Anda di halaman 1dari 19

SIFAT FISIS RESIN KOMPOSIT

Resin komposit memiliki sifat fisik dan kimia. Sifat fisiknya


antara lain working and setting time, polymerization shrinkage,
thermal properties, water sorption and color stability. Sifat
mekanisnya antara lain flexural strength, elastic modulus, dan
hardness.

Working and setting time.

Berdasarkan hasil penelitian yang sudah didapat, terlihat


bahwa ada perbedaan yang bermakna antara ketebalan bahan
dan lamanya waktu penyinaran terhadap kekerasan bahan resin
komposit sinar. Dalam penelitian laboratorik ini diketahui bahwa
ketebalan maksimal yang dapat dilakukan untuk mendapatkan
kekerasan yang optimal adalah 3 mm. Kekerasan bahan dengan
ketebalan bahan yang melebihi 3 mm akan menurun walaupun
dilakukan penyinaran dalam waktu yang cukup lama. Dilihat dari
segi penyinaran umumnya nilai kekerasan meningkat pada
ketebalan 2 mm dan 3 mm dengan penyinaran 4060 detik, tidak
terjadi perbedaan yang cukup berarti, walaupun ada peningkatan
kekerasan .

Tergantung pada metode aktivasi:

1. Two-paste chemically activated system (self-cured


composite): 3-6 menit dari mulai pengadukan.

2. One-paste light activated system (light-cured


composite): Bergantung pada sumber sinar dan waktu
exposure. Light curing times: 3-40 menit (tipe dan intensitas
sumber sinar, warna dan ketebalan material) Intensitas sinar
minimum: 400 mW/cm.
Polymerization shrinkage.

Resin komposit mempunyai kelemahan yaitu adanya


penyusutan pada saat polimerisasi yang menyebabkan
terbentuknya celah (gap) antara dinding kavitas dan resin
komposit yang dapat mengakibatkan terjadinya kebocoran mikro
Thermal properties.
Selain itu, perbedaan koefisien ekspansi thermal antara
struktur gigi dan resin komposit juga dapat mempengaruhi
kerapatan tepi restorasi antara resin komposit dan dinding
kavitas.
Tekanan kontraksi resin komposit selama polimerisasi akan
menghasilkan kekuatan yang bersaing dengan kekuatan
perlekatan, sehingga dapat mengganggu perlekatan terhadap
dinding kavitas, hal ini merupakan salah satu penyebab utama
terjadinya kerusakan tepi.

Water sorption and solubity

Kemampuan resin komposit dalam menyerap air


tergantung pada matriks resin dan komposisi filler. Sifat
penyerapan air ini akan mempengaruhi sifat fisik dan sifat
mekanis resin komposit seperti hardness dan wear resistance.
Polimerisasi yang adekuat menghasilkan stabilitas dan kualitas
antara silane dan coupling agent dan meminimalisasi lepasnya
ikatan matriks dan filler sehingga menurunkan resiko penyerapan
air oleh resin komposit.

Color and color stability


Resin komposit merupakan resin akrilik yang telah
ditambah dengan bahan lain seperti bubuk quartz untuk
membentuk struktur komposit. Untuk mendapatkan warna
seperti warna gigi geligi asli, pigmen warna ditambahkan seperti
ferric oxide, cadmium black, mercuric sulfide dan lain-lain. Bahan
resin komposit ini biasanya digunakan untuk menumpat gigi
anterior, memperbaiki gigi patah, melapisi permukaan gigi yang
rusak, atau menutup warna gigi yang berubah karena obat-
obatan antibiotik tertentu misalnya tetrasiklin. Kegagalan estetik
merupakan salah satu sebab kepada penggantian restorasi.
Kombinasi yang bagus antara warna gigi dan warna material
restorasi sebelum dicuring adalah faktor klinikal yang penting
bagi mendapatkan hasil yang bagus. Walau begitu, kombinasi ini
harus dapat bertahan setelah material dicuring dan selama
pemakaian. Jika warna komposit berubah selama pemakaian,
kelebihan utamanya yaitu estetik, hilang. Penyebab diskolorasi
resin komposit terbagi atas dua faktor yaitu faktor intrinsik dan
faktor ekstrinsik. Sebagai faktor intrinsik adalah reaksi
polimerisasi dan ukuran partikel filler sedangkan faktor ekstrinsik
adalah minuman dan makanan, bahan kumur, rokok dan
tembakau dan proses oksidasi.
SIFAT MEKANIS RESIN KOMPOSIT

Flexural Strength and Elastic Modulus


Resin komposit memiliki compressive modulus yang lebih
kecil dibandingkan amalgam, dentin, dan email.
Flexural & Compressive Moduli dari resin komposit sejenis
microfilled dan flowable lebih rendah daripada komposit hybrid.

