Anda di halaman 1dari 55

Laporan Khusus

Laboratorium Satuan Operasi dan Proses

ABSORPSI

Disusun Oleh:
Kelompok: A-6

Nisa Amara
2004103010064

LABORATORIUM SATUAN OPERASI DAN PROSES


JURUSAN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM, BANDA ACEH
2022
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNI VERSITAS SYIAH KUALA
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK KIMIA
LABORATORIUM SATUAN OPERASI DAN PROSES
Jln. Tgk. Syech Abdul Rauf No. 7 Darussalam, Banda Aceh 23111 Telp. 0651-51977 pes 4326

LEMBARAN PENGESAHAN

Laporan Praktikum Teknik Kimia II disusun oleh:

Nama : Nisa Amara


NIM : 2004103010064
Judul Praktikum : Absorpsi

Disusun untuk memenuhi sebagian dari syarat-syarat mengikuti ujian final mata
kuliah “Praktikum Teknik Kimia” pada Laboratorium Satuan Operasi dan Proses.

Darussalam, 1 Oktober 2022


Pembimbing, Praktikan,

Lia Mairiza, S.T., M.T Nisa Amara


NIP. 197405232000032001 NIM. 1904103010064

Mengetahui:
Kepala Laboratorium Satuan Operasi dan Proses,

Dr. Ir. Adisalamun, M.T.


NIP. 196705271993031003

i
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNI VERSITAS SYIAH KUALA
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK KIMIA
LABORATORIUM SATUAN OPERASI DAN PROSES
Jln. Tgk. Syech Abdul Rauf No. 7 Darussalam, Banda Aceh 23111 Telp. 0651-51977 pes 4326

SURAT IZIN MELAKUKAN PRAKTIKUM


OPERASI TEKNIK KIMIA

Kelompok : A-6
Nama/NIM : Nisa Amara / 2004103010064
Nur Indah Yanti / 2004103010013
Syasya Nazifa / 2004103010060

Melaksanakan percobaan di Laboratorium Satuan Operasi dan Proses.


Percobaan : Absorpsi
Hari / Tanggal : Sabtu / 17 September 2022
Pukul : 08.00 s/d selesai

Pembimbing percobaan telah menyetujui atas penggunaan segala fasilitas di


Laboratorium Satuan Operasi dan Proses untuk melakukan percobaan di atas.

Darussalam, September 2022


Menyetujui,
Pembimbing,

Lia Mairiza, S.T., M.T


NIP. 197405232000032001

LEMBARAN PENUGASAN

ii
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNI VERSITAS SYIAH KUALA
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK KIMIA
LABORATORIUM SATUAN OPERASI DAN PROSES
Jln. Tgk. Syech Abdul Rauf No. 7 Darussalam, Banda Aceh 23111 Telp. 0651-51977 pes 4326

Percobaan : Absorpsi
Kelompok : A-6
Nama/NIM : Nisa Amara / 2004103010064
Nur Indah Yanti / 2004103010013
Syasya Nazifa / 2004103010060

 Bahan : Air dan Udara


 Volume Acuan : 900 mL
 Laju Alir Udara : 20; 30; dan 40 L/menit
 Laju Alir Air : 5; 6; dan 7 L/menit
 Interval Waktu : 15; 25; 35; 45; dan 55 menit

Darussalam, September 2022


Menyetujui,
Pembimbing,

Lia Mairiza, S.T., M.T


NIP: 197405232000032001

LEMBARAN DATA

iii
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNI VERSITAS SYIAH KUALA
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK KIMIA
LABORATORIUM SATUAN OPERASI DAN PROSES
Jln. Tgk. Syech Abdul Rauf No. 7 Darussalam, Banda Aceh 23111 Telp. 0651-51977 pes 4326

Percobaan : Absorpsi
Nama/NIM : Nisa Amara / 1904103010064
Nur Indah Yanti / 1904103010013
Syasya Nazifa / 1904103010060

Tabel 1.1 Penurunan Tekanan dengan Laju Alir Udara pada Kolom Kering
Laju alir udara (L/menit) ΔP Percobaan (mm H2O)
20 0,7
30 1,65
40 2,7

Tabel 1.2 Penurunan Tekanan Air dan Udara dengan Variasi Laju Alir Air dan
Laju Alir Udara pada Kolom Basah

Laju Alir Waktu Laju Alir Laju Alir ∆P Percobaan DO


Udara Masuk (Menit) AirMasuk Keluar (MmH2O) Rata-
(L/menit) (L/menit) (L/menit) Udara Air Rata
15 1,2343 4 2,78
25 1,3076 2,9 2,8
35 5 1,3712 2,9 2,86 8,426

45 1,4411 3,6 2,92


55 1,5042 3,42 3,4
15 1,2616 5,48 4,41

20 25 1,3541 4,18 5,34


35 6 1,4328 5,8 5,7 8,53

45 1,4514 6 5,7

Tabel 1.2 Penurunan Tekanan Air dan Udara dengan Variasi Laju Alir Air dan
Laju Alir Udara pada Kolom Basah (Lanjutan)

iv
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNI VERSITAS SYIAH KUALA
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK KIMIA
LABORATORIUM SATUAN OPERASI DAN PROSES
Jln. Tgk. Syech Abdul Rauf No. 7 Darussalam, Banda Aceh 23111 Telp. 0651-51977 pes 4326

Laju Alir Waktu Laju Alir Laju Alir ∆P Percobaan DO


Udara Masuk (Menit Air Masuk Keluar (mmH2O) Rata-
(L/menit) ) (L/menit) (L/menit) Udara Air Rata
55 1,4728 6 5,8
15 1,4101 8,4 6,3
25 1,4358 8,4 8,4
35 7 1,4789 9,3 7,6 8,668

45 1,4979 8,9 8,44


55 1,6231 9,2 8,68
15 0,7623 9,3 10,34
25 0,7763 11,7 9,3
35 5 0,7823 10,4 9,33 8,69

45 0,7840 11,9 11,1


55 0,8108 11,9 9,87
15 0,8645 12,7 9,92

30 25 0,8857 12,7 10,54


35 6 0,9064 13,4 11,4 8,842

45 0,9556 13,8 12,5


55 0,9423 13,8 12,63
15 0,9459 14,21 12,97
25 1,1004 14,29 13,14
35 7 1,1122 14,35 13,37 9,256

45 1,1311 14,43 13,38


55 1,1648 14,56 13,46
15 0,6446 14,7 13,51

Tabel 1.2 Penurunan Tekanan Air dan Udara dengan Variasi Laju Alir Air dan
Laju Alir Udara pada Kolom Basah (Lanjutan)

v
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNI VERSITAS SYIAH KUALA
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK KIMIA
LABORATORIUM SATUAN OPERASI DAN PROSES
Jln. Tgk. Syech Abdul Rauf No. 7 Darussalam, Banda Aceh 23111 Telp. 0651-51977 pes 4326

Laju Alir Waktu Laju Alir Laju Alir ∆P Percobaan DO


Udara Masuk (Menit Air Masuk Keluar (mmH2O) Rata-
(L/menit) ) (L/menit) (L/menit) Udara Air Rata
25 0,6376 15,11 14,18
35 5 0,6748 15,18 14,26
45 0,6551 15,25 14,33 9,318

55 0,6346 15,7 14,6


15 0,7763 16,9 15,6
25 0,8124 16,98 15,68
40 35 6 0,8273 17,1 15,74 9,386

45 0,8673 17,4 15,79


55 0,9123 18 16
15 0,8456 18,2 16,89
25 0,9123 19,1 17,21
35 7 0,9433 19,21 17,42 9,468

45 0,9743 19,32 17,5


55 0,9945 19,44 17,6

vi
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
hidayah dan nikmat yang besar kepada penyusun sehingga telah dapat
menyelesaikan Laporan Khusus Absorpsi pada Laboratorium Satuan Operasi dan
Proses.
Maksud dari penyusunan Laporan Khusus Absorpsi ini adalah untuk
memenuhi sebagian dari syarat-syarat mengikuti ujian final mata kuliah
“Praktikum Operasi Teknik Kimia II” pada Laboratorium Satuan Operasi dan
Proses. Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Ir. Adisalamun, M.T. sebagai Kepala Laboratorium Satuan
Operasi Teknik Kimia Universitas Syiah Kuala,
2. Ibu Lia Mairiza, S.T., M.T selaku dosen pembimbing praktikum ‘’Absorpsi’’
3. Saudari Dhafratun Ulya sebagai asisten pada percobaan “Absorpsi”,
4. Teman-teman anggota kelompok A-6 serta seluruh teman-teman angkatan
2020 Jurusan Teknik Kimia.

