RESIN KOMPOSIT
Disusun Oleh :
(KELOMPOK 9)
Julia Anjani Putri
Meidi Tri Yudha
Nining Elsa Noviolin
Noni Anisa Fahdillah
Nadia Ridzki Amalia
Dosen Pembimbing :
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan
karuniaNya penulis dapat menyelesaikan Makalah ITMKG yang bertentang Resin
komposit sebagai tugas dari ITMKG. Salawat dan salam selalu tercurah kepada
junjungan kita nabi Muhammad SAW beserta para keluarga, sahabat , beserta
pengikutnya sampai akhir zaman.
Penulis menyadari bahwa Tugas ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna perbaikan di masa
mendatang.
Dalam menyelesaikan ITMKG ini, penulis banyak mendapat bantuan, dan saran.
Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan terima kasih kepada:
1. Allah SWT yang telah memberi kehidupan dengan sejuknya keimanan
2. Kedua orang tua dan temen2 Kelompok yang selalu memberi dukungan
3. Drg. Martha Mozarta M.Si
Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala atas segala amal yang diberikan
kepada semua orang yang telah mendukung penulis dan semoga ITMKG ini bermanfaat
bagi kita dan perkembangan ilmu pengetahuan. Semoga kita selalu dalam lindungan
Allah SWT.
Palembang,
29
2015
Penulis
November
BAB I
PENDAHULUAN
Istilah bahan komposit mengacu pada kombinasi tiga dimensi dari sekurangkurangnya dua bahan kimia yang berbeda dengan satu komponen pemisah yang nyata
diantara keduanya. Bila konstruksi tepat, kombinasi ini akan memberikan kekuatan yang
tidak dapat diperoleh bila hanya digunakan satu komponen saja. Bahan restorasi resin
komposit adalah suatu bahan matriks resin yang di dalamnya ditambahkan pasi anorganik
(quartz, partikel silica koloidal) sedemikian rupa sehingga sifat-sifat matriksnya
ditingkatkan
Komposit resin adalah salah satu bahan restorasi yang digunakanuntuk
mengembalikan bentuk dan fungsi gigi dengan kualitas estetik serta adanya kemampuan
bahan untuk berikatan dengan struktur gigi sekitarnya.1,2 Walaupun telah banyak
perbaikan yang dicapai dalam hal warna dan daya tahan terhadap tekanan kunyah,
kontraksi polimerisasi masih menjadi masalah terbesar pada bahan restorasi resin
komposit. Komposit mengalami shrinkage sekitar 0,6-1,4 % selama polimerisasi
tergantung pada jenis komposit, jumlah dan sifat filler, serta penyinaran (cure).1,2,7
Shrinkage ini dapat menyebabkan terjadinya celah antara bahan komposit dan struktur
gigi, terutama jika margin restorasi ditempatkan di dentin atau sementum.5 Jika bakteri,
cairan, molekul, atau ion dapat melewati celah antara resin komposit dan dinding kavitas,
maka terjadi proses yang disebut "kebocoran mikro." Kebocoran mikro dianggap
bertanggung jawab atas hipersensitivitas, karies sekunder, dan kegagalan restorasi.
Dalam ilmu kedokteran gigi istilah resin komposit secara umum mengacu pada
penambahan polimer yang digunakan untuk memperbaiki enamel dan dentin. Resin
komposit digunakan untuk mengganti struktur gigi dan memodifikasi bentuk dan warna
gigi sehingga akhirnya dapat mengembalikan fungsinya. Resin komposit dibentuk oleh
tiga komponen utama yaitu resin matriks, partikel bahan pengisi, dan bahan coupling.
BAB II
PEMBAHASAN
1.1 Resin Komposit
Resin komposit merupakan tumpatan sewarna gigi yang merupakan gabungan
atau kombinasi dua atau lebih bahan kimia berbeda dengan sifat-sifat unggul atau
lebih baik dari pada bahan itu. Pada dasarnya, resin komposit terdiri dari tiga bahan
kimia yang berbeda : matriks organik atau fase organik ; filler atau fase dispersi, dan
coupling agent untuk menyatukan filler ke resin organic.
1.2 Komposisi
penting lainnya yang menentukan sifat dan aplikasi klinis komposit adalah jumlah bahan
pengisi yang ditambahkan, ukuran partikel dan distribusinya, radiopak dan kekerasan.
Partikel filler yang digunakan bervariasi dalam komposisi kimia, morfologi dan dimensi.