Hardness
Kekerasan (hardness) adalah ketahan suatu bahan dalam
menahan indentasi. Resin komposit memiliki kekerasan
permukaan sebesar 22-80 KHN ataupun 38-72 VHN dimana lebih
rendah dibandingkan email (343 KHN) dan amalgam (110 KHN).
Kekerasan resin komposit dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik
faktor selama manipulasi ataupun faktor setelah manipulasi (saat
digunakan di dalam rongga mulut). Salah satu faktor setelah
manipulasi yang dapat mempengaruhi kekerasan resin komposit
adalah minuman yang dikonsumsi oleh pasien.
BONDING AGENT

Pengertian bonding agent adalah bahan yang merekatkan


2 permukaan substrat. Dalam hal ini berlaku prinsip adhesi yaitu
gaya tarik menarik antara atom dan molekul pada 2 permukaan
yang berbeda. Yang pertama adalah enamel, yang mana bekerja
sebagai pelindung sisi luar, dan yang kedua adalah dentin, yang
mana membuat penutup dari strktur gigi. Dentin mengandung
banyak air, yang membuatnya susah unutuk menemukan zat
yang akan menempel dengannya secara permanen tapi
kebanyakan dental bonding agent yang baru bekerja dengan
membentuk sebuah hybrid layer diatas dentin yang terbuka.
Lapisan ini bukan hanya membentuk ikatan yang kuat, ia juga
membuat pelindungan.

Beberapa faktor yang mempengaruhi kekuatan dari ikatan adhesi


:

1. Kebersihan : Permukaan yang akan dilekati harus bebas dari


kotoran dan kontaminasi

2. Penetrasi dari permukaan : Cairan adhesif harus


mempenetrasi kedalam celah yang dibuat oleh asam
penggoresan enamel dan dentin

3. Reaksi kimia : Pembentukan dari ikatan kimia yang kuat


melewati sebuah sebuah permukaan akan meningkatkan jumlah
dari bagian pelekatan. Ini dipercaya terjadi antara enamel
porselin dan oxide dari timah, indium, dan besi dibentuk pada
permukaan alloy yang mengandung proposisi yang tinggi dari
logam mulia.
4. Mengkerutnya adhesi : cairan adhesi memadat dengan proses
evaporasi, kemudian saat polimerisasi menghasilkan
pengkerutan. Adhesi lalu menarik keluar dari struktur gigi dan
tekanan yang timbul mungkin melemahkan ikatan.

5. Tekanan panas : Jika adhesi dan zat mempunyai koefisien


ekspansi panas yang berbeda, perubahan temperatur akan
meghasilkan tekanan pada ikatan

6. Lingkungan korosif : Adanya air atau cairan korosif atau uap


akan sering menyebabkan kerusakan dari ikatan adesif

Komposisi Bonding Agent

1. Etchant

- Mengandung asam fosfor 37%

- Asam etchant disebut juga conditioners karena


merupakan asam yang relatif kuat (pH1.0)

- Etching solution berupa cairan yang dapat mengalir


dengan bebas sehingga sulit untuk dikontrol pada saat
penempatan.

2. Primers

- sifat hidrophillik lebih kuat

- Mengandung volatile solvent

- Menigkatkan flow ke tubules terbuka dan di sekitar serat


kolagen

- Meningkatkan wetting pada permukaan etched

3. Adhesive
- Adhesive umumnya hydrophobic

- Mengandung Dimethacrylate oligomers yang kompatibel


dengan monomer dalam primer dan komposit

- Oligomer ini biasanya diencerkan dengan monomer


molekul dengan berat jenis molekul yang rendah

Persyaratan Ideal Bonding Agent

1. Biokompatibel, tidak toksik, non-iritasi, tidak beracun


2. Tidak bereaksi dengan konstituen organik maupun
inoeganik
3. Sesuai dengan viskositas rendah untuk mengalir dengan
mudah pada permukaan adherend
4. Membasahi permukaan gigi dengan mudah
5. Ketebalan film yang tipis
6. Membentuk ikatan permanent yang kuat
7. Stabilitas dimensi yang bagus
8. Harus mempunyai kedua grup hidrofilik dan hidrofobik
9. Serupa C.O.T.E. sebagai ggi 911.4ppm/oC)
10. Konduktivitas termal rendah
11. Jangka hidup bagus

