Anda di halaman 1dari 7

Jurnal Dinamika Penelitian Industri Vol. 24 No. 2 Tahun 2013 Hal.

122 - 128

PENGGUNAAN CRUDE PALM OIL (CPO) SEBAGAI BAHAN PELUNAK (FACTICE)


DALAM PEMBUATAN KOMPON KARET GELANG
THE USE OF CRUDE PALM OIL (CPO) AS FACTICE FOR COMPOUND OF
RUBBER BAND

Nuyah
Balai Riset dan Standardisasi Industri Palembang
e-mail: nuyah1957@yahoo.co.id
Diterima:06 Juli 2013; Direvisi: 16 Juli – 18 November 2013; Disetujui: 28 November 2013

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan Crude Palm Oil (CPO)
sebagai bahan pelunak (factice) dalam pembuatan kompon karet gelang, serta
mendapatkan formula kompon karet yang tepat dan memenuhi persyaratan. Jenis bahan
pelunak yang digunakan dalam penelitian yaitu CPO, dan bahan pengisi (filler) silika
dengan variasi perbandingan yaitu formula 1 (brown factice 30 g, tanpa CPO dan silika 60
g) sebagai kontrol, formula 2 (tanpa CPO dan silika 60 g), formula 3 (CPO 30 g dan silika
60 g), formula 4 (CPO 60 g dan silika 120 g), dan formula 5 (CPO 90 g dan silika 180 g).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan CPO dan bahan pelunak silika
berpengaruh nyata terhadap kekerasan, tegangan putus, perpanjangan putus dan berat
jenis. Perlakuan terbaik diperoleh pada formula 3 (CPO 30 g dan silika 60 g) dengan nilai
kekerasan 33 shore A, tegangan putus 253 kg/cm 2, perpanjangan putus 890% dan berat
jenis 0,933 g/cm 3.
Kata kunci: brown factice, crude palm oil, silika, kompon karet gelang

Abstract
The research aimed to obtain the influence of utilizing crude palm oil as a factice for
compound of rubber band, and also to find out the best rubber compound for rubber
formula which fulfill the quality specification.The factice type used was crude palm oil
(CPO) and the filler was silica with variations were formula 1 (Brown factice 30 g, without
CPO and silica 60 g) as control, formula 2 (without CPO and silica 60 g), formula 3 (CPO
30 g and silica 60 g), formula 4 (CPO 60 g and silica 120 g), and formula 5 (CPO 90 g and
silica 180 g). The result showed that the addition of crude palm oil and silica had
significant effect on the hardness, tensile strength, elongation at break and density. The
best treatment was found in formula 3 (CPO 30 g and silica 60 g) with hardness value 33
shore A, tensile strength 253 kg/cm2, elongation at break 890% and density 0,933 g/cm3.
Keywords : brown factice, compound of rubber band, crude palm oil, silica

PENDAHULUAN karet sintetis mempunyai sifat yang baik


terhadap kondisi lingkungan seperti
Karet alam (Natural Rubber) adalah tahan terhadap panas, cuaca dan
suatu senyawa hidrokarbon dan minyak (Rahman, 2005).
merupakan polimer alam yang terbentuk Kualitas barang jadi karet sangat
dari getah karet yang digumpalkan dan ditentukan oleh bahan baku dan bahan
mengalami proses pengeringan. Karet tambahan yang digunakan serta
alam digolongkan kedalam elastomer teknologi cara pembuatannya.
dan tidak tahan terhadap panas, Pengerasan kompon karet dapat
oksidasi, ozon dan pelarut hidrokarbon dapat dicegah dengan menambahkan
(Haris, 2004). Sifat-sifat mekanik karet bahan pelunak dan antioksidan. Karet
alam lebih baik dibandingkan karet dalam keadaan mentah tidak dapat
sintetis yaitu dapat digunakan untuk dibentuk menjadi barang jadi karet yang
berbagai keperluan umum, sedangkan