Pengisi utama adalah silikon dioksida, silikat boron dan silikat aluminium lithium juga
umum digunakan. Pada kebanyakan restorasi komposit, bahan kuarsa sebagian besar
digantikan oleh partikel logam berat seperti barium, strontium, zinc, aluminium atau
zirconium yang radiopak
c. Coupling Agent
Komponen penting yang terdapat pada komposit resin yang banyak dipergunakan
pada saat ini adalah coupling agent. Resin akrilik yang awal digunakan tidak berfungsi
dengan baik karena ikatan antara matriks dan filler tidak kuat. Melapiskan partikel filler
dengan coupling agent contohnya vinyl silane memperkuat ikatan antara filler dan
matriks. Coupling agent memperkuat ikatan antara filler dan matriks resin dengan cara
bereaksi secara kimia dengan keduanya. Hal ini membuat matriks resin memindahkan
tekanan kepada partikel filler yang lebih kaku. Kegunaan coupling agent tidak hanya
untuk memperbaiki sifat kimia dari komposit tetapi juga meminimalisasi hilangnya
partikel filler akibat penetrasi cairan antara resin dan filler.
ini adalah quartz giling. Dilihat dari fo.to micrograph bahan pengisi quartz giling
mengalami penyebaran yang luas dari ukuran partikel. Ukuran rata-rata komposit
tradisional adalah 8-12 m, partikel sebesar 50m mungkin ada
Komposit ini lebih tahan terhadap abrasi dibandingkan akrilik tanpa bahan
pengisi. Namun, bahan ini memiliki permukaan yang kasar sebagai akibat dari abrasi
selektif pada matrik resin yang lebih lunak, yang mengelilingi partikel pengisi yang lebih
keras. Komposit yang menggunakan quartz sebagai bahan pengisi umumnya bersifat
radioulusen.
b. Komposit berbahan pengisi mikro
Dalam mengatasi masalah kasarnya permukaan pada komposit tradisional,
dikembangkan suatu bahan yang menggunkan partikel silika koloidal sebagai bahan
pengisi anorganik. Partikelnya berukuran 0,04 m; jadi partikel tersebut lebih kecil 200300 kali di bandingkan rata-rata partikel quartz pada komposit tradisional. Komposit ini
memiliki permukaan yang halus serupa dengan tambalan resin akrilik tanpa bahan
pengisi. Dari segi estetis resin komposit mikro filler lebih unggul, tetapi sangat mudah
aus karena partikel silika koloidal cenderung menggumpal dengan ukuran 0,04 sampai
0,4 m. Selama pengadukan sebagian gumpalan pecah, manyebabkan bahan pengisi
terdorong. Menunjukan buruknya ikatan antara partikel pengisi dengan matriks
sekitarnya. Kekuatan konfresif dan kekuatan tensil menunjukkan nilai sedikit lebih tinggi
dibandingkan dengan resin komposit konvensionl. Kelemahan dari bahan ini adalah
ikatan antara partikel komposit dan matriks yang dapat mengeras adalah lemah
mempermudah pecahnya suatu restorasi.
c. Resin Komposit Berbahan Pengisi Partikel Kecil
Komposit ini dikembangkan dalam usaha memperoleh kehalusan dari permukaan
komposit berbahan pengisi mikro dengan tetap mempertahankan atau bahkan
meningkatkan sifat mekanis dan fisik komposit tradisional. Untuk mencapai tujuan ini,
bahan pengisi anorganik ditumbuk menjadi ukuran lebih kecil dibandingkan dengan yang
biasa digunakan dalam komposit tradisional. Rata-rata ukuran bahan pengisi untuk
komposit berkisar 1-5 m tetapi penyebaran ukuran amat besar. Distribusi ukuran partikel
yang luas ini memungkinkan tingginya muatan bahan pengisi, dan komposit berbahan
pengisi partikel kecil umumnya mengandung bahan pengisi anorganik yang lebih banyak
(80 % berat dan 60-65 % volume). Beberapa bahan pengisi partikel kecil menggunakan
quartz sebagai bahan pengisi, tetapi kebanyakan memakai kaca yang mengandung logam
berat.