Sifat-Sifat

Sifat Mekanis

a. Kekuatan ikatan

Sebagian besar bonding agent menghasilkan kekuatan


ikatan terhadap enamel dan superficial dentin 15 sampai 35 MPa.
Kekuatan ikatan ditentukan untuk bagian dentin dalam
cenderung lebih rendah daripada superficial dentin. Berbagai
masalah klinis dapat mengurangi kekuatan ikatan.

Sifat biologi

Pelarut dan monomer dalam bonding agent biasanya


mengiritasi kulit. Material tertentu seperti 2-
hydroxyethylmethacrylae (HEMA), tidak biokompetibel sebagai
monomer. Bonding agent bisa memproduksi reaksi lokal dan
sistemik pada dokter gigi maupun asisten dokter gigi. Penting
bagi dental personnel melindungi diri mereka sendiri. Proteksi
meliputi memakai sarung tangan, mengganti sarung tangan
yang terkontaminasi segera, menggunakan high-volume
evakuasi dimana material digunakan, menjaga semua botol
tertutup rapat atau menggunakan sistem unit-dose dan
membuang material sedemikian rupa agar monomer tidak dapat
menguap ke dalam udara kantor.

Klasifikasi Bonding Agents


1. Berdasarkan mekanisme
a. Bonding mekanis dengan asam etsa (resin komposit, bis GMA,
TEGDMA, Cyanoacrylates)
b. Bonding kimia dengan aplikasi langsung (semen polycarboxylate
(ZnPolyC), GIC)
2. Berdasarkan aplikasi
a. enamel bonding agent
Bonding pada enamel terjadi terutama dengan
retensi micromechanical setelah etsa asam digunakan untuk
menghilangkan smear layer dan larutnya kristal hidroksiapatit di
permukaan luar dari interface. Konstitusi cairan perekat masuk ke
dalam permukaan irregular yang baru terbentuk dan menjadi
terjebak ke dalamnya setelah perekat berpolimerisasi. Gel etsa
(terutama asam fosfat) dikeluarkan dari alat suntik ke permukaan gigi
yang teretsa. Waktu etsa enamel berbeda tergantung pada tipe dan
kualitas enamel. Umumnya, etsa 15 detik dengan 37% asam fosfat
cukup untuk menghasilkan microtags.
Walaupun begitu, sampai macro-spaces jelas, titik akhir
karakteristik klinis a frosty enamel appearance tidak akan
berkembang.

b. Dentin bonding agent

Tidak seperti enamel, dentin terdiri atas zat organic


dan bonding semakin sulit. Smear layer harus dihilangkan
sehingga material dapat mencapai dentin dan berikatan
dengannya. Harus ada jumlah sedikit kelembaban yang
dipertahankan agar tidak mongering pada gigi, dan aplikasi
material harus bisa melindungi pulpa, tidak mengiritasinya.

Komponen dari dentin bonding agent terdiri dari tiga komponen


essensial:

1. Primer
2. Coupling agent
3. Sealer
Dalam literatur kedokeran gigi, primer umumnya
disebut dentine conditioner, dan terdiri atas berbagai asam yang
mengubah penampakan permukaan dan karakteristik dentin.
Satu factor besar pembeda dentin bonding agent adalah variasi
dari dentine conditioner yang telah digunakan selama ini. Ini
meliputi asam malat, EDTA, asam oxalate, asam fosfat, dan asan
nitrat. Apa yang mereka miliki pada umumnya adalah mereka
semua asam dan mereka mengubah smear layer menjadi
tingkatan yang berbeda. Pengaplikasian asam pada permukaan
dentin menghasilkan reaksi asam basa dengan hidroksiapatit. Ini
menyebabkan hidroksiapatit menjadi larut dan menghasilkan
pembukaan tubulus dentin dan membuat permukaan dentin
terdemineralisasi yang umumnya hingga kedalaman 4 m.
Semakin kuat asam, semakin terlihat efeknya. Demikian, untuk
EDTA, yang merupakan asam yang tidak terlalu kuat, hanya
sebagian tubulus dentin yang terbuka, sementara itu untuk asam
nitrat, yang merupaka asam kuat, semakin banyak pembukaan
tubulus dentin yang terjadi.

