STEP 1:
1. Skill lab : tempat untuk memperkenalkan skill atau ketrampilan baru yang nantinya
dievaluasi berdasarkan kemampuannya.
2. Manipulasi gipsum: Proses pencampuran gip dan air, dengan rasio tertentu untuk
membuat model gigi dengan kekerasan dan bentuk yang diinginkan
3. Gipsum:
Kalsium sulfat dihidrat di alam berwarna putih, abu-abu, merah, dan coklat
karena kandungan tanah liat, oksidasi besi ataupun adanya sedikit SiO2 (asam
silkat yg ada di pasir)
Produk dari proses kimia(proses kalsinansi) yang dikenal dengan umus kimia
𝐶𝑎𝑆𝑂4 2𝐻2 𝑂
Hasil tambang berupa mineral yang mengendap pada batuan sedimen
Dapat digunakan untuk membuat model studi rongga mulut dan struktur
maksilofasial.
4. Gipsum plaster of paris
Gipsum plaster of paris disebut juga gipsum tipe I dan lebih lemah dari tipe III
karena sifat dari kristalnya
Berawal dari kalsium sulfat dihidrat yang dipanaskan dalam bejana menjadi
beta hemihidrat atau β-kalsium sulfat hemihidrat
terjadi pembakaran gipsum di kota paris
Adalah gipsum yang dipanaskan (110o-120o C)sehingga kehilangan ¾ air
kehilangan 3-4 persen kadar air, bisa lunak dan mudah hancur menjadi CaSO4
½ H20.
Bila ditambahkan air akan mengeras menjadi bentukan padat berwarna putih.
5. Gipsum dental stone
Gipsum dental stone disebut juga gipsum tipe III paling sering dipakai di fkg
karen kekuatannya dan tahan daya tahan terhadap fraktur
α-kalsium sulfat hemihidrat
Karateristiknya kuat dibandingkan tipe II
Rasio W/P 0,3
gipsum yang dipanaskan dalam autoclave dengan suhu 120O-130o C.
Tipe ini ideal untuk digunakan sebagai gigi tiruan penuh atau sebagian karena
kekerasannya.
Biasanya diberi warna kuning.
Ukuran partikel kecil dan porositasnya rendah sehingga butuh sedikit air
untuk mencampurkan adonan
6. Gipsum dental stone high strength
Gipsum dental stone high strength disebut juga gipsum tipe IV untuk low
expantion dan V untuk high expantion
Rasio W/P rendah
memiliki kekerasan 2 kali lipat dari dental stone. Umumnya digunakan untuk
membuat model restorasi
7. Setting time
Waktu yang diperlukan gipsum untuk mengeras, dihitung sejak gipsum
berkontak dengan air
8. Initial setting
Keadaan setelah gipsum dicampur dengan air dan sedikit mengental
Dikatakan initial setting dimulai dari kontak antara gipsum dengan air dan
dicirikan dengan ciri-ciri loss of gloss atau mengkilapnya hilang atau buram,
air campuran gipsum tidak mengalir, tidak dapat hancur, tapi bisa dipotong
dengan pisau, suhu menjadi hangat
tahap awal dimana bahan gipsum sudah tidak dapat bercampur dengan air.
Biasanya berlangsung 8-10 menit tergantung dari bahan gipsum.
9. Final Setting
Waktu yang dibutuhkan untuk reaksi lengkap, dihasilkan konsistensi yang
jenuh yaitu kristal dihidrat dari hemihidrat
Secara klinis gipsumnya dapat dimanipulasi tanpa ada fraktur.
Gipsum bisa dilepas dengan mudah
Kelanjutan initial setting, bahan lebih kaku, lebih keras, ekspensif thermis dan
panasnya berakhir
saat gipsum sudah dapat dikeluarkan dari cetakan, tidak terjadi lagi reaksi
kimia, gipsum terasa dingin. Waktu yang dibutuhkan sekitar 1 jam
10. Porous
Sebuah kondisi dengan pori- pori banyak
terbentuknya celah atau lubang yang muncul akibat gelembung udara saat
pencampuran gipsum dengan air yang tidak rata.
