MAKALAH
PERALATAN INDUSTRI PROSES II
OLEH :
KELOMPOK : VII ( 3 KC )
RIZA APRIANA
(NIM 061430401235)
SAMAPTA PRABOWISNU
(NIM 061430401236)
TETA HOIRIAH
(NIM 061430401242)
Dosen Pengampuh
MEILIANTI, S.T.,M.T.
JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
2015
Kata Pengantar
Puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
limpahan Rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyusun makalah.dalam makalah ini kami
membahas mengenai Reaktor Kimia. Makalah ini disusun dengan bantuan beberapa pihak
untuk mengerjakan makalah ini. Untuk itu, kami ingin mengucapkan terima kasih kepada
guru pembimbing kami, teman dan rekan-rekan seperjuangan yang telah memberi bantuan
kepada kami untuk menyelesaikan makalah ini.
Saya ucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Meilianti, S. T., M. T selaku dosen pembimbing
2. Kepada :
- Riza Apriana
- Samapta Probowisnu
- Teta Hoiriah
Sebagai rekan kerja dalam pembuatan makalah ini. Terimakasih atas kerjasamanya.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini.
Oleh karena itu, kami berharap kepada pembaca untuk memberikan kritik dan saran yang
membangun sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Semoga makalah ini memberi manfaat yaitu beruoa pemahaman terhadap isi makalah
ini.
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ......................................................................................................................... 1
Daftar Isi................................................................................................................................... 2
BAB 1
Pendahuluan.............................................................................................................................. 3
Latar belakang............................................................................................................... 3
BAB 2
Pembahasan............................................................................................................................... 4
BAB 3
Pertanyaan dan Jawaban.......................................................................................................... 26
Daftar Pustaka......................................................................................................................... 28
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Reaktor adalah suatu alat proses tempat dimana terjadinya suatu reaksi berlangsung,
baik itu reaksi kimia atau reaksi nuklir dan bukan secara fisika. Reaktor kimia adalah segala
tempat terjadinya reaksi kimia, baik dalam ukuran kecil seperti tabung reaksi sampai ukuran
yang besar seperti reaktor skala industry. Reaktor CSTR beroperasi pada kondisi steady state
dan mudah dalam control temperatur, tetapi waktu tinggal reaktan dalam reaktor ditentukan
oleh laju alir dari umpan yang masuk atau keluar, maka waktu tinggal sangat terbatas
sehingga sulit mencapai konversi reaktan pervolume reaktor yang tinggi karena dibutuhkan
reaktor dengan volume yang sangat besar (Smith, 1981).
Reaktor adalah jantung dari proses kimia. Reaktor adalah suatu tempat proses dimana
bahan-bahan diubah menjadi produk, dan perancangan reaktor untuk industri kimia harus
mengikuti keperluan:
1. Faktor kimia : reaksi kimia.
2. Faktor transfer panas.
3. Faktor transfer massa.
4. Faktor keselamatan (Coulson, 1983).
Continuous Stirred Tank Reactor adalah reaktor yang dirancang untuk mempelajari
proses-proses penting dalam ilmu kimia. Reaktor jenis ini merupakan salah satu dari 3 tipe
reaktor yang bisa bersifat interchangeable pada unit service reaktor. Reaksi dimonitor oleh
probe konduktivitas dari larutan yang berubah dengan konversi dari reaktan menjadi produk.
Artinya ini merupakan proses titrasi yang tidak akurat dan tidak efisien dimana ini digunakan
untuk memonitor perkembangan reaksi yang tidak begitu penting. Reaksi yang terjadi adalah
reaksi safonifikasi etil asetat dengan menggunakan NaOH yang dilakukan pada kondisi
tekanan dan temperatur yang aman (Tim Dosen Teknik Kimia, 2009).
Continuous Stirred Tank Reactor (CSTR) bisa berbentuk dalam tanki satu atau lebih
dari satu dalam bentuk seri. Reaktor ini digunakan untuk reaksi fase cair dan biasanya
digunakan untuk reaksi kimia organik. Keuntungan dari reaktor ini adalah kualitas produk
yang bagus, control yang otomatis dan tidak membutuhkan banyak tenaga operator.