Peran dari primer adalah bereaksi sebagai adhesive dalam


dentin bonding agent karena mempunyai metode mengikat
hidrofobik komposit dan kompomer pada hidrofilik dentin.
Dengan demikian, primer berperan sebagai media penyambung
dan terdiri dari monomer dua fungsi yang terlarut dalam larutan
yang sesuai. Monomer dua fungsi dalam kenyataannya
sebuah coupling agent yang bisa menggabungkan dua material
berbeda dengan jelas. Sistuasi ini dianalogikan
seperti bonding resin pada glass di komposit, dimana silane
coupling agent digunakan. Rumus umum untuk coupling
agent dalam dentine conditioner sebagai berikut:
Methacrylate Group Spacer group-Reactive group M-S-R

Methacrylate group (M) mempunyai kemampuan untuk


mengikat resin komposit dan menyediakan ikatan
kovalen. Methacrylate group harus mampu menyediakan metode
yang memuaskan untuk polimerisasi dengan resin pada
komposit. Spacer group harus bisa menyediakan fleksibelitas
yang dibutuhkan terhadap coupling agent untuk meningkatkan
potensi untuk mengikat reactive group. Reactive group (R)
,merupakan polar pendent atau end group. Ikatan polar akibat
dari distribusi elektron asimetris dalam ikata. Reaksi polar terjadi
sebagai akibat tekanan tarik-menarik anatar positif dan negative
dalam molekul. Dengan demikian, polar pendent- dan end
group di atas coupling agent bisa menggabungkan dengan
molekul polar serupa dalam dentin, seperti grup hidroksi di atas
apatit dan grup amino di atas kolagen. Daya tarik mungkin
secara fisik sepenuhnya tetapi dalam beberapa hal,
menghasilkan formasi dalam ikatan kimia. Sifat dari reactive
group ini akan menentukan apakah ikatan akan pada apatit di
dalam dentin atau pada kolagen. Dalam beberapa kasus,
keduanya bisa terlibat.

Sangat penting bahwa primer mampu menembus seluruhnya ked


lam dan memenuhi lapisan kolagen yang terdemineralisasi. Jika
ini tidak terjadi kemudian lapisan tipis kolagen yang
terdemineralisasi akan tersisa. Lapisan ini tidak akan
memperkuat resin dan akan membentuk daerak interfacial yag
lemah. Aagar mencapai kedalam penembusan yang bagus, oleh
karena itu coupling agent dilarutkan dalam pelarut, seperti
etanol atau aseton. Pelarut sangat efektif dalam mengeluarkan
air dan menggantinya, membawa coupling agent bersama
dengannya dan menembus dentin yang terdemineralisasi.

Dentin sealer yang terbaru menggunakan light atau dial


cured unfilled Bis-GMA atau UDMA resin. Walaupun aplikasi
dari unfilled resin secara langsung ke permukaan dentin yang
tereaksi dengan asam, akan menghasilkan susuna resin-tag.
Perbedaan besar antara tidak menggunakan primer, hidrofobik
resin akan beradaptasi dengan lemah pada hidrofilik dentin.
Ketika primer digunakan, aksinya untuk membuat permukaan
dentin semakin hidrofobik, dengan demikian mencegah resin
menyusut dari dinding dalam tublus dentin dan menjamin
susunan struktur fitting resin-tag dengan kuat. Permukaan
dentin is thus thoroughly sealed dengan resin yang terikat pada
dentin melalui coupling agent pada primer. Sealer ini akan
dengan mudah mengikat resin komposit.

