Oleh
(Proposal Penelitian)
Karet alam (Natural Rubber) adalah getah karet (lateks) atau cairan polimer isoprene
(C5H8) yang dihasilkan dari penyadapan atau penyayatan kulit batang pohon karet
(Hevea Brasiliensis) menggunakan pisau sadap. Karet alam memiliki sifat-sifat yaitu,
elastisitas, kelekatan, kekuatan tarik tinggi, dan kepegasan yang tinggi. Tetapi karet
alam memiliki kekurangan seperti tidak tahan terhadap gesekan, tidak tahan terhadap
panas, dan mengembang saat terkena minyak. Produksi karet alam di Indonesia 65%
dikonsumsi oleh pabrik ban, sementara pada sisi lain terdapat sekitar 218 jenis produk
barang jadi karet selain ban seperti oil seal, selang dan belt conveyor (I. R. Fauzi, 2013).
Pemanfaatan limbah pertanian sebagai sumber bahan kimia mendapat perhatian lebih
oleh penulis, salah satu limbah pertanian dari tanaman kelapa sawit adalah tandan
kosong kelapa sawit (TKKS). TKKS tersebut untuk penguat komposit dan pada tiap
kandungan serat TKKS secara fisik mengandung bahan–bahan serat seperti lignin
(16,19%), selulosa (44,14%) dan hemi selulosa (19,28%) yang mirip dengan bahan
kimia penyusun kayu (Nuryanto, E, 2014). Limbah TKKS terdapat kandungan zat
ekstraktif dan asam lemak yang sangat tinggi, sehingga dapat menurunkan sifat
mekanik material yang dibentuk (Subiyanto, Bambang, dkk, 2017). Tandan kosong
kelapa sawit segar dari hasil pabrik kelapa sawit umumnya memiliki komposisi
lignoselulose 30,5%, minyak 2,5% dan air 67%, sedangkan bagian lignoselulose
sendiri terdiri dari lignin 16,19%, selulose 44,14% dan hemiselulose 19,28% (Zulfikar,
1010).
Selain formula yang tepat, kualitas sol sandal juga dipengaruhi oleh proses produksi
terutama temperatur dan lama waktu vulkanisasi (pemasakan). Vulkanisasi adalah
tahapan proses yang paling penting dalam pembuatan kompon karet, dimana pada
tahapan ini, terjadi reaksi crosslinking antara molekul karet dengan bahan
pemvulkanisasi belerang. Vulkanisasi sangat dipengaruhi oleh waktu dan suhu, apabila
waktu maupun suhu yang dipilih tidak sesuai dengan kondisi optimal, maka kualitas
kompon karet yang dihasilkan menjadi kurang baik (Pireno, dkk., 2013).
Salah satu faktor yang berperan dalam memberikan informasi sifat-sifat fisika dari proses
pembuatan sol karet cetak adalah pada tahapan vulkanisasi. Vulkanisasi adalah salah satu
tahapan proses yang paling penting dalam pembuatan barang jadi karet, dimana pada tahapan
ini terjadi reaksi ikatan silang (crosslinking) antara molekul karet dengan bahan vulkanisasi
belerang. Vulkanisasi sangat dipengaruhi oleh waktu dan temperatur, apabila waktu maupun
temperatur yang dipilih tidak sesuai dengan kondisi optimal, maka kualitas dari produk
kompon karet yang dihasilkan akan menjadi kurang baik (Nuyah, dkk., 2013).
1.2 Tujuan
Berikut ini merupakan tujuan penelitian untuk membuat formulasi mekanis
yang efektif pada pembuatan step motor dengan menambahkan Blowing Agent
Menurut penelitian Alfatih,Pramuko (2018) pada proses pembuatan karet kompon proses
vulkanisasi pada suhu 150ºC dan tekanan 10 MPa selama kurang lebih 17 menit dengan
menggunakan mesin vulcanizing press.
