Anda di halaman 1dari 23

TUGAS MAKALAH ITMKG

RESIN KOMPOSIT

Disusun Oleh :
(KELOMPOK 9)
Julia Anjani Putri
Meidi Tri Yudha
Nining Elsa Noviolin
Noni Anisa Fahdillah
Nadia Ridzki Amalia
Dosen Pembimbing :

Drg.Martha Mozarta, M.Si

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2015/201

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan
karuniaNya penulis dapat menyelesaikan Makalah ITMKG yang bertentang Resin
komposit sebagai tugas dari ITMKG. Salawat dan salam selalu tercurah kepada
junjungan kita nabi Muhammad SAW beserta para keluarga, sahabat , beserta
pengikutnya sampai akhir zaman.
Penulis menyadari bahwa Tugas ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna perbaikan di masa
mendatang.
Dalam menyelesaikan ITMKG ini, penulis banyak mendapat bantuan, dan saran.
Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan terima kasih kepada:
1. Allah SWT yang telah memberi kehidupan dengan sejuknya keimanan
2. Kedua orang tua dan temen2 Kelompok yang selalu memberi dukungan
3. Drg. Martha Mozarta M.Si
Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala atas segala amal yang diberikan
kepada semua orang yang telah mendukung penulis dan semoga ITMKG ini bermanfaat
bagi kita dan perkembangan ilmu pengetahuan. Semoga kita selalu dalam lindungan
Allah SWT.
Palembang,

29

2015

Penulis

November

BAB I
PENDAHULUAN

Istilah bahan komposit mengacu pada kombinasi tiga dimensi dari sekurangkurangnya dua bahan kimia yang berbeda dengan satu komponen pemisah yang nyata
diantara keduanya. Bila konstruksi tepat, kombinasi ini akan memberikan kekuatan yang
tidak dapat diperoleh bila hanya digunakan satu komponen saja. Bahan restorasi resin
komposit adalah suatu bahan matriks resin yang di dalamnya ditambahkan pasi anorganik
(quartz, partikel silica koloidal) sedemikian rupa sehingga sifat-sifat matriksnya
ditingkatkan
Komposit resin adalah salah satu bahan restorasi yang digunakanuntuk
mengembalikan bentuk dan fungsi gigi dengan kualitas estetik serta adanya kemampuan
bahan untuk berikatan dengan struktur gigi sekitarnya.1,2 Walaupun telah banyak
perbaikan yang dicapai dalam hal warna dan daya tahan terhadap tekanan kunyah,
kontraksi polimerisasi masih menjadi masalah terbesar pada bahan restorasi resin
komposit. Komposit mengalami shrinkage sekitar 0,6-1,4 % selama polimerisasi
tergantung pada jenis komposit, jumlah dan sifat filler, serta penyinaran (cure).1,2,7
Shrinkage ini dapat menyebabkan terjadinya celah antara bahan komposit dan struktur
gigi, terutama jika margin restorasi ditempatkan di dentin atau sementum.5 Jika bakteri,
cairan, molekul, atau ion dapat melewati celah antara resin komposit dan dinding kavitas,
maka terjadi proses yang disebut "kebocoran mikro." Kebocoran mikro dianggap
bertanggung jawab atas hipersensitivitas, karies sekunder, dan kegagalan restorasi.
Dalam ilmu kedokteran gigi istilah resin komposit secara umum mengacu pada
penambahan polimer yang digunakan untuk memperbaiki enamel dan dentin. Resin
komposit digunakan untuk mengganti struktur gigi dan memodifikasi bentuk dan warna
gigi sehingga akhirnya dapat mengembalikan fungsinya. Resin komposit dibentuk oleh
tiga komponen utama yaitu resin matriks, partikel bahan pengisi, dan bahan coupling.

BAB II
PEMBAHASAN
1.1 Resin Komposit
Resin komposit merupakan tumpatan sewarna gigi yang merupakan gabungan
atau kombinasi dua atau lebih bahan kimia berbeda dengan sifat-sifat unggul atau
lebih baik dari pada bahan itu. Pada dasarnya, resin komposit terdiri dari tiga bahan
kimia yang berbeda : matriks organik atau fase organik ; filler atau fase dispersi, dan
coupling agent untuk menyatukan filler ke resin organic.
1.2 Komposisi

