Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Penelitian Karet, 2020, 38 (2) : 209 - 218

Indonesian J. Nat. Rubb. Res. 2020, 38 (2) : 209 - 218


Doi : https://doi.org/10.22302/ppk.jpk.v2i38.711

PENGGUNAAN PINE TAR OIL SEBAGAI BAHAN PELUNAK PADA


PEMBUATAN KOMPON CUSHION GUM UNTUK BAN VULKANISIR

The Use of Pine Tar Oil as a Softener in the Manufacture of Cushion Gum Compound
for Retread Tire
1
Santi PUSPITASARI, 1Adi CIFRIADI, 1Arief RAMADHAN, dan 2Mochamad CHALID
1
Balai Penelitian Teknologi Karet, Pusat Penelitian Karet
Jalan Salak Nomor 1 Bogor 16128 Jawa Barat Indonesia
Email: puspitasari.santi@puslitkaret.co.id
2
Fakultas Teknik, Universitas Indonesia,
Kampus UI Depok 1424 Jawa Barat Indonesia

Diterima : 23 Agustus 2020 / Disetujui : 16 September 2020

Abstract Abstrak

The retread tire industry dominates Industri ban vulkanisir menguasai


the local market segment as 25% of the total pangsa pasar lokal sebesar 25% dari total
amount of domestically natural rubber konsumsi karet alam domestik. Ban
consumption. Retread tire can extend tire life vulkanisir yang dapat memperpanjang umur
service followed with competitive price to new pakai ban dengan menawarkan tingkat
tire has strongly attracted for users mainly harga lebih rendah dibanding ban baru telah
comes from public transportation and logistics menjadi daya tarik bagi pengguna ban
industries. One factor that determines retread vulkanisir yang utamanya berasal dari
tire quality is the selection of cushion gum as industri transportasi umum dan logistik.
an adhesive between the new tread with the Salah satu faktor penentu kualitas ban
old worm casing tire. The researchers studied vulkanisir adalah pemilihan cushion gum
the effect of bio rubber processing oil sebagai perekat antara telapak ban baru
(plasticizer) pine tar oil dosage and increased dengan bagian kesing ban lama. Riset ini
production capacity on the quality of cushion mempelajari pengaruh dosis bahan pelunak
gum. The dosage of pine tar oil was arranged alami pine tar oil dan peningkatan kapasitas
at 5 phr for laboratory scale as 1 kg produksi terhadap mutu cushion gum. Dosis
compound/batch, and 10 phr for semi pilot pine tar oil diatur sebesar 5 phr untuk
scale as 10 kg compound/batch. pembuatan cushion gum skala laboratorium
Characterization result of the rubber cushion pada kapasitas 1 kg kompon/batch, dan 10
gum compound and strip vulcanizate showed phr untuk cushion gum yang dibuat pada
that the increase of the dosage of pine tar oil in skala semi pilot kapasitas 10 kg
the compound formulation and cushion gum kompon/batch. Hasil pengujian kompon dan
production capacity could improve the quality vulkanisat lembaran karet cushion gum
of the cushion gum especially elongation at menunjukkan bahwa peningkatan dosis
breaks however, it slightly decreased the pine tar oil dalam formulasi kompon dan
processing ability of the cushion gum rubber kapasitas produksi cushion gum dapat
compound.
memperbaiki mutu lembaran karet cushion
gum khususnya sifat perpanjangan putus
Keywords : adhesive; cushion gum; natural
namun menurunkan kemampuan proses
rubber; pine tar oil; retread tire;
kompon karet cushion gum tersebut.
softener
Kata kunci : ban vulkanisir; cushion gum;
karet alam; pelunak; perekat;
pine tar oil

