Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

ELASTOMER: STYRENE BUTADIENE RUBBER

Disusun Oleh:
Muhammad Alfajar 2018437002
Fahmi Yusuf Afrilian 2017430033

TEKNIK KIMA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
ABSTRAK

Tujuan dibuatnya makalah ini adalah untuk memberikan pemahaman dan


pengertian yang lebih baik terhadap Styrene Butadiene Rubber (SBR) dan
campurannya, serta berbagai contoh aplikasinya dalam teknologi yang
digunakan di masyarakat. Makalah disusun dengan dimulai dari penjabaran
metode polimerisasi yang digunakan dalam mensintetis SBR, kemudian
penjabaran formula dalam sintesa SBR dan gambaran struktur polimer SBR.
Kemudian dilanjutkan dengan penjabaran sekilas terkait compounding dan
dilengkapi dengan berbagai penelitian terkait compounding SBR dalam
memenuhi standar yang dibutuhkan dalam teknologi seperti contohnya
sebagai bantalan kaki meubel dan packing cap radiator.

Keyword : Polimer, Elastomer, Rubber, Karet, SBR, Compounding,


Aplikasi SBR
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam menunjang kebutuhan hidupnya yang semakin kompleks,


manusia tidak pernah bisa terlepas dari perkembangan teknologi. Mulai dari
kebutuhan primer seperti sandang, pangan dan papan, sampai kebutuhan
sekunder dan tersier, manusia selalu didukung oleh teknologi.

Teknologi polimer merupakan salah satu teknologi terpenting dan


terbesar dalam kehidupan. Mulai dari pakaian yang sehari-hari dipakai,
sampai ke komponen barang elektronik, polimer akan selalu menjadi bagian
dari perkembangan teknologi.

Elastomer merupakan salah satu bagian dari polimer, selain plastik dan
serat. Keunikan dari elastomer adalah sifatnya yang elastis, sehingga sangat
berguna dalam berbagai hal. Styrene Butadiene Rubber (SBR) adalah salah
satu elastomer sintetis yang mempunyai beberapa sifat yaitu mempunyai
kekuatan tarik yang baik, tahan kikis, tahan terhadap pengusangan, dan
tahan panas. Dikarenakan kelebihan-kelebihan SBR yang beragam inilah
tujuan makalah ini disusun, untuk memberikan pemahaman dan pengertian
yang lebih baik terhadap SBR dan campurannya, serta aplikasinya pada
teknologi yang digunakan di masyarakat.
ISI

A. Polimerisasi Emulsi (James et al., 2013)

Polimerisasi dalam larutan emulsi, yang telah banyak dikembangkan


secara teknologi, merupakan polimerisasi khusus rantai radikal bebas dalam
sistem heterogen. Sebagian besar sistem polimerisasi emulsi terdiri dari
monomer tak larut dalam air dengan surfaktan dan inisiator radikal bebas.
Berikut fitur pada polimerisasi emulsi :

1. Polimer emulsi memiliki ukuran partikel yang jauh lebih kecil


daripada monomer yang diemulsi.
2. Laju polimerisasi jauh lebih cepat daripada monomer tak emulsi.
3. Berat molekul polimer emulsi jauh lebih besar daripada yang
diperoleh dari polimerisasi curah.

Jelas dari fakta-fakta di atas bahwa mekanisme polimerisasi emulsi


melibatkan jauh lebih banyak daripada sekadar polimerisasi monomer
dalam keadaan curah. Faktanya, ukuran polimer yang sangat kecil, relatif
terhadap emulsi monomer asal, menunjukkan adanya mekanisme khusus
untuk pembentukan partikel polimer tersebut.