Penulis menyadari dalam penyusunan laporan ini masih terdapat kekurangan,


oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
demi kesempurnaan penulisan di masa yang akan datang. Semoga laporan ini
dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Darussalam, Oktober 2022

Penulis

vii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN....................................................................................i
IZIN MELAKUKAN PRAKTIKUM...................................................................ii
LEMBARAN PENUGASAN...............................................................................iii
KATA PENGANTAR.........................................................................................vii
DAFTAR ISI.......................................................................................................viii
DAFTAR TABEL..................................................................................................x
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................xi
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Tujuan Percobaan...........................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................3
2.1 Absorpsi..........................................................................................................3
2.2 Absorpsi Fisika dan Kimia.............................................................................4
2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Absorpsi................................................6
2.4 Mekanisme Perpindahan Massa pada Gas-Cairan………………………….6
2.5 Kolom Absorpsi…………………………………………………………….9
2.6 Packing…………………………………………………………………….11
2.7 Aplikasi Absorpsi di Industri………………………………………………15
BAB III METODOLOGI PERCOBAAN……………………………………..17
3.1 Alat...............................................................................................................17
3.2 Bahan............................................................................................................18
3.3 Prosedur Percobaan......................................................................................18
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.............................................................19
4.1 Hasil Pengolahan Data.................................................................................19
4.2 Pembahasan..................................................................................................23
4.2.1 Hubungan laju alir udara terhadap nilai pressure drop pada kolom
kering..............................................................................................................24
4.2.2 Hubungan pressure drop dengan laju alir udara dan laju alir air pada
kolom basah....................................................................................................25
4.2.3 Perbandingan pressure drop teoritis pada kolom kering dan kolom basah
........................................................................................................................26

viii
4.2.4 Perbandingan pressure drop pada kolom basah dan kering…………...28
4.2.5 Hubungan laju alir air dan udara terhadap liquid hold up…………….29
4.2.6 Pengaruh laju alir air dan udara terhadap dissolved oxygen………….30
BAB V KESIMPULAN.......................................................................................32
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................33
LAMPIRAN A DATA PENGAMATAN...........................................................37
LAMPIRAN B CONTOH PERHITUNGAN....................................................40
B.1 Menghitung Liquid Hold Up.......................................................................40
B.2 Menghitung Porositas Packing....................................................................40
B.3 Menghitung Luas Permukaan Spesifik Packing (a)....................................40
B.4 Menghitung Nilai Pressure Drop (∆P) Teoritis pada Kolom Kering..........41
B.5 Menghitung Nilai Pressure Drop (∆P) Teoritis pada Kolom Basah...........42

ix
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Liquid Hold up


Tabel 4.2 Pressure Drop pada kolom kering
Tabel 4.3 Pressure Drop pada kolom basah
Tabel A.1 Penurunan tekanan dengan laju alir udara pada kolom kering
Tabel A.2 Penurunan tekanan dengan laju alir udara pada kolom basah…

x
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Skema Ilustrasi Teori Dua-Film..........................................................8


Gambar 2.2 Sieve Tray............................................................................................9
Gambar 2.3 Valve Tray.........................................................................................10
Gambar 2.4 Bubble-Cap Tray...............................................................................10
Gambar 2.5 Packed Column.................................................................................11
Gambar 2.6 Rasching Rings..................................................................................13
Gambar 2.7 Berl Saddles.......................................................................................13
Gambar 2.8 Pall Rings..........................................................................................14
Gambar 2.9 Lessing Rings.....................................................................................15
Gambar 2.10 Proses Absorpsi Formaldehida........................................................16
Gambar 4.1 Hubungan antara laju alir udara terhadap pressure drop pada kolom
kering................................................................................................24
Gambar 4. 2 Perbandingan pressure drop teoritis dan pressure drop percobaan
pada kolom kering............................................................................25
Gambar 4. 3 Hubungan laju alir udara dan laju alir air terhadap pressure drop
pada kolom basah.............................................................................26
Gambar 4. 4 Perbandingan pressure drop teoritis dan pressure drop percobaan
pada kolom basah.............................................................................27
Gambar 4. 5 Perbandingan nilai pressure drop pada kolom kering dan kolom
basah.................................................................................................28
Gambar 4.6 Hubungan antara laju alir air dan laju alir udara terhadap liquid hold
up......................................................................................................29
Gambar 4.7 Hubungan antara laju alir air dan laju alir udara terhadap Dissolved
Oxygen (DO).....................................................................................30

xi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dunia industri pada saat ini yang telah mengalami perkembangan seiring
dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi. Industri-industri tersebut
banyak menghasilkan berbagai macam produk dengan menggunakan berbagai
jenis bahan baku. Untuk memproduksi bahan baku menjadi produk banyak
menggunakan proses kimia. Proses kimia ini bertujuan untuk mereaksikan reaktan
dengan menggunakan suatu proses seperti pemisahan, pemurnian, dan
pencampuran untuk menghasilkan suatu produk. Banyak bahan dalam proses
kimia yang berasal dari campuran berbagai komponen dalam fasa gas, cair, atau
padat. Untuk memisahkan satu atau lebih komponen dari campuran aslinya biasa
harus dikontakkan dengan fasa lainnya. Kedua fasa tersebut dikontakkan satu
sama lain sehingga akan terjadi proses difusi diantara dua fasa tersebut. Salah satu
proses yang sering digunakan pada industri untuk memisahkan fasa gas dengan
menggunakan fasa cair adalah proses absorpsi (Geankoplis, 2003).
Absorpsi gas – cair merupakan proses mengkontakkan fasa gas dengan
fasa cair untuk menghilangkan salah satu komponen gas dengan cara
melarutkannya menggunakan fasa cair. Proses ini berlangsung secara difusi gas
kedalam cairan yaitu bahan terlarut terangkut dari tempat berkonsentrasi tinggi ke
tempat berkonsentrasi rendah (Aviandharie, S., dkk. 2020).
Menara absorber merupakan alat yang digunakan untuk sebagian besar
industri dan pabrik untuk memisahkan gas, memulihkan produk dan bahan kimia
yang berharga, serta untuk pengendalian kontaminasi. Jenis absorber yang paling
umum digunakan dalam industri adalah plate column, packed tower, menara
venturi dan spray chamber. Desain menara packed absorber dipengaruhi oleh
diameter untuk menangani laju alir gas dan cairan, penentuan tinggi menara,
pemilihan dan desain fitur internal menara (Kadarjono, A., dkk. 2019).
Proses absorpsi biasanya dilakukan pada sebuah kolom absorpsi yang diisi
dengan packing untuk memperluas kontak antara fasa gas dan fasa cair. Proses

1
2

absorpsi sendiri dapat dilakukan pada skala industri dan skala laboratorium. Pada
praktikum ini, proses absorpsi terjadi pada kolom absorpsi yang dilengkapi
dengan packing jenis rasching ring sebagai tempat terjadinya pengontakan antara
absorbat (gas) dengan absorben (cairan). Praktikum ini bertujuan agar praktikan
dapat mengetahui penurunan tekanan yang terjadi pada kolom basah dan kering
serta pada laju alir udara dan laju alir air.

1.2 Tujuan Percobaan


Adapun tujuan dari percobaan ini, yaitu untuk melihat pengaruh laju alir udara
dan air terhadap penurunan tekanan, liquid hold-up, serta perbedaan penurunan
tekanan pada kolom basah dan kering.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Absorpsi


Di Industri, proses absorpsi digunakan untuk memisahkan suatu bahan.
Absorben yang menyerap absorbat akan diregenerasi dengan mengembalikan
absorbat ke fasa gas dengan proses stripping. Pada proses ini dilakukan
pemanasan absorben yang mengandung absorbat sehingga kelarutan absorbat
akan menurun dan berpindah ke fase gas. Biasanya digunakan pemanas yaitu
steam sebagai media pemanas dalam proses stripping dan memerlukan energi
yang besar (Isya dkk., 2020).
Absorpsi adalah suatu proses pemisahan solute dari fase gas ke fase cair,
yaitu dengan mengontakkan gas yang bersifat solute sehingga dapat menyerap gas
yang tidak aktif pada campuran gas tersebut melalui pelarut cair
(solven/absorben). Absorpsi dapat dilakukan secara fisik ataupun kimia
(melibatkan reaksi kimia). Salah satu keuntungan absorpsi secara kimia adalah
dengan adanya reaksi pada absorpsi secara kimia dapat meningkatkan penyerapan
gas oleh pelarut sehingga didapat pemisahan gas yang lebih baik (Ningrum,2019).
Absorpsi merupakan suatu teknik pemisahan gas dengan cara
mengkontakkan campuran gas dengan suatu cairan non volatile sehingga terjadi
proses perpindahan komponen gas dari lapisan film gas melewati interface gascair
dan masuk ke dalam lapisan cairan . Secara mekanisme proses yang terjadii dapat
berupa transfer massa saja atau transfer massa yang diikuti dengan reaksi kimia.
Dari berbagai metode pemisahan CO2, hanya chemical absorption yang efektif
digunakan untuk pabrik kimia (Zulfakri dkk., 2018).
Perpindahan massa antara fasa gas dan cair pertaman kalu diteliti oleh Whitman
yang mengemukakan model perpindahan massa melalui teori model film stagnan.
Selain itu ada juga teori Higbie (model penetrasi) dan Danckwerts (surface
renewal model). Dilihat dari segi model, model stagnan film Whitman paling
banyak digunakan karena kesederhanaannya. Namun, pendekatan ini tidak dapat
digunakan dalam sistem dinamik. Bagaimana pun juga, hingga saat ini masih

3
4

belum ada model yang benar-benar dapat menggambarkan kondisi dinamik sistem
gas dan cair. Hal ini dikarenakan keterbatasan numerik dalam menyelesaikan
neraca massa yang kompleks (Rahmadhany, 2018).
Pada absorpsi digunakan absorber yaitu alat yang digunakan untuk proses
absorpsi, yaitu proses penyerapan fluida gas oleh seluruh bagian zat cair sebagai
absorben. Tujuan dari operasi ini umumnya untuk memisahkan gas tertentu dari
campurannya. Biasanya campuran gas tersebut terdiri dari gas inert dan gas yang
terlarut dalam cairan. Cairan yang digunakan memiliki kriteria yang tidak mudah
menguap dan larut dalam gas. Absorben adalah cairan yang dapat melarutkan
bahan yang akan diabsorpsi pada permukaannya, baik secara fisik atau dengan
reaksi kimia. Absorben yang sering digunakan yaitu air untuk pemisahan gas-gas
yang dapat larut atau pemisahan partikel debu, NaOH untuk gas-gas yang bereaksi
dengan asam, dan H2SO4 untuk gas-gas yang dapat bereaksi dengan basa
(Nugroho, 2021).
Peralatan umum yang digunakan dalam absorpsi gas dan operasi tertentu
lainnya adalah packed tower. Perangkat terdiri dari kolom atau menara silinder,
dilengkapi dengan inject gas dan ruang distribusi di bagian bawah; saluran masuk
dan distributor cairan di bagian atas; outlet gas dan cairan di bagian atas dan
bawah, masing-masing; dan massa yang didukung dari bentuk padat lembam,
yang disebut pengepakan menara. Packing support biasanya berupa layar,
bergelombang untuk memberikan kekuatan, dengan area terbuka yang luas
sehingga tidak terjadi banjir pada penyangga tersebut. Cairan masuk, yang dapat
berupa pelarut murni atau larutan encer zat terlarut dalam pelarut dan yang disebut
cairan lemah, didistribusikan ke atas kemasan oleh distributor dan, dalam operasi
yang ideal, membasahi permukaan kemasan secara seragam (McCabe et al.,
1993).

