Anda di halaman 1dari 30

PENGARUH RENDAMAN KOPI ROBUSTA ARABICA TERHADAP

PERUBAHAN WARNA BAHAN TAMBALAN RESIN KOMPOSIT


PROPOSAL
Oleh :
Practissa Roro Wigati
080113080
Dosen Pembimbing :
dr. D. H. C. Pangemanan, MKes, AFM, AIFO
drg. Ni Wayan Mariati, MKes

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
MANADO
2015

LEMBAR PENGESAHAN
PENGARUH RENDAMAN KOPI ROBUSTA ARABICA TERHADAP
PERUBAHAN WARNA BAHAN TAMBAL RESIN KOMPOSIT

Proposal
Oleh:
Practissa Roro. Wigati
080113080
Proposal Penelitian ini telah diperiksa dan disetujui oleh:

dr. D. H. C. Pangemanan, MKes, AFM, AIFO


Pembimbing I

disetujui tanggal

drg. Ni Wayan Mariati, Mkes


Pembimbing II

disetujui tanggal

Mengetahui,
Koordinator Program Studi,

Prof. dr. Pieter L. Suling, MSc, SpKK(K), FINSDV, FAADV

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kemajuan yang sangat menonjol di bidang restorasi gigi pada saat ini ditandai
dengan dikembangkannya material resin komposit yang banyak digunakan
sebagai material restorasi. Resin komposit adalah salah satu bahan restorasi yang
terdiri dari dua atau lebih komponen yang masing-masing mempunyai struktur
dan sifat yang berbeda. Resin komposit merupakan salah satu material restorasi
pada kedokteran gigi yang telah digunakan sejak 30 tahun lalu. Resin komposit
merupakan bahan tumpatan pilihan yang potensial dan terus berkembang dengan

sifat-sifat fisis, warna dan kekuatan perlekatan terhadap jaringan gigi sehingga
memungkinkan penggunaan resin komposit untuk gigi anterior maupun posterior.1
Kekasaran bahan permukaan restorasi dalam rongga mulut adalah salah satu
kriteria yang sangat penting untuk menentukan dan memprediksi kesuksesan
klinis suatu restorasi.Permukaan bahan restorasi yang kasar dapat menyebabkan
rasa yang tidak enak pada rongga mulut.
Material ini mempunyai estetik yang lebih baik dibanding restorasi lain,
Keunggulan lainnya adalah warna yang mirip dengan struktur gigi asli, shrinkage
rendah, absorpsi cairan rendah, dapat dipoles tekstur permukaannya, serta abrasi
dan ketahanan pemakaian sama dengan struktur gigi. Namun selama pemakaian
dapat mengalami perubahan warna. Perubahan warna resin komposit terjadi
karena faktor intrinsik dan ekstrinsik. Faktor intrinsik dapat disebabkan oleh
bahan resin komposit itu sendiri yaitu: jenis filler, perubahan resin matrik, kurang
kuatnya penyinaran menyebabkan perubahan dari resin matrik itu sendiri dan
perubahan antar muka antara matrik dan filler, monomer sisa yang tidak
terpolimerisasi pada waktu polimerisasi. Stabilitas warna resin matrik juga
rendah, karena sifat resin yang dapat mengabsorpsi cairan. Perubahan warna
bahan restorasi resin komposit merupakan faktor ekstrinsik yang dipengaruhi oleh
cairan atau zat pembawa warna di sekitar lingkungan restorasi resin komposit
tersebut berada, misalnya: kopi, teh, wine, minuman ringan, nikotin, obat kumur
serta plak dan oral hygiene yang rendah. Salah satu minuman yang sering
dikonsumsi dan dapat menyebabkan perubahan warna pada resin komposit adalah
kopi. Masyarakat Indonesia memiliki kebiasaan minum kopi dengan frekuensi
rata-rata dua cangkir sehari padausia 30-39 tahun.1

