Anda di halaman 1dari 24

PENGARUH WAKTU DAN TEMPERATUR PEMASAKAN

KOMBINASI NATRIUM BIKARBONAT DAN FILLER TKKS


TERHADAP SIFAT MEKANIS KARET KOMPOSIT

Oleh

Muhammad Alfasha Arief


NPM 20736015

(Proposal Penelitian)

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Sebutan Sarjana Terapan


Teknik (S.Tr.T)
Pada
Jurusan Teknologi Pertanian

POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG


BANDAR LAMPUNG
2024
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Karet alam merupakan komoditas perkebunan sekaligus komoditas ekspor yang


berperan penting sebagai penghasil devisa dari sektor non migas. Selain itu karet alam
menjadi sumber mata pencaharian bagi banyak keluarga petani, dan berperan sebagai
penyangga sumber daya hayati dan kelestarian lingkungan (S. Hendratno et al., 2015).
Luas areal perkebunan karet di Indonesia pada tahun 2010 mencapai 3,4 juta ha dengan
produksi sekitar 2,3 juta ton (C. Nancy et al., 2013). menempatkan Indonesia sebagai
negara penghasil karet terbesar setelah Thailand. Secara garis besar Industri karet di
Indonesia terdiri atas dua kelompok yaitu kelompok industri Hulu antara yang
menghasilkan karet remah /crumb rubber, sit asap atau RSS (Ribbed Smoked Sheet),
lateks pekat, thin pale crepe, brown crepe dan kelompok Industri yang memproduksi
barang jadi karet atau industri hilir (B. Parizade., et al 2014.).

Karet alam (Natural Rubber) adalah getah karet (lateks) atau cairan polimer isoprene
(C5H8) yang dihasilkan dari penyadapan atau penyayatan kulit batang pohon karet
(Hevea Brasiliensis) menggunakan pisau sadap. Karet alam memiliki sifat-sifat yaitu,
elastisitas, kelekatan, kekuatan tarik tinggi, dan kepegasan yang tinggi. Tetapi karet
alam memiliki kekurangan seperti tidak tahan terhadap gesekan, tidak tahan terhadap
panas, dan mengembang saat terkena minyak. Produksi karet alam di Indonesia 65%
dikonsumsi oleh pabrik ban, sementara pada sisi lain terdapat sekitar 218 jenis produk
barang jadi karet selain ban seperti oil seal, selang dan belt conveyor (I. R. Fauzi, 2013).

Pemanfaatan limbah pertanian sebagai sumber bahan kimia mendapat perhatian lebih
oleh penulis, salah satu limbah pertanian dari tanaman kelapa sawit adalah tandan
kosong kelapa sawit (TKKS). TKKS tersebut untuk penguat komposit dan pada tiap
kandungan serat TKKS secara fisik mengandung bahan–bahan serat seperti lignin
(16,19%), selulosa (44,14%) dan hemi selulosa (19,28%) yang mirip dengan bahan
kimia penyusun kayu (Nuryanto, E, 2014). Limbah TKKS terdapat kandungan zat
ekstraktif dan asam lemak yang sangat tinggi, sehingga dapat menurunkan sifat
mekanik material yang dibentuk (Subiyanto, Bambang, dkk, 2017). Tandan kosong
kelapa sawit segar dari hasil pabrik kelapa sawit umumnya memiliki komposisi
lignoselulose 30,5%, minyak 2,5% dan air 67%, sedangkan bagian lignoselulose
sendiri terdiri dari lignin 16,19%, selulose 44,14% dan hemiselulose 19,28% (Zulfikar,
1010).

Pembuatan polimer mikroseluler diperlukan bahan pengembang (Blowing Agent)


untuk memperoleh vulkanisat karet yang mengembang, ringan, berpori halus serta
empuk namun kuat sehingga sesuai (Franta, 1989). Blowing agent biasanya digunakan
saat material dalam keadaan belum mengering atau belum terjadi proses agregasi,
Fungsi blowing agent pada formulasi pembuatan kompon untuk pengembang adonan
dan membuat rongga-rongga untuk menjadi elastis (Zulfadhil dan Bustami, 2013).
Blowing agent yang ramah lingkungan dan paling umum yaitu Natrium Bicarbonate
pemilihan bahan pengembang didasarkan berbagai faktor anatara lain suhu
dekomposisi, jumlah gas yang dihasilkan serta pertimbangan lain seperti dampak bagi
kesehatan, bau, penodaan, (staining), perlu tidaknya perlakuan pendahuluan dan
metode vulkansasi.

Selain formula yang tepat, kualitas sol sandal juga dipengaruhi oleh proses produksi
terutama temperatur dan lama waktu vulkanisasi (pemasakan). Vulkanisasi adalah
tahapan proses yang paling penting dalam pembuatan kompon karet, dimana pada
tahapan ini, terjadi reaksi crosslinking antara molekul karet dengan bahan
pemvulkanisasi belerang. Vulkanisasi sangat dipengaruhi oleh waktu dan suhu, apabila
waktu maupun suhu yang dipilih tidak sesuai dengan kondisi optimal, maka kualitas
kompon karet yang dihasilkan menjadi kurang baik (Pireno, dkk., 2013).

