Anda di halaman 1dari 14

KATA PENGENTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT karena berkat rahmat dan karunia-NYA
sehingga maka penulis dapat menyusun makalah. Shalawat beriring salam tidak lupa penulis
sampaikan kepada nabi Muhammad S.A.W yang selalu mengajarkan kita untuk senantiasa
menuntut ilmu.
Makalah ini berjudul Manipulasi Base Plate Wax yang disusun dari berbagai sumber
tulisan. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah ILMU MATERIAL
TEKNOLOGI KEDOKTERAN GIGI (IMTKG).
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah
membantu selesainya penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari segala pihak. Namun, besar
harapan penulis semoga makalah ini berguna bagi penulis dan segala pihak yang membacanya.
Aamiin.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Padang, April 2017

Penulis

1
DAFTAR ISI

BAB I

Pembahasan .......................................................................................................... 3

1.1 latar belakang ..................................................................................................3

1.2 tujuan................................................................................................................5

BABII

2.1 Sifat ......................................6

2.2 Distorsi.............................................................................................................8

BABIII

3.1 Alat dan Bahan.................................................................................................9

3.2 Cara Kerja.........................................................................................................9

BABIV

4.1 Hasil................................................................................................................12

4.2 Pembahasan....................................................................................................13

BAB V

Penutup ................................................................................................................14

5.1 Kesimpulan.....................................................................................................14

Daftar Pustaka......................................................................................................15

2
BAB I
PEMBAHASAN
1.1 Latar Belakang
Malam gigi banyak digunakan dalam aspek kedokteran gigi baik di klinis maupun
laboratoris. Malam gigi secara luas dapat diklasifikasi menjadi malam pemprosesan, malam
pola, dan malam cetak (Powers dan Sakaguchi, 2006).
Malam pola adalah malam yang digunakan untuk membuat model dari restorasi gigi
seperti mahkota jaket atau gigi tiruan sebagian dengan menggunakan teknik lost-wax.
Malam gigi yang termasuk kedalam klasifikasi malam pola salah satunya ialah baseplate
wax (Craig dan Powers, 2004).
Baseplate wax adalah material untuk menghasilkan kontur dari sebuah basis gigi tiruan
setelah gigi diletakkan pada posisinya sebelum pada akhirnya akan tersusun pola untuk
membentuk gigi tiruan berbasis plastis (Powers dan Sakaguchi, 2006).
Berbagai komposisi baseplate wax dapat ditemukan pada
banyak literatur. Menurut Powers dan Sakaguchi (2006) komposisi baseplate wax terdiri dari
70-80% parafin atau seresin, dengan sedikit campuran malam lain (malam lebah,
mikrokristalin, malam sintetik), resin, dan bahan tambahan lain untuk mendapatkan sifat
yang diinginkan. Baseplate wax yang beredar di Indonesia sebagian besar merupakan
produk impor. Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan alam berlimpah,
parafin dan malam lebah sebagai komponen utama baseplate wax banyak terdapat di
Indonesia (Irnawati, 2003 sit Yuniarti, 2012). Penelitian tentang baseplate wax dengan
komponen malam lokal telah dilakukan sebelumnya mengenai pengaruh komposisi dengan
rasio parafin dan malam lebah terhadap daya alir baseplate wax. Hasil dari penelitian
tersebut menunjukkan bahwa rasio komposisi baseplate wax memiliki daya alir sesuai
dengan standar American National
Standard/American Dental Association (ANSI/ADA) No 24 dengan rasio parafin dan malam
lebah 77,5:12,5 (Yuniarti, 2012).
Sifat seperti kekerasan, rentang leleh, dan daya alir dipengaruhi oleh jenis malam yang
dicampur dan struktur molekul dalam pencampuran (Craig dkk., 2000). Baseplate wax
memiliki sifat ideal yang harus dipenuhi salah satunya memiliki daya alir sesuai standar
ANSI/ADA Spesifikasi No 24 (Powers dan Sakaguchi, 2006). Spesifikasi ANSI/ADA No 24
membagi baseplate wax ke dalam tiga tipe yaiu tipe I, II, dan III. Tiap tipe memiliki