Karakteristik dari reaktor ini adalah beroperasi pada kondisi steady state dengan aliran
reaktan dan produk secara kontinyu (Tim Dosen Teknik Kimia, 2009).
Keberhasilan operasi suatu proses pengolahan sering kali bergantung pada efektifnya
pengadukan dan pencampuran zat cair dalam proses itu. Istilah pengadukan dan pencampuran
sebenarnya tidak sinonim satu sama lain. Pengadukan (agitation) menunjukkan gerakan yang
tereduksi menurut cara tertentu pada suatu bahan di dalam bejana, dimana gerakan itu
biasanya mempunyai semacam pola sirkulasi. Pencampuran (mixing) ialah peristiwa
menyebarnya bahan-bahan secara acak, dimana bahan yang satu menyebar ke dalam bahan
yang lain dan sebaliknya, sedang bahan-bahan itu sebelumnya terpisah dalam dua fase atau
lebih. Istilah pencampuran digunakan untuk berbagai ragam operasi, dimana derajat
homogenitas bahan yang bercampur itu sangat berbedas-beda. Tujuan dari pengadukan antara
lain adalah untuk membuat suspense partikel zat padat, untuk meramu zat cair yang mampu
cair (miscible), untuk menyebar (dispersi) gas di dalam zat cair dalam bentuk gelembunggelembung kecil. Untuk menyebarkan zat cair yang tidak dapat bercampur dengan zat cair
yang lain, sehingga membentuk emulsi atau suspense butiran-butiran halus, dan untuk
mempercepat perpindahan kalor antara zat cair dengan kumparan atau mantel kalor. Kadangkadang pengaduk (agitator) digunakan untuk beberapa tujuan sekaligus, misalnya dalam
hidrogenasi, gas hidrogen didispersikan melalui zat cair dimana terdapat partikel-partikel
katalis padat dalam keadaan suspense, sementara kalor reaksi diangkat keluar melalui
kumparan atau mantel.
Agitator (pengaduk) biasanya juga digunakan untuk beberapa tujuan sekaligus,
misalnya dalam hidrogenasi katalitik pada zat cair. Dalam bejana hidrogenasi, gas hidrogen
didispersikan melalui zat cair dimana terdapat pertikel-partikel katalis padat dalam keadaan
suspensi, sementara kalor reaksi diangkut keluar melalui kumparan atau mantel (McCabe,
2003).
Ada dua jenis reaktor kimia:
1. Reaktor tangki atau bejana
2. Reaktor pipa
kedua reaktor dapat dioperasikan secara kontinyu maupun partaian/batch. Biasanya, reaktor
beroperasi dalam keadaan ajeg namun terkadang bisa juga beroperasi secara transien.
Biasanya keadaan reaktor yang transien adalah ketika reaktor pertama kali dioperasikan (mis:
setelah perbaikan atau pembalian baru) dimana komponen produk masih berubah terhadap
waktu. Biasanya bahan yang direaksikan dalam reaktor kimia adalah cairan dan gas, namun
terkadang ada juga padatan yang diikutkan dalam reaksi (mis: katalisator, reagen, inert).
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN REAKTOR
Reaktor adalah suatu alat proses tempat di mana terjadinya suatu reaksi berlangsung.
Dengan terjadinya reaksi inilah suatu bahan berubah ke bentuk bahan lainnya, perubahannya
ada yang terjadi secara spontan alias terjadi dengan sendirinya atau bisa juga butuh bantuan
energi seperti panas(contoh energi yang paling umum). Perubahan yang dimaksud adalah
perubahan kimia, jadi terjadi perubahan bahan bukan fase misalnya dari air menjadi uap yang
merupakan reaksi fisika.
