Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN SKILLS LAB BIOMATERIAL DAN TEKNOLOGI II

MANIPULASI SEMEN SENG FOSFAT

Disusun Oleh:

NAMA : Sonnia Miftakhul N.B

NIM : 10618091

PROGAM STUDI S1 KEDOKTERAN GIGI


FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA
KEDIRI
2019/2020
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
Semen seng fosfat pertama kali muncul dalam literatur pada tahun 1879.
Semen seng fosfat adalah bahan semen tertua sehingga mempunyai catatan
terpanjang. Semen ini menjadi tolak ukur bagi sistem-sistem yang lebih baru
(Anusavice et al. 2013, p.316).
Semen secara luas digunakan dalam kedokteran gigi untuk beragam
aplikasi. Beberapa produk terutama digunakan bagi orang lain untuk lapisan
sementara dengan menggunakan teknik aplikasi luting. Selain itu kelebihan
lainnya adalah digunakan untuk saluran akar penyegelan sebagai bagian dari
pengobatan endodontik dan beberapa semen juga spesifik dirumuskan sebagai
bahan filling (McCabe, 2008).
Semen gigi merupakan bahan penambal gigi pada mahkota gigi yang
hilang. Bahan tersebut berisi partikel dari keramik berbahan dasar seng oksida dan
magnesium oksida Secara umum ada empat macam semen gigi yang biasa dipakai
dalam dunia kedokteran gigi yaitu: semen seng fosfat (zinc phosphate cement),
semen polikarboksilat (polycarboxylate cement), semen gelas ionomer (glass
ionomer cement), dan semen seng oksida dan eugenol (zinc oxide and eugenol
cement) (Prastyo,dkk. 2012).

Menurut O’Brian, 2002 Semen seng fosfat terdiri atas 2 bahan, yaitu
bahan powder dan bahan liquid :
a. Bahan bubuk (powder) terdiri atas seng oksida (zinc oxide) 90% dan oksida
magnesium (magnesium oxide) sebanyak 10%.
b. Bahan cairan (liquid) terdiri atas 33% air, asam fosfor, aluminium fosfat, seng
fosfat.

Penggunaan semen seng fosfat antara lain:


1. Semen seng fosfat digunakan untuk luting inlay, crown, bridges, orthodontic
bands, dan pemakaian lainnya. Semen seng fosfat memiliki working time
panjang dibanding luting semen lainnya,
2. Semen seng fosfat juga digunakan sebagai material basis. Semen seng fosfat
bersifat asam, oleh karenanya pulpa butuh dilindungi dengan liner atau
varnish (Gladwin and Bagby 2013, p.102).  
3. Semen seng fosfat digunakan sebagai bahan tumpatan sementara yang
didasari oleh semen seng oksida yang dicampur dengan cairan asam fosfat
50%. Semen seng fosfat digunakan pada kavitas yang tidak terlalu besar dan
kekuatan pengunyahan yang dipusatkan pada daerah gigi tersebut tidak
boleh terlalu besar. Untuk menjamin kestabilan dan kekuatan tumpatan
sementara serta mencegah fraktur dari sisa cups di sekeliling kavitas yang
besar, bahan ini digunakan bersama plat tembaga lembut yang dipotong dan
dibentuk yang kemudian disemenkan di sekeliling mahkota dan tumpatan
sementara menggunakan semen yang sama (Ricardo, 2004).
Semen seng fosfat memiliki sifat sebagai berikut:
1. Compressive strength 104 MPa dan tensile strength 5,5 Mpa kekuatan ini
dapat berubah tergantung dengan perbandingan bubuk dan cairan yang
digunakan. Pemakaian bubuk semen yang optimal akan menambah kekuatan
sedangkan penurunan rasio bubuk dan cairan akan mengurangi sifat fisis
dan kekuatan mekanisnya (Anusavice, 2003).
2. Modulus elastisitas 13 Gpa, sehingga cukup kaku dan seharusnya dapat
menahan perubahan bentuk elastik bahkan jika digunakan untuk sementasi
restorasi yang terkena tekanan pengunyahan yang besar (Anusavice, 2003).
3. Daya larut semen seng fosfat di dalam air yang relatif lebih rendah jika dites
menurut spesifikasi ADA (Anusavice, 2003).
4. Retensi : Pengerasan semen seng fosfat tidak melibatkan reaksi apapun
dengan jaringan keras di sekitarnya atau bahan restorati lainnya. Oleh sebab
itu, ikatan utamanya merupakan kunci mekanis pada kedua permukaan dan
bukan oleh karena interaksi kimia (Anusavice, 2003).
5. Sifat biologis : Asam fosfor dalam cairan semen seng fosfat memiliki nilai
keasaman yang  cukup tinggi. Dua menit setelah pengadukan, pH semen
seng fosfat berkisar 2, kemudian naik dengan cepat sekitar 5,5 setelah 24
jam. Adukan yang terlalu encer akan menyebabkan pH semen seng fosfat
menjadi lebih rendah pada waktu yang lama. Keasaman ini akan
mengakibatkan kerusakan pulpa, dan pada semen seng fosfat yang cairannya
terbuat dari asam fosfor radioaktif menunjukkan bahwa asam dari semen
dapat menembus ketebalan dentin sampai sebesar 1, 5 mm. Jika dentin yang
terletak di bawah semen tidak dilindungi terhadap penembusan asam
melalui tubulus dentin, dapat terjadi cidera pulpa (Anusavice, 2003).