3
perbedaan pada persentase daya alir yang diukur pada suhu ruang, suhu mulut dan pada suhu
45oC. Perbedaan daya alir ini akan memberikan keuntungan pada aplikasi tertentu
(Anusavice, 2003).
Perubahan dimensi pada baseplate wax terjadi akibat variasi suhu yang diaplikasikan
menjadi penting, karena baseplate wax sebagai tempat penyusunan gigi pada gigi tiruan
harus membentuk kontur yang baik (Powers dan Sakaguchi, 2006).
Perlu diteliti pengaruh suhu terhadap daya alir baseplate wax dengan komponen malam
lokal. Penelitian sebelumnya dilakukan oleh Yuniarti (2012) menggunakan baseplate wax
komponen malam lokal dengan rasio parafin dan malam lebah 77,5:12,5 telah diteliti daya
alirnya pada suhu 23oC, tetapi belum diketahui daya alir baseplate wax dengan komposisi
tersebut pada suhu mulut (37oC) dan suhu 45oC.
Wax adalah material termoplastik, berbentuk padat pada suhu kamar tetapi meleleh tanpa
mengalami dekomposisi dan membentuk cairan kental pada suhu yang lebih tinggi. Dental
wax terdiri dari campuran dari material termoplastik yang dapat dilunakkan dengan
pemanasan dan dikeraskan dengan pendinginan. Komponen utama komposisi dental wax
adalah natural, dan sintetis. (Applied Dental Material,John F.McCabe,hal 40)
Sintetis wax berasal dari sintesis kimia dari molekul natural wax. Pada dasarnya, sintetis
wax lebih homogen dan lebih murni dari natural wax. Pewarnaan juga ditambahkan untuk
menambahkeestetikan. Beberapa juga terkandung filler yang kompatibel untuk mengontrol
ekspansi dan shrinkage dari produk. (Philips` Science of Dental Material,Anusavice,hal
285).

1. Tipe Wax
Malam kedokteran gigi dapat diklasifikasikan menjadi 2, yaitu pattern wax dan
processing wax.
1. Pattern wax adalah malam yang digunakan untuk membuat bentukan-bentukan saat
restorasi atau aplikasi-aplikasi lain. Syarat material pattern wax :
Pattern wax harus tepat sesuai bentuk, ukuran, dan kontur dari aplikasi yang akan
dikonstruksi.
Tidak ada perubahan dimensi pada pattern wax setelah pembentukan
Setelah pembentukan casting mould, wax harus bisa dilepas melalui perebusan,
atau pembakaran tanpa meninggalkan residu.( Applied Dental Materials, John
McCabe,hal40)
Pattern waxes terdiri dari casting wax, baseplate wax, dan inlay wax.
- Casting wax

4
- Baseplate wax
a. Umum : Baseplate wax digunakan terutama untuk membuat oklusi rims dan untuk
menahan gigi buatan untuk baseplates selama pembuatan gigi palsu.
b. Bahan : Baseplate adalah terutama terdiri dari bees wax, parafin, dan bahanpewarna,
yang dicampur bersama, dilemparkan ke dalam blok, dan digulungmenjadi lembaran.
Lembarannya berwarna merah atau pink, mempunyai lebar 3inci dan panjang 6 inci.
Baseplate wax relatif keras dan sedikit rapuh pada suhukamar tetapi menjadi lembut dan
lentur ketika dipanaskan.
c. Penggunaan : Baseplate wax harus mampu menahan gigi porselen atau akrilik,pada
temperatur normal ruangan maupun pada temperatur mulut.
d. Jenis : Ada dua jenis baseplate wax yang tercantum dalam katalog FederalSupply,yaitu
keras dan menengah. Jenis keras cocok untuk digunakan di iklimhangat tetapi cenderung
retak dan mengelupas pada suhu rendah. Jenis media inicocok untuk digunakan pada
suhu rendah tetapi mengalir berlebihan pada suhu tinggi.