122
Nuyah Penggunaan Crude Palm Oil (CPO) sebagai …

layak digunakan karena tidak elastis dan CPO mempunyai peluang yang besar
mempunyai banyak kelemahan. untuk diolah lebih lanjut namun saat ini
Agar dihasilkan barang jadi karet industri hilir minyak sawit belum
yang layak digunakan, terlebih dahulu berkembang dengan baik, sehingga
dibuat kompon karet dengan cara sampai sekarang industri pengolahan
mencampurkan karet dengan bahan kelapa sawit hanya didominasi oleh
kimia lain lalu di vulkanisasi (Wahyudi, industri kilang CPO.
2005). Indonesia merupakan penghasil
Kompon karet adalah campuran utama CPO didunia. Tahun 2008,
antara karet alam dengan bahan-bahan produksi CPO Indonesia sebesar 17,1
kimia yang ditentukan komposisinya dan juta ton. Perkiraan tahun 2009, produksi
pencampurannya dilakukan dengan cara CPO Indonesia sebesar 20,7 juta ton
penggilingan pada suhu 70°C + 5°C. dan ekspor sebesar 15,7 juta ton
Komposisi kompon karet berbeda-beda (Anonim, 2008). Bahan pengisi berfungsi
tergantung pada tujuan pembuatan sebagai penguat (reinforcing) yang dapat
barang jadi karetnya. Sebelum bahan memperbesar volume karet, dapat
baku karet alam dicampur dengan bahan memperbaiki sifat fisis barang karet dan
pembantu, terlebih dahulu bahan baku memperkuat vulkanisat (Bonstra, 2005).
karet tersebut dilunakan (mastikasi) atau Efek penguatan bahan pengisi
diplastisasi dengan cara digiling ditentukan oleh ukuran partikel, keadaan
(Abednego, 1998). permukaan dan bentuk, kehalusan
Bahan-bahan kimia dalam butiran dan kerataan penyebarannya.
pembuatan kompon karet diantaranya Kekuatan vulkanisat karet masih dapat
bahan pelunak dan bahan pengisi. ditingkatkan dengan cara menambahkan
Bahan pelunak berfungsi memudahkan pengisi penguat (reinforcing filler)
pembuatan kompon, pemberian bentuk kedalam persenyawaan karet. Salah
dan barang karet menjadu empuk. satu bahan pengisi penguat yang
Penambahan bahan pelunak terhadap digunakan dalam pembuatan kompon
vulkanisat karet akan berpengaruh karet adalah bahan pengisi jenis silika.
diantaranya memudahkan pencampuran Penambahan bahan pengisi penguat
bahan pengisi kedala kompon karet, pada pembuatan kompon karet dapat
sehingga jumlah penambahan bahan meningkatkan kekerasan, kuat tarik,
pengisi harus diimbangi dengan jumlah modulus, kuat sobek dan ketahanan kikis
penambahan bahan pelunak, suatu kompon, biasanya carbon black
mempersingkat waktu dan menurunkan dan pigmen mineral yang ukuran
suhu pencampuran, menghambat partikelnya kecil (Thomas, 2003). Bahan
scorch, memudahkan proses pemberian pengisi merupakan bahan yang penting
bentu. Bahan pelunak pada pembuatan dan selalu digunakan dalam pembuatan
kompon karet biasanya berasal dari kompon karet.
minyak bumi (petroleum oil) yaitu jenis Tujuan Penelitian ini untuk
minyak mineral seperti parafinik, mengetahui Pengaruh Penggunaan CPO
naftenik dan aromatik. Bahan pelunak sebagai bahan pelunak (factice) dalam
yang berasal dari minyak bumi pembuatan kompon karet gelang.
mempunyai kelemahan tidak ramah
lingkungan, iritasi, korosif dan bersifat BAHAN DAN METODE
karsinogenik. Oleh karena itu perlu
adanya alternatif yang lain, diantaranya A. Bahan dan Alat
minyak berasal dari minyak nabati yaitu Bahan yang digunakan pada
CPO. Minyak sawit kasar yang dikenal penelitian meliputi: karet alam (natural
dengan CPO (crude palm oil) adalah rubber), crude palm oil (CPO), ZnO,
minyak yang diperoleh dari ekstraksi asam stearat, Flektol H, silika,
bagian mesokarp buah. CPO (crude mercaptodithiobenzothiazol (MBTS),
palm oil) merupakan produk utama dari Zincdibutyldithiocarbamate (ZDBC),
industri kelapa sawit yang mempunyai brown factice dan sulfur.
produk turunan yang sangat beragam.