Dalam teknik kimia, Reaktor adalah suatu jantung dari suatu proses kimia. Reaktor
kimia merupakan suatu bejana tempat berlangsungnya reaksi kimia. Rancangan dari reaktor
ini tergantung dari banyak variabel yang dapat dipelajari di teknik kimia, yaitu :
Waktu tinggal
Volume (V)
Temperatur (T)
Tekanan (P)
Konsentrasi senyawa (C1, C2, C3, ...,Cn)
Koefisien perpindahan panas (h, U)
Perancangan suatu reaktor kimia harus mengutamakan efisiensi kinerja reaktor,
sehingga didapatkan hasil produk dibandingkan masukan (input) yang besar dengan biaya
yang minimum, baik itu biaya modal maupun operasi. Tentu saja faktor keselamatan pun
tidak boleh dikesampingkan. Biaya operasi biasanya termasuk besarnya energi yang akan
diberikan atau diambil, harga bahan baku, upah operator, dll.
Tujuan pemilihan reaktor adalah :
1. Mendapat keuntungan yang besar
2. Biaya produksi rendah
3. Modal kecil/volume reaktor minimum
4. Operasinya sederhana dan murah
5. Keselamatan kerja terjamin
6. Polusi terhadap sekelilingnya (lingkungan) dijaga sekecil-kecilnya
Pemilihan jenis reaktor dipengaruhi oleh :
1. Fase zat pereaksi dan hasil reaksi
2. Tipe reaksi dan persamaan kecepatan reaksi, serta ada tidaknya reaksi samping
3. Kapasitas produksi
4. Harga alat (reactor) dan biaya instalasinya
5. Kemampuan reactor untuk menyediakan luas permukaan yang cukup untuk
perpindahan panas
B. JENIS-JENIS REAKTOR
BERDASARKAN BENTUK REAKTOR
1. REAKTOR TANGKI
Batch Reactor adalah tempat terjadinya suatu reaksi kimia tunggal, yaitu reaksi yang
berlangsung dengan hanya satu persamaan laju reaksi yang berpasangan dengan persamaan
kesetimbangan dan stoikiometri.
Reaktor jenis ini biasanya sangat cocok digunakan untuk produksi berkapasitas kecil
misalnya dalam proses pelarutan padatan, pencampuran produk, reaksi kimia, Batch
distillation, kristalisasi, ekstraksi cair-cair, polimerisasi, farmasi dan fermentasi.
Beberapa ketetapan menggunakan reactor tipe Batch :
temperature
Pengadukan dilakukan dengan sempurna, konsentrasi di semua titik dalam
Konstruksi Batch reactor bisa tersusun oleh sebuah tangki dengan pengaduk serta
sistem pendingin atau pemanas yang menyatu dengan reaktor. Tangki ini memiliki ukuran
yang bervariasi mulai dari < 1 L sampai > 15.000 L tergantung kebutuhan.
Batch reactor biasanya terbuat dari baja, stainless steel atau baja berlapis kaca.Padatan
dan cairan yang akan masuk reaktor biasanya melalui sambungan yang terdapat pada tutup
atas reaktor. Untuk uap dan gas yang keluar reaktor biasanya juga melalui bagian atas,
sedangkan untuk cairan keluar melalui bagian bawah.
Reaktor batch di desain untuk beroperasi dalam proses unsteady state, banyak
reaktor batch menunjukkan perilaku nonlinier yang dimiliki oleh pasangan reaksi kinetika
dan temperatur reaktor, dimana lebar jarak temperatur berlebih, dengan kata lain reaksi
berjalan eksotermis memproduksi panas berlebih sehingga harus dihilangkan dengan sistem
pendinginan. Sirkulasi pompa untuk pendingan bertujuan meminimalkan waktu tinggal agar
tetap konstan.
