Anda di halaman 1dari 8

Cahyo Adi Pireno Pengaruh Suhu dan Waktu Vulkanisasi …

Agus Wijaya
Rindit Pambayun

PENGARUH SUHU DAN WAKTU VULKANISASI TERHADAP KARAKTERISTIK


KOMPON SOL KARET CETAK BERBAHAN PENGISI ARANG CANGKANG SAWIT

THE EFFECT OF VULCANIZATION TEMPERATURE AND TIME ON THE


CHARACTERISTICS OF RUBBER SHOE SOLE CONTAINING PALMSHELL CHOARCOAL
FILLER

Cahyo Adi Pireno1, Agus Wijaya2 dan Rindit Pambayun3


1Balai Riset dan Standardisasi Industri Palembang
2,3Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya Palembang
e-mail : 1adipire@gmail.com, 2agus_wijaya@hotmail.com, 3pambayun@yahoo.co.id
Diajukan: 05 Maret 2013; Dinilai: 20 Maret – 07 Mei 2013; Disetujui: 03 Juni 2013

Abstrak

Tujuan dari penelitian ini adalah mempelajari pengaruh suhu dan waktu vulkanisasi pada
pembuatan kompon sol karet cetak dengan memanfaatkan arang cangkang sawit sebagai
bahan pengisi. Penelitian dilaksanakan di Balai Riset dan Standardisasi Industri Palembang
dan dilaksanakan bulan Mei sampai November 2012. Rancangan percobaan yang
digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial dengan tiga variasi suhu (T 1:
130 °C, T2: 140 °C, T : 150 °C) dan tiga variasi waktu vulkanisasi (W 1: 10 menit, W 2: 12
menit, W 3: 14 menit). Parameter yang diuji adalah parameter uji sesuai dengan SNI
0778:2009 tentang sol karet cetak yaitu tegangan putus, perpanjangan putus, kekerasan
dan ketahanan sobek. Hasil penelitian menunjukkan bahwa suhu dan waktu berpengaruh
nyata terhadap semua parameter uji fisik. Perlakuan yang memberikan hasil terbaik
diperoleh pada perlakuan suhu vulkanisasi 130 °C dan waktu vulkanisasi 10 menit (T1W 1)
dengan nilai parameter uji tegangan putus sebesar 17,567 N/mm2, perpanjangan putus
578,33%, kekerasan sebesar 59 Shore A dan ketahanan sobek 5,167 N/mm2 dengan
semua parameter uji fisik memenuhi syarat SNI.

Kata kunci: Vulkanisasi, kompon, bahan pengisi, arang cangkang sawit

Abstract

The purpose of this research was to study the effect of temperature and time of vulcanization
in rubber sole compound manufacturing by utilizing palm shell charcoal as filler. The
research was carried out at Industrial Research and Standardization Laboratory Palembang
on May to November 2012. Experimental design used in this study was factorial completely
randomized design (CRD). Two factors were investigated, namely temperature (designed as
T with the following three levels: 130, 140 and 150 °C) and vulcanization time (designed as
W with the following levels, 10, 12 and 14 minutes). The observed physical parameters were
according to SNI 0778: 2009, including tensile strength, elongation at break, hardness and
tear strength. The results showed that temperature and time of vulcanization significantly
affected all physical parameters. The best physical properties result was obtained in the
treatment T1W1 (vulcanization temperature of 130 °C and vulcanization time of 10 minutes)
with the following values: tensile strength of 17.567 N/mm2, elongation at break of 578.33%,
hardness of 59 Shore A and tear strength of 5.167 N/mm2 with all physical parameters met
SNI quality standard.

