ABSORPSI
Disusun Oleh:
Kelompok: A-6
Nisa Amara
2004103010064
LEMBARAN PENGESAHAN
Disusun untuk memenuhi sebagian dari syarat-syarat mengikuti ujian final mata
kuliah “Praktikum Teknik Kimia” pada Laboratorium Satuan Operasi dan Proses.
Mengetahui:
Kepala Laboratorium Satuan Operasi dan Proses,
i
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNI VERSITAS SYIAH KUALA
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK KIMIA
LABORATORIUM SATUAN OPERASI DAN PROSES
Jln. Tgk. Syech Abdul Rauf No. 7 Darussalam, Banda Aceh 23111 Telp. 0651-51977 pes 4326
Kelompok : A-6
Nama/NIM : Nisa Amara / 2004103010064
Nur Indah Yanti / 2004103010013
Syasya Nazifa / 2004103010060
LEMBARAN PENUGASAN
ii
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNI VERSITAS SYIAH KUALA
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK KIMIA
LABORATORIUM SATUAN OPERASI DAN PROSES
Jln. Tgk. Syech Abdul Rauf No. 7 Darussalam, Banda Aceh 23111 Telp. 0651-51977 pes 4326
Percobaan : Absorpsi
Kelompok : A-6
Nama/NIM : Nisa Amara / 2004103010064
Nur Indah Yanti / 2004103010013
Syasya Nazifa / 2004103010060
LEMBARAN DATA
iii
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNI VERSITAS SYIAH KUALA
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK KIMIA
LABORATORIUM SATUAN OPERASI DAN PROSES
Jln. Tgk. Syech Abdul Rauf No. 7 Darussalam, Banda Aceh 23111 Telp. 0651-51977 pes 4326
Percobaan : Absorpsi
Nama/NIM : Nisa Amara / 1904103010064
Nur Indah Yanti / 1904103010013
Syasya Nazifa / 1904103010060
Tabel 1.1 Penurunan Tekanan dengan Laju Alir Udara pada Kolom Kering
Laju alir udara (L/menit) ΔP Percobaan (mm H2O)
20 0,7
30 1,65
40 2,7
Tabel 1.2 Penurunan Tekanan Air dan Udara dengan Variasi Laju Alir Air dan
Laju Alir Udara pada Kolom Basah
45 1,4514 6 5,7
Tabel 1.2 Penurunan Tekanan Air dan Udara dengan Variasi Laju Alir Air dan
Laju Alir Udara pada Kolom Basah (Lanjutan)
iv
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNI VERSITAS SYIAH KUALA
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK KIMIA
LABORATORIUM SATUAN OPERASI DAN PROSES
Jln. Tgk. Syech Abdul Rauf No. 7 Darussalam, Banda Aceh 23111 Telp. 0651-51977 pes 4326
Tabel 1.2 Penurunan Tekanan Air dan Udara dengan Variasi Laju Alir Air dan
Laju Alir Udara pada Kolom Basah (Lanjutan)
v
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNI VERSITAS SYIAH KUALA
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK KIMIA
LABORATORIUM SATUAN OPERASI DAN PROSES
Jln. Tgk. Syech Abdul Rauf No. 7 Darussalam, Banda Aceh 23111 Telp. 0651-51977 pes 4326
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
hidayah dan nikmat yang besar kepada penyusun sehingga telah dapat
menyelesaikan Laporan Khusus Absorpsi pada Laboratorium Satuan Operasi dan
Proses.
Maksud dari penyusunan Laporan Khusus Absorpsi ini adalah untuk
memenuhi sebagian dari syarat-syarat mengikuti ujian final mata kuliah
“Praktikum Operasi Teknik Kimia II” pada Laboratorium Satuan Operasi dan
Proses. Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Ir. Adisalamun, M.T. sebagai Kepala Laboratorium Satuan