1.2 Tujuan
Untuk mengetahui bagaimana cara memanipulasi dental base plate wax dan mengetahui
setiap cara kerja dari peratikum ini.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sifat
Secara umum wax memiliki sifat-sifat fisis yang seperti temperatur transisi solid-solid,
thermal ekspansi dan kontraksi, flow dan tekanan internal sedangkan sifat mekanis seperti

5
tekanan residual dan ductility.
1. Suhu transisi padat-padat
Suhu transisi padat-padat ini diperoleh dengan memanaskan malam secara merata hingga
masa malam lunak dan merupakan saat yang tepat untuk memanipulasi malam. Keadaan
ini disebabkan karena kisis kristal yang stabil (orthombik) berubah menjadi bentuk
heksagonal yang terjadi di bawah titik cair malam. Malam yang tetap kaku pada suhu
mulut mempunyai suhu transisi padat-padat di atas suhu 37 C.
2. Ekspansi dan Kontraksi Termis
Koefisien ekspansi termis malam lebih tinggi dari bahan kedokteran gigi lainnya. Malam ini
berekspansi sebanyak 0,7% dengan kenaikan temperatur 20 C atau berkontraksi sebesar
0.35% bila didinginkan dari 37 C menjadi 25 C. Koefisien ekspansi termal linier rata-rata di
atas kisaran temperatur tersebut adalah 350*10-6 per derajat C. Hal ini dapat menyebabkan
kesalahan pada pola atau desain sewaktu didinginkan dari suhu cairnya ke suhu kamar.
Ekspansi dan kontraksi sewaktu pemanasan ini dapat menyebabkan hasil yang diperoleh
sedikit berbeda dari dimensi ukuran yang sebenarnya.
Jumlah perubahan dimensi karena pemanasan dipengaruhi oleh berbagai cara penanganan
malam. Jika malam dibiarkan dingin tanpa diberi tekanan, suhu transisi tidak begitu nyata jika
malam dipansakann kembali,demikian pula perubahan koefisien linier dari ekspansi termal
tidak begitu besar.
3. Aliran (flow)
Sifat aliran suatu malam sangat menentukan dalam menghasilkan detil cetakan yang
sempurna. Sifat aliran pada setiap malam berbeda-beda sesuai dengan penggunaannya di
kedokteran gigi. Sifat aliran malam dan campuran malam meningkat apabila suhu naik sampai
di atas suhu transisi padat-padat.
4. Tegangan dalam ( internal stress)
Tegangan dalam adalah tegangan yang timbul pada malam yang diakibatkan adanya
pemanasan malam yang tidak merata. Malam yang mengalami internal stress akan mengalami
distorsi apabila dilakukan pemanasan ulang. Malam mempunya kenduktivitas termal yang
rendah, sehingga membuatnya sulit untuk mencapai pemanasan yang merata. Jika malam
dicetak atau dibentuk tanpa pemanasan adekuat di atas suhu transisi padat-padat, akan muncul
stress pada bahan. Jika setelah itu malam dipanaskan, stress akan terlepas dan menghasilkan

6
distorsi.
5. Melting range (rentang leleh)
Wax mungkin mengandung beberapa tipe molekul yang masing-masing molekul tersebut
memiliki rentang berat molekul sehingga wax memiliki melting range (rentang leleh) daripada
melting point (rentan leleh).
6. Residual stress
Perubahan dimensi yang dihasilkan dari pemanasan dari contoh lilin yang dibentuk
berdasarkan kompresi atau ketegangan dan dijelaskan dengan contoh malam ketika dilakukan
kompresi selama pendinginan,atom dan molekulnya dipaksa lebih dekat
daripada ketika mereka berada pada keadaan tanpa tekanan eksternal. Setelah malam contoh
itu mencapai suhu ruangan dan tanpa diberi beban, gerakan molekul-molekul terbatas, dan
keterbatasan inilah yang menjadi residual stress pada malam contoh.
7. Ductility
Seperti sifat flow, ductility juga meningakat bersamaan dengan meningkatnya suhu pada
malam. Secara umum.malam dengan suhu lebur lebih rendah memiliki ductility lebih besar
daripada suhu lebur yang tinggi.
Ductility pada malam campuran sangat dipengaruhi oleh suhu lebur dari komponen malam.
Secara umum, malam campuran yang komponennya memiiki meltig ranges yang lebih luas
akan memiliki ductility yang yang lebih besar daripada malam campuran yang memiliki
melting range yang lebih sempit(narrows).
(Restorative Dental Material,hal 433-435)