Perkembangan Bonding Agents

GENERASI PERTAMA

Pada tahun 1956, Buonocore dkk. menunjukkan bahwa


penggunaan glycerophosphoric acid dimethacrylate yang
mengandung bahan resin dapat melekat pada dentin melalui
etsa asam. Perlekatan ini diyakini terdapat hubungan antara
molekul resin dengan ion kalsium hidroksiapatit. Adanya air
(kondisi basah) dapat mengurangi kekuatan perlekatan.
Sembilan tahun kemudian Bowen mencoba mengatasi masalah
ini menggunakan Nphenylglycine and glycidyl methacrylate
(NPG-GMA). NPG-GMA adalah molekul bifungsi atau agen ganda.
Ini berarti bahwa salah satu ujung molekul berikatan dengan
dentin sedangkan yang lainnya (berpolimerisasi) berikatan
dengan resin komposit. Kekuatan perlekatan dari sistem ini
awalnya hanya 1 sampai 3 megapaskal yang memberikan efek
klinis sangat rendah. Bahan ini direkomendasikan terutama
untuk kavitas kecil, seperti kelas III dan kelas V.

GENERASI KEDUA

Merupakan pengembangan yang dilakukan pada bahan


adhesif yang berfungsi ganda untuk komposit dan mempunyai
daya lekat ke dentin lebih baik. Sistem generasi kedua ini
diperkenalkan pada akhir 1970-an. Sebagian besar generasi
kedua ini berisi ester-ester halophosphorous seperti bisphenol-A
glycidyl methacrylate, atau bisGMA, atau hydroxyethyl
methacrylate, atau HEMA. Mekanisme generasi kedua dari
sistem ini adalah terbentuknya ikatan ionik dengan kalsium
melalui kelompok-kelompok chlorophosphate. Generasi kedua ini
memiliki sifat yang lebih baik dibandingkan sistem generasi
pertama. Sebagai pengembangan bahan bonding sebelumnya,
maka di generasi kedua ini penghapusan smear layer menjadi
keharusan walaupun ada beberapa hal yang harus menjadi
pertimbangan. Salah satu perhatian utama dari sistem ini adalah
bahwa ikatan fosfat dengan kalsium pada dentin tidak cukup
kuat untuk menahan hidrolisis yang dihasilkan dari pembilasan
oleh air. Proses hidrolisis ini dapat menurunkan perlekatan resin
komposit dengan dentin dan menyebabkan microleakage. Karena
sistem ini awalnya tidak melibatkan dentin melalui pengetsaan,
maka sebagian besar bahan adhesif melekat pada smear layer.
Beberapa produk dari sistem generasi kedua ini dianggap dapat
melunakkan smear layer sehingga mampu meningkatkan
penetrasi resin. Namun, faktanya sistem ini menghasilkan
kekuatan ikatan yang lemah dengan dentin.

GENERASI KETIGA

Sistem generasi ketiga mulai dikenalkan sekitar tahun


1980-an yaitu penggunaan etsa asam pada dentin dan bahan
primer yang didesain untuk penetrasi ke tubulus dentin sebagai
metode untuk meningkatkan kekuatan perlekatan. Sistem ini
meningkatkan kekuatan perlekatan ke dentin sebesar 12MPa-
15MPa dan mengurangi terjadinya microleakage. Generasi ketiga
ini adalah "generasi" pertama yang terikat tidak hanya untuk
struktur gigi, tetapi juga untuk logam gigi dan keramik. Berbagai
penelitian menunjukkan bahwa retensi perekat dengan bahan-
bahan ini mulai menurun setelah 3 tahun. Untuk mengurangi
adanya sensitivitas setelah penumpatan pada gigi posterior,
beberapa dokter gigi mengaplikasikan basis sebelum dilakukan
penumpatan komposit.

GENERASI KEEMPAT
Penghilangan secara keseluruhan smear layer dicapai
dengan sistem bonding generasi keempat. Untuk menghasilkan
ikatan pada email dan dentin, Fusayama dkk melakukan etsa
dengan asam fosfat 40%. Sayangnya prosedur ini menyebabkan
kerusakan serat kolagen karena proses etsa yang tak terkontrol
pada dentin. Pada tahun 1982, Nakabayashi dkk melaporkan
pembentukan hybrid layer yang dihasilkan dari polimerisasi
metakrilat dan dentin. Hybrid layer didefinisikan sebagai struktur
yang Stomatognatic (J.K.G Unej) Vol. 7 No. 2 2010: 124-28 126
terbentuk dalam jaringan keras gigi (enamel, dentin, sementum)
oleh demineralisasi permukaan yang diikuti oleh infiltrasi dari
monomer dan kemudian mengalami polimerisasi. Penggunaan
teknik total etsa adalah salah satu ciri utama dari sistem bonding
generasi keempat. Teknik total etsa membolehkan etsa enamel
dan dentin secara simultan dengan menggunakan asam fosfat
selama 15 sampai 20 detik. Permukaan harus dibiarkan lembab
("ikatan basah"), untuk menghindari kerusakan kolagen (Gambar
1), penerapan bahan primer hidrofilik dapat masuk ke jaringan
kolagen yang terbuka membentuk hybrid layer (Gambar 2).
Sayangnya, "dentin lembab" tidak mudah didefinisikan secara
klinis dan dapat mengakibatkan ikatan yang kurang ideal jika
dentin tersebut kondisinya terlalu basah atau kering.

