MODUL 2
PEMBUATAN BAN VULKANISIR
Kompetensi:
1. Mampu menjelaskan tahapan proses pembuatan ban vulkanisir.
2. Mampu menggunakan/mengoperasikan peralatan dalam pembuatan ban
vulkanisir.
3. Mampu membuat ban vulkanisir.
4. Mampu bekerja sama dalam Tim.
1. PENDAHULUAN
Lebih dari 70% karet alam dunia digunakan sebagai bahan dalam
pembuatan ban dan sisanya digunakan dalam pembuatan kabel, o-rings, dan
sebagainya [Chapman, 2007]. Tentunya karet alam memiliki potensi yang besar
untuk dikembangkan, terutama dalam pembuatan ban. Dalam proses pembuatan
ban, karet alam harus melalui proses vulkanisasi. Nilai ekonomi ban yang tinggi
menjadikan masyarakat memilih alternatif yang lain dalam penggunaan ban
kendaraan, yaitu penggunaan ban vulkanisir. Ban vulkanisir dapat diproduksi baik
itu untuk mobil maupun sepeda motor. Ban vulkanisir diproduksi dengan
memanfaatkan ban-ban bekas. Ban bekas yang digunakan harus disortir terlebih
dahulu. Selain itu, pembuatan kompon dan proses vulkanisir juga harus dilakukan
dengan baik agar kualitas ban vulkanisir yang diproduksi memenuhi standar yang
sudah ditentukan. Berikut ini merupakan tahapan pembuatan ban vulkanisir:
1. Pemilihan ban bekas (sortasi)
2. Penyesetan dan pengasaran ban.
3. Pemberian lem pada ban yang sudah dikasarkan.
4. Perekatan kompon karet pada telapak ban yang sudah dikasarkan.
5. Proses pencetakan dan vulkanisasi.
2. DASAR TEORI
2.1. Karet Alam (Natural Rubber)
Karet alam adalah poli-isoprene dengan ikatan rangkap cis, struktur dasar
karet alam adalah rantai linear unit isoprene yang berat molekul rata-ratanya
tersebar antara 10.000 – 400.000. Struktur dari poli-isoprene dapat dilihat pada
Gambar 2.1.
olahan seperti lum, sit angin, getah keping sisa, yang diperoleh dari perkebunan
rakyat dengan asal bahan baku yang sama dengan koagulum.
Perbedaan SIR 5, SIR 10, dan SIR 20 adalah pada standar spesifikasi mutu
kadar kotoran, kadar abu dan kadar zat menguap yang sesuai dengan standar.
Karet alam SIR-20 mempunyai spesifikasi seperti yang terdapat pada Tabel 2.1.
Karet alam banyak digunakan dalam industri-industri barang. Umumnya alat-alat
yang dibuat dari karet alam sangat berguna bagi kehidupan sehari-hari maupun
dalam industri seperti mesin-mesin pengerak barang yang dapat dibuat dari karet
alam antara lain ban mobil, tetapi juga ditemukan dalam sekelompok produk-
produk komersial termasuk sol sepatu, segel karet, insulasi listrik, sabuk
penggerak mesin besar dan mesin kecil, pipa karet, kabel, isolator, bahan-bahan
pembungkus logam, aksesoris olah raga dan lain-lain [Rahmawati, 2009].
Tabel 2.1. Spesifikasi Karet Alam SIR-20
No. Spesifikasi Karet Alam SIR-20
1. Kadar kotoran maksimum 0,20 %
2. Kadar abu maksimum 1,0 %
3. Kadar zat atsiri maksimum 1,0 %
4. Plasticity Retention Index 40
minimum
5. Plastisitas-Po minimum 30
6. Kode warna Merah
Sumber : Astlett Rubber (2007)
dihasilkan dengan cara mengkonversi hidrokarbon cair atau gas menjadi unsur
karbon dan hidrogen dengan pembakaran parsial atau dekomposisi termal.
Carbon black mempunyai luas permukaan yang tinggi dan struktur yang
besar seperti pada Gambar 2.2 dan bila digabung dapat menguatkan karet. Ukuran
partikel dari carbon black memberi pengaruh terhadap ketahanan kikis, tegangan
tarik, ketahanan sobek dari kompon karet. Struktur carbon black lebih memberi
pengaruh terhadap sifat modulus dan kekerasan. Sekitar 90% dari carbon black
digunakan dalam aplikasi karet, 9% sebagai pigmen, dan sisanya 1% sebagai
bahan penting dalam ratusan aplikasi beragam [ICBA, 2006]. Carbon black
diklasifikasikan menjadi tiga berdasarkan proses pembentukannya yaitu, furnace
black, channel black dan thermal black. Furnace black dibentuk dari pembakaran
tidak sempurna gas alam atau residu yang berasal dari industri petroleum dalam
furnace. Diameter rata-rata partikel carbon black yang dihasilkan 20 – 80 nm.