2.2 DISTORSI

Distorsi pada malam kemungkinan menjadi masalah yang dapat terjadi saat pembentukan
maupun pelepasan bentukan dari mulut atau die. Distorsi bisa disebabkan karena perubahan
suhu, dan relaksasi dari tegangan yang disebabkan oleh kontraksi saat pendinginan, udara

7
yang tersumbat, pencetakan, pengukiran, pelepasan,serta waktu dan suhu penyimpanan.
Faktor-faktor yang menyebabkan distorsi antara lain:
1. Internal Stress
Wax dimanipulasi tanpa dilakukan pemanasan yang cukup hingga diatas suhu
transisi padat-padat sehingga dapat terjadi tekanan yang sangat besar pada material.
Tekanan ini disebut dengan internal stress.
Stress ini timbul dari kontraksi pada saat pendinginan, udara yang terjebak
mengakibatkan perubahan bentuk(distorsi) selama molding serta waktu dan suhu selama
penyimpanan. Tekanan yang dilepaskan oleh wax tersebut pada saat didiamkan
menimbulkan suatu kontraksi.
2. Elastic memory
Saat internal stress sudah terlepas dari dalam malam, suhu malam telah menurun
di bawah suhu transisi solid-solid dan bentuk molekul dalam malam akan menjadi stabil
kembali dan akan berhenti mengalami distorsi dan kembali mengeras atau cenderung ke
bentuk semula sesudah dimanipulasi (elastic memory). Elastic memory yang ditunjukkan
terjadi lebih besar selama pengukuran ekspansi termal pada malam yang dibiarkan pada
udara bebas daripada malam yang didiamkan dalam air (Anusavice, 2003).

BAB III
METODE PRATIKUM
3.1 Alat dan Bahan

8
Alat Bahan
1. Pisau Wax 1. Kain lap putih untuk alas kerja ukuran
2. Lampu spiritus
30cm30cm
3. Mangkok karet dan spatula
2. Tissue
4. Timbangan
3. Base plate wax
5. Gelas ukur
4. Gips tipe II
6. Sendok takar
5. Handsoap
7. Vibrator
6. Vaselin
8. Lecron mass
7. Kapas
9. Pisau gips
10. Satu buah cetakan kubus ukuran
35mm25mm3mm
11. Satu buah kuvet besar
12. Alat press
13. Glass slab

3.2 Cara Kerja


A. Manipulasi base palte wax
a. Lunakkan malam di atas lampu spritus (malam tidak boleh mengenai langsung api
lampu spritus)
b. Aplikasikan base plate wax pada cetakan ukuran 35mm25mm3mm yang telah
diolesi separator dan diletakkan di atas glass slab
c. Haluskan wax dengan air sabun
B. Penanaman model malam
a. Olesi permukaan dinding dalam kuvet dengan vaseli n
b. Isi kuvet bawah dengan adonan gips tipe II hingga penuh, getarkan di atas
vibrator
c. Model malam (pratikum materi base plate wax) ditanamkan ke dalam kuvet,
permukaan model malam rata dengan adonan gips
d. Setelah adonan gips pada cuvet bawah mengeras (setting time) permukaan
diamplas hingga licin.
e. Permukaan gips dioplesi vaselin
f. Pasangkan cuvet atas, isi dengan adonan gips putih (tipe II) dan digetarkan di
atas vibrator hingga penuh.
g. Pasangkan tutup cuvet dengan sekrup, kemudian press hingga rapat
h. Tunggu sampai adonan gips mengeras
C. Pembuangan model malam (wax elimination)
a. Didihkan air dalam panic hingga 100 c
b. Masukkan cuvet dengan diikat tali atau dengan press, tunggu 5 menit
c. Angkat cuvet, dibuka cairan malam dikeluarkan
d. Bersihkan mold space (ruang yang terbentuk akibat mencairnya model malam)

9
dengan menyiramkan air panas
e. Bersihkan juag cuvet atas dan sisa malam.