Bisa menyebabkan lemahnya adonan gipsum sehingga mudah patah atau
hancur karena mudah menyerap air
11. Akselerator
Bahan kimia yang ditambahkan untuk mempercepat setting time dengan
Mempercepat ikatan campuran, contoh : CaCL2, NaNO3, Na2SO4, K2SO4.
natrium sulfat yang mempercepat pembentukan K2SO4 hemihidrat, NaCl 2%
12. Retarder
Bahan tambahan gipsum untuk memperlambat terjadinya setting time dan
memperlambat ikatan campuran gipsum, seperti gula, sukrosa, sodium
glukonat, bahan aditif, natrium sitrat, boraks, kalium sitrat.
Cara kerja bahan retarder akan diserap inti kristal lalu meracuni inti kristal
sehingga memperlambat kelarutan senyawa dalam bahan gipsum dan
kelarutan tidak sempurna, terjadi perlambatan campuran gipsum.
STEP 2:
1. Definsi gipsum
2. Apa saja klasifikasi dan komposisi dari gipsum?
3. Apa saja sifat yang dimiliki gipsum?
4. Karakteristik gipsum
5. Apa saja syarat- syarat gipsum yang baik?
6. Aplikasi gipsum
7. Bagaimana tahapan-tahapan manipulasi gipsum?
8. Bagaimana reaksi proses setting time?
9. Apa saja faktor yang mempengaruhi manipulasi gipsum?
10. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi setting time?
11. Bagaimana cara menghitung setting time?
12. Berapa setting time yang diperlukan untuk masing-masing gipsum tanpa
penambahan bahan akselerator dan bahan retarder?
13. Apa saja penyebab dan pencegahan porous?
14. Apa yang terjadi dengan gipsum jika ditambahkan bahan akselerator dan retarder?
15. Apakah gipsum bisa didaur ulang?
STEP 3:
1. Definisi gipsum
Gipsum merupakan mineral yang mengendap pada batuan sedimen yang dapat
bercampur dengan batu gamping, batu pasir, serpih merah, garam batu, dan lempung.
Gypsum telah digunakan selama beberapa abad untuk tujuan kontruksi bangunan.
Tetapi pada perkembangan nya gypsum tidak hanya dimanfaatkan sebagai bahan
kontruksi bangunan tetapi juga sebagai material kedokteran gigi. (Anusavice,
2003:155)
Secara kimiawi, gipsum yang dihasilkan untuk tujuan kedokteran gigi adalah
Kalsium Sulfat Dihidrat (CaSO4.2H2O) murni (Ireland,2014). Gipsum kedokteran gigi
diproduksi dengan cara mengkalsinasi kalsium sulfat dihidrat. Kalsinasi merupakan
proses pemanasan gipsum untuk mengeluarkan air dan mengubah kalsium sulfat
dihidrat menjadi kalsium sulfat hemihidrat (CaSO4.½H2O). Berdasarkan metode
kalsinasi, berbagai bentuk hemihidrat dapat diperoleh. Bentuk-bentuk yang dapat
diperoleh antara lain α-hemihidrat, α-hemihidrat modifikasi dan β-hemihidrat.
(CaSO4)2H2O (Anusavice, 2003).
Gipsum berubah menjadi basanit (CaSO4.H2O) atau anhidirit (CaSO4), ketika
airnya panas atau airnya memiliki kadar garam yang tinggi. Gipsum dapat berubah
secara perlahan - lahan menjadi hemihidrat (CaSO4.1⁄2H2O) pada suhu 90°C. Bila
dipanaskan atau dibakar pada suhu 190°C - 200°C akan menghasilkan kapur gipsum
atau stucco yang dikenal dalam perdagangan sebagai plester paris. Pada suhu yang
cukup tinggi yaitu lebih kurang 534°C akan dihasilkan anhydrit (CaSO4) yang tidak
dapat larut dalam air dan dikenal sebagai gipsum mati. (Supriatna, S, 1997).
