TEKNOLOGI KARET
Oleh:
KELOMPOK XI
1
KATA PENGANTAR
Makalah ini diharapkan dapat berguna sebagai bahan bacaan untuk memahami
materi serta menambah wawasan penulis dan pembaca. Penulis menyadari makalah ini
masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis menerima kritik dan saran agar
makalah ini menjadi lebih baik kedepannya.
Penulis,
ii
DAFTAR ISI
11.3.5 IR ............................................................................................. 9
11.3.5 BR............................................................................................ 11
11.3.7 IIR............................................................................................ 13
11.3.9 CR............................................................................................ 16
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB XI
THERMOPLASTIC VULCANIZATE (TPV) DAN RUBBER-RUBBER
COMPOSITE
11.1 Pendahuluan
Karet sudah lama sekali digunakan manusia. Penggunaannya meningkat
sejak Goodyear pertama sekali memvulkanisasinya pada tahun 1839 dengan cara
memanaskan campuran karet dan belerang. Industri yang berbahan baku karet
alam (kemudian karet sintetis) banyak didirikan pada awal perkembangan industri
kendaraan bermotor. Rumus empiris karet adalah C10H16, dan ia polimer tinggi
yang lurus dari metal buta1,3-diena (isoprena). Karet alam jika dipansakan akan
menjadi lunak dan lekat, dan kemudian dapat mengalir. Karet alam sedikit demi
sedikit larut dalam benzena. Akan tetapi, bilamana karet alam divulkanisasi, yakni
dipanasi bersama sedikit belerang (sekitar 20 %), maka ia akan bersambung silang
dan terjadi perubahan yang luar biasa pada sifatnya. Karet yang divulkanisasi
bersifat regas ketika diregang, yakni makin melunak karena rantainya pecah-
pecah dan kusut. Namun, karet tervulkanisasi jauh lebih tahan regang.
Kelarutannya berkurang dengan makin banyaknya sambung silang, dan bahan
tervulkanisasi hanya menggembung sedikit jika disimpan dalam pelarut. Jika karet
divulkanisasi dengan jumlah belerang yang lebih besar (sekitar 30%), dihasilkan
bahan yang sangat keras dan tahan secara kimia yang dikenal sebagai ebonit atau
karet keras. Ebonit dipakai untuk kotak aki mobil (Cowd, M.A.1991).
Salah satu material yang dapat dikembangkan dari karet alam adalah
kombinasi karet alam (KA) dengan polipropilena (PP) sebagai komponen
termoplastik yang dikenal juga dengan thermoplastic vulcanizate (TPV). Material
tersebut mempunyai sifat dan fungsi yang mirip dengan karet vulkanisasi pada
suhu ambien, namun dapat dilelehkan seperti termoplastik pada suhu tinggi.
Karakteristik yang unik tersebut dapat menjembatani perbedaan karakteristik
antara karet/elastomer konvensional dan termoplastik, dan sangat berguna sebagai
alternatif pemanfaatan elastomer konvensional dalam berbagai aplikasi, seperti
industri otomotif (Mangaraj, 2005). Banyak kombinasi termoplastik dan elastomer
1
yang sudah komersial, diantaranya adalah campuran polypropylene/ethylene-
propylene-diene monomer (PP/EPDM). Namun, EPDM merupakan karet sintetik
berbasis minyak bumi dan relatif lebih mahal dibandingkan dengan karet alam
(NR). Akhir-akhir ini para peneliti sedang mengembangkan penelitian mengenai
kemungkinan mengganti EPDM atau karet sintetik lainnya dengan NR.
Disamping itu, diyakini campuran PP dan NR lebih ekonomis dan mempunyai
green strength yang tinggi dibandingkan dengan campuran PP/EPDM (Sabet dan
Datta, 2000)
2
Gambar 11.1 Penggunaan TPE dari beberapa bagian yang ada pada automotive.
b. Kekurangan TPV
1. Melunak atau meleleh pada suhu tinggi.
2. Pengolahan relatih lebih mahal
3. Pemrosesan lebih lama dan sedikit rumit disbanding TPO karena
memasukkan proses vulkanisasi.