Keywords : Vulcanization, compound, filler, palm shell charcoal

33
Jurnal Dinamika Penelitian Industri Vol. 24 No. 1 Tahun 2013 Hal. 33 - 40

PENDAHULUAN cangkang sawit yang dihasilkan di


Sumatera Selatan sebesar 137.425 ton.
Vulkanisasi adalah tahapan proses Arang cangkang sawit dapat
yang paling penting dalam pembuatan digunakan sebagai bahan pengisi
kompon karet, dimana pada tahapan ini, menggantikan carbon black karena
terjadi reaksi crosslinking antara molekul kemiripan struktur permukaan, luas area
karet dengan bahan pemvulkanisasi permukaan dan bilangan iodine yang
belerang (Pujiastuti, 2007). Vulkanisasi hampir sama dengan carbon black
sangat dipengaruhi oleh waktu dan suhu, (Rahmawati, 2009). Pemanfaatan arang
apabila waktu maupun suhu yang dipilih cangkang sawit sebagai bahan isian akan
tidak sesuai dengan kondisi optimal, maka dapat mengurangi biaya bahan baku
kualitas kompon karet yang dihasilkan pembuatan kompon sol karet cetak, selain
menjadi kurang baik (Gosh et al., 2003). itu permasalahan yang dihadapi saat ini
Kompon karet merupakan turunan adalah pemanfaatan bahan pengisi yang
paling utama dari hasil kebun karet, tidak terbarukan, sehingga harga produksi
dimana pada saat ini karet menjadi bahan menjadi mahal, dengan memanfaatkan
utama dalam menunjang kehidupan limbah arang cangkang sawit sebagai
manusia. Hampir semua kompon karet bahan bahan pengisi (filler) diharapkan
menggunakan carbon black sebagai kompon karet yang dihasilkan lebih murah
bahan pengisi (filler). Peranan carbon tapi tetap dapat memenuhi SNI.
black adalah sebagai filler aktif dan juga Pada proses pembuatan kompon
sebagai penguat. karet kisaran suhu yang baik pada proses
Penambahan bahan pengisi carbon vulkanisasi dengan bahan accelerator
black memberikan hasil positif terhadap MBS (2-morpholinothiobenzothiazole)
sifat fisik kompon karet yang dihasilkan adalah 130 - 150 °C pada kisaran suhu
(Oleiwi et al., 2011). Carbon black yang tersebut reaksi crosslinking berjalan
harganya relatif mahal dan sebagian dengan baik dengan tidak merusak
besar masih diimpor, akan menyebabkan kompon karet yang dihasilkan sedangkan
harga produksi barang jadi meningkat, kisaran waktu vulkanisasi pembuatan
sehingga perlu dikaji potensi pemanfaatan kompon 10-15 menit pada kisaran waktu
bahan baku yang lebih murah agar dapat tersebut kompon sudah matang dengan
menekan biaya produksi. nilai torsi yang maksimal (Gosh et al.,
Cangkang kelapa sawit merupakan 2003).
salah satu limbah pengolahan minyak Penelitian ini dilakukan untuk
kelapa sawit. Jumlah cangkang yang menentukan suhu dan waktu proses
dihasilkan per ton produk minyak sawit vulkanisasi yang menghasilkan kompon
adalah sebesar 30% (Rahmawati, 2009). karet dengan parameter fisik terbaik
Cangkang kelapa sawit saat ini belum dengan memanfaatkan bahan pengisi
banyak dimanfaatkan hanya digunakan arang cangkang sawit.
untuk perkerasan jalan di sekitar kebun
sawit dan diolah menjadi arang cangkang BAHAN DAN METODE
maupun sebagai bahan bakar boiler,
dimana peningkatan nilai ekonominya A. Bahan
masih rendah. Potensi produksi kelapa Bahan yang digunakan terdiri dari
sawit di Indonesia, terutama di Sumatera Bahan baku yaitu karet alam (natural
Selatan sangat besar. Luas areal kebun rubber) dan karet sintetis SBR (styrene
kelapa sawit di Sumatera Selatan pada butadiene rubber) sedangkan bahan
tahun 2009 sebesar 690.729 hektar tambahan sebagai bahan pengisi (filler)
dengan produksi sebesar 2.036.553 ton berupa arang cangkang sawit, bahan
pada tahun 2009 dan sebesar 2.082.196 pelunak (softener) berupa minarex oil,
pada tahun 2010 (Statistik Perkebunan bahan penggiat (activator) digunakan ZnO
Indinesia, 2011), dengan rendemen dan asam stearat, bahan pencepat
minyak kelapa sawit sebesar 22% (accelerator) berupa MBS
(Kusnata, 1976) maka jumlah arang (Morpholinothiobenzothiazole) bahan
pemvulkanisasi dengan belerang dan