Salah satu faktor yang berperan dalam memberikan informasi sifat-sifat fisika dari proses
pembuatan sol karet cetak adalah pada tahapan vulkanisasi. Vulkanisasi adalah salah satu
tahapan proses yang paling penting dalam pembuatan barang jadi karet, dimana pada tahapan
ini terjadi reaksi ikatan silang (crosslinking) antara molekul karet dengan bahan vulkanisasi
belerang. Vulkanisasi sangat dipengaruhi oleh waktu dan temperatur, apabila waktu maupun
temperatur yang dipilih tidak sesuai dengan kondisi optimal, maka kualitas dari produk
kompon karet yang dihasilkan akan menjadi kurang baik (Nuyah, dkk., 2013).

1.2 Tujuan
Berikut ini merupakan tujuan penelitian untuk membuat formulasi mekanis
yang efektif pada pembuatan step motor dengan menambahkan Blowing Agent

1. Mengetahui formulasi waktu dan temperatur pemasakan yang tepat.


2. Mendapatkan Karakteristik sifat mekanis Karet Komposit dari formulasi
Blowing Agent Azodicarbonamide dan Filler Karbon (TKKS).

1.3 Kerangka Pemikiran


Bahan pengisi merupakan bagian yang cukup penting dalam pembuatan kompon karet
yang berfungsi sebagai penguat seperti carbon black dan silika. Bahan pengisi yang
paling umum digunakan adalah carbon black. Carbon Black merupakan Bahan pengisi
yang diproduksi dari minyak mentah ini diperoleh dengan cara mengimpor dari luar
negeri. Salah satu alternatif untuk mengatasi ketergantungan impor tersebut adalah
menggunakan bahan pengisi dari TKKS. Penelitian Saragih et al., 2018 penggunaan
TKKS sebagai bahan pengisi kompon menghasilkan nilai kekuatan tarik sebesar 12
Mpa, perpanjangan putus 100%, dan kekerasan sebesar 55 Shore A. Bantalan kaki
sepeda motor atau footstep merupakan pijakan kaki yang dilapisi karet agar memberi
kenyamanan ketika berkendaraan. Parameter yang akan di uji adalah uji kekerasan, uji
kekuatan tarik, kekuatan sobek, perpanjangan putus dan bobot jenis.

Menurut penilitian Syaful.,dkk (2018) Variabel yang diteliti adalah pengaruh


temperature dan waktu vulkansasi pada pembuatan sol karet cetak. Perlakuan
penelitian meliputi variasi temperatur 100°C, 120°C, 140°C, 160°C dan variasi waktu
vulkanisasi 10 menit, 15 menit dan 20 menit.

Menurut penelitian Alfatih,Pramuko (2018) pada proses pembuatan karet kompon proses
vulkanisasi pada suhu 150ºC dan tekanan 10 MPa selama kurang lebih 17 menit dengan
menggunakan mesin vulcanizing press.
Pada proses pembuatan sol karet cetak, kisaran temperatur yang baik pada proses vulkanisasi
dengan bahan pencepat adalah 130- 150°C. Pada kisaran temperatur tersebut reaksi ikatan
silang berjalan dengan baik dan tidak merusak vulkanisat karet yang dihasilkan sedangkan
kisaran waktu vulkanisasi yang baik adalah 10-15 menit, pada kisaran temperature dan waktu
vulkanisasi tersebut kompon karet sudah matang dengan nilai torsi yang maksimal (Ghosh,
dkk., 2003). Pada penelitian ini dilakukan untuk menentukan temperatur dan waktu proses
vulkanisasi yang optimal, sehingga dapat dihasilkan sol karet cetak dengan parameter sifat
fisika yang terbaik.

Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh N.N. Najib et.al., (2009) sebagai
Blowing Agent terhadap Morfologi Sel dan Sifat Dampak Busa Karet Alam, Natrium
bikarbonat, yang digunakan dalam penelitian ini, adalah zat peniup kimia anorganik
yang melepaskan gas karbon dioksida selama dekomposisi. Ia terurai pada suhu yang
relatif rendah (145°C–150°C) dan seringkali menghasilkan struktur sel terbuka, yang
cocok untuk digunakan dengan karet alam.10–11 Meskipun busa polimer banyak
digunakan, penelitian mengenai busa karet kering belum mendapat banyak perhatian,
karena sebagian besar penelitian lebih fokus pada busa karet yang berasal dari lateks
dan polimer sintetik.
Gambar 1. Kerangka pemikiran
1.4 Hipotesis
Berdasarkan latar belakang maka hipotesis yang yang dapat disimpulkan mengetahui
pengaruh waaktu dan temperatur pemasakan kombinasi Natrium Bicarbonate dan filler
tkks terhadap sifat makanis karet komposit.