Misalkan : A + B P
Neraca massa untuk komponen A adalah :
Amasuk
FAi
FAi
rA
1 dN A
V dt
dt
dt
dN A V .dC A C A .dV
dt
dt
dt
Bentuk differensialnya :
dt
dt
Sehingga :
rA
1 dN A dC A
V dt
dt
Tidak begitu baik untuk reaksi fase gas (mudah terjadi kebocoran pada lubang pengaduk)
Waktu yang dibutuhkan lama, tidak produktif (untuk pengisian, pemanasan zat pereaksi,
pendinginan zat hasil, pembersihan reactor, waktu reaksi)
2. SISTEM SEMI BATCH
Biasanya berbentuk tangki berpengaduk
Cara operasinya dengan jalan memasukkan sebagian zat pereaksi ke dalam reaktor,
sedangkan zat pereaksi yang lain atau sisanya dimasukkan secara kontinu ke dalam reaktor.
Reactant (massa) yang masuk bisa dihentikan dan product bisa dipindahkan selama
operasi waktu tertentu.
seragam. Reaktor tangki ini biasanya digunakan untuk reaksi-reaksi dalam fase cair, untuk reaksi
heterogen cair padat atau reaksi homogen cair- cair dan sebagainya.
RAP ( Reaktor Alir Pipa )
Biasanya penggunaan model seperti ini digunakan untuk reaktan berfase gas, dan perlu kawankawan ketahui, reaksi kimia tersebut terjadi sepanjang pipa, jadi semakin panjang pipa maka
konversinya juga semakin tinggi. Hmm tapi tidak segampang itu mengasumsikannya kawan. dalam
suatu reaksi terdapat titik optimum, artinya kita perlu mengetahui tentunya dengan menganilisis, di
mana titik optimum itu berada, sehingga tidak membuang2 energi, karena pada treaktor jenis ini,
konversinya terjadi secara gradien) di mana pada saat awal kecepatan reaksinya cepat namun seiring
panjang pipa (melewati titik optimum) jumlah reaktan tersebut akan berkurang dan kecepatan
reaksinya pun akan semakin lambat.
Dikatakan ideal jika zat pereaksi dan hasil reaksi mengalir dengan kecepatan yang
sama diseluruh penampang pipa.
Keuntungan :
Memberikan volume yang lebih kecil daripada RATB, untuk konversi yang sama
Kerugian:
1. Harga alat dan biaya instalasi tinggi.
2. Memerlukan waktu untuk mencapai kondisi steady state.
3. Untuk reaksi eksotermis kadang-kadang terjadi Hot Spot (bagian yang suhunya
sangat tinggi) pada tempat pemasukan . Dapat menyebabkan kerusakan pada dinding
reaktor.
Terdiri dari satu pipa/lebih berisi tumpukan katalis stasioner dan dioperasikan vertikal.
Biasanya dioperasikan secara adiabatis.
Operasinya: isotermal.
Perbedaan dengan Fixed bed: pada Fluidized bed jumlah katalis lebih sedikit dan katalis
bergerak sesuai kecepatan aliran gas yang masuk serta FBR memberikan luas permukaan
yang lebih besar dari PBR
Reaktor slurry
Reaktor ini berisi partikel padat. Untuk fase gas tidak dapat terus-menerus masuk kedalam reactor..
Suatu model umum untuk reaktor gas-cair-padat akan mempunyai reaksi homogeny. Terjadi didalam
bermacam-macam reaksi dan menjadi 3 satuan reaksi heterogen seperti: gas-cair, gas-padat, dan cairpadat. Jenis katalis yang biasa digunakan dalam reaktor slurry adalah katalis berbasis kobalt (Co) dan
besi (Fe). Suhu dan tekanan tergantung pada jenis reaktan pada pembuatan batu bara, gas bumi.
Slurry reaktor sama seperti fluidized bed reaktor dimana gas melewati reaktor yang mengandung
partikel katalisator padat yang berada dalam cairan gas
Digunakan :
Reaktor slurry biasa digunakan untuk mereaksikan liquid atau larutan yang mengandung reaktan
dengan katalis padatan.
namun menyisakan ruang kosong yang akan diisi oleh aliran gas.
Keuntungan : proses dapat dijalankan dengan umpan bertitik didih
tinggi.
