalam pelarut. Jika karet
divulkanisasi dengan jumlah belerang yang lebih besar (sekitar 30%), dihasilkan
bahan yang sangat keras dan tahan secara kimia yang dikenal sebagai ebonit atau
karet keras. Ebonit dipakai untuk kotak aki mobil (Cowd, M.A.1991).

Salah satu material yang dapat dikembangkan dari karet alam adalah
kombinasi karet alam (KA) dengan polipropilena (PP) sebagai komponen
termoplastik yang dikenal juga dengan thermoplastic vulcanizate (TPV). Material
tersebut mempunyai sifat dan fungsi yang mirip dengan karet vulkanisasi pada
suhu ambien, namun dapat dilelehkan seperti termoplastik pada suhu tinggi.
Karakteristik yang unik tersebut dapat menjembatani perbedaan karakteristik
antara karet/elastomer konvensional dan termoplastik, dan sangat berguna sebagai
alternatif pemanfaatan elastomer konvensional dalam berbagai aplikasi, seperti
industri otomotif (Mangaraj, 2005). Banyak kombinasi termoplastik dan elastomer

1
yang sudah komersial, diantaranya adalah campuran polypropylene/ethylene-
propylene-diene monomer (PP/EPDM). Namun, EPDM merupakan karet sintetik
berbasis minyak bumi dan relatif lebih mahal dibandingkan dengan karet alam
(NR). Akhir-akhir ini para peneliti sedang mengembangkan penelitian mengenai
kemungkinan mengganti EPDM atau karet sintetik lainnya dengan NR.
Disamping itu, diyakini campuran PP dan NR lebih ekonomis dan mempunyai
green strength yang tinggi dibandingkan dengan campuran PP/EPDM (Sabet dan
Datta, 2000)

11.2 Thermoplastic Vulcanizate (TPV)


Thermoplastik Vulcanizate (TPV) merupakan salah satu jenis dari TPE,
memiliki sifat seperti karet yang tervulkanisasi, namun bisa diproses seperti
plastik. Material TPV yang sudah dikembangkan ke tahap komersial mulai
menggantikan penggunaan thermoset rubber. TPV dapat dibuat dari campuran
poliprpilen (PP) dan karet alam (NR) dengan dan tanpa penambahan filler.
Permasalahan utama pencampuran PP, NR dan filler adalah belum dihasilkannya
campuran yang kompatibel karena fasa NR tidak mudah berdistribusi ke dalam
matriks PP. Fasa filler juga tidak mudah berdistribusi ke dalam fasa NR maupun
PP. Salah satu metode yang digunakan untuk meningkatkan sifat mekanik TPV
adalah dengan penambahan compatibilizer pada matriks TPV. Selain itu, kondisi
proses pencampuran juga mempengaruhi sifat dan morfologi yang dihasilkan
(Mangaraj, 2005).

Pembuatan TPV berbasis karet alam pernah dilakukan oleh beberapa


peneliti. Penelitian-penelitian tersebut antara lain TPV dengan campuran filler
silika/carbon black; komposit karet menggunakan filler carbon black dengan
variasi suhu pencampuran. TPV dengan filler serat sabut sawit, TPV dengan filler
abu sawit/carbon black dan compatibilizer MAPP, komposit polypropilen/nylon-6
dengan compatibilizer PP-g-MA, TPV menggunakan dikumil peroksida (DCP)
dan N-N-m-Phenylenebismaleimide (HVA-2) sebagai compatibilizer, campuran
low density pholyethilene (LDPE)-Pati mengunakan maleat anhidrat (MA)
sebagai compatibilizer; pembuatan TPV melalui 3 tahap proses pencampuran
(Mangaraj, 2005).