(a) (b)
Gambar: (a). Gambaran bentuk kristal dental plaster. (b). Gambaran bentuk kristal
dental stone. Sumber : Anusavice KJ. Phillips Science Of Dental Material. 11th Ed,
2003; hal. 256 – 257.
3. Sifat Gipsum
Menurut Supriatna (1997) sifat fisik gipsum adalah :
1. Warna : putih, kuning, abu & abu, merah jingga, hitam bila tidak murni
2. Massa jenis : 2,31 – 2,35 g/cm3
3. Keras seperti mutiara terutama permukaan
4. Bentuk mineral : kristalin, serabut dan massif
5. Kilap seperti sutera
6. Konduktivitasnya rendah
Setting time adalah waktu yang diperlukan gipsum untuk menjadi keras dan
dihitung sejak gipsum berkontak dengan air. Setting time dibagi dalam dua tahap sebagai
berikut (Hatrick dkk., 2011; Annusavice, 2003; Manapalil, 1998). Pada penambahan air
dan manipulasi gipsum berguna untuk pengerasan gipsum, namun bila kandungan air
banyak akan membuat setting time panjang.
3. Kekuatan kompresi
4. Setting ekspansi
Setting ekspansi terjadi pada semua jenis gipsum. Plaster memiliki setting
ekspansi yang paling besar yaitu 0,30% sedangkan high-strength stone memiliki
setting ekspansi yang paling rendah yakni 0,10%. Setting ekspansi merupakan hasil
dari pertumbuhan kristal-kristal gipsum ketika mereka bergabung. Setting ekspansi
harus dikontrol agar tetap minimum terutama ketika gipsum tersebut akan digunakan
untuk membuat pola malam sebuah restorasi. Apabila setting ekspansi yang terjadi
berlebihan maka akan menghasilkan sebuah restorasi yang oversized. Settting
ekspansi hanya terjadi ketika gipsum dalam proses pengerasan (Hatrick dkk., 2011).
Setting ekspansi berbanding terbalik dengan rasio air dan bubuk, peningkatan
setting ekspansi saat rasio air dan bubuk rendah dikaitkan dengan peningkatan
tubrukan antar kristal diantara sejumlah besar kristal yang terbentuk. Dengan kata lain
semakin besar jumlah air yang digunakan, semakin sedikit inti persatuan volume,
sehingga ekspansi akan berkurang. Ekspansi gipsum ini dapat dijelaskan dengan teori
kristalografi yaitu dasar teori yang menjelaskan tentang perkembangan, pertumbuhan,
bentuk dan struktur dari kristal. Berdasarkan teori ini dapat disimpulkan bahwa
gipsum akan mulai terdorong keluar saat kristal gipsum mulai terbentuk (Duke dkk.,
Michalakis dkk., 2012). Tetapi ekspansi dapat dikurangi dengan menambahkan bahan
kimia potasium sulfst, natrium cl, atau borax.
5. Perubahan dimensi
Tambahan :
a. Kekuatan tekan. Apabila gips ditekan sampai berapa beban ditahan gips sampai
pecah. Ada macam basah (kelebihan air) dan kering (apabila kelebihan air
dikeringkan). Kekuatan kering di capai 7 hari. 580 lbh kurang 290 Psi. Lebih kuat
kekuatan kering.
b. Tingkat porusitas. Tipe 1 porusitas sangat tinggi, makin kebawah makin rendah.
c. Resistensi abrasi dari tipe 1-5. Tipe 1 paling rendah, makin keatas makin tinggi.
d. Ratio W:P dari tipe 1-5. Paling tinggi tipe 1. Makin kebawah makin kecil.
5. Syarat gipsum yg baik
Sifat mekanis baik, artinya harus kuat sehingga tidak mudah rusak atau tergores
selama proses pembuatan piranti restorasi atau saat ukir malam, dll.
Dapat mereproduksi detail yang halus dengan batas yang tajam.
Memiliki stabilitas dimensional yang baik (menunjukkan perubahan dimensi yang
sangat kecil saat setting dan hendaknya cukup stabil).