Pada proses pembuatan sol karet cetak, kisaran temperatur yang baik pada proses vulkanisasi
dengan bahan pencepat adalah 130- 150°C. Pada kisaran temperatur tersebut reaksi ikatan
silang berjalan dengan baik dan tidak merusak vulkanisat karet yang dihasilkan sedangkan
kisaran waktu vulkanisasi yang baik adalah 10-15 menit, pada kisaran temperature dan waktu
vulkanisasi tersebut kompon karet sudah matang dengan nilai torsi yang maksimal (Ghosh,
dkk., 2003). Pada penelitian ini dilakukan untuk menentukan temperatur dan waktu proses
vulkanisasi yang optimal, sehingga dapat dihasilkan sol karet cetak dengan parameter sifat
fisika yang terbaik.
Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh N.N. Najib et.al., (2009) sebagai
Blowing Agent terhadap Morfologi Sel dan Sifat Dampak Busa Karet Alam, Natrium
bikarbonat, yang digunakan dalam penelitian ini, adalah zat peniup kimia anorganik
yang melepaskan gas karbon dioksida selama dekomposisi. Ia terurai pada suhu yang
relatif rendah (145°C–150°C) dan seringkali menghasilkan struktur sel terbuka, yang
cocok untuk digunakan dengan karet alam.10–11 Meskipun busa polimer banyak
digunakan, penelitian mengenai busa karet kering belum mendapat banyak perhatian,
karena sebagian besar penelitian lebih fokus pada busa karet yang berasal dari lateks
dan polimer sintetik.
Gambar 1. Kerangka pemikiran
1.4 Hipotesis
Berdasarkan latar belakang maka hipotesis yang yang dapat disimpulkan mengetahui
pengaruh waaktu dan temperatur pemasakan kombinasi Natrium Bicarbonate dan filler
tkks terhadap sifat makanis karet komposit.
Karet alam (Natural Rubber) adalah getah karet (lateks) atau cairan polimer isoprene
(C5H8)n yang dihasilkan dari penyadapan atau penyayatan kulit batang pohon karet
(Hevea Brasiliensis) menggunakan pisau sadap. Karet alam memiliki sifat-sifat yaitu,
elastisitas, kelekatan, kekuatan tarik tinggi, dan kepegasan yang tinggi. Tetapi karet
alam memiliki kekurangan seperti tidak tahan terhadap gesekan, tidak tahan terhadap
panas, dan mengembang saat terkena minyak. Produksi karet alam di Indonesia 65%
dikonsumsi oleh pabrik ban, sementara pada sisi lain terdapat sekitar 218 jenis produk
barang jadi karet selain ban seperti oil seal, selang dan belt conveyor (I. R. Fauzi, 2013).
2.2 Kompon karet
Kompon karet adalah campuran karet mentah dengan bahan-bahan kimia yang belum
divulkanisasi. Proses pembuatan kompon adalah pencampuran antara karet mentah
dengan bahan kimia karet (bahan aditif). Karet untuk kompon terdiri dari dua jenis
,yaitu karet alam dan karet sintetis. Karet alam adalah sumber karet yang berasal dari
getah pohon karet (lateks), Karet sintetis adalah karet yang berasal dari hasil samping
pengolahan minyak bumi yang kemudian melalui reaksi polimerisasi menjadi suatu
material baru yang sifatnya mendekati sifat karet alam.Bahan kimia yang digunakan
untuk meningkatkan sifat fisis karet dalam pembuatan kompon adalah bahan anti
degrandan, filler (bahan pengisi), Anti oksidan, bahan pelunak dan bahan kimia
lainnya. Ban kendaraan terbuat dari karet karena sifatnya yang lentur dan elastis. Elastis
adalah keadaan benda dimana jika ditekan akan kembali kebentuk semula.
Kompon karet merupakan campuran karet alam dengan bahan-bahan kimia. Komposisi
kompon karet berbeda-beda tergantung pada tujuan pembuatan barang jadinya.
Tahapan proses pembuatan kompon karet meliputi pencampuran, pembentukan
kemudian vulkanisasi. Pencampuran dimulai dengan mastikasi (pelunakan), kemudian
ditambahkan bahan-bahan penyusun kompon dengan jenis dan jumlah tertentu sesuai
kemampuan proses, ketersediaan biaya dan sifat fisik akhir vulkanisat yang diinginkan
(Rihayat, 2007; Chuayjuljit et al., 2004; Sayekti, 1999).