209
Puspitasari, Cifriadi, Ramadhan, dan Chalid

PENDAHULUAN dan truk. Cushion gum komersial eksisting


umumnya memiliki daya rekatan yang
Sektor industri hilir karet di rendah, ditunjukkan oleh nilai parameter
Indonesia sangat didominasi oleh industri kuat rekat sebesar 1,77 kN/m (Puspitasari et
ban kendaraan bermotor. Kajian yang al., 2020). Permasalahan utama ini belum
dilakukan oleh Dewan Karet Indonesia pada dapat diatasi bahkan oleh industri ban
tahun 2018 menyatakan bahwa industri ban vulkanisir berskala besar dan
baru dan ban vulkanisir menempati posisi dikhawatirkan dapat mengurangi
pertama dan kedua sebagai industri dengan kepercayaan konsumen serta menurunkan
serapan karet alam tertinggi di dalam negeri. nilai jual produk ban vulkanisir.
Rata-rata serapan karet alam oleh industri Bagaimanapun juga pengguna ban
ban baru dan ban vulkanisir lokal pada vulkanisir harus diberikan jaminan
periode 2011 hingga 2017 mencapai 44% keamanan dan kenyamanan saat
dan 25% dari total konsumsi domestik karet berkendara. Cushion gum berkualitas
alam (Dekarindo, 2019). Data tersebut unggul didukung dengan sifat mekanik
selaras dengan serapan konsumsi karet diantaranya kuat tarik, kuat sobek,
alam global oleh industri ban yang mencapai kekerasan, dan kuat rekat yang lebih baik
65% dari total produksi karet dunia. Prospek dibanding cushion gum eksisting.
kinerja industri ban tidak dapat dipisahkan
dari industri otomotif. Dengan demikian Basak et al. (2012) dan Han et al.
pertumbuhan jumlah kendaraan bermotor (2018) menyatakan bahwa bahan kimia
akibat bertumbuhnya mobilitas orang kompon karet yang berperan penting dalam
maupun barang dipercaya akan diikuti menentukan mutu cushion gum adalah resin
dengan peningkatan permintaan produksi tackifier dan plasticizer rubber processing oil
ban baru maupun ban vulkanisir. (RPO). Oleh karena itu, penggunaan RPO
yang tepat jenis dan dosisnya dinilai dapat
Mutu dari produk ban vulkanisir meningkatkan sifat fisika dan mekanik
sangat bergantung pada kualitas komponen produk karet terutama sifat tarik dan
penyusun ban vulkanisir tersebut. Satu unit kekerasan. Lebih lanjut, secara khusus
ban vulkanisir utamanya tersusun atas ban penggunaan pine tar oil yang bersifat lengket
lama (casing), cushion gum, dan telapak ban (tacky-sticky) dipercaya turut dapat
yang baru (tread) (Subulan et al., 2015). meningkatkan kuat rekat produk cushion
Cushion gum merupakan lembaran tipis gum. Adanya kandungan gugus fenol dalam
kompon karet yang lunak dan lengket untuk rantai molekul pine tar oil dapat berfungsi
digunakan sebagai perekat antara telapak sebagai altenatif bio-adesif (Kozowyk et al.,
ban baru dengan kesing ban lama dalam 2017). Selain itu, pine tar oil merupakan
proses produksi ban vulkanisir terutama bahan kimia karet yang dapat diperbaharui
dengan teknik vulkanisir dingin (Gent & serta lebih ramah lingkungan.
Walter, 2005; Bakhshandeh &
Soltanalinegad, 2000). Cushion gum dapat Penggunaan pine tar oil sebagai
digolongkan menjadi pressure sensitive alternatif bio based RPO dalam pembuatan
adhesive oleh karena itu apabila digunakan kompon cushion gum untuk menggantikan
cushion gum berkualitas rendah dapat RPO sintetik berbasis minyak bumi (minyak
mengakibatkan telapak ban terlepas dari aromatik) telah dijumpai di beberapa
bagian sidewall casing ban lama sehingga industri vulkanisir ban eksisting. Namun
membahayakan jiwa dan keselamatan demikian, kompon cushion gum tersebut
pengguna ban tersebut. diformulasikan hanya menggunakan satu
jenis reinforcing filler yaitu carbon black.
Kasus telapak ban vulkanisir yang Sementara itu, kombinasi antara bio based
terlepas dari casing ban akibat penggunaan RPO dengan hybrid filler yang terdiri atas
cushion gum berkualitas rendah sudah pine tar oil dengan carbon black dan sodium
sangat sering dijumpai di jalan raya maupun lignosulfonat dalam pembuatan kompon
jalan tol terutama oleh kendaraan karet belum dikaji dalam penelitian di dalam
pengangkut bermuatan besar seperti bus maupun luar negeri. Oleh karena itu,
penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

