Anda di halaman 1dari 5

Paper Teknologi Pembuatan Ban Mobil dari Styrene

Butadiene Rubber
Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Industri Petrokimia
Dosen Pengampu : Prof. Dr. Ir. H. Fatah Sulaiman, ST., MT.

Disusun Oleh:
Nama : Yasser Baihaqy Akya
NPM : 3335210042
Kelas : A

PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

2022
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Umumnya, jenis karet terbagi menjadi dua macam yaitu jenis karet alam dan karet sintesis
(buatan). Kedua jenis karet ini memiliki sifat, karakteristik, keunggulan dan kelemahan yang
berbeda sehingga dalam penggunaannya pun harus disesuaikan berdasarkan jenis karet tersebut.
Karet yang memiliki sifat elastis, fleksibel, liat dan beberapa ada yang kedap air ataupun udara
membuatnya digolongkan menjadi 3 jenis karet, yaitu karet yang paling umum digunakan, karet
yang tahan minyak dan karet yang tahan panas. Dalam artikel ini, mari kita mengenal jenis karet
yang paling sering digunakan sebagai bahan baku. Bernama Styrene Butadiene Rubber (SBR),
karet sintesis yang paling sering digunakan dalam pembuatan bahan baku beberapa benda yang
terbuat dari karet ini tersusun atas material monomer stirena dan butadiene.
Biasanya jenis karet SBR ini sering digunakan dalam pembuatan ban kendaraan bermotor.
Jenis karet mempunyai ketahanan kikis yang baik dan juga panas yang ditimbulkan dari jenis
karet ini tergolong rendah. Sebagai salah satu jenis polimer yang paling banyak diproduksi dan
digunakan di dunia sekarang ini, SBR menjadi karet yang sering dikembangkan guna pemenuhan
kebutuhan karet yang tidak bisa dicukupi dengan karet alam.Untuk kandungannya, jenis karet
SBR mempunyai kandungan lebih dari 50% dan dihasilkan dari sebuah proses polimerisasi.
Sedangkan untuk sifat, polimer SBR memiliki sifat tahan terhadap beberapa jenis pelarut polar
seperti asam encer, namun jenis karet sintetis seperti SBR tidak akan menggelembung apabila
berkontak dengan gasoline, lemak maupun minyak.
Kegunaannya sendiri, hampir 60% SBR dihasilkan di Amerika dan sebagian besar digunakan
di dalam industri bahan perekat dan ban mobil, selain itu juga banyak yang digunakan sebagai
bahan pelapis, mainan anak-anak, pembungkus makanan, sepatu, perpipaan, sabuk dan lain-
lainnya.Yang paling dominan, jenis karet SBR seringkali digunakan pada industri otomotif,
khususnya ban kendaraan dengan penggunaan bahan yang mencapai 76% dari konsumsi
keseluruhan. Para produsen ban mobil di dunia juga telah sebagian besar menggunakan jenis
karet SBR sebagai bahan baku mereka dalam membuat ban kendaraan. Karet sintetis bisa
digunakan untuk bermacam-macam keperluan, bahkan banyak fungsi karet alam yang bisa
digunakan. Jenis-jenis karet sintetis yang untuk kegunaan umum diantaranya yaitu: Styrene
Butadiene Rubber (SBR), butadiene rubber (BR), isoprene rubber (IR).
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Styrene Butadiene Rubber