Tandan kosong kelapa sawit (TKKS) merupakan limbah padat yang banyak
mengandung serat dan merupakan salah satu sumber serat alam yang ketersediaannya
melimpah di Indonesia, khususnya di provinsi Lampung. Pemanfaatan TTKS masih
relatitef terbatas, yaitu digunakan langsung sebagai mulsa di perkebunan kelapa sawit,
atau dibakar dalam incinerator dan abunya dimanfaatkan sebagai subtitusi pupuk
kalium. TKKS memiliki sifat yang keras dengan kandungan selulosa, lignin dan
hemiselulosa yang tinggi3). TKKS dapat dimanfaatkan sebagai sumber bahan kimia
khususnya lignin karena komposisi kimianya. Lignin merupakan sumber kimia 7 yang
dapat digunakan secara komersial sebagai pengikat, perekat, pengisi, surfaktan, produk
polimer, dispersant, dan lain-lain. TKKS mengandung selulosa pada tingkat 54-60%
dan lignin pada 22-27%. Ikatan glikosidik membentuk polimer glukosa linier yang
dikenal sebagai selulosa. Ada sekitar 3000 molekul glukosa di setiap serat selulosa,
yang masing-masing memiliki berat molekul diperkirakan hingga 500.000
(Simatupang dkk., 2012).
Pada fisik TKKS terdiri dari beberapa serat dengan komposisi yaitu 2 sellulosa
sebanyak ±45.95%; hemisellulosa sebanyak ±16.49% dan lignin sebanyak ±22.84%
(Utami dkk., 2017). Pemanfaatan Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) pada
umumnya digunakan untuk pupuk organik, bahan pembuatan kertas, arang, dan pengisi
rongga jok mobil dan kasur. Maka dari itu diperlukannya penelitian untuk mengkaji
tentang potensi TKKS untuk material serat alam yang dapat dimanfaatkan sebagai
produk yang bukan sekedar menjadi produk hasil cacahan atau sekedar menjadi pengisi
volume (Wardani dan Widiawati, 2014). Karena sifatsifat TKKS yang kaya serat, maka
tidak menutup kemungkinan bahwa serat TKKS dapat digunakan sebagai bahan serat
alam sebagai alternatif bahan komposit untuk penguat pengganti peredam suara,
dimana juga membantu mengolah limbah dari kelapa sawit agar tidak banyak disia-
siakan dan mengurangi pencemaran. TKKS memiliki kandungan selulosa dan
hemiselulosa yang tinggi, dimana pada umumnya bahan absorpsi suara memiliki sifat-
sifat tersebut (Eriningsih dkk, 2014). Bahan-bahan pembuatan serat komposit ini
terbilang mudah didapatkan dan memiliki harga yang terjangkau seperti resin
polyester, katalis, NaOH, dan serat TKKS.
Tandan kosong kelapa sawit (TKKS) merupakan 23% dari tandan buah segar (TBS)
dengan kandungan selulosa sekitar 38,76 % (Darnoko, 1995). Kandungan selulosa ini
dapat digunakan untuk berbagai keperluan. Salah satunya adalah sebagai bahan pengisi
(filler) dari bahan lainnya seperti karet alam sehingga membentuk suatu komposit.
Tandan kosong kelapa sawit (TKKS) merupakan 23% dari tandan buah segar (TBS)
dengan kandungan selulosa sekitar 38,76 % (Darnoko, 1995). Kandungan selulosa ini
dapat digunakan untuk berbagai keperluan. Salah satunya adalah sebagai bahan pengisi
(filler) dari bahan lainnya seperti karet alam sehingga membentuk suatu komposit.
TKKS dapat dimanfaatkan sebagai sumber bahan kimia khususnya lignin karena
komposisi kimianya. Lignin merupakan sumber kimia 7 yang dapat digunakan secara
komersial sebagai pengikat, perekat, pengisi, surfaktan, produk polimer, dispersant,
dan lain-lain. TKKS mengandung selulosa pada tingkat 54-60% dan lignin pada 22-
27%. Ikatan glikosidik membentuk polimer glukosa linier yang dikenal sebagai
selulosa. Ada sekitar 3000 molekul glukosa di setiap serat selulosa, yang masing-
masing memiliki berat molekul diperkirakan hingga 500.000 (Simatupang dkk., 2012).