34
Cahyo Adi Pireno Pengaruh Suhu dan Waktu Vulkanisasi …
Agus Wijaya
Rindit Pambayun

bahan anti degradasi menggunakan 12, dan 14 menit setelah itu kompon
Flektol H dan DPPD. dikeluarkan dari open mill dan ditentukan
Alat yang digunakan dalam ukuran ketebalan lembaran kompon
penelitian ini adalah timbangan/neraca dengan menyetel jarak roll pada cetakan
analitik, open mill dengan 2 rol dilengkapi sheet, setelah itu kompon dikeluarkan dan
dengan kontrol suhu, mould press, diletakkan diatas plastik transparan dan
hidroulic press, stop watch, ayakan, pisau, kompon dipotong disesuaikan dengan
alat uji kuat tarik, alat uji kekerasan, alat barang jadi yang akan dibuat. Diagram alir
uji kuat sobek, alat uji perpanjangan tetap, proses pembuatan kompon dapat dilihat
alat uji bobot jenis, alat uji ketahanan kikis, pada Gambar 1.
flexometer dan jangka sorong. Raw Rubber

B. Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan dalam dua ZnO, Mastication Flectol H
tahap, yaitu 1) pembuatan kompon dan 2)
pengujian. Stearic Acid
Pembuatan Kompon Minarex
Palm shell Compounding
Bahan yang diperlukan untuk oil
charcoal
masing-masing formulasi kompon
ditimbang dengan timbangan analitis
MBS
sesuai Tabel 1. Sulfur
Setelah itu dilakukan dan Conditioning
vulkanisasi. Proses pencampuran
dilakukan dalam gilingan terbuka (open
mill), mula-mula karet alam digiling sampai Rubber Compound
plastis, setelah plastis kemudian Gambar 1. Diagram Persiapan Kompon
ditambahkan aktivator ZnO dan asam
stearat dan digiling sampai homogen. Pengujian
Vulkanisator (sulfur) ditambahkan dan
digiling selama 2-3 menit pada suhu 130- Pengujian dilakukan untuk
150 °C. mengetahui parameter yang diukur,
peubah yang diamati dalam penelitian ini
Tabel 1. Formulasi Kompon meliputi parameter sesuai dengan
SNI 0778 : 2009 tentang sol karet cetak.
No Bahan Formula Kompon (gram)
Parameter-parameter tersebut adalah
1 NR 70
organoleptis dan fisis. Pengamatan
2 SBR 30
organoleptis dilakukan terhadap keadaan
3 ZnO 5 dan kenampakan. Sedangkan pengujian
4 Asam Stearat 2 fisis dilakukan dengan parameter uji fisika
5 TMQ 1 yang meliputi tegangan putus,
6 DPPD 1,5 perpanjangan putus, kekerasan, dan
7 Cumaron Resin 2 ketahanan sobek.
8 Arang Cangkang 30
9 Minarex Oil 5 Analisa Data
10 MBS 1,5 Penelitian ini merupakan percobaan
11 Sulfur 1,5 laboratorium dengan sembilan perlakuan
penelitian dengan dua variasi yaitu suhu
Kemudian antioksidan TMQ (flectol dan waktu vulkanisasi. Rancangan yang
H), resin dan bahan bantu lain digunakan adalah rancangan acak
ditambahkan, filler arang cangkang sawit, lengkap (RAL) faktorial dengan variasi 2
wax dan pelunak ditambahkan. variabel yaitu suhu vulkanisasi (T) 130,
Accelerator santfure MBS ditambahkan, 140 dan 150 °C dan waktu vulkanisasi (W)
proses vulkanisasi dilakukan selama 10, 10, 12 dan 14 menit.

35
Jurnal Dinamika Penelitian Industri Vol. 24 No. 1 Tahun 2013 Hal. 33 - 40

HASIL DAN PEMBAHASAN suhu 130 °C (T1) dan waktu 10 menit (W 1)