Furnace black hanya sedikit mengandung atom oksigen. Thermal black
biasanya diproduksi dari gas alam yang diproses dalam sebuah preheated
chamber tanpa udara. Proses ini menghasilkan carbon black dengan diameter
rata-rata partikel 120 – 500 nm. Carbon black jenis ini hanya sedikit memberikan
pengaruh terhadap kenaikan tensile strength karet vulkanisat. Channel black
diperoleh dari gas hidrokarbon yang sebagian besarnya merupakan gas alam yang
mengalami pembakaran parsial. Diameter rata-rata partikel carbon black yang
dihasilkan 9 – 30 nm. Ukuran partikel carbon black yang kecil dapat
meningkatkan modulus dari karet vulkanisat [Saowapark, 2005].
2.3. Plasticizer
Plasticizer diartikan sebagai pelarut organik dengan titik didih tinggi atau
padatan dengan titik leleh rendah. Apabila ditambahkan kedalam resin keras dan
kaku seperti karet dan plastik PVC, maka akumulasi gaya intermolekular pada
rantai panjang akan menurun, sehingga kelenturan (flexibility), kelunakan
(softness), pemanjangan (elongation), kemampuan kerja (workability), ketahanan
terhadap panas (heat resistance), ketahanan terhadap temperatur rendah (low
temperature resistance), ketahanan terhadap cuaca (weathering resistance), dan
ketahanan terhadap minyak (oil resistance) akan meningkat [Sadi dan Guritno,
1996]. Plasticizer dapat mengurangi kekentalan pada campuran, mengurangi
stiffness (pengerasan) pada saat vulkanisasi dan juga meningkatkan laju tekan
sehingga campuran menjadi sedikit elastis [Ciesielski, 1999]. Plasticizer yang
digunakan adalah minarex. Minarex merupakan salah satu minyak aromatik yang
berfungsi sebagai processing aid yang sangat penting peranannya dalam
pembuatan kompon karet dan industri barang karet.
Paraffin merupakan hasil produksi processing oil dari minyak bumi.
Processing oil terbagi atas beberapa produk diantaranya adalah golongan parafin
(paraffinic), aromatik (minarex) dan napthenic. Walaupun sama-sama processing
oil namun aplikasi dari masing-masing jenis berbeda satu sama lain. Sebagai
contoh paraffinic dan minarex, bila paraffinic cocok untuk pembuatan barang jadi
karet yang berwarna terang, maka minarex yang lebih tepat dipakai untuk
pembuatan barang jadi karet yang berwarna gelap (misalnya ban kendaraan, sol
sepatu, barang plastik dan tinta cetak) karena dapat memperbaiki proses
pemekaran karet dan menurunkan kekentalan komponen karet. Paraffin memiliki
gugus CnH2n+2 dimana atom n ≥ 1.
kompon karet. Mastikasi merupakan proses penurunan berat molekul karet yang
ditunjukkan dengan penurunan viskositas karet sehingga pencampuran bahan
kompon yang sebagian besarnya berupa serbuk padat, dapat bercampur dengan
mudah dan merata dengan karet. Karet mengalami penurunan berat molekul
akibat rantai-rantai utama atau backbone dari karet diputus-putus yang berakibat
viskositasnya menurun. Proses mastikasi terbagi menjadi dua jenis berdasarkan
temperatur yang digunakan, yaitu mastikasi dingin dan panas. Mastikasi dingin
merupakan proses pelunakan yang dilakukan pada suhu dibawah 100 °C. Pada
mastikasi dingin, yang berperan dalam pemutusan rantai molekul adalah tenaga
mekanis yang berasal dari gaya geser antara permukaan roll mill dengan karet.
Proses pelunakan dilakukan pada suhu di atas 100 °C pada mastikasi
panas. Mastikasi ini lebih dominan berasal dari proses oksidasi yang dialami oleh
rantai molekul karet. Istilah vulkanisasi ialah proses pemanasan karet ban setelah
dicampur dengan belerang. Namun secara kimiawi, vulkanisasi adalah proses
pembentukan polimer karet untuk saling bertautan satu sama lain (cross-linking).
Sejak ditemukan oleh Charles Goodyear tahun 1839, untuk proses vulkanisasi ini
sering dipakai senyawa belerang (sulfur) sebagai pengikat polimer karet tersebut.
Tujuan proses vulkanisasi karet adalah agar barang jadi yang akan dihasilkan
menjadi kuat [Ompusunggu, 1987]. Gambar 2.3 merupakan proses reaksi karet
yang divulkanisasi dengan sulfur.