Blending adalah suatu metode pencampuran antara dua atau lebih bahan.
Proses berlangsung secara fisik berupa kontak permukaan yakni terjadi interaksi
antar molekul polimer. Yang memegang penting dalam proses ini adalah
parameter solubility (kelarutan) antar polimer yang akan dicampur. Disamping
parameter tersebut, tingkat polaritas polimer juga penting. Jika suatu bahan
bersifat polar sedangkan yang lain bersifat non polar maka perlu ditambahkan
bahan penyerasi atau kompatibiliser.
3
Tujuan blending adalah menghasilkan suatu bahan dengan spesifikasi sifat
yang diinginkan dimana diharapkan kualitas bahan yang dihasilkan akan lebih
baik dari bahan asli. Dalam beberapa tahun terakhir, pengembangan metode baru
menggunakan sistem blending polimer dan curing yakni penggunaan zat pengikat
(compatibilizer) seperti senyawa urethane berkembang pesat terutama untuk
produk sederhana seperti compressing molding. Metode ini biasa digunakan untuk
menghasilkan produk berkapasitas tinggi dengan teknologi sederhana seperti
produk alas kaki, tikar, penyeberangan jalan kereta api, bumper mobil dan bumper
removal, dan alas karpet atletik. Pencampuran polimer adalah cara yang paling
sesuai untuk pengembangan material baru karena dapat menghasilkan bahan baru
yang mempunyai sifat yang unggul dibandingkan masing-masing materi
pembentuknya. Metode ini biasanya lebih murah dan hanya memerlukan waktu
singkat untuk menghasilkan bahan polimer baru dibandingkan dengan metode
polimerisasi dengan penemuan polimer baru dari monomer baru Keuntungan lain
dari pencampuran polimer adalah sifat-sifat bahan dapat disesuaikan dengan
menggabungkan komponen polimer dengan cara mengubah komposisi campuran.
Untuk meningkatkan daya rekat permukaan bahan pada proses blending dan
menstabilkan kondisi morfologi dalam campuran polimer, berbagai metode telah
dikembangkan beberapa saat yang lalu. Secara umum, ada dua metode untuk
meningkatkan kompatibilitas immiscible blends:
4
b. Penambahan zat kompatibiliser, yang memiliki interaksi spesifik dan/atau
reaksi kimia dengan komponen campuran polimer. Blok- atau graft-kopolimer dan
zat reaktif dengan berat molekul rendah termasuk dalam kategori ini. Penentuan
pilihan blok- atau graft-kopolimer sebagai zat kompatibiliser didasarkan pada sifat
kereaktifan dan kemudah-campuran (miscibility) dengan campuran polimer.
Fungsionalisasi polimer yang mempunyai kemiripan struktur dengan salah satu
jenis polimer campuran dapat digunakan sebagai zat kompatibiliser dalam
pencampuran polimer.
5
sekitar 30 detik, dan kemudian dapat dihapus dari cetakan atau didinginkan dalam
air.
6
dampak, tahan cuaca, tahan kimia, non-selip, permukaan matte dalam penampilan
dan merasa.
Gambar 11.2 Penggunaan TPV dari automotive beberapa bagian yang ada
pada Exterior Parts
7
Milastromer digunakan dalam interior otomotif mulai dari dalam kulit, alat
panel dan pintu trim.
Gambar 11.3 Penggunaan TPV dari automotive beberapa bagian yang ada
pada Interior Parts
3. Aplikasi Lainnya
Elatomer digunakan dalam bahan bangunan, alat olahraga, alat dalam
bagian dan setiap kebutuhan konsumen.
8
11.3.2 Karet spesifikasi teknis atau crumb rubber
Karet spesifikasi teknis adalah karet alam yang dibuat khusus sehingga
terjamin mutu teknisnya. Penetapan mutu juga didasarkan oleh sifat-sifat teknis.
Warna atau penilaian fisual yang menjadi dasar penentuan golongan mutu pada
jenis karet sheet, crepe, maupun lateks pekat tidak berlaku untuk jenis yang satu
ini. Persaingan karet alam dengan karet sintetis merupakan penyebab timbulnya
karet spesifikasi teknis.