STEP I : pembuntukan malam wax


dengan melelehkan wax menggunakan
spritus

STEP II : Hasil dari malam wax

STEP III : Pengadukan gips tipe II untuk


penanaman malam wax

10
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 HASIL

Hasil penanaman malam wax

Perebusan malam wax


dengan air 100 c

11
Hasil dari perubusan malam
wax / hasil akhir.
Terbentuknya mold space.

4.2 Pembahasan
Pada pratikum manipuulasi base plate wax ini dilakukan tiga metode yaitu
pada metode pertama (manipulasi base pate wax): dilakuan membakaran wax
menggunakan lampu spritus dan di letakan ke dalam kubus, weax yang di
letakkan ke dalam kubus tersebut di runggu sampai mengeras dan tidak terasa
panas (setting time), wax dikeluarkan dari kubus kemudian di letakan kedalam
air sabun maka hasil wax yang di rendam dalam air sabun tersebut akan terasa
lebih licin pada permukannya, hasil wax dari kubus tersebut harus di rapikan
menngunakan pisau wax, pisau wax di panaskan menggunakan spritus kan si
letakan pada tepi wax yang belum rara dengan permukaan.
Pada metode kedua (perebusan model malam): aduk Gips tipe II dan
letakkan kedalam cuvet hingga cuvet penuh dan penanaman wax pada metode
pertama di aras gips, penanaman di lakukan agar hasil akhir terbentuk mold
space permukaan wax harus benar-benar rata dengan cuvet. Setelah rahang atas
keras kemudian oleskan vaselin pada permukakanya dan aduk Gips tipe II dan
pasang rahang atas kemudian letakan gips tipe II tunggu hingga gips mengeras.
Metode ketiga (wax elimination): Setelah gips mengeras rebus gipd gi
dalam cuvet dengan air 100 c selama 5 menit kemudian wax akan mencair, sisa
dari wax di bersihkan/disiram menggunakan air panas. Maka terbentukklan mols
space. Tujuan dari pratiku ini iniuntuk mengetahui manipulasi dan akan
terbentuknya mols space.
1. Porositas
Pada pratikum ini terbentuknya porositas karna kesalahan dalam
meletakkan dan gips dan tidak menggukan vibrator, maka gelembung

12
udara tidak keluar dari gips hingga terbentuknya porositas
2. Warna
Perubahan warna terjadi pada malam wax, malam wax awalnya
berwarna merah muda setelah mngeras terlihat lebih pucat. Warna
kelihatan lebih pucar karna meratakan wax menggunakan pemanasan
menggunakan spritus. Pada gips tipe II tidak terjadi perubahan warna.

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Pada percobaan pratikum base plate wax ini dilakukan dengan tiga metode
yairu metode pertama: dengan memanaskan wax metode kedua: dengan
penanaman wax di atas gips tipe II pada metode ketiga: dilakukan perebusan
dengan air 100 C. pada saat selesai perebusan wax pada metode pertana mencair
dan sisanya di siram menggunakan air panas dan terbentuk mold space.

Daftar Pustaka

13
http://dokumen.tips/documents/pembahasan-wax-prak.html

Jhon McCabe.2009. Applied dental material, 9th edition. Hal.109

Anusavice, 2003. Philips science of dental materials: industrial Drive, st. Louis,
Missouri.

Craig, Robert G, and Jhon M. Powder. 2002. Restorative dental material: 11 thn
edition. United state of America: Mosby.

14

Anda mungkin juga menyukai