2
Gambar 11.1 Penggunaan TPE dari beberapa bagian yang ada pada automotive.

11.2.1 Kelebihan dan Kekurangan TPV


a. Kelebihan TPE
1. Memiliki ketahanan yang kuat terhadap temperatur yang tinggi
2. Kompresi dan tegangan yang rendah
3. Memiliki ketahanan terhadap zat kimia
4. Memiliki ketahanan lelah besar

b. Kekurangan TPV
1. Melunak atau meleleh pada suhu tinggi.
2. Pengolahan relatih lebih mahal
3. Pemrosesan lebih lama dan sedikit rumit disbanding TPO karena
memasukkan proses vulkanisasi.

11.2.2 Metode Pembuatan TPV

Blending adalah suatu metode pencampuran antara dua atau lebih bahan.
Proses berlangsung secara fisik berupa kontak permukaan yakni terjadi interaksi
antar molekul polimer. Yang memegang penting dalam proses ini adalah
parameter solubility (kelarutan) antar polimer yang akan dicampur. Disamping
parameter tersebut, tingkat polaritas polimer juga penting. Jika suatu bahan
bersifat polar sedangkan yang lain bersifat non polar maka perlu ditambahkan
bahan penyerasi atau kompatibiliser.

3
Tujuan blending adalah menghasilkan suatu bahan dengan spesifikasi sifat
yang diinginkan dimana diharapkan kualitas bahan yang dihasilkan akan lebih
baik dari bahan asli. Dalam beberapa tahun terakhir, pengembangan metode baru
menggunakan sistem blending polimer dan curing yakni penggunaan zat pengikat
(compatibilizer) seperti senyawa urethane berkembang pesat terutama untuk
produk sederhana seperti compressing molding. Metode ini biasa digunakan untuk
menghasilkan produk berkapasitas tinggi dengan teknologi sederhana seperti
produk alas kaki, tikar, penyeberangan jalan kereta api, bumper mobil dan bumper
removal, dan alas karpet atletik. Pencampuran polimer adalah cara yang paling
sesuai untuk pengembangan material baru karena dapat menghasilkan bahan baru
yang mempunyai sifat yang unggul dibandingkan masing-masing materi
pembentuknya. Metode ini biasanya lebih murah dan hanya memerlukan waktu
singkat untuk menghasilkan bahan polimer baru dibandingkan dengan metode
polimerisasi dengan penemuan polimer baru dari monomer baru Keuntungan lain
dari pencampuran polimer adalah sifat-sifat bahan dapat disesuaikan dengan
menggabungkan komponen polimer dengan cara mengubah komposisi campuran.
Untuk meningkatkan daya rekat permukaan bahan pada proses blending dan
menstabilkan kondisi morfologi dalam campuran polimer, berbagai metode telah
dikembangkan beberapa saat yang lalu. Secara umum, ada dua metode untuk
meningkatkan kompatibilitas immiscible blends:

a. Reaktif Blending, yakni dengan cara menambahkan polimer yang sudah


difungsionalisasi sehingga mampu meningkatkan interaksi tertentu dan/atau
bereaksi secara kimia. Fungsionalisasi dapat dilakukan sebelum pencampuran
polimer atau sekaligus dalam proses pencampuran dalam mesin pencampur
(extruder) sehingga akan terbentuk blok atau graft-kopolimer, halogenasi,
sulfonasi, formasi hydroperoksida, dan lai-lain. Perkembangan terakhir dalam
produksi campuran polimer menggunakan metode reaktif blending bergantung
pada pembentukan langsung kopolimer atau interaksi polimer. Biasanya polimer
reaktif dapat dihasilkan oleh radikal bebas kopolimerisasi atau disebut reaktif
grafting kepada rantai induk polimer. Gugus fungsional, seperti anhydride, epoxy,
oxazoline, yang terikat pada rantai induk polimer sering dipilih untuk reaktif
blending.