11.3.5 IR
Jenis karet ini mirip dengan karet alam karena sama-sama merupakan
polimer isoprene. Dapat dikatakan, banyak sifat IR yang mirip sekali dengan karet
alam, walaupun tidak secara keseluruhan. Jenis IR memiliki kelebihan lain
dibanding karet alam, yaitu lebih murni dalam bahan dan viskositasnya lebih baik.
9
Gambar 11.4 Dot Bayi dari Produk IR (www.tokopedia.co.id)
10
Sifat Fisika (Vances,2009):
1. Secara umum sifat fisiknya lebih rendah dari karet alam, tetapi keduanya
relatif mirip.
2. Kekuatan sobek lebih rendah
11.3.5 BR
Pada awalnya Polybutadiene rubber (BR) dibuat dengan polimerisasi
emulsi dengan hasil yang buruk karena sulit untuk diproses dan diekstrusi. Karet
jenis ini berhasil dikomersialkan sejak pembuatannya dengan cara polimerisasi
menggunakan stereospesifik katalis Ziegar-Nata. Proses tersebut memberikan
hasil polimer dengan konfigurasi 90% cis 1,4-polubutadiene. Struktur ini
mengeras pada suhu yang lebih rendah daripada karet alam dan jenis karet
komersial lainnya. Hal tersebut memberikan fleksibilitas suhu rendah dan
ketahanan yang lebih tinggi. Ketahanan yang dimaksud adalah berkurangnya
peningkatan panas saat deformasi kontinyu yang dinamis. Penggunaan terbesar
BR adalah industri ban yaitu sebesar 70%. Pencampuran BR dengan SBR atau
karet alam akan meningkatkan hysteresis (ketahanan terhadap peningkatan panas),
ketahanan abrasi (Syamsu, 2003).
Gambar 11.6 Struktural Karet Butadiene (a), cis – 1,4; (b) trans – 1,4; (c) 1,2
11
divulkanisasi dengan peroksida dan radiasi sedangkan EPDM selain yang dua tadi
dapat juga dibentuk dengan sulfur. Hasil produknya adalah Vistalon, Nordel, dan
Royalene. Bahan tidak diawetkan dengan belerang seperti halnya karet biasa.
Ethylene propylene rubber sering disebut EPDM karena tidak hanya
menggunakan monomer etilen dan propilen pada proses polimerisasinya
melainkan juga monomer ketiga atau EPDM. Adapun bahan pengisi dan bahan
pelunak yang ditambahkan tidak memberikan pengaruh terhadap daya tahan. EPM
atau PDM merupaka karet sintetis yang paling banyak digunakan untuk berbagai
keperluan seperti penggunaan pada otomotif, radiator isolasi listrik, dan lain-lain.
EPDM Unggul pada ketahanan terhadap Ozone, Steam, dan Cuaca. Karet jenis ini
sering digunakan untuk Outdor dan Proses yang bersentuhan dengan Steam.
12
• tidak boleh dipakai jika terjadi kontak terus-menerus dengan produk yang
mengandung petroleum
11.3.7 IIR
Karet Butil (IIR) terdiri dari kopolimer isobutilena dan sebagian kecil
Isoprena. IIR sering disebut butyl rubber. Akibat jeleknya IIR tidak baik dicampur
dengan karet alam atau sintesis lainnya bila akan diolah menjadi suatu barang.
Kegunaan utama untuk pipa gas, berbagai barang mekanik, tube dalam untuk ban
pneumatic, produk karet yang terkena sinar matahari, barangbarang untuk
kegunaan suhu tinggi seperti gasket,pipa dan selang radiator,penebalan
kabel,produk tahan bahan kimia atau barang-barang yang tahan terhadap bahan
kimia seperti pembuatan pipa untuk industri kimia.
13
Gambar 1.9 Gasket dari IIR ( Sumber : https://jydsxjc.en.made-inchina.com)
Sifat Kimia :
1. IIR hanya mempunyai sedikit ikatan rangkap sehingga membuatnya tahan
terhadap pengaruh oksigen dan ozon.
