Disusun Oleh:
NIM : 10618091
Menurut O’Brian, 2002 Semen seng fosfat terdiri atas 2 bahan, yaitu
bahan powder dan bahan liquid :
a. Bahan bubuk (powder) terdiri atas seng oksida (zinc oxide) 90% dan oksida
magnesium (magnesium oxide) sebanyak 10%.
b. Bahan cairan (liquid) terdiri atas 33% air, asam fosfor, aluminium fosfat, seng
fosfat.
Pada manipulasi semen seng fosfat, rasio bubuk dan cairan tergantung
pada aplikasinya. Jika digunakan untuk basis membutuhkan konsistensi putty-
like dengan rasio bubuk dan cairan yang digunakan sekitar 3,5 : 1. Sedangkan
untuk luting dibutuhkan cairan yang lebih banyak, dengan jumlah rasio bubuk
dan cairan yang lebih rendah menyebabkan kekuatan antara molekul jauh lebih
lemah dalam cairan sehingga partikel memiliki mobilitas yang lebih besar.
Cairan dapat mengalir karena gerakan konstan dari partikel mereka yang relatif
terhadap satu sama lain berguna untuk mendapatkan flow dari semen sehingga
memudahkan selama proses pemasangan restorasi (McCabe and Walls 2008,
p.273).
Partikel zinc oxide yang tersisa atau tidak larut dalam asam fosfat
bereaksi dengan aluminium fosfat sehingga membentuk gel seng aluminofosfat.
Semen yang telah setting mengandung partikel zinc oxide yang tidak bereaksi
terbungkus di dalam matriks seng alumino fosfat (Anusavice et al. 2013, p.316).
Reaksi eksotermis dapat diatasi dengan cara:
a. Spreading atau pengadukan dengan area yang luas. Bubuk semen seng fosfat
yang mulai dicampurkan dengan cairan, terjadi pembasahan dan reaksi kimia.
Permukaan dari bubuk alkali larut oleh cairan yang asam menghasilkan
reaksi eksotermis. Dengan teknik spreading, panas yang ditimbulkan saat
reaksi dapat dibebaskan secara lebih efektif dengan pengadukkan semen yang
meliputi area luas pada glass slab. Teknik spreading juga membantu material
menjadi homogen karena membuat bubuk akan mudah bercampur dengan
cairan sehingga seluruh permukaan terbasahi dan menjadi homogen.
c. Penggunaan glass slab yang tebal dimaksudkan agar temperatur panas yang
dihasilkan dari reaksi eksotermis saat pengadukan semen dapat diserap
dengan baik sehingga temperatur panas bisa segera teratasi.
Initial setting time material biasanya terjadi dalam waktu 4-7 menit,
meskipun kekuatan terus meningkat untuk beberapa lama setelah itu. Standar
ISO memerlukan waktu setting maksimum 6 menit untuk luting dan 8 menit
untuk basis. (McCabe and Walls 2008, p. 275). Working time dan setting time
semen seng fosfat bergantung pada proses produksi pada pabrik. Namun ada cara
untuk dapat memperpanjang setting time sehingga manipulasi dapat dilakukan
dengan sempurna.
4. Temperatur glass slab yang dingin akan memperlambat reaksi kimia pada
bubuk dan cairan, dengan demikian dapat menghambat pembentukan
matriks. Penggunaan glass slab yang dingin dapat memperpanjang working
time. Maka, semakin dingin glass slab, setting time nya pun juga ikut lama
(Anusavice et al. 2013, p. 317).