123
Jurnal Dinamika Penelitian Industri Vol. 24 No. 2 Tahun 2013 Hal. 122 - 128

Peralatan yang digunakan meliputi 6). diamkan/dinginkan minimum 4


mesin giling dua roll (open mill), cetakan jam (paling baik 24 jam) pada
(moulding), alat press, neraca analitis suhu ruangan 20°C s.d 25°C,
dan peralatan uji. setelah itu kompon dapat
digunakan untuk proses
B. Metode Penelitian vulkanisasi.
Dalam penelitian ini dilakukan 7). Kompon dikeluarkan dari open
percobaan pembuatan beberapa mill dan ditentukan ukuran
kompon karet gelang dengan variasi ketebalan lembaran kompon
perlakuan sebagai berikut : dengan menyetel jarak roll pada
Formula 1 = Bahan pelunak brown cetakan sheet, dikeluarkan dan
factice 30 g dan silika 60 g diletakkan diatas plastik
(kontrol). transparan dan kompon dipotong
Formula 2 = Bahan pelunak CPO 0 g disesuaikan dengan barang jadi
dan silika 60 g. yang akan dibuat.
Formula 3 = Bahan pelunak CPO 30 g
dan silika 60 g. Peubah yang diamati
Formula 4 = Bahan pelunak CPO 60 g Parameter yang diamati dalam
dan silika 120 g. penelitian ini meliputi parameter
Formula 5 = Bahan pelunak CPO 90 g kekerasan (hardness), tegangan putus
dan silika 180 g. (tensile strength), perpanjangan putus
(elongation at break), dan berat jenis
Prosedur Pembuatan Kompon karet (density).
1. Penimbangan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Bahan yang diperlukan untuk
masing-masing formula kompon
Pada penelitian ini formula 1
ditimbang sesuai perlakuan. Jumlah dari
merupakan vulkanisat karet yang
setiap bahan di dalam formula kompon
menggunakan bahan pelunak yaitu
dinyatakan dalam gram.
brown factice dan CPO digunakan
2. Mixing (pencampuran) sebagai vulkanisat pembanding atau
Proses pencampuran dilakukan kontrol, dengan nilai hasil uji kekerasan
dalam gilingan terbuka (open mill), yang 33shore A, tegangan putus 265 kg/cm2,
telah dibersihkan. Selanjutnya dilakukan perpanjangan putus 900% dan berat
proses : jenis 0,934 g/cm3.
a. Mastikasi karet alam selama 1-3
menit. A. Kekerasan (Hardness), Shore A
b. Pencampuran polimer dengan bahan Uji kekerasan dilakukan untuk
kimia (pembuatan kompon mengetahui besarnya kekerasan
karet/vulkanisasi) vulkanisat karet dengan kekuatan
1). Masukkan ZnO dan asam stearat, penekanan tertentu (Wahyudi, 2005).
potong setiap sisi sampai tiga kali Kekerasan dari vulkanisat karet berbeda-
selam 2-3 menit. beda, tergantung pada jumlah bahan
2). Masukkan MBTS, dan ZDBC pengisi dan jumlah bahan pelunak yang
sampai pengilingan rata/ digunakan dalam kompon (Thomas,
homogen. 2003). Kekerasan kompon karet
3). Masukkan filler berupa silika dipengaruhi oleh jumlah optimum dari
sedikit demi sedikit, giling selama penambahan bahan pelunak yang akan
10 menit. meningkatkan elastisitas dari kompon
4). Flektol H, brown factice dan CPO karet.
ditambahkan, giling perlahan- Hasil pengujian kekerasan kompon
lahan hingga homogen. karet terendah diperoleh pada formula 5
5). Kompon digiling kembali untuk (CPO 90 g dan silika 180 g) yaitu 27
dimasukan sulfur (5 menit) shore A dan hasil pengujian kompon
karet tertinggi diperoleh pada formula 1