210
Penggunaan Pine Tar Oil sebagai Bahan Pelunak pada Pembuatan
Kompon Cushion Gum untuk Ban Vulkanisir

pengaruh dosis penambahan pine tar oil bentuk sodium lignosulfonat, karbon hitam
sebagai bio RPO dan kapasitas produksi CB N330, coumarone resin, N-sikloheksil-2-
kompon mutu cushion gum yang benzotiazol sulfenamida (CBS), dan sulfur
diformulasikan dengan menerapkan hybrid seluruhnya diperoleh dari PT. Multi Citra
filler campuran carbon black dan sodium Chemindo Nusa. Pine tar oil produksi PT
lignosulfat, terutama yang memiliki sifat Organik Inti Indonesia (OII) dimanfaatkan
kekuatan rekatan yang baik sehingga dapat sebagai bio RPO dalam riset ini. Tabel 1
meminimalkan cacat mutu ban vulkanisir merangkum susunan formulasi kompon
akibat terlepasnya telapak ban baru dari karet cushion gum. Dosis pine tar oil
kesing ban lama. ditetapkan sebesar 5 bsk dan 10 bsk dengan
pertimbangan bahwa pada dosis tersebut
pine tar oil memiliki performa yang optimal
BAHAN DAN METODE dalam memberikan pengaruh yang baik
terhadap sifat kuat tarik dan kuat rekat
Formulasi Bahan Kimia Kompon kompon cushion gum.

Karet alam tipe Technically Specified Pembuatan Kompon


Rubber (TSR) grade Standar Indonesian
Rubber (SIR) 20 yang disediakan oleh Kopkar Dalam pelaksanaan riset ini,
INIRO Bogor digunakan sebagai base prosedur eksperimen pembuatan cushion
elastomer dalam pembuatan cushion gum. gum menggunakan mesin giling terbuka (two
Selanjutnya bahan kimia kompon karet rolled open mill) mengacu pada ASTM D
sebagai aditif yang diaplikasikan dalam 3182-16 (Standard Practice for Rubber).
pembuatan cushion gum meliputi ZnO, asam Proses pembuatan kompon karet cushion
stearat, 1,2-dihidro-2,2,4-trimetilquinolin gum, diawali dengan tahapan mastikasi
(TMQ), N-(1,3-dimetilbutil)-N'-fenil-p-fenilena karet SIR 20 hingga karet menjadi lunak dan
diamin (6PPD), paraffin wax, lignin dalam plastis. Mastikasi menyebabkan terjadinya

Tabel 1. Rancangan formulasi bahan kimia kompon karet cushion gum


Table 1. Formulation design of cushion gum rubber compound

Dosis
Bagian seratus karet (bsk)
Bahan
No Dosage
Material
Per hundred rubber (phr)
RF A RF B
1 SIR 20 100 100
2 ZnO 5 5
3 Asam stearat 2 2
4 TMQ 2 2
5 6 PPD 2 2
6 Parafin wax 3,5 3,5
7 Sodium lignosulfonat 10 10
8 CB N330 50 50
9 CBS 1,6 1,6
10 Sulfur 2,2 2,2
11 Coumarone resin 5 5
12 Pine Tar Oil 5 10
Jumlah 188,3 193,3

211
Puspitasari, Cifriadi, Ramadhan, dan Chalid

pemutusan rantai molekul karet secara fisik, menggunakan Moving Die Rheometer (Alpha
yang ditandai dengan penurunan viskositas 2000R) pada suhu 150oC. Waktu vulkanisasi
karet. Pada karet yang lunak maka optimal yang diperoleh dari hasil analisis
pencampuran bahan kimia kompon karet ke karakteristik vulkanisasi digunakan sebagai
dalam matriks karet menjadi lebih mudah. dasar dalam menentukan kondisi
Penambahan bahan kimia kompon karet pencetakan kompon cushion gum menjadi
mengikuti urutan berikut coumarone resin, vulkanisat potongan sampel uji dalam mesin
ZnO, asam stearat, CB N330, pine tar oil, dan cetak hidraulik. Parameter uji sifat mekanik
lignin, TMQ, 6PPD, paraffin wax. CBS dan vulkanisat cushion gum meliputi kekerasan
sulfur ditambahkan pada urutan terakhir. diukur dengan alat Frank Durometer
Saat seluruh bahan kimia kompon karet Hardness Tester skala Shore A dengan
telah selesai ditambahkan, kemudian metode ISO 48-4, kuat tarik, perpanjangan
komposit karet cushion gum yang terbentuk putus, dan modulus 300% diuji dengan alat
dihomogenkan (remilling dan blending). MTS UTM metode ISO 37 Tipe 2, ketahanan
Tahapan pencampuran secara terperinci sobek dengan ISO 34, dan kuat rekat
disajikan pada Tabel 2. Kompon karet menggunakan alat UTM Instron dengan
cushion gum yang telah diperoleh kemudian metode ISO 813, sedangkan specific gravity
ditutup dengan lembaran plastik transparan diuji dengan metode ISO 2781.
dan didiamkan pada suhu ruang selama 24
jam agar bahan kimia karet dapat mencapai
fase conditioning dalam matriks karet, stabil HASIL DAN PEMBAHASAN
dan tidak terjadi ekses reaksi lanjutan.
Kompon karet cushion gum RF A dibuat pada Hasil Uji Karakteristik Vulkanisasi
skala laboratorium kapasitas 1 kg
kompon/batch, sedangkan cushion gum RF Uji karakteristik vulkanisasi
B dibuat pada skala semi pilot kapasitas 10 menggambarkan reaksi vulkanisasi dari
kg kompon/batch. kompon cushion gum. Dari uji karakteristik
vulkanisasi akan diperoleh informasi
Pengujian Karakteristik Vulkanisasi dan mengenai modulus torsi maksimal, modulus
Mutu Vulkanisat Cushion Gum torsi minimal, selisih modulus torsi, waktu
vulkanisasi optimal, dan waktu pra
Kompon karet cushion gum yang vulkanisasi. Setiap parameter karakteristik
telah diperam selama sekitar 24 jam lalu vulkanisasi memiliki sifat unik, dimana
dicuplik sebanyak sekitar 50 gram sebagai modulus torsi maksimal menggambarkan
sampel uji karakteristik vulkanisasi fleksibilitas kompon karet, modulus torsi

