Anda di halaman 1dari 24

SKENARIO 1

Mahasiswa semester IV Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember sedang


melakukan skill lab manipulasi gipsum. Pelaksanaan skill lab kali ini terbagi dalam 3
kelompok. Kelompok I manipulasi gipsum plaster of paris, kelompok II manipulasi gipsum
dental stone, dan kelompok III manipulasi gipsum dental stone hight strength. Semua
tahapan manipulasi mulai pencampuran, initial setting sampai final setting harus dilakukan
dengan benar agar hasilnya tidak porous. Catat setting time untuk masing-masing gipsum
tanpa penambahan bahan retarder dan bahan akselerator.

STEP 1:

1. Skill lab : tempat untuk memperkenalkan skill atau ketrampilan baru yang nantinya
dievaluasi berdasarkan kemampuannya.
2. Manipulasi gipsum: Proses pencampuran gip dan air, dengan rasio tertentu untuk
membuat model gigi dengan kekerasan dan bentuk yang diinginkan
3. Gipsum:
 Kalsium sulfat dihidrat di alam berwarna putih, abu-abu, merah, dan coklat
karena kandungan tanah liat, oksidasi besi ataupun adanya sedikit SiO2 (asam
silkat yg ada di pasir)
 Produk dari proses kimia(proses kalsinansi) yang dikenal dengan umus kimia
𝐶𝑎𝑆𝑂4 2𝐻2 𝑂
 Hasil tambang berupa mineral yang mengendap pada batuan sedimen
 Dapat digunakan untuk membuat model studi rongga mulut dan struktur
maksilofasial.
4. Gipsum plaster of paris
 Gipsum plaster of paris disebut juga gipsum tipe I dan lebih lemah dari tipe III
karena sifat dari kristalnya
 Berawal dari kalsium sulfat dihidrat yang dipanaskan dalam bejana menjadi
beta hemihidrat atau β-kalsium sulfat hemihidrat
 terjadi pembakaran gipsum di kota paris
 Adalah gipsum yang dipanaskan (110o-120o C)sehingga kehilangan ¾ air
kehilangan 3-4 persen kadar air, bisa lunak dan mudah hancur menjadi CaSO4
½ H20.
 Bila ditambahkan air akan mengeras menjadi bentukan padat berwarna putih.
5. Gipsum dental stone
 Gipsum dental stone disebut juga gipsum tipe III paling sering dipakai di fkg
karen kekuatannya dan tahan daya tahan terhadap fraktur
 α-kalsium sulfat hemihidrat
 Karateristiknya kuat dibandingkan tipe II
 Rasio W/P 0,3
 gipsum yang dipanaskan dalam autoclave dengan suhu 120O-130o C.
 Tipe ini ideal untuk digunakan sebagai gigi tiruan penuh atau sebagian karena
kekerasannya.
 Biasanya diberi warna kuning.
 Ukuran partikel kecil dan porositasnya rendah sehingga butuh sedikit air
untuk mencampurkan adonan
6. Gipsum dental stone high strength
 Gipsum dental stone high strength disebut juga gipsum tipe IV untuk low
expantion dan V untuk high expantion
 Rasio W/P rendah
 memiliki kekerasan 2 kali lipat dari dental stone. Umumnya digunakan untuk
membuat model restorasi
7. Setting time
 Waktu yang diperlukan gipsum untuk mengeras, dihitung sejak gipsum
berkontak dengan air
8. Initial setting
 Keadaan setelah gipsum dicampur dengan air dan sedikit mengental
 Dikatakan initial setting dimulai dari kontak antara gipsum dengan air dan
dicirikan dengan ciri-ciri loss of gloss atau mengkilapnya hilang atau buram,
air campuran gipsum tidak mengalir, tidak dapat hancur, tapi bisa dipotong
dengan pisau, suhu menjadi hangat
 tahap awal dimana bahan gipsum sudah tidak dapat bercampur dengan air.
 Biasanya berlangsung 8-10 menit tergantung dari bahan gipsum.
9. Final Setting
 Waktu yang dibutuhkan untuk reaksi lengkap, dihasilkan konsistensi yang
jenuh yaitu kristal dihidrat dari hemihidrat
 Secara klinis gipsumnya dapat dimanipulasi tanpa ada fraktur.
 Gipsum bisa dilepas dengan mudah
 Kelanjutan initial setting, bahan lebih kaku, lebih keras, ekspensif thermis dan
panasnya berakhir
 saat gipsum sudah dapat dikeluarkan dari cetakan, tidak terjadi lagi reaksi
kimia, gipsum terasa dingin. Waktu yang dibutuhkan sekitar 1 jam
10. Porous
 Sebuah kondisi dengan pori- pori banyak
 terbentuknya celah atau lubang yang muncul akibat gelembung udara saat
pencampuran gipsum dengan air yang tidak rata.
 Bisa menyebabkan lemahnya adonan gipsum sehingga mudah patah atau
hancur karena mudah menyerap air
11. Akselerator
 Bahan kimia yang ditambahkan untuk mempercepat setting time dengan
Mempercepat ikatan campuran, contoh : CaCL2, NaNO3, Na2SO4, K2SO4.
 natrium sulfat yang mempercepat pembentukan K2SO4 hemihidrat, NaCl 2%
12. Retarder
 Bahan tambahan gipsum untuk memperlambat terjadinya setting time dan
memperlambat ikatan campuran gipsum, seperti gula, sukrosa, sodium
glukonat, bahan aditif, natrium sitrat, boraks, kalium sitrat.
 Cara kerja bahan retarder akan diserap inti kristal lalu meracuni inti kristal
sehingga memperlambat kelarutan senyawa dalam bahan gipsum dan
kelarutan tidak sempurna, terjadi perlambatan campuran gipsum.

STEP 2:

1. Definsi gipsum
2. Apa saja klasifikasi dan komposisi dari gipsum?
3. Apa saja sifat yang dimiliki gipsum?
4. Karakteristik gipsum
5. Apa saja syarat- syarat gipsum yang baik?
6. Aplikasi gipsum
7. Bagaimana tahapan-tahapan manipulasi gipsum?
8. Bagaimana reaksi proses setting time?
9. Apa saja faktor yang mempengaruhi manipulasi gipsum?
10. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi setting time?
11. Bagaimana cara menghitung setting time?
12. Berapa setting time yang diperlukan untuk masing-masing gipsum tanpa
penambahan bahan akselerator dan bahan retarder?
13. Apa saja penyebab dan pencegahan porous?
14. Apa yang terjadi dengan gipsum jika ditambahkan bahan akselerator dan retarder?
15. Apakah gipsum bisa didaur ulang?