B. Rumusan Masalah
Apakah pengaruh rendaman kopi Robusta Arabica terhadap perubahan warna
bahan tambal resin komposit
C. Tujuan Penelitian
Mengetahui pengaruh rendaman kopi Robusta Arabica terhadap perubahan warna
bahan tampal resin komposit
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
Data yang didapatkan dapat memberikan informasi tentang pengaruh
Rendaman kopi Robusta Arabica terhadap bahan tambal resin komposit
2. Manfaat praktis
a. Manfaat bagi masyarakat
Data hasil penelitian dapat menjadi tambahan informasi bagi masyarakat
yang sering mengkonsumsi minuman berwarna terutama bagi pasien yang
menggunakan bahan tambal resin komposit
b. Manfaat bagi dokter gigi
Data hasil penelitian dapat menjadi referensi bagi dokter gigi untuk
menangani dan seebagai bahan anjuran terhadap pasien
c. Manfaat bagi penulis
Memberikan pengetahuan dan pengalaman bagi penulis dalam membuat
karya ilmiah serta dapat mengembangkan ilmu yang diperoleh selama
proses perkuliahan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Resin komposit
Resin komposit telah digunakan sejak 50 tahun yang lalu hingga saat ini
telah banyak peningkatan yang ditemukan baik dari segi komposisi maupun cara
penggunaannya. Sejak tahun 1960, telah ditemui banyak klasifikasi dari resin
komposit, salah satunya berdasarkan ukuran filler yang digunakan yaitu
konvesional atau tradisional, microfine atau small particle composite dengan
silicium dioxide microfillers, dan hybrid (microhybrid, minihybrid, submicron
hybrid dan nanohybrid).
Resin komposit adalah tumpatan yang mengeras karena menyatunya unit-unit
monomer menjadi molekul yang besar yaitu polimer. Istilah bahan komposit
mengacu pada kombinasi tiga dimensi dari sekurangkurangnya dua bahan kimia
yang berbeda dengan satu komponen pemisah yang nyata diantara keduanya. Bila
konstruksi tepat, kombinasi ini akan memberikan kekuatan yang tidak dapat
diperoleh bila hanya digunakan satu komponen saja. Bahan restorasi resin
komposit adalah suatu bahan matriks resin yang di dalamnya ditambahkan pasi
anorganik (quartz, partikel silica koloidal) sedemikian rupa sehingga sifat-sifat
matriksnya ditingkatkan.

Dalam ilmu kedokteran gigi istilah resin komposit secara umum mengacu
pada penambahan polimer yang digunakan untuk memperbaiki enamel dan dentin.
Resin komposit digunakan untuk mengganti struktur gigi dan memodifikasi
bentuk dan warna gigi sehingga akhirnya dapat mengembalikan fungsinya. Resin
komposit dibentuk oleh tiga komponen utama yaitu resin matriks, partikel bahan
pengisi, dan bahan coupling. Bahan restorasi ini mempunyai estetik yang sangat
baik dan paling sering digunakan untuk merestorasi gigi anterior. Namun
penggunaan resin komposit sebagai bahan restorasi gigi posterior juga
berkembang sangat pesat karena keinginan pasien untuk mendapatkan restorasi
yang sewarna dengan gigi. Bahan restorasi komposit memiliki kemampuan
perlekatan yang kuat, dan mempunyai warna restorasi yang sangat estetik dan
memuaskan.

Gambar 1. Restorasi Preventif Resin pada Pit dan Fisure

1. Komposisi Resin Komposit


Komposisi resin komposit tersusun dari beberapa komponen. Kandungan utama
yaitu Matriks Resin dan Partikel Pengisi Anorganik. Disamping kedua bahan
tersebut, beberapa komponen lain diperlukan untuk meningkatkan efektivitas dan
ketahanan bahan. Suatu bahan coupling (silane) diperlukan untuk memberikan
ikatan antara bahan pengisi anorganik dan matriks resin, juga aktivator-aktivator
diperlukan untuk polimerisasi resin. Sejumlah kecil bahan tambahan lain
meningkatkan stabilitas warna (penyerap sinar ultra violet) dan mencegah
polimerisasi dini (bahan penghambat seperti hidroquinon).
a. Resin Matriks
Bis-GMA, urethane

dimetacrylate

(UEDMA),

dan

triethylene

glycol

dimetacrylate (TEGDMA) adalah golongan dimetakrilat yang umumnya


digunakan sebagai matriks resin komposit, dengan struktur kimia seperti pada
Gambar 2.BisGMA merupakan derivat hasil reaksi antara bisphenol-A dan
glycidylmethacrylate.Bis-GMA dan urethane dimethacrylate merupakan jenis
monomer berviskositas tinggi.Selain itu terdapat juga monomer berviskositas
rendah seperti methyl methacrylate (MMA), ethylene glycol dimethacrylate
(EDMA) dan triethylene glycol dimethacrylate (TEGDMA).

Gambar 2. Struktur kimia Bis-GMA, UEDMA, dan TEGDMA6


Bis-GMA dan UDMA merupakan cairan yang memiliki kekentalan tinggi karena
memiliki berat molekul yang tinggi.Penambahan filler dalam jumlah kecil saja
menghasilkan komposit dengan kekakuan yang dapat digunakan secara klinis.
Untuk mengatasi masalah tersebut, monomer yang memiliki kekentalan rendah
yang dikenal sebagai pengontrol kekentalan ditambahkan seperti metil metkrilat
(MMA), etilen glikol dimetakrilat (EDMA), dan trietilen glikol dimetakrilat
(TEGDMA) adalah yang paling sering digunakan.
b. Partikel Bahan Pengisi

Tumpatan rersin biasanya dicambur dengan bahan yang berbeda sifatnya yang kita
sebut sebagai filler, filler merupakan quartz atau kaca dengan ukuran partikel
berkisar antara 0,1-100 m ataupun silika dengan ukuran 0,04 m. Keuntungan
dimasukkannya bahan pengisi ke dalam matriks resin antara lain untuk
mengurangi pengerutan dan koefisien termal ekspansi, meningkatkan sifat
mekanis dari resin itu sendiri, dan menentukan aspek estetis dari resin komposit
seperti warna, translusensi, dan fluorosensi. Selain itu dapat pula dimasukkan
logam berat seperti barium dan strontium yang akan memberikan radiopasitas
pada komposit.
c.