Operasi Teknik Kimia Universitas Syiah Kuala,
2. Ibu Lia Mairiza, S.T., M.T selaku dosen pembimbing praktikum ‘’Absorpsi’’
3. Saudari Dhafratun Ulya sebagai asisten pada percobaan “Absorpsi”,
4. Teman-teman anggota kelompok A-6 serta seluruh teman-teman angkatan
2020 Jurusan Teknik Kimia.
Penulis
vii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN....................................................................................i
IZIN MELAKUKAN PRAKTIKUM...................................................................ii
LEMBARAN PENUGASAN...............................................................................iii
KATA PENGANTAR.........................................................................................vii
DAFTAR ISI.......................................................................................................viii
DAFTAR TABEL..................................................................................................x
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................xi
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Tujuan Percobaan...........................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................3
2.1 Absorpsi..........................................................................................................3
2.2 Absorpsi Fisika dan Kimia.............................................................................4
2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Absorpsi................................................6
2.4 Mekanisme Perpindahan Massa pada Gas-Cairan………………………….6
2.5 Kolom Absorpsi…………………………………………………………….9
2.6 Packing…………………………………………………………………….11
2.7 Aplikasi Absorpsi di Industri………………………………………………15
BAB III METODOLOGI PERCOBAAN……………………………………..17
3.1 Alat...............................................................................................................17
3.2 Bahan............................................................................................................18
3.3 Prosedur Percobaan......................................................................................18
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.............................................................19
4.1 Hasil Pengolahan Data.................................................................................19
4.2 Pembahasan..................................................................................................23
4.2.1 Hubungan laju alir udara terhadap nilai pressure drop pada kolom
kering..............................................................................................................24
4.2.2 Hubungan pressure drop dengan laju alir udara dan laju alir air pada
kolom basah....................................................................................................25
4.2.3 Perbandingan pressure drop teoritis pada kolom kering dan kolom basah
........................................................................................................................26
viii
4.2.4 Perbandingan pressure drop pada kolom basah dan kering…………...28
4.2.5 Hubungan laju alir air dan udara terhadap liquid hold up…………….29
4.2.6 Pengaruh laju alir air dan udara terhadap dissolved oxygen………….30
BAB V KESIMPULAN.......................................................................................32
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................33
LAMPIRAN A DATA PENGAMATAN...........................................................37
LAMPIRAN B CONTOH PERHITUNGAN....................................................40
B.1 Menghitung Liquid Hold Up.......................................................................40
B.2 Menghitung Porositas Packing....................................................................40
B.3 Menghitung Luas Permukaan Spesifik Packing (a)....................................40
B.4 Menghitung Nilai Pressure Drop (∆P) Teoritis pada Kolom Kering..........41
B.5 Menghitung Nilai Pressure Drop (∆P) Teoritis pada Kolom Basah...........42
ix
DAFTAR TABEL
x
DAFTAR GAMBAR
xi
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
absorpsi sendiri dapat dilakukan pada skala industri dan skala laboratorium. Pada
praktikum ini, proses absorpsi terjadi pada kolom absorpsi yang dilengkapi
dengan packing jenis rasching ring sebagai tempat terjadinya pengontakan antara
absorbat (gas) dengan absorben (cairan). Praktikum ini bertujuan agar praktikan
dapat mengetahui penurunan tekanan yang terjadi pada kolom basah dan kering
serta pada laju alir udara dan laju alir air.
3
4
belum ada model yang benar-benar dapat menggambarkan kondisi dinamik sistem
gas dan cair. Hal ini dikarenakan keterbatasan numerik dalam menyelesaikan
neraca massa yang kompleks (Rahmadhany, 2018).
Pada absorpsi digunakan absorber yaitu alat yang digunakan untuk proses
absorpsi, yaitu proses penyerapan fluida gas oleh seluruh bagian zat cair sebagai
absorben. Tujuan dari operasi ini umumnya untuk memisahkan gas tertentu dari
campurannya. Biasanya campuran gas tersebut terdiri dari gas inert dan gas yang
terlarut dalam cairan. Cairan yang digunakan memiliki kriteria yang tidak mudah
menguap dan larut dalam gas. Absorben adalah cairan yang dapat melarutkan
bahan yang akan diabsorpsi pada permukaannya, baik secara fisik atau dengan
reaksi kimia. Absorben yang sering digunakan yaitu air untuk pemisahan gas-gas
yang dapat larut atau pemisahan partikel debu, NaOH untuk gas-gas yang bereaksi
dengan asam, dan H2SO4 untuk gas-gas yang dapat bereaksi dengan basa
(Nugroho, 2021).