STEP 3:

1. Definisi gipsum
Gipsum merupakan mineral yang mengendap pada batuan sedimen yang dapat
bercampur dengan batu gamping, batu pasir, serpih merah, garam batu, dan lempung.
Gypsum telah digunakan selama beberapa abad untuk tujuan kontruksi bangunan.
Tetapi pada perkembangan nya gypsum tidak hanya dimanfaatkan sebagai bahan
kontruksi bangunan tetapi juga sebagai material kedokteran gigi. (Anusavice,
2003:155)
Secara kimiawi, gipsum yang dihasilkan untuk tujuan kedokteran gigi adalah
Kalsium Sulfat Dihidrat (CaSO4.2H2O) murni (Ireland,2014). Gipsum kedokteran gigi
diproduksi dengan cara mengkalsinasi kalsium sulfat dihidrat. Kalsinasi merupakan
proses pemanasan gipsum untuk mengeluarkan air dan mengubah kalsium sulfat
dihidrat menjadi kalsium sulfat hemihidrat (CaSO4.½H2O). Berdasarkan metode
kalsinasi, berbagai bentuk hemihidrat dapat diperoleh. Bentuk-bentuk yang dapat
diperoleh antara lain α-hemihidrat, α-hemihidrat modifikasi dan β-hemihidrat.
(CaSO4)2H2O (Anusavice, 2003).
Gipsum berubah menjadi basanit (CaSO4.H2O) atau anhidirit (CaSO4), ketika
airnya panas atau airnya memiliki kadar garam yang tinggi. Gipsum dapat berubah
secara perlahan - lahan menjadi hemihidrat (CaSO4.1⁄2H2O) pada suhu 90°C. Bila
dipanaskan atau dibakar pada suhu 190°C - 200°C akan menghasilkan kapur gipsum
atau stucco yang dikenal dalam perdagangan sebagai plester paris. Pada suhu yang
cukup tinggi yaitu lebih kurang 534°C akan dihasilkan anhydrit (CaSO4) yang tidak
dapat larut dalam air dan dikenal sebagai gipsum mati. (Supriatna, S, 1997).

2. Klasifikasi dan Komposisi Gipsum


Gipsum yang digunakan dalam kedokteran gigi terdiri atas beberapa tipe. Tipe-tipe
tersebut dibedakan berdasarkan proses pemanasan untuk mengeluarkan air dari
kristalisasi. Suhu yang meningkat dalam pemanasan akan menghasilkan tipe gypsum
yang berbeda (Anusavice, 2003: 169-172).

 Klasifikasi berdasarkan proses terbentuknya:


1. Gipsum Alam: yaitu merupakan mineral hidrous sulfat yang mengandung dua
molekul air dengan rumus kimia CaSO4.2H2O ,dimana jenis batuannya adalah
satinspar,alabaster,gypsite dan selenit.Dengan warna bervariasi dari putih
kekuningan hingga abu-abu.
a. Batuan gipsum yang berbentuk granular dan buram,mengandung sedikit
dolomite,batu kapur,dari kadar CaSO4 76%
b. Gipsit
2. Gipsum Sintesis : yaitu gipsum yang diperoleh dengan memproses air laut
dan air kawah yang banyak yang mengandung sulfat dengan menambahkan
unsur kalsium ke dalamnya dan sumber lainnya adalah gipsum sebagai produk
sampingan pembuatan asam fosfat,asam sulfat,dan asam nitrat . (Sentono,
1992)

 Menurut spesifikasi American Dental Association (ADA) No. 25, produk


gipsum dapat dikelompokkan menjadi lima tipe yaitu (Anusavice KJ. Philips
Buku Ajar Ilmu Bahan Kedokteran Gigi Edisi 10. Jakarta: EGC; 2004,
hal.103-13, 155-60, 169-72 dan McCabe John F, Walls Angus W. G. Bahan
Kedokteran gigi edisi 9. Jakarta: EGC, 2014)

1) Impression Plaster (Tipe I)


Gips tipe I (Impression Plaster) sering juga disebut soluble plaster memiliki
kalsium sulfat hemihidrat terkalsinasi sebagai bahan utamanya dan ditambahkan
kalsium sulfat, borax dan bahan pewarna. Gips tipe ini jarang digunakan untuk
mencetak dalam kedokteran gigi sebab telah digantikan oleh bahan yang tidak
terlalu kaku seperti hidrokoloid dan elastomer, sehingga gips tipe I terbatas
digunakan untuk cetakan akhir, atau wash, untuk rahang edentulous (Anusavice,
2003).

2) Model Plaster (Tipe II)


Gips tipe II (Model Plaster) terdiri dari kalsium sulfat terkalsinasi/ β-
hemihidrat sebagai bahan utamanya, zat tambahan (retarder dan akselerator)
untuk mengontrol setting time dan membutuhkan banyak air. β- hemihidrat
diperoleh dari proses pemanasan di ketel terbuka dengan suhu 110°-120°C, terdiri
dari partikel kristal ortorombik yang lebih besar dan tidak beraturan dengan
lubang-lubang kapiler seperti sponge sehingga partikel β-hemihidrat menyerap
lebih banyak air bila dibandingkan dengan α-hemihidrat. Pada masa sekarang,
gips tipe II digunakan terutama untuk pengisian kuvet dalam pembuatan gigi
tiruan dan sebagai model studi. Gipsum tipe II ini mempunyai kekuatan kompresi
lebih rendah dari gipsum tipe III yaitu 9 MPa. (Anusavice, 2003; Chandra dkk,
2000; Scheller dkk, 2010).
3) Dental Stone (Tipe III)
Gips tipe III (Dental Stone) terdiri dari hidrokal/ α-hemihidrat dan zat
tambahan untuk mengontrol setting time, serta zat pewarna untuk
membedakannya dengan bahan dari plaster yang umumnya berwarna putih. α-
hemihidrat diperoleh dari proses pemanasan di autoklaf dengan tekanan uap
120°-130°C sehingga kandungan airnya berkurang terdiri dari partikel yang lebih
kecil dan teratur dalam bentuk batang atau prisma dan bersifat tidak porus
sehingga membutuhkan air yang lebih sedikit ketika dicampur bila dibandingkan
dengan β-hemihidrat. Gips tipe III ideal digunakan untuk membuat model kerja
yang memerlukan kekuatan dan ketahanan abrasif yang tinggi seperti pada
konstruksi protesa dan model ortodonsi. Kekuatan kompresi gips tipe III berkisar
antara 20,7 MPa (3000 psi) – 34,5 MPa (5000 psi). Setting time gipsum tipe III
berkisar antara 12 ± 4 menit dengan setting ekspansi antara 0,00 hingga 0,20%
(Anusavice, 2003; Hatrick, 2011; Mc Cabe’dkk., 2008).