Kerugian : operasi dengan fase uap akan memungkinkan reaksi
samping yang tidak dikehendaki, contohnya pada proses
hidrodesulfurisasi, dimana akan terjadi akumulasi produk samping yang
bersifat korosif (contoh: Mercaptan, siklosulphide, thionic).
Fluid-fluid reaktor
Biasa digunakan untuk reaksi gas-cair dan cair-cair.
-
Bubble Tank.
Agitate Tank
3. Spray Tower
Untuk gas yang sukar larut (Kl <) sehingga transfer massa kecil maka Kl harus
diperbesar .Jenis spray tower tidak sesuai karena kg besar pada Spray Tower
2. Jika lapisan cairan yang dominan, berarti tahanan dilapisan cairan kecil maka Kl harus
diperbesar
jenis spray tower tidak sesuai.
REAKTOR NON-ADIABATIS
Reaktor kimia adalah jenis reaktor yang umum sekali digunakan dalam industri. Hal ini
dikarenakan, dalam sintesis bahan kita selalu memerlukan jenis reaktor ini.
1. 6.6.1
Salah satu kerugian dari penggunaan reaktor tangki (CSTR) adalah bahwa reaksi berlangsung
pada konsentrasi yang realtif rendah , yaitu sama dengan konsentrasi di dalam campuran yang
meninggalkan reaktor. Akibatnya untuk reaksi-reaksi berorde positif volume reaktor yang
diperlukan menjadi besar, Salah satu cara untuk menghindari kerugian ini adalah dengan
mempergunakan beberapa reaktor tangki yang dipasang seri , sehingga konsentrasi reaktan tidak
turun secara drastis tetapi bertahap dari satu tangki ke tangki yang berikutnya (Gambar 6.3)
Dengan cara ini maka kecepatan reaksi di masing-masing tangki akan turun menurun secara
bertahap pula, sehingga volume total seluruh reaktor untuk mendapatkan besarnya konversi
tertentu akan lebih kecildibandingkan dengan sistim reaktor tunggal.
FA0
o
1
CAi
XA2
2
FAi , CAi
-rA
N
-rA
o
XAN
V1
FAN
FAi,
XA1
V2
-rA
CAN
VN
Panas Reaksi
Panas reaksi (Notasi H) merupakan ukuran tentang banyaknya panas yang diserap
atau dikeluarkan pada saat suatu reaksi berlangsung. Misalnya untuk reaksi berikut ini :
aA +
bB
rR +
sS
Hr kkal/mol
Panas reaksi (Hr) didefinisikan sebagai panas yang dibutuhkan/dihasilkan bil a mol
zat A bereaksi dengan b mol zat B membentuk r mol zat R dan s mol zat S. Besarnya panas
reaksi ini selain, selain tergantung pada temperatur dan tekanan operasinya, juga tergantung
pada keadaan sistim itu sendiri, yaitu apakah sistim tempat reaksi berlangsung merupakan
sistim terbuka atau tertutup.
1.
Sistim terbuka
Secara termodinamika bisa dibuktikan bahwa panas reaksi untuk sistim terbuka
adalah sama dengan perbedaan entalpi produk total dengan entalpi reaktan total, atau :
Hr = ni hi
............................................. (1)
2.
Sistim Tertutup
Sistim tertutup dapat dibagi dalam 2 (dua) katagori, yaitu :
-
Untuk sistim seperti ini, panas reaksi dihitung tepat sama dengan apa yang telah
diturunkan untuk sistim terbuka, yaitu panas reaksi adalah sama dengan perbedaan entalpi
produk dan reaktan.
-
Menurut hukum termodinamika panas reaksi untuk sistim tertutup pada volume
konstan, adalah sama dengan perbedaan energi dalam (internal energi)antara produk dan
reaktan, atau dituliskan :
Ur = ni Ui
....................................(2)
Penentuan panas reaksi biasanya dilakukan di dalam suatu alat yang disebut Bomb
calometri. Alat ini berupa suatu sistim reaktor tertutup dengan volume konstan, sehingga
panas reaksi yang kita dapatkan adalah sama dengan perubahan enrgi dalamnya.