Kompatibel dengan bahan cetak, tidak terjadi interaksi antara permukaan cetakan
dengan permukaan model, die.
Murah dan mudah dipergunakan (Sulastri, 2017).
6. Aplikasi gipsum
Di kedokteran gigi, plaster dan stone umumnya digunakan untuk bagian luar rongga
mulut. Seperti contohnya, plaster digunakan untuk membuat study cast pada rencana
perawatan dan pada ortodonsi digunakan untuk mounting casts pada articulator. Sone juga
digunakan untuk membuat study cast dan unuk membentuk die. Fungsi tambahan dari stone
adalah sebagai zat aditif pada dental casting investmen, yang berfungsi sebagai pengikat
a. Model studi
Digunakan untuk rencana perawatan dan mengamati kemajuan perawatan.
b. Cast
Cast lebih akurat daripada model studi. Cast itu merupakan replika lebih dari 1
gigi seperti kuadran atau lengkung penuh.
c. Die
Replika gigi tunggal. Biasanya bisa dilepas.
Gambar I. Die (kiri), Model kerja dan cast (kanan). (Steward, Marcia. 2013. Clinical Aspect of Dental
Material:Theory, Practice and Cases-4th ed. USA: Lippincott Williams & Wilkins, a Wolters Kluwer
business.)
7. Tahapan manipulasi
Instrumen : bowl karet, spatula, gips, mechanical vacum mixer yg hasilnya halus dan
rata, stone vibrator agar gips tidak mengendap 1 sisi.jarum vicat dan jarum gillmore untuk
mengukur waktu pengerasan gipsum.
Kita harus meminimalisir kontak bahan lain. Misal gipsum dengan alginat. Sehingga
gipsum kasar dan mudah rapuh. Menggunakan vaselin (bahan separator) berguna agar gips
lebih mudah dilepaskan. Penyimpanan gips pada suhu ruangan tidak menimbulkan dimensi
yg bermakna. Jika ditingkatkan gips dpt mengkerut dan kekuatan tekan berkurang.
Kebersihan alat juga penting.
Plaster atau gips hendaknya dicampur dengan air atau larutan PE dengan perbandingan
100gr dengan 50 sampai 60ml. Harus dijaga agar tidak terbentuk gelembung udara sewaktu
mengaduk karena gelembung ini dapat muncul di permukaan dan dapat menyebabkan
ketidaktepatan hasil cetakan (Combe,1992). Tahap tahap manipulasi gipsum:
1. Pemilihan
Untuk proses awal, harus dilakukan pemilihan gips berdasarkan aplikasi yang akan
dibuat. Sebagai contoh dental plaster dipilih karena rendahnya kebutuhan fisik dan biaya
yang digunakan dalam proses manipulasi. Namun ada kalanya kita memilih dental stone
karena dibutuhkan kekuatan dan akurasi yang bagus dalam working castnya. Di beberapa
instansi, sebuah kombinasi yang terdiri dari satu atau lebih produk gipsum sangat cocok
karena dapat mengurangi pengeluaran biaya.
2. Mempersiapkan alat dan bahan. Sebaiknya dibersihkan dahulu agar tidak
meninggalkan residu.
Reaksi yang terjadi saat setting time ini merupakan reaksi eksotermik, dimana reaksi
ini menghasilkan panas ± 3900 kal/gr mol (Craig, 1997). Keadaan dimana gips tidak dapat
hancur tapi masih dapat dipotong dengan pisau. (Annusavice, 2004). Jika 1 g mol kalsium
sulfat hemihidrat direaksikan dengan 1,5 g mol air maka 1 g mol kalsium sulfat dihidrat akan
terbentuk dan 3900 kalori dalam bentuk panas akan dilepaskan.
b. Final setting
Reaksi kimia selesai dan model terasa dingin kemudian dilakukan penanganan
model.Jika ingin gips lebih lunak,maka diberi air mengalir dan bukan di
rendam.Pemberian air ini bertujuan agar gips tidak menjadi keras,karena pada saat
direndam di air terjadi reaksi higroskopik. Pertumbuhan kristal yang terjadi menjadi lebih
cepat sehingga ekspansi pengerasan dapat lebih besar bila produk gipsum dibiarkan
mengeras di dalam air. (Combe,1992).