Komposisi resin komposit tersusun dari beberapa komponen. Kandungan utama


yaitu matriks resin dan partikel pengisi anorganik. Disamping kedua bahan tersebut,
beberapa komponen lain diperlukan untuk meningkatkan efektivitas dan ketahanan
bahan. Suatu bahan coupling (silane) diperlukan untuk memberikan ikatan antara bahan
pengisi anorganik dan matriks resin, juga aktivator-aktivator diperlukan untuk
polimerisasi resin. Sejumlah kecil bahan tambahan lain meningkatkan stabilitas warna
(penyerap sinar ultra violet) dan mencegah polimerisasi dini (bahan penghambat seperti
hidroquinon). Komponen-komponen tersebut diantaranya:
a. Resin Matriks
Kebanyakan bahan komposit menggunakan monomer yang merupakan diakrilat
aromatik atau alipatik. Bisphenol-A-Glycidyl Methacrylate (Bis- GMA), Urethane
Dimethacrylate (UDMA), dan Trietilen Glikol Dimetakrilat (TEGDMA) merupakan
Dimetakrilat yang umum digunakan dalam resin komposit (Gambar 1). Monomer dengan
berat molekul tinggi, khususnya Bis-GMA amatlah kental pada temperatur ruang (25 0C).
Monomer yang memiliki berat molekul lebih tinggi dari pada metilmetakrilat yang
membantu mengurangi pengerutan polimerisasi. Nilai polimerisasi pengerutan untuk
resin metil metakrilat adalah 22 % V dimana untuk resin Bis-GMA 7,5 % V. Ada juga
sejumlah komposit yang menggunakan UDMA ketimbang Bis-GMA.

Gambar 1. Resin di gunakaan sebagai basis


Bis-GMA dan UDMA merupakan cairan yang memiliki kekentalan tinggi karena
memiliki berat molekul yang tinggi. Penambahan filler dalam jumlah kecil saja
menghasilkan komposit dengan kekakuan yang dapat digunakan secara klinis. Untuk
mengatasi masalah tersebut, monomer yang memiliki kekentalan rendah yang dikenal
sebagai pengontrol kekentalan ditambahkan seperti metil metkrilat (MMA), etilen
glikol dimetakrilat (EDMA), dan trietilen glikol dimetakrilat (TEGDMA) adalah yang
paling sering digunakan.
b. Partikel Bahan pengisi
Penambahan partikel bahan pengisi kedalam resin matriks secara signifikan
meningkatkan sifatnya. Seperti berkurangnya pengerutan karena jumlah resin sedikit,
berkurangnya penyerapan air dan ekspansi koefisien panas, dan meningkatkan sifat
mekanis seperti kekuatan, kekakuan, kekerasan, dan ketahanan abrasi. Faktor-faktor
penting lainnya yang menentukan sifat dan aplikasi klinis komposit adalah jumlah bahan
pengisi yang ditambahkan, ukuran partikel dan distribusinya, radiopak, dan kekerasan.
Penambahan filler sebagian besar menentukan sifat mekanik dari bahan restorasi.
Partikel-partikel filler ditambahkan ke fase organic untuk memperbaiki sifat fisik dan
mekanik dari matriks, seperti berkurangnya pengerutan karena jumlah resin sedikit,
berkurangnya penyerapan air dan ekspansi koefisien panas, dan meningkatkan sifat
mekanis seperti kekuatan, kekakuan, kekerasan, dan ketahanan abrasi. Faktor-faktor

penting lainnya yang menentukan sifat dan aplikasi klinis komposit adalah jumlah bahan
pengisi yang ditambahkan, ukuran partikel dan distribusinya, radiopak dan kekerasan.
Partikel filler yang digunakan bervariasi dalam komposisi kimia, morfologi dan dimensi.
Pengisi utama adalah silikon dioksida, silikat boron dan silikat aluminium lithium juga
umum digunakan. Pada kebanyakan restorasi komposit, bahan kuarsa sebagian besar
digantikan oleh partikel logam berat seperti barium, strontium, zinc, aluminium atau
zirconium yang radiopak
c. Coupling Agent
Komponen penting yang terdapat pada komposit resin yang banyak dipergunakan
pada saat ini adalah coupling agent. Resin akrilik yang awal digunakan tidak berfungsi
dengan baik karena ikatan antara matriks dan filler tidak kuat. Melapiskan partikel filler
dengan coupling agent contohnya vinyl silane memperkuat ikatan antara filler dan
matriks. Coupling agent memperkuat ikatan antara filler dan matriks resin dengan cara
bereaksi secara kimia dengan keduanya. Hal ini membuat matriks resin memindahkan
tekanan kepada partikel filler yang lebih kaku. Kegunaan coupling agent tidak hanya
untuk memperbaiki sifat kimia dari komposit tetapi juga meminimalisasi hilangnya
partikel filler akibat penetrasi cairan antara resin dan filler.

1.3 Klasifikasi Resin Komposit


Sejumlah sistem klasisifikasi telah digunakan untuk komposit berbasis resin.
Klasifikasi didasarkan pada rata-rata partikel bahan pengisi utama. Resin komposit
berdasarkan ukuran partikel bahan pengisi utama di antaranya :
a. Komposit tradisional
Komposit tradisional adalah komposit yang di kembangkan selama tahun 1970-an
dan sudah mengalami sedikit modifikasi. Komposit ini disebut juga komposit
kovensional atau komposit berbahan pengisi makro, disebut demikian karena ukuran
partikel pengisi relatif besar. Bahan pengisi yang sering digunakan untuk bahan komposit