4
b. Penambahan zat kompatibiliser, yang memiliki interaksi spesifik dan/atau
reaksi kimia dengan komponen campuran polimer. Blok- atau graft-kopolimer dan
zat reaktif dengan berat molekul rendah termasuk dalam kategori ini. Penentuan
pilihan blok- atau graft-kopolimer sebagai zat kompatibiliser didasarkan pada sifat
kereaktifan dan kemudah-campuran (miscibility) dengan campuran polimer.
Fungsionalisasi polimer yang mempunyai kemiripan struktur dengan salah satu
jenis polimer campuran dapat digunakan sebagai zat kompatibiliser dalam
pencampuran polimer.

Disamping itu usaha untuk meningkatkan kompatibilitas campuran


polimer dapat dilakukan dengan penambahan senyawa reaktif dengan berat
molekul rendah. Berbagai prosedur dapat dibedakan berupa: peroksida, monomer
bifunctional/ multifungsi, cross linking agent (vulkanisasi dinamis), sistem katalis,
dan penambahan fillers reaktif sebagai kompatibiliser. Pembuatan polimer
campuran dapat dilakukan dengan:
1. Pencampuran secara mekanik.
2. Pelarutan dalam larutan (solvent), dibuat film secara casting selanjutnya
dibekukan atau dikeringkan secara penyemprotan.
3. Latex blending.
4. Fine powder mixing.
5. Menggunakan monomer sebagai pelarut.

Dibandingkan dengan pengolahan karet, pengolahan termoplastik


Santoprene 2TPV dapat memberikan waktu siklus yang lebih pendek, output
bagian yang lebih tinggi per jam, dan penggunaan kembali memo yang dihasilkan
selama pemrosesan. Hal ini dapat mengakibatkan pengurangan bagian biaya,
kurang perkakas/ mesin, biaya scrap lebih rendah, dan optimalisasi biaya logistik
bahan dibandingkan dengan karet.

Setelah periode pengeringan singkat, TPV pelet secara otomatis ditransfer


ke mesin molding atau garis ekstrusi. kali siklus bisa jauh lebih cepat, karena
bagian-bagian tidak harus menyembuhkan dalam cetakan, yang biasanya dua
sampai tiga menit untuk karet. TPV bagian hanya memiliki dingin, biasanya

5
sekitar 30 detik, dan kemudian dapat dihapus dari cetakan atau didinginkan dalam
air.

Injection molding: nilai Santoprene TPV dapat diproses menggunakan


termoplastik konvensional peralatan injeksi-molding pada mengurangi waktu
siklus dibandingkan dengan karet termoset. TPV fleksibilitas memungkinkan
untuk kebebasan yang lebih besar dari desain cetakan mana undercut bekerja.

Sisipkan molding: Insert molding terdiri dari menempatkan substrat


preformed ke dalam cetakan dan suntik TPV sekitar atau di atasnya. Jika insert
dan TPV adalah bahan yang kompatibel, ikatan lelehan terjadi pada antarmuka
antara dua bahan. Kekuatan ikatan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, termasuk
suhu antarmuka, kebersihan insert dan suhu lelehan dari TPV.

Dua-shot injection molding: TPV dapat dikombinasikan dengan polimer


melalui beberapa jenis multi-shot proses injection molding. Dengan
menggabungkan beberapa bahan, berbagai macam aplikasi bagian, seperti
kombinasi keras / lunak, dapat dicapai. Proses ini menghasilkan kedua bagian
selesai dan substrat selama setiap siklus. Dua-shot molding lebih efisien daripada
memasukkan molding karena tidak ada penanganan substrat diperlukan.

Blow molding: Santoprene TPV dapat meniup membentuk dalam lapisan


tunggal, multi-layer, pertukaran pukulan, 3D berurutan, hisap pukulan, flashless
ekstrusi blow, blow injeksi dan tekan-blow proses pencetakan.

Ekstrusi: Santoprene TPV mudah untuk mengusir ke profil tunggal dan


kompleks. Bahan-bahan ini juga dapat coextruded untuk menghasilkan bagian
dengan kedua komponen kaku dan lembut.