Untuk merubah panas reaksi pada volume konstan menjadi panas reaksi pada tekanan
konstan seperti dinyatakan dalam banyak literatur, dipakai korelasi sebagai berikut :
H = U + pV
.....................................(3)
.....................................(4)
di mana :
UP,T adalah perubahan energi dalam pada temperatur dan tekanan konstan Untuk gas-gas
yang mendekati hukum gas ideal dan perubahan tekanan di dalam alat bomb calorimeter
tidak terlalu besar, nilai UP,T kira-kira sama dengan perubahan energi dalam pada temperatur
dan volume konstan, atau dituliskan :
UP,T = UV,T
.....................................(5)
.....................................(6)
Apabila selama reaksi jumlah mol total adalah tetap (atau kalau di dalam sistim terjadi proses
pengembunan, sehingga jumlah mol di dalam fasa adalah tetap), maka :
HP,T = UV,T
.....................................(7)
Apabila campuran reaksi di dalam reaktor dianggap mengikuti hukum gas ideal, maka :
p(V)T = n RT
................................... (8)
.....................................(9)
Pada perhitungan-perhitungan praktis harga p(V)T ini biasanya relatif kecil dibandingkan
dengan UV,T , sehingga kalau diambil saja : H P,T = UV,T , kesalahan yang dibuat bisa
diabaikan.
c.
Panas reaksi pada temperatur T2 (keadaan akhir) dapat ditentukan berdasarkan data
panas reaksi pada temperatur T1 (keadaan awal) yang diketahui menurut korelasi.
di mana :
= ni Cpi
Cpi = panas jenis komponen i
= panas reaksi molar pada temperatur T1 dan T2
Karena panas jenis Cp dari masing-masing komponen biasanya dinyatakan dalam bentuk
fungsi temperatur yaitu :
Cp = + T + T2
di mana :
= ni
= ni
= ni
d.
Hal yang pertama diperhatikan untuk menurunkan persamaan neraca energi di dalam
reaktor batch adalah diketahui dahulu apakah sistim operasi pada volume konstan atau pada
tekanan konstan. Untuk keadaan yang pertama (volume konstan) setiap perubahan energi
yang dialami sistim adalah ekivalen dengan perubahan energi dalamnya. Sedangkan untuk
sistim yang kedua (tekanan tetap) setiap perubahan energi yang dialami sistim adalah
ekivalen dengan perubahan entalpi.
Dengan demikian neraca energi untuk reaksi :
aA +
bB
rR +
sS
Panas yang
terakumulasi
.......... (13)
Kedua prinsip diatas harus betul-betuk dipahami, walaupun di dalam perhitunganperhitungan praktis seringkali hanya dipakai model persamaan (15), baik untuk sistim dengan
volume tetap maupun sistim dengan tekanan tetap (konstan). Kesalahan yang terjadi relatif
kecil sekali dan dapat diabaikan).
Reaktor Batch dengan Operasi Adiabatik
Dalam operasi adiabatik tidak ada sama sekali panas yang masuk maupun yang keluar
dari sistim, atau :
Q = 0
Reaktor Batch dengan Operasi Isotermal
Temperatur adalah konstan selama berlangsung, yang berarti bahwa semua panas
yang dihasilkan/diserap adalah sama dengan panas yang dipindahkan melalui dinding media
pemindah panas, sehingga tidak ada akumulasi panas di dalam sistim.
Persamaan neraca energi untuk sistim operasi semacam ini adalah :
Panas yang dihasilkan
reaksi
dipindahkan
Panas yang
= - UA (Tk T)
........(23)
di mana :
Tk = temperatur medium penukar panas
T = temperatur reaksi
U = over all heat tranfer coefficient
A = luas bidang penukar panas
Tk - T = perbedaan temperatur antara campuran reaksi dengan media
penukar panas
Jika sebagai medium penukar panas dipakai suatu fluida yang mengalir di dalam pipa
(heat exchanger), dengan temperatur masuk dan keluar masing-masing adalah Tk1 dan Tk2,
maka perbedaan temperatur rata-rata antara medium pemindah panas dan campuran reaksi.