ini adalah quartz giling. Dilihat dari fo.to micrograph bahan pengisi quartz giling
mengalami penyebaran yang luas dari ukuran partikel. Ukuran rata-rata komposit
tradisional adalah 8-12 m, partikel sebesar 50m mungkin ada
Komposit ini lebih tahan terhadap abrasi dibandingkan akrilik tanpa bahan
pengisi. Namun, bahan ini memiliki permukaan yang kasar sebagai akibat dari abrasi
selektif pada matrik resin yang lebih lunak, yang mengelilingi partikel pengisi yang lebih
keras. Komposit yang menggunakan quartz sebagai bahan pengisi umumnya bersifat
radioulusen.
b. Komposit berbahan pengisi mikro
Dalam mengatasi masalah kasarnya permukaan pada komposit tradisional,
dikembangkan suatu bahan yang menggunkan partikel silika koloidal sebagai bahan
pengisi anorganik. Partikelnya berukuran 0,04 m; jadi partikel tersebut lebih kecil 200300 kali di bandingkan rata-rata partikel quartz pada komposit tradisional. Komposit ini
memiliki permukaan yang halus serupa dengan tambalan resin akrilik tanpa bahan
pengisi. Dari segi estetis resin komposit mikro filler lebih unggul, tetapi sangat mudah
aus karena partikel silika koloidal cenderung menggumpal dengan ukuran 0,04 sampai
0,4 m. Selama pengadukan sebagian gumpalan pecah, manyebabkan bahan pengisi
terdorong. Menunjukan buruknya ikatan antara partikel pengisi dengan matriks
sekitarnya. Kekuatan konfresif dan kekuatan tensil menunjukkan nilai sedikit lebih tinggi
dibandingkan dengan resin komposit konvensionl. Kelemahan dari bahan ini adalah
ikatan antara partikel komposit dan matriks yang dapat mengeras adalah lemah
mempermudah pecahnya suatu restorasi.
c. Resin Komposit Berbahan Pengisi Partikel Kecil
Komposit ini dikembangkan dalam usaha memperoleh kehalusan dari permukaan
komposit berbahan pengisi mikro dengan tetap mempertahankan atau bahkan
meningkatkan sifat mekanis dan fisik komposit tradisional. Untuk mencapai tujuan ini,
bahan pengisi anorganik ditumbuk menjadi ukuran lebih kecil dibandingkan dengan yang
biasa digunakan dalam komposit tradisional. Rata-rata ukuran bahan pengisi untuk

komposit berkisar 1-5 m tetapi penyebaran ukuran amat besar. Distribusi ukuran partikel
yang luas ini memungkinkan tingginya muatan bahan pengisi, dan komposit berbahan
pengisi partikel kecil umumnya mengandung bahan pengisi anorganik yang lebih banyak
(80 % berat dan 60-65 % volume). Beberapa bahan pengisi partikel kecil menggunakan
quartz sebagai bahan pengisi, tetapi kebanyakan memakai kaca yang mengandung logam
berat.
Resin komposit juga diklasifikasikan berdasarkan persentase muatan filler nya,
yaitu :
a. Resin komposit flowable
Pada pertengahan tahun 1990, diperkenalkan resin komposit flowable sebagai bahan
tambalan alternatif untuk restorasi kavitas klas V. Resin komposit ini memiliki ukuran
partikel filler yang berkisar antara 0,04-1 m dan persentase komposisi atau muatan filler
nya berkurang hingga 44-54 %. Komposisi filler inorganik yang rendah dan komposisi
resin yang lebih banyak menyebabkan resin komposit tipe ini memiliki daya alir yang
sangat tinggi dan viskositas atau kekentalannya cukup rendah, sehingga dapat dengan
mudah untuk mengisi atau menutupi celah kavitas yang kecil. Resin komposit flowable
memiliki modulus elastisitas yang rendah menyebabkan bahan ini lebih fleksible,
penumpatan bahan yang lebih mudah, cepat, teliti, mudah beradaptasi, sangat mudah
dipolish, radiopak, dan mengandung fluoride serta pengurangan sensitifitas setelah
penumpatan. Selain itu, resin komposit flowable dapat membentuk sebuah lapisan elastis
yang dapat mengimbangi tekanan pengerutan polimerisasi. Indikasi bahan restorasi ini
ditujukan untuk kavitas dengan invasif minimal seperti restorasi klas I dan klas II dengan
tekanan oklusal yang ringan, restorasi kavitas klas V, juga dapat digunakan sebagai liner.

b. Resin komposit packable


Pada akhir tahun 1996 diperkenalkan resin komposit packable atau resin komposit
condensable.

26

Resin komposit packable memiliki ukuran partikel filler yang berkisar

antara 0,7-2 m dan persentase komposisi atau muatan filler nya berkisar antara 48-65 %
volume. Komposisi filler yang tinggi dapat menyebabkan kekentalan atau viskositas
bahan menjadi meningkat sehingga sulit untuk mengisi celah kavitas yang kecil. Tetapi
dengan semakin besarnya komposisi filler juga menyebabkan bahan ini dapat mengurangi
pengerutan selama polimerisasi, memiliki koefisien ekspansi termal yang hampir sama
dengan struktur gigi, dan adanya perbaikan sifat fisik terhadap adaptasi marginal. Resin
komposit ini juga diharapkan dapat menunjukkan sifat-sifat fisik dan mekanis yang baik
karena memiliki kandungan filler yang tinggi. Resin komposit packable diindikasikan
untuk gigi posterior karena daya tahannya terhadap tekanan sehingga dapat mengurangi
masalah kehilangan kontak. Resin komposit ini diindikasikan untuk restorasi klas I, klas
II dengan luas kavitas yang kecil, dan klas V.