2.2 Absorpsi Fsika dan Kimia


2.2.1 Absorpsi Fisika
Absorpsi fisik terjadi dikarenakan kontak fisik antara gas yang akan diolah
dan pelarut. Jika tidak ada reaksi kimia antara absorbat dengan absorben maka
5

disebut dengan absorpsi fisika. Pada jenis absorpsi ini, pelarut digunakan sebagai
produk murni sehingga air tidak perlu ditambahkan secara fisik dalam proses
penyerapan. Pada proses penanganan gas asam yang terkandung di dalam gas
alam penyerapan secara fisik sangat tergantung pada tekanan gas umpan atau
tekanan parsial gas asam yang hadir dalam gas umpan. Pelarut yang digunakan
untuk sweetening gas memiliki afinitas yang kuat dengan air pelarut yang secara
bersamaan dapat membersihkan dan mengeringkan gas. Jika terjadi penumpukan
air pelarut maka dibutuhkan stripper yang berfungsi untuk menghilangkan air
yang diserap dari pelarut. Keuntungan digunakan proses absorpsi fisika adalah
pelarut yang digunakan tidak memiliki batasan penyerapan. Jumlah CO2 yang
diserap oleh pelarut ditentukan oleh kesetimbangan uap-cair dari campuran yang
dipengaruhi oleh tekanan dan suhu (Fatimura dkk., 2018).

2.2.2 Absorpsi Kimia


Pada pemurnian gas CO2 dapat menggunakan absorpsi kimia. Pada
absorpsi ini proses kontak antara gas dengan cairan sehingga salah satu komponen
gas larut ke dalam cairan dan terjadi suatu reaksi. Pelarut kimia yang biasa
digunakan dalam pemurnian gas alam yaitu senyawa kimia golongan alkanolamin.
Produk alkaloamin yang biasa digunakan yaitu Monoethanolamine (MEA),
Diglycolamine (DEA), Diisopropanolamine (DIPA), dan Methyldiethanolmine
(MDEA). Absorpsi kimia digunakan karena memiliki potensi penyerapan yang
tinggi dibandingkan absorpsi fisika (Arisukma dkk., 2021).
Pada absorpsi kimia, reaksi kimia yang terjadi dapat mempercepat laju
absorpsi dan meningkatkan kapasitas pelarut untuk melarutkan komponen yang
terlarut. Salah satu contoh absorpsi kimia yaitu absorpsi gas CO2 dengan larutan
Na2CO3, NaOH, dan K2CO3. Beberapa faktor yang mempengaruhi proses
absorpsi kimia yaitu jenis packing, laju alir fluida, temperatur, tekanan, luas
permukaan, konsentrasi pelarut, dan jenis zat yang akan diabsorpsi. Absorpsi
kimia dapat dilakukan dengan menggunakan menara absorpsi jenis bubble
columns (Purba dan Cecellia, 2021).
6

2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses Absorpsi


Faktor-faktor yang mempengaruhi absorpsi diantaranya sebagai berikut
(Ardhiany, 2018):
a) Luas Permukaan Kontak
Pada proses penyerapan, jika semakin besar permukaan kontak antara gas
dan pelarut maka laju absorpsi akan semakin besar. Hal ini dikarenakan jika
permukaan kontak semakin luas maka akan semakin meningkat fasa gas yang
berdifusi ke pelarut.
b) Laju Alir Fluida
Laju alir fluida juga mempengaruhi proses absorpsi dimana jika laju alir
fluida semakin kecil maka waktu kontak antara gas dengan pelarut akan
semakin lama sehingga akan meningkatkan jumlah gas yang berdifusi ke
pelarut.
c) Konsentrasi
Perbedaan konsentrasi merupakan driving force pada proses absorpsi
dimana akan berpengaruh pada proses difusi antara dua fasa yaitu fasa gas dan
fasa cair.
d) Tekanan Operasi
Pada proses absorpsi, peningkatan tekanan dapat meningkatkan efisiensi
pemisahan komponen dalam suatu gas.
e) Temperatur
Pada proses absorpsi, temperatur pelarut tidak banyak mempengaruhi laju
absorpsi. Namun menurut Achir dkk (2018), jika ditinjau dari teori kinetika
gas, tumbukan antara partikel gas dipengaruhi oleh temperatur. Dimana, jika
semakin tinggi temperatur gas maka akan semakin cepat massa gas yang
memenuhi ruang pada cairan sehingga tingkat difusivitas gas akan meningkat.

2.4 Mekanisme Perpindahan Massa pada Gas-Cairan


Perpindahan massa dapat diartikan sebagai perpindahan suatu komponen
dari suatu tempat ke tempat lain dikarenakan adanya perbedaan konsentrasi.
Difusi merupakan proses perpindahan massa yang dimana molekulnya bergerak
7

seacara acak dan adanya gradien (perbedaan konsentrasi). Difusi terjadi pada
larutan yang berkonsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah. Hukum yang
menjelaskan proses difusi dikenal dengan Hukum Fick. Hukum ini menyatakan
bahwa “perubahan koefisien difusi dikalikan dengan konsentrasi dari satu daerah
ke daerah lain dibagi dengan jarak antara kedua daerah tersebut setara dengan laju
alir negatif” atau secara sistematis dituliskan sebagai berikut:
∆C
J=-D ……………………………………
∆x
(2.1)
∆C
Nilai merupakan gradien konsentrasi saat fluk (J) yang menunjukkan
∆x
konsentrasi dalam satuan molar. Nilai (D) merupakan koefisien difusi yang
bergantung pada jenis molekul, jenis pelarut, dan suhu. Untuk tanda negatif pada
persamaan diatas menjelaskan bahwa jika gradien konsentrasi bernilai negatif
maka molekul akan menurun dari kiri ke kanan dan jika bernilai positif maka
molekul akan bergerak dari kiri ke kanan (Bintang dkk., 2020).
Dalam proses absorpsi, absorbat yang berfasa gas akan berpindah ke fasa
cair. Dimana, pada kedua fasa tersebut terdapat dua lapisan film yang dipisahkan
oleh suatu interface. Lapisan film yang terdapat pada permukaan gas disebut
dengan film gas dan lapisan film yang terdapat pada permukaan cairan disebut
dengan lapisan film cairan. Perpindahan massa antara dua fasa ini terjadi secara
molekuler dengan mengikuti teori dua lapisan film Whitman. Menurut teori ini,
tahanan transfer massa hanya terjadi pada fasa gas dan fasa cair, namun pada
interface kedua fasa tersebut tidak terdapat tahanan transfer massa. Pada kondisi
tunak, konsentrasi absorbat yang terdapat dalam lapisan film di interface gas-cair
akan berada dalam keadaan equilibrium dengan konsentrasi absorben dalam
lapisan film cairan di interface gas-cair (Achir dkk., 2018).
Transfer gas terlarut dari campuran gas kedalam cairan yang dikontakkan
dapat ditunjukkan dengan teori two-film dari Lewis dan Whitman. Untuk
mekanisme transfer gas terlarut ke dalam cairan menurut teori dua lapis film
Whitman dapat dilihat pada Gambar 2.1
8

Gambar 2.1 Sketsa definisi teori dua-selaput transfer gas

Pada Gambar 2.1 menunjukkan bahwa skema dari dua lapis film yang
saling dikontakkan antara satu dengan yang lain. Tekanan parsial gas terlarut
dalam bulk gas dan permukaan gas adalah p dan pi. Konsentrasi gas terlarut pada
permukaan cairan dan bulk cairan adalah Ci dan C. Gas maupun liquid memiliki
dua lapisan tipis pada permukaannya (film layer) yang akan menghambat
perpindahan massa. Ini menyebabkan gas harus melewati dua lapisan tersebut
yang merupakan tahanan (resistance) sehingga konsentrasi gas dalam bulk gas
tidak sama dengan konsentrasi permukaan cairan (Rahmawati dan Noviatri,
2018).
Kelarutan gas dalam cairan dipengaruhi oleh temperatur cairan, tekanan
parsial gas, konsentrasi padatan yang terlarut, dan komposisi kimia gas. Pada
fenomena perpindahan massa terdapat dua perpindahan yaitu perpindahan
konveksi dan difusi. Permukaan air yang dikontakkan dengan gas belum
mengalami kesetimbangan, maka secara serentak dan cepat gas yang berada pada
bidang antar fasa akan dipindahkan menuju badan air yang kemudian akan terjadi
kesetimbangan dengan proses difusi molekuler. Fluks perpindahan massa antara
gas-liquid bergantung dengan perpindahan massa, luas interfasial gas-liquid, dan
perbedaan konsentrasi (Syaiful dkk., 2020).
9

2.5 Kolom Absorpsi


Kolom absorpsi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
kelancaran proses absorpsi selain absorben. Hal ini disebabkan karena kolom
absorpsi merupakan tempat berlangsungnya proses absorpsi yaitu tempat dimana
terjadinya kontak antara absorben dengan unsur/senyawa yang akan
diabsorpsi/diserap. ada beberapa jenis kolom yang dapat digunakan untuk proses
absorpsi yaitu (Geankoplis, 2003) :
1) Sieve Tray
Kolom absorpsi jenis sieve tray merupakan kolom absorpsi yang paling
umum. Pada dasarnya kolom ini dapat dibunakan pada proses distilasi dan
juga absorpsi gas. Pada kolom sieve tray, uap menggelembung melalui lubang
sederhana didalam kolom melalui cairan yang mengalir. Ukuran lubang
berkisar dari diameter 3 – 12 mm, dengan ukuran umunya 5 mm. area uap
lubang bervariasi antara 5 – 15% dari area tray. Adapun bentuk dari sieve tray
ini dapat dilihat pada Gambar 2.2.