1.5 Kontribusi Penelitian


Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi pihak-pihak sebagai
berikut:
1. Bagi Politeknik Negeri Lampung dapat bermanfaat sebagai referensi atau
sumber informasi, serta pengembangan ilmu yang dapat digunakan dalam
penelitian selanjutnya mengenai kualitas mutu kompon dalam karakteristik
sifat mekanis lembaran kompon karet komposit dengan penambahan Blowing Agent
NatriumBicarbonate.
2. Bagi petani karet/kompon dan pembaca umumnya dapat menjadi sumber
informasi dan pengetahuan terkait kualitas karet (kompon) karet komposit
dengan penambahan Blowing Agent karet komposit.
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Karet Alam


Karet alam merupakan komoditas tradisional sekaligus komoditas ekspor yang
berperan penting sebagai penghasil devisa dari sub-sektor perkebunan, dan menjadi
tumpuan pencaharian bagi banyak keluarga petani. Sebagian besar perkebunan karet di
Indonesia adalah perkebunan rakyat (± 85 %), yang menyumbang lebih dari 75%
produksi karet nasional. Pada tahun 2011, produksi karet nasional mencapai 3,09 juta
ton (27,68% dari produksi karet alam dunia) dan menempatkan Indonesia sebagai
penghasil karet terbesar kedua setelah Thailand.(Ditjenbun, 2012) Bila produksi karet
alam stabil atau bahkan meningkat maka beberapa tahun mendatang Indonesia
berpotensi menjadi produsen nomor 1 di dunia.(IRSG, 2011) Pertengahan tahun 2012
kinerja ekspor karet mencapai 5,62 milyar USD dan memberikan sumbangan sebesar
14,58% terhadap total ekspor non migas (BPS, 2012), menempatkan karet sebagai
komoditas penghasil devisa terbesar kedua, setelah CPO, dalam kelompok produk
ekspor hasil pertanian dan kehutanan.

Karet alam (Natural Rubber) adalah getah karet (lateks) atau cairan polimer isoprene
(C5H8)n yang dihasilkan dari penyadapan atau penyayatan kulit batang pohon karet
(Hevea Brasiliensis) menggunakan pisau sadap. Karet alam memiliki sifat-sifat yaitu,
elastisitas, kelekatan, kekuatan tarik tinggi, dan kepegasan yang tinggi. Tetapi karet
alam memiliki kekurangan seperti tidak tahan terhadap gesekan, tidak tahan terhadap
panas, dan mengembang saat terkena minyak. Produksi karet alam di Indonesia 65%
dikonsumsi oleh pabrik ban, sementara pada sisi lain terdapat sekitar 218 jenis produk
barang jadi karet selain ban seperti oil seal, selang dan belt conveyor (I. R. Fauzi, 2013).
2.2 Kompon karet
Kompon karet adalah campuran karet mentah dengan bahan-bahan kimia yang belum
divulkanisasi. Proses pembuatan kompon adalah pencampuran antara karet mentah
dengan bahan kimia karet (bahan aditif). Karet untuk kompon terdiri dari dua jenis
,yaitu karet alam dan karet sintetis. Karet alam adalah sumber karet yang berasal dari
getah pohon karet (lateks), Karet sintetis adalah karet yang berasal dari hasil samping
pengolahan minyak bumi yang kemudian melalui reaksi polimerisasi menjadi suatu
material baru yang sifatnya mendekati sifat karet alam.Bahan kimia yang digunakan
untuk meningkatkan sifat fisis karet dalam pembuatan kompon adalah bahan anti
degrandan, filler (bahan pengisi), Anti oksidan, bahan pelunak dan bahan kimia
lainnya. Ban kendaraan terbuat dari karet karena sifatnya yang lentur dan elastis. Elastis
adalah keadaan benda dimana jika ditekan akan kembali kebentuk semula.

Kompon karet merupakan campuran karet alam dengan bahan-bahan kimia. Komposisi
kompon karet berbeda-beda tergantung pada tujuan pembuatan barang jadinya.
Tahapan proses pembuatan kompon karet meliputi pencampuran, pembentukan
kemudian vulkanisasi. Pencampuran dimulai dengan mastikasi (pelunakan), kemudian
ditambahkan bahan-bahan penyusun kompon dengan jenis dan jumlah tertentu sesuai
kemampuan proses, ketersediaan biaya dan sifat fisik akhir vulkanisat yang diinginkan
(Rihayat, 2007; Chuayjuljit et al., 2004; Sayekti, 1999).

2.3 Tandan Kosong Kelapa Sawit


Salah satu limbah hasil perkebunan kelapa sawit yang dapat digunakan sebagai bahan
pengisi dalam industri poliuretan adalah tandan kosong kelapa sawit (TKKS). karena
ditinjau dari komposisi kimia tandan kosong kelapa sawit mengandung selulosa 45,9%,
hemiselulosa 22,8%, dan lignin 6,5%, sehingga tandan kosong kelapa sawit dapat
digunakan sebagai bahan pengisi untuk matras, jok mobil, jok sepeda motor , polipot
(pot kecil untuk bibit), papan ukuran kecil, sampai dengan bahan pengepak industri.