Mekanisme polimerisasi emulsi, seperti yang awalnya diusulkan oleh


Harkins (1947), dapat paling baik dipahami dengan memeriksa komponen-
komponen sistem ini, seperti yang digambarkan dalam Gambar, untuk
monomer “tidak larut air” seperti styrene (kelarutan = 0,07 g / L). Gambar
tersebut menunjukkan berbagai lokasi tempat monomer ditemukan, dan
yang saling bersaing untuk mendapatkan radikal bebas yang tersedia. Jadi,
pada tahap awal, monomer ditemukan dalam tiga lokasi: tersebar dalam
larutan, sebagai droplet teremulsi, dan dalam misel sabun. Baik monomer
yang terlarut dan monomer droplet mewakili kelompok minor yang bereaksi
dengan radikal inisiator (kecuali, jika monomer sangat larut dalam air).
Namun, sejumlah besar misel sabun yang mengandung monomer yang
terserap, secara statistic mewakili kelompok penting pada inisiasi
polimerisasi. Dengan demikian tidak mengherankan bahwa sebagian besar
rantai polimer dihasilkan dalam misel sabun berisi monomer. Jumlah yang
sangat besar (∼10¹⁵ / ml) dari partikel polimer yang sangat kecil yang
terbentuk yang distabilkan dengan mengadsorpsi lapisan tunggal sabun akan
menghabiskan sabun yang terlarut secara molekul pada tahap awal
polimerisasi (konversi 10% dalam formula). Karena semua sabun yang
tersedia didistribusikan, dan didistribusikan kembali, di atas permukaan
partikel yang tumbuh, jumlah sabun adalah faktor utama yang
mengendalikan ukuran partikel polimer.

Selama tahap kedua polimerisasi emulsi, lokasi untuk monomer yang


tersedia terdiri dari monomer terlarut, droplet monomer bebas, dan
monomer yang diserap oleh banyak partikel polimer. Seperti sebelumnya,
lokasi monomer terlarut dan droplet memberikan kontribusi kecil,
sedangkan partikel monomer-polimer kelompok utama untuk reaksi dengan
radikal inisiator. Bagian utama dari reaksi polimerisasi tampaknya terjadi
dalam sejumlah besar partikel dalam misel sabun yang diisolasi satu sama
lain oleh tolakan elektrostatik dan dijaga tetap jenuh. Aspek inilah yang
mengarah pada karakteristik unik dari sistem ini. Jadi, sekali radikal
inisiator memasuki partikel monomer-polimer dan memulai rantai, radikal
inisiator harus terus merambat dengan monomer yang tersedia sampai
radikal lain memasuki partikel yang sama. Dengan cara ini, laju pemutusan
rantai sebenarnya dikendalikan oleh laju masuknya radikal ke dalam
partikel, dan ini umumnya meningkatkan waktu hdup rantai yang tumbuh,
dan juga meningkatkan panjang rantai. Lebih lanjut, karena rantai yang
tumbuh semuanya terletak di partikel yang berbeda, mereka tidak dapat
saling mengakhiri, yang mengarah ke konsentrasi yang lebih tinggi dari
rantai yang sedang tumbuh dan juga laju yang lebih cepat.

B. Formula SBR (James et al., 2013)

Metode yang paling berhasil dikembangkan untuk produksi karet


sintetis untuk keperluan umum adalah kopolimerisasi emulsi butadiena dan
styrene (SBR), yang masih merupakan proses utama yang digunakan saat
ini. Formula yang digunakan terlihat pada Tabel. Formula yang
diperlihatkan hanya dianggap sebagai formula khas, karena mereka
tergantung pada banyak variasi. Perlu dicatat bahwa inisiator dalam formula
50◦C (karet panas) adalah persulfat, sedangkan dalam formula 5◦C (karet
dingin) inisiator terdiri dari sistem redoks yang terdiri dari hidroperoksida
-besi (II) - sulfoksilat - EDTA. Pada formula 5◦C, inisiasi radikal dibentuk
oleh reaksi hidroperoksida dengan besi, yang konsentrasinya dikontrol oleh
kompleks agent EDTA; sulfoksilat diperlukan untuk mengubah besi
teroksidasi (III) kembali menjadi besi. Garam fosfat berfungsi sebagai
elektrolit penstabil untuk lateks.
Dalam kedua formula, tiol bertindak sebagai zat pemindah rantai untuk
mencegah berat molekul mencapai nilai yang sangat tinggi yang mungkin
terjadi dalam sistem polimerisasi emulsi. Polimer berbasis diena dapat
mengalami reaksi ikatan silang selama polimerisasi, yang mengarah pada
pembentukan karet "gel" yang tidak larut ketika berat molekul menjadi
terlalu tinggi. Oleh karena itu, tiol digunakan sebagai "pengubah" untuk
mencegah pembentukan gel dan menjaga agar karet tetap bisa diproses. Hal
ini juga diperlukan untuk menghentikan reaksi pada tingkat konversi
menengah untuk meminimalkan pembentukan gel yang tidak diinginkan.