Peralatan umum yang digunakan dalam absorpsi gas dan operasi tertentu
lainnya adalah packed tower. Perangkat terdiri dari kolom atau menara silinder,
dilengkapi dengan inject gas dan ruang distribusi di bagian bawah; saluran masuk
dan distributor cairan di bagian atas; outlet gas dan cairan di bagian atas dan
bawah, masing-masing; dan massa yang didukung dari bentuk padat lembam,
yang disebut pengepakan menara. Packing support biasanya berupa layar,
bergelombang untuk memberikan kekuatan, dengan area terbuka yang luas
sehingga tidak terjadi banjir pada penyangga tersebut. Cairan masuk, yang dapat
berupa pelarut murni atau larutan encer zat terlarut dalam pelarut dan yang disebut
cairan lemah, didistribusikan ke atas kemasan oleh distributor dan, dalam operasi
yang ideal, membasahi permukaan kemasan secara seragam (McCabe et al.,
1993).
disebut dengan absorpsi fisika. Pada jenis absorpsi ini, pelarut digunakan sebagai
produk murni sehingga air tidak perlu ditambahkan secara fisik dalam proses
penyerapan. Pada proses penanganan gas asam yang terkandung di dalam gas
alam penyerapan secara fisik sangat tergantung pada tekanan gas umpan atau
tekanan parsial gas asam yang hadir dalam gas umpan. Pelarut yang digunakan
untuk sweetening gas memiliki afinitas yang kuat dengan air pelarut yang secara
bersamaan dapat membersihkan dan mengeringkan gas. Jika terjadi penumpukan
air pelarut maka dibutuhkan stripper yang berfungsi untuk menghilangkan air
yang diserap dari pelarut. Keuntungan digunakan proses absorpsi fisika adalah
pelarut yang digunakan tidak memiliki batasan penyerapan. Jumlah CO2 yang
diserap oleh pelarut ditentukan oleh kesetimbangan uap-cair dari campuran yang
dipengaruhi oleh tekanan dan suhu (Fatimura dkk., 2018).
seacara acak dan adanya gradien (perbedaan konsentrasi). Difusi terjadi pada
larutan yang berkonsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah. Hukum yang
menjelaskan proses difusi dikenal dengan Hukum Fick. Hukum ini menyatakan
bahwa “perubahan koefisien difusi dikalikan dengan konsentrasi dari satu daerah
ke daerah lain dibagi dengan jarak antara kedua daerah tersebut setara dengan laju
alir negatif” atau secara sistematis dituliskan sebagai berikut:
∆C
J=-D ……………………………………
∆x
(2.1)
∆C
Nilai merupakan gradien konsentrasi saat fluk (J) yang menunjukkan
∆x
konsentrasi dalam satuan molar. Nilai (D) merupakan koefisien difusi yang
bergantung pada jenis molekul, jenis pelarut, dan suhu. Untuk tanda negatif pada
persamaan diatas menjelaskan bahwa jika gradien konsentrasi bernilai negatif
maka molekul akan menurun dari kiri ke kanan dan jika bernilai positif maka
molekul akan bergerak dari kiri ke kanan (Bintang dkk., 2020).
Dalam proses absorpsi, absorbat yang berfasa gas akan berpindah ke fasa
cair. Dimana, pada kedua fasa tersebut terdapat dua lapisan film yang dipisahkan
oleh suatu interface. Lapisan film yang terdapat pada permukaan gas disebut
dengan film gas dan lapisan film yang terdapat pada permukaan cairan disebut
dengan lapisan film cairan. Perpindahan massa antara dua fasa ini terjadi secara
molekuler dengan mengikuti teori dua lapisan film Whitman. Menurut teori ini,
tahanan transfer massa hanya terjadi pada fasa gas dan fasa cair, namun pada
interface kedua fasa tersebut tidak terdapat tahanan transfer massa. Pada kondisi
tunak, konsentrasi absorbat yang terdapat dalam lapisan film di interface gas-cair
akan berada dalam keadaan equilibrium dengan konsentrasi absorben dalam
lapisan film cairan di interface gas-cair (Achir dkk., 2018).
Transfer gas terlarut dari campuran gas kedalam cairan yang dikontakkan
dapat ditunjukkan dengan teori two-film dari Lewis dan Whitman. Untuk
mekanisme transfer gas terlarut ke dalam cairan menurut teori dua lapis film
Whitman dapat dilihat pada Gambar 2.1
8
Pada Gambar 2.1 menunjukkan bahwa skema dari dua lapis film yang
saling dikontakkan antara satu dengan yang lain. Tekanan parsial gas terlarut
dalam bulk gas dan permukaan gas adalah p dan pi. Konsentrasi gas terlarut pada
permukaan cairan dan bulk cairan adalah Ci dan C. Gas maupun liquid memiliki
dua lapisan tipis pada permukaannya (film layer) yang akan menghambat
perpindahan massa. Ini menyebabkan gas harus melewati dua lapisan tersebut
yang merupakan tahanan (resistance) sehingga konsentrasi gas dalam bulk gas
tidak sama dengan konsentrasi permukaan cairan (Rahmawati dan Noviatri,
2018).