124
Nuyah Penggunaan Crude Palm Oil (CPO) sebagai …

(Brown factice 30 g, tanpa CPO dan didalam bahan bukan karet (Refrizon,
silika 60 g), dan formula 3 (CPO 30 g 2003).
dan silika 60 g) yaitu 33 shore A. Hasil Reaksi ikatan silang antara gugus
pengujian kekerasan kompon karet aldehida berjalan lamban dan sangat
gelang dapat dilihat pada Gambar 1. dipengaruhi oleh tingkat kadar air yang
terdapat dalam karet tersebut. Semakin
35 kering akan semakin dipercepat
30 terjadinya reaksi ikatan silang gugus
aldehida tersebut (Burfield, 2003).
25
Kecepatan reaksi kondensasi ikatan
kekerasan (shore A)

20 silang aldehida lebih cepat dibandingkan


15 kecepatan pemutusan ikatan rantai oleh
10 reaksi oksidasi. Sehingga karet akan
mengalami pengerasan. Penambahan
5
minyak akan melunakkan kompon dan
0 akan menurunkan jumlah ikatan silang
1 2 3 4 5
yang terbentuk (Thomas, 2003).
formula Kekerasan karet juga tergantung
Gambar 1. Hasil pengujian Kekerasan jumlah dan jenis bahan pengisi atau
(Shore A) kompon karet jumlah dan jenis bahan penunjang lain
yang digunakan dalam penyusunan
Nilai kekerasan kompon karet
campuran (kompon), dengan demikian
gelang terbaik diperoleh pada formula 3
kekerasan suatu vulkanisasi dapat diatur
(CPO 30 g dan silka 60 g) yaitu 33 Shore
menurut kehendak. Bahan pengisi yang
A, hasil ini tidak memberikan perbedaan
menggunakan silika memberikan nilai
yang tidak signifikan dengan kompon
yang perbedaannya tidak signifikan
pembanding yaitu kompon 1 dengan nilai
terhadap kekerasan bila dibandingkan
kekerasan 33 Shore A. Penambahan
dengan kompon pembanding.
crude palm oil (CPO) cenderung
menurunkan nilai kekerasan, hal ini
B. Tegangan Putus (tensile
menunjukkan bahwa penggunaan crude
strength), kg/cm2
palm oil (CPO) sebagai bahan pelunak
Tegangan putus merupakan
pada komposisii kompon yang sama
besarnya beban yang diperlukan untuk
dapat memberikan sifat-sifat fisika yang
meregangkan potongan uji sampai
baik yang hampir menyerupai Brown
putus, dinyatakan dengan kg tiap cm2
factice. Hal ini juga terjadi karena asam
luas penampang potongan uji sebelum
stearat yang ada pada crude palm oil
diregangkan. Jika nilai tegangan putus
(CPO) dapat berfungsi sebagai
semakin besar, menunjukkan bahwa
pendispersi yang baik dari molekul-
kompon karet semakin elastis (Basseri
molekul kompon. Kekerasan karet
A, 2005). Tegangan putus merupakan
tergantung terutama pada jumlah dan
pengujian fisika karet yang terpenting
jenis bahan pelunak yang digunakan
dan paling sering dilakukan, dengan
dalam penyusunan campuran (kompon).
pengujian ini pula dapat ditetapkan
Karet alam cenderung menurunkan nilai
waktu vulkanisasi optimum suatu
kekerasan barang jadi karet, hal ini
kompon dan pengaruh pengusangan
disebabkan karet alam bersifat lentur
pada suatu vulkanisasi, selain itu juga
dan mempunyai friksi yang baik pada
pengujian ini menggambarkan kekuatan
suhu normal, sehingga pemakaian karet
dan kekenyalan karet.
alam akan membuat kompon karet
Hasil pengujian tegangan putus
menjadi lunak. Kekerasan kompon karet
kompon karet terendah diperoleh pada
terjadi, karena adanya reaksi ikatan
formula 5 (CPO 90 g dan silika 189 g)
silang antara gugus aldehida pada rantai
yaitu 214 kg/cm2 dan hasil pengujian
poliisoprene (1-6 per-rantai) dengan
kompon karet tertinggi diperoleh pada
gugus aldehida terkondensasi yang ada
formula 2 (tanpa CPO dan silika 60 g)
yaitu 266 kg/cm2. Hasil pengujian