Resin komposit juga diklasifikasikan berdasarkan persentase muatan filler nya,
yaitu :
a. Resin komposit flowable
Pada pertengahan tahun 1990, diperkenalkan resin komposit flowable sebagai bahan
tambalan alternatif untuk restorasi kavitas klas V. Resin komposit ini memiliki ukuran
partikel filler yang berkisar antara 0,04-1 m dan persentase komposisi atau muatan filler
nya berkurang hingga 44-54 %. Komposisi filler inorganik yang rendah dan komposisi
resin yang lebih banyak menyebabkan resin komposit tipe ini memiliki daya alir yang
sangat tinggi dan viskositas atau kekentalannya cukup rendah, sehingga dapat dengan
mudah untuk mengisi atau menutupi celah kavitas yang kecil. Resin komposit flowable
memiliki modulus elastisitas yang rendah menyebabkan bahan ini lebih fleksible,
penumpatan bahan yang lebih mudah, cepat, teliti, mudah beradaptasi, sangat mudah
dipolish, radiopak, dan mengandung fluoride serta pengurangan sensitifitas setelah
penumpatan. Selain itu, resin komposit flowable dapat membentuk sebuah lapisan elastis
yang dapat mengimbangi tekanan pengerutan polimerisasi. Indikasi bahan restorasi ini
ditujukan untuk kavitas dengan invasif minimal seperti restorasi klas I dan klas II dengan
tekanan oklusal yang ringan, restorasi kavitas klas V, juga dapat digunakan sebagai liner.
26
antara 0,7-2 m dan persentase komposisi atau muatan filler nya berkisar antara 48-65 %
volume. Komposisi filler yang tinggi dapat menyebabkan kekentalan atau viskositas
bahan menjadi meningkat sehingga sulit untuk mengisi celah kavitas yang kecil. Tetapi
dengan semakin besarnya komposisi filler juga menyebabkan bahan ini dapat mengurangi
pengerutan selama polimerisasi, memiliki koefisien ekspansi termal yang hampir sama
dengan struktur gigi, dan adanya perbaikan sifat fisik terhadap adaptasi marginal. Resin
komposit ini juga diharapkan dapat menunjukkan sifat-sifat fisik dan mekanis yang baik
karena memiliki kandungan filler yang tinggi. Resin komposit packable diindikasikan
untuk gigi posterior karena daya tahannya terhadap tekanan sehingga dapat mengurangi
masalah kehilangan kontak. Resin komposit ini diindikasikan untuk restorasi klas I, klas
II dengan luas kavitas yang kecil, dan klas V.
menunjukan bahwa etsa berhasil. Permukaan ini harus terjaga tetap bersih dan kering sampai
resin diletakan untuk membuat ikatan yang baik. Karena email yang dietsa meningkatkan energi
permukaan email. Teknik etsa asam menghasilkan penggunaan resin yang sederhana
Bahan Bonding
Adhesive dentin harus bersifat hidrofilik untuk menggeser cairan dentin dan juga
membasahi permukaan, memungkinkan berpenetrasinya menembus pori di dalam dentin dan
akhirnya bereaksi dengan komponen organik atau anorganik. Karena matriks resin bersifat
hidrofobik, bahan bonding harus mengandung hidrofilik maupun hidrofobik. Bagian hidrofilik
harus bersifat dapat berinteraksi pada permukaan yang lembab, sedangkan bagian hidrofobik
harus berikatan dengan restorasi resin.
A. Bahan bonding email
Email merupakan jaringan yang paling padat dan keras pada tubuh manusia. Email
terdiri atas 96 % mineral, 1 % organik material, dan 3 % air. Mineral tersusun dari jutaan kristal
hydroksiapatit (Ca10 (PO4)6 (OH)2) yang sangat kecil. Bahan bonding biasanya terdiri atas bahan
matriks resin BIS-GMA yang encer tanpa pasi atau hanya dengan sedikit bahan pengisi (pasi).
Bahan bonding email dikembangkan untuk meningkatkan kemampuan membasahi email yang
teretsa. Umumnya, kekentalan bahan ini berasal dari matriks resin yang dilarutkan dengan
monomer lain untuk menurunkan kekentalan dan meningkatkan kemungkinan membasahi.
Bahan ini tidak mempunyai potensi perlekatan tetapi cendrung meningkatkan ikatan mekanis
dengan membentuk resin tag yang optimum pada email. Beberapa tahun terakhir bahan bonding
tersebut telah digantikan dengan sistem yang sama seperti yang digunakan pada dentin.