Kelarutan gas dalam cairan dipengaruhi oleh temperatur cairan, tekanan
parsial gas, konsentrasi padatan yang terlarut, dan komposisi kimia gas. Pada
fenomena perpindahan massa terdapat dua perpindahan yaitu perpindahan
konveksi dan difusi. Permukaan air yang dikontakkan dengan gas belum
mengalami kesetimbangan, maka secara serentak dan cepat gas yang berada pada
bidang antar fasa akan dipindahkan menuju badan air yang kemudian akan terjadi
kesetimbangan dengan proses difusi molekuler. Fluks perpindahan massa antara
gas-liquid bergantung dengan perpindahan massa, luas interfasial gas-liquid, dan
perbedaan konsentrasi (Syaiful dkk., 2020).
9
2) Valve Tray
Kolom absorpsi jenis valve tray ini
merupakan sebuah modifikasi dari
kolom absoprsi jenis sieve tray. Kolom
ini terdiri dari bukaan pada tray dan
penutup katup – angkat dengan pemandu
untuk menjaga penutup tetap diposisikan
diatas bukaan. Kolom ini menyediakan area
terbuka variabel yang dapat divariasikan oleh aliran uap yang dapat
menghambat kebocoran cairan ke lubang pada tingkat uap rendah. Karenanya,
jenis kolom ini dapat beroperasi pada kisaran laju aliran yang lebih besar
daripada sieve tray. Dengan biaya hanya 20% lebih mahal daripada sieve tray.
Adapun bentuk dari valve tray ini dapat dilihat pada Gambar 2.3.
10
4) Packed Column
Kolom jenis packed ini merupakan kolom yang diisi dengan bahan
pengisi berupa packing yang biasa disebut packed bed. Kolom jenis ini
biasanya digunakan untuk continuous-countercurrent kontak gas dan liquid
pada absorpsi gas serta untuk kontak gas dan liquid dalam proses distilasi.
Kolom ini berbnetuk silinder yang berisi gas inlet dan ruang distribusi
11
dibagian bawah, saluran masuk cairan dan alat distribusi berada bagian atas
kolom, saluran keluaran gas berada pada bagian bawah, sedangkan saluran
keluaran liquid berada pada bagian bawah kolom, serta didalam kolom ini
berisi packing yang berfungsi memperluas kontak antara gas dan liquid. Gas
masuk kedalam ruang distribusi dibawah bagian kolom dan naik ke atas
melalui celah – celah di dalam kolom dan menghubungi cairan yang turun
melalui lubang yang sama. Adapun bentuk dari packed column ini dapat
dilihat pada Gambar 2.5.
2.6 Packing
Pada kolom absorpsi, packing berfungsi untuk memperluas area kontak
perpindahan massa dari kedua fasa yang saling berinteraksi. Pemilihan material
packing didasarkan pada pertimbangan material yang akan dikontakkan ke dalam
packing. Fungsi lain dari packing adalah untuk tempat mengalirnya larutan
absorben dan terjadinya reaksi. Hal yang perlu diperhatikan dalam memilih
packing adalah harus dapat memberikan luas permukaan basah per-satuan volume
yang besar, memiliki rongga volume yang besar, memiliki sifat pembasahan yang
baik, memiliki bulk density yang rendah serta memiliki harga yang relatif murah.
Selain itu packing harus memiliki ketahanan terhadap korosi (Djayanti, 2019).
Material yang digunakan untuk packing sangat bervariasi. Contohnya
adalah packing yang terbuat dari keramik, plastik, logam, dan batu yang
dihancurkan. Material-material ini didesain secara khusus agar fungsi packing
12
Jenis packing ini memiliki bentuk yang sama dengan Rasching rings
namun mempunyai suatu struktur dalam tambahan serta tekstur pada permukaan
luas yang dapat meningkatkan efisiensi. Memiliki nilai pressure drop yang lebih
rendah dari Rasching ring dan nilai HTU yang lebih rendah dibandingkan dengan
Berl saddles. Memiliki nilai flooding limit yang tinggi, baik dalam
mendistribusikan cairan, serta memiliki kapasitas yang tinggi. Tersedia dalam
bahan logam, plastik, dan keramik. Bentuk dari packing jenis Pall rings dapat
dilihat pada Gambar 2.8.