Tabel 2. Tahapan pencampuran bahan kompon dalam mesin giling terbuka


Table 2. Mixing of rubber compound material in open mill

Waktu pencampuran (menit)


Urutan pencampuran
No Compounding time (minute)
Compounding stage
RF A RF B
1 Mastikasi karet SIR 20 3 5
2 Pencampuran SIR 20 + coumarone resin 1 3
3 Penambahan ZnO dan asam stearat 1 3
4 Penambahan ¾ CB dan pine tar oil 2 5
5 Pencampuran ¼ CB, TMQ, 6PPD, paraffin wax 2 3
6 Penambahan CBS dan sulfur 1 3
7 Homogenisasi 3 4

212
Penggunaan Pine Tar Oil sebagai Bahan Pelunak pada Pembuatan
Kompon Cushion Gum untuk Ban Vulkanisir

minimal menunjukkan kemampuan proses terkompensasi dengan naiknya bobot bahan


kompon karet yang berkaitan dengan pelunak. Dalam jumlah yang besar,
viskositas kompon karet, selisih modulus interaksi antara karet dan bahan pengisi
torsi mengindikasikan besarnya derajat menjadi lebih kuat, sehingga
ikatan silang, waktu vulkanisasi optimal mengakibatkan menurunnya pengaruh
menandakan waktu yang diperlukan untuk pelunakan dari pine tar oil (Fu et al., 2020).
mencapai 90% dari torsi maksimal, Lebih lanjut, komposisi bahan pengisi yang
sedangkan waktu pra vulkanisasi adalah besar dalam kompon cushion gum RF B juga
waktu yang diperlukan sebelum mulai mengakibatkan bertambahnya tingkat
terjadinya reaksi vulkanisasi (Mohamad et kerapatan kompon sehingga menaikkan
al., 2008; Ngamsurat et al., 2011). nilai modulus torsi maksimal (MH) kompon
tersebut.
Hasil analisis karakteristik
vulkanisasi kompon cushion gum disajikan Peningkatan dosis bahan pelunak
pada Tabel 3. Secara umum tampak bahwa pine tar oil dan kapasitas produksi juga
cushion gum yang dibuat dengan dapat menaikkan nilai selisih modulus torsi
memodifikasi RF A menjadi RF B dengan (MH-ML) pada kompon karet cushion gum.
menambahkan dosis pine tar oil dari 5 phr Dengan nilai selisih modulus torsi (MH – ML)
menjadi 10 phr maka tampak adanya yang lebih tinggi sebesar 11,45 dNm pada
peningkatan nilai indikator karakteristik kompon karet cushion gum RF B, maka
vulkanisasi kompon karet cushion gum yang diprediksi kompon karet cushion gum RF B
diperkirakan turut dipengaruhi oleh tersebut akan memiliki sifat fisik dan
naiknya kapasitas produksi menjadi 10 kg mekanik yang lebih baik daripada kompon
kompon karet/batch. Bobot kompon yang karet cushion gum RF A. Besarnya derajat
lebih besar menyebabkan pengolahan ikatan silang komposit karet berkorelasi
kompon karet dalam mesin giling terbuka positif dengan sifat mekaniknya. Derajat
menjadi lebih sulit yang diindikasikan ikatan silang pada komposit karet
dengan naiknya nilai modulus torsi minimal didefinisikan sebagai jumlah atom sulfur
(ML). Reincke et al. (2009) menyatakan yang terikat di antara dua atom karbon
bahwa peningkatan jumlah bahan pelunak dalam rantai molekul karet alam. (Kim et al.,
(RPO) umumnya akan diikuti dengan 2020; Xu et al., 2020; Hiranobe et al., 2021).
penurunan viskositas karet yang Sementara itu, waktu pra vulkanisasi (ts2)
menyebabkan kemampuan proses karet dan vulkanisasi optimal (t90) yang lebih
menjadi meningkat. Namun pada kasus panjang pada kompon karet cushion gum RF
tertentu, misalnya jumlah bahan pengisi B akan memberikan keamanan pemrosesan
yang jauh lebih banyak pada pembuatan yang lebih baik dibandingkan pada kompon
kompon skala semi pilot maka kemampuan karet cushion gum RF A, meskipun dengan
pemrosesan kompon karet tidak dapat waktu vulkanisasi optimal (t90) yang lebih