Tandan kosong kelapa sawit (TKKS) merupakan limbah padat yang banyak
mengandung serat dan merupakan salah satu sumber serat alam yang ketersediaannya
melimpah di Indonesia, khususnya di provinsi Lampung. Pemanfaatan TTKS masih
relatitef terbatas, yaitu digunakan langsung sebagai mulsa di perkebunan kelapa sawit,
atau dibakar dalam incinerator dan abunya dimanfaatkan sebagai subtitusi pupuk
kalium. TKKS memiliki sifat yang keras dengan kandungan selulosa, lignin dan
hemiselulosa yang tinggi3). TKKS dapat dimanfaatkan sebagai sumber bahan kimia
khususnya lignin karena komposisi kimianya. Lignin merupakan sumber kimia 7 yang
dapat digunakan secara komersial sebagai pengikat, perekat, pengisi, surfaktan, produk
polimer, dispersant, dan lain-lain. TKKS mengandung selulosa pada tingkat 54-60%
dan lignin pada 22-27%. Ikatan glikosidik membentuk polimer glukosa linier yang
dikenal sebagai selulosa. Ada sekitar 3000 molekul glukosa di setiap serat selulosa,
yang masing-masing memiliki berat molekul diperkirakan hingga 500.000
(Simatupang dkk., 2012).

Pada fisik TKKS terdiri dari beberapa serat dengan komposisi yaitu 2 sellulosa
sebanyak ±45.95%; hemisellulosa sebanyak ±16.49% dan lignin sebanyak ±22.84%
(Utami dkk., 2017). Pemanfaatan Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) pada
umumnya digunakan untuk pupuk organik, bahan pembuatan kertas, arang, dan pengisi
rongga jok mobil dan kasur. Maka dari itu diperlukannya penelitian untuk mengkaji
tentang potensi TKKS untuk material serat alam yang dapat dimanfaatkan sebagai
produk yang bukan sekedar menjadi produk hasil cacahan atau sekedar menjadi pengisi
volume (Wardani dan Widiawati, 2014). Karena sifatsifat TKKS yang kaya serat, maka
tidak menutup kemungkinan bahwa serat TKKS dapat digunakan sebagai bahan serat
alam sebagai alternatif bahan komposit untuk penguat pengganti peredam suara,
dimana juga membantu mengolah limbah dari kelapa sawit agar tidak banyak disia-
siakan dan mengurangi pencemaran. TKKS memiliki kandungan selulosa dan
hemiselulosa yang tinggi, dimana pada umumnya bahan absorpsi suara memiliki sifat-
sifat tersebut (Eriningsih dkk, 2014). Bahan-bahan pembuatan serat komposit ini
terbilang mudah didapatkan dan memiliki harga yang terjangkau seperti resin
polyester, katalis, NaOH, dan serat TKKS.

Tandan kosong kelapa sawit (TKKS) merupakan 23% dari tandan buah segar (TBS)
dengan kandungan selulosa sekitar 38,76 % (Darnoko, 1995). Kandungan selulosa ini
dapat digunakan untuk berbagai keperluan. Salah satunya adalah sebagai bahan pengisi
(filler) dari bahan lainnya seperti karet alam sehingga membentuk suatu komposit.

2.4 Bahan Pengisi


Bahan pengisi adalah bahan atau fraksi dari agregat halus yang lolos saringan no. 200
(2,36 mm) minimum 75 % terhadap berat total agregat., biasanya digunakan abu batu,
abu kapur, semen dan bahan lain. Filler yang digunakan pada penilitian kali ini berupa
TKKS.

Tandan kosong kelapa sawit (TKKS) merupakan 23% dari tandan buah segar (TBS)
dengan kandungan selulosa sekitar 38,76 % (Darnoko, 1995). Kandungan selulosa ini
dapat digunakan untuk berbagai keperluan. Salah satunya adalah sebagai bahan pengisi
(filler) dari bahan lainnya seperti karet alam sehingga membentuk suatu komposit.

TKKS dapat dimanfaatkan sebagai sumber bahan kimia khususnya lignin karena
komposisi kimianya. Lignin merupakan sumber kimia 7 yang dapat digunakan secara
komersial sebagai pengikat, perekat, pengisi, surfaktan, produk polimer, dispersant,
dan lain-lain. TKKS mengandung selulosa pada tingkat 54-60% dan lignin pada 22-
27%. Ikatan glikosidik membentuk polimer glukosa linier yang dikenal sebagai
selulosa. Ada sekitar 3000 molekul glukosa di setiap serat selulosa, yang masing-
masing memiliki berat molekul diperkirakan hingga 500.000 (Simatupang dkk., 2012).

Pada fisik TKKS terdiri dari beberapa serat dengan komposisi yaitu 2 sellulosa
sebanyak ±45.95%; hemisellulosa sebanyak ±16.49% dan lignin sebanyak ±22.84%
(Utami dkk., 2017).

TKKS dapat dimanfaatkan sebagai bahan pengisi (filler) ditinjau dari komposisi kimia
tandan kosong kelapa sawit mengandung selulosa 45,9%, hemiselulosa 22,8%, dan
lignin 6,5%, sehingga tandan kosong kelapa sawit dapat digunakan sebagai bahan
pengisi untuk matras, jok mobil, jok sepeda motor , polipot (pot kecil untuk bibit),
papan ukuran kecil, sampai dengan bahan pengepak industri.
2.5 Blowing Agent
Blowing agent adalah zat kimia, anorganik atau organik, dimana dibawah kondisi yang
baik, yang telah ditetapkan akan melepaskan gas-gas yang membentuk struktur sol
tertutup atau terbuka produk karet. Blowing agent yang digunakan pada penilitian kali
ini berupa Natrium Bikarbonat.