Bahan Coupling
Coupling agentssilan telah dianjurkan dalam meningkatkan sifat mekanik dari
resin komposit. Namun, penyelidikan pada peningkatan kekuatan ikatan alumina
terutama pada keramik komersial primer yang mengandung bahan coupling
agents silan dan pengobatan tribochemical. Secara umum, ada banyak jenis
agents coupling agents silant yang diformulasikan untuk ikatan spesifik antara
filler dan matriks resin yang berbeda. Parameter kelarutan digunakan untuk
mempertimbangkan penetrasi agents coupling agents silan ke dalam matriks
resin, khususnya resin termoplastik.

Gambar 3.y-methacryloxypropyltrimethoxysilane (Ferrance, 1995).

3. Sistem Aktivator-inisiator
Monomer metil metakrilat dan dimetil metakrilat berpolimerisasi dengan
mekanisme polimerisasi tambahan yang diawali oleh radikal bebas.Radikal bebas
dapat berasal dari aktivasi kimia atau pengaktifan energi eksternal (panas atau
sinar).

4. Bahan penghambat
Untuk meminimalkan atau mencegah polimerisasi spontan dari monomer bahan
penghambat ditambahkan pada sistem resin.Penghambat ini mempunyai potensi
yang kuat dengan radikal bebas, bila radikal bebas telah terbentuk seperti suatu
pemaparan singkat terhadap sinar. Bahan penghambat bereaksi dengan radikal
bebas dan kemudian menghambat perpanjangan rantai dengan mengakhiri
kemampuan radikal bebas untuk mengawali proses polimerisasi

5. Modifier Optik
Untuk mencocokan dengan warna gigi, komposit kedokteran gigi harus
memiliki warna visual (shading) dan translusensi yang dapat menyerupai struktur
gigi.Warna dapat diperoleh dengan menambahkan pigmen yang berbeda, bahan
pigmen ini seringkali terdiri dari oksidasi logam berbeda yang ditambahkan dalam
jumlah sedikit.

B. Sifat-sifat Resin Komposit


1. Fisik dan Kimia
a. Compressive Strengeth (daya tahan terhadap tekanan)

10

Berikatannya partikel bahan pengisi dengan matriks resin memungkinkan


matriks polimer lebih fleksibel dalam meneruskan tekanan ke partikel
pengisi. Ikatan antara keduanya diperoleh dengan adanya bahan
coupling.Aplikasi bahan/coupling yang tepat dapat meningkatkan sifat
mekanis dan fisik serta memberikan kestabilan hidrolitik dengan
mencegah air menembus sepanjang perlekatan bahan pengisi dan resin.

Komposit mikrofil mempunyai nilai yang lebbih tinggi dibandingkan


dengan kmposit makrofi.Tetapi dari pengamatan klinik pada tumpatan
kelas I atau kelas II komposit makrofil tidak menunjukan kegagalan
karena nilai compressive strength ini hanya sedikit berpengaruh dalam
pemakaian klinik.
b. Tensile Strenght (daya tahan terhadap tarikan)
Nilai makrofil lebih besar dibandingkan mikrofil komposit. Nilai ini
berpengaruh besar terhadap kekuatan lekat tumpatan pada email yang telah
di etsa. Walaupun dalam klinik tidak dijumpai kegagalan dari mikrofil
komposit dalam hal ini tetapi tensile strength yang tinggi penting bila kita
melakukan penumpatan pada kavitas kelas IV.

c. Modulus of elasticity (nilai batas kekenyalan)


Makrofil komposit mempunyai nilai tiga kali lebih tinggi dibandingkan
komposit mikrofil.Tetapi secara klinis hal ini tidak berarti utnuk tumpatan
yang melekat baik pada jaringan gigi.
d. Polymerizatiion contraction (penyusutan pada polimerasi)
Pada resin komposit berakibat terbentukn ya celah antara tumpatan dan
jaringan gigi, atau pecahnya ikatan antara tumpatan dan gigi.Celah ini tidak