1.4 Indikasi dan kontraindikasi pemakaian resin komposit


Resin komposit diindikasikan sebagai berikut:
1. Restorasi klas I, II, III, IV dan V
2. Sebagai bahan base lining atau core builtup
3. Sebagai sealant pada restorasi resin preventif
4. Restorasi estetis seperti : veneers, penutupan diastema, modifikasi kontur gigi
5. Semen untuk restorasi indirect resin
Resin komposit mempunyai kontraindikasi sebagai berikut:
1. Restorasi Posterior dengan Beban pengunyahan yang besar
2. Kontrol cairan buruk

1.5 Mekanisme Pelekatan Resin Komposit Pada Struktur Gigi


Jika sebuah molekul berpisah setelah penyerapan kedalam permukaan dan komponenkomponen konstituen mengikat dengan ikatan ion atau kovalen. Ikatan adhesive yang kuat
sebagai hasilnya. Bentuk adhesive ini disebut penyerapan kimia, dan dapat merupakan ikatan
kovalen atau ion. Selain secara kimia perlekatan pada resin komposit juga terjadi secara mekanis
atau retensi, perlekatan yang kuat antara satu zat dengan zat lainnya bukan gaya tarik menarik
oleh molekul. Contoh ikatan semacam ini seperti penerapan yang melibatkan penggunaan skrup,
baut atau undercut. Mekanisme perlekatan antara resin komposit dengan permukaan gigi melalui
dua teknik yaitu pengetsaan asam dan pemberian bonding.
Teknik Etsa Asam
Sebelum memasukan resin, email pada permukaan struktur gigi yang akan ditambal
diolesi etsa asam. Asam tersebut akan menyebabkan hydroxiapatit larut dan hal tersebut
berpengaruh terhadap hilangnya prisma email dibagian tepi, inti prisma dan menghasilkan
bentuk yang tidak spesifik dari struktur prisma. Kondisi tersebut menghasilkan pori-pori kecil
pada permukaan email, tempat kemana resin akan mengalir bila ditempatkan kedalam kavitas
Bahan etsa yang diaplikasikan pada email menghasilkan perbaikan ikatan antara
permukaan email-resin dengan meningkatkan energi permukaan email. Kekuatan ikatan terhadap
email teretsa sebesar 15-25 MPa. Salah satu alasannya adalah bahwa asam meninggalkan
permukaan email yang bersih, yang memungkinkan resin membasahi permukaan dengan lebih
baik. Proses pengasaman pada permukaan email akan meninggalkan permukaan yang secara
mikroskopis tidak teratur atau kasar. Jadi bahan etsa membentuk lembah dan puncak pada email,
yang memungkinkan resin terkunci secara mekanis pada permukaan yang tidak teratur tersebut.
Resin tag kemudian menghasilkan suatu perbaikan ikatan resin pada gigi. Panjang tag yang
efektif sebagai suatu hasil etsa pada gigi anterior adalah 7-25 m.
Asam fosfor adalah bahan etsa yang digunakan. Konsentrasi 35 %-50 % adalah tepat,
konsentrasi lebih dari 50 % menyebabkan pembentukan monokalsium fosfat monohidrat pada
permukaan teretsa yang menghambat kelarutan lebih lanjut. Asam ini dipasok dalam bentuk cair
dan gel dan umumnya dalam bentuk gel agar lebih mudah dikendalikan.
Begitu dietsa, asam harus dibilas dengan air selama 20 detik dan dikeringkan dengan
baik. Bila email sudah kering, harus terlihat permukaan berwarna putih seperti bersalju