4) Dental Stone, High-Strength (Tipe IV)


Gips tipe IV (Dental Stone, High Strength) terdiri dari densit yang memiliki
bentuk partikel kuboidal dengan daerah permukaan yang lebih kecil sehingga
partikelnya paling padat dan halus bila dibandingkan dengan β-hemihidrat dan
hidrokal. Pada pencampuran gipsum tipe IV ini penggunaan air lebih sedikit
dibandingkan dengan gipsum tipe III sehingga kekerasan gipsum ini lebih besar
dari gipsum tipe III. Gips tipe IV sering dikenal sebagai die stone sebab gips tipe
IV ini sangat cocok digunakan untuk membuat pola malam dari suatu restorasi,
umumnya digunakan sebagai die pada inlay, mahkota dan jembatan gigi tiruan
(Anusavice, 2003; Hatrick dkk., 2011).

5) Dental Stone, High Strength, High Expansion (Tipe V)


Adanya penambahan terbaru pada klasifikasi produk gipsum ADA
dikarenakan terdapat kebutuhan dental stone yang memiliki kekuatan serta
ekspansi lebih tinggi. Pembuatan gips tipe V sama seperti gips tipe IV namun
gips tipe V memiliki kandungan garam lebih sedikit untuk meningkatkan setting
ekspansinya (Mc Cabe dkk, 2008). Gips tipe V umumnya digunakan sebagai die
untuk pembuatan bahan logam campur yang memiliki pengerutan tinggi.
Kekuatan yang lebih tinggi diperoleh dengan menurunkan rasio air-bubuk
sehingga kekuatan kompresi gipsum lebih tinggi. Bahan ini umumnya berwarna
biru atau hijau dan merupakan produk gipsum yang paling mahal (Anusavice,
2003).

(a) (b)
Gambar: (a). Gambaran bentuk kristal dental plaster. (b). Gambaran bentuk kristal
dental stone. Sumber : Anusavice KJ. Phillips Science Of Dental Material. 11th Ed,
2003; hal. 256 – 257.

3. Sifat Gipsum
 Menurut Supriatna (1997) sifat fisik gipsum adalah :
1. Warna : putih, kuning, abu & abu, merah jingga, hitam bila tidak murni
2. Massa jenis : 2,31 – 2,35 g/cm3
3. Keras seperti mutiara terutama permukaan
4. Bentuk mineral : kristalin, serabut dan massif
5. Kilap seperti sutera
6. Konduktivitasnya rendah

 Sifat kimia gypsum


1. Pada umumnya mengandung SO3 = 46,5 % ; CaO = 32,4 % ; H2O = 20,9 %
2. Kelarutannya dalam air 2,1 gr tiap liter air pada suhu 40o C ; 1,8 gr tiap liter air
pada suhu 0o C ; 1,9 gr tiap liter pada suhu 70o-90o C. Kelarutannya bertambah
dengan penambahan HCl atau HNO3 (Anusavice, 2003).
3. Saat mengeras, suhu gipsum cukup tinggi untuk menghilangkan kadar airnya, gips
berubah menjadi kalsium sulfat hemihidrat yaitu (CaSO4)2H2O. Apabila kalsium
sulfat hemihidrat dicampur dengan air, maka akan terjadi reaksi kimia :
(CaSO4)2 H2O + 3H2O 2CaSO4 2H2O + 3900 kal/gmol (Anusavice, 2003).
4. Reaksi yang terjadi exothermic yang menghasilkan panas. Bila 1 gmol
kalsium sulfat hemihidrat bereaksi dengan 1,5 gmol air (H2O), maka akan
dihasilkan 1 gmol kalsium sulfat dihidrat dan panas yang dikeluarkan sebesar
3900 kalori (Anusavice, 2003).

 Sifat mekanik gipsum


1. Kekuatan tekan (Compressive strength)
Kekuatan tekan adalah apabila benda diberi beban sedikit demi sedikit secara
sekuensial sampai jadi patah. Kekuatan tekan gipsum dibagi menjadi dua macam,
yaitu kekuatan basah dan kekuatan kering. Kekuatan basah adalah kekuatan yang
diperoleh bila kelebihan air yang dibutuhkan untuk hidrasi hemihidrat. Kekuatan
kering adalah kekuatan yang diperoleh bila kelebihan air dikeringkan. Kekuatan
kering 2 kali atau lebih dibandingkan kekuatan basah (Anusavice, 2003).
Kekuatan kompresi gips merupakan faktor penting dalam menentukan kekerasan
dan daya tahan abrasi gips. Kekuatan kompresi dipengaruhi oleh rasio air-bubuk
yang digunakan. Semakin sedikit air yang digunakan maka semakin besar
kekuatan kompresi yang dihasilkan (Anusavice, 2003).
2. Kekuatan tarik (Tensile strength)
Kekuatan tarik adalah apabila suatu benda diberi tarikan sampai menjadi
patah. Gipsum harus mempunyai kekuatan tarik yang cukup agar tahan terhadap
daya yang mengenainya. Daya rentang gips keras dua kali lebih besar dari pada
gips lunak baik dalam keadaan basah maupun kering. Kekuatan tarik penting
untuk menahan dari kekuatan lateral seperti dalam pelepasan model (Craig dan
Power, 2002).
3. Kekerasan permukaan dan daya tahan abrasi (Surface hardness and abrassive
ressistance)
Kekerasan permukaan gipsum berhubungan dengan kekuatan tekan hancur
gipsum. Daya tahan terhadap abrasi maksimal didapat pada saat gips mencapai
daya strength. Gips keras merupakan gips yang memiliki daya tahan abrasi tinggi
(McCabe, 2014).
4. Detail reproduksi (Reproduction of Detail)
Detail reproduksi adalah gipsum dapat mengisi cetakan secara detail tanpa
terjadi bentukan porositas atau gelembung udara. Jumlah gelembung udara dapat
diminimalisir dengan vibrasi untuk meningkatkan reproduksi detail dari model
yang dihasilkan (Craig dan Power, 2002).
4.Karakteristik Gipsum

Tabel Karakteristik Gipsum. Sumber : Anusavice KJ. Phillips Science Of Dental


Material. 11th Ed, 2003; hal. 170
a. Setting time

Setting time adalah waktu yang diperlukan gipsum untuk menjadi keras dan
dihitung sejak gipsum berkontak dengan air. Setting time dibagi dalam dua tahap sebagai
berikut (Hatrick dkk., 2011; Annusavice, 2003; Manapalil, 1998). Pada penambahan air
dan manipulasi gipsum berguna untuk pengerasan gipsum, namun bila kandungan air
banyak akan membuat setting time panjang.

a. Initial setting time

Setelah pengadukan selama 1 menit, waktu kerja mulai dihitung. Pada


masa ini, adonan gipsum dituang ke dalam cetakan dengan bantuan vibrator
mekanis. Ketika viskositas dari adonan meningkat, daya alir akan berkurang
dan gipsum akan kehilangan tampilan mengkilatnya (loss of gloss). Loss of
gloss tersebut menandakan bahwa gipsum sudah mencapai setting awalnya.
Pada saat setting awal dicapai, bahan gipsum tidak boleh dikeluarkan dari
cetakan. Selain itu, pada reaksi pengerasan ini terdapat reaksi eksoterm.

b. Final setting time


Ketika gipsum dapat dikeluarkan dari cetakan menandakan bahwa
gipsum tersebut telah mencapai final set. Akan tetapi pada masa ini, gipsum
tersebut memiliki kekerasan dan ketahanan terhadap abrasi yang minimal.
Pada reaksi pengerasan akhir ini, reaksi kemis yang terjadi telah selesai dan
model akan menjadi dingin ketika disentuh.