11

menguntungkan karena merupakan jalan masuk kuman dan penyebab


terjadinya perubahan warna.
e. Hygroscopic Expansion (pemuaian karena penyerapan)
Terjadinya penyerapan air pada saat polimerasi.Komposit mikrofil dalam
hal ini mempunyai nilai penyerapan air yang lebih besar dibandingkan dengan
komposit makrofil.Sifat penyerapan ini dapat mengimbangi penuyusutan
akibat plimerasi.
f. Coifisien Of Thermal Expansion (koefision muai suhu)
Komposit mikrofil punya nilai untuk lebih tinggi dari komsit
makrofil, dimana nilai kedua tersebut jauh lebih besar dibandingkan koefisien
muai suhu jaringan keras gigi. Keadaan ini akan berakibat terjadinya celah
pada perubahan suhu antara tumpatan dan gigi. Tetapi sifat ini tidak
berdampak besar pada klinik karena air tang terserap dalam polimerasi pada
tumpatan dapat menjadi antagonis dari perubahan suhu yang terjadi.
Elasatisitas dari jaringan gigi juga merupakan bantuan untuk mencegah akibat
buruk dari perubahan suhu.
C Macam-macam Resin Komposit
1. Macrofilled Composite Resin
Fillernya berkisar antara 1-50 mikron dan mencapai 75-80% dari berat
tumpatan.sering kali juga filler mengandung barium agar tumpatan tampatk
radio-opak dalam foto sinar X.
2. Microfilled Compisite Resin
Fillernya berkisar antara 0,02-0,05 mikron. Beberapa modifikasi dari silica
dioksida sebagai filler dalam resin kompsit ini yang mencapai 50-60% dari
berat tumpatan.

12

3.

Hybrid Compossite Resin


Resin komposit dengan filler campuran antara macrofiller dan microfiller.
Berat filler mencapai 70-80%.Dengan ukuran partikel mulai dari 0,6 sampai
1 mikrometer, dan mengandung silika koloid berukuran 0,04 mikrometer.
Kelompok ini sebagian besar merupakan penyusun komposit dan saat ini
digunakan dalam kedokteran gigi. Sifat karakteristik dari bahan ini adalah
ketersediaan berbagai macam warna dan kemampuan untuk meniru struktur
gigi, kurangnya penyusutan, penyerapan air yang rendah, sifat pemolesan
dan texturing yang baik, abrasi dan keausan yang sangat mirip dengan
stuktur gigi, koefisien expansi termal yang mirip dengan gigi, formula
universal untuk kedua sektor anterior dan posterior, perbedaan derajat dari
kekaburan dan tembus cahaya dalam sifat yang berbeda dan fluoresensi.

4.

Nanofilled
Nanofilled merupakan bahan restorasi universal yang diaktifasi oleh
visible-light yang dirancang untuk keperluan merestorasi gigi anterior
maupun posterior memiliki sifat kekuatan dan ketahanan hasil poles yang
sangat baik, dikembangkan dengan konsep nanotechnology, yang biasanya
digunakan untuk membentuk suatu produk yang dimensi komponen
kritisnya adalah 0,1 hingga 100 nanomer.
D. Indikasi dan Kontra Indikasi
1. Bahan resin komposit direkomendasikan untuk kasus kasus sebagai
berikut yaitu :
a. Karies pada pit dan fisur kelas I dimana restorasi resin preventif
konservatif tepat untuk dilakukan

13

b. Karies kelas I yang meluas ke dentin


c. Restorasi kelas II pada gigi susu yang tidak meluas diluar sudut garis
proksimal
d. Restorasi kelas II pada gigi permanen yang meluas kira-kira 1/3 sampai
panjang interkuspal bukolingual gigi
e.. Restorasi kelas III, IV, V untuk gigi susu dan gigi permanent 4
2. Bahan resin komposit bukanlah suatu pilihan restorasi untuk kasus-kasus
seperti berikut :
a. Bila gigi tidak bisa diisolasi untuk kontrol kelembaban
b. Individu yang membutuhkan restorasi permukaan multipel dan besar
pada gigi susu posterior 27

14

3. Pasien resiko tinggi memiliki karies multipel dan/atau gigi demineralisasi dan
kebersihan mulut yang buruk.

E. Keuntungan dan kerugian resin komposit


1. Estetika
2. Konservatif removal struktur gigi (tidak perlu kedalaman yang seragam,
3.
4.
5.
6.

retensi mekanik biasanya tidak diperlukan)


Kurang kompleks saat mempersiapkan gigi
Isolator, memiliki konduktivitas termal rendah
Digunakan secara universal
Berikatan dengan struktur gigi, sehingga retensi baik, microleakage
rendah, pewarnaan interfasial minimal, dan peningkatan kekuatan struktur

gigi yang tersisa


7. Dapat diperbaiki
Kerugian utama dari restorasi komposit berhubungan dengan pembentukan celah
potensial dan prosedural yang sulit. Berikut ini adalah daftar dan kerugian lain
dari restorasi komposit
1. Memungkinkan terdapat pembentukan celah, biasanya terjadi pada
permukaan akar sebagai akibat dari kekuatan penyusutan polimerisasi
material komposit yang lebih besar dari kekuatan ikatan awal bahan untuk
dentin.
2. Lebih sulit, memakan waktu, dan mahal (dibandingkan dengan restorasi
amalgam) karena:
3. Perawatan gigi biasanya membutuhkan beberapa tahapan.
4. Pengisian yang lebih sulit
5. Menetapkan kontak proksimal, kontur aksial, embrasures, dan kontak
oklusal yang mungkin akan lebih sulit
6. Prosedur finishing dan polishing lebih sulit

15

7. Ini merupakan teknik yang lebih sensitif karena lokasi operasi harus tepat
terisolasi dan penempatan ETSA, primer dan perekat pada struktur gigi
(enamel dan dentin) ini sangat menuntut teknik yang tepat.
8. Dapat memperlihatkan keausan oklusal yang lebih besar pada daerahdaerah tekanan oklusal yang tinggi atau bila seluruh kontak oklusal gigi
adalah pada bahan komposit.
9. Memiliki koefisien linier ekspansi termal yang lebih tinggi, sehingga
berpotensi terjadi perembesan marjinal jika teknik ikatan yang kurang
F.

memadai ini digunakan.