SBR atau Styrene Butadiene Rubber adalah karet sintetis yang tersusun atas monomer stirena
dan butadiena. SBR banyak digunakan dalam pembuatan ban kendaraan bermotor. ret jenis ini
mempunyai ketahanan kikis yang baik dan juga panas atau kalor yang ditimbulkan olehnya
tergolong rendah. Tetapi styrene butadiene rubber yang tidak diberikan tambahan bahan penguat
memmpunyai kekuatan yang lebih rendah jika dibandingkan dengan vulkanisir Karet alam.
SBR (styrene butadiene rubber) sebagai salah satu jenis polimer yang paling banyak
diproduksi dan digunakan di dunia sekarang ini. Hal tersebut dikarenakan styrene butadiene
rubber ialah salah satu jenis polimer sintetik yang dikembangkan untuk pemenuhan kebutuhan
karet yang tidak bisa dicukupi dengan karet alam. Seiring dengan semakin meningkatnya standar
taraf hidup manusia maka kebutuhan karet alam maupun karet sintetik akan terus mengalami
peningkatan. enis kopolimer styrene dan butadiene yang mempunyai kandungan lebih dari 50%
disebut sebagai SBR (styrene butadiene rubber). Umumnya perbandingan monoer sekitar 70%
sampai 75% butadiene dan 25% sampai 30% styrene. Styrene butadiene rubber dihasilkan dari
sebuah proses polimerisasi, yang umummnya ialah polimerisasi emulasi baik itu secara hot
polymerization dengan konversi 75% dan temperatur reaksi 50 °C maupun polimerization
dengan konversi sebesar 60% dan temperatur reaksi 5 °C.
Untuk struktur molekul Styrene Butadiene Rubber (SBR) adalah sebagai berikut ini:

Sifat polimer SBR - Styrene Butadiene Rubber (SBR) merupakan senyawa polimer non polar
yang mempunyai sifat tahan terhadap beberapa jenis pelarut polar seperti asam encer, tetapi jenis
karet sintetik tersebut akan swelling atau menggelembung apabila berkontak dengan gasoline,
lemak ataupun minyak. Dengan adanya keterbatasan itu, maka Styrene Butadiene Rubber tidak
bisa diaplikasikan pada jenis industri yang memerlukan ketahanan terhadap swelling akibat
adanya kontak dengan pelarut hidrokarbon.
Klasifikasi :
Emulsion-SBR(e-SBR)
Ini dapat diproduksi dengan polimerisasi emulsi radikal bebas stirena dan butadiena baik
pada suhu 50 hingga 60°C (SBR emulsi panas) atau sekitar 5°C (SBR emulsi dingin).
Solution-SBR(s-SBR)
Larutan SBR diproduksi dengan bebas-terminasi*, polimerisasi larutan anionik stirena dan
butadiena dengan inisiator alkil litium (misalnya, butillitium) dalam pelarut hidrokarbon,
biasanya heksana atau sikloheksan.

2.2 Pembuatan SBR


Proses polimerisasi yang biasa dipakai dalam memproduksi Styrene Butadiene Rubber (SBR)
ialah:
 Polimerisasi larutan (Solution Polymerization)
 Polimerisasi emulsi (Emulsion Polymerization)

2.2.1 Solution Polymerization (Polimerisasi larutan)


Polimerisasi tersebut melibatkan monomer serta inisiator yang secara bersamaan direaksikan
di dalam medium pelarut yang sesuai. Penambahan pelarut inert bisa mengurangi kecenderungan
autoacceleration pada adisi radikal bebas seperti halnya yang terjadi pada bulk polymerization
(polimerisasi curah). Pengecer inert meningkatkan kapasitas panas campuran reaksi tanpa
memberikan konstribusi pada pembangkitan pnas, serta mengurangi viskositas massa reaksi pada
konversi tertentu.Selain hal itu panas polimerisasi secara mudah bisa dihilangkan serta efisien
dengan merefluks pelarut tersebut memakai alat pemindah panas eksternal atau jaket-jaket
pendingin , atau kombinasi dari bermacam cara tersebut, sehingga bahaya dari akibat reaksi yang
berlebih bisa dihindarkan. Jika produk yang diinginkan adalah sebuah polimer kristalin, reaksi
bisa dilakukan pada temperatur yang cukup rendah sehingga polimer akan mmengendap ketika
terbentuk menghasilkan slurry, bahkan sebuah larutan homogen. Recovery pelarut serta
monomer yang tidak bereaksi dilaksanakan pada proses stripping memakai air panas dan steam
atau kukus, menyimpan slurry polimer yang setelah itu dikeringkan sehingga akan berbentuk
rempah-rempah dikenal dengan sebutan crumb rubber. Jika bahan berwujud karet, remah-remah
tadi dipadatkan kemudian digulung, sedangkan untuk bahan plastiknya umumnya dicetak dengan
bentuk pelet.