Kelebihan seng fosfat yaitu:

a) Penampilan semen yang baik


b) Kecepatan dan kemudahan penggunaan
c) Aliran cukup untuk membentuk lapisan tipis untuk penyemenan
mahkota, gigi tiruan sebagaian dan inlay 
d) Konduktivitas termal lebih rendah dibandingkan bahan restorasi
logam.
Semen gigi ini mempunyai beberapa kelebihan, diantaranya dapat
memisahkan diri di dalam asam sehingga menciptakan semen seng fosfat dan
ketika kering akan menjadi keras dan tahan air.

Kekurangan seng fosfat yaitu:

a) Kekuatan menghancurkan rendah yang bervariasi antara 12.000 dan


19.000 psi
b) Larut dalam cairan mulut meskipun dengan intensitas rendah 
c) Bahan yang opaque tidak cocok untuk daerah yang terlihat.
Selain kelebihan tersebut, semen seng fosfat juga memiliki beberapa
kelemahan, diantaranya waktu pembentukan semen yang relative cukup lama
serta kekuatan tekan dan kekerasan relative lebih kecil (Prastyo,dkk. 2012)

Pencampuran semen sebagai luting ini harus dimulai dengan


memasukkan bagian bubuk yang paling kecil dengan menggunakan spatula tipis
dan spatulasi cepat. Sebagian besar area lempeng pencampuran harus digunakan
untuk mengeluarkan panas. Aturan yang baik untuk diikuti adalah memercikkan
setiap penambahan bubuk selama 15 sampai 20 detik sebelum menambahkan
kenaikan lainnya, dan semua pencampuran harus diselesaikan dalam waktu 1,5
sampai 2 menit. Setelah bubuk itu benar-benar digabungkan dan campuran yang
lembut telah dibuat, semen diambil dengan pisau datar dari spatula. Jika semen
dapat diangkat 12 mm (1/2 inci) sampai 19 mm (~3/4 inci) sebelum dipisah dari
spatula, semen dianggap cukup cair untuk memperkuat prostesis. Jika bentukan
tali melebihi 19 mm, semen terlalu kental untuk tempat prostesis yang tepat dan
campuran lainnya harus dilakukan. Setelah prostesis dilapisi dengan semen dan
dipasang, harus dipegang di bawah tekanan sampai setting. Bidang operasi harus
tetap kering selama seluruh prosedur. (Anusavice et al. 2013, p.316).

Manipulasi semen seng fosfat sebagai basis hampir sama dengan


manipulasi semen seng fosfat sebagai luting. Hal yang membedakan manipulasi
semen seng fosfat sebagai basis dan luting adalah w/p ratio, mixing times, dan
final consistency. Rasio bubuk dan cairan semen seng fosfat sebagai basis lebih
besar dibandingkan sebagai luting. Konsistensi semen seng fosfat sebagai basis
dicapai ketika adonan semen seng fosfat menyerupai bentuk putty dan dibentuk
menjadi bola atau bulatan dan tidak melekat pada glass slab (Scheller-Sheridan
2010, p.115).