Natrium bikarbonat (NaHCO3 ) adalah salah satu Blowing agent yang paling umum
dan ramah lingkungan. Ini menghasilkan karbon dioksida (CO2 ) dan air (H2 O) ketika
dipanaskan (Bakirtzis et al. 2009). Natrium bikarbonat atau hidrogen karbonat atau
asam karbonat dengan rumus kimia NaHCO3, adalah bahan kimia berbentuk kristal
putih yang larut dalam air, yang banyak dipergunakan di dalam industri
makanan/biskuit (sebagai baking powder), pengolahan kulit, farmasi, tekstil,
kosmetika, pembuatan pasta gigi, pembuatan permet (candy) dan industri pembuatan
batik. Senyawa ini digunakan dalam roti atau kue karena bereaksi dengan bahan lain
membentuk gas karbon dioksida,yang menyebabkan roti "mengembang". Untuk
mengetahui mengenai pengembang pada makanan, maka dalam makalah ini akan
dibahas mengenai penentuan pengembang pada makanan.

Natrium Bikarbonat atau sering juga disebut baking soda, sodium


bikarbonat atau soda kue merupakan kristal yang sering terdapat dalam
bentuk serbuk. Natrium bikarbonat larut dalam air. Senyawa ini digunakan
dalam roti atau kue karena bereaksi dengan bahan lain membentuk gas
karbon dioksida, yang menyebabkan roti “mengembang”. Senyawa ini
juga digunakan sebagai obat antacid (penyakit maag atau tukak
lambung). Karena bersifat alkaloid (basa), senyawa ini juga digunakan sebagai obat
penetral asam bagi penderita asidosis tubulus renalis (ATR) atau rhenal tubular acidosis
(RTA).

Senyawa ini memiliki karakteristik yaitu:


1. Memiliki titik lebur yang tinggi
2. Merupakan senyawa ionik dengan ikatan kuat.
3. Dalam bentuk leburan atau larutan dapat menghantarkan listrik.
4. Sifat larutannya dapat berupa asam, basa, atau netral. Sifat ini
tergantung dari jenis asam/basa kuat pembentuknya
III. Metode Penelitian

3.1 Tempat Pelaksanaan


Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Maret-Juni 2024, di Pilot
Plant Agroindustri Politeknik Negeri Lampung.

3.2 Alat dan Bahan


Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Open Mill, Press Cutting
Rubber, Cutter, Banburry Rubber Maxing, Mealing Rubber Sit, Vulcanizing press,
Neraca Analitik, alat pemotong serta alat-alat analisa lainya. Bahan yang
digunakan dalam penelitian ini terdiri dari bahan baku dan bahan pembantu.
Bahan baku adalah remahan SIR 3L yang berasal dari PTPN 7 dan bahan
pembantu terdiri dari Arang aktif (TKKS), Parafin oil, Zno, Asam Stearat, CB,
MBTS, TMTD, TMQ, Natrium Bicarbonate, CBS dan Sulfur.

3.3 Rancangan Percobaan


Penelitian pendahulu oleh Syaiful,. dkk (2018), dilakukan untuk menentukan suhu
vukanisasi sebagai perlakuan untuk penelitian utama. Waktu vulkanisasi yang paling
baik pada penelitian ini yaitu selama 20 menit dengan temperatur vulkanisasi berkisar
100ºC- 140ºC, yang dapat menghasilkan nilai tegangan putus, perpanjangan putus,
kekerasan dan berat jenis yang terbaik pada pembuatan sol karet cetak. Dengan
demikian, penelitian dilakukan dengan menggunakan rancangan acak Lengkap (RAL)
dua faktor 3x3 (3 Temperatur dan 3 Waktu) diulang sebanyak 3x sehingga didapatkan
27 Perlakuan. Perlakuan pertama adalah temperatur vulkanisasi (F1=120°C, F2=130°C,
F3=140°C) dan perlakuan kedua yaitu waktu vulkanisasi (B1=10 menit, B2=20 menit,
B3=30 menit
Table 1.Rancangan Acak Lengkap

Ulangan
I II III
F1B3 F3B2 F2B3
F1B1 F1B1 F1B3
F1B2 F1B3 F1B3
F3B3 F2B1 F3B1
F3B1 F2B2 F3B2
F2B1 F2B3 F2B2
F2B1 F1B2 F3B2
F1B1 F3B3 F2B2
F3B1 F1B2 F3B3
Keterangan:
F1 = Waktu 10

F2 = Waktu 20

F3 = Waktu 30

B1 = Temperature 120

B2 = Temperature 130

B3 = Temperature 140

3.4 Prosedur Penilitian


3.4.1 Proses Pembuatan Aarang Aktif
Menurut penelitian Popy Marlina dan Tri Susanto, (2018) tandan kosong kelapa sawit
yang dibutuhkan untuk pembuatan sifat mekanik karet kopling kendaraan bermotor
roda dua sebanyak 35 Phr dimasukkan Bahan baku tandan kosong kelapa sawit
dikarbonisasi dalam furnace pada suhu 450 oC selama 5 jam. Setelah dingin arang
diayak dengan ukuran partikel 400 mesh.. Selanjutnya arang diaktivasi dengan cara
direndam HCl 3N selama 4 jam. Asan Klorida (HCl) sebagai zat activator kimia
mampu berfungsi sebagai zat dehidrasi pada arang aktif yang dihasilkan, konsentrasi
HCl yang digunakan cukup tinggi agar lebih mempermudah arang, sehingga pori-
porinya akan terbuka dan memperluas permukaan arang aktif (Rahayu et al., 2014).
Kemudian campuran tersebut disaring dan dicuci dengan aquades
(ditandai dengan larutan hasil cucian netral pH=7). Setelah itu dikeringkan
dalam oven pada suhu 105ºC selama 3 jam. Diagram alir pembuatan arang aktif
tandan kosong kelapa sawit dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Gambar 2. Diagram alir pembuatan arang aktif (TKKS)