2.2.2 Emulsion Polymerization (Polimerisasi Emulsi)


Akhir-akhir ini, polimeisasi emulsi tergeser oleh adanya jenis proses polimerisasi lain.
Walaupun begitu pengetahuan tentang sisa monomer yang sekalipun dalam jumlah yang sangat
kecil bisa mengakibatkan efek-efek berbahaya secara fisiologis, membuat orang kembali tertarik
untuk memakai polimerisasi emulsi. Partikel-partikel lateks yang ukurannya sangat kecil
memberikan jalur difusi yang begitu pendek untuk menyingkirkan molekul-molekul kecil dari
polimer melalui cara mmemperkecil residu monomer yang tertinggal, stripping menggunakan
steam. Setelah itu lateks dikoagulasi dengan menambahkan sebuah asam, seperti asam sulfat,
yang dapat merubah sabun menjadi hidrogen tidak larut, atau dengan menambahkan garam
elektrolit yang akan mencegah stabilizing double layers pada partikel, dengan begitu akan
memungkinkan partikel tersebut bisa menggumpal oleh adanya tarikan-tarikan elektrostatik.
Selanjutnya “Remah-remah” polimeer yang terkoagulasi dicuci, lalu dikeringkan dan dilakukan
pengemasan atau proses yang lebih lanjut.

2.3 Vulkanisasi
Tidak seperti beberapa termoplastik atau termoset lainnya (yang dipasok dalam bentuk pelet
atau resin cair), SBR tersedia untuk pengolah karet dalam bentuk bal besar. Pengolahan karet
dimulai dengan mencampur elastomer dan aditif. Setelah itu karet dibentuk dengan
menggunakan berbagai macam metode pengolahan.
SBR sering digabungkan dengan aditif seperti:
 Belerang untuk vulkanisasi
Pengisi penguat atau non-penguat untuk meningkatkan sifat mekaniknya atau memperpanjang
karet untuk mengurangi biaya. Berkat peracikan, karet stirena butadiena semakin disempurnakan
untuk memenuhi aplikasi tertentu dalam hal sifat, biaya, dan kemampuan proses.
Vulkanisasi adalah proses untuk mendapatkan ikatan silang molekul elastomer untuk
membuat karet lebih kaku dan kuat serta mempertahankan ekstensibilitas pada saat yang
bersamaan. Semua jenis SBR divulkanisasi menggunakan bahan vulkanisasi yang sama dengan
karet alam. Karet styrene-butadiene dapat divulkanisasi menggunakan belerang, sistem donor
belerang dan peroksida. Belerang ditambahkan dalam jumlah yang sedikit lebih kecil daripada
karet alam dan senyawa ban. Pada skala submikroskopik, molekul karet rantai panjang
bergabung pada titik ikat tertentu, yang efeknya mengurangi kemampuan elastomer untuk
mengalir. Karet lunak tipikal memiliki 1 atau 2 ikatan silang per 1000 unit. Dengan
bertambahnya jumlah ikatan silang, polimer menjadi lebih kaku dan berperilaku lebih seperti
plastik termoseting (karet keras). Pengaruh Vulkanisasi pada Molekul Karet :

1. Raw rubber - long-chain molecules


2. Vulcanized/crosslinked rubber - a) Soft rubber
(Low Degree of crosslinking); b) Hard rubber, high
degree of cross-linking

Anda mungkin juga menyukai