Pada manipulasi semen seng fosfat, rasio bubuk dan cairan tergantung
pada aplikasinya. Jika digunakan untuk basis membutuhkan konsistensi putty-
like dengan rasio bubuk dan cairan yang digunakan sekitar 3,5 : 1. Sedangkan
untuk luting dibutuhkan cairan yang lebih banyak, dengan jumlah rasio bubuk
dan cairan yang lebih rendah menyebabkan kekuatan antara molekul jauh lebih
lemah dalam cairan sehingga partikel memiliki mobilitas yang lebih besar.
Cairan dapat mengalir karena gerakan konstan dari partikel mereka yang relatif
terhadap satu sama lain berguna untuk mendapatkan flow dari semen sehingga
memudahkan selama proses pemasangan restorasi (McCabe and Walls 2008,
p.273).

Partikel zinc oxide yang tersisa atau tidak larut dalam asam fosfat
bereaksi dengan aluminium fosfat sehingga membentuk gel seng aluminofosfat.
Semen yang telah setting mengandung partikel zinc oxide yang tidak bereaksi
terbungkus di dalam matriks seng alumino fosfat (Anusavice et al. 2013, p.316).
Reaksi eksotermis dapat diatasi dengan cara:
a. Spreading atau pengadukan dengan area yang luas. Bubuk semen seng fosfat
yang mulai dicampurkan dengan cairan, terjadi pembasahan dan reaksi kimia.
Permukaan dari bubuk alkali larut oleh cairan yang asam menghasilkan
reaksi eksotermis. Dengan teknik spreading, panas yang ditimbulkan saat
reaksi dapat dibebaskan secara lebih efektif dengan pengadukkan semen yang
meliputi area luas pada glass slab. Teknik spreading juga membantu material
menjadi homogen karena membuat bubuk akan mudah bercampur dengan
cairan sehingga seluruh permukaan terbasahi dan menjadi homogen.

b. Pada saat sebelum melakukan pencampuran semen, bubuk semen dibagi


menjadi beberapa porsi kecil terhadap cairan, cara ini dilakukan agar panas
dapat dilepaskan dan mudah menguap (berkurang). Teknik ini juga dilakukan
untuk menunda sedikit setting time dan menciptakan lebih banyak working
time (McCabe and Walls 2008, p. 273).

c. Penggunaan glass slab yang tebal dimaksudkan agar temperatur panas yang
dihasilkan dari reaksi eksotermis saat pengadukan semen dapat diserap
dengan baik sehingga temperatur panas bisa segera teratasi.

d. Pencampuran semen di atas glass slab yang didinginkan akan mengurangi


efek eksotermis sehingga memungkinkan tercapainya konsistensi yang benar.
Bahan bahan yang digunakan dalam prosedur pencampuran yang normal
memiliki setting time yang cukup untuk sementasi inlays dan crown. Namun,
dalam penyemenan orthodontic bands, waktu kerja yang singkat
memungkinkan penyemenan hanya beberapa band dalam satu kali
pencampurran dan setting time yang terlalu lama untuk kenyamanan klinis.
Frozen slab method telah dikembangkan untuk mengatasi kesulitan ini.

Initial setting time material biasanya terjadi dalam waktu 4-7 menit,
meskipun kekuatan terus meningkat untuk beberapa lama setelah itu. Standar
ISO memerlukan waktu setting maksimum 6 menit untuk luting dan 8 menit
untuk basis. (McCabe and Walls 2008, p. 275). Working time dan setting time
semen seng fosfat bergantung pada proses produksi pada pabrik. Namun ada cara
untuk dapat memperpanjang setting time sehingga manipulasi dapat dilakukan
dengan sempurna.

Berikut ini adalah empat prosedur yang dapat memperpanjang setting


time semen seng fosfat (Anusavice et al. 2013, p. 317):

1. Rasio bubuk dan cairan dapat diturunkan untuk dapat memperpanjang


working time dan setting time. Tetapi penurunan rasio bubuk dan cairan akan
mempengaruhi sifat fisik dan menghasilkan semen dengan pH awal yang
rendah (Anusavice et al. 2013, p. 317).

