Penyusun :
a. Mahasiswa mampu memanipulasi semen seng fosfat yang digunakan untuk basis
dan luting dengan tepat dan benar.
b. Mahasiswa mampu melakukan uji konsistensi semen seng fosfat sebagai basis dan
luting dengan benar.
c. Mahasiswa mampu melakukan uji setting time semen seng fosfat sebagai basis
dan luting dengan benar.
2.1 BAHAN
a. Bubuk dan cairan semen seng fosfat merk Elite Cement 100
b. Vaseline
2.2 ALAT
a. Glass lab
b. 2 Lembar kaca tipis
c. Spatula semen
d. Cetakan sampel
e. Celluloid strip
f. Kuas kecil
g. Stopwatch
h. Timbangan digital
i. Jarum Gillmore
j. Plastic filling instrument
k. Pisau malam
1
A B C
A
E
F
G
D
L H
J
I
3. CARA KERJA
3.1 Semen Seng Fosfat Sebagai Luting
1. Alat dan bahan yang digunakan telah dipersiapkan
2. Cetakan sampel disiapkan dan diolesi dengan vaseline kemudian diletakkan diatas
celluloid strip diatas kaca tipis.
3. Sebelum bubuk semen seng fosfat diambil, massa bubuk semen seng fosfat
ditimbang dan dicatat
4. Wadah bubuk semen seng fosfat diketukan dengan telapak tangan agar bubuk
tidak menggumpal, kemudian bubuk semen seng fosfat diambil menggunakan
sendok takar bernomor 3 yang telah disediakan di dalam kemasan semen seng
fosfat (sesuai aturan pabrik), lalu diletakkan di atas kaca tebal dan dibagi menjadi
3 bagian, bagian yang paling sedikit, sedang, dan banyak.
5. Setelah bubuk semen seng fosfat diambil, massa bubuk semen seng fosfat
ditimbang dan dicatat, dan dilakukan perhitungan untuk mendapatkan berapa
banyak bubuk semen seng fosfat yang digunakan dengan cara mengurangi berat
bubuk sebelum dengan berat bubuk sesudah diambil.
6. Cairan semen seng fosfat ditimbang dan dicatat sebelum digunakan.
7. Cairan semen seng fosfat diaduk dengan cara swirl kemudian dibiarkan menetes
dan tidak ditekan dengan cara botol cairan dibalik vertikal di atas kaca tebal
sebanyak 3 tetes (sesuai aturan pabrik),
2
8. Volume cairan semen seng fosfat setelah diambil, ditimbang dan dicatat,
kemudian dilakukan perhitungan untuk mendapatkan berapa banyak cairan semen
seng fosfat yang digunakan dengan cara mengurangi volume cairan semen seng
fosfat sebelum dengan volume cairan semen seng fosfat sesudah diambil.
9. Spatula semen digunakan untuk mengaduk bubuk bagian yang paling sedikit ke
dalam cairan dan diaduk secara memutar dengan tekanan selama 7 detik dan
spreading 3 detik, selanjutnya bagian yang sedang ditambahkan dan diaduk
dengan cara yang sama, begitu pula dengan dengan bagian yang banyak sampai
semua bubuk homogen.
10. Letak spatula dimiringkan dengan sudut 45˚ terhadap glass slab dan adonan
semen diambil, adonan ditarik ke atas, maka semen akan ikut terangkat ke atas
(tanpa jatuh) membentuk bentukan menyerupai tali (string) setinggi 1 inci atau
2,5 cm, konsistensi adonan tersebut merupakan konsistensi untuk luting
(penyemenan).
3
setting time dilakukan hingga semen seng fosfat settingditandai dengan tidak
adanya bekas tekanan dari jarum Gillmore.
4. Pengukuran nilai setting time dimulai awal pencampuran hingga semen setting.
4. HASIL PRAKTIKUM
Berdasarkan hasil praktikum semen seng fosfat sebagai luting diperoleh rata-rata berat
bubuk 0,35 gram dan berat cairan 0,19 gram maka lama setting time yang didapat adalah 12
menit 36 detik. Berdasarkan hasil praktikum semen seng fosfat sebagai basis diperoleh rata-
rata berat bubuk 0,36 gram dan berat cairan 0,12 gram maka lama setting time yang didapat
adalah 7 menit.