Kolom
Absorpsi
Manometer Flowmeter
Tangki
Reservoir
17
18
3.2 Bahan
1. Air
2. Udara
20 25 1,3541 3,6459
35 6 1,4328 4,5672
45 1,4514 5,5486
55 1,4728 3,5272
15 1,4101 4,5899
25 1,4358 5,5642
35 7 1,4789 3,5211
45 1,4979 4,5021
55 1,6231 5,3769
15 0,7623 4,2377
25 0,7763 5,2237
35 5 0,7823 6,2177
45 0,7840 4,2159
55 0,8108 5,1892
15 0,8645 6,1355
25 0,8857 4,1143
19
20
40 25 0,8124 4,1876
35 6 0,8273 5,1727
45 0,8673 6,1327
55 0,9123 4,0877
15 0,8456 5,1544
25 0,9123 6,0877
35 7 0,9433 4,0567
45 0,9743 5,0257
55 0,9945 6,0055
21
45 19,32 17,5
55 19,44 17,6
4.2 Pembahasan
Absorpsi merupakan salah satu proses pemisahan dalam industri kimia
dimana suatu campuran gas dikontakkan dengan suatu cairan penyerap tertentu
sehingga salah satu atau lebih komponen gas tersebut larut dalam cairannya.
Absorpsi dapat terjadi melalui dua mekanisme, yaitu absorpsi fisik dan absorpsi
kimia (Hasnan.2018).
Alat yang digunakan untuk menjalankan proses absorpsi adalah absorber.
Dalam percobaan ini digunakan absorber dengan isian packing. Packed column
digunakan untuk kontak antara gas dan cairan secara kontinyu dalam aliran
counter current atau co-current. Kerja packed column tergantung pada isian dan
desain yang dipakai. Tujuan ditambahkannya packing dalam alat absorpsi adalah
untuk memperluas bidang kontak antara liquid dan gas (Treybal. 1981).
Pada praktikum absorpsi ini absorbat dan absorben yang digunakan yaitu
gas O2 dan H2O. Gas O2 nantinya akan dialirkan dari bawah kolom absorpsi dan
H2O akan dialirkan melalui bagian atas kolom absorpsi. Jenis kolom absorpsi
yang digunakan adalah Packed Column dengan isian berupa packing jenis
Rasching Rings.
24
4.2.1 Hubungan Laju Alir Udara Terhadap Nilai Pressure Drop pada
Kolom Kering
Pada praktikum ini, proses absoprsi dilakukan pada dua jenis kolom yaitu
kolom basah dan kolom kering. Laju alir udara yang digunakan pada praktikum
ini secara berturut – turut yaitu 20; 30 dan 40 L/menit. Tujuan dilakukannya
percobaan dengan variasi laju alir udara adalah untuk melihat bagaimana
hubungan laju alir udara terhadap pressure drop pada kolom kering. Adapun
hubungan antara laju alir udara terhadap pressure drop pada kolom kering dapat
dilihat pada Gambar 5.1 berikut.
14
Pressure Drop (mmH2O)
12
10
8
6
4
2
0
20 30 40
Laju Alir Udara (L/menit)
Gambar 4.1 Hubungan antara laju alir udara terhadap pressure drop pada kolom
kering
Dari Gambar 4.1 dapat dilihat bahwa semakin besar laju alir udara yang
masuk maka pressure drop yang dihasilkan juga semakin besar. Pada laju alir
udara 20, 30, dan 40 L/menit didapatkan nilai pressure drop secara berturut-turut
yaitu 3,38; 7,47 dan 13,18 mmH2O. Hal ini disebabkan pada laju yang lebih
tinggi jumlah udara yang masuk ke dalam pipa lebih banyak, sehingga lebih padat
dan menyebabkan manometer menunjukkan pengukuran tekanan di dalam pipa
yang lebih tinggi (Priangkoso dkk., 2018).
25
4.2.2 Hubungan Pressure Drop (∆P) dengan Laju Alir Udara dan Laju Alir
Air pada Kolom Basah
Pada praktikum ini digunakan variasi laju alir udara 20; 30 dan 40
L/menit. Sedangkan variasi laju alir air yang digunakan adalah 5; 6 dan 7 L/menit.