Thermoforming: Sifat thermoforming Santoprene TPV mirip


dengan akrilonitril butadiena stirena (ABS) dan menunjukkan kekuatan mencair
baik, yang memberikan karakteristik sag seragam dan diprediksi selama
pemanasan. Ketika memproduksi lembar untuk bagian thermoformed, atribut
kunci dari Santoprene TPV dipertahankan, termasuk colorability, resistensi

6
dampak, tahan cuaca, tahan kimia, non-selip, permukaan matte dalam penampilan
dan merasa.

11.2.3 Aplikasi TPV

Aplikasi Milastomer ™ Termoplastik vulkanisat (TPV)

Elastomer termoplastik menyediakan berbagai kinerja, estetika dan


karakteristik fungsional dan sangat ideal untuk berbagai aplikasi yang beragam
termasuk otomotif, bahan bangunan, dan barang konsumsi.

1. Aplikasi Otomotif: Exterior Parts


Bahan TPV dapat digunakan di berbagai bagian eksterior otomotif mulai
dari segel cuaca, penjaga lumpur, dan saluran kaca run.

Gambar 11.2 Penggunaan TPV dari automotive beberapa bagian yang ada
pada Exterior Parts

2. Aplikasi Otomotif: Interior Parts

7
Milastromer digunakan dalam interior otomotif mulai dari dalam kulit, alat
panel dan pintu trim.

Gambar 11.3 Penggunaan TPV dari automotive beberapa bagian yang ada
pada Interior Parts
3. Aplikasi Lainnya
Elatomer digunakan dalam bahan bangunan, alat olahraga, alat dalam
bagian dan setiap kebutuhan konsumen.

Gambar 11.3 Contoh Aplikasi TPV

11.3 Rubber-Rubber Composite


11.3.1 Karet bongkah atau block rubber
Karet bongkah adalah karet remah yang telah dikeringkan dan dikilang
menjadi bandela-bandela dengan ukuran yang telah ditentukan. Karet bongkah
ada yang berwarna muda dan setiap kelasnya mempunyai kode warna tersendiri.

8
11.3.2 Karet spesifikasi teknis atau crumb rubber
Karet spesifikasi teknis adalah karet alam yang dibuat khusus sehingga
terjamin mutu teknisnya. Penetapan mutu juga didasarkan oleh sifat-sifat teknis.
Warna atau penilaian fisual yang menjadi dasar penentuan golongan mutu pada
jenis karet sheet, crepe, maupun lateks pekat tidak berlaku untuk jenis yang satu
ini. Persaingan karet alam dengan karet sintetis merupakan penyebab timbulnya
karet spesifikasi teknis.

11.3.3 Tyre rubber


Tyre rubber adalah bentuk lain dari karet alam yang dihasilkan sebagai
barang setengah jadi sehingga bisa langsung dipakai oleh konsumen, baik untuk
pembuatan ban atau barang yang menggunakan bahan baku karet alam lainnya.
Dibandingan dengan karet konvensional, tyre rubber adalah bahan pembuat yang
lebih baik untuk ban atau produk karet lain. Tyre rubber juga memiliki kelebihan,
yaitu daya campur yang baik sehingga mudah digabungkan dengan karet sintetis.

11.3.4 Karet reklim atau reclaimed rubber


Karet reklim adalah karet yang diolah kembali dari barang-barang karet
bekas, terutama ban-ban mobil bekas dan bekas ban-ban berjalan. Karenanya,
boleh dibilang karet reklim adalah suatu hasil pengolahan scrap yang sudah
divulkanisir. Biasanya karet reklim banyak digunakan sebagai bahan campuran
sebab bersifat mudah mengambil bentuk dalam acuan serta daya lekat yang
dimilikinya juga baik. Produk yang dihasilkan juga lebih kukuh dan tahan lama
dipakai. Kelemahan karet reklim adalah kurang kenyal dan kurang tahan gesekan
sesuai dengan sifatnya sebagai karet bekas pakai. Itulah sebabnya karet reklim
kurang baik digunakan untuk membuat ban.