Final setting dicapai saat bahan dapat dengan aman dibentuk, tetapi memiliki
kekuatan dan resistensi yang minimal. Saat final setting reaksi kimia selesai dan model terasa
dingin saat disentuh.Sebagian besar pabrik merekomendasikan 1 jam sampai akhirnya bahan
bisa dengan aman dilepas dari cetakan (Hatrick, 2011)
Final setting time adalah waktu yang dibutuhkan oleh gips keras untuk bereaksi secara
lengkap dari kalsium sulfat dihidrat, meskipun reaksi dehidrasinya belum selesai. Tandanya
antara lain adalah kekerasan belum maksimum, kekuatannya belum maksimum dan dapat
dilepas dari cetakan tanpa distorsi atau patah. (Annusavice, 2004).
Reaksi pengerasan
a. Hemihidrat diaduk air, akan terbentuk suspensi cair.
b. Hemihidrat akan larut sampai menjadia larutan jenuh atau berubah menjadi dihidrat
dan mengendap.
c. Hal itu berlanjut terus menerus sampai semua bentuk hemihidrat berubah menjadi
dihidrat.
1) Kalsium sulfat hemihidrat larut dan bereaksi dengan air membentuk kalsium sulfat
dihidrat .
2) Terjadi presipitasi kristal kalsium sulfat dihidrat bahan menjadi kaku tetapi tidak
keras, dapat diukir tapi tidak dapat dibentuk, ekspansi thermis dan panas berlangsung,
secara visual ditandai dengan loss of gloss (hilangnya kemengkilatan/timbulnya
kemuraman) INITIAL SETTING
3) Bahan keras, kaku, eksapansi thermis dan panas sudah berakhir, dan gips dapat
dilepas dari cetakan tanpa distorsi/patah FINAL SETTING
Perbandingan air dan bubuk yang tepat akan sangat menentukan proses manipulasi dan
juga setting reaksi, misalnya apabila terlalu banyak kandungan air dalam gips maka waktu
setting akan lebih lama dan diperoleh hasil gips yang lunak. Semakin tinggi perbandingan W
: P, maka semakin lama setting time dan semakin lemah produk gipsum. Air dan bubuk harus
selalu diukur dengan menggunakan silinder pengukur volume air yang akurat dan
menimbang kesetaraannya untuk bubuk. Bubuk tidak boleh diukur dengan volume
(menggunakan sendok penakar), karena tidak dimampatkan seragam. Sendok penakar
tersebut mungkin bervariasi dari produk yang satu dengan yang lain, serta bubuk bisa
menjadi lebih keras begitu kemasan bersisa tidak digunakan. Bila wadah kemasan dikocok,
volume akan meningkat sebagai akibat terjebaknya udara.
c) Vibrator
Sewaktu menuang ke dalam cetakan model atau die biasanya digunakan vibrator
untuk membantu mengalirnya adonan ke dalam cetakan dan mempermudah terlepasnya
gelembung udara. Penggunaan vibrator otomatis dengan frekuensi tinggi dan amplitude yang
tinggi akan sangat membantu. Cegah dilakukannya vibrasi yang berlebih karena dapat
menyebabkan distorsi bahan cetak.
d) Suhu
Kenaikan suhu air akan mempercepat waktu pengerasan gypsum. Perubahan kecil
terjadi apabila suhu air berkisar antara 0-50oC. Suhu air yang melebihi 50oC maka waktu
pengerasan gypsum akan perlahan-lahan melambat dan bila suhu air mencapai 100oC maka
reaksi pengerasan tidak terjadi, hal ini dikarenakan pada suhu 100oC kelarutan hemihidrat
sama dengan dihidrat (Anusavice, 2003: 162-163).