Gambar 2.2 Kolom Sieve Tray

2) Valve Tray
Kolom absorpsi jenis valve tray ini
merupakan sebuah modifikasi dari
kolom absoprsi jenis sieve tray. Kolom
ini terdiri dari bukaan pada tray dan
penutup katup – angkat dengan pemandu
untuk menjaga penutup tetap diposisikan
diatas bukaan. Kolom ini menyediakan area
terbuka variabel yang dapat divariasikan oleh aliran uap yang dapat
menghambat kebocoran cairan ke lubang pada tingkat uap rendah. Karenanya,
jenis kolom ini dapat beroperasi pada kisaran laju aliran yang lebih besar
daripada sieve tray. Dengan biaya hanya 20% lebih mahal daripada sieve tray.
Adapun bentuk dari valve tray ini dapat dilihat pada Gambar 2.3.
10

Gambar 2.3 Kolom Valve Tray

3) Bubble – cap tray


Kolom absorpsi jenis bubble – cap tray ini telah digunakan sejak lama
lebih dari 100 tahun, tetapi sejak tahun 1950 kolom ini telah digantikan
dengan kolom sieve tray dan valve tray karena biayanya yang hampir dua kali
lipat dari kolom jenis sieve – type trays. Pada jenis kolom ini, uap atau gas
naik melalui bukaan tray ked alma bubble cap. Kemudia gas mengalir melalui
celah – celah dipinggiran tiap tutup dan menggelembung ke atas melalui
cairan yang mengalir. Adapun bentuk dari bubble – cap tray ini dapat dilihat
pada Gambar 2.4.

Gambar 2.4 Kolom Bubble - Cap Tray

4) Packed Column
Kolom jenis packed ini merupakan kolom yang diisi dengan bahan
pengisi berupa packing yang biasa disebut packed bed. Kolom jenis ini
biasanya digunakan untuk continuous-countercurrent kontak gas dan liquid
pada absorpsi gas serta untuk kontak gas dan liquid dalam proses distilasi.
Kolom ini berbnetuk silinder yang berisi gas inlet dan ruang distribusi
11

dibagian bawah, saluran masuk cairan dan alat distribusi berada bagian atas
kolom, saluran keluaran gas berada pada bagian bawah, sedangkan saluran
keluaran liquid berada pada bagian bawah kolom, serta didalam kolom ini
berisi packing yang berfungsi memperluas kontak antara gas dan liquid. Gas
masuk kedalam ruang distribusi dibawah bagian kolom dan naik ke atas
melalui celah – celah di dalam kolom dan menghubungi cairan yang turun
melalui lubang yang sama. Adapun bentuk dari packed column ini dapat
dilihat pada Gambar 2.5.

Gambar 2.5 Packed Column

2.6 Packing
Pada kolom absorpsi, packing berfungsi untuk memperluas area kontak
perpindahan massa dari kedua fasa yang saling berinteraksi. Pemilihan material
packing didasarkan pada pertimbangan material yang akan dikontakkan ke dalam
packing. Fungsi lain dari packing adalah untuk tempat mengalirnya larutan
absorben dan terjadinya reaksi. Hal yang perlu diperhatikan dalam memilih
packing adalah harus dapat memberikan luas permukaan basah per-satuan volume
yang besar, memiliki rongga volume yang besar, memiliki sifat pembasahan yang
baik, memiliki bulk density yang rendah serta memiliki harga yang relatif murah.
Selain itu packing harus memiliki ketahanan terhadap korosi (Djayanti, 2019).
Material yang digunakan untuk packing sangat bervariasi. Contohnya
adalah packing yang terbuat dari keramik, plastik, logam, dan batu yang
dihancurkan. Material-material ini didesain secara khusus agar fungsi packing
12

untuk memperlambat dan memperluas area kontak semakin efisien. Adanya


packing pada kolom absorpsi menyebabkan terjadinya hambatan pada aliran
fluida yang melewati kolom. Sehingga, komponen gas dan cairan yang melewati
kolom akan mengalami penurunan tekanan (pressure drop). Penurunan tekanan
akan semakin besar jika packing diatur secara tidak beraturan atau dikenal sebagai
random packing (Nugroho dkk., 2021).
Pada absorber jenis menara packing, desain menara harus dimulai dari
pemilihan tipe dan ukuran packing. Selain itu, penentuan diameter menara juga
diperlukan untuk menangani laju alir gas dan cairan, tinggi menara, dan desain
fitur internal menara. Tipe-tipe packing yang biasanya digunakan sebagai isian
menara harus memiliki kualifikasi seperti berikut yaitu (Kadarjono dkk., 2020):
 Menyediakan luas permukaan yang besar untuk kontak antara cairan dan gas
 Tahan terhadap aliran gas
 Menawarkan distribusi cairan yang seragam pada permukaan packing
 Menawarkan aliran gas yang dapat menyebar di sepanjang ruang menara
Berikut merupakan jenis-jenis packing yang menjadi isian pada packed
column (Ludwig, 1997):

2.6.1 Rasching Rings


Jenis packing ini berbentuk seperti cincin dengan ukuran yang seragam,
sederhana, dan memiliki kapasitas serta memiliki efisiensi yang rendah. Memiliki
harga yang murah dan tersedia dengan luas. Biasanya dikemas secara basah dan
kering. Berukuran 4-6 inchi dan biasa disusun secara acak di dalam kolom.
Memiliki ketebalan dinding yang berbeda dan dapat menghasilkan daya dorong
yang cukup besar di dalam menara. Biasanya membentuk internal liquid
channeling dan mengarahkan lebih banyak cairan ke dinding menara. Bentuk dari
packing jenis Rasching ring dapat dilihat pada Gambar 2.6
13

Gambar 2. 6 Rasching Rings

2.6.2 Berl Saddles


Jenis packing ini memiliki bentuk seperti pelana kuda yang berfungsi
untuk memperluas kontak sehingga dapat meningkatkan efisiensi. Lebih efisien
dibandingkan packing jenis Rasching ring namun memiliki harga yang lebih
mahal. Lebih mudah disusun di dalam bed dibandingkan Rasching ring. Memiliki
nilai HTU (Heat Transfer Unit) yang rendah dan penurunan tekanan unit serta
flooding point yang lebih tinggi dibandingkan Rasching ring. Bentuk dari packing
jenis Berl saddles dapat dilihat pada Gambar 2.7

Gambar 2.7 Berl Saddles

2.6.3 Pall Rings


14

Jenis packing ini memiliki bentuk yang sama dengan Rasching rings
namun mempunyai suatu struktur dalam tambahan serta tekstur pada permukaan
luas yang dapat meningkatkan efisiensi. Memiliki nilai pressure drop yang lebih
rendah dari Rasching ring dan nilai HTU yang lebih rendah dibandingkan dengan
Berl saddles. Memiliki nilai flooding limit yang tinggi, baik dalam
mendistribusikan cairan, serta memiliki kapasitas yang tinggi. Tersedia dalam
bahan logam, plastik, dan keramik. Bentuk dari packing jenis Pall rings dapat
dilihat pada Gambar 2.8.

Gambar 2.8 Pall Rings

2.6.4 Lessing Rings


Jenis packing ini berbentuk seperti cincin dengan pemisah di bagian
tengahnya. Pemisah ini berfungsi untuk memperbesar luas permukaan kontak
antara kedua fasa. Packing jenis ini tidak banyak memiliki data performa namun
secara umum lebih baik dibandingkan Rasching rings. Memiliki nilai pressure
drop yang tinggi. Bentuk dari packing jenis Lessing ring dapat dilihat pada
Gambar 2.9.
15

Gambar 2.9 Lessing Rings

2.7 Aplikasi Absorpsi di Industri


Aplikasi dari kolom absorpsi di Industri adalah teknologi proses
pembuatan formalin. Formalin yg berfase cair berasal dari formaldehid yang
berfase gas dapat dihasilkan melalui proses absorpsi. Teknologi proses pembuatan
formalin ialah Formaldehid sebagai gas input dimasukkan ke dalam reactor.
Output dari reactor yang berupa gas yang suhunya 182°C didinginkan pada
kondensor hingga suhunya menjadi 55°C, kemudian dimasukkan ke dalam
absorber. Keluaran dari absorber tingkat I mengandung larutan formalin dengan
kadar formaldehid sekitar 37-40%. Bagian terbesar dari methanol, air dan
formaldehid di kondensasi di bawah air pendingin bagian dari menara, dan
hamper semua removal dari sisa methanol dan formaldehid dari gas terjadi di
bagian atas absorber dengan counter current contact dengan air proses
(Muhammad Reza N, 2018).
16

Proses absorpsi dalam pembuatan Formaldehid menurut (Hidayat, 2015).