C. Rubber Compounding (James et al., 2013)

Compounding, istilah yang telah berevolusi dalam industri ban dan


karet, adalah ilmu material untuk memodifikasi karet atau elastomer atau
campuran polimer dan bahan lain untuk mengoptimalkan properti guna
memenuhi tujuan aplikasi yang diinginkan atau mencapai parameter kinerja.
Compounding karena itu, adalah ilmu multidisiplin yang kompleks yang
membutuhkan pengetahuan fisika material, kimia organik dan polimer,
kimia anorganik, dan kinetika reaksi kimia. Ilmuwan material, ketika
merancang formulasi karet, memiliki berbagai tujuan dan batasan untuk
dioperasikan. Persyaratan kinerja produk akan menentukan pemilihan awal
bahan-bahan formula. Bahan-bahan ini harus aman bagi lingkungan,
memenuhi persyaratan kesehatan dan keselamatan kerja, dapat diproses
dalam fasilitas produksi, dan ekonomis.

Compound rubber memiliki banyak karakteristik unik yang tidak


ditemukan pada bahan lain, seperti sifat redam, elastisitas tinggi, dan
ketahanan abrasi. Compound rubber telah digunakan dalam aplikasi seperti
ban, conveyor belt, fondasi bangunan, komponen mesin otomotif, dll.
Material yang digunakan ilmuwan material untuk meformulasikan
compound rubber dapat dibagi menjadi lima kategori:

 Polimer: Karet alam, polimer sintetik.


 Sistem filler: Carbon black, clay, silika, kalsium karbonat.
 Sistem penstabil: Antioksidan, antiozonan, lilin.
 Komponen sistem vulkanisasi: Sulfur, akselerator, aktivator.
 Bahan khusus: Komponen sekunder seperti pigmen, minyak,
resin, processing aid.

Contoh Formula Compound Rubber ditunjukkan pada Tabel.


Perlu diperhatikan, pada formula di tabel SBR sebagai polimer, system filler
adalah calcium carbonate, reclaim dan clay, karena menggunakan karet
reclaim juga sebagai filler maka iron oxide dan sodium bicarbonate
digunakan sebagai katalis, bahan khusus adalah blowing agent, processing
yaitu peptizer, wax dan minyak. Pada komponen system vulkanisasi, stearic
acid dan zinc oxide sebagai activator, kemudian ada sulfur, sedangkan
MBT, TMTD dan DPG sebagai akselerator.

D. Kombinasi RSS dan SBR Dalam Teknologi Pembuatan Karet


Bantalan Kaki Untuk Mebel (Syamsul dan Aprillena, 2018)

Dalam pembuatan kompon bantalan kaki untuk mebel perlu digunakan


kombinasi karet alam dan karet sintetis, agar karet bantalan kaki memiliki
property seperti ketahanan kikis dan pampatan tetap yang baik, mengingat
fungsi karet bantalan kaki pada mebel kursi maupun meja berperan penting
dalam beberapa hal seperti menyerap getaran, mengurangi gesekan kaki
mebel dengan lantai, dan menahan beban mebel.
Penelitian dirancang dengan melakukan formulasi kompon bantalan
kaki sebanyak 4 perlakuan dengan 3 kali pengulangan. Data hasil uji yang
dihasilkan disajikan dalam nilai rata-rata pengujian. Variasi perlakuan
dilakukan pada perbandingan penggunaan phr RSS dan SBR berturut-turut:
(100:0); (70:30); (50:50); dan (30:70).
Pengujian terhadap kompon karet bantalan kaki adalah parameter
kekerasan (hardness), Shore A (ASTM D 2240), tegangan putus (tensile
strength), kg/cm2 (ASTM D 412), perpanjangan putus (elongation at
break), % (ASTM D 412), ketahanan sobek (tear resistance), kg/cm2
(ASTM D 624), tegangan tarik (modulus 100%) (ASTM D 412), pampatan
tetap 25% (compression set),% dan ketahanan kikis (abrassion), mm3/kgm.