1.6 Resin Komposit yang di aktifkan dengan sinar
Sistem yang pertama diaktifkan dengan sinar menggunakan sinar ultra violet untuk
merangsang radikal bebas. Dewasa ini, komposit yang diaktifkan dengan sinar ultra violet telah
diganti karna efek cahayanya dapat mengiritasi retina. Sehingga diganti dengan sinar yang dapat
dilihat dengan mata (sinar biru). Yang secara nyata meningkatkan kemampuan berpolimerisasi
lebih tebal sampai 2 mm. Resin komposit yang mengeras dengan sinar dipasok sebagai pasta
tunggal dalam satu semprit. Radikal bebas pemulai reaksi, terdiri atas molekul foto-inisiator dan
dan aktivator amin, yang terdapat dalam pasta ini. Bila kedua komponen tidak terpapar oleh
sinar, komponen tersebut tidak bereaksi. Namun, pemamparan terhadap aktivator amin, yang
terdapat dalam pasta ini. Bila kedua komponen tidak terpapar oleh sinar, komponen tersebut
tidak bereaksi. Namun, pemamparan terhadap sinar dengan panjang gelombang yang tepat yaitu
468 nm. Dapat merangsang foto-inisiator dan interaksi dengan amin untuk membentuk radikal
bebas yang mengawali polimerisasi tambahan (Gambar 5).
Gambar : Resin komposit yang diaktifkan dengan penyinaran. (Noort R. Introduction to Dental
Materials 3 ed. London : Mosby Elsevier, 2007 : 105)
rd
Tahap pertama adalah memperoleh akses ke dentin yang terkena karies. Untuk kasus
kelas III akses diperoleh dari pembuangan ridge palatal karena ridge ini tidak didukung oleh
dentin yang sehat. Dinding labial sedapat mungkin dipertahankan mengingat samapai saat
ini tak satupun warna bahan restorasi yang sama persis dengan warna gigi. Akses dari palatal
memang lebih menyusahkan operator namun akses dari labial jarang sekali dilakukan karena
akan menghasilkan estetika yang tidak begitu baik. Akses langsung bisa dilakukan jika gigi
tetangganya tidak ada.
Setelah akses tahap selanjutnya adalah pembuatan ragangan kavitas atau outline form.
Ragangan pada kasus ini hanaya dibuat berdasarkan perluasan kariesnya yang mengenai
email dan dentin. Semua email dan dentin yang sebenarnya tidak terserang kaires tetapi
kelihatannya sudah lemah harus dihilangkan. Perluasan kavitas ini sebagai langkah dari
pencegahan atau extension for prevention.
Untuk kelas III pada tahap resisten yaitu pembuatan bevel tidak perlu dilakukan karena
menghindari jaringan yang terbuang dan menghindari kontak dengan gigi tetan pada
tetangga. Bentuk kavitas biasanya telah menyediakan retensi yang cukup tanpa membuat
alur retensi khusus.
kavitasnya apakah kecil atau besar Retensi pada kelas III adalah undercut. Undercut dibuat
di dnding gingival aproksimal dan undercut pendek berupa pit di dinding insisal. Pada
restorasi plastis kommposit proses pengetsaan juga merupakan suatu retensi mekanis.
Setelah preparasi selesai dilakukan tahap selanjutnya perlu dilakukan pengecekan tepi
kavitas agar tidak ada email dan dentin karies yang tersisa sehingga tidak menyebabkan
karies sekunder. Selanjutnya adalah pembersihan kavitas, semua debris dan sisa preparasi
diirigasi dengan aquadest steril dan kemudian dikeringkan. Terakhir kavitas perlu diperiksa
lagi dari berbagai aspek sebelum dilakukan penumpatan.
6. Tahap bonding
Ulaskan bahan bonding menggunakan spon kecil atau kuas / brush kecil pada
permukaan yang telah di etsa . Ditunggu 10 detik sambil di semprot udara ringan di sekitar
kavitas (tidak langsung mengenai kavitas) .Kemudian dilakukan penyinaran selama 20 detik.
Saat ini, pemakaian bahan adhesif pada dentin telah meluas ke seluruh dunia dan
perkembangannya pun bervariasi didasarkan pada tahun pembuatan, jumlah kemasan dan
sistem etsa. Berdasarkan tahun pembuatan, bahan adhesif dibagi mulai dari generasi I
sampai pada generasi VII.
Generasi I dan II mulai diperkenalkan pada tahun 1960-an dan 1970-an yang tanpa
melakukan pengetsaan pada enamel, bahan bonding yang dipakai berikatan dengan smear
layer yang ada. Ikatan bahan adhesif yang dihasilkan sangat lemah (2 MPa-6MPa) dan
smear layer yang ada dapat menyebabkan celah yang dapat terlihat dengan pewarnaan pada
tepi restorasi.