11.3.5 IR
Jenis karet ini mirip dengan karet alam karena sama-sama merupakan
polimer isoprene. Dapat dikatakan, banyak sifat IR yang mirip sekali dengan karet
alam, walaupun tidak secara keseluruhan. Jenis IR memiliki kelebihan lain
dibanding karet alam, yaitu lebih murni dalam bahan dan viskositasnya lebih baik.

9
Gambar 11.4 Dot Bayi dari Produk IR (www.tokopedia.co.id)

Poliisoprena rubber atau yang biasanya disebut Isoprene Rubber (IR)


adalah jenis karet alam sintetik. Oleh karena itu sifatnya mirip dengan natural
rubber (karet alam). Hasil produknya adalah Natsyn, Shell Isoprene Rubber, dan
JSR Isoprene Rubber. Isoprene rubber sangat mirip dengan karet alam, tapi dibuat
secara sintesis. Nama kimia karet ini adalah cis-polyisoprene.

Gambar 11.5 Monomer IR (Sumber : Matador Rubber S.R.O, 2007)

Sifat Kimia (Vances, 2009):

1. Struktur kimianya seperti karet alam.


2. Tidak mengandung protein, asam lemat, dan zat-zat lain seperti karet alam
3. Daya tahan lebih rendah dibanding karet alam
4. Viskositas lebih mantap

10
Sifat Fisika (Vances,2009):

1. Secara umum sifat fisiknya lebih rendah dari karet alam, tetapi keduanya
relatif mirip.
2. Kekuatan sobek lebih rendah

11.3.5 BR
Pada awalnya Polybutadiene rubber (BR) dibuat dengan polimerisasi
emulsi dengan hasil yang buruk karena sulit untuk diproses dan diekstrusi. Karet
jenis ini berhasil dikomersialkan sejak pembuatannya dengan cara polimerisasi
menggunakan stereospesifik katalis Ziegar-Nata. Proses tersebut memberikan
hasil polimer dengan konfigurasi 90% cis 1,4-polubutadiene. Struktur ini
mengeras pada suhu yang lebih rendah daripada karet alam dan jenis karet
komersial lainnya. Hal tersebut memberikan fleksibilitas suhu rendah dan
ketahanan yang lebih tinggi. Ketahanan yang dimaksud adalah berkurangnya
peningkatan panas saat deformasi kontinyu yang dinamis. Penggunaan terbesar
BR adalah industri ban yaitu sebesar 70%. Pencampuran BR dengan SBR atau
karet alam akan meningkatkan hysteresis (ketahanan terhadap peningkatan panas),
ketahanan abrasi (Syamsu, 2003).

Gambar 11.6 Struktural Karet Butadiene (a), cis – 1,4; (b) trans – 1,4; (c) 1,2

(Sumber : Matador Rubber S.R.O, 2007)

11.3.6 EPM / EPDM


Ethylene Propylene Rubber (EPM / EPDM) adalah karet sintetik dari
kopolimer etilen-propilena. Perbedaan antara EPM dan EPDM adalah EMP hanya

11
divulkanisasi dengan peroksida dan radiasi sedangkan EPDM selain yang dua tadi
dapat juga dibentuk dengan sulfur. Hasil produknya adalah Vistalon, Nordel, dan
Royalene. Bahan tidak diawetkan dengan belerang seperti halnya karet biasa.
Ethylene propylene rubber sering disebut EPDM karena tidak hanya
menggunakan monomer etilen dan propilen pada proses polimerisasinya
melainkan juga monomer ketiga atau EPDM. Adapun bahan pengisi dan bahan
pelunak yang ditambahkan tidak memberikan pengaruh terhadap daya tahan. EPM
atau PDM merupaka karet sintetis yang paling banyak digunakan untuk berbagai
keperluan seperti penggunaan pada otomotif, radiator isolasi listrik, dan lain-lain.
EPDM Unggul pada ketahanan terhadap Ozone, Steam, dan Cuaca. Karet jenis ini
sering digunakan untuk Outdor dan Proses yang bersentuhan dengan Steam.