125
Jurnal Dinamika Penelitian Industri Vol. 24 No. 2 Tahun 2013 Hal. 122 - 128

tegangan putus kompon karet gelang sangat dipengaruhi oleh jumlah optimum
dapat dilihat pada Gambar 2. penambahan bahan pengisi penguat,
sehingga akan meningkatkan tegangan
300
putus barang jadi karet (Rahman,
2005b). Hasil pengujian kompon terbaik
250 terdapat pada formula 3 (CPO 30 g dan
Tegangan putus (kg/cm2)

200 silika 60 g yaitu 253 kg/cm 2.


150 C. Perpanjangan putus (elongation
100 at break), %
Perpanjangan putus merupakan
50
penambahan panjang suatu potongan uji
0 bila diregangkan sampai putus,
1 2 3 4 5 dinyatakan dengan % dari panjang
formula potongan uji sebelum diregangkan
(Kusnata, 1976). Pengujian
Gambar 2. Hasil pengujian tegangan putus perpanjangan putus (elongation at break)
(kg/cm2) kompon karet. bertujuan untuk mengetahui sifat-sifat
tegangan dan regangan dari karet
Nilai tegangan putus kompon karet
vulkanisat dan thermoplastik dan
gelang mendekati kompon pembanding
termasuk penentuan yield point melalui
pada formula 3 (CPO 30 g dan silika 60
kekuatan dan pertambahan panjang
g) yaitu 253 kg/cm2. Penambahan CPO
vulkanisat karet ketika mengalami
cenderung menurunkan nilai tegangan
penarikan sampai perpanjangan tertentu
putus, hal ini dapat terjadi karena asam
dan sampai putus.
lemak yang terdapat pada CPO
mempunyai kelarutan yang terbatas
900
didalam karet. Pada formula 4 (CPO 60
g dan silika 120 g) yaitu 230 kg/cm 2 890
Perpanjangan putus (%)