2. Rasio air dan bubuk

Rasio air-bubuk harus diperhatikan ketika melakukan pencampuran gipsum


sebab diperlukan daya alir yang cukup untuk menghasilkan detail permukaan yang
akurat. Rasio air bubuk tiap jenis gipsum berbeda-beda tergantung pada ukuran dan
bentuk dari kristal kalsium sulfat hemihidratnya. Gipsum tipe II membutuhkan lebih
banyak air pada pengadukan dikarenakan bentuk partikel gipsum tipe II tidak
beraturan dan lebih poreus. Gipsum tipe III membutuhkan lebih sedikit air daripada
gipsum tipe II namun gipsum tipe III membutuhkan lebih banyak air dari pada gipsum
tipe IV. Jika air yang ditambahkan terlalu banyak, adonan menjadi lebih tipis dan
lebih mudah dituang ke dalam mold tetapi setting time akan lebih panjang dan gipsum
cenderung lebih lemah.

3. Kekuatan kompresi

Kekuatan gipsum merupakan kemampuan bahan untuk menahan fraktur.


Kekuatan kompresi gipsum merupakan faktor penting dalam menentukan kekerasan
dan daya tahan abrasi gipsum. Kekuatan kompresi dipengaruhi oleh kecepatan
pengadukan, rasio air dan bubuk yang digunakan, retarder dan akselerator, suhu dan
kelembaban udara. Semakin sedikit air yang digunakan maka semakin besar kekuatan
kompresi yang dihasilkan. Kekuatan kompresi gipsum tipe III berkisar antara 20,7 –
34,5 MPa (Powers dkk., 2009; Anusavice, 2003).

4. Setting ekspansi

Setting ekspansi terjadi pada semua jenis gipsum. Plaster memiliki setting
ekspansi yang paling besar yaitu 0,30% sedangkan high-strength stone memiliki
setting ekspansi yang paling rendah yakni 0,10%. Setting ekspansi merupakan hasil
dari pertumbuhan kristal-kristal gipsum ketika mereka bergabung. Setting ekspansi
harus dikontrol agar tetap minimum terutama ketika gipsum tersebut akan digunakan
untuk membuat pola malam sebuah restorasi. Apabila setting ekspansi yang terjadi
berlebihan maka akan menghasilkan sebuah restorasi yang oversized. Settting
ekspansi hanya terjadi ketika gipsum dalam proses pengerasan (Hatrick dkk., 2011).

Setting ekspansi berbanding terbalik dengan rasio air dan bubuk, peningkatan
setting ekspansi saat rasio air dan bubuk rendah dikaitkan dengan peningkatan
tubrukan antar kristal diantara sejumlah besar kristal yang terbentuk. Dengan kata lain
semakin besar jumlah air yang digunakan, semakin sedikit inti persatuan volume,
sehingga ekspansi akan berkurang. Ekspansi gipsum ini dapat dijelaskan dengan teori
kristalografi yaitu dasar teori yang menjelaskan tentang perkembangan, pertumbuhan,
bentuk dan struktur dari kristal. Berdasarkan teori ini dapat disimpulkan bahwa
gipsum akan mulai terdorong keluar saat kristal gipsum mulai terbentuk (Duke dkk.,
Michalakis dkk., 2012). Tetapi ekspansi dapat dikurangi dengan menambahkan bahan
kimia potasium sulfst, natrium cl, atau borax.

5. Perubahan dimensi

Perubahan dimensi dipengaruhi oleh setting ekspansi dari gipsum. Setting


ekspansi yang terjadi pada proses pengerasan gipsum disebabkan oleh adanya
dorongan ke luar oleh pertumbuhan kristal dihidrat. Semakin tinggi atau besar
ekspansi pengerasan maka keakuratan dimensi semakin rendah. Normal toleransi
setting ekspansi untuk gipsum tipe III adalah 0,08% sampai dengan 0,1% dipengaruhi
oleh kecepatan pengadukan, rasio air dan bubuk yang digunakan, retarder dan
akselerator, suhu dan kelembaban udara (Anusavice, 2003; Powers dkk., 2008).
Semakin tinggi setting ekspansi perubahan dimensi semakin besar.

Tambahan :

a. Kekuatan tekan. Apabila gips ditekan sampai berapa beban ditahan gips sampai
pecah. Ada macam basah (kelebihan air) dan kering (apabila kelebihan air
dikeringkan). Kekuatan kering di capai 7 hari. 580 lbh kurang 290 Psi. Lebih kuat
kekuatan kering.
b. Tingkat porusitas. Tipe 1 porusitas sangat tinggi, makin kebawah makin rendah.
c. Resistensi abrasi dari tipe 1-5. Tipe 1 paling rendah, makin keatas makin tinggi.
d. Ratio W:P dari tipe 1-5. Paling tinggi tipe 1. Makin kebawah makin kecil.
5. Syarat gipsum yg baik
 Sifat mekanis baik, artinya harus kuat sehingga tidak mudah rusak atau tergores
selama proses pembuatan piranti restorasi atau saat ukir malam, dll.
 Dapat mereproduksi detail yang halus dengan batas yang tajam.
 Memiliki stabilitas dimensional yang baik (menunjukkan perubahan dimensi yang
sangat kecil saat setting dan hendaknya cukup stabil).
 Kompatibel dengan bahan cetak, tidak terjadi interaksi antara permukaan cetakan
dengan permukaan model, die.
 Murah dan mudah dipergunakan (Sulastri, 2017).