GENERASI KELIMA

Mulai dikenalkan pada pertengahan tahun 1990-an. Sistem


bonding ini bertujuan untuk menyederhanakan prosedur klinis
dengan mengurangi langkah aplikasi bonding dan
mempersingkat waktu kerja. Generasi kelima ini dikembangkan
untuk membuat penggunaan bahan bonding lebih dapat
diandalkan bagi para praktisi. Generasi kelima disebut one-bottle
yang merupakan kombinasi antara bahan primer dan bahan
adhesif dalam satu cairan untuk diaplikasikan setelah etsa
enamel dan dentin secara bersama-sama (the total-etch wet-
bonding technique) dengan 35-37% asam fosfat selama 15
sampai 20 detik. Sistem ini menghasilkan mechanical
interlocking melalui etsa dentin, terbentuknya resin tags,
percabangan bahan adhesif dan pembentukan hybrid layer serta
menunjukkan kekuatan perlekatan yang baik pada email dan
dentin.

GENERASI KEENAM

Mulai dikenalkan pada akhir tahun 1990-an hingga awal


tahun 2000-an. Watanabe dan Nakabayashi mengembangkan
self-etching primer yang merupakan larutan 20% phenyl-P dalam
30% HEMA untuk bonding email dan dentin secara bersama-
sama. Kombinasi antara etsa dan bahan primer merupakan suatu
langkah yang dapat mempersingkat waktu kerja, meniadakan
proses pembilasan etsa dengan air dan juga mengurangi risiko
kerusakan kolagen. Namun, self-etching primer juga memiliki
beberapa kelemahan. Sebagai contoh, penyimpanan larutan
harus diperhatikan supaya formulasi cairan tidak mudah rusak,
dan seringkali menyisakan smear layer diantara bahan adhesif
dan dentin. Efektivitas self-etching primer pada permukaan email
ternyata kurang kuat hasilnya bila dibandingkan etsa dengan
asam fosfat . Toida menyarankan bahwa penghilangan smear
layer dengan langkah etsa terpisah sebelum aplikasi bonding
akan menghasilkan perlekatan dengan dentin yang kuat dan
tahan lama. Generasi keenam ini mempunyai kekuatan bonding
yang lemah bila dibandingkan dengan generasi kelima atau
keempat.
GENERASI KETUJUH

Sistem Bonding Generasi ketujuh merupakan bahan


adhesif all in one yaitu kombinasi antara bahan etsa, bahan
primer, dan bonding dalam satu larutan. Mulai dikenalkan pada
akhir tahun 2002-an. Hasil penelitian di laboratorium
menunjukkan hasil bahwa generasi ini memiliki kekuatan
perlekatan dan penutupan daerah margin sama dengan sistem
generasi keenam.

Sumber:

Anusavice, Kenneth. 2003. Phillips Science of Dental Materials.


11th ed. Saunders.

Dwi Kartika A. 2015. Perkembangan Bonding Dalam Kemajuan


Restorasi Estetik. Bagian Ilmu Konservasi Gigi Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Jember. Jember. Indonesia
Power, John M, and Ronald L. Sakaguchi. 2006. Craigs Restorative
Dental Materials, 12th Edition. Mosby
Bird, Doni L and Debbie Robinson. 2005. Torres and Ehrlich Modern
Dental Assisting. 8th ed. Saunders.
Noort, Richard Van. 2008. Introduction to Dental Materials. 3rd
Edition. Elsevier
Baum, Llyoid and Richard B. Mccoy. 1985. Advanced Restorative
Dentistry. W. B. Saunders. Philadelphia

Anda mungkin juga menyukai