membentuk nilai tegangan putus makin 880


kecil, hal ini terjadi karena makin banyak
bahan pengisi yang ditambahkan, 870
sehingga kemampuan crude palm oil 860
(CPO) sebagai bahan pelunak (factice)
850
agak berkurang, dan pada formula 5
(CPO 90 g dan siika 180 g) yaiitu 214%, 840
tegangan putus yang diperoleh masih 1 2 3 4 5
dalam taraf toleransi, karena tegangan formula
putus lebih besar dari 200 kg/cm 2 dan
Gambar 3. Hasil pengujian perpanjangan
hampir mendekati kompon standar. putus (%) kompon karet
Penambahan silika pada pembuatan
kompon cenderung menurunkan nilai Hasil pengujian perpanjangan pu tus
tegangan putus, hal ini disebabkan kompon karet terendah diperoleh pada
jumlah bahan pengisi yaitu silika yang formula 4 (CPO 60 g dan silika 120 g)
ditambahkan terlalu banyak atau kompon yaitu 860% dan hasil pengujian kompon
karet yang dibuat kurang homogen, karet tertinggi diperoleh pada formula 1
sehingga bahan pengisi tidak merata. (brown factice 30 g, tanpa CPO dan
Keberhasilan pencampuran sangat silika 60 g) dan formula 2 (tanpa CPO
menentukan sifat fisik barang jadi karet. dan silika 60 g) yaitu 900%. Hasil
Menurut Blow (2001) bahan pengisi pengujian perpanjangan putus kompon
dapat ditambahkan pada hampir semua karet gelang dapat dilihat pada
barang karet dalam jumlah yang cukup Gambar 3.
besar, untuk mengurangi jumlah karet Nilai perpanjangan putus kompon
yang digunakan dan dapat memberikan karet gelang pada formula 3 (CPO 30 g
sifat fisik yang lebih baik.Tegangan putus dan silika 60 g) diperoleh mendekati

126
Nuyah Penggunaan Crude Palm Oil (CPO) sebagai …

kompon pembanding yaitu 890%.


Penambahan CPO cenderung
menurunkan nilai perpanjangan putus,
0,934
hal ini disebabkan asam lemak yang
terdapat dalam CPO mempunyai 0,9335

Berat jenis (g/cm3)


kelarutan yang terbatas atau tidak 0,933
bercampur secara homogen didalam 0,9325
karet. Sedangkan formula 4 (CPO 60 g
dan silika 120 g) yaitu 860% dan 5 (CPO 0,932

90 g dan silika 180 g) yaitu 870% 0,9315


diperoleh nilai perpanjangan putus 0,931
semakin kecil, hal ini dapat disebabkan 1 2 3 4 5
karena makin banyaknya bahan pengisi
formula
yang ditambahkan, sehingga
kemampuan CPO sebagai bahan
Gambar 4. Hasil pengujian berat jenis
pelunak agak berkurang. Perpanjangan (g/cm3) kompon karet.
putus merupakan salah satu sifat fisika
barang jadi karet, untuk mengetahui sifat Nilai berat jenis kompon karet
elastisitas dari produk yang akan gelang pada formula 2 (tanpa CPO dan
menunjukkan sampai seberapa produk silika 60 g) dan formula 4 (CPO 60 g dan
yang berbentuk ring dapat diregangkan silika 120 g) diperoleh sama dengan
dengan tepat pada tempatnya. Jika kompon pembanding yaitu 0,934 g/cm 3.
kemulurannya terlalu besar maka produk Sedangkan pada formula 3 (CPO 30 g
akan mudah ditarik, sehingga pada dan silika 60 g) yaitu 0,933 g/cm 3 dan
pemakaiannya tidak dapat dikencangkan formula 5 (CPO 90 g dan silika 180 g)
dengan tepat (Kusnata, 1976). Menurut diperoleh nilai density semakin kecil,
Herminiawati (1999) yang mengatakan hasil ini jika dibandingkan dengan
bahwa, perpanjangan putus dipengaruhi kompon pembanding tidak memberikan
kadar bahan pengisi dan bahan pelunak. perbedaan yang signifikan. Hal ini
Oleh karena itu penambahan CPO menunjukkan bahwa penggunaan CPO
dalam pembuatan kompon berguna sebagai bahan pelunak pada komposisi
uantuk meningkatkan efektivitas yang sama dapat memberikan sifat-sifat
pengolahan kompon. fisika atau nilai berat jenis yang baik
yang hampir sama dengan Brown
D. Berat Jenis (density), g/cm3 factice. Hal ini dapat terjadi karena asam
Penentuan berat jenis (density) stearat yang ada pada CPO dapat
dilakukan untuk mengetahui mutu dari berfungsi sebagai pendispersi yang baik
kompon karet dan perhitungan jumlah dari molekul-molekul kompon (Barley,
karet yang dibutuhkan untuk volume 1951).
tertentu selain itu juga digunakan untuk Berat jenis akan turun bila
membuat vulkanisat karet dengan permukaan dalam (internal surface)
hitungan volume. bahan lebih besar. Peningkatan proporsi
Hasil pengujian berat jenis kompon silika akan menurunkan berat jenis.
karet terendah diperoleh pada formula 5 Peningkatan berat jenis disebabkan
(CPO 90 g dan silika 180 g) yaitu 0,932 karena makin banyak molekul silika yang
g/cm3 dan hasil pengujian kompon karet terikat pada polimer karet menjadikan
tertinggi diperoleh pada formula 2 (tanpa kompon karet makin padat, sehingga
CPO dan silika 60 g) dan formula 4 berat jenisnya makin besar
(CPO 60 g dan silika 120 g) yaitu 0,934 (Supraptiningsih, 2005).
g/cm3. Hasil pengujian berat jenis
kompon karet gelang dapat dilihat pada KESIMPULAN
Gambar 4.
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa, variasi penambahan CPO dan
silika berpengaruh terhadap kekerasan