Sumber: Maryani dan Sugiono,2018
3.4.2 Proses Pembuatan Kompon

A. Penimbangan Bahan
Bahan yang digunakan dalam pembuatan kompon yaitu remahan SIR 3L,
Arang aktif (TKKS), Parafin oil, Zno, Asam Stearat, CB, MBTS, TMTD, TMQ,
Azodicarbonamide, CBS dan Sulfur kemudian ditimbang sesuai dengan formulasi
(berat) yang ditentukan. Jumlah setiap bahan didalam formulasi dinyatakan dalam Phr
(beratperseratusbagiankaret).

B. Pencampuran (mixing)
Proses pencampuran atau pembuatan kompon menggunakan open mill (mesin
penggiling dua roll terbuka). Selanjutnya dilakukan sebagai berikut:

1. Proses (mastikasi) Penggilingan Remahan SIR 3L selama 1-3 Menit


2. Tambahkan bahan penggiat/activator (ZnO,Asam Stearate), potong setiap sisi
sampai tiga kali selama 2 – 3 menit.
3. Lalu ditambahkan filler berupa arang aktif tandan kosong kelapa sawit
sedikit demi sedikit dan carbon black selama 10 menit.
4. Kemudian ditambahkan baham pemercepat (Accelelator) yaitu MBTS
(Benzothiazly-2-sufen morpholide), CBS dan TMTD (Tetrametil thiuram
disulfida) selama 2-3 menit.
5. Kemudian ditambahkan bahan pelunak (Plasticizer) Parafin oil
selanjutnya digiling kembali selama 5 menit.
6. Kemudian ditambahkan Blowing Agent Azodicarboramid sebagai bahan
pengembang.
7. Kemudian tambahkan bahan antioksidan yaitu TMQ (Try Methyl Quinon)
selama 2-3 menit
8. Kemudian Vulkanisator (sulfur) ditambahkan dan digiling selama 2-3
menit.
9. Tarik lembaran kompon keluar Mill, atur jarak open Mill lebih besar, giling
lembaran kompon beberapa kali (lebih kurang enam kali) sampaimencapai
kematangan yang diinginkan.
10. Keluarkan lembaran kompon dariopen mill dan tentukan ukuran ketebalan
kompon pada cetakan. Keluarkan dan letakkan kompon diatas plastik
transparan dan potong sesuai dengan ukuran barang jadi yang akan dibuat.

Gambar 3. Diagram Alir Pembuatan Kompon


Sumber : Thomas, (2005)
3.4.3 Proses Pembuatan Karet Komposit
Kompon yang telah dibuat menjadi lembaran-lembaran selanjutnya
dipotong-potong dengan ukuran 15x15 cm kemudian dimasukan kedalam cetakan
sol sandal. Setelah itu dilakukan proses vulkanisasi pada suhu kisaran 120ºC-140ºC
selama 20 Menit dan Tekanan 135 Mpa Menggunakan mesin Vulcanizing Press.
Kemudian produk diperiksa secara fisik seperti uji kuat tarik, kekerasan, ketahanan
sobek,perpanjangan Putus dan Bobot Jenis.

Gambar 4. Diagram Alir Karet Komposit


Sumber : Maryani, 2018
3.5 Pengamatan
Pengujian sifat fisik kompon karet dilakukan untuk mengetahui sifat
kompon karet tersebut, apakah kompon karet cocok ataukah tidak digunakan
sebagai barang jadi karet yang dikehendaki, sesuai dengan persyaratan yang telah
ditentukan. Sifat-sifat fisik kompon karet tersebut antara lain.

3.5.1 Uji Ketahanan Kikis


Pengujian ketahanan kikis bertujuan untuk mengetahui ketahanan kikis dari vulkanisat
karet yang digesekan pada sebuah ampelas kikis dengan mutu tertentu, dengan tekanan
dan area tertentu. Ketahanan kikis merupakan kesanggupan karet bertahan terhadap
gesekan dengan benda lain pada pemakaiannya. Nilai ketahan kikis merupakan sifat
yang penting yang harus dimiliki oleh produk karet, jika ketahanan kikis rendah maka
produk yang dihasilkan akan mudah aus.