Waktu setting time yang digunakan untuk luting lebih lama dibandingkan waktu
setting time yang digunakan untuk basis.
4
5. PEMBAHASAN
Semen seng fosfat pertama kali muncul dalam literatut pada tahun1879 (Anusavice et
al 201, p.316). Semen seng fosfat dapat digunakan untuk luting inlay, crown, bridges,
orthodontic bands, dan pemakaian lainnya.Semen seng fosfat memiliki working time panjang
dibanding luting semen lainnya. Selain itu, semen ini juga dapat digunakan sebagai material
basis. Semen seng fosfat bersifat asam, oleh karenanya pulpa butuh dilindungi dengan
lineratau varnish (Gladwin and Bagby 2013, p.102).
Komposisi
Semen seng fosfat umumnya disediakan dalam bentuk bubuk dan cairan yang terpisah
(Tabel 5.1), namun ada juga yang tersedia dalam bentuk encapsulated product meskipun
jarang karena dibutuhkan biaya yang lebih banyak (McCabe and Walls 2008, p.275).
5
Bubuk (powder)
ZnO 90,2
MgO 8,2
SiO2 1,4
Bi2O3 0,1
Cairan (liquid)
Al 2,5
Zn 7,1
H2O 36,0
Komponen reaktif utama dalam bubuk adalah zinc oxide. Sejumlah kecil oksida lain
seperti magnesium oksida juga ada. Komponen liquid merupakan larutan asam fosfat buffer
dengan menambahkan sejumlah kecil seng oksida atau aluminium oksida. Senyawa ini
membentuk fosfat yang dapat menstabilkan pH asam dan mengurangi reaktivitasnya.
Reaksi Setting
Pada pencampuran bubuk dan cairan secara bersamaan maka akan terjadi suatu reaksi,
sehingga terbentuk seng fosfat yang relatif tidak larut sebagai berikut (McCabe,2008, p.273) :
6
Hanya lapisan permukaan partikel zinc oxide yang bereaksi (McCabe,2008, p.273).
Ketika bubuk dan cairan bercampur, ion asam fosfat bereaksi dengan permukaan ion Zn,
menghasilkan garam seng fosfat (McCabe,2008, p.273) . Setelah permukaan inti ion Zn
bereaksi, partikel zinc oxide yang tersisa atau tidak larut dalam asam fosfat akan bereaksi
dengan aluminium fosfat sehingga membentuk gel seng alumino fosfat. Semen yang telah
setting mengandung partikel zinc oxide yang tidak bereaksi terbungkus di dalam matriks seng
alumino fosfat (Anusavice, 2013, p.316). Reaksi yang terjadi berlangsung cepat dan bersifat
eksotermik (McCabe,2008, p.273).
Semen zinc phosphate yang setting merupakan zinc oxide amorf terhidrasi yang
mengelilingi partikel zinc oxide yang tidak terlarut. Fase amorf ini sangat porus.Tidak ada
bukti yang menunjukkan bahwa magnesium oksida yang ada dalam bubuk bereaksi dengan
asam fosfat. Pada reaski ini, meskipun tidak terdapat kristal fosfat yang terlibat dalam proses
setting, tetapi masih terdapat kemungkinan terjadi pertumbuhan kristal Zn3(PO4)2.4H2O
dengan adanya kelebihan uap air selama setting . (Craig and Powers 2002, p. 596) .
Manipulasi
Rasio powder/liquid tergantung pada aplikasi yang akan dilakukan. Untuk cavity
lining dibutuhkan konsistensi putty yang memiliki rasio powder / liquid sekitar 3,5: 1
sedandkan untuk luting, dibutuhkan campuran yang lebih cair, dengan perbandingan powder /
liquid yang lebih rendah, hal ini digunakan untuk memastikan aliran semen memenuhi
restorasi. Rasio powder/liquid yang diturunkan dapat menghasilkan bahan yang lebih lemah,
lebih mudah larut dan lebih mengiritasi (McCabe,2008, p.273).