menunjukan bahwa etsa berhasil. Permukaan ini harus terjaga tetap bersih dan kering sampai
resin diletakan untuk membuat ikatan yang baik. Karena email yang dietsa meningkatkan energi
permukaan email. Teknik etsa asam menghasilkan penggunaan resin yang sederhana
Bahan Bonding
Adhesive dentin harus bersifat hidrofilik untuk menggeser cairan dentin dan juga
membasahi permukaan, memungkinkan berpenetrasinya menembus pori di dalam dentin dan
akhirnya bereaksi dengan komponen organik atau anorganik. Karena matriks resin bersifat
hidrofobik, bahan bonding harus mengandung hidrofilik maupun hidrofobik. Bagian hidrofilik
harus bersifat dapat berinteraksi pada permukaan yang lembab, sedangkan bagian hidrofobik
harus berikatan dengan restorasi resin.
A. Bahan bonding email
Email merupakan jaringan yang paling padat dan keras pada tubuh manusia. Email
terdiri atas 96 % mineral, 1 % organik material, dan 3 % air. Mineral tersusun dari jutaan kristal
hydroksiapatit (Ca10 (PO4)6 (OH)2) yang sangat kecil. Bahan bonding biasanya terdiri atas bahan
matriks resin BIS-GMA yang encer tanpa pasi atau hanya dengan sedikit bahan pengisi (pasi).
Bahan bonding email dikembangkan untuk meningkatkan kemampuan membasahi email yang
teretsa. Umumnya, kekentalan bahan ini berasal dari matriks resin yang dilarutkan dengan
monomer lain untuk menurunkan kekentalan dan meningkatkan kemungkinan membasahi.
Bahan ini tidak mempunyai potensi perlekatan tetapi cendrung meningkatkan ikatan mekanis
dengan membentuk resin tag yang optimum pada email. Beberapa tahun terakhir bahan bonding
tersebut telah digantikan dengan sistem yang sama seperti yang digunakan pada dentin.
1.6 Resin Komposit yang di aktifkan dengan sinar
Sistem yang pertama diaktifkan dengan sinar menggunakan sinar ultra violet untuk
merangsang radikal bebas. Dewasa ini, komposit yang diaktifkan dengan sinar ultra violet telah
diganti karna efek cahayanya dapat mengiritasi retina. Sehingga diganti dengan sinar yang dapat
dilihat dengan mata (sinar biru). Yang secara nyata meningkatkan kemampuan berpolimerisasi
lebih tebal sampai 2 mm. Resin komposit yang mengeras dengan sinar dipasok sebagai pasta
tunggal dalam satu semprit. Radikal bebas pemulai reaksi, terdiri atas molekul foto-inisiator dan
dan aktivator amin, yang terdapat dalam pasta ini. Bila kedua komponen tidak terpapar oleh

sinar, komponen tersebut tidak bereaksi. Namun, pemamparan terhadap aktivator amin, yang
terdapat dalam pasta ini. Bila kedua komponen tidak terpapar oleh sinar, komponen tersebut
tidak bereaksi. Namun, pemamparan terhadap sinar dengan panjang gelombang yang tepat yaitu
468 nm. Dapat merangsang foto-inisiator dan interaksi dengan amin untuk membentuk radikal
bebas yang mengawali polimerisasi tambahan (Gambar 5).

Gambar : Resin komposit yang diaktifkan dengan penyinaran. (Noort R. Introduction to Dental
Materials 3 ed. London : Mosby Elsevier, 2007 : 105)
rd

1.7 Tahapan Preparasi Restorasi Resin Komposit


1. Tahapan Isolasi
Isolasi daerah kerja merupakan suatu keharusan. Gigi yang dibasahi saliva dan lidah
akan menggangu penglihatan. Gingiva yang berdarah adalah masalah yang harus diatasi
sebelum melakukan preparasi. Beberapa metode tepat digunakan untuk mengisolasi daerah
kerja yaitu saliva ejector, gulungan kapas atau cotton roll, dan isolator karet atau rubber
dam (Baum, 1997)
a. Saliva Ejector
Alat ini mempuyani diameter 4 mm. Digunakan untuk menghisap saliva yang tertumpuk
di dalam mulut. Penggunaan saliva ejector adalah ujungnya dari diletakkan didasar mulut.
Pada posisi ini terkadang membuat pasien tidak nyaman karena diletakkan terus menerus
di dasar mulut, di bawah tekanan negatif yang konstan dapat menarik jaringan lunak dan
menimbulkan lesi jaringan lunak.

Gambar : Saliva ejector


b. Gulungan Kapas atau Cotton Roll
Cotton roll yang digunakan di kedokteran gigi memiliki beberpa ukuran panjang dan
besar. Cotton roll dapat menyerap saliva cukup efektif sehingga menghasilkan isolasi
jangka pendek pada rongga mulut. Biasanya cotton roll harus sering diganti karena akan
sering terbashi oleh saliva. Penggunaan cotton roll bersama saliva ejector efektif dalam
meminimalkan aliran saliva (Roberson dkk, 2002)
c. Isolator karet atau Rubber Dam
Dari semua metode isolasi daerah kerja tidak ada yang seefektif dari rubber dam.
Lembaran karet ini dengan gigi-gigi yang menonjol melalui lubang pada lembaran itu
memnerikan isolasi yang positif dan jangka panjang pada gigi yang perlu dirawat.
Penggunaan dari rubber dam merupakan keharusan untuk prosedur operatif. Rubber dam
terdiri dari 2 bagian yaitu isolator karet dan klem.
2. Pembersihan Gigi
Gigi dibersihkan dengan rubber cups dan pumice yang dicampur dengan air. Bila ada
karang gigi dibersihkan terlebih dahulu.
3. Tahap preparasi
Gigi fraktur Karena trauma dibuat bavel pada seluruh tepi enamel selebar 2-3 mm dari
tepi kavitas dengan diamond fissure bur dengan sudut 450 Gigi dengan karies dibersihkan
dengan diamond fissure bur atau excavator, kemudin dibuat bevel seperti di atas.