Pada fisik TKKS terdiri dari beberapa serat dengan komposisi yaitu 2 sellulosa
sebanyak ±45.95%; hemisellulosa sebanyak ±16.49% dan lignin sebanyak ±22.84%
(Utami dkk., 2017).
TKKS dapat dimanfaatkan sebagai bahan pengisi (filler) ditinjau dari komposisi kimia
tandan kosong kelapa sawit mengandung selulosa 45,9%, hemiselulosa 22,8%, dan
lignin 6,5%, sehingga tandan kosong kelapa sawit dapat digunakan sebagai bahan
pengisi untuk matras, jok mobil, jok sepeda motor , polipot (pot kecil untuk bibit),
papan ukuran kecil, sampai dengan bahan pengepak industri.
2.5 Blowing Agent
Blowing agent adalah zat kimia, anorganik atau organik, dimana dibawah kondisi yang
baik, yang telah ditetapkan akan melepaskan gas-gas yang membentuk struktur sol
tertutup atau terbuka produk karet. Blowing agent yang digunakan pada penilitian kali
ini berupa Natrium Bikarbonat.
Natrium bikarbonat (NaHCO3 ) adalah salah satu Blowing agent yang paling umum
dan ramah lingkungan. Ini menghasilkan karbon dioksida (CO2 ) dan air (H2 O) ketika
dipanaskan (Bakirtzis et al. 2009). Natrium bikarbonat atau hidrogen karbonat atau
asam karbonat dengan rumus kimia NaHCO3, adalah bahan kimia berbentuk kristal
putih yang larut dalam air, yang banyak dipergunakan di dalam industri
makanan/biskuit (sebagai baking powder), pengolahan kulit, farmasi, tekstil,
kosmetika, pembuatan pasta gigi, pembuatan permet (candy) dan industri pembuatan
batik. Senyawa ini digunakan dalam roti atau kue karena bereaksi dengan bahan lain
membentuk gas karbon dioksida,yang menyebabkan roti "mengembang". Untuk
mengetahui mengenai pengembang pada makanan, maka dalam makalah ini akan
dibahas mengenai penentuan pengembang pada makanan.
Ulangan
I II III
F1B3 F3B2 F2B3
F1B1 F1B1 F1B3
F1B2 F1B3 F1B3
F3B3 F2B1 F3B1
F3B1 F2B2 F3B2
F2B1 F2B3 F2B2
F2B1 F1B2 F3B2
F1B1 F3B3 F2B2
F3B1 F1B2 F3B3
Keterangan:
F1 = Waktu 10
F2 = Waktu 20
F3 = Waktu 30
B1 = Temperature 120
B2 = Temperature 130
B3 = Temperature 140
A. Penimbangan Bahan
Bahan yang digunakan dalam pembuatan kompon yaitu remahan SIR 3L,
Arang aktif (TKKS), Parafin oil, Zno, Asam Stearat, CB, MBTS, TMTD, TMQ,
Azodicarbonamide, CBS dan Sulfur kemudian ditimbang sesuai dengan formulasi
(berat) yang ditentukan. Jumlah setiap bahan didalam formulasi dinyatakan dalam Phr
(beratperseratusbagiankaret).
B. Pencampuran (mixing)
Proses pencampuran atau pembuatan kompon menggunakan open mill (mesin
penggiling dua roll terbuka). Selanjutnya dilakukan sebagai berikut:
Selain itu, ketahanan kikis vulkanisat karet bergantung juga pada kekerasan dan
kerapatan ikatan silang molekul karet (Rattanasom dan Chaikumpollert, 2003) Sol
lateks dari karet alam yang dihasilkan memiliki nilai ketahanan kikis yang sangat
rendah. formulasi dengan NPCC/CaCO₃ 5/5 phr (ketahanan kikis 346,26 mm3 )
yang mampu memenuhi persyaratan SNI Sol karet cetak. Semakin banyak bahan
pengisi yang ditambahkan akan mampu menaikkan kekerasan produk, namun
sangat signifikan menurunkan ketahanan kikis sol lateks tersebut. Ketahanan kikis
vulkanisat karet yang menggunakan bahan pengisi pada dasarnya ditentukan oleh
karakterisasi bahan pengisi, khususnya pada sifat morfologi dan reaktivitas
permukaannya. Selain itu juga dapat disebabkan oleh dispersi dan distribusi
partikel bahan pengisi yang tidak homogen di dalam matriks karet (Hasan et al.,
2012). Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, dispersi bahan pengisi dalam
matriks karet sangat mempengaruhi sifat produk yang dihasilkan. Adanya
agregasi bahan pengisi dalam matriks menyebabkan kerapuhan pada produk,
sebagai akibatnya interaksi antara partikel dan matriks berkurang (Fang et al.,
2014). Agregasi tersebut dapat dilihat pada hasil uji morfologi vulkanisat sol dari
lateks.