Gambar 2.10 Proses absorpsi Formaldehid

Gas formaldehyde dari reaktor dialirkan ke bagian bawah packed tower.


Gas ini dikontakkan dengan larutan formalin 44% suhu 40°C yang dialirkan dari
atas menara dengan bantuan distributor cairan agar larutan formalin yang
digunakan tersebar secara merata didalam packed tower dan membasahi seluruh
permukaan rasching ring sehingga penyerapan maksimal.
Hasil penyerapan di packed tower berupa formalin cair masuk ke control
tank (CT). Sisa gas yang belum terserap di packed tower masuk ke dalam bubble
cap tower yang akan diserap oleh pure water dari atas menara. Sisa dari
penyerapan itu yang masih lolos nantinya dibakar di flare stack yang sebelumnya
melewati demister. Hasil penyerapan dari bubble cap tower masuk ke control tank
(CT)
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Alat
Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah:
3.1.1 Gas-liquid Absorption Coloumn

Kolom
Absorpsi

Manometer Flowmeter

Tangki
Reservoir

Gambar 3.1 Gas-liquid Absorption Coloumn


3.1.2 Gelas Beaker 500 mL

Gambar 3.2 Gelas Beaker 500 mL


3.1.3 Stopwatch

Gambar 3.3 Stopwatch

17
18

3.1.4 Dissolved Oxygen meter

Gambar 3.4 Dissolved Oxygen Meter

3.2 Bahan
1. Air
2. Udara

3.3 Prosedur Percobaan


1. Dikeringkan terlebih dahulu kolom dengan melewatkan laju alir udara
maksimum sampai tanda-tanda yang menunjukkan kelembaban packing
hilang.
2. Di set laju alir udara sesuai dengan penugasan yang diberikan.
3. Dicatat perbedaan tekanan pada masing-masing manometer air.
4. Diisi tangki reservoir air sampai tiga perempat penuh dengan air.
5. Di set laju alir udara dan laju alir air sesuai dengan penugasan yang
diberikan.
6. Dicatat perbedaan tekanan pada masing-masing manometer air.
7. Dicatat laju alir air yang keluar dari saluran buangan.
8. Ditampung sampel dari bagian buangan untuk diukur DO- nya
9. Dikeluarkan air sisa dalam kolom dan dikeringkan kembali kolom
menunjukkan kelembaban packing hilang.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengolahan Data
Tabel 4.1 Liquid Hold Up
Laju Alir Laju Alir Laju Alir Liquid Hold
Udara Masuk Waktu Air Masuk Air Keluar Up
(L/menit) (Menit) (L/menit) (L/meni) (L/menit)
15 1,2343 3,7657
25 1,3076 4,6924
35 5 1,3712 5,6288
45 1,4411 3,5589
55 1,5042 4,4958
15 6 1,2616 5,7384

20 25 1,3541 3,6459
35 6 1,4328 4,5672
45 1,4514 5,5486
55 1,4728 3,5272
15 1,4101 4,5899
25 1,4358 5,5642
35 7 1,4789 3,5211
45 1,4979 4,5021
55 1,6231 5,3769
15 0,7623 4,2377
25 0,7763 5,2237
35 5 0,7823 6,2177
45 0,7840 4,2159
55 0,8108 5,1892
15 0,8645 6,1355
25 0,8857 4,1143

19
20

Tabel 4.1 Liquid Hold Up (Lanjutan)


Laju Alir Laju Alir Laju Alir Liquid Hold
Udara Masuk Waktu Air Masuk Air Keluar Up
(L/menit) (Menit) (L/menit) (L/meni) (L/menit)
30 35 6 0,9064 5,0936
45 0,9556 6,0444
55 0,9423 4,0577
15 0,9459 5,0541
25 1,1004 5,8996
35 7 1,1122 3,8878
45 1,1311 4,8689
55 1,1648 5,8352
15 0,6446 4,3554
25 0,6376 5,3624
35 5 0,6748 6,3252
45 0,6551 4,3449
55 0,6346 5,3654
15 0,7763 6,2237

40 25 0,8124 4,1876
35 6 0,8273 5,1727
45 0,8673 6,1327
55 0,9123 4,0877
15 0,8456 5,1544
25 0,9123 6,0877
35 7 0,9433 4,0567
45 0,9743 5,0257
55 0,9945 6,0055
21

Tabel 4.2 Pressure Drop pada Kolom Kering


Laju alir udara ΔP Percobaan ΔP teoritis
(L/menit) (mm H2O) (mm H2O)
20 0,7 3,38
30 1,65 7,47
40 2,7 13,18

Tabel 4.3 Pressure Drop pada Kolom Basah


∆ Percobaan
Laju Alir Udara Waktu Laju alir air ∆P Teoritis
(mmH2O)
(L/menit) (Menit) (L/menit) (mmH2O)
Udara Air
15 4 2,78
25 2,9 2,8
35 5 2,9 2,86 0,0822
45 3,6 2,92
55 3,42 3,4
15 5,48 4,41
25 4,18 5,34
35 6 5,8 5,7 0,1594
20
45 6 5,7
55 6 5,8
15 8,4 6,3
25 8,4 8,4
35 7 9,3 7,6 0,3090
45 8,9 8,44
55 9,2 8,68
15 9,3 10,34
5 0,1850
25 11,7 9,3
22

Tabel 4.3 Pressure Drop pada Kolom Basah (Lanjutan)


∆ Percobaan ∆P
Laju Alir Udara Waktu Laju alir air
(mmH2O) Teoritis
(L/menit) (Menit) (L/menit)
Udara Air (mmH2O)
35 10,4 9,33
45 11,9 11,1
55 11,9 9,87
15 12,7 9,92
25 12,7 10,54
35 6 13,4 11,4 0,3587
45 13,8 12,5
30
55 13,8 12,63
15 14,21 12,97
25 14,29 13,14
35 7 14,35 13,37 0,6954
45 14,43 13,38
55 14,56 13,46
15 14,7 13,51
25 15,11 14,18
35 5 15,18 14,26 0,3289
45 15,25 14,33
55 15,7 14,6
15 16,9 15,6
25 16,98 15,68
6 0,6377
40 35 17,1 15,74
45 17,4 15,79
55 18 16
23

Tabel 4.3 Pressure Drop pada Kolom Basah (Lanjutan)


∆ Percobaan
Laju Alir Waktu Laju alir air (mmH2O) ∆P Teoritis
Udara (Menit) (L/menit) Udara Air (mmH2O)
(L/menit
15 18,2 16,89
25 19,1 17,21
35 7 19,21 17,42 1,2363

45 19,32 17,5
55 19,44 17,6

4.2 Pembahasan
Absorpsi merupakan salah satu proses pemisahan dalam industri kimia
dimana suatu campuran gas dikontakkan dengan suatu cairan penyerap tertentu
sehingga salah satu atau lebih komponen gas tersebut larut dalam cairannya.
Absorpsi dapat terjadi melalui dua mekanisme, yaitu absorpsi fisik dan absorpsi
kimia (Hasnan.2018).
Alat yang digunakan untuk menjalankan proses absorpsi adalah absorber.
Dalam percobaan ini digunakan absorber dengan isian packing. Packed column
digunakan untuk kontak antara gas dan cairan secara kontinyu dalam aliran
counter current atau co-current. Kerja packed column tergantung pada isian dan
desain yang dipakai. Tujuan ditambahkannya packing dalam alat absorpsi adalah
untuk memperluas bidang kontak antara liquid dan gas (Treybal. 1981).
Pada praktikum absorpsi ini absorbat dan absorben yang digunakan yaitu
gas O2 dan H2O. Gas O2 nantinya akan dialirkan dari bawah kolom absorpsi dan
H2O akan dialirkan melalui bagian atas kolom absorpsi. Jenis kolom absorpsi
yang digunakan adalah Packed Column dengan isian berupa packing jenis
Rasching Rings.
24

4.2.1 Hubungan Laju Alir Udara Terhadap Nilai Pressure Drop pada
Kolom Kering
Pada praktikum ini, proses absoprsi dilakukan pada dua jenis kolom yaitu
kolom basah dan kolom kering. Laju alir udara yang digunakan pada praktikum
ini secara berturut – turut yaitu 20; 30 dan 40 L/menit. Tujuan dilakukannya
percobaan dengan variasi laju alir udara adalah untuk melihat bagaimana
hubungan laju alir udara terhadap pressure drop pada kolom kering. Adapun
hubungan antara laju alir udara terhadap pressure drop pada kolom kering dapat
dilihat pada Gambar 5.1 berikut.

14
Pressure Drop (mmH2O)

12
10
8
6
4
2
0
20 30 40
Laju Alir Udara (L/menit)

Gambar 4.1 Hubungan antara laju alir udara terhadap pressure drop pada kolom
kering

Dari Gambar 4.1 dapat dilihat bahwa semakin besar laju alir udara yang
masuk maka pressure drop yang dihasilkan juga semakin besar. Pada laju alir
udara 20, 30, dan 40 L/menit didapatkan nilai pressure drop secara berturut-turut
yaitu 3,38; 7,47 dan 13,18 mmH2O. Hal ini disebabkan pada laju yang lebih
tinggi jumlah udara yang masuk ke dalam pipa lebih banyak, sehingga lebih padat
dan menyebabkan manometer menunjukkan pengukuran tekanan di dalam pipa
yang lebih tinggi (Priangkoso dkk., 2018).
25

4.2.2 Hubungan Pressure Drop (∆P) dengan Laju Alir Udara dan Laju Alir
Air pada Kolom Basah
Pada praktikum ini digunakan variasi laju alir udara 20; 30 dan 40
L/menit. Sedangkan variasi laju alir air yang digunakan adalah 5; 6 dan 7 L/menit.
Tujuan dilakukannya variasi ini adalah untuk melihat bagaimana pengaruh laju
alir udara dan laju alir air terhadap nilai pressure drop pada kolom basah. Adapun
hubungan antara laju alir udara dan laju alir air terhadap pressure drop pada
kolom basah dapat dilihat pada Gambar 4.2 berikut.