Powder dimasukkan ke dalam cairan dengan cara memasukkan bagian demi bagian
sampai konsistensi yang diinginkan tercapai. Metode ini dapat menciptakan working time
yang lebih lama, hal ini dikarena konsentrasi seng fosfat yang dihasilkan selama tahap awal
setting tidak cukup menyebabkan peningkatan viskositas, apabila semua powder telah
dimasukkanmaka pencampuran harus segera dihentikan karena seng fosfat yang secara terus
menerus terbentuk secara signifikan dapat melemahkan semen. Pencampuran lebih mudah
dilakukan pada glass mixing slab yang didinginkan , tetapi harus diperhatikan untuk tidak
mendinginkan dibawah titik embun karena air dapat mengembun dari lingkungan sekitar ke
dalam campuran semen di bawah suhu ini. Kelebihan air dapat mempengaruhi karakteristik
setting dan sifat fisik material (McCabe,2008, p.273).
7
Pencampuran semen ini harus dimulai dengan memasukkan bagian bubuk yang paling
sedikit dengan menggunakan spatula tipis.Sebagian besar area pada mixing slab harus
digunakan untuk menghilangkan panas. Aturan yang baik untuk diikuti adalah mengaduk
setiap bagian bubuk selama 15 sampai 20 detik sebelum menambahkan bagian yang lain dan
semua pencampuran harus diselesaikan dalam waktu 1,5 sampai 2 menit. Setelah powder
benar-benar tercampur dan terbentuk adonan yang creamy , semen ditarik menggunakan
spatula. Jika seutas semen dapat diangkat sepanjang 12 mm (0,5 inci) sampai 19 mm (~ 3/4
inci) sebelum putus dari spatula , semen dianggap cukup cair untuk menyemen protesa. Jika
semen yang diangkat dengan spatula melebihi 19 mm maka semen dianggap terlalu kental
untuk penyemenan protesa dan harus digunakan campuran semen yang lain (Anusavice et al.
2013, p.316).
Reaksi antara zinc oxide dan asam fosfat bersifat eksotermik dan memerlukan
prosedur pencampuran yang hati-hati untuk meminimalkan efek panas (Anusavice, 2013,
p.316). Reaksi eksotermis ini dapat diatasi dengan cara :
8
temperatur dan setting time (Craig and Powers 2002, p. 596) . Teknik spreading juga
membantu material menjadi homogen karena akan membuat powder lebih mudah
bercampur dengan liquid sehingga seluruh permukaan terbasahi dan menjadi
homogen.
Panjang waktu kerja dapat bervariasi agar sesuai dengan situasi klinis.terdapat empat
teknik dapat memperpanjang waktu kerja semen seng fosfat. Pertama, rasio P / L
(Powder/Liquid) dapat dikurangi untuk menghasilkan campuran yang lebih encer. Namun,
perubahan ini akan menghasilkan pH awal semen yang lebih rendah dan akan berdampak
negatif pada sifat mekanik semen. Kedua, bagian bubuk yang lebih kecil harus dicampur
terlebih dahulu.Penambahan bubuk yang sedikit di awal, mengurangi keasaman cairan dan
memperlambat laju reaksi dengan penambahan berikutnya. Sementara itu, panas yang
dihasilkan dari reaksi akan mereda secukupnya selama spatulasi. Jika sebagian besar bubuk
9
digunakan pada awalnya, jumlah panas yang dihasilkan tidak dapat dihamburkan cukup cepat
untuk mencegahnya mempercepat reaksi (Anusavice et al, 2013. p 317).
Ketiga, operator bisa memperpanjang spatulasi pada penambahan bagian bubuk yang
terakhir.Spatulasi secara efektif menghancurkan matriks saat terbentuk, yang berarti waktu
tambahan diperlukan untuk membangun kembali sebagian besar matriks.Ini bukan metode
yang cocok untuk memperpanjang waktu kerja. Keempat, suhu pencampuran yang lebih
dingin akan menghambat reaksi kimia antara bubuk dan cairan, sehingga menunda
pembentukan matriks. Namun, suhu lempengan harus di atas titik embun. Jika tidak, air
mengembun, mengencerkan cairan, dan mengurangi kekuatan tekan dan tarik semen seng
fosfat. Penggunaan glass lab dingin untuk pencampuran adalah metode yang paling tepat
untuk memperpanjang waktu kerja semen fosfat seng, dan ini harus diterapkan kapan pun
beberapa unit prostesis diperkuat (Anusavice et al, 2013. p 317).