2. IIR juga terkenal karena kedap gas.
3. IIR mempunyai sifat permeabilitas yang meningkat seiring dengan
peningkatan suhu, karet ini mempunyai permeabilitas sangat rendah pada
160-175 °F
4. IIR yang divulkanisir dengan damar felonik menjadikan bahan tahan
terhadap suhu tinggi serta proses pelapukan/penuaan.
5. Tidak tahan terhadap minyak dan api
6. Tidak berkutub (nonpolar) tapi sangat
7. Tahan terhadap beberapa pelarut polar seperti ester fosfat.
8. Karet yang dapat mengkristal sehingga mempunyai kekuatan gum
(vulkanisasi tanpa pengisi penguat) yang tinggi.
Sifat Fisika :
1. IIR lambat panas sehingga memerlukan bahan pemercepat dan belerang
2. Mempunyai kelenturan yang baik
14
11.3.8 NBR
Acylonitrile Butadiene Rubber (NBR) atau nitrile Rubber adalah
kopolimer dari butadiene dan acrylonitrile. Sedangkan NBR + PVC adalah
campuran 70% NBR dan 30% PVC. Hasil produknya adalah Kumho KNB,
Perbunan, Nipol, dan Europrene.
15
Gambar 11.10 Struktural karet NBR (a) butadiene cis – 1,4; (b) butadiene trans –
1,4; (c) butadiene 1,2 (vinyl); (d) acrylonitrile (Sumber : Matador Rubber S.R.O,
2007)
NBR adalah karet sintetis untuk kegunaan khusus yang paling banyak
dibutuhkan. Sifatnya yangsangat baik adalah tahan terhadap minyak. Sifat ini
disebabkan oleh adanya kandungan akrilonitrildidalamnya. Semakin besar
kandungan akrilonitril yang dimiliki maka daya tahan terhadap minyak,lemak dan
bensin semakin tinggi tetapi elastisitasnya semakin berkurang. Kelemahan NBR
adalah sulituntuk diplastisasi. Cara mengatasinya dengan memilih NBR yang
memiliki viskositas awal yang sesuaidengan keinginan. NBR memerlukan pula
penambahan bahan penguat serta bahan pelunak senyawa ester. Karet NBR tahan
terhadap Minyak dan Oli sehingga sering digunakan untuk Seal Mesin. NBR
merupakan standart material untuk pembuatan O-Ring dan Tube
16
Gambar 11.11 NBR Tube (https://www.made-in-china.com)
11.3.9 CR
Chloroprene Rubeer (CR) adalah homopolimer dari Chlorobutadiene.
Hasil produknya adalah Neoprene, Baypren, dan Butaclor. CR memiliki
ketahanan terhadap minyak tetapi dibandingkan dengan NBR ketahanannya masih
kalah.CR juga memiliki daya tahan terhadap pengaruh oksigen dan ozon di udara,
bahkan juga terhadappanas atau nyala api. Pembuatan karet sintetis CR tidak
divulkanisasi dengan belerang melainkanmenggunakan magnesium oksida, seng
oksida dan bahan pemercepat tertentu. Minyak bahan pelunakditambahkan ke
dalam CR untuk proses pengolahan yang baik.
17
Polikloroprena terdiri dari 88-92 persen gugus-gugus trans-1,4-kloro-2-
butenilena, 7-12 persen cis-1,4 dan penambahan 1,2 yaitu 1,5 persen dan
penambahan 3,4,1 persen. Kebanyakan kloroprena mempolimer dalam
konfigurasi trans. Akibatnya suatu polimer yang menguat sendiri dihasilkan.
Kehadiran atom klorin yang bermuatan negatif menjadikan polimer ini berkutub
dan tahan terhadap serangan minyak. Antara kegunaan CR dalam industri ialah
dalam pembuatan hose tube, hose hidraulik, tube dan penutup untuk kegunaan
industri, dalam automotif untuk pembuatan tube, barangan teracuan dan tali sawat
berprestasi tinggi. Dalam industri pembinaan-pipa gasket, gasket pelabuhan dan
filem untuk bumbung bangunan. Pembuatan karet sintesis CR tidak divulaknisasi
dengan belerang melainkan menggunakan magnesium oksida, seng oksida, dan
bahan pemercepat tertentu.