Tabel 3. Karakteristik vulkanisasi kompon karet cushion gum


Table3. Curing characteristic of cushion gum rubber compound

Karakteristik pemasakan
RF A RF B
Curing characteristic
1 Modulus torsi maksimal, MH (dNm) 10,28 12,96
2 Modulus torsi minimal, ML (dNm) 0,81 1,51
3 Selisih modulus torsi, MH - ML (dNm) 9,47 11,45
4 Waktu vulkanisasi opt, t90 (min:detik) 5:02 7:89
5 Waktu pravulkanisasi, ts2 (min:detik) 2:16 3:88

213
Puspitasari, Cifriadi, Ramadhan, dan Chalid

panjang tentu akan berdampak pada Berdasarkan data yang disajikan


konsumsi energi yang lebih tinggi. Adanya pada Tabel 4 terlihat bahwa penambahan
kandungan senyawa fenol dalam komposisi dosis pine tar oil dan kapasitas produksi
pine tar oil dapat menghambat menyebabkan peningkatan kekerasan
berlangsungnya reaksi vulkanisasi antar vulkanisat lembaran karet cushion gum dari
molekul karet yang dijembatani oleh sulfur. 53 Shore A menjadi 56 Shore A. Secara
Senyawa fenol dikenal sebagai salah satu teoritis, korelasi antara dosis bahan pelunak
antioksidan kuat yang berfungsi sebagai dengan kekerasan vulkanisat karet terjadi
radical scavenger dalam reaksi vulkanisasi secara negatif yang berarti bahwa
rantai molekul poliisoprena karet alam (Lu et penambahan dosis bahan pelunak
al., 2020). seharusnya diikuti oleh penurunan tingkat
kekerasan vulkanisat karet. Namun hasil
Hasil Uji Mutu Vulkanisat Cushion Gum dari riset ini tampak bahwa penambahan
dosis bahan pelunak pine tar oil yang diiringi
Molekul bahan pelunak bekerja dengan peningkatan kapasitas produksi
dengan cara melakukan penetrasi diantara kompon justru mengakibatkan vulkanisat
molekul karet sehingga mengakibatkan karet cushion gum menjadi semakin keras.
terjadinya perubahan susunan rantai dan Dalam kasus ini, massa (Kg) bahan pengisi
interaksi antara makromolekul karet alam CB N330 yang jauh lebih banyak pada RF B
(poliisoprena). Oleh karena itu, bahan dibandingkan bobot bahan pengisi dalam RF
pelunak juga berperan penting dalam A menjadi lebih dominan dalam menentukan
menentukan sifat mekanik produk karet tingkat kekerasan vulkanisat karet cushion
tidak hanya dalam hal pemrosesnya karena gum daripada jumlah pine tar oil yang
turut memengaruhi mobilitas rantai molekul ditambahkan dalam formulasi kompon karet
karet alam yang telah saling berikatan cushion gum meskipun dosis pine tar oil telah
silang. Adanya molekul bahan pelunak, ditingkatkan dalam formulasi RF B.
akan menurunkan energi yang diperlukan Pengaruh ini dimungkinkan karena adanya
untuk pergerakan molekul karet. perbedaan kapasitas mesin giling terbuka
Pergerakan ikatan silang antara molekul yang mengakibatkan perbedaan dari efek
karet merupakan fungsi dari derajat ikatan mastikasi karet dan kemampuan dispersi
silang (Zhao et al., 2011; Zhao et al., 2018). bahan pengisi terutama carbon black. Bahan
Seperti telah disebutkan sebelumnya, pengisi penguat (renforcing filler) merupakan
bahwa derajat ikatan silang menentukan material yang keras, sehingga semakin besar
karakteristik mekanik produk karet. Tabel 4 jumlahnya maka komposit karet akan
merangkum hasil pengujian sifat mekanik semakin keras (Xie et al., 2019).
vulkanisat lembaran karet cushion gum.