20
18
Pressure Drop (mmH2O)

16
14
12 Laju Alir Udara 20
10 L/menit
8 Laju Alir Udara 30
6 L/menit
4 Laju Alir Udara 40
2 L/menit
0
5 6 7
laju Alir Air (L/menit)

Gambar 4.2 Hubungan laju alir udara dan laju alir air terhadap pressure drop pada
kolom basah untuk semua laju alir

Berdasarkan Gambar 4.2 dapat dilihat bahwa pressure drop teoritis di


kolom basah pada laju alir udara 20; 30 dan 40 L/menit dan laju alir air 5 L/menit
secara berturut- turut, yaitu 3,158 L/menit; 10,514 L/menit; dan 14,682 L/menit.
Pada laju alir air 6 L/menit diperoleh pressure drop secara berturut-turut,
yaitu 5,441 L/menit; 12,339 L/menit; dan 16,519 L/menit. Pada laju alir air 7
L/menit diperoleh pressure drop secara berturut-turut, yaitu 8,362 L/menit;
13,919 L/menit; dan 18,819 L/menit. Dapat dilihat bahwa semakin tinggi laju alir
udara dan laju alir air yang diberikan maka akan semakin besar juga nilai pressure
drop yang diperoleh. Hal ini terjadi karena adanya kontak antara air dan udara
26

yang menyebabkan adanya hambatan pada masing-masing fluida. Packing yang


ada dalam kolom absorpsi juga akan turun sehingga mempengaruhi tekanan yang
diterima fluida, dimana perbedaan tekanan ini akan mempengaruhi nilai pressure
drop yang terbaca oleh manometer (Sylvia dkk, 2018).

4.2.3 Perbandingan Pressure Drop (∆P) Teoritis pada Kolom Kering dan
Kolom Basah
Pada praktikum ini kita dapat melihat adanya perbedaan antara nilai
pressure drop percobaan dan teoritis baik pada kolom kering maupun pada kolom
basah. Adapun perbedaan nilai tersebut dapat dilihat pada Gambar 4.3 dan 4.4
berikut.

14
Pressure Drop (mmH2O)

12
10
8
6 Percobaan
4 Teoritis
2
0
20 30 40
Laju ALir Udara (L/menit)

Gambar 4.3 Hubungan pressure drop (ΔP) teoritis dan pressure drop (ΔP)
percobaan pada kolom kering.
27

Pressure Drop (mmH2O) 16


14
12
10
8
6 Percobaan
4 Teoritis
2
0
20 30 40
Laju Alir Udara (L/menit)

Gambar 4.4 Hubungan pressure drop (ΔP) teoritis dan pressure drop (ΔP)
percobaan pada kolom basah

Berdasarkan Gambar 4.3 dan 4.4 terlihat adanya perbedaan antara nilai
pressure drop yang diperoleh dari percobaan dengan nilai pressure drop teoritis.
Perbedaan yang cukup signifikan dapat diamati pada gambar 5.3 dimana nilai
pressure drop yang didapatkan secara teoritis pada laju alir udara 20; 30 dan 40
L/menit secara berturut turut adalah 3,38; 7,47 dan 13,18 mmH 2O, sedangkan
pada percobaan diperoleh nilai pressure drop berturut turut adalah 0,7; 1,65 dan
2,7 mmH2O. Perbedaan nilai pressure drop percobaan dan teoritis pada kolom
kering terjadi dikarenakan kolom yang berisi packing belum sepenuhnya kering
saat dilakukan pengukuran, sehingga hasil yang didapatkan tidak sesuai dengan
pressure drop teoritis. Bagian dalam kolom harus dipastikan sudah sepenuhnya
kering saat ingin mengukur pressure drop pada kolom kering agar tidak ada
cairan yang tersisa di dalam packing karena dapat mempengaruhi nilai pressure
drop yang dihasilkan (Avili dkk, 2018).
Berdasarkan Gambar 4.4 dapat dilihat bahwa pressure drop teoritis yang
diperoleh pada kolom basah lebih besar dari pada kolom kering. Hal ini
dikarenakan pada kolom basah terjadi transfer massa gas dari fase gas ke fase cair,
kontak antara air dan udara pada kolom akan menimbulkan tekanan udara.
Semakin banyak tekanan udara yang masuk maka nilai pressure drop juga
28

semakin menurun dan menyebabkan gesekan disekitar dinding menjadi terhambat


dan mengakibatkan tekanan menurun (Dwinanda, 2017).

4.2.4 Perbandingan Pressure Drop Pada Kolom Basah Dan Kering


Pada percobaan ini dilakukan variasi jenis kolom yang digunakan yaitu
kolom kering dan kolom basah. Nilai pressure drop yang dihasilkan pada kolom
kering berbeda dengan nilai pressure drop yang diperoleh pada kolom basah.
Adapun perbandingan nilai pressure drop yang diperoleh pada kolom kering dan
kolom basah dapat dilihat pada Gambar 4.5.

16
Pressure Drop (mmH2O)

14
12
10
8
6 Kolom Basah
4 Kolom Kering
2
0
20 30 40
Laju ALir Udara (L/menit)

Gambar 4.5 Perbandingan antara pressure drop pada kolom kering dan kolom
basah

Dari Gambar 4.5 dapat dilihat bahwa terdapat perbandingan antara


pressure drop pada kolom kering dan kolom basah. Dimana pada kolom kering
dengan laju alir udara 20; 30 dan 40 L/menit nilai pressure drop percobaan yang
diperoleh secara berturut – turut adalah 0,7 mmH2O; 1,65 mmH2O; dan 2,7
mmH2O. Sedangkan pada kolom basah dengan laju alir air 6 L/menit dan laju alir
udara 20; 30 dan 40 L/menit nilai pressure drop percobaan yang diperoleh secara
berturut – turut yaitu 3,158 mmH2O; 10,514 mmH2O; dan 14,682 mmH2O.
Semakin banyak volume udara yang dimasukkan, maka pressure drop nya akan
semakin tinggi pula. Akan tetapi kenaikan pressure drop yang terjadi pada kolom
29

basah lebih besar dibandingkan pada kolom kering. Hal ini disebabkan karena
adanya zat cair didalam kolom sehingga mengurangi ruang yang tersedia untuk
aliran gas. Berdasarkan teori laju alir berbanding lurus terhadap pressure drop.
Ketika laju alir udara dipercepat, gas akan mempersulit aliran zat cair ke bawah
dan perangkapan zat cair bertambah sehingga pressure drop meningkat
(McCabe,1999).

4.2.5 Hubungan Laju Alir Air dan Laju Alir Udara terhadap Liquid Hold
Up
Faktor lainnya yang mempengaruhi proses absorpsi yaitu liquid hold up.
Liquid hold up merupakan cairan yang terperangkap pada packing saat mengalir
di dalam kolom yang sedang beroperasi (Ghosh dkk., 2021). Adapun pengaruh
laju alir air dan laju alir udara terhadap liquid hold up dapat dilihat pada Gambar
4.6.

5.4
liquid Hold Up (L/menit)

5.2
5
4.8
4.6 Laju Alir Air 5 L/menit
Laju Alir Air 6 L/menit
4.4
Laju Alir Air 7 L/menit
4.2
4
20 30 40
Laju Alir Udara (L/menit)

Gambar 4.6 Hubungan antara laju alir air dan udara terhadap liquid hold up

Berdasarkan Gambar 4.6 dapat dilihat bahwa nilai liquid hold up


dipengaruhi oleh laju alir air dan laju alir udara. Pada laju alir air 5 L/menit dan
laju alir udara 20; 30; dan 40 L/menit nilai liquid hold up secara berturut-turut
adalah 4,428; 5,016; dan 5,150 L/menit. Pada laju alir air 6 L/menit dengan
kondisi laju alir udara yang sama nilai liquid hold up secara berturut-turut adalah
30

4,605; 5,089; dan 5,160 L/menit. Pada laju alir air 7 L/menit dengan kondisi laju
alir udara yang sama nilai liquid hold up secara berturut-turut adalah 4,710; 5,109;
dan 5,266 L/menit. Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa nilai liquid
hold up akan meningkat sebanding dengan laju alir udara. Hal ini dikarenakan
dengan meningkatnya laju alir udara maka aliran gravitasi cairan akan terganggu
yang menyebabkan liquid hold up pada packing meningkat (Amini dan Mohsin.
2018).