Perubahan Warna Resin Komposit
Kegagalan

estetik

merupakan

salah

satu

penyebab

penggantian

restorasi.Kombinasi yang bagus antara warna gigi dan warna material restorasi
sebelum dicuring adalah faktor klinis yang penting untuk mendapatkan hasil yang
bagus.Kombinasi ini harus dapat bertahan setelah material dicuring dan selama
pemakaian.Jika warna komposit berubah selama pemakaian, kelebihan utamanya
yaitu estetik, hilang.
Perubahan warna pada resin komposit setelah penumpatan dapat terjadi karena
dua faktor. Faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik. Faktor intrinsik yang dapat
mempengaruhi perubahan warna adalah komposisi resin matriks dan ukuran
partikel filler.19
Faktor ekstrinsik yang dapat menyebabkan diskolorasi pewarnaan oleh karena
adanya absorbsi zat warna dari minuman, makanan, tembakau, bahan kumur dan
pengaruh sinar ultraviolet. 8, 16, 19, 20, 21
Stabilitas warna resin komposit dipengaruhi oleh kontak langsung yang terlalu
sering dengan berbagai minuman berwarna seperti kopi, teh, jus, arak, dan minyak

16

wijen. Perubahan warna juga bisa terjadi dengan oksidasi dan akibat dari
penggantian air dalam polimer matriks
G.

Mekanisme perlekatan Resin Komposit Pada Struktur Gigi


Jika sebuah molekul berpisah setelah penyerapan kedalam permukaan dan
komponen-komponen konstituen mengikat dengan ikatan ion atau kovalen.Ikatan
adhesive yang kuat sebagai hasilnya.Bentuk adhesive ini disebut penyerapan
kimia, dan dapat merupakan ikatan kovalen atau ion.
Selain secara kimia perlekatan pada resin komposit juga terjadi secara mekanis
atau retensi, perlekatan yang kuat antara satu zat dengan zat lainnya bukan gaya
tarik menarik oleh molekul. Contoh ikatan semacam ini seperti penerapan yang
melibatkan penggunaan skrup, baut atau undercut. Mekanisme perlekatan antara
resin komposit dengan permukaan gigi melalui dua teknik yaitu pengetsaan asam
dan pemberian bonding.
1. Teknik etsa asam
Sebelum memasukan resin, email pada permukaan struktur gigi yang akan
ditambal diolesi etsa asam. Asam tersebut akan menyebabkan hydroxiapatit
larut dan hal tersebut berpengaruh terhadap hilangnya prisma email dibagian
tepi, inti prisma dan menghasilkan bentuk yang tidak spesifik dari struktur
prisma. Kondisi tersebut menghasilkan pori-pori kecil pada permukaan email,
tempat kemana resin akan mengalir bila ditempatkan kedalam kavitas.
Bahan etsa yang diaplikasikan pada email menghasilkan perbaikan ikatan
antara permukaan email-resin dengan meningkatkan energi permukaan email.
Kekuatan ikatan terhadap email teretsa sebesar 15-25 MPa. Salah satu

17

alasannya adalah bahwa asam meninggalkan permukaan email yang bersih,


yang memungkinkan resin membasahi permukaan dengan lebih baik. Proses
pengasaman pada permukaan email akan meninggalkan permukaan yang
secara mikroskopis tidak teratur atau kasar. Jadi bahan etsa membentuk
lembah dan puncak pada email, yang memungkinkan resin terkunci secara
mekanis pada permukaan yang tidak teratur tersebut. Resin tag kemudian
menghasilkan suatu perbaikan ikatan resin pada gigi. Panjang tag yang efektif
sebagai suatu hasil etsa pada gigi anterior adalah 7-25 m.
Asam fosfor adalah bahan etsa yang digunakan. Konsentrasi 35 %-50 %
adalah tepat, konsentrasi lebih dari 50 % menyebabkan pembentukan
monokalsium fosfat monohidrat pada permukaan teretsa yang menghambat
kelarutan lebih lanjut. Asam ini dipasok dalam bentuk cair dan gel dan
umumnya dalam bentuk gel agar lebih mudah dikendalikan. Asam
diaplikasikan dan dibiarkan tanpa diganggu kontaknya dengan email minimal
selama 15-20 detik.
Begitu dietsa, asam harus dibilas dengan air selama 20 detik dan dikeringkan
dengan baik. Bila email sudah kering, harus terlihat permukaan berwarna
putih seperti bersalju menunjukan bahwa etsa berhasil. Permukaan ini harus
terjaga tetap bersih dan kering sampai resin diletakan untuk membuat ikatan
yang baik. Karena email yang dietsa meningkatkan energi permukaan email.
Teknik etsa asam menghasilkan penggunaan resin yang sederhana.
2. Bahan bonding
Adhesive dentin harus bersifat hidrofilik untuk menggeser cairan dentin dan
juga membasahi permukaan, memungkinkan berpenetrasinya menembus pori
18