2. Semen dicampurkan secara bertahap dengan memasukkan jumlah bubuk


sedikit demi sedikit ke dalam cairan. Dengan begitu dapat mengurangi
keasaman cairan dan memperlambat laju reaksi. Sementara itu, panas yang
dihasilkan dari reaksi akan hilang selama proses pengadukan. Namun,
apabila pada awal mula pencampuran bubuk diberikan langsung dengan
jumlah yang banyak, maka panas yang dihasilkan tidak dapat mencegah
percepatan reaksi. Sehingga dapat memungkinkan terjadinya peningkatan
working time dan setting time (Anusavice et al. 2013, p. 317).

3. Manipulasi dengan memperpanjang waktu pengadukan akan membuat matriks


zinc oxide menjadi lebih mudah hancur sehingga membutuhkan waktu yang
lama untuk menyusun kembali matriks tersebut. Sehingga working time dan
setting time dapat dicapai lebih lama(Anusavice et al. 2013, p. 317).

4. Temperatur glass slab yang dingin akan memperlambat reaksi kimia pada
bubuk dan cairan, dengan demikian dapat menghambat pembentukan
matriks. Penggunaan glass slab yang dingin dapat memperpanjang working
time. Maka, semakin dingin glass slab, setting time nya pun juga ikut lama
(Anusavice et al. 2013, p. 317).
BAB II
LAPORAN PRAKTIKUM

A. Tanggal praktikum : 10 dan 11 Maret 2020

B. Tempat praktikum : Dental simulator dan Lab.IMTKG

C. Waktu praktikum : 12.40 – 15.30 WIB.

D. Alat dan Bahan :

a. Alat
1) Nearbeken
2) Diagnostic set
3) Glass lab
4) Stopwatch
5) Spatula semen stainless steel
6) Timbangan analitik
7) Mortar dan pestle
8) Plastic Filling Instrument

b. Bahan
1) Handscoon
2) Masker
3) Vaselin
4) Powder dan liquid semen seng fosfat
5) Kertas lakmus
6) Spuit injeksi
7) Aquadest steril
8) Kapas
9) Alcohol
Gambar 4. Bubuk dan cairan semen seng fosfat, vaselin dental

E. Prosedur Kerja :
Manipulasi semen seng fosfat sebagai basis
a. Menyiapkan alat dan bahan.
b. Menggunakan masker dan handscoon.
c. Mengambil powder dan liquid ke glass lab, dengan proporsi sesuai
gambar pada tutup botol bubuk (rasio gambar liquid/powder pada tutup
sudah sesuai petunjuk pabrik)
Ukuran ratio sendok
takaran bubuk

Ukuran ratio jumlah tetes


cairan

Gambar 5. Ratio 1 sendok takar powder : 3 tetes cairan untuk konsistensi kental untuk basis
tumpatan.(1 sendok takar powder : 5 tetes cairan) untuk luting/perekat
d. Powder diletakkan di atas glass lab dan dibagi menjadi 3 (tiga) bagian.

Gambar 6. Semen seng fosfat


e. Pencampuran powder dan liquid dilakukan sedikit demi sedikit pada glass
lab dingin (21ᵒC).
f. Menyiapkan stopwatch, saat pencampuran dimulai stopwatch dinyalakan.
g. Powder semen seng fosfat bagian pertama dimasukkan ke dalam liquid
dan diaduk menggunakan spatula semen secara memutar, menekan dan
spreading (gerakan meluas) selama 10 detik (sesuai aturan pabrik) kemudian
langsung diteruskan dengan bagian kedua ditambahkan dan diaduk dengan
cara yang sama. Demikian seterusnya sampai semua bubuk semen seng
fosfat habis teraduk dan homogen.

Gambar 7. Manipulasi semen seng fosfat


h. Powder dan liquid semen seng fosfat diaduk hingga homogen diperlukan
waktu 30 detik sampai putty like consistency (Ukur waktu initial setting
menggunakan stopwatch).
i. Setelah dilakukan pencampuran dan didapatkan konsistensi tersebut,
adonan dimasukkan ke dalam cetakan menggunakan plastic filling
instrument, kemudian merapikan dengan kapas lembab yang dibasahi dengan
alcohol.
j. Tunggu sampai semen dalam cetakan mengeras sehingga dapat dilepas
dari cetakan (final setting).
k. Mengukur waktu setting dihitung dari pengadukan sampai semen menjadi
keras (initial+final setting) menggunakan stopwatch.
l. Hasil pekerjaan dilepas dari cetakan, dimasukkan ke plastik klip dan diberi
nama, kemudian dikumpulkan ke instruktur.