sudah tercapai kondisi matang optimum.
A. Tegangan Putus (Tensile Strength) Reaksi crosslinking molekul karet sudah
Menurut Kusnata (1976) tegangan berlangsung dengan baik dan belum
putus adalah besarnya beban yang terjadi pemutusan ikatan karena pengaruh
diperlukan untuk meregangkan potongan suhu maupun waktu yang akan dapat
uji sampai putus, dinyatakan dengan mengurangi nilai parameter tegangan
satuan berat atau gaya per satuan luas putus kompon karet.
penampang potongan uji sebelum Suhu vulkanisasi yang semakin
2 2
diregangkan (kg/cm atau N/m ). Kondisi meningkat akan menyebabkan tegangan
vulkanisasi yang tidak tepat akan putus kompon karet akan semakin
menyebabkan vulkanisat kurang matang menurun, hal ini dikarenakan pada suhu
atau lewat matang. Pada suhu tertentu 130 °C, reaksi kompon karet dengan
akan didapatkan waktu optimum proses bahan-bahan kimia tambahan sudah
vulkanisasi Grafik hasil pengujian berlangsung dengan sempurna, sehingga
tegangan putus dapat dilihat pada dengan bertambahnya suhu maka akan
Gambar 2. terjadi over vulkanisasi yang
memungkinkan terjadinya pemutusan
ikatan pada kompon karet yang akan
mengurangi nilai sifat fisik karet.
Pada proses vulkanisasi dengan
waktu vulkanisasi selama 10 menit (W 1),
nilai tegangan putus mengalami
penurunan yang tajam pada saat proses
vulkanisasi dilakukan pada suhu 130 °C
(T1) sampai dengan 140 °C (T2), setelah
itu mengalami sedikit penurunan saat
proses vulkanisasi dilakukan pada suhu
140 °C sampai dengan 150 °C (T3). Hal ini
dikarenakan dengan waktu vulkanisasi
Gambar 2. Pengaruh waktu dan suhu yang lebih pendek (10 menit) kompon
vulkanisasi terhadap tegangan karet sudah mengalami reaksi vulkanisasi
putus kompon karet yang yang sempurna, sehingga bahan kimia
dihasilkan pereaksi selanjutnya tidak bereaksi terlalu
banyak yang akan mempengaruhi kualitas
Apabila waktu pemanasan kurang kompon karet.
dari waktu optimum itu maka ikatan silang Pada suhu 130 °C perlakuan waktu
yang terjadi belum optimal sehingga akan vulkanisasi pada setiap taraf suhu
mempengaruhi sifat barang jadi karet memberikan pengaruh sangat nyata
maupun lateks. Tetapi apabila waktu terhadap nilai tegangan putus. Tegangan
pemanasan yang diberikan melebihi waktu putus terbaik diperoleh pada proses
yang optimum maka akan terjadi over vulkanisasi selama 10 menit dengan nilai
vulkanisasi, yaitu terputusnya ikatan silang tegangan putus sebesar 175,67 kg/cm2,
maupun ikatan dalam polimer karet itu sedangkan pada suhu 140 °C (T2) dan
sendiri (Rahmaniar, 2009). Over 150 °C (T3) perubahan nilai parameter
vulkanisasi ini terlihat secara visual yaitu tegangan putus tidak begitu tajam. Pada
dengan timbulnya sifat lengket pada karet. suhu 140 °C dengan waktu vulkanisasi 14
Pada range perlakuan lama waktu yang menit (T2W 3) dan dengan waktu
diberikan dalam penelitian ini belum vulkanisasi 12 menit (T2W 2) nilai
menunjukkan gejala kelengketan. parameter tegangan putus tidak berbeda
Pada perlakuan kondisi suhu 130 °C nyata demikian juga pada suhu 150 °C
(T1) dan waktu vulkanisasi 10 menit (W 1) dengan waktu vulkanisasi 12 menit (T3W 2)
memberikan nilai tegangan putus yang dan dengan waktu vulkanisasi 10 menit
paling baik, hal ini terjadi karena pada (T3W 1). Hal ini dikarenakan waktu matang
optimum sudah tercapai pada perlakuan