Tabel 4. Sifat mekanik vulkanisat karet cushion gum


Table 4. Mechanical properties of cushion gum rubber vulcanizate

Karakteristik pemasakan
RF A RF B
Curing characteristic
1 Kekerasan (Shore A) 53 56
2 Kuat tarik (N/mm 2 ) 20,60 20,35
3 Perpanjangan putus (%) 350 520
4 Modulus 300% (N/mm 2 ) 16,60 8,97
5 Kuat sobek (kN/m) 79,5 79,9
6 Specific gravity (g/cm 3 ) 1,101 1,110
7 Kuat rekat (kN/m) 4,49 2,66

214
Penggunaan Pine Tar Oil sebagai Bahan Pelunak pada Pembuatan
Kompon Cushion Gum untuk Ban Vulkanisir

Selanjutnya ditinjau dari sifat tarik dalam riset. Bahan pengisi penguat
vulkanisat karet cushion gum yang terdiri utamanya jenis carbon black selain material
atas parameter kuat tarik, perpanjangan yang bersifat keras juga berat, sehingga
putus, dan modulus 300% terlihat bahwa penambahannya dalam jumlah yang banyak
pada vulkanisat karet cushion gum RF B akan menambah kerapatan massa (specific
memiliki kuat tarik dan modulus 300% yang gravity) dan bobot dari vulkanisat karet.
lebih rendah namun perpanjangan putus
yang lebih tinggi daripada vulkanisat karet Peningkatan dosis bahan pelunak
cushion gum RF A. Ren et al. (2015) alami pine tar oil pada skala kapasitas
menyatakan bahwa bahan pelunak produksi yang sama seharusnya dapat
berpengaruh besar terhadap pergerakan meningkatkan kekuatan rekat vulkanisat
rantai molekul karet. Dengan demikian, lembaran karet cushion gum, dikarenakan
orientasi dan kristalisasi rantai molekul secara alamiah, bahan pelunak alami pine
karet juga dipengaruhi oleh performa dari tar oil bersifat lengket (tacky and sticky
bahan pelunak. Lebih lanjut, bahan pelunak materials) sehingga penambahannya dalam
akan mengurangi kemampuan strain dosis tinggi dalam susunan formulasi
induced crystallization dari jaringan rantai kompon karet cushion gum dengan
karet alam ketika direnggangkan sehingga sendirinya akan memperbaiki kekuatan
menurunkan nilai kuat tarik dan modulus rekat dari vulkanisat lembaran karet cushion
300%. Sebaliknya keberadaan bahan gum tersebut. Hasil penelitian Kozowyk et al.
pelunak yang semakin banyak dalam (2020) mendefinisikan pine tar sebagai
komposisi komposit karet yang bekerja bahan perekat alami yang potensial
dengan memberikan pelumasan bagi (promosing natural adhesive). Namun
pergerakan rantai molekul karet sebagaimana disajikan pada Tabel 3,
mengakibatkan naiknya perpanjang putus peningkatan dosis bahan pelunak alami pine
dari vulkanisat karet tersebut. Mengacu tar oil yang diiringi dengan penambahan
pada keterkaitan antara derajat ikatan kapasitas produksi justru tampak terjadinya
silang dengan sifat tarik, vulkanisat penurunan kuat rekat vulkanisat lembaran
lembaran karet cushion gum RF B meskipun karet cushion gum dari 4,49 kN/m menjadi
memiliki susunan jaringan antar molekul 2,66 kN/m. Penurunan kuat rekat cushion
yang lebih rapat (nilai MH-ML tinggi) namun gum RF B diprediksi karena kandungan
pergerakan rantai molekul karetnya ketika material bahan pelunak alami pine tar oil
direnggangkan tidak terlalu kaku akibat banyak yang terserap oleh bahan pengisi CB
adanya pengaruh pelumasan dari bahan N330 sehingga pengaruh perekatannya
pelunak alami pine tar oil sehingga kuat tarik berkurang. Penyerapan pine tar oil oleh
dan modulus 300% lebih rendah namun carbon black mengakibatkan terbentuknya
perpanjangan putus meningkat. ikatan hidrogen antara gugus –OH dan
–COOH yang terdapat di permukaan carbon
Kuat sobek dan specific gravity black dengan gugus –OH pada senyawa fenol
vulkanisat lembaran karet cushion gum RF B yang terkandung dalam pine tar oil
sedikit meningkat dibandingkan pada (Mohapatra & Nando, 2015). Kemampuan
vulkanisat lembaran karet cushion gum RF A carbon black dalam menyerap minyak
seperti ditampilkan pada Tabel 3. Sifat kuat bergantung pada struktur molekul carbon
sobek dan specific gravity merupakan sifat black tersebut (ISO, 2012).
mekanik komposit karet yang menjadi fungsi
dari jumlah dan jenis bahan pengisi (Mostafa
et al., 2010). Poh et al. (2002) menyatakan KESIMPULAN
bahwa kuat sobek meningkat sebanding
dengan penambahan dosis bahan pengisi Kesimpulan yang dapat ditarik
dalam komposit karet, karena terjalinnya berdasarkan hasil eksperimen dan analisis
interaksi antara molekul karet dengan adalah bahwa penambahan dosis bahan
bahan pengisi yang semakin signifikan. pelunak alami pine tar oil dalam susunan
Temuan Poh et al. (2002) ini turut formulasi kompon karet cushion gum dari 5
menjelaskan peningkatan nilai kuat tarik phr menjadi 10 phr diketahui dapat
vulkanisat lembaran karet cushion gum RF B memperbaiki mutu lembaran karet cushion