Tujuan dilakukannya variasi ini adalah untuk melihat bagaimana pengaruh laju
alir udara dan laju alir air terhadap nilai pressure drop pada kolom basah. Adapun
hubungan antara laju alir udara dan laju alir air terhadap pressure drop pada
kolom basah dapat dilihat pada Gambar 4.2 berikut.
20
18
Pressure Drop (mmH2O)
16
14
12 Laju Alir Udara 20
10 L/menit
8 Laju Alir Udara 30
6 L/menit
4 Laju Alir Udara 40
2 L/menit
0
5 6 7
laju Alir Air (L/menit)
Gambar 4.2 Hubungan laju alir udara dan laju alir air terhadap pressure drop pada
kolom basah untuk semua laju alir
4.2.3 Perbandingan Pressure Drop (∆P) Teoritis pada Kolom Kering dan
Kolom Basah
Pada praktikum ini kita dapat melihat adanya perbedaan antara nilai
pressure drop percobaan dan teoritis baik pada kolom kering maupun pada kolom
basah. Adapun perbedaan nilai tersebut dapat dilihat pada Gambar 4.3 dan 4.4
berikut.
14
Pressure Drop (mmH2O)
12
10
8
6 Percobaan
4 Teoritis
2
0
20 30 40
Laju ALir Udara (L/menit)
Gambar 4.3 Hubungan pressure drop (ΔP) teoritis dan pressure drop (ΔP)
percobaan pada kolom kering.
27
Gambar 4.4 Hubungan pressure drop (ΔP) teoritis dan pressure drop (ΔP)
percobaan pada kolom basah
Berdasarkan Gambar 4.3 dan 4.4 terlihat adanya perbedaan antara nilai
pressure drop yang diperoleh dari percobaan dengan nilai pressure drop teoritis.
Perbedaan yang cukup signifikan dapat diamati pada gambar 5.3 dimana nilai
pressure drop yang didapatkan secara teoritis pada laju alir udara 20; 30 dan 40
L/menit secara berturut turut adalah 3,38; 7,47 dan 13,18 mmH 2O, sedangkan
pada percobaan diperoleh nilai pressure drop berturut turut adalah 0,7; 1,65 dan
2,7 mmH2O. Perbedaan nilai pressure drop percobaan dan teoritis pada kolom
kering terjadi dikarenakan kolom yang berisi packing belum sepenuhnya kering
saat dilakukan pengukuran, sehingga hasil yang didapatkan tidak sesuai dengan
pressure drop teoritis. Bagian dalam kolom harus dipastikan sudah sepenuhnya
kering saat ingin mengukur pressure drop pada kolom kering agar tidak ada
cairan yang tersisa di dalam packing karena dapat mempengaruhi nilai pressure
drop yang dihasilkan (Avili dkk, 2018).
Berdasarkan Gambar 4.4 dapat dilihat bahwa pressure drop teoritis yang
diperoleh pada kolom basah lebih besar dari pada kolom kering. Hal ini
dikarenakan pada kolom basah terjadi transfer massa gas dari fase gas ke fase cair,
kontak antara air dan udara pada kolom akan menimbulkan tekanan udara.
Semakin banyak tekanan udara yang masuk maka nilai pressure drop juga
28
16
Pressure Drop (mmH2O)
14
12
10
8
6 Kolom Basah
4 Kolom Kering
2
0
20 30 40
Laju ALir Udara (L/menit)
Gambar 4.5 Perbandingan antara pressure drop pada kolom kering dan kolom
basah
basah lebih besar dibandingkan pada kolom kering. Hal ini disebabkan karena
adanya zat cair didalam kolom sehingga mengurangi ruang yang tersedia untuk
aliran gas. Berdasarkan teori laju alir berbanding lurus terhadap pressure drop.
Ketika laju alir udara dipercepat, gas akan mempersulit aliran zat cair ke bawah
dan perangkapan zat cair bertambah sehingga pressure drop meningkat
(McCabe,1999).
4.2.5 Hubungan Laju Alir Air dan Laju Alir Udara terhadap Liquid Hold
Up
Faktor lainnya yang mempengaruhi proses absorpsi yaitu liquid hold up.