36
Cahyo Adi Pireno Pengaruh Suhu dan Waktu Vulkanisasi …
Agus Wijaya
Rindit Pambayun

suhu vulkanisasi 130 °C dan waktu dan pertambahan panjang vulkanisat karet
vulkanisai 10 menit (T1W1). Jadi dengan ketika mengalami penarikan sampai
bertambahnya waktu dan suhu proses perpanjangan tertentu dan sampai putus.
vulkanisasi ketika waktu matang optimum Hasil uji parameter perpanjangan putus
sudah tercapai akan menurunkan nilai disajikan pada Gambar 3. Percobaan ini
tegangan putus. Hal ini dikenal dengan dalam kehidupan sehari-hari dapat
istilah scorching/terlalu matang. dijadikan patokan sebagai nilai ambang
Dari hasil pengujian parameter batas sol tersebut dapat tertarik.
tegangan putus, diperoleh data bahwa Suhu vulkanisasi memberikan
tegangan putus dengan nilai tertinggi pada pengaruh yang nyata terhadap nilai
perlakuan suhu 130 °C dan waktu parameter perpanjangan putus. Pada
vulkanisasi 10 menit (T1W 1) dengan nilai suhu 130 oC (T1), nilai perpanjangan putus
tegangan putus sebesar 175,67 kg/cm2 berada pada titik tertinggi, hal ini terjadi
atau 17,567 N/mm2. Menurut Standar karena pada suhu 130 oC proses
Nasional Indonesia (SNI) nilai parameter vulkanisasi sudah mencapai titik matang
tegangan putus minimal untuk sol karet optimum. Pada proses vulkanisasi reaksi
cetak adalah 5 N/mm2 untuk mutu kelas 3, yang terjadi adalah reaksi endotermis, jadi
sedangkan untuk mutu kelas 2 dan kelas semakin tinggi suhu maka reaksi kimia
1 adalah sebesar 11 N/mm2 dan 16 akan lebih cepat, hal ini berkaitan dengan
N/mm2. Dengan demikian mutu kompon energi aktivasi. Energi aktivasi adalah
karet yang dihasilkan, untuk parameter energi kinetik minimum yang diperlukan
tegangan putus memenuhi syarat SNI. untuk terjadinya tumbukan yang efektif.
Semua molekul yang memiliki energi
B. Perpanjangan Putus (elongation at kinetik lebih besar dari energi minimum
break) tersebut dapat melakukan reaksi.
Perpanjangan putus merupakan Fraksi total molekul yang memiliki
penambahan panjang suatu potongan uji energi molekul dengan energi kinetik yang
bila diregangkan sampai putus, cukup untuk melakukan tumbukan yang
dinyatakan dengan % dari panjang efektif akan lebih besar pada suhu yang
potongan uji sebelum diregangkan. lebih besar. Sebagai hasilnya, jumlah
molekul yang melakukan reaksi naik
dengan kenaikan suhu dan dengan
sendirinya akan menambah kecepatan
reaksinya (Nur et al., 2004). Disisi lain,
dengan semakin naiknya suhu dan
lamanya waktu vulkanisasi akan
menyebabkan kompon karet menjadi
lewat matang dan menjadi rusak, hal ini
ditandai dengan menurunnya nilai
parameter fisik seperti tegangan putus
dan perpanjangan putus.
Nilai perpanjangan putus
berbanding lurus dengan nilai tegangan
putus. Semakin tinggi nilai tegangan putus
Gambar 3. Pengaruh waktu dan suhu berarti energi yang digunakan untuk
vulkanisasi terhadap
memutuskan vulkanisat semakin besar,
perpanjangan putus kompon
karet yang dihasilkan
dan berarti pula ikatan silang yang
terbentuk semakin banyak. Adanya ikatan
Pengujian perpanjangan putus silang yang lebih banyak menyebabkan
bertujuan untuk mengetahui sifat-sifat elastisitas vulkanisat pun menjadi lebih
tegangan dan regangan dari karet baik, sehingga kemampuan vulkanisat
vulkanisat dan thermoplastik termasuk untuk memanjang semakin bagus dan
penentuan yield point melalui kekuatan nilai perpanjangan putus semakin tinggi.