215
Puspitasari, Cifriadi, Ramadhan, dan Chalid

gum terutama pada sifat perpanjangan Basak, G.C., Bandyopadhyay, A., &
putus yang menjadi 520%. Meskipun Bhowmick, A.K. (2012). The role of
demikian, kompon karet yang dibuat dengan tackifiers on the auto-adhesion
penambahan dosis pine tar oil sebesar 10 phr behavior of EPDM rubber. Journal of
pada skala semi pilot berkapasitas 10 kg Materials Science, 47, 3166-3176.
kompon/batch tersebut cenderung
memerlukan waktu vulkanisasi yang lebih [Dekarindo] Dewan Karet Indonesia. (2019).
panjang akibat adanya kandungan senyawa Data Industri Karet 2018. Jakarta,
fenol dalam pine tar oil yang berfungsi Indonesia: Dekarindo.
sebagai radical scavenger pada reaksi
vulkanisasi rantai molekul karet Fu, Q., Tan, J., Wang, F., & Zhu, X. (2020).
(poliisoprena). Pada variasi kapasitas Study on the synthesis of castor oil-
produksi, meskipun pine tar oil ditambahkan based plasticizer and the properties
pada dosis yang lebih besar pada skala semi of plasticized nitrile rubber.
pilot (RF B) dibandingkan dengan skala Polymers, 12, 2584.
laboratorium (RF A) namun pengaruh bahan
pengisi terutama CBN330 lebih dominan Gent, A.N., & Walter, J.D. (2005). The
dalam menentukan nilai kekerasan (naik 3 pneumatic tire. Washington DC, US:
poin Shore A), kuat sobek sebesar 79,9 The National Highway Traffic Safety
kN/m, dan specific gravity sebesar 1,110 Administration, U.S. Department of
g/cm3, serta kompon karet cushion gum RF B Transportation.
yang menjadi lebih sulit diproses
ditunjukkan dengan tinggi modulus torsi Han, K., Li, M., Xu, H., & Xiao, J. (2018).
minimal sebesar 1,51 dNm. Dominasi CB N Study on hot vulcanized adhesive for
330 juga tampak pada sifat kuat rekat RF B rubber and metal bonding. AIP
yang menurun akibat terserapnya pine tar oil Conference Proceedings, 1995,
oleh CB N 330. 020008.

Hiranobe, C.T., Ribeiro, G.D., Torres, G.B.,


UCAPAN TERIMA KASIH dos Reis, E.A.P., Cabrera, F.C., Job,
A.E., Paim, L.L., & dos Santos, R.J.
Ucapan terima kasih dan (2021). Cross-linked density
penghargaan tinggi disampaikan kepada determination of natural rubber
Kementerian Ristek/BRIN atas bantuan compounds by different analytical
dana riset melalui program Insentif Sistem techniques. Material Research,
Inovasi Nasional Insinas TA 2021 (Kontrak 24(suppl. 1), e20210041.
Nomor 22/INS/PPK/E4/2021). Ucapan
terima kasih disampaikan pula kepada para International Standard Organization. (2012).
Tenaga Teknisi Penelitian dan Analis Determination of oil absorption
Laboratorium Pengujian Fisika dan Teknisi number. ISO 4656:2012. Genewa,
Pabrik Percobaan Pusat Penelitian Karet Swiss: ISO.
atas konstribusi selama pelaksanaan
kegiatan penelitian. Kim, D.Y., Park, J.W., Lee, D.Y., & Seo, K.H.
(2020). Correlation between the
crosslink characteristics and
DAFTAR PUSTAKA mechanical properties of natural
rubber compound via accelerators
Bakhshandeh, G.R., & Soltanalinegad, M.A. and reinforcement. Polymers, 12,
(2000). Studies on the adhesion of 14p.
cushion gum to carcass in retreaded
tyre. Iranian Journal of Polymer
Science and Technology, 13(4), 217-
225.