6. Aplikasi gipsum

Di kedokteran gigi, plaster dan stone umumnya digunakan untuk bagian luar rongga
mulut. Seperti contohnya, plaster digunakan untuk membuat study cast pada rencana
perawatan dan pada ortodonsi digunakan untuk mounting casts pada articulator. Sone juga
digunakan untuk membuat study cast dan unuk membentuk die. Fungsi tambahan dari stone
adalah sebagai zat aditif pada dental casting investmen, yang berfungsi sebagai pengikat

Aplikasi Gypsum di Kedokteran gigi:

1. Plaster of Paris digunakan untuk model negative cetakan gigi


2. Dental stone digunakan untuk mold, dan gigi tiruan tanpa ada pasien
3. Plaster ditambakan dengan silica membenuk mold yang biasa digunakan untuk bahan
restorasi gigi dengan bahan logam yang dicairkan.
5. Tipe I diigunakan untuk cetakan akhir (wash) dalam pembuatan gigi tiruan penuh (GTL)
6. Tipe II digunakan untuk mengisi kuvet yang digunakan untuk pembuatan protesa,
mounting,flaring, packing, dan model studi.
7. Tipe III digunakan untuk pembuatan gigi tiruan tanpa pasien, die, pengecoran dalam
bentukgigi tiruan penuh.
8. Tipe IV dan V digunakan untuk pembuatan die. Hal ini dikarenakan ekspansi kekerasan
minimal. Agar malam tidak berubah saat dilepas, ditambahkan silica.
9. Tipe IV Membantu dalam pembuatan protesa, jembatan, mahkota,Jembatan dan mahkota
10. Digunakan pembuatan pengecoran bahan logam (tipe 5).
Produk gipsum digunakan terutama untuk replika struktur mulut. Replika ini disebut
dengan model, cast dan die. Setiap replika memiliki tujuan khusus(Steward, 2013).

a. Model studi
Digunakan untuk rencana perawatan dan mengamati kemajuan perawatan.
b. Cast
Cast lebih akurat daripada model studi. Cast itu merupakan replika lebih dari 1
gigi seperti kuadran atau lengkung penuh.
c. Die
Replika gigi tunggal. Biasanya bisa dilepas.

Gambar I. Die (kiri), Model kerja dan cast (kanan). (Steward, Marcia. 2013. Clinical Aspect of Dental
Material:Theory, Practice and Cases-4th ed. USA: Lippincott Williams & Wilkins, a Wolters Kluwer
business.)

Kegunaan gipsum dalam kedokteran gigi:


a. Tipe I = Cetakan akhir gigi tiruan penuh
b. Tipe II = Pengisian kuvet untuk protesa
c. Tipe III= Gigi tiruan tanpa pasien
d. Tipe IV= Pembuatan dai (Annusavice, 2003)

7. Tahapan manipulasi

Instrumen : bowl karet, spatula, gips, mechanical vacum mixer yg hasilnya halus dan
rata, stone vibrator agar gips tidak mengendap 1 sisi.jarum vicat dan jarum gillmore untuk
mengukur waktu pengerasan gipsum.
Kita harus meminimalisir kontak bahan lain. Misal gipsum dengan alginat. Sehingga
gipsum kasar dan mudah rapuh. Menggunakan vaselin (bahan separator) berguna agar gips
lebih mudah dilepaskan. Penyimpanan gips pada suhu ruangan tidak menimbulkan dimensi
yg bermakna. Jika ditingkatkan gips dpt mengkerut dan kekuatan tekan berkurang.
Kebersihan alat juga penting.
Plaster atau gips hendaknya dicampur dengan air atau larutan PE dengan perbandingan
100gr dengan 50 sampai 60ml. Harus dijaga agar tidak terbentuk gelembung udara sewaktu
mengaduk karena gelembung ini dapat muncul di permukaan dan dapat menyebabkan
ketidaktepatan hasil cetakan (Combe,1992). Tahap tahap manipulasi gipsum:

1. Pemilihan
Untuk proses awal, harus dilakukan pemilihan gips berdasarkan aplikasi yang akan
dibuat. Sebagai contoh dental plaster dipilih karena rendahnya kebutuhan fisik dan biaya
yang digunakan dalam proses manipulasi. Namun ada kalanya kita memilih dental stone
karena dibutuhkan kekuatan dan akurasi yang bagus dalam working castnya. Di beberapa
instansi, sebuah kombinasi yang terdiri dari satu atau lebih produk gipsum sangat cocok
karena dapat mengurangi pengeluaran biaya.
2. Mempersiapkan alat dan bahan. Sebaiknya dibersihkan dahulu agar tidak
meninggalkan residu.

3. Menakar dan Menimbang


Pengukuran dapat menggunakan alat silinder pengukuran. Rasio powder dan air
mempengaruhi kekuatan stone sehingga jumlah air harus serendah mungkin. Perbandingan
air dan bubuk gipsum (W/P ratio) (McCabe, 2014):
- Tipe 1
w/p ratio 3:4 yaitu sama dengan 50-75 ml air : 100 gram bubuk gipsum.
- Tipe 2
w/p ratio 1:2 yaitu sama dengan 45-50 ml air : 100 gram bubuk gipsum.
- Tipe 3
w/p ratio 1:3 yaitu sama dengan 28-30 ml air : 100 gram bubuk gipsum.
- Tipe 4
w/p ratio 1:4 yaitu sama dengan 22-24 ml air : 100 gram bubuk gipsum.
- Tipe 5
w/p ratio 1:5 yaitu sama dengan 18-22 ml air : 100 gram bubuk gipsum
4. Pengadukan
Dalam melakukan pengadukan perlu dihindari terjadinya gelembung karena dapat
menyebabkan porous.Dalam melakukan pengadukan menggunakan spatula dan bowl. Air
dituangkan dahulu pada bowl lalu disusul dengan powder sedikit demi sedikit sambil
diaduk.Bowl yang benar harus lentur sehingga dapat divibrasi dengan tangan.

Dari awal pengadukan hingga pengerasan memerlukan waktu.Waktu pengadukan (± 1


menit),dari awal penambahan bubuk dan air (Anusavice, 2003). Bubuk ditaburkan perlahan
10 detik bertujuan udara yg terperangkap bisa keluar. Dibiarkan 20-30 detik. Spatulasi rate
dalam 2 putaran perdetik. Harus adequat, glosy, tidak ada gel udara. Pengadukan manual, 1
menit. Vibrasi hampir selalu digunakan untuk membantu menghilangkan gelembung yang
terbentuk selama pencampuran. Biasanya, campuran tersebut digetarkan selama 10 sampai 15
detik untuk memaksa gelembung ke atas campuran. Getaran juga digunakan untuk
memudahkan memindahkan gipsum ke bahan cetak atau wadah lainnya (Anusavice, 2003:
172173).