Penurunan tegangan putus disebabkan semakin meningkatnya


komposisi bahan pengisi karet sintetis (SBR) dalam kompon. Semakin
banyak komposisi SBR dalam campuran, maka semakin menurun densitas
crosslink pada compound, yang menyebabkan semakin kerasnya compound
dan semakin menurunnya tegangan putus. Penurunan ketahanan sobek
disebabkan dengan semakin meningkatnya komposisi SBR, hal ini
dikarenakan kemampuan karet sintetis (SBR) yang memang tidak sebaik
kemampuan karet alam dalam hal ketahanan sobek. Ketahanan kikis
semakin meningkat juga dikarenakan bertambahnya SBR dalam compound.
Berdasarkan pemenuhan SNI 06-7032-2004 dan juga dengan
menimbang beban kerja bantalan kaki sebagai bantalan meubel yang statis
dan cenderung pada kemampuannya menahan beban hasil uji kompon yang
terbaik terdapat pada kompon formula III, dengan karet alam RSS yang
digunakan sebanyak 50 phr, dan SBR sebanyak 50 phr. Hasil pengujian
menunjukkan bahwa hasil uji kekerasan sebesar 68 Shore A, tegangan putus
120 kg/cm2, perpanjangan putus 355 %, tegangan tarik 100% yaitu 25
kg/cm2, ketahanan sobek 33 kg/cm2, ketahanan kikis 2,4 mm3/kgm, dan
pampatan tetap 25% sebesar 23%.

E. Cure Characteristics and Crosslink Density of Natural Rubber/Styrene


Butadiene Rubber Blends (Indra dan Syahrul, 2014)

Dalam penelitian ini, NR dicampur dengan SBR dengan beberapa rasio


campuran. Karakteristik cure dan kepadatan ikatan silang dari campuran NR
/ SBR dipelajari. Karakteristik Cure dari senyawa karet campuran
ditentukan dengan menggunakan Moving Die Rheometer yang pada 150 ˚C,
dengan, dan kepadatan ikatan silang diukur dengan pendekatan Flory-
Rehner.
Bahan yang digunakan adalah Karet Alam, dan Karet Styrene
Butadiene. Bahan peracikan lainnya adalah belerang, seng oksida, asam
stearat, N-isopropil-N'-fenil-p-fenilenadiamin (IPPD), N-sikloheksil-2-
benzol tiazolsulfenamide (CBS).

Karakteristik cure dari compound campuran NR / SBR diperoleh


dengan menggunakan Monsanto Moving Die Rheometer (MDR 2000), yang
digunakan untuk menentukan waktu scorch (ts₂), waktu cure (t₉₀) dan
perbedaan torsi (MH-ML), menurut ke ISO 3417. Sampel dari masing-
masing compound diuji pada 150˚C. Senyawa-senyawa itu kemudian
dicetak kompresi menggunakan cetakan stainless steel pada 150˚C, dengan
tekanan 10 MPa, dan menggunakan hotpress laboratorium berdasarkan
waktu cure masing-masing.
Tes swelling pada karet vulkanisat dilakukan dalam toluena sesuai
dengan ISO 1817. Potongan sampel uji (30 mm × 5 mm × 2 mm) ditimbang
menggunakan timbangan listrik dan mengembang dalam toluena sampai
kesetimbangan, yang memakan waktu 72 jam pada suhu kamar . Sampel
diambil dari cairan, toluena dikeluarkan dari permukaan sampel dan berat
ditentukan. Sampel kemudian dikeringkan dalam oven pada suhu 60˚C
sampai diperoleh bobot konstan. Hasil swelling test digunakan untuk
menghitung berat molekul antara dua ikatan silang (Mc) dengan
menerapkan persamaan Flory-Rehner :