Tahap pertama adalah memperoleh akses ke dentin yang terkena karies. Untuk kasus
kelas III akses diperoleh dari pembuangan ridge palatal karena ridge ini tidak didukung oleh
dentin yang sehat. Dinding labial sedapat mungkin dipertahankan mengingat samapai saat
ini tak satupun warna bahan restorasi yang sama persis dengan warna gigi. Akses dari palatal
memang lebih menyusahkan operator namun akses dari labial jarang sekali dilakukan karena
akan menghasilkan estetika yang tidak begitu baik. Akses langsung bisa dilakukan jika gigi
tetangganya tidak ada.

Setelah akses tahap selanjutnya adalah pembuatan ragangan kavitas atau outline form.
Ragangan pada kasus ini hanaya dibuat berdasarkan perluasan kariesnya yang mengenai
email dan dentin. Semua email dan dentin yang sebenarnya tidak terserang kaires tetapi
kelihatannya sudah lemah harus dihilangkan. Perluasan kavitas ini sebagai langkah dari
pencegahan atau extension for prevention.
Untuk kelas III pada tahap resisten yaitu pembuatan bevel tidak perlu dilakukan karena
menghindari jaringan yang terbuang dan menghindari kontak dengan gigi tetan pada
tetangga. Bentuk kavitas biasanya telah menyediakan retensi yang cukup tanpa membuat
alur retensi khusus.

Bentuk retensi pada setiap kasus berbeda tergantung pada besar

kavitasnya apakah kecil atau besar Retensi pada kelas III adalah undercut. Undercut dibuat
di dnding gingival aproksimal dan undercut pendek berupa pit di dinding insisal. Pada
restorasi plastis kommposit proses pengetsaan juga merupakan suatu retensi mekanis.
Setelah preparasi selesai dilakukan tahap selanjutnya perlu dilakukan pengecekan tepi
kavitas agar tidak ada email dan dentin karies yang tersisa sehingga tidak menyebabkan
karies sekunder. Selanjutnya adalah pembersihan kavitas, semua debris dan sisa preparasi

diirigasi dengan aquadest steril dan kemudian dikeringkan. Terakhir kavitas perlu diperiksa
lagi dari berbagai aspek sebelum dilakukan penumpatan.

4. Pemberian Liner/ Basis


Basis adalah lapisan tipis yang diletakkan antara dentin dan atau pulpa dengan restorasi.
Perbedaan antara basis dan liner adalah ketebalan dan hal yang mampu ditahannya. Jika
basis dengan ketebalan yang lebih daripada liner mampu menahan tekanan mekanik dari
bahan restorasi selain juga sebagai penahan termal, listrik dan kimiawi.
Pada restorasi resin komposit, perlu diplikasikan basis atau liner karena sifat dari resin
itu sendiri yang iritan terhadap pulpa sehingga perlu adanya perlindungan sehingga bahan
restorasi resin komposit ini tidak secara langsung mengenai struktur gigi. Bahan basis atau
liner yang biasanya digunakan adalah kalsium hidroksida, terutama karies yang hampir
mencapai pulpa, karena sifatnya yang mampu merangsang pembentukan dentin sekunder.
Kalsium hidroksida (Ca(OH)2) sebagai liner berbentuk suspensi dalam liquid organik seperti
methyl ethyl ketone atau ether alcohol atau dapat juga dalam larutan encer seperti methyl
cellusose yang berfungsi sebagai bahan pengental.

5. Tahap etsa asam


1) Ulaskan bahan etsa (asam phospat 30%-50%) dalam bentuk gel/cairan dengan pinset
dan gulungan kapas kecil (cutton pellet) pada permukaan enamel sebatas 2-3 mm dari
2)
3)
4)
5)

tepi kavitas (pada bagian bevel).


Pengulasan dilakukan selama 30 detik dan jangan sampai mengenai gusi.
Dilakukan pencucian dengan air sebanyak 20 cc, menggunakan syiring.
Air ditampung dengan tampon atau cotton roll.
Setelah pencucian gigi dikeringkan dengan semprotan udara sehingga permukaan
tampak putih buram.

6. Tahap bonding
Ulaskan bahan bonding menggunakan spon kecil atau kuas / brush kecil pada
permukaan yang telah di etsa . Ditunggu 10 detik sambil di semprot udara ringan di sekitar
kavitas (tidak langsung mengenai kavitas) .Kemudian dilakukan penyinaran selama 20 detik.
Saat ini, pemakaian bahan adhesif pada dentin telah meluas ke seluruh dunia dan
perkembangannya pun bervariasi didasarkan pada tahun pembuatan, jumlah kemasan dan
sistem etsa. Berdasarkan tahun pembuatan, bahan adhesif dibagi mulai dari generasi I
sampai pada generasi VII.
Generasi I dan II mulai diperkenalkan pada tahun 1960-an dan 1970-an yang tanpa
melakukan pengetsaan pada enamel, bahan bonding yang dipakai berikatan dengan smear
layer yang ada. Ikatan bahan adhesif yang dihasilkan sangat lemah (2 MPa-6MPa) dan