Temperatur air dinaikkan, working time berkurang, viskositas naik, tidak ada
perubahan kekuatan. Dan sebaliknya.
Suhu dari air yang digunakan maupun suhu lingkungan berpengaruh pada setting
time. Terdapat 2 teori yang mendukung hal tersebut yaitu efek dari peningkatan suhu yang
mengubah daya larut dari kalsium sulfat hemihidrat dan dan kalsium sulfat dihidrat yang
megubah reaksi kimia. Semakin meningkat suhu, maka rasio daya larutnya menjadi turun
sehingga reaksi kimia mengalami perlambatan, dan setting time meningkat. Teori kedua
adalah perubahan mobilitas ion-ion yang disebabkan oleh kenaikan suhu. Ketika suhu
meningkat, akan meningkatkan reaksi yang dapat memperpendek setting time. (Craig, 1997).
e) Penyimpanan
Stone atau plaster disimpan pada temperature ruang. Penyimpanan baik stone atau
plaster pada temperature ruang tidak menimbulkan perubahan dimensi yang bermakna.
Namun, bila temperature penyimpanan dinaikkan sampai antara 90o C dan 110o C (194o-
230o C), pengerutan terjadi begitu kristalisassi air dikeluarkan dan dihidrat berubah menjadi
hemihidrat. Kontarksi plaster pada temperatur tinggi lebih besar dibandingkan dengan stone,
dan ini juga mengurangi kekuatannya. Kontarksi tersebut dapat terjadi selama penyimpanan
di atas temperatur ruang,begitupun bila model stone sedang dikeringkan.
Gips dapat menyerap air dan lingkungan. Kelembaban dan tempat yang dekat dengan
sumber air akan berpengaruh buruk pada powdernya. Hal ini akan mempengaruhi waktu
setting, sehingga gips sebaiknya disimpan dalam kontainer tertutup (Anusavice, 2003).
Setelah dicampur selama 1 menit, working time dimulai. Selama viscositas dari
campuran bertambah, bahan tidak lagi mengalir dan mulai megeruh. Saat mulai mengeruh
berarti campuran telah mencapai initial setting. Atau bisa dilihat pada awal campuran dimana
bahan menjadi kaku tetapi tidak keras dan tidak dapat dibentuk serta terjadi ekspansi termis
atau adanya panas. Pada umumnya, initial setting terjadi selama 8 –10 menit mulai dari awal
pengadukan.
g) Final setting
Final setting dicapai saat bahan dapat dengan aman dibentuk, tetapi memiliki
kekuatan dan resistensi yang minimal. Saat final setting reaksi kimia selesai dan model terasa
dingin saat disentuh. Sebagian besar pabrik merekomendasikan 1 jam sampai akhirnya bahan
bisa dengan aman dilepas dari cetakan
Sebelum dilakukan pencetakan dengan gips sebaiknya pola diberi bahan separasi
seperti Vaseline. Hal ini bertujuan agar setelah gips setting maka akan mudah dilepas. Namun
tidak boleh terlalu berlebihan karena akan membuat permukaan menjadi lebik lunak.
i) Penyimpanan
Gips dapat menyerap air dari lingkungan. Kelembaban dan tempat yang dekat dengan
sumber air akan berpengaruh buruk pada powdernya. Hal ini akan mempengaruhi waktu
setting, sehingga gips sebaiknya disimpan dalam kontainer tertutup. Namun terkadang
diperlukan proses merendam model gipsum dalam air, sebagai persiapan untuk teknik yang
lain. Produk gipsum agak peka terhadap perubahan kelembaban relatif dari lingkungan.
Bahkan kekerasan permukaan dari model plaster dan stone mungkin berfluktuasi sedikit
dengan kelembaban atmosfer relatif. Permukaan gipsum yang dibuat dengan adukan yang
lebih encer nampak terpengaruh lebih banyak dibandingkan dengan rasio W:P yang rendah.