Selain itu, ketahanan kikis vulkanisat karet bergantung juga pada kekerasan dan
kerapatan ikatan silang molekul karet (Rattanasom dan Chaikumpollert, 2003) Sol
lateks dari karet alam yang dihasilkan memiliki nilai ketahanan kikis yang sangat
rendah. formulasi dengan NPCC/CaCO₃ 5/5 phr (ketahanan kikis 346,26 mm3 )
yang mampu memenuhi persyaratan SNI Sol karet cetak. Semakin banyak bahan
pengisi yang ditambahkan akan mampu menaikkan kekerasan produk, namun
sangat signifikan menurunkan ketahanan kikis sol lateks tersebut. Ketahanan kikis
vulkanisat karet yang menggunakan bahan pengisi pada dasarnya ditentukan oleh
karakterisasi bahan pengisi, khususnya pada sifat morfologi dan reaktivitas
permukaannya. Selain itu juga dapat disebabkan oleh dispersi dan distribusi
partikel bahan pengisi yang tidak homogen di dalam matriks karet (Hasan et al.,
2012). Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, dispersi bahan pengisi dalam
matriks karet sangat mempengaruhi sifat produk yang dihasilkan. Adanya
agregasi bahan pengisi dalam matriks menyebabkan kerapuhan pada produk,
sebagai akibatnya interaksi antara partikel dan matriks berkurang (Fang et al.,
2014). Agregasi tersebut dapat dilihat pada hasil uji morfologi vulkanisat sol dari
lateks.
3.5.2 Uji Reology
Reologi merupakan ilmu yang mempelajari perubahan bentuk dan aliran
dari fluida serta bagaimana respon fluida tersebut terhadap penerimaan tekanandan
tegangan. Dengan melakukan pengujian reologi , struktur masing-masing produk
dapat diketahui dan hal tersebut dapat dikaitkan dengan proses yang menyangkut
perpindahan massa, panas dan perpindahan momentum. Pada akhirnya dengan
mengetahui sifat reology dari suatu produk, maka akan memungkinkan untuk
memproses produk tersebut (Ibarz and Barbosa-Canova,2010). merupakan proses
pengujian kompon untuk mengetahui suhu dan waktu optimal vulkanisasi.
Sehingga diperoleh hasil vulkanisasi dengan sifat-sifat fisika yang optimal, waktu
vulkanisasi campuran karet harus ditentukan dengan tepat pada suhu t dan
ketebalan karet vulkanisasi tertentu. Waktu matang optimum (tc 90) merupakan
waktu yang diperlukan sejak awal pemanasan untuk mematangkan kompon
sampai kematangan optimum (Wicaksono et al., 2004). Pengujian reologi pada
kompon ini dilakukkan menggunakan alat rheometer. Alat uji rheometer akan
menghasilkan kurva torsi versus waktu untuk setiap suhu curing yang telah di setting,
sehingga informasi selama reaksi vulkanisasi (curing) dan setelahnya dapat direkam.
Proses uji Reologi:
A. Ambil lembaran kompon karet yang telah didinginkan
B. Ukur ketebalan kompon dengan jangka sorong
C. Pastikan ketebalan kompon 5 mm
D. Ambil cuplikan sampel pada 3 titik yang berbeda (sisi tengah atas, sisitengah-
tengah, sisi tengah bawah)
E. Potong sampel membentuk lingkaran sesuai dengan pattern (pola) dengandiameter
kurang lebih 4 cm
F. Beri identitas sampel uji dengan kertas label
G. Hidupkan alat uji rheometer sesuai dengan SOP, kemudian setting alat uji
H. Letakan sampel uji ke alat rheometer dan tutup, untuk proses tekanan dan suhu
I. Amati data dan hasil pengujian
3.5.3 Uji Kekerasan
Uji kekerasan (hardness) diperlukan untuk mengetahui besarnya nilai
kekerasan vulkanisat karet). Nilai kekerasan kompon karet semakin besar
menunjukkan bahwa kompon karet semakin keras (semakin tidak elastik).
kompon dengan kaolin Babel lebih tinggi dari nilai kekerasan kompon yang
menggunakan kaolin dari pasar. Dari hasiltersebut ternyata ukuran (mesh) kaolin
memberikan berpengaruh terhadap peningkatan nilai kekerasan kaolin. Sesuai
dengan (Alfa, 2005) didalam (Nuyah dan Elli, 2012), efek penguatan bahan
pengisi ditentukan oleh ukuran partikel, keadaan permukaan dan bentuk,
kehalusan butiran dan kerataan penyebarannya. Haryadi (2010) menyatakan
bahwa bahan pengisi tidak aktif akan meningkatkan kekerasan. Peningkatan
kekerasan ini dipengaruhi oleh pemerataan penyebaran butiran kaolin akibat
kecilnya ukuran sehingga penyebarannya merata. Nilai kekerasan kompon karet
yang semakin besar menunjukkan bahwa kompon karet semakin tidak elastis/keras
(Daud danRahmaniar, 2017). Syarat mutu untuk untuk parameter kekerasan SNI yaitu
70 ± 5 shore A.