Pada praktikum ini kami menguji dua tipe seme seng fosfat, yaitu semen seng fosfat
sebagai luting dan base.Kedua tipe ini mempunyai 2 perbedaan, yaitu pada setting time dan
konsistensi.Perbedaan ini disebabkan oleh rasio yang berbeda.Untuk memanipulasi semen
seng fosfat untuk luting, rasio yang digunakan adalah satu sendok takar no. 3 dan 3 tetes
cairan.sebangkan untuk base, digunakan 1 sendok takar no. 3 dan 2 tetes cairan.
Pertama tama kami menyiapkan alat dan bahan, lalu menyiapkan cetakan dengan
mengoleskan vaselin di dinding cetakan.Kami menimbang bubuk dan cairan terlebih dahulu,
kemudian mengambil sesuai takaran ke atas glass lab tebal. Kemudian bubuk dan cairan
ditimbang kembali untuk mengetahui berat bubuk dan cairan yang akan diuji. Lalu kami
membagi bubuk menjadi 3 bagian.Kami membedakan bagian tersebut, ada yang lebih sedikit,
sedang, dan lebih banyak.Kami memanipulasi semen seng fosfat ini dengan menambahkan
bagian yang paling sedikit terlebuh dahulu, kemudian yang sedang lalu yang banyak.
Kemudian diaduk masing masing bagian 10 detik, dengan teknik memutar menekan dan
spreading. Adonan semen yang homogen didapat apabila adonan yang sudah selesai diaduk
dan dikumpulkan, apabila ditarik ke atas menggunakan spatula setinggi 1 inch membentuk
bentukan seperti tali yang tidak putus untuk semen seng fosfat untuk luting. Sedangkan untuk
base didapat bentukan seperti bola yang tidak lengket pada glass lab. Kemudian kami
memasukkan semen seng fosfat tersebut ke dalam cetakkan.
10
Pada percobaan manipulasi semen seng fosfat untuk luting, percobaan pertama
menggunakan 0,33 g bubuk dan 0,19 g cairan. Pada percobaan kedua digunakan 0,35 g bubuk
dan 0,17 g cairan. Pada kedua percobaan, celluloid strip baru dapat dilepas memasuki menit
ke 9.Pada percobaan setting time pertama, bekas dari jarum gillmore baru hilang 12 menit 25
detik setelah pengadukan.Sedangkan percobaan kedua hilang 12 menit 30 detik setelah
pengadukan. Tidak ada perbedaan yang signifikan pada percobaan ini.
Pengujian setting time semen seng fosfat untuk manipulasi basis diuji sebanyak 3 kali.
Pada semua percobaan, percobaan setting time dimulai memasuki menit ke 5, saat celluloid
strip dapat dilepas. Pada percobaan pertama didapatkan setiing time selama 6 menit 40 detik
dengan rasio bubuk dan cairan sebesar 0,41 gram bubuk dan 0,11 gram cairan. Pada
percobaan kedua, didapatkan setiing time selama 6 menit 30 detik dengan rasio bubuk dan
cairan sebesar 0,35 gram bubuk dan 0,13 gram cairan. Sedangkan pada percobaan ketiga
setting time diperoleh selama 7 menit 50 detik dengan rasio bubuk dan cairan sebesar 0,32
bubuk dan 0,13 cairan.
Perbedaan waktu setting time yang cukup jauh pada percobaan ketiga disebabkan oleh
working time yang lebih lama pada percobaan ketiga. Working time yang lama tersebut
disebabkan oleh kurangnya kecepatan saat mengaduk dan juga kurangnya tekanan saat
pengadukan yang menyebabkan waktu yang lebih lama pula untuk mencapai adonan yang
homogen.
11
KESIMPULAN
12
DAFTAR PUSTAKA
Anusavice, K.J. 2013. Phillips’ Science of Dental Materials, 12th Ed. St. Louis Missouri:
Saunders Elsevier Ltd., pp. 316.
Craig, R.G. and Powers, J.M. 2002. Restorative dental materials, 11th Ed. St. Louis, MO:
Mosby., pp. 596, 597.
Gladwin M and Bagby M, 2013. Clinical Aspects of Dental Materials. 4th ed. Two
Commerce Square. Philadelphia., p. 102.
McCabe and Walls, J.F. 2008. Applied Dental Material, 9th Ed. Oxford: Blackwell
Publishing Ltd., pp. 273, 274.
13