4.2.6 Pengaruh Laju Alir Air dan Laju Alir Udara terhadap Dissolved
Oxygen
Dissolved Oxygen merupakan salah satu parameter penting dalam analisis
kualitas air. Nilai DO yang biasanya diukur dalam bentuk konsentrasi ini
menunjukkan jumlah oksigen (O2) yang tersedia dalam air (Aruan dan Manius,
2017). Adapun pengaruh laju alir air dan laju alir udara terhadap nilai DO dapat
dilihat pada Gambar 4.7 berikut.
9.6
9.4
Dissolved Oxygen (DO)

9.2
9
Laju Alir Air 5
8.8 L/menit
8.6 Laju Alir Air 6
8.4 L/menit
8.2 Laju Alir Air 7
8 L/menit
7.8
20 30 40
Laju ALir Udara (L/menit)

Gambar 4.1 Hubungan antara laju alir air dan laju alir udara terhadap Dissolved
Oxygen (DO)

Berdasarkan Gambar 4.7 dapat dilihat bahwa semakin tinggi laju alir air
dan laju alir udara maka nilai Dissolved Oxygen (DO) semakin tinggi. Pada laju
alir air 5 L/menit dan laju alir udara 20; 30; dan 40 L/menit nilai DO secara
31

berturut-turut adalah 8,43; 8,69; dan 9,32 mg/L. Pada laju alir air 6 L/menit
dengan kondisi laju alir udara yang sama nilai DO secara berturut-turut adalah
8,53; 8,84; dan 9,38 mg/L. Pada laju alir air 7 L/menit dengan kondisi laju alir
udara yang sama nilai DO secara berturut-turut adalah 8,67; 9,26; dan 9,47 mg/L.
Hal ini dikarenakan semakin tinggi laju alir maka semakin besar kontak antara air
dan oksigen yang mengakibatkan semakin meningkatnya oksigen yang terlarut
didalam air (Arvan dan Mansyur, 2017).
Dapat dilihat pula bahwa peningkatan nilai DO terjadi seiring dengan
bertambahnya variasi laju alir udara. Hal ini dikarenakan semakin tinggi laju alir
udara maka akan semakin tinggi kadar oksigen yang dihasilkan. Selain itu,
peningkatan nilai DO disebabkan karena waktu kontak air dengan udara semakin
besar sehingga menghasilkan nilai DO yang semakin tinggi pula. Peningkatan
nilai DO selama proses ini menandakan bahwa terjadi proses difusi antara udara
dengan air (Batara dkk., 2017).
BAB V
KESIMPULAN

Berdasarkan hasil percobaan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai


berikut
1. Nilai pressure drop semakin tinggi dengan meningkatnya laju alir udara pada
kolom kering dengan laju alir udara masuk 20, 30, dan 40 L/menit nilai
pressure drop berturut-turut sebesar 0,7; 1,65; dan 2,7 mmH2O.
2. Semakin besar laju alir udara dan air maka semakin besar pula pressure drop
yang terjadi pada kolom basah, Nilai pressure drop terbesar didapatkan pada
laju alir udara 40 L/menit dan 7 L/menit yaitu 18,189 mmH2O.
3. Nilai pressure drop yang diperoleh pada kolom basah lebih tinggi daripada
nilai pressure drop pada kolom kering, Nilai pressure drop pada kolom kering
didapat secara berturut-turut yaitu 0,7 mmH2O; 1,65 mmH2O; dan 2,7
mmH2O, Sedangkan pada kolom basah nilai pressure drop pressure drop
percobaan yang diperoleh secara berturut – turut yaitu 3,158 mmH2O; 10,514
mmH2O; dan 14,682 mmH2O.
4. Semakin besar laju alir air, maka semakin besar pula liquid hold up. Nilai
liquid hold up terbesar diperoleh pada laju alir air 7 L/menit dan laju alir udara
40 L/menit yaitu 9,468 L/menit.

32
DAFTAR PUSTAKA
Achir, Z., Darmadi., dan Adisalamun. 2018. Pengaruh Suhu Terhadap Sifat-sifat
Gas-Cairan pada Absorpsi CO2 Menggunakan a-MDEA. Jurnal Rekayasa
Kimia dan Lingkungan. 13(1): 24-32.
Amini, Y dan Mohsen, N. E. 2018. CFD Simulation of The Structured Packings:
A review. Separation Science and Technology. 10(1): 1-18.
Aruan, Romatua, G.S., & Maniur, A.S. 2017. Penentuan Kadar Dissolved Oxygen
(DO) pada Air Sungai Sidoras di Daerah Butar Kecamatan Pagaran
Kabupaten Tapanuli Utara. 2(1): 422-433.
Ardhiany, S. 2018. Proses Absorpsi Gas CO 2 dalam Biogas Menggunakan Alat
Absorber Tipe Packing dengan Analisa Pengaruh Laju Alir Absorben
NaOH. Jurnal Teknik Patra Akademika. 9(2): 55-64.
Arisukma, P., Nicko, A.P., dan Kartika, U. 2021. Studi Desain Absorber untuk
Penyerapan CO2. Seminar Nasional Sains dan Teknologi Terapan IX. 1(1):
327-337.
Avili, M.G., Javas, K.S., dan Seyyed, M.G. 2018. Pressure Drop Behavior and
Mass Transfer Properties of a High Specific Area Random Type Packing
in a Narrow Packed Column. Journal of Serbian Chemical Society. 83(1):
1-13.
Aviandhrie, S., Jati, B., dan Ermawati, R. 2020. Pemanfaatan Gas Hasil Proses
Pirolisis Plastik POLYETHYLENE (PE) Sebagai Bahan Bakar Dengan
Metode Kondensor Dan Metode Tangki Air. Jurnal Riset Teknologi
Industri. 14(1) : 88-96.
Batara. K., Badrus Z., dan Wiharyanto O., 2017. Pengaruh Debit Udara Dan
Waktu Aerasi Terhadap Efisiensi Penurunan Bau Dan Mangan
Menggunakan Diffuser Aerator Pada Tanah. Jurnal Teknik Lingkungan.
6(1): 1-10.
Bintang, M., Fri, R., Ukhradiya, M.S., dan Dimas, A. 2020. Biokimia Fisik.
Bogor: IPB Press Printing.

33
34

Dwinanda, V.C. 2017. Perancangan Wet Scrubber sebagai Unit Pengurangan


Kadar H2S pada Produksi Biogas di PT.Enero Mojokerto. Skripsi:
Surabaya.
Fattimura, M., Fitriyanti, R., dan Masriatini, R. 2018. Penanganan Gas Asam
(Sour Gas) yang Terkandung dalam Gas Alam Menjadi Sweetening Gas.
3(2).
Geankoplis, C. J. (2003). Transport Processes And Separation Process Principles
Fourth Edition. United States of America: Prentice Hall Proffesional
Technical Refference
Ghosh, S., Akhilandeshwari, E., Manoja, N., Ballal, N.B., dan Viswanathan, N.N.
2021. The Efficacy of a Three-Dimensional Static Liquid-Vapor Interface
Model to Calculate the Static Liquid Holdup of a Packed Bed. Journal of
Metallurgical and Materials Transactions B. 1(1): 2072-2086.
Hasnan, M., Najib., dan Kurmaeti, P., dan Hapsora, A. 2018. Studi Pengaruh
Variabel Laju Alir NaOH Dalam Proses Absorpsi Gas CO2. Jurnal
Absorpsi. 4(10): 210-213.
Hidayat, M. N. 2015. PEMBUATAN-FORMALIN. UB PRESS. Universitas
Brawijaya.
Isya, A.A., Arman, K.R., dan Wintoko, J. 2020. Mini-Review Teknologi Carbon
Capture and Utilization (CCU) Berbasis Kombinasi Proses Kimia dan
Bioproses. Equilibrium Journal of Chemical Engineering. 4(2): 71-79.
Kadarjono, Agoeng., Erilia Y., Agus S. D. S., dan Pertiwi D. W. 2019. Pengaruh
Jenis Packing Pada Menara Packed-bed Absorber Dalam Pennyerapan Gas
NOx. Jurnal Urania. 26(1): 1-68
Ludwig, E.E. 1997. Applied Process Design for Chemical and Petrochemical
Plants: Volume 2, Third Edition. United States of America: Gulf
Publishing Company.
McCabe, W.L., Smith, J.C., Harriott, P. 1993. Unit Operations of Chemical
Engineering. Singapore: McGraw-Hill, Inc.
McCabe, Warren L & Smith, J.C. 1999. “Operasi Teknik Kimia”. Alih Bahasa
Jasiji, E.Ir. Edisi ke-4. Penerbit Erlangga : Jakarta.
35

Muhammad Reza N, D. P. (2018). Makalah Absorpsi dan Stripping. Jakarta:


Universitas Jayabaya.
Ningrum, S.S., Aswati, M., Mukhlisin, H., dan Syafrima, W. 2019. Pemodelan
Matematis dan penyelesaian Numeris Pada Absorpsi CO2 Dalam Biogas
Menggunakan Kolom Bahan Isian Dengan Larutan Methyldiethanolamine
(MDEA). JurnalTeknologi. Vol 7(1): 26-39.
Nugroho, A.D., Delanisa, S., Ines, A.P., Muhammad, Y., dan Anerasari, M. 2021.
Rancang Bangun Absorber Ammonia (Ditinjau dari Laju Alir, Tinggi
Packing, dan Variasi Packing Terhadap Konsentrasi Ammonia). Jurnal
Kinetika. 12(3): 1-5.
Priangkoso, T., & Kurniawan, N. 2017. Analisis Pengaruh Laju Aliran Udara
Terhadap Kerugian Tekanan pada Saluran Udara.. 13(1), 1–5.
Purba, E., dan Cecellia, N.R.B. 2021. CO 2 Gas Absorption in Biogas Using
Absorber Bubble Column with Variation of NaOH Absorbent
Concentration and Sparger Forms. Indonesian Journal of Chemical
Science. 10 (1): 68-74
Rahmawati, U., dan Noviatri, H. 2018. Optimasi Bentuk Permukaan Disk untuk
Meningkatkan Transfer Oksigen Fisik di Rotating Biological Contractor.
Jurnal Envirotek. 9(1): 39-47.
Ramadhany, Putri. 2018. Model Numerik Absorbsi Gas Reaksi Orde Dua Tak
Bervariable. Jurnal Integrasi Proses. Vol. 7(02): 78-86.
Sylvia, Novi., Rahmad Z., Annisa G., dan Lukman H. 2018.Tinjauan Proses
Penyerapan Gas Karbon Dioksida (CO2) Menggunakan Absorben Air
(H2O) pada Kolom Absorpsi Jenis Packing. Prosiding Seminar Nasional
Teknik Kimia (SNTK): 7-14.
Syaiful, Nurisman, E., Chelsi, dan Nugroho, M. 2020. Studi Eksperimental
Hidrodinamik dan Perpindahan Massa Gas-Liquid Di Dalam Airlift
Bioreactor Menggunakan Fluida Newtonian dan Non-Newtonian. Seminar
Nasional AvoER XII. 1(1): 936-945.
Treybal, R.E. 1981. Mass-transfer Operations Thrid edition. Tokyo: Mc graw-hill
International Book Company.
LAMPIRAN A
DATA PENGAMATAN