5. Pemberian bahan separator


Sebelum dilakukan pencetakan dengan gips sebaiknya pola diberi bahan separasi seperti
Vaseline. Hal ini bertujuan agar setelah gips setting maka akan mudah dilepas. Namun tidak
boleh terlalu berlebihan karena akan membuat permukaan menjadi lebik lunak (Hatrick,
2011).
8. Tahap manipuasi gipsum
Setting time adalah waktu yang diperlukan gips untuk menjadi keras dan dihitung sejak
gips kontak dengan air. Setting time terdapat dua tahap yaitu:

a. Initial setting time


Initial setting time adalah permulaan setting time dimana gips bercampur dengan air,
Setelah pengadukan selama 1 menit, waktu kerja mulai dihitung, pada waktu itu campuran
gips dengan air sudah sudah tidak dapat lagi mengalir ke dalam cetakan karena viskositas dari
campuran betambah. Secara visual ditandai dengan loss of gloss (hilangnya kemengkilata n/
timbulnya warna keruh). Selain itu, dapat dilihat pada awal campuran dimana bahan menjadi
kaku tetapi tidak keras dan tidak dapat dibentuk serta terjadi ekspansi termis atau adanya
panas. Atau bisa dilihat pada awal campuran dimana bahan menjadi kaku tetapi tidak keras
dan tidak dapat dibentuk serta terjadi ekspansi termis atau adanya panas. Pada umumnya,
initial setting terjadi selama 8 –10 menit mulai dari awal pengadukan (Hatrick, 2011).
Ketika kalsium sulfat hemihidrat dicampur dengan air, hemihidrat kembali berubah
menjadi dihidrat pada proses hydration. Panas dilepaskan, yang di gambarkan pada reaksi
berikut:
1
CaSO4.1/2H2O + 12 H2O  CaSO4.2H2O + 3900 cal/g mol

Plaster of Paris Water Gypsum

Reaksi yang terjadi saat setting time ini merupakan reaksi eksotermik, dimana reaksi
ini menghasilkan panas ± 3900 kal/gr mol (Craig, 1997). Keadaan dimana gips tidak dapat
hancur tapi masih dapat dipotong dengan pisau. (Annusavice, 2004). Jika 1 g mol kalsium
sulfat hemihidrat direaksikan dengan 1,5 g mol air maka 1 g mol kalsium sulfat dihidrat akan
terbentuk dan 3900 kalori dalam bentuk panas akan dilepaskan.

b. Final setting
Reaksi kimia selesai dan model terasa dingin kemudian dilakukan penanganan
model.Jika ingin gips lebih lunak,maka diberi air mengalir dan bukan di
rendam.Pemberian air ini bertujuan agar gips tidak menjadi keras,karena pada saat
direndam di air terjadi reaksi higroskopik. Pertumbuhan kristal yang terjadi menjadi lebih
cepat sehingga ekspansi pengerasan dapat lebih besar bila produk gipsum dibiarkan
mengeras di dalam air. (Combe,1992).
Final setting dicapai saat bahan dapat dengan aman dibentuk, tetapi memiliki
kekuatan dan resistensi yang minimal. Saat final setting reaksi kimia selesai dan model terasa
dingin saat disentuh.Sebagian besar pabrik merekomendasikan 1 jam sampai akhirnya bahan
bisa dengan aman dilepas dari cetakan (Hatrick, 2011)
Final setting time adalah waktu yang dibutuhkan oleh gips keras untuk bereaksi secara
lengkap dari kalsium sulfat dihidrat, meskipun reaksi dehidrasinya belum selesai. Tandanya
antara lain adalah kekerasan belum maksimum, kekuatannya belum maksimum dan dapat
dilepas dari cetakan tanpa distorsi atau patah. (Annusavice, 2004).

Reaksi pengerasan
a. Hemihidrat diaduk air, akan terbentuk suspensi cair.
b. Hemihidrat akan larut sampai menjadia larutan jenuh atau berubah menjadi dihidrat
dan mengendap.
c. Hal itu berlanjut terus menerus sampai semua bentuk hemihidrat berubah menjadi
dihidrat.

Proses yang terjadi saat setting time:

1) Kalsium sulfat hemihidrat larut dan bereaksi dengan air membentuk kalsium sulfat
dihidrat .
2) Terjadi presipitasi kristal kalsium sulfat dihidrat  bahan menjadi kaku tetapi tidak
keras, dapat diukir tapi tidak dapat dibentuk, ekspansi thermis dan panas berlangsung,
secara visual ditandai dengan loss of gloss (hilangnya kemengkilatan/timbulnya
kemuraman)  INITIAL SETTING
3) Bahan keras, kaku, eksapansi thermis dan panas sudah berakhir, dan gips dapat
dilepas dari cetakan tanpa distorsi/patah  FINAL SETTING

9. Faktor yang mempengaruhi manipulasi gipsum

Faktor yang mempengaruhi manipulasi:

a) Perbandingan (rasio P/W atau air/bubuk)

Perbandingan air dan bubuk yang tepat akan sangat menentukan proses manipulasi dan
juga setting reaksi, misalnya apabila terlalu banyak kandungan air dalam gips maka waktu
setting akan lebih lama dan diperoleh hasil gips yang lunak. Semakin tinggi perbandingan W
: P, maka semakin lama setting time dan semakin lemah produk gipsum. Air dan bubuk harus
selalu diukur dengan menggunakan silinder pengukur volume air yang akurat dan
menimbang kesetaraannya untuk bubuk. Bubuk tidak boleh diukur dengan volume
(menggunakan sendok penakar), karena tidak dimampatkan seragam. Sendok penakar
tersebut mungkin bervariasi dari produk yang satu dengan yang lain, serta bubuk bisa
menjadi lebih keras begitu kemasan bersisa tidak digunakan. Bila wadah kemasan dikocok,
volume akan meningkat sebagai akibat terjebaknya udara.