smear layer yang ada dapat menyebabkan celah yang dapat terlihat dengan pewarnaan pada
tepi restorasi.
Generasi III mulai diperkenalkan pada tahun 1980-an, mulai diperkenalkan pengetsaan
pada dentin dan mulai dipakai bahan primer yang dibuat untuk dapat mempenetrasi ke
dalam tubulus dentin dengan demikian diharapkan kekuatan ikatan bahan adhesif tersebut
menjadi lebih baik. Generasi III ini dapat meningkatkan ikatan terhadap dentin 12MPa
15MPa dan dapat menurunkan kemungkinan terjadinya kegagalan batas tepi bahan adhesif
dan dentin (marginal failure). Tetapi seiring waktu tetap terjadi juga kegagalan tersebut.
Generasi IV mulai diperkenalkan awal tahun 1990-an. Mulai dipakai bahan yang dapat
mempenetrasi baik itu tubulus dentin yang terbuka dengan pengetsaan maupun yang telah
mengalami dekalsifikasi dan juga berikatan dengan substrat dentin, membentuk lapisan
hybrid. Fusayama dan Nakabayashi menyatakan bahwa adanya penetrasi resin akan
memberikan kekuatan ikatan yang lebih tinggi dan juga dapat membentuk lapisan pada
permukaan dentin. Kekuatan ikatan bahan adhesif ini rendah sampai dengan sedang sampai
dengan 20 MPa dan secara signifikan dapat menurunkan kemungkinan terjadinya celah
marginal yang lebih baik daripada sistem adhesif sebelumnya. Sistem ini memerlukan teknik
pemakaian yang sensitif dan memerlukan keahlian untuk dapat mengontrol pengetsaan pada
enamel dan dentin. Cara pemakaiannya cukup rumit dengan beberapa botol sediaan bahan
dan beberapa langkah-langkah yang harus dilakukan.
Generasi V mulai berkembang pada tahun 1990-an. Pada generasi ini bahan primer dan
bonding telah dikombinasikan dalam satu kemasan. Pada generasi ini juga mulai
diperkenalkan pemakaian bahan adhesif sekali pakai. Generasi VI mulai berkembang pada
akhir tahun 1990-an awal tahun 2000, pada generasi ini mulai dikenal pemakaian self
etching yang merupakan suatu terobosan baru pada sistem adhesif.

Pada generasi VI ini tahap pengetsaan tidak lagi memerlukan pembilasan karena pada
generasi ini telah dipakai acidic primer, yaiu bahan etsa dan primer yang dikombinasikan
dalam satu kemasan.
Generasi VII mulai berkembang sekitar tahun 2002, generasi ini juga dikenal sebagai
generasi all in one adhesif, dikatakan demikian karena pada generasi VII ini bahan etsa,
primer dan bonding telah dikombinasikan dalam satu kemasan saja, sehingga waktu
pemakaian bahan adhesif generasi VII ini menjadi lebih singkat.
7. Tumpatan Resin Komposit
Cara penumpatan kavitas di servikal gigi serupa dengan penumpatan kavias oklusal.
Walaupun tumpatannya nanti tidak akan menerima tekanan kunyah oklusal, tekanan
kondensasi tetap harus memadai agar alur-alur retensi terisi dengan baik, sehingga tumpatan
dapat bertahan lama. Pengukiran pada tahap yang dini dapat dilakukan dengan sonde, kalau
sudah terlambat dengan alat Ward atau Hollenbach.
Hendaknya bentuk anatomi permukaan servikal dapat dikembalikan, dan untuk itu dapat
degunakan dengan pengukir dengan bilah cembung misalnya pengukir Ward atau
Hollenbach. Pengukiran dilakukan dengan jalan mengukir tepi oklusal dan tepi gingival
sendiri-sendiri sehingga terbentuknya permukaan yang cekung dapat dicegah. Tumpatan
lebih baik dibuat sedikit cekung daripada overkontur kea rah gingival sebab hal ini akan
menyebabkan akumulasi plak dan merangsang timbulnya gingivitis.

8. Tahap finishing dan polishing komposit


Finishing meliputi shaping, contouring, dan penghalusan restorasi. Sedangkan polishing
digunakan untuk membuat permukaan restorasi mengkilat. Finishing dapat dilakukan segera
setelah komposit aktivasi sinar telahmengalami polimerisaasi atau sekitar 3 menit setelah
pengerasan awal.
Alat-alat yang biasa digunakan antara lain :