Liquid hold up merupakan cairan yang terperangkap pada packing saat mengalir
di dalam kolom yang sedang beroperasi (Ghosh dkk., 2021). Adapun pengaruh
laju alir air dan laju alir udara terhadap liquid hold up dapat dilihat pada Gambar
4.6.
5.4
liquid Hold Up (L/menit)
5.2
5
4.8
4.6 Laju Alir Air 5 L/menit
Laju Alir Air 6 L/menit
4.4
Laju Alir Air 7 L/menit
4.2
4
20 30 40
Laju Alir Udara (L/menit)
Gambar 4.6 Hubungan antara laju alir air dan udara terhadap liquid hold up
4,605; 5,089; dan 5,160 L/menit. Pada laju alir air 7 L/menit dengan kondisi laju
alir udara yang sama nilai liquid hold up secara berturut-turut adalah 4,710; 5,109;
dan 5,266 L/menit. Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa nilai liquid
hold up akan meningkat sebanding dengan laju alir udara. Hal ini dikarenakan
dengan meningkatnya laju alir udara maka aliran gravitasi cairan akan terganggu
yang menyebabkan liquid hold up pada packing meningkat (Amini dan Mohsin.
2018).
4.2.6 Pengaruh Laju Alir Air dan Laju Alir Udara terhadap Dissolved
Oxygen
Dissolved Oxygen merupakan salah satu parameter penting dalam analisis
kualitas air. Nilai DO yang biasanya diukur dalam bentuk konsentrasi ini
menunjukkan jumlah oksigen (O2) yang tersedia dalam air (Aruan dan Manius,
2017). Adapun pengaruh laju alir air dan laju alir udara terhadap nilai DO dapat
dilihat pada Gambar 4.7 berikut.
9.6
9.4
Dissolved Oxygen (DO)
9.2
9
Laju Alir Air 5
8.8 L/menit
8.6 Laju Alir Air 6
8.4 L/menit
8.2 Laju Alir Air 7
8 L/menit
7.8
20 30 40
Laju ALir Udara (L/menit)
Gambar 4.1 Hubungan antara laju alir air dan laju alir udara terhadap Dissolved
Oxygen (DO)
Berdasarkan Gambar 4.7 dapat dilihat bahwa semakin tinggi laju alir air
dan laju alir udara maka nilai Dissolved Oxygen (DO) semakin tinggi. Pada laju
alir air 5 L/menit dan laju alir udara 20; 30; dan 40 L/menit nilai DO secara
31
berturut-turut adalah 8,43; 8,69; dan 9,32 mg/L. Pada laju alir air 6 L/menit
dengan kondisi laju alir udara yang sama nilai DO secara berturut-turut adalah
8,53; 8,84; dan 9,38 mg/L. Pada laju alir air 7 L/menit dengan kondisi laju alir
udara yang sama nilai DO secara berturut-turut adalah 8,67; 9,26; dan 9,47 mg/L.
Hal ini dikarenakan semakin tinggi laju alir maka semakin besar kontak antara air
dan oksigen yang mengakibatkan semakin meningkatnya oksigen yang terlarut
didalam air (Arvan dan Mansyur, 2017).
Dapat dilihat pula bahwa peningkatan nilai DO terjadi seiring dengan
bertambahnya variasi laju alir udara. Hal ini dikarenakan semakin tinggi laju alir
udara maka akan semakin tinggi kadar oksigen yang dihasilkan. Selain itu,
peningkatan nilai DO disebabkan karena waktu kontak air dengan udara semakin
besar sehingga menghasilkan nilai DO yang semakin tinggi pula. Peningkatan
nilai DO selama proses ini menandakan bahwa terjadi proses difusi antara udara
dengan air (Batara dkk., 2017).
BAB V
KESIMPULAN
32
DAFTAR PUSTAKA
Achir, Z., Darmadi., dan Adisalamun. 2018. Pengaruh Suhu Terhadap Sifat-sifat
Gas-Cairan pada Absorpsi CO2 Menggunakan a-MDEA. Jurnal Rekayasa
Kimia dan Lingkungan. 13(1): 24-32.
Amini, Y dan Mohsen, N. E. 2018. CFD Simulation of The Structured Packings:
A review. Separation Science and Technology. 10(1): 1-18.
Aruan, Romatua, G.S., & Maniur, A.S. 2017. Penentuan Kadar Dissolved Oxygen
(DO) pada Air Sungai Sidoras di Daerah Butar Kecamatan Pagaran
Kabupaten Tapanuli Utara. 2(1): 422-433.