D. Neraca Massa pada Reactor
1. Neraca Massa dan Persamaan Karakteristik Reactor Alir Sumbat
Neraca massa pada reaktor alir pipa pada kondisi steady state sebagai berikut :
CAo
FAo
XAo
vo
CAf
FA
FAf
FA+dFA
XA
XAf
XA+dFA
dv
L
vf
( -rA ) dV
A masuk
A yang hilang
karena reaksi
atau:
( FA + dFA )
(1)
A yang keluar
- dFA = -rA dV
(2)
karena - FA = FA0 ( 1 XA ) maka persamaan (2) bisa ditulis dalam fungsi XA , menjadi
FA0 dXA = -rA dV
(3)
atau,
dXA -rA
-rA
---- = ---- = ----dV
FA0 o CAo
(4)
Karena -rA merupakan fungsi dari XA, maka persamaan (4) biasanya ditulis sebagai berikut :
dV
dV
dXA
---- = ----- = ------FA0 o CAo
-rA
(5)
= CAo
XA dXA
------XA0 -rA
dimana :
V
volume reaktor
------ = --------------------- = p = space time
o
laju alir umpan
(6)
Kebalikan dari space time adalah space velocity s = 1/ p , yaitu kecepatan alir umpan
yang diizinkan per satuan volume reaktor untuk mendapatkan suatu harga konversi tertentu.
Persamaan (6) sekarang dapat dituliskan menjadi,
XA
p =
CAo
XA0
dXA
-------rA
(7)
Persamaan (7) disebut sebagai persamaan karakteristik reaktor alir pipa ( plug-flow
reactor, PFR)
merupakan luas bidang di bawah kurva dengan batas dari XAo sampai dengan XA1.
2. Volume campuran tetap selama reaksi
Kalau volume campuran tidak berubah selama reaksi berlangsung, maka space time
(p) adalah identik dengan waktu tinggal campuran tersebut di dalam reaktor. Untuk keadaan
yang seperti ini persamaannya dapat ditulis sebagai berikut:
CA
p =
CAo
CA
CAo dXA / -rA =
dCA/ -rA
(8)
CAo
Harga p yang diperoleh adalah ekivalen dengan waktu reaksi t di dalam sistim reaktor
batch.
3. Volume campuran berubah selama reaksi
Berubahnya volume campuran karena adanya reaksi kimia akan mengakibatkan
berubahnya laju alir campuran di setiap titik sepanjang reaktor. Besarnya perubahan ini akan
tergantung pada derajat konversi yang di capai pada titik-titik tersebut. Makin jauh titik yang
ditinjau dari titik inputnya, maka makin besar pula derajat konversinya sehingga laju alir
volumenya akan makin berbeda dari laju alir volume asalnya.
Hubungan antara laju alir pada suatu konversi ( ) terhadap laju alir asal ( o) adalah
identik dengan hubungan antara volume campuran ( V ) dengan volume campuran asal ( V o)
untuk reaktor batch yaitu :
= o ( 1 + A XA )
(9)
dimana
VXA =1 VXA= 0
A = ---------------------VXA=0
(10)
Adanya perubahan laju alir ini akan secara langsung mempengaruhi banyaknya hasil
reaksi yang terjadi. Secara kuantitatif, pengaruh perubahan volume terhadap hasil yang
diperoleh da diturunkan berdasarkan persamaan 7.
XA
p =
CAo
XA0
dXA
-------rA
Karena Vp dan o mempunyai harga harga yang sudah tertentu , maka space time (p)
akan selalu konstan dan tidak dipengaruhi oleh ada atau tidaknya perubahan volume
campuran selam areaksi . Variabel yang dipengaruhi oleh adanya perubahan ini hanyalah rA
yang merupakan fungsi dari CA.