3.5.2 Uji Reology
Reologi merupakan ilmu yang mempelajari perubahan bentuk dan aliran
dari fluida serta bagaimana respon fluida tersebut terhadap penerimaan tekanandan
tegangan. Dengan melakukan pengujian reologi , struktur masing-masing produk
dapat diketahui dan hal tersebut dapat dikaitkan dengan proses yang menyangkut
perpindahan massa, panas dan perpindahan momentum. Pada akhirnya dengan
mengetahui sifat reology dari suatu produk, maka akan memungkinkan untuk
memproses produk tersebut (Ibarz and Barbosa-Canova,2010). merupakan proses
pengujian kompon untuk mengetahui suhu dan waktu optimal vulkanisasi.
Sehingga diperoleh hasil vulkanisasi dengan sifat-sifat fisika yang optimal, waktu
vulkanisasi campuran karet harus ditentukan dengan tepat pada suhu t dan
ketebalan karet vulkanisasi tertentu. Waktu matang optimum (tc 90) merupakan
waktu yang diperlukan sejak awal pemanasan untuk mematangkan kompon
sampai kematangan optimum (Wicaksono et al., 2004). Pengujian reologi pada
kompon ini dilakukkan menggunakan alat rheometer. Alat uji rheometer akan
menghasilkan kurva torsi versus waktu untuk setiap suhu curing yang telah di setting,
sehingga informasi selama reaksi vulkanisasi (curing) dan setelahnya dapat direkam.
Proses uji Reologi:
A. Ambil lembaran kompon karet yang telah didinginkan
B. Ukur ketebalan kompon dengan jangka sorong
C. Pastikan ketebalan kompon 5 mm
D. Ambil cuplikan sampel pada 3 titik yang berbeda (sisi tengah atas, sisitengah-
tengah, sisi tengah bawah)
E. Potong sampel membentuk lingkaran sesuai dengan pattern (pola) dengandiameter
kurang lebih 4 cm
F. Beri identitas sampel uji dengan kertas label
G. Hidupkan alat uji rheometer sesuai dengan SOP, kemudian setting alat uji
H. Letakan sampel uji ke alat rheometer dan tutup, untuk proses tekanan dan suhu
I. Amati data dan hasil pengujian
3.5.3 Uji Kekerasan
Uji kekerasan (hardness) diperlukan untuk mengetahui besarnya nilai
kekerasan vulkanisat karet). Nilai kekerasan kompon karet semakin besar
menunjukkan bahwa kompon karet semakin keras (semakin tidak elastik).
kompon dengan kaolin Babel lebih tinggi dari nilai kekerasan kompon yang
menggunakan kaolin dari pasar. Dari hasiltersebut ternyata ukuran (mesh) kaolin
memberikan berpengaruh terhadap peningkatan nilai kekerasan kaolin. Sesuai
dengan (Alfa, 2005) didalam (Nuyah dan Elli, 2012), efek penguatan bahan
pengisi ditentukan oleh ukuran partikel, keadaan permukaan dan bentuk,
kehalusan butiran dan kerataan penyebarannya. Haryadi (2010) menyatakan
bahwa bahan pengisi tidak aktif akan meningkatkan kekerasan. Peningkatan
kekerasan ini dipengaruhi oleh pemerataan penyebaran butiran kaolin akibat
kecilnya ukuran sehingga penyebarannya merata. Nilai kekerasan kompon karet
yang semakin besar menunjukkan bahwa kompon karet semakin tidak elastis/keras
(Daud danRahmaniar, 2017). Syarat mutu untuk untuk parameter kekerasan SNI yaitu
70 ± 5 shore A.