Manipulasi semen seng phospat luting

a. Menyiapkan alat dan bahan.


b. Menggunakan masker dan handscoon
c. Mengambil powder dan liquid ke glass lab, dengan proporsi sesuai
gambar pada tutup botol bubuk (rasio gambar liquid/powder pada tutup
sudah sesuai petunjuk pabrik)
d. Powder diletakkan di atas glass slab dan dibagi menjadi 6 (enam) bagian
e. Pencampuran powder dan liquid dilakukan sedikit demi sedikit pada glass
slab dingin (21ᵒC).
f. Menyiapkan stopwatch, saat pencampuran dimulai stopwatch dinyalakan
g. Powder semen seng fosfat bagian pertama sampai bagian ketiga
dimasukkan ke dalam liquid dan diaduk menggunakan spatula semen secara
memutar, menekan dan spreading selama 10 detik (sesuai aturan pabrik)
kemudian langsung diteruskan dengan bagian keempat ditambahkan dan
diaduk dengan cara yang sama. Demikian seterusnya sampai semua powder
semen seng fosfat habis teraduk dan homogen.
h. Campuran seng fosfat yang bisa ditarik 12 sampai 19 mm tanpa putus
menandakan campuran sudah siap untuk luting.

Gambar 8. Konsistensi semen seng fosfat luting


Persiapan sampel uji keasaman seng phospat

1. Semen seng fosfat untuk basis yang sudah setting (sampel pada percobaan
manipulasi semen seng fosfat) digerus pada mortar menggunakan pestle
amalgam (pastikan mortar pastle bersih).
2. Serbuk sampel kurang lebih 1 gr (yang telah ditimbang menggunakan
timbangan analitik) kemudian di campur dengan aquadest steril sampai
terlarut seperti pasta (dijadikan sebagai kelompok 1). Mengukur larutan
tersebut dengan pH Universal.
3. Mengaduk semen seng fosfat untuk basis (sesuai petunjuk pabrik) selama
2 menit menggunakan glass lab dan spatula stainless steel, kemudian
dicampur dengan sedikit aquadest steril (yang diambil menggunakan spuit
injeksi) sampai terlarut seperti pasta (dijadikan sebagai kelompok 2).
Mengukur larutan tersebut dengan pH Universal.
4. Masukkan hasil pengamatan ke tabel dan bandingkan hasil kelompok 1
dan 2.
F. Hasil Praktikum

Manipulasi semen seng fosfat luting Uji keasaman bagian pertama

Manipulasi semen seng fosfat basis Uji keasaman bagian kedua

Berhasil menjadi seperti dempul Lakmus biru menjadi merah


BAB III
PEMBAHASAN

Pada praktikum yang telah dilakukan manipulasi semen seng fosfat


sebagai basis, luting, dan uji keasaman. Ada beberapa perbedaan dalam
manipulasi semen seng fosfat sebagai basis dan luting. Semen seng fosfat yang
dimanipulasi sebagai basis mempunyai rasio liquid yang lebih sedikit daripada
semen seng fosfat sebagai luting. Sehingga konsistensi semen seng fosfat sebagai
basis menyerupai bentuk putty, sedangkan konsistensi semen seng fosfat sebagai
luting lebih encer dan lebih flow serta menyerupai tali apabila semen seng fosfat
ditarik keatas menggunakan spatula semen.
Rasio yang digunakan untuk semen sebagai basis dengan perbandingan
powder 1 dan liquid 3 tetes, dan sedangkan pada manipulasi semen seng fosfat
untuk lutting dengan rasio powder 1 liquid 5 tetes.
Powder dan liquid semen seng fosfat apabila dicampur, maka akan
menghasilkan reaksi eksotermis karena powder yang bersifat alkali akan larut
pada liquid atau cairan yang bersifat asam. Oleh karena itu, ada beberapa cara
untuk mengurangi sifat eksotermis yang terjadi, yaitu Pertama, melakukan
gerakan spreading agar pengadukan terjadi pada daerah yang luas. Kedua,
menggunakan glass slab tebal. Ketiga, menggunakan glass slab yang
didinginkan. Dan keempat, membagi bubuk menjadi beberapa bagian.
Pada praktikum semen seng fosfat kali ini, dilakukan manipulasi dan
melihat setting time pada semen seng fosfat yang dimanipulasi sebagai luting dan
basis. Pada percobaan pertama didapatkan berhasil untuk manipulasi semen
seng fosfat sebagai luting yang didapatkan waktu setting time 1 menit lebih 5
detik dan semen fosfat dapat ditarik sepanjang kira-kira 12-19 mm. Pada
percobaan manipulasi semen seng fosfat sebagai basis didapatkan setting time 3
menit lebih 20 detik, waktu setting lama dikarenakan liquid seng fosfat lebih
banyak dari pada powder seng fosfat.