Gambar 11.7 EPDM Digunakan sebagai Pelapisan pada Otomotif

Karet EPDM mempunyai sifat-sifat:


• umur yang panjang (sangat tahan lama)
• stabil pada suhu tinggi ataupun rendah
• daya tahan yang bagus terhadap uap dan air
• sangat tahan terhadap cuaca
• sangat tahan terhadap ozon
• sangat tahan terhadap oksigen
• sangat tahan terhadap berbagai bahan kimia

12
• tidak boleh dipakai jika terjadi kontak terus-menerus dengan produk yang
mengandung petroleum

11.3.7 IIR

Gambar 11.8 Monomer IIR (Sumber : Matador Rubber S.R.O, 2007)

Karet Butil (IIR) terdiri dari kopolimer isobutilena dan sebagian kecil
Isoprena. IIR sering disebut butyl rubber. Akibat jeleknya IIR tidak baik dicampur
dengan karet alam atau sintesis lainnya bila akan diolah menjadi suatu barang.
Kegunaan utama untuk pipa gas, berbagai barang mekanik, tube dalam untuk ban
pneumatic, produk karet yang terkena sinar matahari, barangbarang untuk
kegunaan suhu tinggi seperti gasket,pipa dan selang radiator,penebalan
kabel,produk tahan bahan kimia atau barang-barang yang tahan terhadap bahan
kimia seperti pembuatan pipa untuk industri kimia.

13
Gambar 1.9 Gasket dari IIR ( Sumber : https://jydsxjc.en.made-inchina.com)

Sifat Kimia :
1. IIR hanya mempunyai sedikit ikatan rangkap sehingga membuatnya tahan
terhadap pengaruh oksigen dan ozon.
2. IIR juga terkenal karena kedap gas.
3. IIR mempunyai sifat permeabilitas yang meningkat seiring dengan
peningkatan suhu, karet ini mempunyai permeabilitas sangat rendah pada
160-175 °F
4. IIR yang divulkanisir dengan damar felonik menjadikan bahan tahan
terhadap suhu tinggi serta proses pelapukan/penuaan.
5. Tidak tahan terhadap minyak dan api
6. Tidak berkutub (nonpolar) tapi sangat
7. Tahan terhadap beberapa pelarut polar seperti ester fosfat.
8. Karet yang dapat mengkristal sehingga mempunyai kekuatan gum
(vulkanisasi tanpa pengisi penguat) yang tinggi.

Sifat Fisika :
1. IIR lambat panas sehingga memerlukan bahan pemercepat dan belerang
2. Mempunyai kelenturan yang baik

14
11.3.8 NBR
Acylonitrile Butadiene Rubber (NBR) atau nitrile Rubber adalah
kopolimer dari butadiene dan acrylonitrile. Sedangkan NBR + PVC adalah
campuran 70% NBR dan 30% PVC. Hasil produknya adalah Kumho KNB,
Perbunan, Nipol, dan Europrene.

15
Gambar 11.10 Struktural karet NBR (a) butadiene cis – 1,4; (b) butadiene trans –

1,4; (c) butadiene 1,2 (vinyl); (d) acrylonitrile (Sumber : Matador Rubber S.R.O,
2007)