W:P ditingkatkan, working time bertambah, viskositas berkurang, kekuatan


berkurang, dan sebaliknya.
b) Pengadukan
Bila mengaduk dengan tangan, mangkuk pengaduk harus berbentuk parabolik, halus,
dan tahan terhadap abrasi. Spatula harus memiliki bilah yang kaku serta pegangan yang
nyaman dipegang. Terjebaknya udara dalam adukan harus dihindari untuk mencegah porus
yang dapat menyebabkan kelemahan dan ketidakakuratan permukaan. Air yang sudah diukur
jumlahnya ditempatkan dalam mangkuk pengaduk, dan bubuk yang sudah ditimbang
ditaburkan. Adukan kemudian dengan cepat diputar, dengan secara periodik menyapu spatula
ke dalam mangkuk pengaduk untuk menjamin pembasahan semua bubuk serta memecahkan
endapan, atau gumpalan. Pengadukan harus terus berlangsung sampai diperoleh adukan yang
halus, biasanya dalam 1 menit. Semakin lama waktu pengadukan berarti mengurangi waktu
kerja, khususnya untuk menuang model.
Kebiasaan menambahkan air dan bubuk berulang-ulang untuk mencapai konsistensi
yang tepat harus dihindari. Hal tersebut menyebabkan ketidakseragaman pengerasan dalam
massa adukan, menghasilkan kekuatan yang rendah dan distorsi, satu penyebab utama
ketidakakuratan dalam menggunakan produk gipsum .
Jumlah pengadukan dapat dipengaruhi oleh kecepatan, durasi waktu pengadukan, dan
kombinasi dari keduanya. Semakin lama dan semakin cepat plaster tercampur maka setting
time akan semakin pendek, Viskositas bertambah, tidak ada perubahan pada kekuatan.
Beberapa material gips akan membentuk kristal secara cepat saat serbuk berkontak
dengan air. Selama proses pengadukan, kalsium dulfat dihidrat yang baru saja terbentuk
pecah menjadi Kristal-kristal yang lebih kecil dan mulai membentuk nucleus pusat yang baru.
Peningkatan jumlah pengadukan dapat menyebabkan terbentuknya nukleus pusat, sehingga
perubahan dari kalsium sulfat hemihidrat menjadi kalsium sulfat dihidrat membutuhkan
waktu yang lebih singkat dibandingkan biasanya (Craig, 1997).

c) Vibrator

Sewaktu menuang ke dalam cetakan model atau die biasanya digunakan vibrator
untuk membantu mengalirnya adonan ke dalam cetakan dan mempermudah terlepasnya
gelembung udara. Penggunaan vibrator otomatis dengan frekuensi tinggi dan amplitude yang
tinggi akan sangat membantu. Cegah dilakukannya vibrasi yang berlebih karena dapat
menyebabkan distorsi bahan cetak.

d) Suhu

Kenaikan suhu air akan mempercepat waktu pengerasan gypsum. Perubahan kecil
terjadi apabila suhu air berkisar antara 0-50oC. Suhu air yang melebihi 50oC maka waktu
pengerasan gypsum akan perlahan-lahan melambat dan bila suhu air mencapai 100oC maka
reaksi pengerasan tidak terjadi, hal ini dikarenakan pada suhu 100oC kelarutan hemihidrat
sama dengan dihidrat (Anusavice, 2003: 162-163).

Temperatur air dinaikkan, working time berkurang, viskositas naik, tidak ada
perubahan kekuatan. Dan sebaliknya.
Suhu dari air yang digunakan maupun suhu lingkungan berpengaruh pada setting
time. Terdapat 2 teori yang mendukung hal tersebut yaitu efek dari peningkatan suhu yang
mengubah daya larut dari kalsium sulfat hemihidrat dan dan kalsium sulfat dihidrat yang
megubah reaksi kimia. Semakin meningkat suhu, maka rasio daya larutnya menjadi turun
sehingga reaksi kimia mengalami perlambatan, dan setting time meningkat. Teori kedua
adalah perubahan mobilitas ion-ion yang disebabkan oleh kenaikan suhu. Ketika suhu
meningkat, akan meningkatkan reaksi yang dapat memperpendek setting time. (Craig, 1997).

e) Penyimpanan

Stone atau plaster disimpan pada temperature ruang. Penyimpanan baik stone atau
plaster pada temperature ruang tidak menimbulkan perubahan dimensi yang bermakna.
Namun, bila temperature penyimpanan dinaikkan sampai antara 90o C dan 110o C (194o-
230o C), pengerutan terjadi begitu kristalisassi air dikeluarkan dan dihidrat berubah menjadi
hemihidrat. Kontarksi plaster pada temperatur tinggi lebih besar dibandingkan dengan stone,
dan ini juga mengurangi kekuatannya. Kontarksi tersebut dapat terjadi selama penyimpanan
di atas temperatur ruang,begitupun bila model stone sedang dikeringkan.

Gips dapat menyerap air dan lingkungan. Kelembaban dan tempat yang dekat dengan
sumber air akan berpengaruh buruk pada powdernya. Hal ini akan mempengaruhi waktu
setting, sehingga gips sebaiknya disimpan dalam kontainer tertutup (Anusavice, 2003).

f) Initial setting time-working time

Setelah dicampur selama 1 menit, working time dimulai. Selama viscositas dari
campuran bertambah, bahan tidak lagi mengalir dan mulai megeruh. Saat mulai mengeruh
berarti campuran telah mencapai initial setting. Atau bisa dilihat pada awal campuran dimana
bahan menjadi kaku tetapi tidak keras dan tidak dapat dibentuk serta terjadi ekspansi termis
atau adanya panas. Pada umumnya, initial setting terjadi selama 8 –10 menit mulai dari awal
pengadukan.

g) Final setting
Final setting dicapai saat bahan dapat dengan aman dibentuk, tetapi memiliki
kekuatan dan resistensi yang minimal. Saat final setting reaksi kimia selesai dan model terasa
dingin saat disentuh. Sebagian besar pabrik merekomendasikan 1 jam sampai akhirnya bahan
bisa dengan aman dilepas dari cetakan

h) Pemberian bahan separator

Sebelum dilakukan pencetakan dengan gips sebaiknya pola diberi bahan separasi
seperti Vaseline. Hal ini bertujuan agar setelah gips setting maka akan mudah dilepas. Namun
tidak boleh terlalu berlebihan karena akan membuat permukaan menjadi lebik lunak.

i) Penyimpanan

Gips dapat menyerap air dari lingkungan. Kelembaban dan tempat yang dekat dengan
sumber air akan berpengaruh buruk pada powdernya. Hal ini akan mempengaruhi waktu
setting, sehingga gips sebaiknya disimpan dalam kontainer tertutup. Namun terkadang
diperlukan proses merendam model gipsum dalam air, sebagai persiapan untuk teknik yang
lain. Produk gipsum agak peka terhadap perubahan kelembaban relatif dari lingkungan.
Bahkan kekerasan permukaan dari model plaster dan stone mungkin berfluktuasi sedikit
dengan kelembaban atmosfer relatif. Permukaan gipsum yang dibuat dengan adukan yang
lebih encer nampak terpengaruh lebih banyak dibandingkan dengan rasio W:P yang rendah.

j) Aselerator dan Retarder

Metode paling praktis dan efektif dalam mengontrol setting time adalah dengan
menambahkan berbagai material kimia pada pencampuran plaster atau stone. Apabila
material tambahan memperpendek setting time dinamakan accelerator, sedangkan untuk
memperpanjang setting time dinamakan retarder. Retarder biasanya berefek dengan
membentuk lapisan permukaan pada hemihidrat dan pada kristal gipsum untuk menghambat
pertumbuhan kristal. contohnya: gelatin, lem, garam. sitrat, asetat dan borat. Accelerator
mempengaruhi kelarutan hemihidrat. Garam dalam konsentrasi kecil mempercepat setting
time tetapi apabila konsentrasinya besar menjadi retarder. Contoh material accelerator :
Potassium sulfat dipakai dengan konsentrasi lebih dan 2 atau 3 persen (Anusavice, 2003).

k) Kebersihan

Peralatan manipulasi gips harus dijaga kebersihannya. Seperti yang disebut diatas
waktu setting gips akan lebih cepat karena pengadukan. Bowl, spatula, dan vibrator harus
segera dibersihkan segera sebelum setelah menipulasi, sehingga tidak terkontaminasi bahan
lain.