di mana ρ adalah kepadatan karet (ρ NR = 0,92 g / cm3), Vs adalah volume


molar toluena (Vs = 106,4 cm3 / mol), Vr adalah fraksi volume polimer
dalam swelling spesimen, Qm adalah kenaikan berat campuran dalam
toluena dan χ adalah parameter interaksi karet network-solvent (χ dari NR =
0,393). Tingkat kerapatan ikatan silang diberikan oleh;
Hasil dari penelitian ini, dapat disimpulkan :
1. Waktu scorch dan cure compound campuran karet alam / stirena
butadiena meningkat dengan meningkatnya kandungan karet stirena
butadiene. Hal ini dikarenakan rendahnya konten alilik hydrogen
pada SBR yang menyebabkan waktu scorch dan cure lebih panjang.
2. Rasio campuran 75/25 adalah rasio campuran optimal dari campuran
karet alam / styrene butadiene yang menghasilkan nilai maksimum
perbedaan torsi dan kerapatan ikatan silang. Besarnya torsi
dikarenakan tingginya kerapatan ikatan silang pada compound.
F. Pengaruh Penggunaan SBR dan NR Terhadap Sifat Fisika Kompon
Karet Packing Cap Radiator (Nuyah, 2011)

Karet packing cap radiator adalah karet seal yang merupakan barang
jadi karet yang mempunyai bentuk dan ukuran tertentu yang dipasang pada
tutup radiator. Karet ini berfungsi untuk menahan tekanan air pada radiator
yang disebabkan sirkulasi air pada saat mesin bekerja dan sangat
mempengaruhi keselamatan kendaraan. Karet packing cap radiator sering
mengalami kerusakan yaitu terjadinya pengerasan akibat pengusangan pada
karetnya yang dapat menyebabkan kebocoran, sehingga mempengaruhi
sirkulasi air pada radiator. Untuk mengatasi hal tersebut maka dilakukan
penelitian untuk mendapatkan formula karet packing cap radiator dengan
memvariasikan SBR dan NR, sehingga menghasilkan spesifikasi yang
diinginkan.

Grafik hasil uji ditunjukkan pada gambar


Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan
1. Penambahan SBR : NR berpengaruh nyata terhadap sifat fisik
kompon karet yaitu kekerasan, tegangan putus dan perpanjangan
putus. Penambahan Karet Alam (NR) cenderung menurunkan nilai
kekerasan, dikarenakan karet alam yang bersifat lentur. Pada
tegangan putus, penambahan NR yang terlalu besar dapat
menyebabkan ikatan elastomer karet dengan bahan pengisi penguat
tidak kuat, karena perbandingannya yang tidak proporsional. Pada
perpanjangan putus, yang terbaik untuk aplikasi packing cap adalah
pada formula 3, hal ini dikarenakan proporsi yang tepat antara
campuran SBR, NBR dan pengisi carbon black.
2. Kompon karet terbaik adalah pada formula 3 (campuran SBR : NR =
70 : 30 phr) dengan karakteristik kompon karet packing cap radiator
yang meliputi kekerasan yaitu 58 shore A, tegangan putus yaitu 208
kg/cm2 dan perpanjangan putus yaitu 610%.

G. Effect Of Epoxidized Natural Rubber As A Compatibilizer In Silica-


Filled Styrene Butadiene Rubber Compound (Indra dan Siswarni,
2014)
Untuk banyak aplikasi, silika bukan alternatif yang memuaskan untuk
carbon black sebagai filler, karena tingkat penguatan yang tidak memadai.
Masalah mendasarnya adalah karakteristik permukaannya yang lebih polar
dan terhidrasi daripada carbon black, dan yang kemudian menyebabkannya
sulit untuk menyebar dan berinteraksi dengan karet hidrokarbon. Banyak
teknologi telah dikembangkan untuk meningkatkan reaktivitas silika dengan
karet. Salah satunya adalah pemanfaatan agen kopling silan. Agen kopling
memodifikasi permukaan silika. Silika yang dimodifikasi menyediakan
permukaan yang aktif secara kimiawi yang dapat berpartisipasi dalam
vulkanisasi, memberikan ikatan penggabungan antara silan, silika dan karet.
Produk-produk tersebut menunjukkan peningkatan kinerja yang signifikan
dibandingkan dengan bahan dasarnya.
Metode alternatif untuk mengatasi kekurangan silika adalah
pemanfaatan Epoxidized Natural Rubber (ENR). Bahannya adalah produk
modifikasi kimia pada Natural Rubber (NR). Artikel ini menjelaskan
pemanfaatan ENR sebagai penyesuai dalam senyawa SBR yang diisi silika.
Karet Alam Epoksidasi dengan 50% mol epoksidasi (ENR 50)
digunakan. Bahan-bahan peracikan lainnya adalah belerang, Zinc oksida,
asam stearat, N-isopropil-N'-fenil-pphenylenediamine (IPPD), N-
sikloheksil-2-benzol tiazolsulfenamide (CBS), Silika, dan SBR. Untuk
formula dan variasi compound rubber diperlihatkan pada Tabel.