1. Alat untuk shaping : sharp amalgam carvers dan scalpel blades, seperti 12 atau12b atau
specific resin carving instrument yang terbuat dari carbide, anodized aluminium, atau
nikel titanium.
2. Alat untuk finishing dan polishing : diamond dan carbide burs, berbagai tipe dari flexibe
disks, abrasive impregnated rubber point dan cups, metal dan plastic finishing strips, dan
pasta polishing.
a. Diamond dan carbide burs
Digunakan untuk menghaluskan ekses-ekses yang besar pada resin komposit dan dapat
digunakan untuk membentuk anatomi pada permukaan restorasi.
b. Discs
Digunakan untuk menghaluskan permukaan restorasi. Bagian yang abrasive dari disk dapat
mencapai bagian embrasure dan area interproksimal. Disk terdiri dari beberapa jenis dari
yang kasar sampai yang halus yang bisa digunakan secara berurutan saat melakukan
finishing dan polishing.
c. Impregnated rubber points dan cups
Digunakan secara berurutan seperti disk. Untuk jenis yang paling kasar digunakan untuk
mengurangi ekses-ekses yang yang besar sedangkan yang halus efektif untuk membuat
permukaan menjadi halus dan berkilau. Keuntungan yang utama dari penggunaan alat ini
adalah dapat membuat permukaan yang terdapat ekses membentuk groove, membentuk
bentuk permukaan yang diinginkan serta membentuk permukaan yang konkaf pada lingual
gigi anterior
d. Finishing stips
Digunakan untuk mengcontur dan memolish permukaan proksimal margin gingival untuk
membuat kontak interproksimal. Tersedia dalam bentuk metal dan plastik. Untuk metal
biasa digunakan untuk mengurangi ekses yang besar namun dalam menggunakan alat ini
kita harus berhati-hati karena jika tidak dapat memotong enamel, cementum, dan dentin.
Sedangkan plastic strips dapat digunakan untuk finishing dan polishing. Juga tersedia
dalam beberapa jenis dari yang kasar sampai halus yang dapat digunakan secara berurutan
(wordpress, 2009).
Prosedur finishing dan polishing resin komposit:

1. sharp-edge hand instrument digunakan untuk menghilangkan ekses-ekses di area


proksimal, dan margin gingival dan untuk membentuk permukaan proksimal dari resin
komposit.
2. 12b scalpel blade digunakan untuk menghilangkan flash dari resin komposit pada aspek
distal
3. alumunium oxide disk digunakan untuk membentu kontur dan untuk polishing
permukaan proksimal dari restorasi resin komposit.
4. finishing diamond digunakan untuk membentuk anatomi oklusal
5. Impregnated rubber points dengan aluminium oxide digunakan untuk menghaluskan
permukaan oklusal restorasi
6. Aluminum oxide finishing strips untuk conturing atau finishing atau polishing permukaan
proksimal untuk membuat kontak proksimal.

7.5

Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah :

1. Untuk membuat contur yang baik, kita harus menyesuaikan bentuk restorasi sesuai
dengan anatomi gigi yang benar dan tepat agar diperoleh hasil yang maksimal.
2. Kita harus berhati-hati dan senantiasa memperhatikan hal-hal seperti taktil, kontak
dengan gigi di samping nya, serta kontak oklusal dengan gigi antagonisnya.

Finishing dan polishing sangatlah mempengaruhi hasil akhir restorasi seperti warna
permukaan, akumulasi plak, dan karakteristik resin komposit.

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Komposit resin adalah salah satu bahan restorasi yang digunakan untuk mengembalikan
bentuk dan fungsi gigi dengan kualitas estetik serta adanya kemampuan bahan untuk berikatan
dengan struktur gigi sekitarnya. Walaupun telah banyak perbaikan yang dicapai dalam hal warna
dan daya tahan terhadap tekanan kunyah, kontraksi polimerisasi masih menjadi masalah terbesar
pada bahan restorasi resin komposit.
Komposisi resin komposit tersusun dari kandungan utama yaitu matriks resin dan partikel
pengisi anorganik. Beberapa komponen lain diperlukan untuk meningkatkan efektivitas dan
ketahanan bahan. Resin komposit diindikasikan sebagai Restorasi klas I, II, III, IV dan V.
Sebagai bahan base lining atau core builtup serta sebagai sealant pada restorasi resin preventif.
Resin komposit mempunyai nilai estetis yang sangat baik, menguatkan struktur gigi, perlekatan
mekanik yang baik ke struktur gigi dan tidak mengandung merkuri maka dari itu resin komposit
paling sering digunakan pada bidang kedokteran gigi untuk merestorasi gigi.

DAFTAR PUSTAKA
1.Albers, H.F. 2002. Tooth-colored Restoratives Principles and Techniques. BC Decker Inc
Hamilton : London
2. LeSage, B.P. 2007. Aesthetic Anterior Composite Restorations: A Guide to Direct Placement.
Dent Clin N Am 51 : 359378
3. Garca, A.H., Lozano, M.A.M., Vila,J.C., Escribano, A.B., and Galve, P.F. 2006. Composite
resins. A review of the materials and clinical indications. Med Oral Patol Oral Cir Bucal. 11: E
215-20.
4. Rodrigues Junior, S.A.,Zanchi, C.H.,De Carvalho, R.V. and Demarco, F.F. 2007. Flexural
strength and modulus of elasticity of different types of resin-based composites. Braz Oral Res.
21(1):16-21
5. 6. Roggendorf, M.J., Kramer, N., Appelt, A. 2011. Marginal quality of flowable 4-mm base
vs. Conventionally layered resin composite. journal of dentistry. 39: 643647

Anda mungkin juga menyukai