Pada praktikum kali ini juga dilakukan uji keasaman pada semen seng
fosfat yang mana pada semen seng fosfat yang telah diletakan dalam cetakan dan
ditunggu hingga setting kemudian dikeluarkan dalam cetakan dan dileletakan
dalam mortar pestle, semen seng fosfat sebagai basis digerus kurang lebih
sample sebanyak 1 gr. Kemudian serbuk dalam mortar dilarutkan dengan
aquadest, karena aquadest pH nya netral. Jika telah terlarut kertas lakmus
diletakkan pada larutan tersebut dan di dapatkan hasil kertas lakmus berwarna
merah muda (dijadikan sebagai kelompok 1). Pada kelompok ke-2 memanipulasi
dan mengaduk semen seng fosfat untuk basis selama 2 menit tanpa diletakan
dalam cetakan. Kemudian, semen seng fosfat setelah 2 menit pengadukan,
dilarutkan dengan aquadest steril, setelah itu kertas lakmus dimasukkan ke
dalam larutan tersebut. Didapatkan hasil kertas lakmus berwarna merah lebih tua.
Pada uji keasaman semen seng fosfat, didapatkan hasil yang berbeda
antara kelompok 1 dan 2. Pada kelompok 1 kertas lakmus berwarna merah muda
dikarenakan semen seng fosfat yang telah setting akan menjadi lebih basa
dibandingkan dengan semen seng fosfat yang diaduk lebih lama, yakni selama 2
menit yang kemudian dicampurkan dengan larutan aquadest
BAB IV

KESIMPULAN

Semen seng fosfat yang dimanipulasi sebagai luting memiliki konsistensi


yang lebih encer daripada semen seng fosfat yang dimanipulasi sebagai basis.
Semen seng fosfat yang dimanipulasi sebagai luting memiliki setting time yang
lebih lama daripada semen seng fosfat yang dimanipulasi sebagai basis.

Jika digunakan untuk luting membutuhkan konsistensi putty-like


consistenc dengan rasio bubuk dan cairan yang digunakan sekitar 5: 1. Dengan
indikator bias ditarik tanpa putus sepanjang 12-19mm Sedangkan untuk basis
dibutuhkan rasio bubuk dan liquid yaitu 3:1, dengan konsistensi adonan
manipuasi seperti dempul.
Pada uji keasaman semen seng fosfat, kelompok 1 kertas lakmus
berwarna merah muda dikarenakan semen seng fosfat yang telah setting akan
menjadi lebih basa dibandingkan dengan semen seng fosfat yang diaduk selama
2 menit.
DAFTAR PUSTAKA

Anusavice, K.J. 2013. Phillips’ Science of Dental Materials, 12th Ed. St. Louis
Missouri: Saunders Elsevier Ltd., pp. 316-7.

Gladwin, M. and Bagby, M. 2013. Clinical Aspects of Dental Materials. 4th ed.
Two Commerce Square. Philadelphia., p. 102

McCabe, J.F.and Walls, A.W.G. 2008. Applied Dental Material, 9th Ed. Oxford:
Blackwell Publishing Ltd., pp. 273, 275.

O’Brien W.J. 2002. Dental Material and Their Selection. 3rd ed. Michigan:
Quintessence Publishing Co Inc.

Scheller-Sheridan, C. 2010. Basic Guide to Dental Materials. New Delhi: Aptara


Inc., pp. 115.

Anda mungkin juga menyukai