Karakteristik cure dari compound NR yang diisi CB diperoleh


menggunakan Monsanto Moving Die Rheometer (MDR 2000), yang
digunakan untuk menentukan waktu hangus (ts₂), waktu penyembuhan (t₉₀)
dan perbedaan torsi (MH-ML), menurut ke ISO 3417. Sampel dari masing-
masing compound diuji pada 150˚C. Compound itu kemudian dicetak
kompresi menggunakan cetakan stainless steel pada 150˚C, dengan tekanan
10 MPa, dan menerapkan alat laboratorium hot-press berdasarkan waktu
cure masing-masing.
Sampel dipotong berbentuk dumbbell dari lembaran yang dicetak. Tes
tarik dilakukan pada kecepatan tarik 500mm / menit menggunakan mesin
tarik universal Instron 3366, sesuai dengan ISO 37. Kekuatan tarik (TS),
tegangan pada perpanjangan 100% (M100), tegangan pada perpanjangan
300% (M300), dan perpanjangan putus (EB) ditentukan.

Dari hasil penelitian, dapat disimpulkan Epoxidized Natural Rubber dapat


digunakan sebagai compatibilizer dalam penguat silika dari Styrene
Butadiene Rubber. Penggabungan Epoxidized Natural Rubber ke dalam
compound Styrene Butadiene Rubber diisi silika meningkatkan cure rate,
dan mempercepat waktu scorch. Hasil juga menunjukkan bahwa Epoxidized
Natural Rubber meningkatkan interaksi pengisi silika yang diisi ke dalam
compound Styrene Butadiene Rubber. Penggabungan Epoxidized Natural
Rubber juga meningkatkan interaksi pengisi karet dan sifat-sifat tarik dari
vulcanizate Styrene Butadiene Rubber yang diisi silika, terutama sampai
10,0 frase pemuatan. Hal ini dapat dilihat dari Tabel di atas yang
menunjukkan selisih torsi yang semakin meningkat dengan meningkatnya
komponen ENR, meningkatnya selisih torsi menunjukkan bahwa cure rate
semakin baik, juga dapat dilihat pada tabel di atas bahwa Tensile Strength
(TS) semakin meningkat dengan meningkatnya komponen ENR sampai 10
phr.
DAFTAR PUSTAKA

Mark, J.E., B. Erman, and C.M. Roland. 2013. The Science and Technology
of Rubber. Fourth Edition. Elsevier: Waltham

Bahri, S. dan A.T. Bondan. 2018. Kombinasi RSS dan SBR Dalam
Teknologi Pembuatan Karet Bantalan Kaki Untuk Mebel. Balai Riset dan
Standardisasi Industri Palembang

Surya, I. dan S.F. Siregar. 2014. Cure Characteristics and Crosslink Density
of Natural Rubber/Styrene Butadiene Rubber Blends. Jurnal Teknik Kimia
USU 3(4)

Nuyah. 2011. Pengaruh Penggunaan SBR dan NR Terhadap Sifat Fisika


Kompon Karet Packing Cap Radiator. Balai Riset dan Standardisasi
Industri Palembang

Surya, I. dan Siswarni. 2014. Effect of Epoxidized Natural Rubber as A


Compatibilizer in Silica-Filled Styrene Butadiene Rubber Compound.
Jurnal Teknik Kimia USU 3(2)

Anda mungkin juga menyukai