Proses pengujian kekerasan (Shore A):


A. Letakan sampel diatas dasar yang keras dan datar
B. Pasang alat durometer pada posisi tegak lurus pada permukaan sampel
C. Tekan alat pada permukaan sampel sampai kaki penekan alat menyentuh dan
sejajar benar dengan permukaan sampel. Besarnya tekanan yang diberikan kaki
penekan pada permukaan harus menurut SNI kekuatan penekan tertentu (60 Shore
A).
D. Lakukan pembacaan skala setelah kaki penekan menepel pada sampel.
E. Lakukan pengujian minimum 3 kali pada tempat berlainan, hitung rataratanya.
DAFTAR PUSTAKA

Akbar, F. M. (2023). ANALISA SERAT TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT


SEBAGAI FILLER DALAM KOMPOSIT RESIN POLYESTER UNTUK
MENINGKATKAN NILAI KOEFISIEN ABSORPSI SUARA SEBAGAI
ALTERNATIF PEREDAM.
Ali, S., & Susanto, H. (2017). Pengujian Papan Komposit Diperkuat Serat Tandan
Kosong Kelapa Sawit ( TKKS ) Dengan Menggunakan Alat Uji Impact
Charpy. 3(5).
Daffa Rizqullah, M., Nugraha, D., Raya Palembang Prabumulih Km, J., & Ogan Ilir,
I. (2018). Pengaruh temperatur dan waktu vulkanisasi pada pembuatan sol
karet cetak dengan memanfaatkan arang aktif tempurung. In Jurnal Teknik
Kimia (Vol. 24, Issue 3).
Ferdian Falaah, A., Cifriadi, A., & Chalid, M. (2016). PENGARUH JENIS KARET
ALAM TERHADAP SIFAT FISIKA VULKANISAT KARET UNTUK
PRODUK BANTALAN JEMBATAN.
Hendrawan, M. A., & Purboputro, P. I. (2015). STUDI KARAKTERISTIK SIFAT
MEKANIK KOMPON KARET DENGAN VARIASI KOMPOSISI SULFUR
DAN CARBON BLACK SEBAGAI BAHAN DASAR BAN LUAR.
Kesan, (, Bikarbonat, N., Tiupan, A., Buih, P., Bentuk, I., Menggunakan, E., Akueus,
K., Muhammad, ), Fauzi, S., Lan, D. N. U., Osman, H., & Ghani, S. A. (2015).
Effect of Sodium Bicarbonate as Blowing Agent on Production of Epoxy
Shape Memory Foam using Aqueous Processing Method. In Sains
Malaysiana (Vol. 44, Issue 6).
Lutfinandha, M. A., & Drastiawati, N. S. (2020). PENGARUH WAKTU
PERENDAMAN SERAT PADA LARUTAN NATRIUM BIKARBONAT
(NaHCO3) TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN STRUKTUR MIKRO
KOMPOSIT SERAT KULIT BATANG KERSEN-POLIESTER.
Marlina, P., Pratama, F., & Hamzah, B. (2014). KARAKTERISTIK KOMPON
KARET DENGAN BAHAN PENGISI ARANG AKTIF TEMPURUNG
KELAPA DAN NANO SILIKA SEKAM PADI CHARACTERISTICS OF
RUBBER COMPOUND WITH THE FILLERS OF ACTIVATED
COCONUT SHELL CARBON AND NANO-SIZED SILICA FROM RICE
HUSKS. In Rindit Pambayun J Tek Ind Pert (Vol. 25, Issue 1).
Marlina, P., & Susanto, T. (2018). PENGARUH ARANG TANDAN KOSONG
KELAPA SAWIT PADA SIFAT MEKANIK KARET KOPLING KENDARAAN
BERMOTOR RODA DUA.
Najib, N. N., Ariff, Z. M., Manan, N. A., Bakar, A. A., & Sipaut, C. S. (2009). Effect
of Blowing Agent Concentration on Cell Morphology and Impact Properties
of Natural Rubber Foam. In Journal of Physical Science (Vol. 20, Issue 1).
Penelitian Karet, P. (2014). PENGARUH BERBAGAI JENIS PENGGUMPAL
PADAT TERHADAP MUTU KOAGULUM DAN VULKANISAT KARET
ALAM. In Indonesian J. Nat. Rubb. Res (Vol. 32, Issue 1).
Saputra, F. A. (2016). PENGARUH KARBON HITAM TERHADAP SIFAT UJI TARIK
KOMPOSIT KARET ALAM DENGAN PENCAMPURAN METODE
MANUAL.
Setiawati, S., Sitorus, B., Bara, M., Malino, allo, & Hadari Nawawi, J. H. (2015).
SINTESIS DAN KARAKTERISASI KOMPOSIT KARET ALAM-SELULOSA
DARI TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT DENGAN VARIASI MASSA
SELULOSA. 4(3), 65–72.
Silaban, R., Wirjosentono, B., Silalahi, A., Suyanti. Rento Dwi, Situmorang, M., &
dkk. (2016). SINERGI RISET KIMIA DAN PENDIDIKAN KIMIA DALAM
MENINGKATKAN DAYA SAING BANGSA BEBASIS SUMBER DAYA
ALAM SUMATERA UTARA.
Simanjuntak, S., & Saragi, Y. R. R. (2013). Analisa Perbandingan Kualitas Aspal
Beton Dengan Filler Bentonite.
Supriadi, H., Savetlana, S., Gultom, F., Jurusan, D., & Mesin, T. (2014). Pengaruh
Perlakuan Alkali terhadap Kekuatan Tarik Serat Tandan Kosong Kelapa
Sawit untuk Digunakan pada Komposit Serat Tkks. In Jurnal Mechanical
(Vol. 5, Issue 1).

Anda mungkin juga menyukai