Sifat Kimia:
1. Tahan terhadap serangan ozon, minyak, panas.
2. Mempunyai ketahanan kepada cuaca sekitaran.
3. Sifat-sifat dinamik yang amat baik,rintangan api dan juga rintangan
lelasan. CR
4. Memiliki daya tahan terhadap nyala api.
Sifat Fisik:
1. Lentur
18
Gambar 11.13 Sarung Tangan CR
11.3.10 CSM
Chlorosulphonated Polyethylene Rubber adalah modifikasi dari polietilena
dengan cara dicampurkan dengan chlorine (Cl) dan gas SO2., sehingga sifatnya
dari yang keras menjadi sifat karet. Produk yang dihasilkan adalah Hypalon, Toso
CSM, CM1000, dan CSM 40. Penggunaannya terutama untuk aplikasi industri
otomotif dan bidang lainnya yang membutuhkan kinerja tinggi seperti adhesives,
isolasi, sol sepatu, selang, roll, seal, gasket, diafragma, pembungkus dan isolasi
kabel, dan lapisan pelindung.
Sifat Kimia
1. Memiliki resistensi yang baik terhadap oksigen, ozon, dan sebagian besar
bahan kimia, termasuk air.
2. Resistensi terhadap minyak agak rendah
19
Sifat Fisika
1. Memiliki sifat permeabilitas yang agak rendah
2. Dapat digunakan pada suhu 130 °C bahkan sampai 30°C di atasnya.
11.4 Penutup
20
DAFTAR PUSTAKA
Budiman, AFS. 2002. Recent Development in Natural Rubber Prices. FAO,
Consultation on Agricultural Commodity Price Problems, Rome, 25-26.
Coran, A. Y. dan R. Pate., 1981. Elastoplastic Compositions of Cured Diene
Rubber and Polypropylene. U. S. Patent No. 4,271,049.
Ellul, M. D. dan D. R. Hazelton. 1994. Chemical Surface Treatments of Natural
Rubber and EPDM Thermoplastic Elastomers: Effect on Friction and
Adhession. Rubber Chem. Technol., 67, hal. 582-601.
German, R.M. 1994. Powder Metallurgy Science 2nd edition. Metal Powder
Industries Federation. USA.
Ghosh, P., Katare, S., Patkar, P., Caruthers, J.M., Venkatasubramanian, V., dan
K.A. Walker. 2003. Sulfur Vulcanization of Natural Rubber for
Benzothiazole Accelerated Formulations: From Reaction Mechanisms to a
Rational Kinetic Model. Rubber Chemistry and Technology, 76, hal. 592-
694.
Halimatuddahliana, H. Ismail, H. Md. Akil, (2004), “Rheological Properties of
Polypropylene/EthylenePropylene Diene Terpolymer/Natural Rubber
(PP/EPDM/NR) Blends by Torque Rheometer”, Jurnal Teknologi Proses, 3,
hal. 77-86
Ismail, H. 2001. Thermoplastic Elastomers Based On Polypropylene/Recycle
Rubber Blends. Polymer Testing 21 (2002) 398-395.
Mangaraj, D. 2005. Rubber Recycling by Blending with Plastics. Taylor and
Francis Group. Singapore.
Nakason, C., Saiwari, S., Kaesaman, A., (2006), “Thermoplastic Vulcanizates
Based on Maleated Natural Rubber/Polypropylene Blends: Effect of Blend
Ratios on Rheological, Mechanical, and Morphological Properties”,
Polymer Engineering and Science, 46, hal.594-600.
Pascual, S., Derouet, D., dan Phinyocheep, P., (2005), “Polymer Grafted Natural
Rubber by Radical Controlled Grafting”, Thai-French Seminar” Rubber:
from Trees to End-Products”, Bangkok, 20-21 June 2005
21
Phinyocheep, P., Saelao, J., Buzare, J.Y. 2007. Mechanical Properties
Morphology and Molecular Characteristics of Polyethilene Terephthalate
Toughened By Natural Rubber. Polymer 48 (2007) 5702e5712.
22