Ardhiany, S. 2018. Proses Absorpsi Gas CO 2 dalam Biogas Menggunakan Alat
Absorber Tipe Packing dengan Analisa Pengaruh Laju Alir Absorben
NaOH. Jurnal Teknik Patra Akademika. 9(2): 55-64.
Arisukma, P., Nicko, A.P., dan Kartika, U. 2021. Studi Desain Absorber untuk
Penyerapan CO2. Seminar Nasional Sains dan Teknologi Terapan IX. 1(1):
327-337.
Avili, M.G., Javas, K.S., dan Seyyed, M.G. 2018. Pressure Drop Behavior and
Mass Transfer Properties of a High Specific Area Random Type Packing
in a Narrow Packed Column. Journal of Serbian Chemical Society. 83(1):
1-13.
Aviandhrie, S., Jati, B., dan Ermawati, R. 2020. Pemanfaatan Gas Hasil Proses
Pirolisis Plastik POLYETHYLENE (PE) Sebagai Bahan Bakar Dengan
Metode Kondensor Dan Metode Tangki Air. Jurnal Riset Teknologi
Industri. 14(1) : 88-96.
Batara. K., Badrus Z., dan Wiharyanto O., 2017. Pengaruh Debit Udara Dan
Waktu Aerasi Terhadap Efisiensi Penurunan Bau Dan Mangan
Menggunakan Diffuser Aerator Pada Tanah. Jurnal Teknik Lingkungan.
6(1): 1-10.
Bintang, M., Fri, R., Ukhradiya, M.S., dan Dimas, A. 2020. Biokimia Fisik.
Bogor: IPB Press Printing.
33
34
Tabel A.1 Data Pengamatan Penurunan Tekanan dengan Laju Alir Udara pada
Kolom Kering
Laju alir udara (L/menit) ΔP Percobaan (mm H2O)
20 0,7
30 1,65
40 2,7
Tabel A.2 Data Pengamatan Penurunan Tekanan Air dan Udara dengan Variasi
Laju Alir Air dan Laju Alir Udara pada Kolom Basah
45 1,4514 6 5,7
36
37
Tabel A.2 Data Pengamatan Penurunan Tekanan Air dan Udara dengan Variasi
Laju Alir Air dan Laju Alir Udara pada Kolom Basah (Lanjutan)
Tabel A.2 Data Pengamatan Penurunan Tekanan Air dan Udara dengan Variasi
Laju Alir Air dan Laju Alir Udara pada Kolom Basah (Lanjutan)
39
1 2
¿ 3,14( 0,01) ( 0,01+0,008 ) + 3,14( 0,01 ¿ ¿ 2−0,008 )¿
2
= 6,2172 ×10−4 m2
40
41
Sehingga:
Laju alir volumetrik (v)
v = 20 L/menit x 1,1675 x 10-3 kg/L
= 2,335 x 10-2 kg/menit
= 3,8916 x 10-4 kg/detik
DoG
NRe =
(1−ε )
(0,01)(0,6259)
=
(1−0,8)(1,866 x 10−5 )
= 1677,2552
42
dimana:
ΔL = tinggi kolom atas + tinggi kolom bawah
= 0,7 m + 0,7 m
= 1,4 m
Jadi ΔP:
3
ΔP(1,1675)(0,01)(0,8)
¿¿
ΔP = 33,75 kg/ms2 = 3,375 mmH2O
Pada laju alir udara 20 L/menit dan laju alir air 5 L/menit
Dari Appendix A,3-3 Geankoplis untuk udara pada suhu 30˚ C diperoleh:
2,2046 lb 1 m3
ρ G = 1,1675 kg/m3 x x
1 kg 35,313 ft 3
= 0,072 lb/ft3
3
2,2046 lb 1m
ρ L = 958,38 kg/m x3
x
1 kg 35,313 ft
3
ρ L = 59,83 lb/ft3
Sehingga:
Q
G= π 2
( ) Dt
4
43
Sehingga:
Q
V= π
( ) Dt 2
4
507,082 lb / jam
= 3,14
( )(0,26 ft )2
4
Dimana:
1 ft
h = 1,4 m x
0,3048 m
= 4,593 ft
Jadi:
φL 2
∆P ρ G
=γ (10) L
h ρG
−3
7,2 x 10 x 11944,62
∆P −8 59,83 58,20832
=1,39 x 10 (10)
4,593 0,072