37
Jurnal Dinamika Penelitian Industri Vol. 24 No. 1 Tahun 2013 Hal. 33 - 40

Analisis keragaman untuk perlakuan digunakan agar dapat memudahkan


suhu 130 oC, 140 oC dan 150 oC dengan pengolahan karet mentah. Penambahan
waktu 14 menit, 12 menit dan 10 menit bahan pengisi dan bahan pelunak pada
menunjukkan faktor suhu memberikan kompon karet disesuaikan dengan
pengaruh sangat nyata terhadap nilai peruntukannya. Hal ini terjadi karena
parameter perpanjangan putus. Dalam dengan semakin tinggi suhu vulkanisasi
pembuatan kompon sifat-sifat fisis maka ikatan yang terbentuk antara
dipengaruhi oleh bahan-bahan kimia yang molekul bahan pengisi dengan molekul
dicampurkan. Pencampuran bahan baku karet semakin banyak, namun disisi lain
karet alam dengan bahan kimia lain yang dengan penambahan bahan pelunak
ditambahkan kurang homogen akan maka akan melunakkan kompon dan akan
mengakibatkan waktu vulkanisasi menjadi menurunkan jumlah ikatan silang yang
lebih lama. Menurut Syamsu (2007) terbentuk. Hal ini dikarenakan bahan
dalam produksi barang jadi karet untuk pelunak mengandung gugus oxiren yang
keperluan komersial seperti ban akan berikatan pada ikatan rangkap yang
kendaraan dan barang jadi karet lainnya terdapat pada rantai poliisoprene
kecepatan vulkanisasi ini sangat sehingga ikatan rangkap akan putus
diperhatikan sekali karena berkaitan (Thomas, 2005). Pada Gambar 4 terlihat
dengan efisiensi energi yang digunakan bahwa kekerasan kompon karet yang
dalam vulkanisasi, sehingga bila waktu dihasilkan meningkat seiring dengan
optimum proses vulkanisasi sudah naiknya suhu vulkanisasi.
tercapai, maka proses tidak dilanjutkan
lagi.
Interaksi antara suhu dan waktu
vulkanisasi kompon karet terhadap
parameter uji perpanjangan putus
memberikan pengaruh yang sangat nyata.
Nilai perpanjangan putus tertinggi dicapai
pada kondisi suhu 130 oC dan waktu 10
menit (T1W 1) yaitu sebesar 578,33%,
menurut Standar Nasional Indonesia (SNI)
tentang sol karet cetak parameter
perpanjangan putus, minimal 250% untuk
mutu 1, 200% untuk mutu 2 dan 150%
untuk mutu 3. Dengan demikian kompon
karet yang dihasilkan dari pemanfaatan
arang cangkang sawit sebagai bahan Gambar 4. Pengaruh waktu dan suhu
pengisi pengganti carbon black vulkanisasi terhadap kekerasan
kompon karet yang dihasilkan
memberikan nilai parameter uji
perpanjangan putus yang memenuhi
Untuk semua perlakuan suhu dan
syarat SNI.
waktu memberikan pengaruh sangat nyata
terhadap parameter kekerasan.
C. Kekerasan (hardness)
Pada proses vulkanisasi dengan
Kekerasan suatu kompon bisa
lama waktu 10 menit, 12 menit dan 14
diartikan sebagai tekanan balik dari
menit, dengan semakin naiknya suhu
kompon pada saat kompon tersebut diberi
vulkanisasi, maka nilai parameter
tekanan. Kekerasan karet tergantung dari
kekerasan kompon karet akan semakin
jenis atau jumlah bahan pengisi dan
naik. Pada waktu 10 menit dan 12 menit,
bahan pelunak yang digunakan pada
perlakuan suhu berpengaruh sangat nyata
penyusunan campuran vulkanisat. Bahan
terhadap parameter kekerasan tapi pada
tambahan tersebut berpengaruh karena
parameter waktu 14 menit perlakuan suhu
dengan penambahan bahan pengisi maka
tidak memberikan pengaruh nyata. Hal ini
kerapatan ikatan silang akan naik,
terjadi karena kekerasan karet sangat
sehingga kompon karet menjadi semakin
dipengaruhi oleh jumlah bahan pengisi
keras, sedangkan bahan pelunak