Karet alam tidak akan memberikan sifat elastis dan tidak stabil terhadap
suhu tanpa dilakukan proses vulkanisasi/cross-linking. Karet tersebut lebih
lengket, lembek jika suhu panas dan bersifat getas jika suhu dingin. Hal ini
dikarenakan unsur karet yang terdiri dari polimer isoprene yang panjang. Rantai
polimer yang belum divulkanisasi akan lebih mudah bergeser saat terjadi
perubahan bentuk. Crosslinking yang terjadi antar rantai polimer itu akan
membuat polimer panjang ini saling terkait sehingga tidak mudah bergeser dari
tempatnya. Bahan accelerator harus ditambahkan pada karet alam untuk
mempercepat proses. Senyawa kimia yang biasa digunakan sebagai bahan
accelerator diantaranya ialah morpholino(di)thiobenzothiazole, dithiomorpholine,
Gambar 2.4. Berbagai strustur kimia yang ditemukan dalam vulkanisasi sulfur
yang diakselerasi: (a) Sulfur crosslink (y = 1 mono, y = 2 di dan y >
2 polysulfide crosslink); (b) Carbon-carbon crosslink; (c) Pendant
accelerator sulfide, dimana X adalah gugus fungsi akselerator; (d)
Cyclic sulfide; (e) Vicinal crosslink (mewakili dua gugus fungsi
yang terikat pada atom yang berdekatan) yang mempunyai titik
sambung pada rantai olefin [Ghosh dkk, 2003]
Gambar 2.5. Tipikal cure-curve yang diperoleh dari suatu ODR untuk
vulkanisasi sulfur [Ghosh dkk, 2003]
1. Waxes, dipakai terutama untuk mencegah proses aging yang disebabkan oleh
sinar matahari dan ozon.
2. Phenol, baik digunakan untuk mencegah proses aging yang disebabkan oleh
flexing.
3. PERCOBAAN
3.1. Percobaan 1 (Pembuatan Kompon Ban Vulkanisir)
3.1.1. Tujuan
1. Mempelajari proses pembuatan kompon ban vulkanisir
2. Mempelajari pengaruh kadar carbon black dan sulfur pada proses pembuatan
kompon
3.1.2. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan kompon ban yaitu:
1. Crumb Rubber SIR 20 100 phr
2. Parafin sebagai parafin 2,5 phr
3. Carbon black sebagai filler 30 phr
4. ZnO sebagai aktivator 5 phr
5. Asam stearat sebagai co-aktivator 3 phr
6. Trimethylquinone sebagai anti degradant 1 phr
7. Mercoptodibenzothiazyldisulfide sebagai akselerator 0,6 phr
8. Sulfur sebagai curative agent 3 phr
3.1.3. Alat
1. Roll mill (Lampiran 1)
2. Cutter atau gunting
3. Timbangan
4. Aluminium Foil
3.1.4. Prosedur
1. Timbang bahan-bahan yang diperlukan dalam pembuatan kompon ban
vulkanisir. Dalam perhitungan bahan-bahan digunakan satuan phr (per hundred
rubber). Berikut merupakan contoh perhitungan bahan:
30
Carbon black ( 30 phr )= x 100 gr crumbrubber =30 gr
100
2. Hidupkan roll mill dengan menekan tombol on. Jarak antara rotor dapat diatur
dengan mendekatkan atau merenggangkan rotor.
3. Mastikasi crumb rubber terlebih dahulu dengan menggunakan roll mill agar
crumb rubber menjadi lebih lunak.
4. Karet ditambahkan dengan plasticizer parafin sebanyak yang telah ditentukan.
Giling crumb rubber dan plasticizer hingga merata. Selanjutnya berturut-turut
tambahkan bahan-bahan berikut:
Bahan-bahan yang ditambahkan Kuantitas (phr)
Carbon black Sesuai penugasan
ZnO 5
Asam stearat 3
Trimethylquinone 1
MBTS 0,6
Sulfur Sesuai penugasan
3.2.2. Bahan
1. Ban bekas
2. Kompon ban yang telah dibuat pada tahap sebelumnya (pembuatan kompon
ban vulkanisir)
3. Lem CG yang telah dicampur bensin
3.2.3. Alat
1. Rangkaian alat vulkanisir ban yang terdiri dari alat cetak/press, ketel air,
kompor dan gas (Lampiran 2).
3.2.4. Prosedur
1. Pilih bahan ban ukuran 225-17 atau 70/90-17 (pilih bahan yang bagus jangan
ada lubang, robek, dan terutama teliti dalam bannya, bagian samping jangan
sampai ada rambut).
2. Setelah itu kerok telapak ban hingga rata, jangan sampai robek.
3. Disiapkan karet compound tebal 2 mm. Dengan 2 macam ukuran (2 jari dan 4
jari).
4. Setelah itu dilem pakai CG yang dicampur sama bensin (secukupnya saja/
jangan terlalu banyak), setelah lem kering tempel karet.
5. Panasi matras sampai 150˚C, sambil tunggu panas masukkan AIRBAG ke
dalam matras supaya lentur dan bisa masuk ke dalam ban.
6. Setelah benar-benar panas keluarkan AIRBAG, masukkan AIRBAG ke bahan
ban yang sudah diberi karet.
7. Kemudian dimasukkan ke dalam matras yang sudah panas. Tutup matras
dengan putar ulir sampai kuat, isi AIRBAG dengan angin bertekanan 180-200
Psi, panaskan/pemasakan ban tersebut dengan waktu 20 menit.
8. Setelah 20 menit pemasakan, keluarkan angin di AIRBAG, ulir matras dibuka.
Angkat bannya.
9. Keluarkan AIRBAG, lalu rendam ban yang sudah jadi ke dalam air.
10. Periksa kualitas ban secara sederhana/manual.
Daftar Pustaka