BAB II
LAPORAN PRAKTIKUM
a. Alat
1) Nearbeken
2) Diagnostic set
3) Glass lab
4) Stopwatch
5) Spatula semen stainless steel
6) Timbangan analitik
7) Mortar dan pestle
8) Plastic Filling Instrument
b. Bahan
1) Handscoon
2) Masker
3) Vaselin
4) Powder dan liquid semen seng fosfat
5) Kertas lakmus
6) Spuit injeksi
7) Aquadest steril
8) Kapas
9) Alcohol
Gambar 4. Bubuk dan cairan semen seng fosfat, vaselin dental
E. Prosedur Kerja :
Manipulasi semen seng fosfat sebagai basis
a. Menyiapkan alat dan bahan.
b. Menggunakan masker dan handscoon.
c. Mengambil powder dan liquid ke glass lab, dengan proporsi sesuai
gambar pada tutup botol bubuk (rasio gambar liquid/powder pada tutup
sudah sesuai petunjuk pabrik)
Ukuran ratio sendok
takaran bubuk
Gambar 5. Ratio 1 sendok takar powder : 3 tetes cairan untuk konsistensi kental untuk basis
tumpatan.(1 sendok takar powder : 5 tetes cairan) untuk luting/perekat
d. Powder diletakkan di atas glass lab dan dibagi menjadi 3 (tiga) bagian.
1. Semen seng fosfat untuk basis yang sudah setting (sampel pada percobaan
manipulasi semen seng fosfat) digerus pada mortar menggunakan pestle
amalgam (pastikan mortar pastle bersih).
2. Serbuk sampel kurang lebih 1 gr (yang telah ditimbang menggunakan
timbangan analitik) kemudian di campur dengan aquadest steril sampai
terlarut seperti pasta (dijadikan sebagai kelompok 1). Mengukur larutan
tersebut dengan pH Universal.
3. Mengaduk semen seng fosfat untuk basis (sesuai petunjuk pabrik) selama
2 menit menggunakan glass lab dan spatula stainless steel, kemudian
dicampur dengan sedikit aquadest steril (yang diambil menggunakan spuit
injeksi) sampai terlarut seperti pasta (dijadikan sebagai kelompok 2).
Mengukur larutan tersebut dengan pH Universal.
4. Masukkan hasil pengamatan ke tabel dan bandingkan hasil kelompok 1
dan 2.
F. Hasil Praktikum
Pada praktikum kali ini juga dilakukan uji keasaman pada semen seng
fosfat yang mana pada semen seng fosfat yang telah diletakan dalam cetakan dan
ditunggu hingga setting kemudian dikeluarkan dalam cetakan dan dileletakan
dalam mortar pestle, semen seng fosfat sebagai basis digerus kurang lebih
sample sebanyak 1 gr. Kemudian serbuk dalam mortar dilarutkan dengan
aquadest, karena aquadest pH nya netral. Jika telah terlarut kertas lakmus
diletakkan pada larutan tersebut dan di dapatkan hasil kertas lakmus berwarna
merah muda (dijadikan sebagai kelompok 1). Pada kelompok ke-2 memanipulasi
dan mengaduk semen seng fosfat untuk basis selama 2 menit tanpa diletakan
dalam cetakan. Kemudian, semen seng fosfat setelah 2 menit pengadukan,
dilarutkan dengan aquadest steril, setelah itu kertas lakmus dimasukkan ke
dalam larutan tersebut. Didapatkan hasil kertas lakmus berwarna merah lebih tua.
Pada uji keasaman semen seng fosfat, didapatkan hasil yang berbeda
antara kelompok 1 dan 2. Pada kelompok 1 kertas lakmus berwarna merah muda
dikarenakan semen seng fosfat yang telah setting akan menjadi lebih basa
dibandingkan dengan semen seng fosfat yang diaduk lebih lama, yakni selama 2
menit yang kemudian dicampurkan dengan larutan aquadest
BAB IV
KESIMPULAN
Anusavice, K.J. 2013. Phillips’ Science of Dental Materials, 12th Ed. St. Louis
Missouri: Saunders Elsevier Ltd., pp. 316-7.
Gladwin, M. and Bagby, M. 2013. Clinical Aspects of Dental Materials. 4th ed.
Two Commerce Square. Philadelphia., p. 102
McCabe, J.F.and Walls, A.W.G. 2008. Applied Dental Material, 9th Ed. Oxford:
Blackwell Publishing Ltd., pp. 273, 275.
O’Brien W.J. 2002. Dental Material and Their Selection. 3rd ed. Michigan:
Quintessence Publishing Co Inc.