di dalam dentin dan akhirnya bereaksi dengan komponen organik atau


anorganik. Karena matriks resin bersifat hidrofobik, bahan bonding harus
mengandung hidrofilik maupun hidrofobik. Bagian hidrofilik harus bersifat
dapat berinteraksi pada permukaan yang lembab, sedangkan bagian
hidrofobik harus berikatan dengan restorasi resin.
a. Bahan bonding email
Email merupakan jaringan yang paling padat dan keras pada tubuh manusia.
Email terdiri atas 96 % mineral, 1 % organik material, dan 3 % air. Mineral
tersusun dari jutaan kristal hydroksiapatit (Ca10 (PO4)6 (OH)2) yang sangat
kecil. Dimana tersusun secara rapat sehingga membentuk perisma email
secara bersamaan berikatan dengan matriks organik. Pada perisma yang
panjang bentuknya seperti batang dengan diameter sekitar 5 m.Krital
hidroksiapatit bentuknya heksagonal yang tipis, karena strukrur seperti itu
tidak memungkinkan mendapatkan susunan yang sempurna. Celah diantara
kristal dapat terisi air dan material organik. Bahan bonding biasanya terdiri
atas bahan matriks resin BIS-GMA yang encer tanpa pasi atau hanya dengan
sedikit bahan pengisi (pasi). Bahan bonding email dikembangkan untuk
meningkatkan kemampuan membasahi email yang teretsa. Umumnya,
kekentalan bahan ini berasal dari matriks resin yang dilarutkan dengan
monomer

lain

untuk

menurunkan

kekentalan

dan

meningkatkan

kemungkinan membasahi. Bahan ini tidak mempunyai potensi perlekatan


tetapi cendrung meningkatkan ikatan mekanis dengan membentuk resin tag
yang optimum pada email. Beberapa tahun terakhir bahan bonding tersebut
telah digantikan dengan sistem yang sama seperti yang digunakan pada
19

dentin. Peralihan ini terjadi karena manfaat dari bonding simultan pada
enamel dan dentin dibandingkan karena kekuatan bonding.
b. Bahan bonding dentin
Dentin adalah bagian terbesar dari struktur gigi yang terdapat hampir diseluruh
panjang gigi dan merupakan jaringan hidup yang terdiri dari odontoblas dan
matriks dentin.Tersusun dari 75 % materi inorganik, 20 % materi organik dan 5 %
materi air. Didalam matriks dentin terdapat tubuli berdiameter 0,5-0,9 mm
dibagian dentino enamel jungsion dan 2-3 mm diujung yang berhubungan dengan
pulpa. Jumlah tubuli dentin sekitar 15-20 ribu /mm didekat dentino enamel
jungtion dan sekitar 45-65 ribu dekat permukaan pulpa. Penggunaan asam pada
etsa untuk mengurangi terbentuknya microleakage atau kehilangan tahanan tidak
lagi menjadi resiko pada resin dipermukaan enamel. Permasalahan timbul pada
resin dipermukaan dentin atau sementum. Pengetsaan asam pada dentin yang tidak
sempurna dapat melukai pulpa. Dentin bonding terdiri dari :

1. Dentin Conditioner
Fungsi dari dentin conditioner adalah untuk memodifikasi smear layer yang
terbentuk pada dentin selama proses preparasi kavitas. Yang termasuk
dentinconditioer antara lain asam maleic, EDTA, asam oxalic, asam phosric dan
asam nitric. Pengaplikasian bahan asam kepermukaan dentin akan menghasilkan
reaksi asam basah dengan hidroksiapatit, hal ini akan mengkibatkan larutnya