NBR adalah karet sintetis untuk kegunaan khusus yang paling banyak
dibutuhkan. Sifatnya yangsangat baik adalah tahan terhadap minyak. Sifat ini
disebabkan oleh adanya kandungan akrilonitrildidalamnya. Semakin besar
kandungan akrilonitril yang dimiliki maka daya tahan terhadap minyak,lemak dan
bensin semakin tinggi tetapi elastisitasnya semakin berkurang. Kelemahan NBR
adalah sulituntuk diplastisasi. Cara mengatasinya dengan memilih NBR yang
memiliki viskositas awal yang sesuaidengan keinginan. NBR memerlukan pula
penambahan bahan penguat serta bahan pelunak senyawa ester. Karet NBR tahan
terhadap Minyak dan Oli sehingga sering digunakan untuk Seal Mesin. NBR
merupakan standart material untuk pembuatan O-Ring dan Tube

16
Gambar 11.11 NBR Tube (https://www.made-in-china.com)

11.3.9 CR
Chloroprene Rubeer (CR) adalah homopolimer dari Chlorobutadiene.
Hasil produknya adalah Neoprene, Baypren, dan Butaclor. CR memiliki
ketahanan terhadap minyak tetapi dibandingkan dengan NBR ketahanannya masih
kalah.CR juga memiliki daya tahan terhadap pengaruh oksigen dan ozon di udara,
bahkan juga terhadappanas atau nyala api. Pembuatan karet sintetis CR tidak
divulkanisasi dengan belerang melainkanmenggunakan magnesium oksida, seng
oksida dan bahan pemercepat tertentu. Minyak bahan pelunakditambahkan ke
dalam CR untuk proses pengolahan yang baik.

Gambar 11.12 Monomer CR (Sumber : Matador Rubber S.R.O, 2007)

17
Polikloroprena terdiri dari 88-92 persen gugus-gugus trans-1,4-kloro-2-
butenilena, 7-12 persen cis-1,4 dan penambahan 1,2 yaitu 1,5 persen dan
penambahan 3,4,1 persen. Kebanyakan kloroprena mempolimer dalam
konfigurasi trans. Akibatnya suatu polimer yang menguat sendiri dihasilkan.
Kehadiran atom klorin yang bermuatan negatif menjadikan polimer ini berkutub
dan tahan terhadap serangan minyak. Antara kegunaan CR dalam industri ialah
dalam pembuatan hose tube, hose hidraulik, tube dan penutup untuk kegunaan
industri, dalam automotif untuk pembuatan tube, barangan teracuan dan tali sawat
berprestasi tinggi. Dalam industri pembinaan-pipa gasket, gasket pelabuhan dan
filem untuk bumbung bangunan. Pembuatan karet sintesis CR tidak divulaknisasi
dengan belerang melainkan menggunakan magnesium oksida, seng oksida, dan
bahan pemercepat tertentu.

Sifat Kimia:
1. Tahan terhadap serangan ozon, minyak, panas.
2. Mempunyai ketahanan kepada cuaca sekitaran.
3. Sifat-sifat dinamik yang amat baik,rintangan api dan juga rintangan
lelasan. CR
4. Memiliki daya tahan terhadap nyala api.

Sifat Fisik:
1. Lentur

18
Gambar 11.13 Sarung Tangan CR

11.3.10 CSM
Chlorosulphonated Polyethylene Rubber adalah modifikasi dari polietilena
dengan cara dicampurkan dengan chlorine (Cl) dan gas SO2., sehingga sifatnya
dari yang keras menjadi sifat karet. Produk yang dihasilkan adalah Hypalon, Toso
CSM, CM1000, dan CSM 40. Penggunaannya terutama untuk aplikasi industri
otomotif dan bidang lainnya yang membutuhkan kinerja tinggi seperti adhesives,
isolasi, sol sepatu, selang, roll, seal, gasket, diafragma, pembungkus dan isolasi
kabel, dan lapisan pelindung.

Gambar 11.14 Monomer CSM (Sumber : Matador Rubber S.R.O, 2007)

Sifat Kimia
1. Memiliki resistensi yang baik terhadap oksigen, ozon, dan sebagian besar
bahan kimia, termasuk air.
2. Resistensi terhadap minyak agak rendah

19
Sifat Fisika
1. Memiliki sifat permeabilitas yang agak rendah
2. Dapat digunakan pada suhu 130 °C bahkan sampai 30°C di atasnya.