127
Jurnal Dinamika Penelitian Industri Vol. 24 No. 2 Tahun 2013 Hal. 122 - 128

tegangan putus, perpanjangan putus, terhadap Sifat Fisis Kompon Karpet


dan berat jenis. Perlakuan terbaik Karet. Majalah Kulit, Karet dan
didapat pada formula 3 (CPO 30 g dan Plastik. 21(1) : 34-40.
silika 60 g) dengan hasil uji kekerasan Thomas, J. (2003). Desain Kompon.
yaitu 33 shore A, tegangan putus yaitu Bogor: Balai Penelitian Teknologi
253 kg/cm2, perpanjangan putus yaitu Karet.
890%, dan berat jenis yaitu 0,933 g/cm3. Wahyudi, T. (2005). Teknologi Barang
Jadi Karet Padat. Bogor: Balai
DAFTAR PUSTAKA Penelitian Teknologi Karet.

Abednego. (1998). Bahan Kimia


Penyusun Kompon. Bogor: Balai
Penelitian Teknologi Karet.
Barley, A.E. (1951). Industrial Oil and
Fats Product, 2ndEd. New York:
Interscience Publishing Inc.
Basseri, A. (2005). Teori Praktek Barang
Jadi Karet. Bogor: Balai Penelitian
dan Teknologi Karet.
Blow, C.M. (2001). Rubber Technology
and Manufacture, 2nd Edition.
London: Butterworth Scientifics.
Boonstra, B.B. (2005). Reinforcement by
Filler. J. Rubber Age. 92 (6): 227-
235
Burfield. D.R., Lim, K.L., and Law, K.S.
(2003). Epoxidation of Natural
Rubber Latices Methods of
Preparation and Properties of
Modified Rubbers. Journal of Applied
Polymer Science. 29(5): 1661-1673.
Haris, U. (2004). Karet Alam Hevea dan
Industri Pengolahannya. Bogor:
Balai Penelitian Karet Bogor. Pusat
Penelitian Karet. Lembaga Riset
Perkebunan Inodonesia.
Herminiwati, Purnomo, D., Supranto.
(2003). Sifat Filler Kayu Kering
terhadap Vulkanisat Karet. Majalah
Barang Kulit, Karet dan Plastik. 9(1):
32-39.
Kusnata, T. (1976). Pengujian Fisika
Karet. Bogor: Balai Penelitian
Perkebunan.
Rahman, N. (2005). Pengetahuan Dasar
Elastomer. Kursus Teknologi Barang
Jadi Karet Padat. Bogor: Balai
Penelitian Teknologi Karet.
Refrizon. (2003). Viskositas Mooney
Karet Alam. Medan: Jurusan Fisika,
Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas
Sumatera Utara.
Supraptiningsih, A. (2005). Pengaruh
RSS/SBR dan Filler CaCO3,

128

Anda mungkin juga menyukai