Generasi III mulai diperkenalkan pada tahun 1980-an, mulai diperkenalkan pengetsaan
pada dentin dan mulai dipakai bahan primer yang dibuat untuk dapat mempenetrasi ke
dalam tubulus dentin dengan demikian diharapkan kekuatan ikatan bahan adhesif tersebut
menjadi lebih baik. Generasi III ini dapat meningkatkan ikatan terhadap dentin 12MPa
15MPa dan dapat menurunkan kemungkinan terjadinya kegagalan batas tepi bahan adhesif
dan dentin (marginal failure). Tetapi seiring waktu tetap terjadi juga kegagalan tersebut.
Generasi IV mulai diperkenalkan awal tahun 1990-an. Mulai dipakai bahan yang dapat
mempenetrasi baik itu tubulus dentin yang terbuka dengan pengetsaan maupun yang telah
mengalami dekalsifikasi dan juga berikatan dengan substrat dentin, membentuk lapisan
hybrid. Fusayama dan Nakabayashi menyatakan bahwa adanya penetrasi resin akan
memberikan kekuatan ikatan yang lebih tinggi dan juga dapat membentuk lapisan pada
permukaan dentin. Kekuatan ikatan bahan adhesif ini rendah sampai dengan sedang sampai
dengan 20 MPa dan secara signifikan dapat menurunkan kemungkinan terjadinya celah
marginal yang lebih baik daripada sistem adhesif sebelumnya. Sistem ini memerlukan teknik
pemakaian yang sensitif dan memerlukan keahlian untuk dapat mengontrol pengetsaan pada
enamel dan dentin. Cara pemakaiannya cukup rumit dengan beberapa botol sediaan bahan
dan beberapa langkah-langkah yang harus dilakukan.
Generasi V mulai berkembang pada tahun 1990-an. Pada generasi ini bahan primer dan
bonding telah dikombinasikan dalam satu kemasan. Pada generasi ini juga mulai
diperkenalkan pemakaian bahan adhesif sekali pakai. Generasi VI mulai berkembang pada
akhir tahun 1990-an awal tahun 2000, pada generasi ini mulai dikenal pemakaian self
etching yang merupakan suatu terobosan baru pada sistem adhesif.
Pada generasi VI ini tahap pengetsaan tidak lagi memerlukan pembilasan karena pada
generasi ini telah dipakai acidic primer, yaiu bahan etsa dan primer yang dikombinasikan
dalam satu kemasan.
Generasi VII mulai berkembang sekitar tahun 2002, generasi ini juga dikenal sebagai
generasi all in one adhesif, dikatakan demikian karena pada generasi VII ini bahan etsa,
primer dan bonding telah dikombinasikan dalam satu kemasan saja, sehingga waktu
pemakaian bahan adhesif generasi VII ini menjadi lebih singkat.
7. Tumpatan Resin Komposit
Cara penumpatan kavitas di servikal gigi serupa dengan penumpatan kavias oklusal.
Walaupun tumpatannya nanti tidak akan menerima tekanan kunyah oklusal, tekanan
kondensasi tetap harus memadai agar alur-alur retensi terisi dengan baik, sehingga tumpatan
dapat bertahan lama. Pengukiran pada tahap yang dini dapat dilakukan dengan sonde, kalau
sudah terlambat dengan alat Ward atau Hollenbach.
Hendaknya bentuk anatomi permukaan servikal dapat dikembalikan, dan untuk itu dapat
degunakan dengan pengukir dengan bilah cembung misalnya pengukir Ward atau
Hollenbach. Pengukiran dilakukan dengan jalan mengukir tepi oklusal dan tepi gingival
sendiri-sendiri sehingga terbentuknya permukaan yang cekung dapat dicegah. Tumpatan
lebih baik dibuat sedikit cekung daripada overkontur kea rah gingival sebab hal ini akan
menyebabkan akumulasi plak dan merangsang timbulnya gingivitis.
1. Alat untuk shaping : sharp amalgam carvers dan scalpel blades, seperti 12 atau12b atau
specific resin carving instrument yang terbuat dari carbide, anodized aluminium, atau
nikel titanium.