Tabel A.1 Data Pengamatan Penurunan Tekanan dengan Laju Alir Udara pada
Kolom Kering
Laju alir udara (L/menit) ΔP Percobaan (mm H2O)
20 0,7
30 1,65
40 2,7

Tabel A.2 Data Pengamatan Penurunan Tekanan Air dan Udara dengan Variasi
Laju Alir Air dan Laju Alir Udara pada Kolom Basah

Laju Alir Waktu Laju Alir Laju Alir ∆P Percobaan DO


Udara Masuk (Menit) AirMasuk Keluar (MmH2O) Rata-
(L/menit) (L/menit) (L/menit) Udara Air Rata
15 1,2343 4 2,78
25 1,3076 2,9 2,8
35 5 1,3712 2,9 2,86 8,426

45 1,4411 3,6 2,92


55 1,5042 3,42 3,4
15 1,2616 5,48 4,41

20 25 1,3541 4,18 5,34


35 6 1,4328 5,8 5,7 8,53

45 1,4514 6 5,7

36
37

Tabel A.2 Data Pengamatan Penurunan Tekanan Air dan Udara dengan Variasi
Laju Alir Air dan Laju Alir Udara pada Kolom Basah (Lanjutan)

Laju Alir Waktu Laju Alir Laju Alir ∆P Percobaan DO


Udara Masuk (Menit Air Masuk Keluar (mmH2O) Rata-
(L/menit) ) (L/menit) (L/menit) Rata
Udara Air
55 1,4728 6 5,8
15 1,4101 8,4 6,3
25 1,4358 8,4 8,4
35 7 1,4789 9,3 7,6 8,668

45 1,4979 8,9 8,44


55 1,6231 9,2 8,68
15 0,7623 9,3 10,34
25 0,7763 11,7 9,3
35 5 0,7823 10,4 9,33 8,69

45 0,7840 11,9 11,1


55 0,8108 11,9 9,87
15 0,8645 12,7 9,92

30 25 0,8857 12,7 10,54


35 6 0,9064 13,4 11,4 8,842

45 0,9556 13,8 12,5


55 0,9423 13,8 12,63
15 0,9459 14,21 12,97
25 1,1004 14,29 13,14
35 7 1,1122 14,35 13,37 9,256

45 1,1311 14,43 13,38


55 1,1648 14,56 13,46
15 0,6446 14,7 13,51
38

Tabel A.2 Data Pengamatan Penurunan Tekanan Air dan Udara dengan Variasi
Laju Alir Air dan Laju Alir Udara pada Kolom Basah (Lanjutan)

Laju Alir Waktu Laju Alir Laju Alir ∆P Percobaan DO


Udara Masuk (Menit Air Masuk Keluar (mmH2O) Rata-
(L/menit) ) (L/menit) (L/menit) Rata
Udara Air
25 0,6376 15,11 14,18
35 5 0,6748 15,18 14,26
45 0,6551 15,25 14,33 9,318

55 0,6346 15,7 14,6


15 0,7763 16,9 15,6
25 0,8124 16,98 15,68
40 35 6 0,8273 17,1 15,74 9,386

45 0,8673 17,4 15,79


55 0,9123 18 16
15 0,8456 18,2 16,89
25 0,9123 19,1 17,21
35 7 0,9433 19,21 17,42 9,468

45 0,9743 19,32 17,5


55 0,9945 19,44 17,6
LAMPIRAN B
CONTOH PERHITUNGAN

B.1. Menghitung Liquid Hold Up


Pada laju alir udara 20 L/menit dan laju alir air 5 L/menit, dimana laju alir
yang keluar yaitu:
Hold Up = cairan masuk – cairan keluar
= 5 L/menit – 1,2343 L/menit
= 3,7657 L/menit

B.2. Menghitung Porositas Packing


- Volume packing = 500 ml
- Volume air acuan = 900 ml
volume air acuan−volume packing
ε packing = x 100 %
volume packing
900−500
= x 100 %
500
= 80 %

B.3. Permukaan Spesifik Packing (a)


Pada perhitungan luas permukaan packing (a) diketahui diameter luar (Do)
= 1 cm dan diameter dalam packing (Di) = 0,8 cm sehingga:
Vp (Volume packing)
1 2
Vp = πD tp
4
1 2
= x 3,14 x 0,8 x 0,01
4
= 5,024 x 10-7 m3

Sp (luas permukaan spesifik packing)


1 2
S p=π t p ( Do+ Di ) + π (Do ¿ ¿ 2−Di ) ¿
2

39
1 2
¿ 3,14( 0,01) ( 0,01+0,008 ) + 3,14( 0,01 ¿ ¿ 2−0,008 )¿
2
= 6,2172 ×10−4 m2

40
41

Sehingga diperoleh permukaan spesifik (a):


Sp
a=
Vp
6,2172 x 10−4 m2
¿
5,024 x 10−7 m3
= 1237,5 m-1
Dimana, Do = diameter luar packing (cm)
Di = diameter dalam packing (cm)
Sp = luas permukaan packing (m2)
Vp = volume packing (m3)
a = permukaan spesifik packing (m-1)

B.4. Perhitungan Pressre Drop (ΔP) Teoritis pada Kolom Kering


Pada laju alir udara 20 L/menit pada suhu 30C, dari Appendix A,3-3
Geankoplis didapat data properties udara sebagai berikut:
ρ = 1,1675 kg/m3 = 1,1675 x 10-3 kg/L
μ= 1,866 x 10-5 kg/m,s
Dop = 1 cm = 0,01 m

Sehingga:
Laju alir volumetrik (v)
v = 20 L/menit x 1,1675 x 10-3 kg/L
= 2,335 x 10-2 kg/menit
= 3,8916 x 10-4 kg/detik

Bilangan Reynold (NRe)


v
G=
Sp
−4
3,8916 x 10 kg/detik
= −4 2
6,2172 x 10 m
= 0,6259 kg/m2s

DoG
NRe =
(1−ε )
(0,01)(0,6259)
=
(1−0,8)(1,866 x 10−5 )
= 1677,2552
42

dimana: Do = diameter luar (cm)


G = faktor bilangan Reynold (kg/m2s)
= efisiensi packing (%)
= viskositas (kg/m,s)
Dari data di atas dapat diperoleh ΔP (pressure drop) teoritis:

dimana:
ΔL = tinggi kolom atas + tinggi kolom bawah
= 0,7 m + 0,7 m
= 1,4 m

Jadi ΔP:
3
ΔP(1,1675)(0,01)(0,8)
¿¿
ΔP = 33,75 kg/ms2 = 3,375 mmH2O

B.5. Perhitungan Pressure Drop ( ) Teoritis pada Kolom Basah

Pada laju alir udara 20 L/menit dan laju alir air 5 L/menit
Dari Appendix A,3-3 Geankoplis untuk udara pada suhu 30˚ C diperoleh:
2,2046 lb 1 m3
ρ G = 1,1675 kg/m3 x x
1 kg 35,313 ft 3
= 0,072 lb/ft3
3
2,2046 lb 1m
ρ L = 958,38 kg/m x3
x
1 kg 35,313 ft
3

ρ L = 59,83 lb/ft3

Laju alir udara 20 L/menit


60 menit 2,2046 lb
Q = (20 L/menit) x (1,1675 x 10-3 kg/L) x x
1 jam 1 kg
= 3,088 lb/jam

Sehingga:
Q
G= π 2
( ) Dt
4
43

3,088 lb/ jam


= 3,14 2 dimana Di = 0,08 m = 0,26 ft
( )(0,26 ft )
4
= 58,2038 lb/jam ft2

Untuk laju alir air 5 L/menit, maka laju alir volumetriknya:


60 menit 2,2046 lb
Q = (5 L/menit) x (958,38 x 10-3 kg/L) x x
1 jam 1 kg
= 633,853 lb/jam

Sehingga:
Q
V= π
( ) Dt 2
4
507,082 lb / jam
= 3,14
( )(0,26 ft )2
4

= 11944,62 lb/jam ft2

Dari Tabel 4 Max S Peters untuk rasching ring ½ inc diperoleh:


γ = 1,39 x 10-8
= 7,2 x 10-3

Dimana:
1 ft
h = 1,4 m x
0,3048 m
= 4,593 ft
Jadi:
φL 2
∆P ρ G
=γ (10) L

h ρG
−3
7,2 x 10 x 11944,62
∆P −8 59,83 58,20832
=1,39 x 10 (10)
4,593 0,072

ΔP = 0,0822 lb/ft2 = 0,4014 mmH2O

Anda mungkin juga menyukai