20

hidroksiapatit yang menyebabkan terbukanya tubulus dentin serta terbentuknya


permukaan demineralisasi dan biasanya memiliki kedalaman 4 mm. Semakin kuat
asam yang digunakan semakin kuat pula reaksi yang ditimbulkan. Beberapa dari
dentinconditioner mengandung glutaralhyde.Glutaralhyde dikenal sebagai bahan
untuk penyambung kolagen. Proses penyambungan ini untuk menghasilkan
substrat dentin yang lebih kuat dengan meningkatkan kekuatan dan stabilitas dari
struktur kolagen.
2. Primer
Primer bekerja sebagai bahan adhesive pada dentin bonding agen yaitu
menyatukan antara komposit dan kompomer yang bersifat hidrofobik dengan
dentin yang bersifat hidrofilik.Oleh karena itu primer berfungsi sebagai prantara,
dan terdiri dari monomer bifungsional yang dilarutkan dalam larutan yang
sesuai.Monomer bifungsional adalah bahan pengikat yang memungkinkan
penggabungan antara dua material yang berbeda.
M adalah gugus metakrilat yang memiliki kemampuan untuk berikatan dengan
komposit resin dan meningkatkan kekuatan kovalen, S adalah pembuat celah yang
biasanya meningkatkan fleksibilitas bahan pengikat. Dan R adalahreactive group
yang merupakan gugus polar atau gugus terakhir (membentuk perlekatan dengan
jaringan gigi).Ikatan polar ini terbentuk akibat distribusi elektron yang
asimetris.Reactive group dalam bahan pengikat ini dapat berkombinasi dengan
molekul polar lain di dalam dentin, seperti gugus hidroksi dalam apatit dan gugus
amino dalam kolagen.Ikatan yang terjadi banyak berupa ikatan fisik tetapi bisa
juga dalam beberapa kasus terjadi ikatan kimiawi.

21

Hidroksi ethyl metacrylate (HEMA) adalah bahan pengikat yang paling banyak
digunakan.HEMA memiliki kemampuan untuk berpenetrasi kedalam permukaan
dentin yang mengalami demineralisasi dan kemudian berikatan dengan kolagen
melalui gugus hidroksil dan amino yang terdapat pada kolagen.Aksi dari bahan
pengikat dari larutan primer adalah untuk membuat hubungan ataupun ikatan
molekular antara poli (HEMA) dan kolagen.

Sealer (Bahan pengisi)

Kebanyakan sealer dentin yang digunakan adalah gabungan dari Bis-GMA dan
HEMA.Bahan ini meningkatkan adaptasi bonding terhadap permukaan dentin.
B. KOPI
Kopi adalah minuman hasil seduhan biji kopi yang telah disangrai dan
dihaluskan menjadi bubuk.Kopi merupakan salah satu komiditas di dunia yang
dibudidayakan lebih dari 50 negara.Dua varietas pohon kopi yang dikenal secara
umum yaitu Kopi Robusta (Coffea canephora) dan Kopi Arabika (Coffea
arabica).
Pemrosesan kopi sebelum dapat diminum melalui proses panjang yaitu dari
pemanenan biji kopi yang telah matang baik dengan cara mesin maupun dengan
tangan kemudian dilakukan pemrosesan biji kopi dan pengeringan sebelum
menjadi kopi gelondong. Proses selanjutnya yaitu penyangraian dengan tingkat
derajat yang bervariasi. Setelah penyangraian biji kopi digiling atau dihaluskan
menjadi bubuk kopi sebelum kopi dapat diminum.

22

Sejarah mencatat bahwa penemuan kopi sebagai minuman berkhasiat dan


berenergi pertama kali ditemukan oleh Bangsa Etiopia dibenua Afrika sekitar
3000 tahun (1000 SM) yang lalu. Kopi kemudian terus berkembang hingga saat
ini menjadi salah satu minuman paling populer di dunia yang dikonsumsi oleh
berbagai kalangan masyarakat.Indonesia sendiri telah mampu memproduksi lebih
dari 400 ribu ton kopi per tahunnya. disamping rasa dan aromanya yang menarik,
kopi juga dapat menurunkan risiko terkena penyakit kanker, diabetes, batu
empedu, dan berbagai penyakit jantung (kardiovaskuler).

23

C. Kerangka konsep
Resin komposit

Lama perendaman kopi


Rpbusta Arabica

Gambar 5. Kerangka Teori Konsep

BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
24

Desain yang digunakan adalah penelitian experimental murni (true


experimental) dengan pendekatan pre and post test only group design.

B. Tempat dan Waktu Penelitian


1. Tempat penelitian dilakukan di Bagian Farmasi Universitas Sam Ratulangi
Manado.
2. Waktu penelitian yaitu pada bulan Oktober 2015

C. Subjek Penelitian
1. Subjek sampel :
Resin komposit
2. Penentuan jumlah sampel
Mempergunakan rumus Frederer:
(n-1) (t-1) 15
t = jumlah perlakuan = 3
n = jumlah sampel
(n-1) (3-1) 15 = 2 (n-1) 15 = n 8,5
Berdasarkan perhitungan tersebut, maka jumlah sampel minimal yang
diperlukan adalah 9 sampel, dengan jumlah 3 perlakuan.