2. Alat untuk finishing dan polishing : diamond dan carbide burs, berbagai tipe dari flexibe
disks, abrasive impregnated rubber point dan cups, metal dan plastic finishing strips, dan
pasta polishing.
a. Diamond dan carbide burs
Digunakan untuk menghaluskan ekses-ekses yang besar pada resin komposit dan dapat
digunakan untuk membentuk anatomi pada permukaan restorasi.
b. Discs
Digunakan untuk menghaluskan permukaan restorasi. Bagian yang abrasive dari disk dapat
mencapai bagian embrasure dan area interproksimal. Disk terdiri dari beberapa jenis dari
yang kasar sampai yang halus yang bisa digunakan secara berurutan saat melakukan
finishing dan polishing.
c. Impregnated rubber points dan cups
Digunakan secara berurutan seperti disk. Untuk jenis yang paling kasar digunakan untuk
mengurangi ekses-ekses yang yang besar sedangkan yang halus efektif untuk membuat
permukaan menjadi halus dan berkilau. Keuntungan yang utama dari penggunaan alat ini
adalah dapat membuat permukaan yang terdapat ekses membentuk groove, membentuk
bentuk permukaan yang diinginkan serta membentuk permukaan yang konkaf pada lingual
gigi anterior
d. Finishing stips
Digunakan untuk mengcontur dan memolish permukaan proksimal margin gingival untuk
membuat kontak interproksimal. Tersedia dalam bentuk metal dan plastik. Untuk metal
biasa digunakan untuk mengurangi ekses yang besar namun dalam menggunakan alat ini
kita harus berhati-hati karena jika tidak dapat memotong enamel, cementum, dan dentin.
Sedangkan plastic strips dapat digunakan untuk finishing dan polishing. Juga tersedia
dalam beberapa jenis dari yang kasar sampai halus yang dapat digunakan secara berurutan
(wordpress, 2009).
Prosedur finishing dan polishing resin komposit:
7.5
1. Untuk membuat contur yang baik, kita harus menyesuaikan bentuk restorasi sesuai
dengan anatomi gigi yang benar dan tepat agar diperoleh hasil yang maksimal.
2. Kita harus berhati-hati dan senantiasa memperhatikan hal-hal seperti taktil, kontak
dengan gigi di samping nya, serta kontak oklusal dengan gigi antagonisnya.
Finishing dan polishing sangatlah mempengaruhi hasil akhir restorasi seperti warna
permukaan, akumulasi plak, dan karakteristik resin komposit.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Komposit resin adalah salah satu bahan restorasi yang digunakan untuk mengembalikan
bentuk dan fungsi gigi dengan kualitas estetik serta adanya kemampuan bahan untuk berikatan
dengan struktur gigi sekitarnya. Walaupun telah banyak perbaikan yang dicapai dalam hal warna
dan daya tahan terhadap tekanan kunyah, kontraksi polimerisasi masih menjadi masalah terbesar
pada bahan restorasi resin komposit.
Komposisi resin komposit tersusun dari kandungan utama yaitu matriks resin dan partikel
pengisi anorganik. Beberapa komponen lain diperlukan untuk meningkatkan efektivitas dan
ketahanan bahan. Resin komposit diindikasikan sebagai Restorasi klas I, II, III, IV dan V.
Sebagai bahan base lining atau core builtup serta sebagai sealant pada restorasi resin preventif.
Resin komposit mempunyai nilai estetis yang sangat baik, menguatkan struktur gigi, perlekatan
mekanik yang baik ke struktur gigi dan tidak mengandung merkuri maka dari itu resin komposit
paling sering digunakan pada bidang kedokteran gigi untuk merestorasi gigi.
DAFTAR PUSTAKA
1.Albers, H.F. 2002. Tooth-colored Restoratives Principles and Techniques. BC Decker Inc
Hamilton : London
2. LeSage, B.P. 2007. Aesthetic Anterior Composite Restorations: A Guide to Direct Placement.
Dent Clin N Am 51 : 359378
3. Garca, A.H., Lozano, M.A.M., Vila,J.C., Escribano, A.B., and Galve, P.F. 2006. Composite
resins. A review of the materials and clinical indications. Med Oral Patol Oral Cir Bucal. 11: E
215-20.
4. Rodrigues Junior, S.A.,Zanchi, C.H.,De Carvalho, R.V. and Demarco, F.F. 2007. Flexural
strength and modulus of elasticity of different types of resin-based composites. Braz Oral Res.
21(1):16-21
5. 6. Roggendorf, M.J., Kramer, N., Appelt, A. 2011. Marginal quality of flowable 4-mm base
vs. Conventionally layered resin composite. journal of dentistry. 39: 643647