38
Cahyo Adi Pireno Pengaruh Suhu dan Waktu Vulkanisasi …
Agus Wijaya
Rindit Pambayun

dan bahan pelunak yang ditambahkan, kekuatan tarik baru akan mencapai titik
serta bentuk dari bahan pengisi tersebut. optimum (Eirich, 1978).
Semakin lama waktu reaksi, maka jumlah
bahan pengisi (filler) yang bereaksi
dengan partikel karet akan semakin
banyak sehingga kekerasan meningkat.
Pada suhu vulkanisasi 130 °C (T1)
pengaruh dari perlakuan waktu vulkanisasi
berbeda sangat nyata, sedangkan
selebihnya pada suhu vulkanisasi 140 °C
dan suhu 150 °C, perlakuan waktu tidak
memberikan perbedaan nyata terhadap
parameter kekerasan. Penurunan
kerapatan ikatan silang akan menurunkan
kekerasan vulkanisat, kekerasan juga
dipengaruhi oleh ikatan silang dan struktur
ikatan silang yang terdapat pada Gambar 5. Pengaruh waktu dan suhu
vulkanisat. Kekerasan akan meningkat vulkanisasi terhadap ketahanan
dengan meningkatnya kerapatan ikatan sobek kompon karet yang
silang. Sebaliknya akan menurun jika dihasilkan
kerapatan ikatan silang menurun (Juleha,
1992). Pada suhu vulkanisasi yang lebih Ketahanan sobek dipengaruhi oleh
tinggi ikatan silang yang terbentuk lebih waktu dan suhu vulkanisasi. Pada
banyak sehingga nilai parameter perlakuan suhu 130 °C (T1) dan waktu
kekerasan lebih tinggi, namun akan vulkanisasi 10 menit (W 1) memberikan
mencapai pada titik maksimal dimana nilai ketahanan sobek yang paling baik,
parameter kekerasan tidak akan hal ini terjadi karena pada suhu 130 °C
bertambah lagi. (T1) dan waktu 10 menit (W 1) sudah
Nilai kekerasan tertinggi dicapai tercapai kondisi matang optimum,
pada kondisi suhu 150 oC dan waktu 14 sehingga reaksi crosslinking (ikatan
menit (T3W 3) yaitu sebesar 62,83 Shore A, silang) molekul karet sudah berlangsung
menurut Standar Nasional Indonesia (SNI) dengan baik dan belum terjadi pemutusan
tentang sol karet cetak parameter ikatan karena pengaruh suhu maupun
kekerasan memiliki kisaran nilai antara 55- waktu.
80 Shore A untuk mutu 1, mutu 2 dan Apabila suhu vulkanisasi semakin
mutu 3. Dengan demikian kompon karet naik dan waktu vulkanisasi semakin lama,
yang dihasilkan dari pemanfaatan arang maka akan meningkatkan kekerasan dan
cangkang sawit sebagai bahan pengisi kekakuan vulkanisat. Semakin tinggi
pengganti carbon black memberikan nilai kekerasannya maka akan semakin rendah
parameter uji kekerasan yang memenuhi ketahanan sobeknya.
syarat SNI. Pada suhu 130 °C dan 140 °C
perlakuan waktu vulkanisasi (W 3) dan (W 2)
D. Ketahanan Sobek (tear strength) tidak berbeda nyata tapi berbeda nyata
Parameter ketahanan sobek dengan (W 1), sedangkan pada suhu 150
menunjukkan tenaga yang dibutuhkan °C semua perlakuan waktu berbeda
untuk menyobek vulkanisat karet dengan nyata. Ketahanan sobek terbaik diperoleh
satuan Kg/cm atau N/cm. Kekuatan sobek pada proses vulkanisasi dengan waktu
akan terus meningkat sejalan dengan vulkanisasi selama 10 menit.
pertambahan jumlah ikatan silang pada Ketahanan sobek dengan nilai
proses vulkanisasi, tetapi nilai ketahanan tertinggi pada perlakuan suhu 130 °C dan
sobek ini akan menurun apabila sudah waktu vulkanisasi 10 menit (T1W 1) dengan
mencapai titik optimum. Penurunan nilai ketahanan sobek sebesar 51,67
ketahanan sobek ini terjadi pada saat nilai kg/cm2 atau 5,167 N/mm2. Menurut
standar nasional Indonesia (SNI) nilai