Apabila kalsinasi tidak komplit sehingga terdapat partikel gipsum atau pabrik
memang menambahkan partikel gipsum maka setting timenya akan diperpendek oleh karena
potensial nukleus untuk kristalisasi meningkat (Anusavice, 2003).

l) Kehalusan Partikel
Semakin halus ukuran partikel hemihidrat, maka semakin cepat adukan mengeras,
khususnya apabila produk tersebut telah digiling selama proses pembuatan bubuk gipsnya.
Tidak hanya kelarutan hemihidrat saja yang meningkat, tetapi nukleus gipsumpun juga
menjadi lebih banyak, hal ini menyebabkan proses kristalisasi menjadi lebih cepat
(Annusavice, 2004).

10. Faktor yang mempengaruhi setting time


Faktor yang mempengaruhi setting time :
a. Mixing time, pertambahan campuran akan mempercepat setting time.
b. W:P ratio memperkecil w:p akan mempercepat setting time.
c. Temperatur, meningkatkan T dpt mempercepat reaksi shg setting time cpt. Tpi jika
diatas 50C maka terjadi sebaliknya krn kelarutan hemihidrat dibanding dihidrat
menurun. Jika mencapai 100 C tdk terjadi reaksi.
d. Ekspansi terjadi krn umbuhnya kristal dihidrat yang tidak beraturan. Ada hubungan
w:p semakin dikit ratio maka semakin tinggi ekspansi, dan sebaliknya. Berpengaruh
setting timenya jga, jika jauh maka lbh lama mengeras. Setting ekspansi bisa
dikurangi dan ditambah dengan bahan akselerator/retarder dengan mengubah bentuk
partikel dihidraat yg dibentuk. Bahan kimianya akselerator (potasium sulfat). Retarder
(borax). Maka bahan kimia itu disebut anti ekspansion agent.
e. Pengadukan semakin cepat maka semkin cepat mengeras. Karena tumbuh kristal.

11. Cara hitung setting time


Cara menghitung setting time dimulai dari bubuk gipsum berkontak dengan air, jika
sudah tidak mengkilap atau loss of gloss (initial setting time), dan terakhir final setting (saat
dingin, Bahan keras, kaku,).
12. Setting time masing-masing

Setting time yang diperlukan untuk masing-masing gipsum tanpa penambahan bahan
akselerator dan bahan retarder adalah tidak ada angka pasti tapi ada tabelnya karena
tergantung dari rasio air dan bubuk yang digunakan. Semakin banyak air, maka waktu setting
time akan lebih panjang. Peningkatan jumlah pengadukan dapat menyebabkan perubahan dari
kalsium sulfat hemihidrat menjadi kalsium sulfat dihidrat membutuhkan waktu yang lebih
singkat dibandingkan biasanya (Craig, 1997).

13. Porus
Faktor-faktor yang menyebabkan adonan menjadi porous, antara lain:
Pengadukan didukung Bentuk partikel dan banyak air, dan vibratornya. Pence:
menuangkan pakai vib dan air dulu
 Waktu vibrasi yang kurang dari 1 menit sehingga gelembung udara masih terjebak
dalam adonan
 Penyimpanan bubuk gipsum yang tidak tepat
 Suhu sekitar pada saat pencampuran yang lebih dari 50o C tidak dapat menimbulkan
reaksi perubahan kalsium sulfat dihidrat menjadi kalsium sulfat hemihidrat
 Terjadi pada saat proses pengadukan, rasio air dan bubuk harus seimbang sehingga
tidak ada kelebihan air dan bubuk. • Plaster of paris 50-60 Ml/ 100 gr bubuk • Dental
stone 22-35 Ml/ 100 gr bubuk. Kecepatan pengadukan, mangkok harus parabolik agar
pengadukannya cepat sehingga tidak terjadi pengendapan udara pada adonannya.
 Teknik pencampurannya yaitu air kemudian bubuk,teknik ini berfungsi untuk
mencegah terjebaknya udara didalam adonan
 Kontak permukaan partikel dalam gipsum tidak sama jika penambahan bubuk
dilakukan berulang yang menyebabkan kristalisasi tidak sama

14. Retarder dan accelerator


Metode paling praktis dan efektif dalam mengontrol setting time adalah dengan
menambahkan berbagai material kimia pada pencampuran plaster atau stone. Apabila
material tambahan memperpendek setting time dinamakan accelerator, sedangkan untuk
memperpanjang setting time dinamakan retarder. Retarder biasanya berefek dengan
membentuk lapisan permukaan pada hemihidrat dan pada kristal gipsum untuk menghambat
pertumbuhan kristal. contohnya: gelatin, lem, garam. sitrat, asetat dan borat. Accelerator
mempengaruhi kelarutan hemihidrat. Garam dalam konsentrasi kecil mempercepat setting
time tetapi apabila konsentrasinya besar menjadi retarder. Contoh material accelerator :
Potassium sulfat dipakai dengan konsentrasi lebih dan 2 atau 3 persen (Anusavice, 2003).

Yang akan berpengaruh pada kekuatan kompresi, kemampuan bahan untuk menahan
fraktur. Kekuatan kompresi gipsum merupakan faktor penting dalam menentukan kekerasan
dan daya tahan abrasi gipsum.

Tetapi ekspansi dapat dikurangi dengan menambahkan bahan kimia potasium sulfst,
natrium cl, atau borax atau bahan retarder dan accelerator.

15. Daur ulang


Gipsum dapat didaur ulang, karena reaksi dehidrasi parsial dan rehidrasi sulfat
hemihidrat bersifat reversible. Pada saat dipanaskan dengan suhu 200⁰C akan kehilangan 1, 5
gr mol dri 2 gr mol air . Dan akan diubah jadi sulfat hemihidrat jika ditambah air sifatnya
akan kembali menjadi kalsium sulfat dehidrat (karena sifatnya reversible). Gipsum dapat
didaur ulang setelah setting. Namun kelemahannya gipsum daur ulang tingkat kekerasan dan
kekuatan lebih lemah.

Anda mungkin juga menyukai