Metode paling praktis dan efektif dalam mengontrol setting time adalah dengan
menambahkan berbagai material kimia pada pencampuran plaster atau stone. Apabila
material tambahan memperpendek setting time dinamakan accelerator, sedangkan untuk
memperpanjang setting time dinamakan retarder. Retarder biasanya berefek dengan
membentuk lapisan permukaan pada hemihidrat dan pada kristal gipsum untuk menghambat
pertumbuhan kristal. contohnya: gelatin, lem, garam. sitrat, asetat dan borat. Accelerator
mempengaruhi kelarutan hemihidrat. Garam dalam konsentrasi kecil mempercepat setting
time tetapi apabila konsentrasinya besar menjadi retarder. Contoh material accelerator :
Potassium sulfat dipakai dengan konsentrasi lebih dan 2 atau 3 persen (Anusavice, 2003).
k) Kebersihan
Peralatan manipulasi gips harus dijaga kebersihannya. Seperti yang disebut diatas
waktu setting gips akan lebih cepat karena pengadukan. Bowl, spatula, dan vibrator harus
segera dibersihkan segera sebelum setelah menipulasi, sehingga tidak terkontaminasi bahan
lain.
Apabila kalsinasi tidak komplit sehingga terdapat partikel gipsum atau pabrik
memang menambahkan partikel gipsum maka setting timenya akan diperpendek oleh karena
potensial nukleus untuk kristalisasi meningkat (Anusavice, 2003).
l) Kehalusan Partikel
Semakin halus ukuran partikel hemihidrat, maka semakin cepat adukan mengeras,
khususnya apabila produk tersebut telah digiling selama proses pembuatan bubuk gipsnya.
Tidak hanya kelarutan hemihidrat saja yang meningkat, tetapi nukleus gipsumpun juga
menjadi lebih banyak, hal ini menyebabkan proses kristalisasi menjadi lebih cepat
(Annusavice, 2004).
Setting time yang diperlukan untuk masing-masing gipsum tanpa penambahan bahan
akselerator dan bahan retarder adalah tidak ada angka pasti tapi ada tabelnya karena
tergantung dari rasio air dan bubuk yang digunakan. Semakin banyak air, maka waktu setting
time akan lebih panjang. Peningkatan jumlah pengadukan dapat menyebabkan perubahan dari
kalsium sulfat hemihidrat menjadi kalsium sulfat dihidrat membutuhkan waktu yang lebih
singkat dibandingkan biasanya (Craig, 1997).
13. Porus
Faktor-faktor yang menyebabkan adonan menjadi porous, antara lain:
Pengadukan didukung Bentuk partikel dan banyak air, dan vibratornya. Pence:
menuangkan pakai vib dan air dulu
Waktu vibrasi yang kurang dari 1 menit sehingga gelembung udara masih terjebak
dalam adonan
Penyimpanan bubuk gipsum yang tidak tepat
Suhu sekitar pada saat pencampuran yang lebih dari 50o C tidak dapat menimbulkan
reaksi perubahan kalsium sulfat dihidrat menjadi kalsium sulfat hemihidrat
Terjadi pada saat proses pengadukan, rasio air dan bubuk harus seimbang sehingga
tidak ada kelebihan air dan bubuk. • Plaster of paris 50-60 Ml/ 100 gr bubuk • Dental
stone 22-35 Ml/ 100 gr bubuk. Kecepatan pengadukan, mangkok harus parabolik agar
pengadukannya cepat sehingga tidak terjadi pengendapan udara pada adonannya.
Teknik pencampurannya yaitu air kemudian bubuk,teknik ini berfungsi untuk
mencegah terjebaknya udara didalam adonan
Kontak permukaan partikel dalam gipsum tidak sama jika penambahan bubuk
dilakukan berulang yang menyebabkan kristalisasi tidak sama
Yang akan berpengaruh pada kekuatan kompresi, kemampuan bahan untuk menahan
fraktur. Kekuatan kompresi gipsum merupakan faktor penting dalam menentukan kekerasan
dan daya tahan abrasi gipsum.
Tetapi ekspansi dapat dikurangi dengan menambahkan bahan kimia potasium sulfst,
natrium cl, atau borax atau bahan retarder dan accelerator.