D. Variabel Penelitian
1. Variabel Bebas
Reaksi kopi Robusta Arabica
2. Variabel Terikat

25

E. Definisi Opersional
1. Sampel adalah resin komposit dengan ketebalan 2 mm dan diameter 5 mm
2. Kopi adalah minuman hasil seduhan biji kopi yang telah disangrai dan
dihaluskan menjadi bubuk. Kandungan utama kopi yaitu kafein yang
senyawa kimia alkaloid dikenal sebagai trimetilsantin dengan rumus
molekul C8H10N4O2.
1. Perubahan warna resin komposit yang direndal dalam kopi robusta
Arabica. Diskolorisasi berdasarakan atas ada atau tidak ada perubahan
warna pada resin komposit.
2. Diskolorisasi yang terjadi pada resin komposit yang direndam dengan
menggunakan larutan kopi dinilai dengan menggunakan skor perubahan
warna. Warna yang terdapat pada shade guide diurutkan terlebih dahulu
mulai dari yang paling terang hingga yang paling gelap. Warna yang telah
diurutkan tersebut dilakukan penomoran sesuai degan urutannya. Urutan
skor perunahan warna sebagai berikut :
B1=1,A1=2,B2=3,D2=4,A2=5,C1=6,C2=7,D4=8,A3=9,D3=10,B3=1,
A35=12,B4=13,C3=14,A4=15,C4=16.
D. Alat dan bahan penelitian
1. Alat penelitian:
a. Neerbeken
b. Sedotan pipet diameter 15x2mm
c. Pinset
d. Instrument plastic
e. Vaselin
f. Handskun
g. Masker
h. Timbangan digital
i. Kotak plastic tempat merendam resin komposit
j. Alat uji shade guide

26

2. Bahan penelitian:
a. Kopi hitam jenis robusta
b. Resin komposit

G. Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan prosedur kerja sebagai berikut :
1. Prosedur pembuatan sampel
a. Mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam penelitian
b. Pembuatan lempeng resin kompositmenggunakan sedotan yang
dipotong tebal ketebalan 2mm dan diameter 15mm.
c. Resin komposit diaplikasikan dengan menggunakan instrument plastis
dan diletakkan pada sedotan pipet berukuran diameter 15 mm dan tebal
2 mm yang telah diulasi vaselin dengan tujuan agar tidak lengket
dengan sedotan pipet.
d. Resin komposit didiamkan selama . Jam dengan suhu kamar (ruang
penelitian Farmasi Fakultas MIPA)

e. Resin komposit dikeluarkan dari sedotan pipet.


f. Diperoleh sampel resin komposit.
2. Persiapan Larutan

27

a. Larutan kopi hitam jenis Robusta Arabica sebanyak 3 gelas yaitu


masing-masing 1 gelas larutan dibuat dengan konsentrasi yang berbeda
b. Bubuk kopi di timbang dengan menggunakan alat timbangan digital
lalu dilarutkan dengan air sebanyak 200cc.
c. Biarkan larutan tersebut hingga sesuai dengan suhu ruangan.
3. Perendaman dan Pengujian Sampel
a. Sampel dari setiap kelompok diambil dengan menggunakan pinset dan
direndam dengan saliva buatan dengan suhu 37C selama 24 jam
.Warna asli restorasi di ukur sebelum direndam ke dalam bahan
pewarna dengan menggunakan shade guide.
b. Setelah itu semua sampel direndam pada larutan kopi dengan
konsentrasi yang berbeda yaitu 0,8% 1,6% 3,2%. Perendaman
dilakukan selama 7 hari dengan suhu 37C.
c. Sampel yang telah direndam sesuai waktunya, diambil satu per satu dari
wadah menggunakan pinset dan diletakan dalam nierbeken dan diukur
kembali dengan menggunakan shade guide.

28

H. Pengolahan dan Analisis Data


1. Teknik pengolahan data
Data diperoleh melalui proses eksperimen kemudian diolah dengan
menggunakan teknik pengolahan data secara tabulating data (data disajikan
dalam bentuk tabel) dan secara entering dengan merumuskan data dalam
tabel pengolahan data.

2. Analisa Data
Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa kuantitatif,
dilakukan dengan memakai uji statistik menggunakan bantuan perangkat
lunak computer (software). Terlebih dahulu dicari distribusi normal dengan
menggunakan uji Komologorove Smirnov (KS) kemudian dilanjutkan dengan
menggunakan Levenes test jika p > 0,05 berarti seluruh sampel homogen.
Kemudian dilanjutkan dengan uji One way Anova untuk mengetahui adanya
Pembuatan sampel resin komposit berdiameter 15 dengan ketebalan 2 mm
perbedaan dari berbagai konsentrasi larutan kopi hitam jenis robusta terhadap
perubahan warna resin komposit. Jika ada perbedaan dilanjutkan dengan
menggunakan
uji LSD
( Least Significant
Sampel resin
komposit
didiamkan
denganDeference)
suhu kamar selama jam

I. Skema dan Alur Penelitian

Resin
komposit
dalam
larutan
kopi Robusta
Arabika
konsentrasi
1,6 % selama 7 h
m
dalam
larutandirendam
kopi Robusta
Arabika
dengan
konsentrasi
0,8dengan
% selama
7 hari
Resin komposit
direndam dalam
larutan kopi Robusta
29
Arabika dengan
konsentrasi 3,2 %
Analisis Data
selama 7 hari
Uji perubahan warna (shade guide vita classical)

30

Anda mungkin juga menyukai