Misalnya untuk reaksi orde n.
-rA = k CAn
FA
dimana CA = ----
(11)
(12)
FA0 ( 1- XA)
CA = --------------------o ( 1+ AXA)
NA
( ingat CA --------- )
Vreaktor
(13)
(14 )
(15)
Harga p ini sering dipakai di dalam perhitungan perhitungan desain suatu reaktor alir
pipa, walaupun secara fisis besaran ini tidak menunjukkan waktu reaksi di dalam reaktor.
Waktun reaksi yang dimaksud biasanya dituangkan dalam besaran waktu yang lain yang
disebut waktu tinggal rata-rata campuran di dalam reaktor, dengan definisi sebagai berikut:
V
rata-rata = dV / = waktu tinggal rata-rata
(16)
0
Hubungan
rata-rata
dalam reaktor :
d V ( -rA ) = FAo dXA
(17)
FAo dXA
dV = --------------
(18)
atau,
( -rA )
Karena merupakan fungsi XA menurut persamaan 7-9, maka waktu tinggal rata-rata
campuran di dalam reaktor dapat dinyatakan sebagai berikut :
rata-rata
XA FAo dXA
= V/ = ------------------------------0 o ( 1 + A XA ) ( -rA )
(19)
atau
rata-rata = CAo
XA
dXA
-------------------------0 ( 1 + A XA ) ( -rA )
(20)
Bila volume campuran berubah sesuai dengan konversi reaksi maka untuk :
1) Reaksi orde nol
rata-rata = CAo
XA
dXA
---------------- =
0
( -rA )
XA dXA
CAo ---------------0
(21)
NA
CA = ------ =
V
Produk
dengan
-rA = k CA
NA0 ( 1 XA )
( 1 XA )
----------------- = CA0 -------------Vo ( 1 + A XA)
( 1 + AXA )
(22)
sehingga :
XA dXA
XA
dXA
rata-rata = CAo ---------- = CAo -------------------------------0 ( -rA )
0 k CAo ( 1-XA )/ ( 1 + AXA )
(23)
XA ( 1 + AXA ) dXA
= 1/k -------------------0
( 1-XA )
k = - ( 1 + AXA ) ln ( 1 XA ) - AXA
(24)
dan
r R,
rata-rata
XA
dXA
= CAo ---------------------0
k1 CA - k2 CR
rata-rata
XA
dXA
= CAo ---------------------------------------------------------0
k1 ( CA0 - CA0 XA ) - k2 ( CA0 M + CA0 XA )
k 1 rata-rata
M + r XAe
XA
= ---------------- [ - ( 1 + AXA ) ln ( 1 - ----- ) - AXA )
M +r
XAe
(25)
(7-26)
6. Jelaskan dan beri contoh reaktor serie dan paralel, dan perbedaannya dengan reaktor
lain ( Fikyh Hariansyah )
Jawab :
Reaktor serie dan paralel merupakan reaktor reaktor yang dioperasikan
dengan rangkaian serie atau paralel. Tidak ada perbedaan antara reaktor serie-paralel
dengan reaktor yang lain, karena yang digunakan hanya reaktor kimia biasa dan
umum digunakan hanya berbeda dalam susunan rangkaian pada saat pengoperasian
saja.
Contoh dari reaktor serie dan paralel :
- Reaktor aliran plug dalam susunan serie
- CSTR susunan serie
- Reaktor aliran plug dalam susunan paralel
- CSTR susunan seri.
DAFTAR PUSTAKA
-
http://dokumen.tips/documents/makalah-reaktor.html
http://dokumen.tips/documents/reaktor-558f323d4c697.html
http://dokumen.tips/documents/reaktor-558dd5ef9d844.html
http://dokumen.tips/documents/reaktor-558b08adecdd4.html
http://dokumen.tips/documents/reaktor-55c9c8d42ab1c.html
http://dokumen.tips/documents/reaktor-558b08adecdd4.html