11.4 Penutup

Termoplastik elastomer (TPE) merupakan campuran antara termoplastik


dengan karet atau elastomer yang dapat menghasilkan suatu material. Secara
umum paduan polimer dapat dikategorikan dalam dua kelas utama, yaitu tidak
dapat campur dan dapat campur. Kompatibilasi paduan polimer bertujuan untuk
mendapatkan disperse fasa yang stabil dan merata sehingga morfologi dan sifat
campuran yang diinginkan dapat tercapai, secara umum bersifat tak campur.
Tujuan utama prosedur vulkanisasi dinamik sebenarnya adalah menghasilkan
morfologi fasa tipikal TPV. Blending adalah suatu metode pencampuran antara
dua atau lebih bahan. Proses berlangsung secara fisik berupa kontak permukaan
yakni terjadi interaksi antar molekul polimer. Aplikasi Milastomer Termoplastik
vulkanisat (TPV) Elastomer termoplastik menyediakan berbagai kinerja, estetika
dan karakteristik fungsional dan sangat ideal untuk berbagai aplikasi yang
beragam termasuk otomotif, bahan bangunan, dan barang konsumsi.

20
DAFTAR PUSTAKA
Budiman, AFS. 2002. Recent Development in Natural Rubber Prices. FAO,
Consultation on Agricultural Commodity Price Problems, Rome, 25-26.
Coran, A. Y. dan R. Pate., 1981. Elastoplastic Compositions of Cured Diene
Rubber and Polypropylene. U. S. Patent No. 4,271,049.
Ellul, M. D. dan D. R. Hazelton. 1994. Chemical Surface Treatments of Natural
Rubber and EPDM Thermoplastic Elastomers: Effect on Friction and
Adhession. Rubber Chem. Technol., 67, hal. 582-601.
German, R.M. 1994. Powder Metallurgy Science 2nd edition. Metal Powder
Industries Federation. USA.
Ghosh, P., Katare, S., Patkar, P., Caruthers, J.M., Venkatasubramanian, V., dan
K.A. Walker. 2003. Sulfur Vulcanization of Natural Rubber for
Benzothiazole Accelerated Formulations: From Reaction Mechanisms to a
Rational Kinetic Model. Rubber Chemistry and Technology, 76, hal. 592-
694.
Halimatuddahliana, H. Ismail, H. Md. Akil, (2004), “Rheological Properties of
Polypropylene/EthylenePropylene Diene Terpolymer/Natural Rubber
(PP/EPDM/NR) Blends by Torque Rheometer”, Jurnal Teknologi Proses, 3,
hal. 77-86
Ismail, H. 2001. Thermoplastic Elastomers Based On Polypropylene/Recycle
Rubber Blends. Polymer Testing 21 (2002) 398-395.
Mangaraj, D. 2005. Rubber Recycling by Blending with Plastics. Taylor and
Francis Group. Singapore.
Nakason, C., Saiwari, S., Kaesaman, A., (2006), “Thermoplastic Vulcanizates
Based on Maleated Natural Rubber/Polypropylene Blends: Effect of Blend
Ratios on Rheological, Mechanical, and Morphological Properties”,
Polymer Engineering and Science, 46, hal.594-600.
Pascual, S., Derouet, D., dan Phinyocheep, P., (2005), “Polymer Grafted Natural
Rubber by Radical Controlled Grafting”, Thai-French Seminar” Rubber:
from Trees to End-Products”, Bangkok, 20-21 June 2005

21
Phinyocheep, P., Saelao, J., Buzare, J.Y. 2007. Mechanical Properties
Morphology and Molecular Characteristics of Polyethilene Terephthalate
Toughened By Natural Rubber. Polymer 48 (2007) 5702e5712.

22

Anda mungkin juga menyukai