39
Jurnal Dinamika Penelitian Industri Vol. 24 No. 1 Tahun 2013 Hal. 33 - 40

parameter ketahanan sobek minimal untuk Benzothiazole Accelerated


sol karet cetak adalah 3.5 N/mm2 untuk Formulations: from Reaction
mutu kelas 3, sedangkan untuk mutu Mechanisms to A Rational Kinetic
kelas 2 dan kelas 1 adalah sebesar 4 Model. Rubber Chemistry and
N/mm2 dan 6 N/mm2. Dengan demikian Technology 76(3): 592–693.
mutu kompon karet yang dihasilkan untuk Juleha, S. E. (1992). Analisis Tingkat
parameter ketahanan sobek memenuhi Swelling Vulkanisat Karet Alam
syarat SNI untuk sol karet cetak di mutu dengan Berbagai Sistem
kelas 2 dan 3. Vulkanisasi. Institut Pertanian
Bogor.
KESIMPULAN Kusnata, T. (1976). Pengujian Fisika pada
Karet. Balai Penelitian Perkebunan
Waktu dan suhu vulkanisasi pada Bogor.
proses pembuatan kompon karet Nur, A., Zaenal A. M., Suminar S. A.,
berpengaruh terhadap kualitas kompon Purwantiningsih. (2004). Kimia
karet yang dihasilkan. Selain itu Dasar 2. Departemen Kimia FMIPA
pembuatan kompon sol karet cetak IPB. Bogor.
dengan memanfaatkan hasil samping Oleiwi, J. K., M. S. Hamza, and N. A.
pabrik kelapa sawit berupa arang Nassir. (2011). A Study of The Effect
cangkang sawit sebagai bahan pengisi of Carbon Black Powder on The
pengganti carbon black, dapat Physical Properties of SBR/NR
menghasilkan kompon yang memenuhi Blends Used In Passenger Tire
syarat SNI dengan hasil uji parameter Treads. Eng. & Tech. Journal 29(5):
fisika terbaik pada suhu vulkanisasi 130 856–870.
o
C (T1) dengan waktu vulkanisasi 10 menit Pujiastuti, L. (2007). Pengaruh Waktu dan
(W 1) dengan spesifikasi mutu tegangan Suhu Vulkanisasi pada Pembuatan
putus 175,67 kg/cm2, perpanjangan putus Kasur dari Serat Sabut Kelapa
578,33%, kekerasan 59 shore A dan Berkaret. Skripsi, Fakultas
kekuatan sobek 51,67 kg/cm2. Pertanian. Bogor: Institut Pertanian
Bogor.
UCAPAN TERIMA KASIH Rahmaniar. (2009). Pengaruh
Kami mengucapkan banyak terima Penambahan Minyak Kemiri Epoksi
kasih kepada Prof. Rindit Pambayun dan pada Kompon Karet Vulkanisir Ban.
Dr. Agus Wijaya atas arahan dan motivasi Tesis, Fakultas Pertanian.
yang diberikan, Dr. Hari Adi Prasetya atas Palembang: Universitas Sriwijaya.
kesempatan dan dukungannya, Rahmawati. (2009). Pengaruh Komposisi
Universitas Sriwijaya dan Baristand Arang Cangkang Kelapa Sawit dan
Industri Palembang, dan semua pihak Hitam Arang (Carbon Black)
yang telah mendukung penelitian ini. terhadap Kualitas Kompon Karet Sol
Sepatu. Skripsi, Fakultas
DAFTAR PUSTAKA Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam. Medan: Universitas Sumatera
Badan Penelitian dan Pengembangan Utara.
Pertanian. (2007). Prospek dan Arah Statistik Perkebunan Indonesia. (2011).
Pengembangan Agribisnis Kelapa Potensi Kelapa Sawit Sumatera
Sawit. Jakarta: Departemen Selatan. Departemen Pertanian.
Pertanian. … hlm. Direktorat Jenderal Perkebunan.
Eirich, Fredeick R. (1978). Science and Jakarta.
Technology of Rubber. Polytehnic Syamsu, Y. (2007). Pengetahuan Dasar
Institute of New York. Brooklyn. New Elastomer. Makalah Kursus
York. pp 323. Teknologi Barang Jadi Karet. Balai
Ghosh, P., S. Katare, P. Patkar, J. M. Penelitian Teknologi Karet. Bogor.
Caruthers, and V. Thomas, J. (2005). Pengujian Sifat Fisika
Venkatasubramanian. (2003). Sulfur Barang Jadi Karet. Balai Penelitian
Vulcanization of Natural Rubber for Teknologi Karet Bogor.

40

Anda mungkin juga menyukai