216
Penggunaan Pine Tar Oil sebagai Bahan Pelunak pada Pembuatan
Kompon Cushion Gum untuk Ban Vulkanisir

Kozowyk, P.R.B., van Gijn, A.L., & Poh, B., Ismail, H., & Tan, K.S. (2002). Effect
Langejans, G.H.J. (2020). of filler loading on tensile and tear
Understanding preservation and properties of SMR L/ENR 25 and
identification biases of ancient SMR L/SBR blends cured via a semi-
adhesive through experimentation. efficient vulcanization system.
Archaeological and Anthropological Polymer Testing, 21(7):801-806. doi:
Science, 12, 209. 10.1016/S0142-9418(02)00014-4.

Kozowyk, P.R.B., Poulis, J.A., Langejans, G. Puspitasari, S., Cifriadi, A., Ramadhan, A., &
(2017). Laboratory strength testing of Chalid, M. (2020). Pengembangan
pine wood and birch bark adhesives: desain formulasi kompon karet alam
A first study of the material untuk cushion gum perekat pada
properties of pitch. Journal of ban vulkanisir. Laporan Penelitian.
Archaeological Science: Report, 13, Bogor, Jawa Barat: Balai Penelitian
49-59. Teknologi Karet

Lu, L., Luo, K., Yang, W., Zhang, S., Wang, Reincke, K., Grellmann, W., & Friedel, J.
W., Xu, H., & Wu, S. (2020). Insight (2009). Influence of process oil on the
into the anti-aging mechanisms of mechanical properties of elastomer.
natural phenolic antioxidants in Testing and Measuring, 506 – 514.
natural rubber composites using a
screening strategy based on Ren, Y., Zhao, S., Yao, Q., Li, Q., Zhang, X., &
molecular simulation. RSC Zhang, L. (2015). Effects of plasticizer
Advances, 10, 21318. on the strain-induced crystallization
and mechanical properties of natural
Mohamad, N., Muchtar, A., Ghazali, M.J., rubber and synthetic polyisoprene.
Mohd, D.H., & Azhari, C.H. (2008). RSC Advances, 2015(5), 11317-
The effect of filler on epoxidized 11324.
natural rubber-alumina
nanoparticles composites. European Subulan, K., Tasan, A.S., & Baykasoglu, A.
Journal of Scientific Research, 24(4), (2015). Desingning an
538-547. environmentally conscious tire
closed-loop supply chain network
Mohapatra, S., & Nando, G.B. (2015). with multiple recovery options using
Analysis of carbon black – reinforced interactive fuzzy goal programming.
cardanol – modified natural rubber Applied Mathematical Modelling,
compounds. Rubber Chemistry and 39(9), 2661-2702.
Technology, 88(2), 289-309.
Xie, T., Wang, F., Xie, C., Lei, S., Yu, S., Liu,
Mostafa, A., Abouel-Kasem, A., Bayoumi, J., & Huang, D. (2019). Mechanical
M.R., & El-Sebaie, M.G. (2010). properties of natural rubber filled
Rubber-filler interactions and its with foundry waste derived fillers.
effect in rheological and mechanical Materials, 12, 1863.
properties of filled compounds.
Journal of Testing and Evaluation, Xu, H., Fan, T., Wu, W., Huang, D., Wang, D.,
38(3), 101942. Wang, Z., & Zhang L. (2020).
Plasticization effect of bio-based
Ngamsurat, S., Boonkerd, K., Leela-adisorn, plasticizers from soybean oil for tire
U., & Potiyaraj, P. (2011). Curing tread rubber. Polymers, 12, 623.
characteristic of natural rubber filled
with gypsum. Energy Procedia, 9,
452-458.

217
Puspitasari, Cifriadi, Ramadhan, dan Chalid

Zhao, F., Bi, W., & Zhao, S. (2011). Influence Zhao, S., Shao, X., Liu, X., Jiang, L., Zhao, Z.,
of crosslink density on mechanical Xie, S., Li, L., & Xin, Z. (2018).
properties of natural rubber Lubrication and plasticization
vulcanizates. Journal of behavior of large-size micro-spherical
Macromolecular Science. Part B: structured SiO2 for natural rubber.
Physic, 50, 1460-1469. RSC Advances, 8, 31783.

218

Anda mungkin juga menyukai